Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH MUSIK KARUNGUT

Mata Kuliah Sejarah Musik Nusantara

Disusun oleh :

Zulfikar Muhammad Nugroho


1510555015

JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2016/2017

Sejarah Ansambel Musik Karungut | 1


SEJARAH MUSIK KARUNGUT
-
1. Definisi Karungut
Karungut berasal dari kata karunya yang diambil dari bahasa Sangiang dan
bahasa Sangen/Ngaju Kuno. Karunya berarti tembang. Puisi tradisional atau puisi
rakyat yang dikenal di Kalimantan Tengah ini diwariskan oleh nenek moyang mereka
dalam bentuk lagu dan syair yang disusun sendiri oleh penciptanya, sepanjang tidak
menyimpang dari kaidah yang telah dianggap baku. Di awal perkembangannya, bahasa
yang digunakan dalam karungut adalah bahasa Sangen (Ngaju Kuno), tapi kini sangat
jarang dipergunakan lagi. Dahulu salah satu fungsi karungut adalah sebagai media
pengajaran. Karena seorang balian (guru atau dukun) menyampaikan pengajaran
kepada para muridnya dengan mengarungut. Sementara para muridnya menjawab atau
melaksanakan perintah dari gurunya dengan mengarungut pula.
Karungut adalah sejenis pantun yang dilagukan. Dalam berbagai acara,
karungut sering dilantunkan, misalnya pada acara penyambutan tamu yang dihormati.
Salah satu ekspresi kegembiraan dan rasa bahagia diungkapkan dalam bentuk karungut.
Terkadang ditemukan perulangan kata pada akhir kalimat, a a a a, atau a b a b, namun
terkadang juga tidak. Untuk mengamati cara tutur orang Dayak dalam mengekspresikan
perasaan mereka, maka terjemahan kedalam bahasa Indonesia dibuat sebagai mana
adanya, kata per kata.1
Kandayu/Karungut dibuat dan mulai diperkenalkan sekitar tahun 1972, dengan
mengumpulkan keaneragaman lagu-lagu karungut / kandayu dari berbagai daerah
aliran sungai Kahayan, Katingan, Kapuas dan Barito sehingga menjadi sebuah Kandayu
yang dapat diterima semua pihak.2

2. Persebaran Karungut
Sejak pertama kali karungut mulai dikenal oleh masyarakat Ngaju di
Kalimantan Tengah hingga perkembangannya saat ini, telah terjadi penyebaran
karungut yang dilakukan dengan berbagai cara. Dahulu penyebaran dilakukan dengan
cara migrasi dari satu daerah ke daerah lain, atau melalui perkawinan antar-kelompok

1
Tjilik, Riwut. MANESER PANATAU TATU HIANG Menyelami Kekayaan Leluhur. Penyunting: Dra. Nila Riwut.
Hlm. 346
2
Parada L.KDR, S.Ag, M.Si. KANDAYU. PELATIHAN DHARMA GITA JURUSAN DHARMA GITA SEKOLAH TINGGI
AGAMA HINDU NEGERI TAMPUNG PENYANG PALANGKA RAYA 2016. Hlm. 3.

Sejarah Ansambel Musik Karungut | 2


subsuku/suku yang berbeda. Namun dewasa ini pendokumentasian, pertunjukan dan
perlombaan dijadikan pula sebagai media untuk penyebaran karungut. Dahulu karungut
merupakan karya budaya yang dimiliki secara kolektif. Para pencipta karungut yang
menciptakan karungut secara spontan tidak pernah mencamtumkan namanya. Namun
setelah dikenalnya budaya tulis dan rekaman secara elektronik, para pencipta karungut
mulai mencantumkan namanya.
Penyair-penyair karungut tidak lahir dari pendidikan formal, juga bukan dari
proses pewarisan yang dilakukan secara terstruktur dari generasi tua ke generasi muda.
Kemampuan menulis/menciptakan dan melantunkan karungut berlangsung secara
alamiah yang didorong oleh keinginan untuk mencoba-coba, meniru dan belajar dari
orang-orang tua. Dalam perkembangannya kini proses pewarisan secara tidak langsung
pun telah dilakukan. Para penulis maupun perekam karungut ada yang telah
mempublikasikan karya-karyanya secara luas, melalui media cetak dan elektronik. Di
wilayah pedalaman pun, warga masyarakat yang gemar berkarungut belajar dengan
cara menirukan tuturan karungut melalui radio.

3. Pengarungut
Hingga saat ini karungut masih dituturkan dengan menggunakan bahasa Ngaju,
baik oleh orang Ngaju sendiri ataupun orang di luar Ngaju yang telah mengusai
kebudayaan dan bahasa Ngaju dengan baik. Orang yang menuturkan karungut disebut
pengarungut.
Pengarungut dapat digolongkan menjadi dua golongan, yakni:
1) Pencipta (penyair) adalah mereka yang mampu menciptakan karungut dan
pasti memiliki kemampuan untuk melantunkan karungut hasil ciptaannya sendiri
ataupun ciptaan orang lain.
2) Pelantun hanya bisa melantunkan karungut, tetapi belum tentu dapat
menciptakan syair-syair karungut dengan baik.
Tema-tema yang digarap untuk sebuah karungut biasanya berkisar tentang
kejadian atau peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan isi syairnya,
karungut itu bisa dikelompokkan menjadi beberapa jenis, di antaranya: karungut cinta,
karungut dongeng atau pemujaan terhadap seseorang tokoh/benda/tempat dan karungut
nasihat.
Berdasarkan proses penciptaannya, karungut dapat dibedakan menjadi dua
kelompok besar, yaitu:

Sejarah Ansambel Musik Karungut | 3


a. Karungut spontan (tradisional) adalah karungut yang tercipta secara spontan
bersamaan dengan ketika syair-syair lagu itu dilantunkan oleh pengarungut.
Si pencipta tidak menyusun konsep atau gagasannya secara tertulis, karena
syair-syair karungut itu langsung mengalir dari pikiran dan perasaannya saja
saat ia sedang mengarungut.
b. Karungut tak spontan (modern) adalah karungut yang tercipta secara tidak
spontan. Si pencipta menulis dahulu syair-syair yang akan dilantunkannya.
Karungut yang dilantunkan bukan oleh penciptanya sendiri juga bisa
dikategorikan sebagai karungut tak spontan. Jenis karungut tak spontan
terdiri dari dua bentuk, yakni karungut tertulis dan rekaman. Mengingat di
masa kini telah banyak pencipta dan pelantun karungut yang merekam
karungut dalam bentuk kaset, CD atau alat rekam elektronik lainnya.
Namun demikian tidak terdapat perbedaan yang esensial antara karungut
spontan (tradisional) dengan karungut tak spontan (modern), baik dari pola bentuk,
struktur, lagu maupun tema. Tidak pula ditemukan adanya beragam versi karungut
berdasarkan wilayah atau dialek, karena penuturan karungut selalu dilakukan
menggunakan bahasa Ngaju dialek baku (Kapuas-Kahayan).
Sebagai sebuah karya sastra, unsur-unsur musikal karungut ditentukan oleh
beberapa unsur bunyi, yakni unsur bunyi yang ditimbulkan oleh bentuk, tuturan dan
instrumen. Unsur yang ditimbulkan oleh bentuk ditentukan oleh pola pembaitan dan
pembarisan, pola suku kata pada tiap baris, pola persajakan, pola perulangan (kata,
frase, baris, bait). Pola pembaitan karungut terdiri atas 4 larik atau baris. Setiap baris
rata-rata terdiri dari 4-7 kata atau 8-14 suku kata. Setiap bait bersajak akhir sama.
Sebuah karungut paling sedikit terdiri dari satu bait dan paling banyak 34 bait. Durasi
penuturannya rata-rata 15 menit.
Karungut memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1) Media ekspresi estetik
pengarungut dan masyarakatnya. 2) Media pengajaran. 3) Media bagi seorang ibu untuk
meninabobokan anaknya. 4) Media untuk menghibur diri, memberi semangat,
mengurangi kebosanan dan kelelahan pada saat sedang bekerja. 5) Media untuk
membangkitkan semangat kebersamaan saat bergotong royong. 6) Media hiburan di
saat pesta/perayaan. 7) Media untuk menyampaikan pesan pembangunan. Saat ini
fungsi karungut yang paling dominan adalah sebagai media hiburan dan ekspresi estetik
pengarungut.

Sejarah Ansambel Musik Karungut | 4


4. Contoh Karungut

PANTEHAU ESUN TAMBUN BUNGAI3


(Bahasa Dayak Ngaju)

O Utus je tanta ulang


Utus Bungai Tambun je tuntang Rambang
Tuh ampi ikau harun hagatang
Katahin palihi Balanda Japang

Amun mingat je helu-helu


Jari mahalau baratus nyelu
Tatum menteng bahanyi tutu
Puna patut akan indu suntu

Tapi salenga dumah Balanda


Ikau injajah diya langena
Barakat ikau hatambing enteng
Penjajah Balanda-Japang balalu leteng

Tuh nampara mambangun Palangka Raya


Balaku ikau je ela laya
Uka ikau batarung kaliling dunia
Palangka Raya Indonesia Jaya

Palangka Raya, 24 Juli 1958


ttd.
M. DARMAN

3
Tjilik, Riwut. MANESER PANATAU TATU HIANG Menyelami Kekayaan Leluhur. Penyunting: Dra. Nila Riwut.
Hlm. 346.

Sejarah Ansambel Musik Karungut | 5


KARUNGUT TARI ANDI4
(Bahasa Dayak Ngaju)

Tari andi je tari andi


Kilat pandang je Sumbu Kurung
Gantang rangkah balemue lamah
Tunjuk kurik banius lantik

Gatang balun je habalaun


Kilau Pantun tanggara muhun
Pasang dumah je hambabalun
Hayak riak galumbang munyun.

Iyoh andi je bawin nyai


Pupus belum malisen baputi
Kilau intan patut imili
Eka kalengan tuah rajaki.

Galang lengem je hambambalang


Ampin tingkah je hagalumbang
Manamunan je edan tapang
Kabantengan pukung pahewan tutang.

Hapancar intan je air laut


Manyingah tingkah je saraba patut
Tunjuk lantik kilau iurut
Sapala andi bawi basewut

Halenjen pandang listrik bagantung


Awi pandang je Sumbu Kurung

4
Tjilik, Riwut. MANESER PANATAU TATU HIANG Menyelami Kekayaan Leluhur. Penyunting: Dra. Nila Riwut.
Hlm. 354.

Sejarah Ansambel Musik Karungut | 6


Nampayah balau je mangarunung
Kilau kambang je sari gantung.

Hapancar intan je riau andau


Bahalap mamancar bahandang bahenda
Tau manyinggah je saran lingkau
Santah tampayah panatau jagau.

Kilau kambang campaka kuning


Intan bukei mancar bagining
Intan taturuk Liang Kaminting
Santah tampayah salundik uhing

Iyoh andi je bawi nyai


Pantar bawin je padadari
Ikau puna batuah marajaki
Lekat tampayah ujan malati.

Mondok mendeng je murai balau


Ngarekot ngarunung je saran lingkau
Legem bahalap hagalang bulau
Pantas toto eka tahaasengku nihau.

(Karungut ini telah dilantunkan/dinyayikan oleh anggota kesenian Bakeda ( Badan


Kesenian Daerah / Dayak ) pimpinanan Bapak Damang Salilah dan Bapak Narpan
Apoi di Palangka Raya tahun 1957)

Sejarah Ansambel Musik Karungut | 7


PERPISAHAN DENGAN BAPA GUBERNUR KDH KALIMANTAN
TENGAH5
(Bahasa Dayak Ngaju)

Bapa Gubernur buli bara ngaju


Jalanan maninjau pedalaman hulu
Nampayah batu tuntang parak kayu
Eka kawan meto tuntang eka lewo

Kakare eka uras jadi ingaja


Hasundau kea dengan rakyat jelata
Bara kota sampai pasah tana
Jadi inyupa uluh bakas tabela.

Malahan panginan toh kamean bapak


Juhu manuk ewui dawen taya
Kalote gawin ikei uluh desa
Puna dia sama bara uluh kota.

Pander sarita toh dia bahasa


Nyanyi karungut dia bara nada
Tari manasai dia kilau desa
Alun kesenian dia kilau pesta.

Pangkeme bapak je dia rami


Bara Banjar sampai Lawang Kanji
Ikei balaku ampun toh baribu kali
Ela manduan jadi toh kasingi.

Amon rombongan mules haluan


Ikei manyewot toh salamat jalan

5
Tjilik, Riwut. MANESER PANATAU TATU HIANG Menyelami Kekayaan Leluhur. Penyunting: Dra. Nila Riwut.
Hlm. 359.

Sejarah Ansambel Musik Karungut | 8


Akan hapus anggota rombongan
Keleh Hatala manintu jalan.

(Lagu Hetbah. T. Dj. Bahen, Kepala Sekolah SDN Kuala Kurun. 12 September
1964)

PETEH IJE BITI ANAK KALTENG6


M. DARMAN
(Bahasa Dayak Ngaju)

O itah Kalimantan Tengah


Toh kamiar je haru dumah
Itah manyambut je buah-buah
Pendeng punduk harus tandipah.

Ela kilau je helo-helo


Are karabut je hasanselo
Keleh manomon uluh bakas helo
Tau hapakat papire lewo.

Amon itah tau hapakat


Taloh je babehat ulih iangkat
Ela halisi karabut pangkat
Kalimantan Tengah tantu mandino berkat.

Pangkat puna inggau kea


Tapi ela manggeser kula
Kilau kuan je paribasa
Tau balaku tau manenga.

6
Tjilik, Riwut. MANESER PANATAU TATU HIANG Menyelami Kekayaan Leluhur. Penyunting: Dra. Nila Riwut.
Hlm. 366.

Sejarah Ansambel Musik Karungut | 9


Toh itah harun nampara
Mambangun kota Palangka Raya
Keleh hapakat dia mintih kula
Mangat je himat dia sia-sia.

Uka kota Palangka Raya


Dia kalah dengan kota Sansila
Batarung kumbang kaliling dunia.
Palangka Raya Indonesia Jaya.

(Palangka Raya, 24 Juli 1958)

5. Bentuk Ansambel Musik Karungut


Dahulu pelantunan karungut diiringi dengan musuk pengiring berupa kacapi
(kecapi) bersenar dua dan tiga. Kacapi adalah alat musik petik yang terbuat dari kayu
ringan. Dimasa lalu tali yang digunakan adalah tengang atau tali liat yang terbuat dari
kulit kayu, namun saat ini tengang dapat digantikan dengan tali nilon. Dawai tali kecapi
dapat dua, boleh juga tiga. Apabila tali kecapi dipetik nada lagu dapat diatur. Suara
kecapi biasanya untuk mengiringi karungut dan Tari Kinyah.7 Kacapi (Kecapi), terbuat
dari kayu ringan dan, senarnya terbuat dari rotan atau kulit kayu. 8 Kecapi merupakan
alat musik petik yang memiliki dua sampai tiga dawai, dan terbuat dari kayu
Hanjalutung (bahasa Ngaju) atau nyolitung (bahasa Siang), sejenis kayu waru lengis
(Jawa).9 Kacapi adalah alat musik petik yang termasuk dalam kelompok instrumen
musik Chordofhone, juga disebut dengan istilah Lute. Berbentuk kapal (Boat-shaped
plucked Lute) yang tangkai atau pegangan (handle) atau papan penjarian (fingerboard),
jembatan (bridge), dan kaki, adalah berasal dari satu sisi potongan papan kayu, pada
bagian resonator ditutup dengan tutup dan diberi lubang, bentuknya sangat bagus dan
seringkali memiliki ukiran yang rumit, Kacapi memiliki senar dua atau lebih, dapat

7
Tjilik, Riwut. MANESER PANATAU TATU HIANG Menyelami Kekayaan Leluhur. Penyunting: Dra. Nila Riwut.
Hlm. 384
8
Tjilik, Riwut. KALIMANTAN MEMBANGUN ALAM DAN KEBUDAYAAN. NR Publishing, Yogyakarta. Hlm. 561
9
Haryanto. MUSIK SUKU DAYAK: Sebuah Catatan Perjalanan di Pedalaman Kalimantan. Badan Penerbit ISI
Yogyakarta. Hlm. 139.

Sejarah Ansambel Musik Karungut | 10


dimainkan dengan cara dipetik pada bagian dawainya, oleh laki-laki maupun
perempuan, permainannya bisa solo atau ensambel. Kacapi dapat dimainkan sebagai
musik instrumental maupun sebagai musik pengiring.10
Namun dalam perkembangannnya, musik pengiring karungut semakin
beragam. Selain kacapi, terdapat pula gandang (gendang)11, garantung (gong)12,
rebab13, suling balawung 14
dan sebagainya. Fungsi instrumen ini semata-mata hanya
untuk menyemarakkan pelantunan karungut.

10
Dikutif dari Skripsi Penelitian Kacapi, Judul ; Kacapi Suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah. Penulis : Satriawan.
Fakultas Seni Pertunjukan, Jurusan Etnomusikologi, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2006.
11
Gandang: Sebagai instrumen perkusi dan tergolong ke dalam keluarga Membranphone, alat musik ini cukup
populer di Kalimantan Tengah. Gandang (gendang) adalah sebagai kelengkapan perangkat alat musik yang terdiri
atas garantung (gong) dan kangkanong (kenong).
12
Garantung atau gong adalah termasuk alat musik idiophone. Alat musik ini terbuat dari bahan logam besi,
atau perunggu. Diduga alat ini masuk ke Kalteng waktu kekuasaan Majapahit. Menurut legenda masyarakat di
Kalteng, garantung dibuat raja Kalteng. Masyarakat menganggapnya sebagai benda berharga dan pula berfungsi
sebagai barang adat. Dapat pula dijadikan alat tukar atau menilai sesuatu barang/jasa.
13
Rebab merupakan salah satu instrumen gesek tradisional di suku Dayak Ot Marikit, di Kalimantan Tengah.
14
Suling Balawung adalah salah satu alat musik tradisional yang berasal dari seluruh wilayah provinsi Kalimantan
Tengah mengenal alat musik tersebut. Suling dibuat dari bambu dan termasuk keluarga alat musik aerophone.

Sejarah Ansambel Musik Karungut | 11

Anda mungkin juga menyukai