Anda di halaman 1dari 9

BAB I

RINGKASAN CERITA

Ada katururan satua I Kidang Emas. Men Sugih anak sugih pesan, nanging
demit tur iri ati, jail teken anak lacur.

Men Tiwas buka adane tiwas pesan, nanging melah solahne, tusing taen jail
teken timpal. Men Tiwas geginane ngalih saang ke alase lakar adepa ka peken.
Nuju dina anu, Men Tiwas ka umah Men Sugih ngidih api. Ditu Men Sugih ngomong,
"Ih cai Tiwas, alihin ja icang kutu, yen suba telah kutun icange, nyanan upahina
baas".

Laut Men Tiwas ngalihin kutu Men Sugihe. Suba tengai mara suud. Men
Tiwas upahina baas acrongcong, ngenggalang lantas baasne abana mulih laut jakana.

Men Sugih jumahne buin masiksikan, maan kutu aukud. Ngenggalang ia ka


umah Men Tiwase, laut ngomong, "Ih cai Tiwas, ene icang maan kutu aukud, jani mai
uliang baas icange ituni". Masaut Men Tiwas, "Yeh, baase ituni suba jakan tiang".

Masaut Men Sugih, "Nah, ento suba aba mai anggon pasilih!". Nasine ane
makire lebeng ento laut juanga konyang ka pancine abana mulih baan Men Sugih.
Nyanane buin teka Men Sugih, "Ih Tiwas, tuni Nyai ngidih api teken saang icange".
Lantas api teken saange apesel gede juanga baan Men Sugih. Men Tiwas bengong
mapangenan baan lacurne buka keto.

Buin manine Men Tiwas tundena nebuk padi baan Men Sugih lakar upahina
baas duang crongcong. Men Tiwas nyak nebuk kanti pragat, upahina baas duang
crongcong, laut encol mulih lantas nyakan. Men Sugih lantas nyeksek baas, maan
latah dadua.

Encol ia ka umah Men Tiwas laut ngomong, "Ih Tiwas ene baase enu misi
latah dadua, jani uliang baas icange, yen suba majakan ento suba aba mai".

Sedek dina anu Men Tiwas luas ka alase, krasak-krosok ngalih saang. Saget
teka Sang Kidang laut ngomong, "Men Tiwas apa lakar alih ditu?" masaut Men
Tiwas, "Tiang ngalih saang teken paku".
"Lakar anggon gena ngalih paku?"
Masaut Men Tiwas, "Lakar anggon tiang jukut".
"Ih Tiwas lamun nyak Nyai nyeluk jit icange, ditu ada pabaang nira teken Nyai!"

Lantas Men Tiwas nyak nyeluk jit kidange, mara kedenga, limane bek misi
mas teken selaka. Suud keto Sang Kidang ilang, Men Tiwas kendel pesan lantas
mulih. Teked jumah ia luas ke pande ngae gelang, bungkung teken kalung.
Men Tiwas jani sugih nadak, pianakne makejang nganggo bungah, lantas ia
pesu mablanja. Tepukina Men Tiwas teken Men Sugih. Delak-delik ia ngiwasin
pianak Men Tiwase.

Buin manine Men Sugih mlali ka umah Men Tiwase matakon, "Ih Tiwas, dija
Nyai maan mas selaka liu?". Masaut Men Tiwas, "Kene embok, ibi tiang luas ka alase
ngalih saang teken paku lakar jukut, saget ada kidang, nunden tiang nyeluk jitne.
Lantas seluk tiang, mara kedeng tiang limane ditu maan emas teken selaka liu." Mare
ningih keto. Men Sugih ngencolang mulih.

Manine Men Sugih ngemalunin luas ke alase, Men Sugih nyaru-nyaru buka
anak tiwas, krasak-krosok ngalih saang teken paku.

Saget teka Sang Kidang, "Nyen ento krasak-krosok?".


Masaut Men Sugih, "Tiang Men Tiwas, uli puan tiang tuara nyakan".
Men Sugih kendel pesan kenehne.
Lantas masaut Sang Kidang, "Ih Tiwas, mai seluk jit nirane!".

Mara keto lantas seluka jit kidange, laut kijem jit kidange, Men Sugih paide
abana ka dui-duine. Men Sugih ngeling aduh-aduh katulung-tulung,"Nunas ica tulung
tiang, tiang kapok!".

Teked di pangkunge mara Men Sugih lebanga, awakne telah babak belur tur
pingsan. Disubane inget ia magaang mulih. Teked jumahne lantas ia gelem makelo-
kelo laut ngemasin mati.
BAB II
ANALISA PROSA BALI PURWA

2.1 UNSUR-UNSUR INTRINSIK SATUA BALI

Berikut ini adalah beberapa unsur intrinsik yang terdapat di dalam suatu cerita
pendek:

1. Tema Satua

Tema adalah gagasan utama atau ide pikiran yang melatarbelakangi suatu cerita
pendek. Semua karya tulis harus memiliki tema tertentu agar dapat menyampaikan isi
pesan dari sebuah tulisan.

Tema cerpen bisa bermacam-macam, mulai dari tema umum, isu masyarakat, kisah
pribadi pengarang, kisah percintaan, dan lain-lain. Bisa dikatakan bahwa tema
merupakan nyawa atau ruh dari setiap cerpen.

2. Tokoh Satua

Tokoh di dalam satua Bali merupakan unsur intrinsik cerpen yang sangat penting
selain tema. Tokoh merupakan para pemain atau orang-orang yang terlibat di dalam
sebuah cerita pendek.

Di dalam setiap cerita pendek terdapat dua jenis tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh
pembantu/ tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang berinteraksi langsung dengan
konflik. Sedangkan tokoh pembantu adalah tokoh yang diungkapkan dalam cerpen
namun tidak terlibat langsung dengan konflik.

Ada 4 watak tokoh yang digambarkan di dalam cerita pendek, yaitu:

 Tokoh Protagonis, yaitu tokoh yang memiliki karakter baik dan umumnya
berperan sebagai tokoh utama dalam cerpen.
 Tokoh Antagonis, yaitu tokoh yang memiliki karakter jahat. Tokoh antagonis
umumnya berinteraksi langsung dengan tokoh utama.
 Tokoh Tritagonis, yaitu tokoh yang memiliki sikap dan karakter penengah.
Biasanya tokoh tritagonis berperan sebagai orang bijak dan mediator antara
protagonis dan antagonis.
 Figuran, yaitu tokoh pendukung/ pembantu dan jarang muncul di dalam
cerpen. Namun, tokoh figuran dapat memberikan warna dan nuansa tersendiri
pada cerpen sehingga menjadi lebih hidup.

3. Penokohan Dalam Satua Bali

Unsur penokohan masih berhubungan dengan tokoh di dalam satua. Jika tokoh
Satua adalah para pelaku di dalam cerpen, maka penokohan adalah gambaran tentang
karakter atau watak tokoh tersebut.

Penokohan dalam satua dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

 Analitik, yaitu cara menjelaskan tentang watak dan karakter tokoh dengan
memaparkannya secara langsung. Misalnya, pemberani, penakut, keras kepala,
pemalu, dan lain-lain.
 Dramatik, yaitu cara menjelaskan tentang sifat dan karakter toko secara
tersirat. Umumnya disampaikan melalui tingkah laku tokoh di dalam cerpen.

4. Alur/ Plot Satua Bali

Alur atau Plot adalah unsur intrinsic satua yang menjelaskan mengenai rangkaian
peristiwa yang disampaikan oleh pengaran untuk membentuk cerita dalam cerpen.
Dalam menyampaikan cerita, biasanya penulis menggunakan beberapa tahapan,
diantaranya:

 Tahap perkenalan, yaitu tahapan pengenalan tokoh dan latar dalam satua.
 Tahap kemunculan konflik, yaitu tahapan dimana konflik atau permasalahan
mulai muncul dalam satua.
 Tahap klimaks, yaitu tahapan dimana konflik berada pada titik puncak.
Biasanya pada tahap ini tokoh utama mengalami kebingungan atau sedih.
 Tahap peleraian, yaitu tahap dimana permasalahan mulai mereda dan
terdapat solusi yang diambil oleh tokoh utama.
 Tahap penyelesaian, yaitu tahap akhir pada sebuah cerita pendek. Umumnya
tahap ini berakhir dengan kebahagiaan (happy ending).

Tahap-tahap di dalam satua diatur melalui alur jalan cerita. Alur cerita ini dapat
membuat cerpen menjadi lebih menarik dan membuat penasaran pembacanya.

Berikut ini adalah dua jenis alur yang sering digunakan dalam cerita pendek:

 Alur maju, yaitu rangkaian cerita yang bergerak secara berurutan dimana
urutannya adalah pengenalan, munculnya masalah/ konflik, klimaks,
peleraian, dan penyelesaian.
 Alur mundur, yaitu rangkaian cerita yang bergerak secara tidak berurutan.
Pada alur mundur biasanya pengarang membuatnya dengan memunculkan
konflik terlebih dahulu. Selanjutnya, terlihat beberapa peristiwa yang menjadi
sebab-akibat munculnya konflik tersebut.
5. Latar (Setting)

Latar/ setting adalah unsur intrinsik satua yang menjelaskan tentang tempat, waktu,
dan suasana di dalam satua. Unsur ini sangat erat hubungannya dengan tokoh dalam
sebuah cerita pendek.

 Latar tempat, yaitu tempat-tempat yang disinggahi oleh tokoh utama di


dalam cerpen. Misalnya di rumah, di kantor, di kampus, dan tempat-tempat
lainnya.
 Latar waktu, yaitu keterangan mengenai waktu terjadinya peristiwa yang
dialami oleh tokoh utama. Misalnya, pagi hari, malam hari, masa lalu, pada
jam tertentu.
 Latar suasana, yaitu keterangan mengenai gambaran suasana dalam cerpen
yang mempengaruhi perasaan para tokoh. Misalnya, suasana romantis,
suasana haru, suasana seram, dan lain-lain.

6. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan posisi seorang penulis di dalam satua. Dalam hal ini,
penulis satua dapat berperan sebagai orang pertama atau ketiga di dalam sebuah cerita
pendek.

 Sudut pandang orang pertama, yaitu cara seorang penulis menceritakan


suatu cerpen dengan memakai kata ganti “Aku”. Dengan kata lain, tokoh
utama di dalam satua tersebut adalah penulis itu sendiri.
 Sudut pandang orang ketiga, yaitu cara seorang penulis menceritakan suatu
satua dengan memakai kata ganti “Dia”. Artinya, tokoh utama dalam satua
adalah fiktif atau hasil imajinasi si penulis.

7. Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan unsur intrinsik satua yang berfungsi untuk memberikan
kesan yang lebih menarik. Misalnya dengan menggunakan majas, penggunaan diksi,
dan cara merangkai kata di dalam cerpen.

Masing-masing penulis satua tentunya memiliki ciri khas dalam penggunaan gaya
bahasa. Dan gaya bahasa tersebut sangat berkaitan dengan penceritaan yang dibangun
pengarang pada sebuah cerita pendek.

8. Amanat/ Pesan Satua Bali

Amanat dalam cerpen adalah pesan moral atau pelajaran di dalam cerita pendek yang
dapat diambil oleh para pembacanya. Pada umumnya, amanat (moral values) di dalam
cerpen tidak tersurat di dalam cerpen, tapi disampaikan secara tersirat melalui isi
cerita. Tentu saja hal ini tergantung pada pemahaman dari pembaca cerpen itu.
2.2 ANALISA UNSUR INTRINSIK SATUA BALI
NO. UNSUR INTRINSIK KUTIPAN CERITA ANALISA KET.
1 Tema Pada Satua ‘I Kidang Pendidikan Sosial dan
Emas’ di ceritakan Moral dalam Berperilaku di
bagaimana sikap ikhlas Lingkungan Masyarakat
dan sikap tamak yang
masing-masing mendapat
pengajaran kehidupannya
masing-masing. Satua ‘I
Kidang Emas’ ini akan
memberikan pesan moral
kepada pembaca dalam
berperilaku di lingkungan
masyarakat.

2 Tokoh “…..Men Sugih anak Men Tiwas sebagai Tokoh


sugih pesan, nanging Protagonis, yaitu tokoh
demit tur iri ati, jail teken yang memiliki karakter baik
anak lacur….” dan umumnya berperan
sebagai tokoh utama dalam
“…..Men Tiwas buka cerpen.
adane tiwas pesan,
nanging melah solahne, Men Sugih sebagai Tokoh
tusing taen jail teken Antagonis, yaitu tokoh
timpal…..” yang memiliki karakter
jahat. Tokoh antagonis
“……Lantas Men Tiwas umumnya berinteraksi
nyak nyeluk jit kidange, langsung dengan tokoh
mara kedenga, limane utama.
bek misi mas teken
selaka. Suud keto Sang
Kidang ilang, Men Tiwas I Kidang Emas sebagai
kendel pesan lantas Tokoh Tritagonis, yaitu
mulih. Teked jumah ia tokoh yang memiliki sikap
luas ke pande ngae dan karakter penengah.
gelang, bungkung teken Biasanya tokoh tritagonis
kalung…..” berperan sebagai orang
bijak dan mediator antara
protagonis dan antagonis.

3 Penokohan Secara Analitik : Analitik, yaitu cara


[paragraph 1] menjelaskan tentang watak
“…..Men Sugih anak dan karakter tokoh dengan
sugih pesan, nanging memaparkannya secara
demit tur iri ati, jail teken langsung. Misalnya,
anak lacur….” pemberani, penakut, keras
[paragraph 2] kepala, pemalu, dan lain-
“…..Men Tiwas buka lain.
adane tiwas pesan,
nanging melah solahne, Dramatik, yaitu cara
tusing taen jail teken menjelaskan tentang sifat
timpal…..” dan karakter tokoh secara
Secara Dramatik : tersirat. Umumnya
[paragraph 5] disampaikan melalui
“….Nasine ane makire tingkah laku tokoh di dalam
lebeng ento laut juanga cerpen.
konyang ka pancine
abana mulih baan Men
Sugih….”
“….Nasine ane makire
lebeng ento laut juanga
konyang ka pancine
abana mulih baan Men
Sugih….”
4 Alur [Tahap perkenalan] Alur maju, yaitu rangkaian
“…Laut Men Tiwas cerita yang bergerak secara
ngalihin kutu Men berurutan dimana urutannya
Sugihe. Suba tengai mara adalah pengenalan,
suud. Men Tiwas upahina munculnya masalah/
baas acrongcong, konflik, klimaks, peleraian,
ngenggalang lantas dan penyelesaian.
baasne abana mulih laut
jakana…”
[Tahap kemunculan konflik]
“…Sedek dina anu Men
Tiwas luas ka alase,
krasak-krosok ngalih
saang. Saget teka Sang
Kidang…”
[Tahap klimaks]
“…Lantas Men Tiwas
nyak nyeluk jit kidange,
mara kedenga, limane
bek misi mas teken
selaka…”
[Tahap peleraian]
“…Manine Men Sugih
ngemalunin luas ke alase,
Men Sugih nyaru-nyaru
buka anak tiwas, krasak-
krosok ngalih saang
teken paku. Saget teka
Sang Kidang…”
[Tahap penyelesaian]
“…Mara keto lantas
seluka jit kidange, laut
kijem jit kidange, Men
Sugih paide abana ka
dui-duine. Teked
jumahne lantas ia gelem
makelo-kelo laut
ngemasin mati…”

5 Latar [paragraph 1] Latar Tempat : Umah Men


“..Nuju dina anu, Men Sugih, Umah Men Tiwas, di
Tiwas ka umah Men Alase
Sugih ngidih api…” Latar Waktu : Nuju dina
[paragraph 3] anu, tengai, buin mani,
“….Suba tengai mara manine
suud. Men Tiwas upahina Latar Suasana : sebet,
baas acrongcong mepangenan, nyaru-nyaru
Men Tiwas bengong
mapangenan baan
lacurne buka keto…”
[paragraph 5]
“….Buin manine Men
Tiwas tundena nebuk
padi baan Men Sugih
lakar upahina baas duang
crongcong…”
[paragraph 6]
“…Buin manine Men
Sugih mlali ka umah
Men Tiwase matakon…”
[paragraph 11]
“…Manine Men Sugih
ngemalunin luas ke alase,
Men Sugih nyaru-nyaru
buka anak tiwas, krasak-
krosok ngalih saang
teken paku…”

6 Sudut pandang dan Satua ‘I Kidang Emas’ Sudut pandang orang


Gaya Bahasa adalah kisah fiktif yang ketiga, yaitu cara seorang
pengarang gambarkan penulis menceritakan suatu
untuk memberikan satua dengan memakai kata
pengajaran atau pesan ganti “Dia”. Artinya, tokoh
moral kepada utama dalam satua adalah
pembacanya. fiktif atau hasil imajinasi si
penulis.
Banyak penggunaan
kata-kata yang bermakna Gaya Bahasa tersebut
kiasan dalam sangat berkaitan dengan
mengisahkan satua ini penceritaan yang dibangun
seperti pada paragraph 5 pengarang pada sebuah
“…Lantas api teken cerita pendek. Misalnya
saange apesel gede dengan menggunakan
juanga baan Men Sugih. majas, penggunaan diksi,
Men Tiwas bengong dan cara merangkai kata di
mapangenan baan dalam cerpen.
lacurne buka keto.”
7 Amanat Pesan yang ingin Sebagai makhluk sosial kita
disampaikan pengarang tetap mebutuhkan
kepada pembaca secara pertolongan orang lain
tersirat. Mulai dari maka dari itu tetaplah saling
kondisi awal hingga mengahrgai dan menolong
akhir tokoh utama serta dengan ikhlas tanpa pamrih
karma yang dialamai atau iri hati, rakus, dan
oleh tokoh antagonis dengki. Karena siapapun
dalam satua tersebut . bisa menjadi apapun.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Setiap karya sastra yang dibut oleh seseorang memiliki tujuan tertentu,
pesan tertentu, baik dalam bentuk Karya Sastra Tradisional ataupun Karya Sastra
Moderrn. Dalam bentuk lisan ataupun tulisan, maka karya sastra harus tetap
dilestarikan dan dipelajari hikmah dan amanatnya demi kehidupan bermasyarakat
yang bermoral dan berbudi pekerti luhur.

3.2 SARAN
1. Tidak setiap pribadi dapat memetik hikmah dan pesan dari suatu karya sastra
oleh sebab itu karya sastra jarang menarik minat pembaca. Hal ini tidak boleh
menjadi alasan punahnya karya sastra. Keinginan untuk belajar sastra harus
tetap ditingkatkan dan dilestarikan
2. Diharapkan kepada seluruh lapisan masyarakat dan pelajar modern agar dapat
mengaplikasikan karya sastra mengikuti perkembangan zaman agar anak cucu
kita kedepannya masih dapat menikmati kelestarian karya sastra itu sendiri

Anda mungkin juga menyukai