Disusun oleh :
JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2016/2017
2. Persebaran Karungut
Sejak pertama kali karungut mulai dikenal oleh masyarakat Ngaju di
Kalimantan Tengah hingga perkembangannya saat ini, telah terjadi penyebaran
karungut yang dilakukan dengan berbagai cara. Dahulu penyebaran dilakukan dengan
cara migrasi dari satu daerah ke daerah lain, atau melalui perkawinan antar-kelompok
1
Tjilik, Riwut. MANESER PANATAU TATU HIANG Menyelami Kekayaan Leluhur. Penyunting: Dra. Nila Riwut.
Hlm. 346
2
Parada L.KDR, S.Ag, M.Si. KANDAYU. PELATIHAN DHARMA GITA JURUSAN DHARMA GITA SEKOLAH TINGGI
AGAMA HINDU NEGERI TAMPUNG PENYANG PALANGKA RAYA 2016. Hlm. 3.
3. Pengarungut
Hingga saat ini karungut masih dituturkan dengan menggunakan bahasa Ngaju,
baik oleh orang Ngaju sendiri ataupun orang di luar Ngaju yang telah mengusai
kebudayaan dan bahasa Ngaju dengan baik. Orang yang menuturkan karungut disebut
pengarungut.
Pengarungut dapat digolongkan menjadi dua golongan, yakni:
1) Pencipta (penyair) adalah mereka yang mampu menciptakan karungut dan
pasti memiliki kemampuan untuk melantunkan karungut hasil ciptaannya sendiri
ataupun ciptaan orang lain.
2) Pelantun hanya bisa melantunkan karungut, tetapi belum tentu dapat
menciptakan syair-syair karungut dengan baik.
Tema-tema yang digarap untuk sebuah karungut biasanya berkisar tentang
kejadian atau peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan isi syairnya,
karungut itu bisa dikelompokkan menjadi beberapa jenis, di antaranya: karungut cinta,
karungut dongeng atau pemujaan terhadap seseorang tokoh/benda/tempat dan karungut
nasihat.
Berdasarkan proses penciptaannya, karungut dapat dibedakan menjadi dua
kelompok besar, yaitu:
3
Tjilik, Riwut. MANESER PANATAU TATU HIANG Menyelami Kekayaan Leluhur. Penyunting: Dra. Nila Riwut.
Hlm. 346.
4
Tjilik, Riwut. MANESER PANATAU TATU HIANG Menyelami Kekayaan Leluhur. Penyunting: Dra. Nila Riwut.
Hlm. 354.
5
Tjilik, Riwut. MANESER PANATAU TATU HIANG Menyelami Kekayaan Leluhur. Penyunting: Dra. Nila Riwut.
Hlm. 359.
(Lagu Hetbah. T. Dj. Bahen, Kepala Sekolah SDN Kuala Kurun. 12 September
1964)
6
Tjilik, Riwut. MANESER PANATAU TATU HIANG Menyelami Kekayaan Leluhur. Penyunting: Dra. Nila Riwut.
Hlm. 366.
7
Tjilik, Riwut. MANESER PANATAU TATU HIANG Menyelami Kekayaan Leluhur. Penyunting: Dra. Nila Riwut.
Hlm. 384
8
Tjilik, Riwut. KALIMANTAN MEMBANGUN ALAM DAN KEBUDAYAAN. NR Publishing, Yogyakarta. Hlm. 561
9
Haryanto. MUSIK SUKU DAYAK: Sebuah Catatan Perjalanan di Pedalaman Kalimantan. Badan Penerbit ISI
Yogyakarta. Hlm. 139.
10
Dikutif dari Skripsi Penelitian Kacapi, Judul ; Kacapi Suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah. Penulis : Satriawan.
Fakultas Seni Pertunjukan, Jurusan Etnomusikologi, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2006.
11
Gandang: Sebagai instrumen perkusi dan tergolong ke dalam keluarga Membranphone, alat musik ini cukup
populer di Kalimantan Tengah. Gandang (gendang) adalah sebagai kelengkapan perangkat alat musik yang terdiri
atas garantung (gong) dan kangkanong (kenong).
12
Garantung atau gong adalah termasuk alat musik idiophone. Alat musik ini terbuat dari bahan logam besi,
atau perunggu. Diduga alat ini masuk ke Kalteng waktu kekuasaan Majapahit. Menurut legenda masyarakat di
Kalteng, garantung dibuat raja Kalteng. Masyarakat menganggapnya sebagai benda berharga dan pula berfungsi
sebagai barang adat. Dapat pula dijadikan alat tukar atau menilai sesuatu barang/jasa.
13
Rebab merupakan salah satu instrumen gesek tradisional di suku Dayak Ot Marikit, di Kalimantan Tengah.
14
Suling Balawung adalah salah satu alat musik tradisional yang berasal dari seluruh wilayah provinsi Kalimantan
Tengah mengenal alat musik tersebut. Suling dibuat dari bambu dan termasuk keluarga alat musik aerophone.