X AP.8
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
I Putu Sumardiana Putra ( 15 )
Ni Kadek Jihan Rizkiani Putri Gita ( 23 )
Ni Komang Riastini ( 26 )
Ni Nyoman Sri Sumawartini ( 30 )
sumber gambar:
( http://agamahindudarma.blogspot.com/ )
Berdasarkan uraian dari Agastya Parwa itu menjadi sangat jelaslah pembagian catur
asrama itu. Catur asrama ialah empat fase pengasraman berdasarkan petunjuk kerohanian.
Dari keempat pengasraman itu diharapkan mampu menjadi tatanan hidup umat manusia
secara berjenjang. Masing-masing tatanan dalam tiap jenjang menunjukan proses menuju
ketenangan rohani. Sehingga diharapkan tatanan rohani pada jenjang moksa sebagai akhir
pengasraman dapat dicapai atau dilaksanakan oleh setiap umat. Adapaun pembagian dari
catur asrama itu terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
1. Brahmacari Asrama
2. Grhastha
3. Wanaprastha
4. Bhiksuka/Sanyasin
prasidheyed akarmanah
(Bhagawadgita III.8.42).
Artinya:
Lakukan pekerjaan yang diberikan padamu karena melakukan perbuatan itu lebih
baik sifatnya dari pada tidak melakukan apa-apa, sebagai juga untuk memelihara
badanmu tidak akan mungkin jika engkau tidak bekerja.
(Bhagawadgita III.9.43)
Artinya:
Kecuali pekerjaan yang dilakukan sebagai dan untuk yadnya dunia ini juga terikat
oleh Hukum Karma. Oleh karenanya, O Arjuna, lakukanlah pekerjaanmu sebagai
yadnya, bebaskan dari semua ikatan.
o WANAPRASTHA
Wanaprasta terdiri dari dua kata yaitu ” wana ” yang artinya pohon, kayu, hutan, semak
belukar dan ” prasta ” yang artinya berjalan, berdoa. Jadi wanaprasta artinya hidup menghasingkan
diri ke dalam hutan. Mulai mengurangi hawa nafsu bahkan melepaskan diri dari ikatan duniawi.
Kalau dalam grehastha asrama seseorang giat bekerja, mengabdi untuk mendapatkan bekal
hidup baik yang bersifat rohani dan lebih-lebih lagi yang bersifat artha. Namun dalam tingkatan
wanaprastha asrama perlahan-lahan seseorang itu mulai mengasingkan diri dari kesibukan duniawi.
Dengan demikian juga yang berhubungan dengan kepuasan yang bersifat lahiriah sedikit demi
sedikit mulai ditinggalkan. Pusat perhatian pada jenjang ini mengarah pada kenikmatan rohani,
memperdalam ajaran kerohanian dan kegiatan spiritual lebih diperbanyak.
Tetapi dizaman modern seperti sekarang ini, sulit dilakukan mengingat hutan susah untuk
ditemukan. Hutan – hutan berubah menjadi rumah, ruko dan juga gedung – gedung bertingkat. Lalu
bagaimana kita menjalani kehidupan wanaprasta. Kehidupan wanaprasta dimaksudkan, secara
perlahan – lahan melepaskan keterikatan duniawi dan mendekatkan diri dengan Tuhan,
meningkatkan spiritualitas untuk mengetahui hakekat Tuhan yang sesungguhnya. Jadi tidak harus
pergi ke hutan dan mengasingkan diri.
sumber gambar:
( http://kb.alitmd.com/konsep-jenjang-kehidupan-dalam-hindu-catur-asrama/ )
Masa yang baik untuk mulai menempuh hidup sebagai seorang Wanaprastha adalah setelah
berusia kurang lebih 60 tahun ke atas. Karena pada usia seperti itu, anak-anaknya sudah dapat hidup
mandiri. Bagi seorang pegawai negeri ia sudah pension sehingga ia sudah lepas dan bebas dari tugas
dinasnya.
Vanaprastha tidaklah diartikan sebagai meninggalkan rumah lalu pergi menyepi kehutan
untuk bertapa, tetapi vanaprastha dimaknai sebagai hidup yang hening dan suci, sedikit demi sedikit
melepaskan diri dari ikatan keduniawian, dan menguatkan pengendalian diri berdasarkan ajaran
Agama Hindu. Ajaran agama yang diperoleh pada masa brahmacari kini dilaksanakan pada
kehidupan sehari-hari secara lebih mantap, dimana lebih dipusatkan pada bidang spiritual.
Wanaprastha adalah batu loncatan untuk mencapai sebuah jenjang Sanyasin karena lewat
Wanaprasta jiwa secara perlahan terlatih tidak lagi bergantung kepada hal-hal yang bersifat
kenikmatan indria dengan demikian pikiran tidak lagi focus ke indria apapun bentuknya melainkan
hanya pada Tuhan.
“ Tat-buddhayas tad-atmanas
tan-nisthas tat-parayanah
gacchanty apunar-avrtti
jnana-nirdhuta-kalmasah”.
( Bhagavadgita V-17)
Artinya:
Dari sloka ini dijelaskan bahwa pikiran adalah faktor terpenting dalam keberhasilan seorang
dalam melaknakan Sanyasin asrama, untuk itu pikiran harus dilatih secara perlahan-lahan pada
masa wanaprasta hingga nanti saat memasuki jenjang sannyasi asrama pikiran benar-benar telah
mantap pada Tuhan. Hingga tidak ada lagi goncangan-goncangan mental saat menjalani masa
Sannyasin.
Adapun ciri-ciri orang yang telah dapat masuki tahap wanapratha ini adalah: usia yang
sudah lanjut, mempunyai banyak pengalaman hidup, mampu mengatasi gelombang pahit getirnya
kehidupan, serta mempunyai kebijaksanan yang dilandasi oleh ajaran agama dan ilmu pengetahuan.
Telah memiliki keturunan atau generasi lanjutan yang sudah mapan dan mampu hidup mandiri.serta
tidak bergantung lagi pada orang tua baik dibidang ekonomi maupun yang lainnya.
Artha dan kama hendaknya kita mulai mengurangi, berkosentrasi dalam spiritual, mencari
ketenangan bathin dan lebih mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi. Tujuan hidup pada
masa ini adalah persiapan mental dan fisik untuk dapat menyatu dengan Tuhan, sehingga Tujuan
hidup ini diprioritaskan kepada kama dan moksa.