Anda di halaman 1dari 5

TAO SIPINGGAN DAN TAO SILOSUNG

Pada zaman dahulu di daerah Silaban, Kecamatan Lintong Ni Huta Kabupaten Humbahas
sekarang , hiduplah sepasang suami istri yang mempunyai dua orang anak laki-laki,yang bernama Datu
Dalu yang kerjanya berburu , Datu Sangmaima lebih tertarik bertani dan pengobatan. Ayah mereka
adalah seorang ahli pengobatan dan jago silat. Sang ayah ingin kedua anaknya mewarisi keahlihan yang
dimilikinya.Oleh karena itu ia sangat tekun mengajari mereka cara meramu obat dan bermain silat sejak
kecil, sehingga kedua anak tersebut tumbuh menjadi pemuda yang gagah ,pandai meramu obat dan
pandai bermain silat.

Pada Suatu hari ayah dan ibu mereka pergi ke hutan untuk mencari tumbuhan untuk obat-obatan,tapi
hingga hari sudah senja kedua otang tuanya belum kembali, akhirnya Datu Dalu dan Datu Sangmaima
memutuskan untuk mencari orangtuanya ke hutan. Sesampainya di hutan mereka terkejut , karena
kedua orang tuanya sudah meninggal diterkam harimau.

Dengan sekuat tenaga kedua abang beradik menggotong orang tuanya ke kampung, Usai
pemakaman ,mereka hendak berbagi harta warisan, namun yang di tinggalkan hanyalah sebuah tombak
pusaka, menurut adat yang berlaku di daerah itu , apabila orang tua meninggal, maka tombak pusaka
jatuh ke tangan anak yang paling besar.

Sepeninggalan orangtunya , mereka menempuh jalan hidup masing-masing dan tinggal tidak serumah
lagi.Datu Dalu tinggal di Lobutala dan Sangmaima tinggal di Lobu Sipingga.Datu Dalu, kerjanya setiap
hari hanya berburu, sedangkan Datu Sangmaima mempunyai ladang dan kebun yang rindang, namun
setiap saat selalu dirusak babi utan.

Sudah sering Datu Sangmaima berburu babi hutan dan sudah banyak yang dibunuhnya, tetapi babi
hutan tersebut masih sering merusak kebun dan ladangnya. Lalu ia teringat akan tombak sakti yang
diwariskan orangtuanya ,yang masih disimpan kakaknya. lalu menjumpainya dan berkata

“Bang , pinjamkanlah tombak sakti warisan orang tua kita,aku ingin berburu babi hutan ,sebab tiap mau
panen ladang dan kebun saya selalu dirusak babi hutan”

“Ngak apa-apa ,yang penting kau kembalikan kembali setelah siap berburu” jawab Datu Dalu,lalu masuk
ke kamar untuk mengambil tombak pusaka dan memberikan kepada Datu Sangmaima adiknya.

Datu Sangmaima membawa tombak pusaka tersebut,dan mulai berburu ,dengan cara mengintip babi
hutan di kebunnya. Satu saat ketika babi hutan datang lagi merusak kebun yang disebut porlak,
Sahangmaima menghujamkan tombak ke arah babi hutan.

“ Duuggg”

Tombak itu tepat mengenai lambung babi hutan, Datu Sangmaimapun senang ,di kiranya babi hutan itu
roboh ,namun ternyata babi hutan masuk ke semak-semak .
“ Wah celaka “ tombak itu terbawa lari aku harus mengambilnya kembali” guman Datu Sangmaima
cemas. Iapun berlari mengejarnya , namun sia-sia Dia hanya menemukan gagang tombak tersebut ,
sedangkan mata tombak itu terbawa oleh babi hutan yang terseok-seok lari ke liang yang disebut Banua
Toru (benua bawa)

Karena agak lama tombak sakti belum juga di kembalikan Datu Sangmaima . Akhirnya Datu Dalu
menagih pedang itu untuk dikembalikan, dan berkata pada adiknya.

” Dik mana tombak yang kau pinjam itu? Aku mau berburu”.

Sangmaima dengan kecut menjawab

”Abang mata tombak pusaka itu telah tertancap ke lambung binatang perusak itu,dan sudah kucari
tetapi tidak jumpa dengan binatang yang tertusuk tobak itu. Ngak usah abang kecewa . kalaupun tidak
menemukan ujung tomak itu, aku akan membuat tiruannya yang hampir sama dengan tombak
terdahulu.”

Namun si Datu Dalu tidak mau tahu dan keluarlah ucapannya.

“Nggak bisa begitu, harus asli harus kembali. Meminjam adalah adat, tetapi jika barang yang dipijam
barang yang kembali, tombak dipinjam tombak kembali,” ujar Datu Dalu.

Sahangmaima mencoba menjelaskan letak persoalan dan berkata,

“Air yang kotor di muara dibersihkan di hulu, benang yang kusut harus dirunut. Bukan saya anggap
remeh, pusaka itu sebenarnya lepas karena kurang kencan menyatu dengan tangkainya, walau
demikian, apapun pendapatmu saya akan ikuti. Tetapi jangan kita bertengkar, kita adalah saudara”

Datu Dalu bersikeras pedang itu harus ketemu. Sahangmaima sedih, sebab tak mungkin mata tombak
pusaka itu akan ketemu. Lalu ia berpikir bagaimana cara menemukan mata tombak tersebut sedang
hewan yang ditombaknya lari ke Banua Toru

. Akhirnya mengambil keputusan untuk mencari babi hutan yang ditombaknya .untuk itu ia mengajak
sahabatnya ke hutan mengambil rotan. Lalu, diurutkanlah rotan tersebut ke Banua Toru.

Di Banua Toru Sangmaima mampir pada sebuah pondok. Ada sesosok perempuan menumbuk padi
sambil menjaga jemuran padinya , Kemudian, ada ayam lewat dan mengais padinya.dengan cepat
perempuan tadi mengambil sabit dan melempar ayam itu kena .dan leher ayam itu jadi terpotong.

Pemilik ayam marah pada perempuan itu dan berkata,

“Eh, jangan sampai ayamku mati, padimu akan menjadi gantinya, sebab yang hidup tumbal yang hidup,
ayam itu harus kembali,”

.Perempuan itu sedih mendengar ucapan pemilik ayam. Melihat ini Datu Sangmaima mendekati
perempuan malang itu, lalu bertanya ,
“Ibu, ada nggak babi hutan lewat wilayah ini kena goresan pedang. Tadi aku menombaknya di Banua
Tonga (benua tengah), tetapi mata tombaknya masih menempel di dagingnya, kalau Anda melihatnya
tolong beritahu ,nanti ibu saya bantu untuk menghidupkan ayam yang terpotong tadi ”

Lalu si perempuan menjawab,

“Ada perempuan yang luka di rumah ini barusan dari Banua Tonga. Namun, ia bukan binantang. Tetapi
ia orang jahat, rupanya bisa berubah-ubah untuk merusak ladang orang lain. Mata tombaknya ada di
situ”

Mengingat janji yang diucapkan pada perempuan tadi, Sangmaima lalu mengobati ayam dari bahan
Pagaban-abang, lalu setelah diobati ayam itu langsung hidup. Ia kembalikan pada yang punya.

Kemampuan menyembuhkan dari Sangmaima tersebar disemua penjuru Banua Toru hingga terdengar
pada seorang ayah yang anak perempuannya terluka, Lalu ia dipanggil juga mengobati. Pada saat
mengobati ia melihat mata tombak pusaka itu tertancam di daging perempuan itu

Ditengah malam yang penat, ia mengajak perempuan terluka itu ke balik lubang,untuk diobati , lalu
semua ramuan ditetesi ke luka perempuan, sambil darahnya dilap,Sangmaima membuat tiruan mata
tombak yang tertancap pada tubuh perempuan itu , dengan maksud agar jangan ada orang lain tahu
bahwa Sangmaima fokus pada mata tombak itu.

Lalu setelah ujung tombak tertarik, kemudian ia menyimpannya dan menunjukkan ujung tombak
tiruan yang terbuat dari tandiang ke orang ramai dan berkata;

“Wa, duh, pantas begitu sakit ternyata panjang sekali tombak ini”.

Lalu pihak keluarga perempuan bersyukur,dan hendak memberi Sangmaima imbalan. Namun,
Sangmaima lebih tahu maksud dari pihak perempuan itu,lalu berlahan dia turun ke bawa, dibawalah
sipu-sipu, lalu ditancapkan keekor babi. Dari situ ia lari ke halaman. Kemudian ia membuat batang
pisang persis manusia. Lalu ikatkan ke pintu gerbang kampung , dan terus berlari lari ke arah rotan yang
menjadi jalannya ke Banua Toru.

Kemudian, si perempuan yang terluka tadi siuman, dan mencari dukun yang mengobatinya ,namun
Sangmaima, ternyata tidak ada lagi. Lalu ia turun itu ke bawa, dan melihat ada api di barak-barak
rumah, lalu ia mendekatinya, lalu mengambilnya, untuk penerangan.Tepat di gerbang kampung ia
melihat sesosok manusia lalu ditikam sekuat tenaga dicabut ,kemudian ditikamkan kembali, ia kira
bahwa itu adalah Sangmaima, karena baru siuman dan lukanya belum sembuh, akhirnya ia kecapaian
dan meninggal..

Mengetahui ini, pihak perempuan mencari Sangmaima tetapi tidak jumpa, kemudian mereka
mengingat bahwa Sangmaima datang ke Banua Toru melalui jalan yang terbuat dari rotan, kemudian
beberapa orang memanjat rotan tersebut, mengetahui hal ini Sangmaima memotong rotan
jalannya,iapun selamat dan orang yang memanjat melalui rotan tadi berjatuhan dan tak ada yang
sampai ke Banua Tonga.Karena saking kesalnya pihak dari perempauan melepaskan tujuh anjing
pelacaknya untuk mengejar Sangmaima, namun sayang ia sudah jauh.Namun seekor anjing sampai juga
ke Banua Toga, anjing itu membawa penyakit ayan dan memuntahkan.

Untuk mengobati penyakit ayan ini mereka dianjurkan minum darah anjing ,karena anjing itu sumber
penyakit tersebut Itu sebabnya penyakit ayan selalu disarankan minum darah anjing.

Sesampainya di kampung Banua Toga, Sangmaima menyerahkan langsung mata pusaka itu ke Datu Dalu.
Namun di hati Sangmaima ada perasaan tidak senang kepada abangnya, karena ia hampir mati gara-gara
ujung tombak tersebut. Datu Dalu sangat gembira , karena tombak pusaka peninggalan otangtuanya
dapat kembali ke tangannya.

Untuk mensyukuri kembalinya tombak pusaka , Datu Dalu mengadakan kenduri. Namun sayangnya dia
tidak mengundang adiknya. Hal ini membuat Datu Sangmaima tersinggung, sehingga adiknya
memutuskan untuk mengadakan kenduri di rumahnya sendiri, dalam waktu yang bersamaan.Untuk
memeriahkan kenduri Datu sangmaima mengadakan pertunjukan dengan mendatangkan seorang
wanita yang dihiasai dengan berbagai bulu burung sehingga menyerupai burung Ernga.

Pada saat pesta berlangsung , banyak orang yang datang ke pesta Datu Sangmaima, sementara pesta di
rumah Datu Dalu sepi. Untuk memikat pengunjung yang datang Datu Dalu bermaksud meminjamkan
pertunjukan adiknya. Katanya ,

“ Adikku bolehkah aku meminjam pertunjukanmu?”

“ Aku tidak keberatan meminjamkan pertunjukan ini , asal abang dapat menjaga wanita burung Ernga
tidak hilang” Jawab adiknya.

“ Ia aku akan menjaganya dengan baik “ jawab abangnya

Setelah pesta selesai Datu Sangmaima segera mengantar wanita burung Ernga ke rumah abangnya,
lalu ia berpura-pura pulang, namun tidak , melainkan menyelinap dan bersembunyi di langit-langit
rumah abangnya .Kemudian secara sembunyi-sembunyi menjumpai wanita burung Ernga dan berkata

“ Hai wanita burung Ernga | Besok pagi-pagi sekali , kau harus pergi dari sini tanpa sepengetahuan
abangku , agar ia mengira kamu hilang”

“ Baiklah tuanku “ jawab wanita itu.

Ke esok harinya ,Datu Dalu sangat terkejut , karena wanita itu tidak berada di kamarnya. Ia lemas
karena tidak dapat menjaganya.

“Gawat ! adikku pasti marah bila mengetahui hal ini “ gumannya

Belum lagi dia mencari , adiknya sudah datang untuk menjemput wanita burung Ernga dan berkata,

“ Bang ! aku datang untuk membawa pulang wanita burung Ernga “ dan di mana dia ?”

Lalu abangnya menjawab”.


“ Maafkan aku , aku lalai dan tidak menjaganya dengan baik, Karena tiba-tiba saja dia sudah menghilang
dari kamarnya”

Datu Dalu mencoba memberikan solusi kepada Datu Sangmaima , namun adiknya berkeras minta wanita
burung Ernga harus kembali. Karena tidak ada yang mau mengalah akhirnya mereka berperang.

Selama tujuh hari tujuh malam, tidak ada yang kalah. Lalu, Datu Dalu menerbangkan lesung ke kampung
Sangmaima. Kemudian, Sangmaimapun menerbangkan tempayan mirip piring berisi air ke kampung
Datu Dalu. Di langit kedua benda tersebut berbenturan, kemudian jatuh ke tanah.

Setelah jatuh ke tanah,lesung yang diterbangkan Datu dalu dan piring yang diterbangkan Sangmaima
berubah menjadi menjadi dua waduk. Dan waduk itu diberi nama Tao Sipinggan ,yang berasal dari
piring yang diterbangkan Sangmaima , dan Tao silosung yang berasal dari Lesung yang diterbangkan
oleh Datu Dalu.

Karena melihat apa yang terjadi , kedua abang beradik menghentikan pertarungan mereka dan pulang
ke tempat masing-masing tanpa sepatah kata.

Ada berita, jika kedua air danau ini disatukan pasti akan bergoyang sebab berlawanan. Tempat itu
bernama Kecamatan Lintongnihuta, persis di kampung marga Silaban dimana dua danau ini berada.

Anda mungkin juga menyukai