Anda di halaman 1dari 11

BAB III

ANALISIS JURNAL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Jurnal

Pencarian jurnal menggunakan portal jurnal Google Scholar dengan

memasukkan kata kunci “Analisis OR Analysis AND Budaya OR Culture

AND Film Tilik” dengan rentang waktu penelitian tahun 2018-2021. Adapun

hasil pencarian yang didapatkan sebanyak 147 buah artikel penelitian. Setelah

dilakukan seleksi hingga diperoleh jumlah artikel jurnal penelitian sebanyak 5

artikel.

3.1.1 Analisis Jurnal Ke-satu

Judul : Nilai Sosial Budaya dalam Film Tilik (Kajian Semiotika

Charles Sanders Peirce)

Peneliti : Dwi Ratih Puspitasari

Tahun Publikasi : 2021

Peneribit : Jurnal Seimotika

Tabel 1.1 Analisis PICO Jurnal Ke-satu


Hasil Analisis PICO

Population Semua tokoh yang terlibat di dalam Film Tilik yaitu,


masyarakat jawa.
Intervention Fokus penelitian ini adalah representasi nilai sosial dan
budaya, di mana penulis akan menganalisis hal tersebut di dalam
film. Objek dalam penelitian ini adalah film “Tilik” yang berupa
potongan gambar dari adegan atau scene dalam film tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan
dalam pendekatan ini berfokus pada penelitian non-hipotesis
sehingga dalam Langkah penelitiannya tidak merumuskan
hipotesis.
Comparator Tidak ada.
Outcome Film “Tilik” memiliki nilai sosial budaya yang dapat kita
Analisa lebih dalam. Nilai sosial budaya tersebut meliputi sistem
bahasa, sikap kekeluargaan, organisasi sosial, kemajuan
teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, sapaan, mitos
yang berkembang dalam masyarakat, status sosial, gotong
royong, dan nilai sopan santun. Hal tersebut dapat dilihat melalui
data-data temuan yang telah dihadirkan dalam penelitian. Kedua,
film “Tilik” berusaha untuk tetap melestarikan dan menjaga
nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di dalam
kehidupan masyarakat. Dengan kesederhanaan topik dan
masalah yang diangkat namun dekat dengan keseharian
masyarakat dan pengemasan yang unik membuat film tersebut
memiliki daya Tarik tersendiri. Ketiga, Film “Tilik” juga ingin
memberikan kritik sosial terkait dengan kemajuan teknologi
khususnya media komunikasi yang tidak dibarengi dengan
kemajuan literasi digital. Media sosial sering menjadi tempat
sumber berita hoaks yang tersebar dalam masyarakat. Seseorang
yang secara mentah mempercayai berita tanpa mengecek
kebenaran sumber tentu merugikan dan meresahkan banyak
pihak.

3.1.2 Analisis Jurnal Ke-dua

Judul : Tradisi Tilik pada Masyarakat Jawa dalam Sorotan Living

Hadis

Peneliti : Althaf Husein Muzakky

Tahun Publikasi : 2021

Peneribit : Substansia: Jurnal Ilmu-ilmu Ushuluddin

Tabel 1.2 Analisis PICO Jurnal Ke-dua


Hasil Analisis PICO
Population Semua tokoh yang terlibat di dalam Film Tilik yaitu,
masyarakat jawa.
Intervention Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji tradisi tilik
sebagai subjek penelitian. Hal ini dianggap penting sebab
wacana yang dianggap tanpa legitimasi al-Qur’an dan Hadis
bahkan dibid’ahkan sehingga menjadi salah satu objek yang
meresahkan masyarakat pribumi khususnya Jawa, bagi
masyarakat Jawa tradisi tilik tak ubahnya hanya sekedar tradisi
dan kegiatan biasa, tilik memiliki fungsi yang sangat kompleks
terutama dalam struktural masyarakat Jawa sejak lama.
Berangkat dari hal tersebut penelitian ini setidaknya akan
menjawab dua problem. Pertama, bagaimana integrasi tradisi
tilik dalam pandangan masyarakat Jawa dan Hadis Nabi. Kedua,
apa nilai hakikat
yang ada dalam tilik sehingga lestari mentradisi hingga saat ini.

Comparator Film Tilik dan Hadist Nabi.


Outcome Tradisi tilik adalah kearifan dan kebijaksanaan yang
dilakukan masyarakat Jawa atas landasan agama dan budaya.
Dalam Hadis Nabi Muḥammad tradisi tilik memiliki riwayat
yang ṣaḥīḥ. Masyarakat Jawa yang memililiki budaya guyub
rukun dan kumpul turut ikut menguatkan tradisi tilik yang
bermacam-macam yakni tilik lara, tilik manten, tilik omah, tilik
bayi, tilik sunat, tilik kerja, tilik kaji. Tradisi tilik memiliki
banyak value dan signifikansihumanis, harmonis. Walaupun
belakangan, tradisi tilik dicederai oleh kaum opportunis
dankomoditas, namun secara penuh tradisi tilik memiliki
kesalehan baik dari dimensi spiritual danranah ranah sosial.

3.1.3 Analisis Jurnal Ke-Tiga

Judul : Representasi Budaya Jawa dalam Film Tilik

Peneliti : Maudy Christina Johanna Wuwung, Daniel Budiana, dan

Chory Angela Wijayanti

Tahun Publikasi : 2021

Peneribit : Jurnal E-Komunikasi

Tabel 1.3 Analisis PICO Jurnal Ke-tiga


Hasil Analisis PICO
Population Semua tokoh yang terlibat di dalam Film Tilik yaitu,
masyarakat jawa.
Intervention Subjek dalam penelitian ini adalah film “Tilik”. Peneliti
mengamati gambar dan suara yang ditampilkan oleh objek
penelitian.
Comparator Tidak ada
Outcome Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah
dilakukan menggunakan metode semiotika dan analisis dua
level milik John Fiske, yaitu level realitas dan representasi,
maka dapat diketahui representasi Budaya Jawa dalam Film
Tilik. Pada aspek yang ada dalam Budaya Jawa terdapat enam
bentuk nilai yang disampaikan secara tersirat dalam film,
yaitu solidaritas, ke Tuhanan, saling membantu, saling
menasehati, gotong royong, dan mempertimbangkan dalam
memutuskan.

3.1.4 Analisis Jurnal Ke-Empat


Judul : analisis resepsi budaya menjenguk orang sakit dalam film
pendek tilik pada ibu-ibu di kabupaten bantul

Peneliti : Ririn Puspita Tutiasri , Edwina Renaganis Yuliani , Nurjihan


Pricillia Purnamasari, Christina Octavianti Putri

Tahun Publikasi : 2020

Peneribit : Jurnal VoxPop

Tabel 1.4 Analisis PICO Jurnal Ke-empat


Hasil Analisis PICO
Population Semua tokoh yang terlibat di dalam Film Tilik yaitu,
masyarakat jawa.
Intervention Penelitian ini ingin membahas bagaimana resepsi
ibu-ibu Bantul dengan budaya menjenguk orang sakit pada
film pendek tilik.Penelitian ini melihat bagaimana respon
ibu-ibu di daerah Bantul yang telah menonton film pendek
berjudul Tilik terhadap budaya menjenguk orang sakit.Budaya
menjenguk orang sakit merupakan objek yang menarik untuk
diangkat dalam sebuah film serta menarik untuk dikaji.
Comparator Tidak ada
Outcome Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah
dilakukan Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Informan dalam
penelitian ini adalah ibu-ibu di Bantulyang telah
menonton film pendek Tilik. Adapun Teknik pengumpulan
data yang dilakukan melalui metode wawancara
mendalam (in-depth interview).Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa filmTilik memberikan gambaran bahwa
budaya menjenguk orang sakit secara bersama-sama masih
sering dilakukan oleh Ibu-ibu di daerah Bantul.

3.1.5 Analisis Jurnal Ke-Lima


Judul : Representasi Relasi Kuasa Dalam Kelompok Masyarakat Pada
Film Tilik

Peneliti : Fairuz Arta Abhipraya, Muhammad Iqbal Khatami, Muhammad


Hima El Muntaha

Tahun Publikasi : 2021

Peneribit : Jurnal Interaksi : Jurnal Ilmu Komunikasi

Tabel 1.5 Analisis PICO Jurnal Ke-Lima


Hasil Analisis PICO
Population Semua tokoh yang terlibat di dalam Film Tilik yaitu,
masyarakat jawa.
Intervention Artikel ini menjelaskan tentang representasi relasi kuasa
atas informasi yang dimiliki di kelompok sosial masyarakat yang
berisikan oleh ibu-ibu dalam film pendek dengan tajuk Tilik.
Artikel ini merupakan sebuah penelitian komunikasi, sebab
representasi relasi kuasa yang dihadirkan pada film pendek
dengan tajuk Tilik ini dapat dikonstruksi melalui adegan berupa
tanda-tanda yang bisa dapat dimaknai serta analisis.
Comparator Tidak ada
Outcome Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah
dilakukan Penelitian ini Metode yang digunakan untuk
menganalisis film adalah metode naratif milik Vladimir Propp
dan teori relasi kuasa milik Michel Foucault. Relasi kuasa yang
dihadirkan pada film ini adalah kuasa atas informasi yang
dimiliki oleh Bu Tejo kepada kelompok sosial ibu-ibu yang
terlibat di dalam film, hal ini ditunjukkan oleh beberapa bagian
film yang sengaja dipilih oleh peneliti sebagai bahan analisis.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa representasi
relasi kuasa dipegang secara dominan oleh Bu Tejo, pasalnya Bu
Tejo memiliki informasi yang tidak dimiliki oleh kelompok
sosial ibu-ibu yang lain. Disisi lain relasi kuasa Bu Tejo berguna
untuk mengeratkan ikatan sosial untuk menggalang dukungan
elektoral untuk suaminya di pemilihan Lurah mendatang dan
menyingkirkan distraksi di dalam kelompok masyarakat.
3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi kelompok kami terhadap sajian Film Tilik

yang di buat oleh Ravacana Film pada tahun 2018 dan ditonton lebih dari 26

juta kali, film ini memiliki latar budaya jawa yang sangat kental. Hal ini

dibuktikan dengan perkataan (dialog), perbuatan (tingkah laku), dan setting

citra suasana sekitar yang kental budaya jawa. Budaya jawa yang ditonjolkan

dalam film ini adalah Tilik, sesuai dengan judul film. Tilik yang dalam Bahasa

Indonesia dapat diartikan sebagai menjenguk atau membesuk orang yang

sedang sakit. Dalam film ini diterangkan bahwa tilik dilakukan secara

bersama-sama para tetangga sekitar menggunakan gotrek atau truk. Tampak

sekali kekeluargaanya.

Meski terlihat berbahaya, tapi hal itu sudah menjadi kebiasaan

masyarakat di beberapa daerah di Jawa untuk menjenguk tetangga yang sakit

dan dirawat di rumah sakit, selain moda transportasi darat lainnya seperti

angkutan atau bemo. Kemudian juga, dalam membesuk atau tilik ini juga para

tetangga akan membawa cenderamata atau uang yang akan diberikan kepada

keluaraga atau tetangganya yang sakit. Dalam film ini diceritakan bahwa uang

yang akan diberikan ke keluarga setalah dirembuk dan dikumpulkan menjadi

satu.
budaya menjenguk orang sakit juga merupakan sarana berinteraksi
dengan sesama warga. Budaya menjenguk orang sakit mungkin tidak
hanya memberikan semangat bagi orang yang sedang sakit, tapi juga
dapat menimbulkan perasaan empati dan saling akrab antar warga. Secara
tidak langsung akan terjadi interaksi antar sesama warga ketika dalam
perjalanan maupun saat sedang berada di rumah sakit. Karena sebagian
warga yang sibuk dengan aktifitasnya sehari-hari membuat waktu
untuk bersosialiasi dengan warga sekitar menjadi berkurang. Sehingga
dengan adanya budaya menjenguk orang sakit ini secara tidak langsung
juga dapat menyambung tali silaturahmi antar warga.

Asep (2010) nilai tinggi dalam masyarakat adalah tolong-menolong serta


saling membantu satu dengan yang lain, setiap kelompok dalam
masyarkat mengembangkan rasa belas kasihan, kebaikan hati, kemurahan
hati, kemampuan ikut merasakan kegelisahan orang lain, adanya rasa
tanggung jawab sosial, peka atau prihatin terhadap sesama, belajar
berkorban untuk orang lain.Penggambaran Budaya Silaturahmi Menjenguk
Orang SakitHarus Bertemu Secara Langsung Dengan Pasien Pada Adegan
Di Film Pendek Tilik.Salah satu tradisi di masyarakat Indonesia
mengenaisilahturahmi dapat dilaukan dengan menjenguk orang sakit.
Dalam film Tilik, rombongan Bu Tejo beramai-ramai menjenguk Bu
Lurahsecara langsung. Budaya menjenguk orang sakit adalah suatu
kewajiban yang tidak tertulis. Apabila ada salah satu warga / saudara sakit
maka tidak heran apabila kita berbondong-bondong datang untuk
menjenguk ke rumah sakit atau kerumah orang yang sedang sakit.

Relasi antara Bu Tejo dengan semua pemain dalam film tersebut


merupakan sebuah bentuk relasi kuasa, seperti yang dijelaskan Foucault
tentang individu modern muncul sebagai objek dan subjek dari penyebaran
dan pengadaan jaring-jaring kuasa. Menurut pandangan Foucault, kehadiran
dari kekuasaan tersebar dimana-mana, pasalnya kekuasaan adalah satu
dimensi dari satu relasi yang terpadu. Artinya bahwa dimana ada sebuah
relasi, maka ada sebuah kekuasaan di dalamnya (Susilo & Kodir, 2016).
Tokoh sentral Bu Tejo dan Yu Ning terlibat dialog membahas tentang

keponakannya Dian. Bu Tejo berpendapat bahwa tokoh dian bekerja yang

tidak benar berdasarkan pembuktian melalui foto di Facebook. Padahal ini

belum tentu dapat dijadikan suatu pembenaran. Bu Tejo juga mengatakan

bahwa dirinya sering melihat tokoh dian pulang malam dan pernah menjumpai

dian sedang muntah-muntah, nyatanya saat didekati tokoh dian malah pergi.

Dalam budaya jawa seorang perempuan memiliki aturan atau suatu adap

bahwa perempuan saat malam hari harus berada dirumah. Hal ini bertujuan

untuk mencegah hal yang tidak diinginkan seperti menjadi perbincangan orang

lain contohnya. Nyatanya di akhir film tuduhan-tuduhan tersebut tidaklah

benar. Oleh karena itu penting untuk kita lakukan telaah sebelum memberikan

informasi kepada orang lain. Film ini mengajarkan kepada kita untuk melek

literasi digital.
Selanjutnya, adegan film juga sempat menyinggung perihal susuk.

Dalam budaya jawa masih ada hal hal yang berbau mistis, seperti susuk yang

mengakar di kalangan masyarakat jawa.

Tokoh Yu Ning tampak memberikan karet gelang kepada Bu Tejo

dengan tujuan diikatkan karet tersebut pada jempol untuk menahan kencing.

Hal ini juga merupakan suatu kebiasaan orang jawa yang ditampilkan dalam

adegan film tersebut.

Tampak pula semangat gotong-royong dalam film ini dibuktikan saat

gotrek mogok semua orang ikut mendorong. Meski Bu Tejo dan seorang

temannya enggan membantu.


DAFTAR PUSTAKA

Puspitasari, Dwi R. (2021). Nilai Sosial Budaya dalam Film Tilik (Kajian
Semiotika Charles Sanders Peirce). Jurnal Seimotika. 15 (1) 10-18.
Muzakky, Althaf H. (2021). Tradisi Tilik pada Masyarakat Jawa dalam Sorotan
Living Hadis. Substansia: Jurnal Ilmu-ilmu Ushuluddin. 23 (1) 24-38.
Wuwung, dkk. (2021). Representasi Budaya Jawa dalam Film Tilik. Jurnal
EKomunikasi. 9 (2) 1-9.
Ririn Puspita Tutiasri, dkk.(2020). analisis resepsi budaya menjenguk orang sakit
dalam film pendek tilik pada ibu-ibu di kabupaten bantul. Jurnal VoxPop.
Volum 2 no 1

Fairuz Arta Abhipraya,dkk.(2021). Representasi Relasi Kuasa Dalam Kelompok


Masyarakat Pada Film Tilik. Jurnal Interaksi : Jurnal Ilmu Komunikasi.
Vol. 5. No. 1, hlm 102 -116

Anda mungkin juga menyukai