Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Tradisi Tujuh Bulanan Pada Ibu Hamil


(Mitoni)

Disusun oleh :

Novita Sari
P07124121025

Dosen Pengampu:I Gusti Ayu Putu Sriwahyuni,SST,.MPH

POLTEKKES KEMENKES MATARAM


Prodi Sarjana Terapan Kebidanan+Profesi Bidan
TA 2021/2022
DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI.................................................................................................... i
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
A. Teori Mitoni..................................................................................... 3
B. Mitos................................................................................................. 6
C. Hubungan Mitoni dengan Mitos...................................................... 7
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................... 7
A.
B.
C
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 11

BAB V PENUTUP......................................................................................... 12
A.Kesimpulan................................................................................................. 13
B.Saran.............................................................................................................. 14

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara kayatradisi dan adat istiadat.


Berbagai macam tradisi hadir dari berbagai sudut daerah. Tradisi yang melekat
pada setiap daerah merupakan tradisi yang turun menurun dari nenek moyang,
salah satunya di daerah pulau Jawa.Daerah ini merupakan salah satu daerah yang
masih kaya akan tradisi dan budaya dari nenek moyang. Lahirnya suatu tradisi
biasanya berkaitan erat dengan peristiwa alam atau bencana yang terjadi.
Sebagian besar peristiwa tersebut akan dikaitkan dengan serangkaian ritual
tertentu. Ritual yang dilaksanakan tidak lepas dari berbagai simbol dan
arti.Bentuk kebudayaan sering diwujudkan berupa simbol-simbol, masyarakat
Jawa kaya akan sistem simbol tersebut. Sepanjang sejarah masyarakat Jawa,
simbol telah mewarnai tingkah laku, bahasa, ilmu pengetahuan, dan religi.
Sistem simbol digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan. Salah satu
tradisi yang masih bertahan dimasyarakat hingga saat ini adalahtradisi mitoni.
Tradisi ini dilaksanakan pada ibu hamil pertama saat kandungan berusia 7
bulan.Mitoni merupakan ungkapan rasa syukur serta permohonan agar diberi
perlindungan dan keselamatan kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir.Tradisi
ini berkembang di daerah pulau jawa. Tradisi mitoni terdiri dari beberapa
rangkaian acara yang berbeda di setiap daerahnya. Namun sebagian besar daerah
memiliki kesamaan bentuk acara pada pelaksanaan mitoni, antara lain: membuat
rujak, siraman calon ibu, memasukkan telur ayam kampong, pantes-pantes,
membelah kelapa gading, dan selamatan.Waktu pelaksanaan acara mitoni
tergantung dari tuan rumah hajat. Biasannya pagi hari, sore atau malam hari.
Mitoni merupakan tradisi yang sudah cukup mendarah daging di kalangan
masyarakat, maka muncul suatu mitos yang menyatakan bahwa jika tidak
melakukan mitoni, maka dikhawatirka akan terjadi hal-hal buruk pada ibu hamil
dan jabang bayi. Mitos ini lahir karena tradisi mitoni merupakan tradisi yang

1
kental di masyarakat. Sebagian besar masyarakat akan melakukan mitoni saat
kehamilan pertama. Hal ini dapat memunculkan pertanyaan apakah ada
hubungan antara keselamatan ibu hamil dan bayi dalam tradisi mitoni?.
Berdasarkan pola pikir tersebut maka makalah ini akan memaparkan tentang
kebenaran mitos pada mitoni dan hubungannya dengan keselamatan bagi calon
ibu dan bayi dalam kandungan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mitoni?
2. Mitos apa yang muncul pada tradisi mitoni?
3. Bagaimana mitos pada tradisi mitoni dapat dibuktikan secara ilmiah?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian mitoni
2. Mendeskripsikan mitos yang muncul pada tradisi mitoni
3. Menganalisis mitos pada tradisi mitoni dapat dibuktikan secara ilmiah

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mitoni
Mitoni berasal dari Bahasa Jawa “pitu” yang artinya tujuh. Angka
tujuh ini dimaksudkan bahwa mitoni adalah ritual yang dilaksanakan pada
saat bayi menginjak usia tujuh bulan dalam kandungan(Adriana, 2011).
Selain mitoni, pada umumnya masyarakat juga menyebutnya sebagai
tingkeban.Tingkeb artinya tutup, sehingga tingkeban merupakan upacara
penutup selama kehamilan sampai bayi dilahirkan. Upacara tingkeban atau
mitoni adalah upacara yang diselenggarakan pada bulan ke tujuh masa
kehamilan dan hanya dilakukan terhadap anak yang dikandung sebagai anak
pertama bagi kedua orang tuanya.Hal ini tidak terlepas dari persepsi dan
keyakinan orang Jawa bahwa tujuh dalam bahasa Jawa adalah pitu yang
berarti pituduh (petunjuk), pitulung (pertolongan). Salah satu dari tujuan
dilakukannya acara tradisi mitoni yaknimemohon pertolongan kepada
Allah(Nasir, 2016). Upacaraini diselenggarakan untuk memohon
keselamatan, baik bagi ibu yangmengandung maupun calon bayi yang akan
dilahirkan(Prabawa,2012).
Mitoni merupakan rangkaian upacara siklus hidup yang sampai saat
ini masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa. Mitoni adalah upacara
yang dilakukan saat usia kandungan seorang ibu hamil berumur tujuh bulan.
Upacara tujuh bulan dalam masyarakat Jawa paling sering dilakukan di
kalangan masyarakat Jawa dibandingkan upacara kehamilan lainnya. Upacara
mitoni pada masa sekarang masih dilakukan oleh masyarakat Jawa baik
dilingkungan keraton maupun di lingkungan masyarakat biasa. (Yana, 2010).
Prosesi tata cara pelaksanaan mitoni pada setiap daerah berbeda-
beda, tergantung pelaksana dan pemangku adat yang ada di daerah tersebut.
Ada yang hanya menggunakan tradisi Jawa saja, ada yang hanya
mengundang orang agar dibacakan tujuh surat dalam al-Qur’an saja, dan ada
juga yang melaksanakan keduanya. Pada upacara mitoni terdapat beberapa
rangkaian acara seperti siraman, kenduri, pantes-pantes, pembacaan surat-

3
surat al-Qur’an dan lain sebagainya. Pada pelaksanaan acara ini dihadiri
oleh sanak keluarga, tetangga, para sesepuh serta tokoh agama (Nasir,
2016).
Menurut Fitroh (2014)Secara teknis, penyelenggaraan upacara
inidilaksanakan oleh dukun atau anggota keluarga yang dianggapsebagai
tertua. Kehadiran dukun ini lebih bersifat seremonial,dalam arti
mempersiapkan dan melaksanakan upacara-upacarakehamilan, serangkaian
upacara yang diselengggarakan padaritual tingkeban secara garis besar
adalah sebagai berikut:
1. Membuat Rujak
Dalam tradisi Jawa membuat rujak dilakukanoleh ibu jabang bayi.
Jika bumbunya rasanya asin,biasanya jabang bayi lahir prempuan. Bila tidak
asinbiasanya lahir laki-laki. Akan tetapi karena teknologimedis sudah ada
sedemikian canggih, sampai ditemukanUSG empat dimensi. Jenis kelamin
bayi sudah dapatdiketahui lebih dini.
2. Siraman calon ibu
Upacara siraman dilakukan oleh sesepuhatau keluarga dari pemilik
hajat sebanyak tujuh orang. Hal ini bertujuan untukmemohon doa
restu,supaya suci lahir dan batin. Calon ibu memakai kain7batik yang
dililitkan (kemben) pada tubuhnya. Dalamposisi duduk, calon ibu mula-
mula disirami olehsuaminya, lalu oleh orang tua dan keluarga
lainnya.Maksud upacara ini adalah untuk mencuci semua kotorandan hal-hal
negatif lainnya.
3. Memasukkan telur ayam kampung
Setelah siraman, telur ayam kampung dimasukkan ke dalam kain si
calon ibu oleh sang suamimelalui dari atas perut lalu telur dilepas sehingga
pecah.Upacara ini dilakukan di tempat siraman sebagai simbol harapan agar
bayi lahir dengan lancar dan selamat.
4. Pantes-Pantes atau Ganti Busana 7 kali
Upacara pantes-pantes adalah upacara ganti busana yang dilakukan
dengan tujuh jenis kain batik yang berbeda. Motif kain batik dan kemben

4
yang akan dipakai dipilih yang terbaik dengan harapan si bayi kelak
memiliki kebaikan-kebaikan yang tersirat dalam lambang kain. Fungsi dan
tujuan busana pada mitoni berkaitan dengan pengharapan, dan keselamatan
lahirnya bayi ( Nurcahyanti, 2010). Kain dan kebaya yang pertamasampai
yang ke enam merupakan busana yangmenunjukkan kemewahan dan
kebesaran. Ibu-ibu yanghadir saat ditanya apakah si calon ibu
pantasmenggunakan busana-busana tersebut memberikanjawaban : “dereng
Pantes” (belum pantas). Setelahdipakaikan busana ke tujuh yang berupa
kain lurikdengan motif sederhana, yaitu Lasem, baru ibu-ibu yanghadir
menjawab : “pantes” (pantas). Ini melambangkan,doa agar si bayi nantinya
menjadi orang yang sederhana.Angka 7 melambangkan 7 lubang tubuh (2
dimata, 2 di telinga, 1 hidung, 1 di mulut, dan 1 di alatkelamin), yang harus
selalu dijaga kesucian dankebersihannya. Ada pengertian lain dari angka 7
inidisebut keratabasa. Angka 7, dalam bahasa jawa disebutpitu, keratabasa
dari pitu-lungan (pertolongan).Motif kain dan kemben yang akan di
pakaiyang terbaik dengan harapan agar kelak si bayi jugamemiliki
kebaikan-kebaikan yang tersirat dalam lambung kain:
a. Sidoluhur : Maknanya agar anak menjadi orang yang sopan
danberbudi pekerti luhur.
b. Sidomukti : Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi
orangyang mukti wibawa, yaitu berbahagia dan diseganikarena
kewibawaannya.
c. Truntum : Maknanya agar keluhuran budi orangtuanya
menurun(tumaruntum) pada sang bayi.
d. Wahyu tumurun : Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi
orangyang senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan YangMaha Esa
dan selalu mendapat petunjuk danperlindungan dari-Nya.
e. Udan riris : Maknanya agar anak dapat membuat situasi
yangmenyegarkan, enak dipandang, dan menyenangkansiapa saja yang
bergaul dengannya.

5
f. Sido asih : Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi
orangyang selalu di cintai dan dikasihi oleh sesama sertamempunyai
sifat belas kasih.
g. Lasem : Bermotif garis vertikal, bermakna semoga
anaksenantiasa bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa.
5. Membelah kelapa gading
Selanjutnya dua butir kelapa gading yangmasing-masing telah
digambari Dewa Kamajaya danDewi Ratih, gambar tokoh wayang
melambangkan doa,agar nantinya si bayi jika laki-laki akan setampan
Dewakamajaya dan jika wanita secantik Dewi Ratih. Keduadewa dan dewi ini
merupakan lambang kasih sayang sejati. Oleh si calon ibu, kedua butir kelapa
diserahkanpada suaminya (calon bapak), yang akan membelahkedua butir
kelapa gading menjadi dua bagian denganbendo. Ini melambangkan, bahwa
jenis kelamin apapun,nantinya, terserah pada kekuasaan Allah.
6. Selamatan
Selamatan dilaksanakan pada malam harisetelah melalui beberapa
ritual yang disebutkan diatas. Terkadang sebagian masyarakat
menggabungkan acara selamaBentuk selamatan disini tuan rumah
mengundang parawarga khususnya para Bapak Kyai atau Ustadz
untukdatang kerumah pada jam yang telah ditentukan.Beberapa surat yang
sering dipilih dalam pembacaan Al-Qur’an pada acara mitoni antara lain
surat Yusuf, Luqman, Maryam, Yasin, Al-Wa’qiah, Ar-Rahman, Al-Mulk,
Toha dan An-Nur. Surat-surat yang dipilih tidak terlepas dari makna dan
harapan-harapan kepada bayi yang akan dilahirkan kelak. Misalnya surat
Yusuf, pembacaan surat ini diharapkan bahwa anak yang kelak lahir adalah
anak yang tampan dan memiliki sifat-sifat baik seperti Nabi Yusuf,
pembacaan Surat Maryam bertujuan agar bayi yang dilahirkan jika
perempuan akan menjadi wanita suci dan solihah, begitu juga dengan surat-
surat lainnya.

6
B. Mitos
Menurut Murniatmo (2000), tingkeban adalah upacara yang diadakan
untuk keselamatan seorang perempuan yang pertama kali mengandung beserta
anak yang dikanduungnya. Upacara ini diadakan pada saat kandungan berumur
tujuh bulan sehingga disebut juga sebagai upacara mitoni. Sementara bagi orang
Jawa, upacara tingkeban atau mitoni merupakan upacara terpenting di antara
upacara lain yang berhubungan dengan kehamilan. Mereka beranggapan jika tidak
melakukan upacara ini akan timbul akibat yang tidak diharapkan bagi keselamatan
ibu dan anak yang akan dilahirkannya. Untuk melaksanakan upacara tingkeban
atau mitoni telah ada ketentuannya. Adapun ketentuan tanggal untuk
melaksanakan upacara mitoni yaitu tanggal ganjil menurut perhitungan Jawa dan
tanggal-tanggal sebelum bulan purnama.
Upacara mitoni merupkan upacara peralihan yang dipercaya sebagai
sarana untuk menghilangkan petaka, yaitu semacam inisiasi yang menunjukkan
bahwa upacara-upacara itu merupakan penghayatan unsur-unsur kepercayaan
lama. Selain sebagai penghayatan unsur-unsur kepercayaan lama, dalam upacara
mitoni juga terdapat suatu aspek solidaritas primordial terutama adalah adat
istiadat yang secara turun temurun dan dilestarikan oleh kelompok sosialnya.
Mengabaikan adat istiadat akan mengakibatkan celaan dan nama buruk bagi
keluarga yang bersangkutan di mata kelompok sosial masyarakatnya ( Yana,
2010).

C. Hubungan Mitoni dengan Mitos


Pada tradisi mitoni muncul mitos bahwa jika tradisi nenek moyang ini
tidak dilaksanakan maka dikhawatirkan akan timbul akibat yang tidak diharapkan
terhadap keselamatan bayi dan ibunya.Kepercayaan yang cukup kuat tentang
mitos ini mendorong masyarakat Jawatetap melestarikan tradisi mitoni demi
menghindari akibat buruk yang akan terjadi. Sebenarnya mitos mengenai
keselamatan bayi dalam kandungan yang tersebar dalam tradisi mitoni ini ada
kaitannya dengan salah satu rangkaian acara mitoni yaitu membaca atau
mendengarkan ayat suci al-Qur’an.Masuknya bacaan al-Qur’an dalam tradisi

7
mitoni mengakibatkan terjadinya akulturasi budaya. Budaya lama merupakan
budaya Jawa yang dimasuki oleh budaya baru yakni Islam. Unsur-unsur Islam
yang masuk dalam tradisi mitoni berupa pembacaan surat-surat tertentu pada saat
upacara mitoni. Sedangkan unsur budaya Jawa masih tetap dilaksanakan.
Udara dan air berdifusi bebas menembus plasenta, tetapi bagaimana
mekanismenya belum diketahui. Pada fase prenatal terjadi pertumbuhan yang
penting di dalam rahim ibu. Suasana kesehatan dan kejiwaan ibu sangat
mempengaruhi pertumbuhandan perkembangan anak dalam rahimnya.
Rangsangan yang diberikanibu kepada anaknya dalam rahim sangat penting bagi
perkembanganselanjutnya. Ibu sebaiknya mengaktifkan komunikasi dengan anak
sejakdalam rahim. Memasuki bulan keenam dan ketujuh masa kehamilan,
bayimulai mendengar suara-suara seperti detak jantung ibu, suara usus danparu-
paru, dan juga suara lain di luar rahim. Semua itu didengarkan melaluigetaran
ketuban yang ada dalam rahim.
Menurut penelitian Surilena menyatakan bahwa stimulus bunyi dari
lingkungan yang tersedia melalui pendengaran mempunyai presentase cukup
tinggi, dan buktinya jelas bahwa dari kira-kira 18 minggu masa perkembangan
dalam Rahim, musik memainkan peran sangat penting dalam proses pembentukan
sinaps di otak seorang anak. Begitu anak lahir dan tumbuh menjadi besar, musik
akan terus menyempurnakan fisiologisnya, kecerdasannya, juga perilakunya.
Selain musik, Al-Qur’an juga memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan
kepadabayi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam
seminarKonseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut
penelitiannya,bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-
ayatal-Qur’an menunjukkan respon tersenyum dan menjadi lebih tenang.Ada
banyak kemuliaan dan kebaikan yang ada dalam al-Qur’an. Salahsatunya adalah
al-Qur’an dapat merangsang perkembangan otak anak danmeningkatkan
intelegensinya.
Setiap suara atau sumber bunyi memilikifrekuensi dan panjang gelombang
tertentu. Nah, ternyata, bacaan al-Qur’anyang dibaca dengan tartil yang bagus dan
sesuai dengan tajwid memilikifrekuensi dan panjang gelombang yang mampu

8
mempengaruhi otak secarapositif dan mengembalikan keseimbangan dalam
tubuh.Al-Qur’an memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh, seperti:
memberikanefek menenangkan, meningkatkan kreativitas,
meningkatkankekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi,
menyembuhkanberbagai penyakit, menciptakan suasana damai dan meredakan
ketegangansaraf otak, meredakan kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat
kepribadian,meningkatkan kemampuan berbahasa dan sebagainya. Hal
inidikarenakan frekuensi gelombang bacaan al-Qur`an memiliki kemampuanuntuk
memprogram ulang sel-sel otak, meningkatkan kemampuan,
sertamenyeimbangkannya (Kusrinah, 2013).
Otak telah tumbuh jauh sebelum bayi lahir. la telah mulai bekerja yang
hasilnya merupakan benih penginderaan berdasarkan prioritas. Umumnya
pendengaran lebih dulu. Jadi, selama masa itu penting sekali untuk selalu
menghadirkan lingkungan kondusif dan baik bagi perkembangan otaknya. Dalam
musik terkandung komposisi not balok secara kompleks dan harmonis, yang
secara psikologis merupakan jembatan otak kiri dan otak kanan, yang output-nya
berupa peningkatan daya tangkap/konsentrasi. Ternyata al-Qur’an pun demikian,
malah lebih baik. Ketika diperdengarkan dengan tepat dan benar, dalam artian
sesuai tajwid dan makhraj, al-Qur’an mampu merangsang syaraf-syaraf otak pada
anak. Kita semua tahu, neuron pada otak bayi yang baru lahir itu umumnya seperti
“disket kosong siap pakai”. Artinya, siap dianyam menjadi jalinan akal melalui
masukan berbagai fenomena dari kehidupannya. Kemudian akan terciptalah
sirkuit dengan wawasan tertentu. Istilah populernya “intelektual”. Sedangkan
anyaman tersebut akan semakin mudah terbentuk pada waktu dini. Neuron yang
telah teranyam di antaranya untuk mengatur faktor yang menunjang kehidupan
dasar seperti detak jantung dan bernapas. Sementara neuron lain menanti untuk
dianyam, sehingga bisa membantu anak menerjemahkan dan bereaksi terhadap
dunia luar.
Menurut penelitian Yasmin dalam Fatmawati (2013) tentang kehamilan di
atas 30 minggu yaitu bayi dalam kandungan telah dapat mendengar suara dari luar
dirinya. Bayi yang sedang berkembang mendengar bunyi saluran pencernaan yang

9
bising dan denyut jantung ibu. Janin mendengar suara ibunya juga, tetapi tidak
dapat mendengar suara dengan intonasi tinggi. Dia juga mengemukakan bahwa
denyut jantung janin meningkat dalam berespon terhadap intonasi suara yang
didengar melalui abdomen ibunya, sehingga bayi baru lahir ditemukan lebih
menyukai suara ibunya daripada suara orang asing. Fatmawati (2013) menyatakan
bahwa denyut jantung janin akan sangat terpengaruhi oleh intonasi suara yang
lembut atau mirip dengan suara ibu ini akan membuat suasana menjadi tenang dan
denyut jantung janin relatif stabil.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
peningkatan denyut jantung janin saat diberi stimulasi musik klasik lebih besar
dibandingkan dengan murotal. Stimulasi murotal akan mempengaruhi denyut
jantung menjadi lebih stabil dibandingkan dengan musik klasik.
Dr. Al Qadhi melalui penelitiannya di Klinik Besar Florida Amerika
Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan murotal, dengan
ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan
darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik.
Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan bahwa bacaan murotal berpengaruh besar
hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A.Istilah-istilah Tingkeban(Mitoni)
Mitoni disebut juga dengan istilah Tingkeban atau Tujuh Bulanan. Tradisi ini
ditujukan untuk perempuan yang usia kehamilannya berhasil mencapai tujuh
bulan. Mengutip Borobudur News, Mitoni sendiri berasal dari kata 'pitu' yang
artinya adalah angka tujuh atau pitulungan (pertolongan).

10
Mitoni disebut juga dengan istilah Tingkeban atau Tujuh Bulanan. Tradisi ini
ditujukan untuk perempuan yang usia kehamilannya berhasil mencapai tujuh
bulan.
Mengutip Borobudur News, Mitoni sendiri berasal dari kata ‘pitu’ yang artinya
adalah angka tujuh atau pitulungan (pertolongan). Sehingga, tradisi ini sebenarnya
dibuat untuk meminta pertolongan dan doa bagi keselamatan ibu dan janin yang
dikandungnya

B.Pelaksanaan Tingkeban(Mitoni)
Upacara Tingkeban adalah salah satu tradisi slametan yang dilaksanakan pada
usia kehamilan tujuh bulan. Namun, Tingkeban hanya dilakukan bila anak yang
dikandung merupakan anak pertama bagi si ibu. Acara Tingkeban bermakna
bahwa pendidikan bagi sang anak telah ditanamkan sejak anak masih berada
dalam rahim sang ibu.
Waktu pelaksanaan Upacara Tingkeban menurut pakem adalah hari Selasa atau
Sabtu,waktu siang hingga sore (jam 11 siang sampai 4 sore waktu setempat),dan
dilaksanakan pada tanggal ganjil sebelum bulan purnama dan lebih diutamakan
pada tanggal 7 atau tanggal yang ada angka 7. Keberagaman budaya di Indonesia
membuat setiap daerah mempunyai tradisi masing-masing dalam merayakan
kehadiran bayi di dalam kandungan.

Salah satunya seperti tradisi yang dilakukan masyarakat Jawa. Budaya Jawa
memang menanamkan pada masyarakat prinsip golek slamething dhiri (mengejar
keselamatan dalam hidup dan keselamatan jiwa di akhirat), sehingga segala
bentuk syukuran bertujuan untuk keselamatan diri, keluarga serta masyarakat.

Contohnya tradisi Mitoni, tradisi ini dilakukan demi mendoakan keselamatan ibu
hamil melewati tujuh bulanan anak pertamanya.

11
Masyarakat Jawa percaya bayi berusia tujuh bulan di dalam kandungan memiliki
jiwa yang keamanannya harus dirayakan. Apalagi anak pertama dipercaya dapat
membawa keberuntungan bagi keluarga dan saudara-saudara yang lain.

Seperti kata pepatah, begitu banyak tempat, begitu banyak adat, sehingga
membuat Mitoni dipraktekkan berbeda-beda di setiap daerah yang berbeda.

Upacara di luar ruangan melambangkan kerendahan hati rakyat biasa dan


ungkapan syukur mereka kepada Tuhan. Sedangkan, upacara di dalam ruangan
hanya dikhususkan bagi keluarga kerajaan atau bangsawan.

C.Penyebab Perubahan Pelaksanaan Tradisi Mitoni


Tradisi mitoni merupakan upacara yang diselenggarakan pada bulan ketujuh
masa kehamilan dan hanya dilakukan terhadap anak yang dikandung sebagai
anak pertama bagi orangtuanya. Tradisi ini tetap dilaksanakan oleh
masyarakat transmigran Jawa yang tinggal di Desa Sumber Agung. Namun,
tradisi ini sudah mengalami perubahan dalam pelaksanaannya, Sehingga yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa faktor-faktor
penyebab terjadinya perubahan pelaksanaan tradisi mitoni pada masyarakat
Desa Sumber Agung dan bagaimana dampak perubahan tradisi mitoni dalam
kehidupan masyarakat Desa Sumber Agung. Tujuan dari dilakukan penelitian
ini adalah mendeskripsikan faktor penyebab terjadinya perubahan
pelaksanaan tradisi mitoni pada masyarakat Desa Sumber Agung dan
mendeskripsikan dampak perubahan tradisi mitoni pada kehidupan
masyarakat Desa Sumber Agung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori perubahan sosial yang dikemukakan oleh Aguste Comte.
Penelitian ini menggunakan pedekatan kualitatif dengan tipe deskriptif.
Teknik pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive sampling. Jenis
data yang digunakan adalah data primer dan datan skunder. Metode

12
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunkan tiga cara: (1) observasi
(non-participant observation), (2) wawancara mendalam, (3) Studi Dokumen.
Kemudian yang menjadi unit analisisnya adalah berupa kelompok. Analisis
data digunakan dengan model analisis data interaktif (Miles dan Huberman)
yang mencakup dalam empat tahapan, yaitu: (1) tahap pengumpulan data, (2)
tahap reduksi data, (3) tahap penyajian data dan (4) tahap kesimpulan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pelaksanaan tradisi
mitoni yang mana dahulunya sebelum terjadi perubahan memiliki tahapan
acara yang dilakukan. Yaitu: 1. Sungkeman, 2. Siraman, 3. Ngelobkne Ndok
Pitik, 4. Brojolan, 5. Pantes-Pantes, 6. Tigas Kendis, 7. Pecah Periuk, 8.
Nyolong Endhong, 9. Dodol Rujak, 10. Kenduri. Pelaksanaan tradisi mitoni
sekarang yaitu: (1). Proses pelaksanaan tradisi mitoni yang baru di Desa
sumber Agung yaitu: Pembacaan Al-Quran dan penutupan do’a selamat, (2).
Pelaksanaan tahapan tradisi mitoni yang mengalami perubahan yaitu: 1.
Siraman, 2. Ngelobkne Ndok Pitik, 3. Pantes-Pantes, 4. Kenduri. (3). Tahapan
pelaksanaan tradisi mitoni yang tidak dilaksanakan di Desa Sumber Agung
yaitu: 1. Sungkeman, 2. Pembuatan Rujak, 3. Brojolan, 4. Tigas Kendit, 5.
Pecah Periuk, 6. Nyolong Endhong, 7. Sesajian. Penyebab perubahan
pelaksanaan tradisi mitoni adalah: Pertama, berubahnya pandangan
masyarakat Desa Sumber Agung yang dipengaruhi pendidikan. Kedua,
keyakinan agama juga mempengaruhi perubahan pelaksanaan tradisi mitoni.
Ketiga, generasi tua tidak mensosialisasikan kepada generasi muda untuk
menjalankan tradisi mitoni. Dari penyebab diatas akan menimbulkan dampak
yang terjadi dengan perubahan pelaksanaan tradisi mitoni dalam kehidupan
masyarakat Desa Sumber Agung adalah: Pertama, semakin memudarnya
nilai-nilai sakral dalam tradisi mitoni. Kedua, generaasi muda tidak
mengetahui dengan tradisi mitoni. Ketiga, Semakin berkuangnya rasa
solidaritas diantara masyarakat Desa Sumber Agung.

13
BAB IV
PEMBAHASAN

14
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pembahasan kebenaran mitos dalam
tradisi mitoni adalah sebagai berikut:
1. Mitoni berasal dari Bahasa Jawa “pitu” yang artinya tujuh. Angka tujuh ini
dimaksudkan bahwa mitoni adalah ritual yang dilaksanakan pada saat bayi
menginjak usia tujuh bulan dalam kandungan. Kata bilangan itu kemudian dipakai
oleh orang Jawa sebagai simbol yang mewakili kata kerja. Pitu menjadi
pitulungan, bermakna mohon berkat pertolongan dari Yang Maha Kuasa.
Upacaraini diselenggarakan untuk memohon keselamatan, baik bagi ibu
yangmengandung maupun calon bayi yang akan dilahirkan
2. Mitos yang tersebar di masyarakat dalam tradisi mitoni yaitu masyarakat
beranggapan bahwa jika tidak melakukan upacara mitoni akan timbul akibat yang
tidak diharapkan bagi keselamatan ibu dan anak yang akan dilahirkannya. Selain
itu, jika masyarakat mengabaikan adat istiadat setempat maka akan
mengakibatkan celaan dan nama buruk bagi keluarga yang bersangkutan di mata
kelompok sosial masyarakatnya
3. Upaya menjaga keselamatan calon ibu dan bayi dalam kandungan yang
diwujudkanmelalui tradisi mitoniini dapat dibuktikan secara ilmiah. Salah satu
rangkaian acara pada mitoni yaitu selametan, merupakan upaya menjaga
keselamatan calon ibu dan bayi. Acara selametan merupakan kegiatan membaca
atau mendengarkan ayat suci Al-Qur’an. Kegiatan ini sangatbermanfaat bagi bayi
dalam kandungan, mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an dengan tartil dan
makhroj huruf yang benar memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh, seperti:
memberikan efek menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan
kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan
berbagai penyakit, menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf
otak, meredakan kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian,
meningkatkan kemampuan berbahasa dan sebagainya. Stimulasi lantunan ayat Al-

15
Qur’anjuga mempengaruhi denyut jantung bayi menjadi lebih stabil dan
berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan
penyembuhan penyakit.

16

Anda mungkin juga menyukai