INDONESIA
Oleh
Fafi Inayatillah, M.Pd.
PENGANTAR KULIAH
BAHASA INDONESIA
DESKRIPSI KULIAH
Keterampilan Berbahasa
1. Menyimak
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis (Keterampilan menulis
akademik sebagai fokus)
TUJUAN KULIAH
(KOMPETENSI DASAR)
Tujuan Umum
Bahasa Indonesia dijadikan mata kuliah pengembangan
kepribadian (MPK) di setiap perguruan tinggi dengan
tujuan agar para mahasiswa menjadi ilmuwan dan
profesional yang memiliki sikap bahasa yang positif
terhadap bahasa Indonesia.
Sikap bahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia
diwujudkan dengan
(1) kesetiaan bahasa
(2) kebanggaan bahasa
(3) kesadaran akan adanya norma bahasa
TUJUAN KULIAH
(KOMPETENSI DASAR)
Tujuan Khusus
Tujuan khusus kuliah bahasa Indonesia di
perguruan tinggi adalah agar para mahasiswa,
calon sarjana, terampil menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, secara lisan
dan, terutama, secara tertulis sebagai sarana
pengungkapan gagasan ilmiah.
TUJUAN KULIAH
(KOMPETENSI DASAR)
• Pada tahu 1933 secara resmi berdiri angkatan sastrawan muda yang
menamakan dirinya Pujangga Baru
4
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING DALAM
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
• Pada tanggal 25 – 28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa
Indonesia I di Solo.
5
Ragam
Ragam Daerah Menurut Sikap Penutur
Golongan
Penutur
Bahasa
Ragam Menurut Golongan
Penutur Bahasa
• Ragam daerah dikenal dengan nama logat atau dialek. Logat
daerah kentara karena tata bunyinya. Ciri-ciri khas yang meliputi
tekanan, intonasi, panjang-pendeknya bunyi bahasa membangun
1 aksen yang berbeda-beda.
• Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu.
Sebaliknya, ragam tulis tidak terikat oleh oleh situasi, kondisi, ruang,
3 dan waktu.
•
• Ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh
Ragam ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Tidak Baku
Ciri Ragam Baku (Depdikbud 1988)
Ahmad melempar mangga yang ada di Ahmad lempar mangga yang ada di depan
depan rumahnya. rumahnya.
Hama wereng menyerang padi petani Hama wereng serang padi petani yang sudah
yang sudah mulai menguning. mulai menguning.
Anak itu sudah mampu berjalan Anak itu sudah mampu jalan walaupun
walaupun masih tertatih-tatih. masih tertatih-tatih.
2. Pemakaian fungsi gramatikal (subjek, predikat, dan
sebagainya secara eksplisit dan konsisten.
Anak itu pergi ke sekolah dengan Anak itu pergi ke sekolah sama
temannya. temannya.
6. Pemakaian bentuk ulang yang tepat menurut fungsi
dan tempatnya
praktik praktek
analisis analisa
asas azas
teladan tauladan
tradisional tradisionil
SIFAT RAGAM
BAHASA ILMU
Sifat Ragam Bahasa Ilmu
• Baku
1
• Denotatif
2
• Kohesif
4
• Koheren
5
Sifat Ragam Bahasa Ilmu
• Mengutamakan kalimat pasif
6
• Konsisten
7
• Logis
8
• Efektif
9
• Kuantitatif
10
BAKU
Ragam bahasa ilmu harus mengikuti kaidah-kaidah bahasabaku,
yaitu dalam ragam tulis menggunakan ejaan yang baku, yakni EYD,
dan dalam ragam lisan menggunakan ucapan yang baku,
menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau
sudah dibakukan.
Contoh:
Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain
sebagainya, maka proyek pembangunan sarana
telekomunikasi di Indonesia bagian timur kita terpaksa
serahkan kepada pengusaha asing. (tidakbaku)
Perbaikan:
Karena kekurangan modal, tenaga, dan lain-lain, proyek
pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia timur
terpaksa kita serahkan kepada pengusaha asing. (baku)
denotatif
Contoh:
Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh
penerangan yang memadai. (tidaklugas)
Perbaikan:
Sampai saat ini masyarakat Desa Bojongsoang belum memperoleh
informasi yang memadai.
Atau:
Sampai saat ini masyarakat Desa Bojongsoang belum memperoleh
listrik yang memadai.
Berkomunikasi
dengan pikiran
Contoh:
Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal,
atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan
tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami
gangguan. (tidakefisien)
Perbaikan:
Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempat yang
ramai supaya kegiatan belajar tidak terganggu. (efisien)
KOHESIF
Agar tercipta hubungan gramatik antar aunsur-unsur, baik dalam
kalimat mau pun dalam alinea, dan juga hubungan antara alinea
yang satu dengan alinea yang lainnya bersifat padu maka
digunakan alat-alat penghubung, seperti kata-kata penunjuk, dan
kata-kata penghubung.
Contoh:
Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal,
atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan
tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami
gangguan. (tidakefisien)
Perbaikan:
Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempat yang
ramai supaya kegiatan belajar tidak terganggu. (efisien)
KOHEREN
Perbaikan:
Penelitian ini dilakukan di laboratorium.
KONSISTEN
Contoh:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi juga akan
menguap. (tidaklogis)
Perbaikan:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi bensin itu akan
menguap.
EFEKTIF
Contoh:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup
dalam.
Perbaikan:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan
kedalaman satumeter.
JENIS KARANGAN
JENIS KARANGAN
• EKSPOSISI
1
• ARGUMENTASI
2
• NARASI
3
• DESKRIPSI
4
EKSPOSISI
1 Click
Pengertian
to add Title
2 Click
TujuantoKhusus
add Title
13 Ciri-ciri
Click to add Title
24 Jenis-jenis
Click to add Title
PENGERTIAN
• Keraf (1985:3) mengatakan bahwa “karangan
eksposisi adalah salah satu bentuk tulisan atau
retorika yang berusaha untuk menerangkan dan
menguraikan sesuatu pengetahuan seseorang
1 yang membaca uraian tersebut”.
1 Click
Pengertian
to add Title
2 Click
Tujuanto add Title
13 Ciri-ciri
Click to add Title
24 ClickPengembangan
Pola to add Title
25 Click to Penulisan
Langkah add Title
PENGERTIAN
• Karangan argumentasi adalah “karangan yang
tujuannya meyakinkan pembaca, mengajak
bahkan mempengaruhi pembaca agar mau
berbuat sesuatu seperti kemauan penulis”
(Suparmi, 1986:94).
1 •
• Menentukan topik/tema
1
• Menetapkan tujuan
2
•
• Pada perinsipnya karangan narasi adalah jenis karangan
yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian
yang biasanya disusun menurut suatu kesatuan waktu.
Karangan narasi menguraikan atau menceritakan
sesuatu yang dimaksud dari hal yang sekecil-kecilnya
sampai yang sebesar-besarnya (dari hal yang terdahulu
2 sampai hal yang terakhir).
JENIS KARANGAN NARASI
•Narasi ekspositoris (narasi nonfiksi) adalah karangan yang
menceritakan sesuatu/seseorang berdasarkan kenyataan (fakta).
Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau
kisah pengalaman. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi,
NARASI autobiografi, atau kis
EKSPOSITORIS •
Ir. Soekarno
Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama
adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada
tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di
penjara dan di tempat pengasingan karena
keberaniannya menentang penjajah.
Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar
Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada
sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil
bangsa Indonesia memproklamasikan
CONTOH
KARANGAN NARASI
•
•Suparni menyatakan bahwa karangan deskripsi adalah jenis karangan
yang didalamnya melukiskan suatu situasi atau keadaan dengan kata-
kata sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan
merasakan sendiri objek yang dilukiskan dalam deskripsi itu (1986:92).
2 •
• Kata deskripsi berasal dari kata Latin decribere yang berarti menggambarkan atau
memerikan suatu hal. Dari segi istilah, deskripsi adalah suatu bentu karangan yang
melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai
( mendengar, melihat, mencium, dan merasakan ) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan
citra penulisnya. Maksudnya, penulis ingin menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu,
3 dengan sifat dan gerak-geriknya, atau sesuatu yang kepada pembaca (Soeparno, 2004: 4.5 ).
PENDEKATAN DALAM
KARANGAN DESKRIPSI
• Dalam pendekatan yang realistis ini, penulis berusaha agar
deskripsi yang dibuat terhadap objek yang tengah diminatinya
itu, harus dapat dilukiskan seobjektif mungkin sesuai dengan
PENDEKATAN
kenyataan yang dilihatnya.
REALISTIS
•
• Pendekatan yang impresionistis adalah suatu pendekatan
yang berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif atau
sesuai dengan • interpretasi pengarang.
PENDEKATAN
IMPRESIONIS
TIS •
• Menentukan tujuan
2
• Menentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan
melakukan pengamatan
3
•
• Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Suwandi
diresmikan untuk menggantikan ejaan van
Ophuijsen. Ejaan baru tersebut diberi julukan Ejaan
EJAAN Republik.
SUWANDI •
SEJARAH/JENIS-JENIS EJAAN
• Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu
(Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, Ketua)
menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian
dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
EJAAN • Perkembangan politik selama bertahun-tahun berikutnya
MELINDO mengurungkan peresmian ejaan tersebut.
•
•
• Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden RI
meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia
EJAAN YANG berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972.
DISEMPURNA- •
KAN
PERBANDINGAN EJAAN VAN OPHUIJSEN
DAN SUWANDI
EJAAN VAN OPHUIJSEN EJAAN SUWANDI
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis
sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kami percaya bahwa kamu anak yang
pandai.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan
kata dasarnya.
Misalnya:
bergeletar diberikan
2. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya
berupa gabungan kata.
Misalnya:
bertepuk tangan sebar luaskan
3. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus
mendapat awalan dan akhiran, kata-kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
memberitahukan mempertanggungjawabkan
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
monoteisme antarkota multilateral
caturtunggal dasawarsa kontrarevolusi
Catatan:
(1) Apabila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya
huruf besar, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
(2) Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai, kecuali jika
diikuti oleh kata yang bukan kata dasar dan kata esa.
Misalnya:
Allah Yang Mahakuasa.
C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap
dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, centang-perenang,
porak-poranda, gerak-gerik,
sayur-mayur
D. GABUNGAN KATA
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar model linear kambing hitam
orang tua sepak bola persegi panjang
H. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Bacalah buku itu baik-baik!
Apatah lagi yang akan diucapkannya?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun, sudah tak ada kendaraan.
3. Partikel per yang berarti 'mulai', ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya:
Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
I. Angka dan Lambang Bilangan
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
1/2 setengah
3/4 tiga perempat
1/100 seperseratus
1% satu persen
6.Penulisan kata bilangan tingkat dapat
dilakukan dengan cara yang berikut
Misalnya:
Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh
5. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
III. Departemen Dalam Negeri
A.Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa.
B.Direktorat Jenderal Agraria.
Penyisipan Naskah: 1.Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2Ilustrasi
1.2.1 GambarTangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit,
dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
10. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan
ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
Misalnya:
Cu (Kuprom)
10 cm Panjangnya 10 cm lebih sedikit.
kg Berat yang diizinkan 100 kg ke atas.
Rp567. 000,00 Harganya Rp567. 000,00 termasuk pajak.
11.Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang
merupakankepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel,
dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pertanian
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan
halaman; (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab
suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan.
Misalnya:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin: 9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup:
Sebuah Studi, sudah terbit.
B. TANDA HUBUNG (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang sudah
terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
... ada cara ba-
ru juga
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan
terdapat satu huruf saja pada ujung baris.
•
• Mustakim (1994: 41) membedakan antara istilah
pemilihan kata dan pilihan kata. Pemilihan kata
adalah proses atau tindakan memilih kata yang
dapat mengungkap gagasan secara tepat, sedangkan
pilihan kata adalah hasil proses atau
2 • tindakan tersebut.
•
PRINSIP
• Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana
yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana
membentuk pengelompokan kata–kata yang tepat atau
1 menggunakan ungkapan–ungkapan, dan gaya mana yang paling
baik digunakan dalam suatu situasi.
•
• Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara
•
tepat nuansa–nuansa makna dari gagasan yang ingin
disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang
•
sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
2 kelompok masyarakat pendengar.
•
• Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh
penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata
bahasa itu, Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata
atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang
3 dimiliki suatubahasa.
FUNGSI/MANFAAT
• Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
1
•
• Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak
•
resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
2
•
•
• Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
3
• Menciptakan suasana yang tepat.
4
•
6 • Mencegah salah pemahaman.
3
•
• Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung
• nilai rasa tertentu. Konotasi
arti tambahan, imajinasi atau
merupakan kesan-kesan atau asosiasi-asosiasi, dan
biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah
kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya.
Konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan
2 sebenarnya.
•
JENIS DIKSI
• Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep,
kata abstrak sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat
diserap dengan panca indra manusia. Kata-kata abstrak merujuk
kepada kualitas (panas, dingin, baik, buruk), pertalian (kuantitas,
jumlah, tingkatan), dan pemikiran (kecurigaan, penetapan,
3 kepercayaan). Kata-kata abstrak sering dipakai untuk menjelaskan
pikiran yang bersifat teknis dan khusus.
•
•
• Kata konkret adalah kata yang menunjuk pada sesuatu
•
yang dapat dilihat atau dirasakan oleh satu atau lebih dari
pancaindra. Kata-kata konkret menunjuk kepada barang
yang aktual dan spesifik dalam pengalaman. Kata konkret
digunakan untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam
4 pikiran pembaca melebihi kata-kata yang lain.
•
JENIS DIKSI
• Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan
ruang lingkup yang luas. Kata-kata umum
menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan,
5 dan kepada keseluruhan.
•
•
• Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada
pengarahan-pengarahan yang khusus dan konkrit.
Kata khusus memperlihatkan kepada objek yang
khusus.
6 •
JENIS DIKSI
•
• Kata slang adalah kata-kata nonstandar yang
informal, yang disusun secara khas, bertenaga dan
jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata slang
juga merupakan kata-kata yang tinggi atau murni.
10 •
JENIS DIKSI
• Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari
bahasa asing yang masih dipertahankan bentuk
aslinya karena belum menyatu dengan bahasa
11 aslinya.
•
• Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang
telah disesuaikan dengan wujud atau struktur
bahasa Indonesia.
12 •
RESENSI
PENGERTIAN
• Kata resensi berasal dari bahasa Latin, revidere atau
recensere yang berarti menimbang kembali, melihat dan
menilai. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review
1 dan dalam bahasa Belanda dengan istilah recensie.
•
•
• Menurut Gorys Keraf, resensi adalah suatu tulisan atau ulasan
mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku dengan tujuan
menyampaikan kepada pembaca • apakah suatu buku atau
hasil karya patut mendapat sambutan dari masyarakat atau
2 tidak.
•
• Menurut Daniel Samad, tindakan meresensi buku dapat
berarti memberikan penilaian, mengungkapkan kembali isi
buku, membahas, atau mengkritik buku. Secara lebih luas
dapat diartikan sebagai menginformasikan isi buku kepada
3 masyarakat luas.
TUJUAN
• Memberikan informasi atau pemahaman yang
komprehensif tentang apa yang tampak dan
1 terungkap dalam sebuah buku.
•
•
• Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan,
•
dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema
yang muncul dalam sebuah buku.
2 •
•
• Memberikan bimbingan dalam memilih buku,
menumbuhkan minat membaca, acuan referensi
isi buku.
5 •
BEKAL DASAR PENULIS RESENSI
• Penulis resensi memahami sepenuhnya tujuan pengarang
dalam menulis buku. Tujuan pengarang dapat diketahui
1 dari kata pengantar atau bagian pendahuluan dari buku.
•
•
• Penulis resensi harus menyadari sepenuhnya tujuannya
menulis resensi.
•
2 •
•
• Identitas buku
2 •
•
• Riwayat kepengarangan
3
• Penutup
6
JUDUL RESENSI
Judul resensi tidak harus sama
dengan judul buku. Bahkan kalau bisa
berbeda dari judul buku.
1. Segi fisik
- sampul buku (cover)
- Kualitas cetakan
- jenis kertas
- bentuk dan jenis huruf
Ulasan tentang kelebihan
dan kekurangan buku
2. Segi non fisik
•
• Membaca buku yang akan diresensi secara cermat
dan teliti. •
2 •
•
• Paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling
•
berhubungan dan bersama-sama menjelaskan
satu unit buah pikiran untuk mendukung buah
pikiran yang lebih besar, yaitu buah pikiran yang
diungkapkan dalam seluruh tulisan. (Wiyanto,
4 2006:15)
•
PENGERTIAN
• Paragraf adalah unit keterampilan berbahasa taraf
komposisi, yaitu kumpulan beberapa kalimat yang
secara bersama-sama mendukung satu kesatuan
3 pikiran. (Rahayu, 2007:97)
•
•
• Alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran
pengarang. •
2
• Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran
secara sistematis.
3
•
• Sebagai penanda bahwa pikiran baru dimulai
6
• KALIMAT UTAMA
• GAGASAN POKOK DAN
2
• KALIMAT PENJELAS
3
• KALIMAT PENEGAS
4
TRANSISI
Sebuah tulisan/karangan tidak
hanya terdiri atas satu paragraf. Ada
puluhan bahkan ratusan paragraf.
Paragraf-paragraf itu tidak berdiri
sendiri, tetapi harus berhubungan satu
dengan yang lain. Untuk
menghubungkan paragraf satu dengan
paragraf lainnya itu diperlukan “perekat”
yang dinamakan transisi.
TRANSISI
• TRANSISI BERUPA KATA (KELOMPOK
KATA)
1 •
•
• TRANSISI BERUPA KALIMAT
2
• Penanda klimaks, antara lain paling ..., se ... Nya, ter ... .
3
• IDE DASAR
1 •
• JIWA KARANGAN
2
•
• BERUPA KALIMAT •
2
• BERSIFAT UMUM
3
• DIJELASKAN OLEH KALIMAT PENJELAS
4
• BUKAN BERUPA RINCIAN, PENJELASAN, CONTOH,
PERINCIAN DAN ALASAN.
5
KALIMAT PENJELAS/
KALIMAT PENDUKUNG
• MENGEMBANGKAN GAGASAN POKOK
1 •
•
• BERUPA KALIMAT •
2
• BERSIFAT KHUSUS
3
• MENJELASKAN KALIMAT UTAMA/KALIMAT TOPIK
4
• BERUPA RINCIAN, PENJELASAN, CONTOH, PERINCIAN
DAN ALASAN.
5
KALIMAT PENEGAS
Kehadiran kalimat penegas dalam suatu
paragraf tidak mutlak. Artinya, boleh ada
boleh tidak. Bila penulis merasa perlu
menggunakan kalimat penegas untuk
memperjelas informasi atau menyimpulkan
kalimat-kalimat yang mendahuluinya,
kalimat penegas ditulis.
JENIS PARAGRAF
JENIS PARAGRAF BERDASARKAN
LETAK KALIMAT UTAMA
• PARAGRAF DEDUKTIF
1 •
•
• PARAGRAF INDUKTIF
•
2
• PARAGRAF DEDUKTIF-INDUKTIF
3
• PARAGRAF INERATIF
4
• PARAGRAF DESKRIPTIF/NARATIF
5
JENIS PARAGRAF
• Paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal
paragraf. pengertian awal paragraf ini tidak harus pada
kalimat pertama karena banyak paragraf yang kalimat
pertamanya berupa kalimat transisi. paragraf yang
DEDUKTIF mengandung kalimat transisi, kalimat utamanya terletak
pada kalimat kedua.
•
•
• Paragraf yang kalimat utamanya berada di bagian akhir.
Biasanya kalimat utama• pada paragraf induktif
menggunakan konjungsi penyimpul antarkalimat, seperti
jadi, maka, dengan demikian, akhirnya, karena itu. Akan
tetapi, kebiasaan ini bukan sesuatu yang mutlak karena
banyak pula kalimat utama yang tidak perlu didahului
INDUKTIF konjungsi tersebut.
JENIS PARAGRAF
• Paragraf yang kalimat utamanya berada di
awal dan sekaligus di akhir paragraf.
Kalimat utama yang berada di akhir
paragraf itu merupakan pengulangan atau
penegasan kalimat utama pada kalimat
awal paragraf. Sebagai pengulangan atau
penegas, wujud kalimat utama yang berada
di akhir paragraf itu tidak selalu sama
DEDUKTIF- dengan kalimat utama yang berada di awal
INDUKTIF paragraf. Akan tetapi, kedua kalimat itu
tetap menunjukkan pokok pikiran yang
sama meskipun wujudnya bervariasi
JENIS PARAGRAF
• Paragraf yang kalimat utamanya
berada di tengah paragraf. Kalimat-
kalimat yang berada di awal paragraf
seolah-olah merupakan pengantar
untuk menuju pada puncak. Yang
dianggap puncak di sini adalah
kalimat utamanya. Sesudah sampai
bagian puncak, penulis masih
menambahkan kalimat-kalimat
INERATIF penjelas lagi. Itulah keunikan paragraf
ineratif dan hal ini menyebabkan
paragraf ini jarang ada
JENIS PARAGRAF
•
• Narasi atau kisahan merupakan corak tulisan yang
bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau
• berdasarkan perkembangan
pengalaman manusia (tokoh)
NARASI dari waktu kewaktu.
•
• Paragraf yang berisi ajakan dan memiliki tujuan
untuk membujuk/mengajak pembaca agar
melakukan apa yang diinnginkan oleh penulis.
PERSUASI
JENIS PARAGRAF BERDASARKAN
CARA PENGEMBANGAN/METODE
1 • Metode klimaks-antiklimaks
•
• Metode analogi
4
• Metode contoh
5
JENIS PARAGRAF BERDASARKAN
CARA PENGEMBANGAN/METODE
6 • Metode proses
•
• Metode klasifikasi
9
• Definisi luas
10
JENIS PARAGRAF BERDASARKAN
CARA PENGEMBANGAN/METODE
•
• Pengembangan gagasan dengan menunjukkan persamaan
Metode dan perbedaan objek.
perbandingan
dan
pertentangan
JENIS PARAGRAF BERDASARKAN
CARA PENGEMBANGAN/METODE
•
• Pengembangan gagasan yang berisi langkah-
langkah/tahap-tahap dalam melakukan sesuatu.
Metode
proses
JENIS PARAGRAF BERDASARKAN
CARA PENGEMBANGAN/METODE
•
• Paragraf penutup berupa kesimpulan, penekanan bagian-
bagian tertentu, mengajak pembaca mengerjakan
PARAGRAF sesuatu, atau prediksi yang berkaitan dengan isi tulisan.
PENUTUP
KRITERIA PARAGRAF
KRITERIA PARAGRAF
• Pronomina
2
• Repetisi •
3
•
• Sinonim
4 •
• Hiponim
5
• Paralelisme
6
• Elipsasi
7
PENGGUNAAN KONJUNGSI
Ungkapan pengait antarkalimat dapat digunakan konjungsi
(ungkapan penghubung). Ungkapan penghubung yang dapat digunakan
(a) hubungan tambahan antara lain: lebih lagi, selanjutnya, di samping
itu, berikutnya, lagi pula, (b) hubungan pertentangan antara lain: akan
tetapi, namun, walaupun demikian, sebaliknya, (c) hubungan
perbandingan antara lain: sama dengan itu, sehubungan dengan itu,
(d)hubungan akibat antara lain: oleh sebab itu, jadi, maka, (e) hubungan
tujuan, antara lain: untuk itu, untuk maksud itu, (f) hubungan waktu,
antara lain: beberapa saat kemudian, sementara itu, (g) hubungan
tempat, antara lain: berdekatan dengan itu.
PENGGUNAAN PRONOMINA
• .
• Dardjowidojo (1988: 254) menyatakan bahwa kalimat
ialah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana)
yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
2 ketatabahasaan.
•
• Slametmuljana (1969) menjelaskan kalimat sebagai
keseluruhan pemakaian •kata yang berlagu, disusun
menurut sistem bahasa yang bersangkutan; mungkin
3 • mungkin lebih.
yang dipakai hanya satu kata,
JENIS KALIMAT
JENIS KALIMAT BERDASARKAN
JENIS KATA PREDIKAT
• Faksimili •
4
• Surel/e-mail
5
BERDASARKAN
CARA PENGIRIMAN
• Surat kilat khusus
1
• Surat kilat
2
•
•
• Surat pengiriman biasa
3 •
• Surat-surat elektronik
4
BERDASARKAN
TINGKAT KERAHASIAAN
• Sangat rahasia
1
• Rahasia
2
•
•
• Konfidensial (terbatas)
3 •
• Biasa
4
BERDASARKAN
JUMLAH SASARAN
• BIASA
1
• EDARAN
•
2
•
•
• PENGUMUMAN
3
BERDASARKAN
TINGKAT PENYELESAIANNYA
• SANGAT PENTING
1
• PENTING
•
2
•
•
• BIASA
3
BENTUK
TATA LETAK SURAT
BENTUK TATA LETAK SURAT
•
• Bentuk Setengah Lurus (Semi Block Style)
3 •
•
• Bentuk Lekuk (Indented Style)
• Bentuk semacam ini cocok untuk surat yang alamat
4 tujuannya singkat.
BENTUK TATA LETAK SURAT
•
• Bentuk Surat Resmi Gaya Baru
7 •
TATA CARA MENULIS
SURAT LAMARAN
TATA CARA MENULIS
SURAT LAMARAN
• Menyebutkan data pribadi pelamar yang meliputi:
1). nama lengkap; 2). tempat dan tanggal lahir; 3).
jenis kelamin; 4). agama; 5). status
kewarganegaraan; 6). keterangan sudah atau belum
1 menikah; 7). alamat atau tempat tinggal yang
mudah dihubungi.
•
TATA CARA MENULIS
SURAT LAMARAN
•
• Pengalaman bekerja
3 •
•
• Keterangan-keterangan lain
4
BAGIAN ISI SURAT
• Alinea pembuka ini berfungsi sebagai pengantar isi surat untuk menarik
perhatian pembaca kepada pokok surat. Untuk menarik perhatian
pembaca kepada pokok surat. Contoh alinea pembuka:
ALINEA • - Dengan ini kami beritahukan bahwa …
PEMBUKA • - Sesuai dengan …
•
• Alinea penutup merupakan kesimpulan yang berfungsi sebagai kunci isi surat
ataupenegasan isi surat. Alenia penutup juga dapat mengandung harapan atau
ucapan terimakasih kepada penerima surat
• Contoh alinea penutup:
• - Atas perhatian saudara, kami ucapkan …
ALINEA • - Demikianlah surat ini, kami sampaikan …
PENUTUP • - Harapan kami, semoga … •
1) Jakarta, 6 November 2003
5) Dengan hormat,
6) Berdasarkan iklan yang dimuat dalam harian Kompas tanggal 4 November 2003, yang isinya menyatakan bahwa
perusahaan Bapak memerlukan seseorang sekretaris, saya
nama : Anita F.S.
tempat/tanggal lahir : Jakarta, 22 Februari 1978
alamat : Jalan Yudistira No. 14 Jakarta
pendidikan : Akademi sekretaris
6) Dengan ini mengajukan permohonan untuk diterima sebagai sekretaris pada perusahaan yang Bapak pimpin karena
saya dapat memenuhi semua syarat yang ditentukan.
Bersama ini saya lampirkan:
1. daftar riwayat hidup
2. fotokopi ijazah sekretaris
3. surat keterangan berkelakuan baik dari Polisi
4. tiga lembar pas foto terakhir
8) Hormat kami,
ttd
9) Ir. Bangun, M.S.
•
POLA DASAR KALIMAT
• Kalimat Dasar Berpola S-P (P1 KK)
• Contoh: Mereka pulang.
1 • Semua peserta datang.
•
POLA DASAR KALIMAT
• Kalimat Dasar Berpola S-P-K
• Contoh: Presiden berasal dari Jawa Tengah.
4 • Kalung itu terbuat dari emas.
•
POLA DASAR KALIMAT
• Kalimat Dasar Berpola S-P-O- Pel (P1 KK dwitransitif)
• Contoh:
• Ayah mengirimi saya uang.
7 • Presiden menganugerahi para pahlawan tanda jasa.
•
JENIS KALIMAT
JENIS KALIMAT BERDASARKAN
INTONASINYA
• Kalimat yang berisi berita atau informasi diakhiri dengan tanda
baca titik.
KALIMAT • Contoh: Indra dan Indri pergi ke kampus bersama-sama.
BERITA
•
JENIS KALIMAT BERDASARKAN
ISI BERITANYA
• Kalimat yang menunjukkan harapan atau keinginan.
KALIMAT • Contoh: Mudah-mudahan kalian lulus ujian.
HARAPAN
•
• Kalimat yang berisi permintaan. Biasanya menggunakan kata mohon atau
minta.
KALIMAT
PERMINTA-
• Contoh: Kami mohon kepada hadirin•untuk menempati tempat yang telah
AN disediakan.
•
JENIS KALIMAT BERDASARKAN
JENIS KATA PREDIKAT
•
JENIS KALIMAT BERDASARKAN
SUSUNAN ATAU LETAK PREDIKAT
• kalimat yang predikatnya terletak di belakang
subjek.
KALIMAT • Contoh:
• Anggota sidang sedang beristirahat.
NORMAL/
• S P
BIASA
•
JENIS KALIMAT BERDASARKAN
JUMLAH KLAUSA
• kalimat yang memiliki satu klausa
• Contoh:
• Anggita sedang membaca novel
KALIMAT • S P O
TUNGGAL
•
JENIS KALIMAT MAJEMUK
• kalimat majemuk yang klausa-klausanya setara
• Contoh:
• Arman membaca lalu menulis.
MAJEMUK •
SETARA
•
JENIS KALIMAT BERDASARKAN
SUBJEK/PELAKU
• kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan.
• Contoh:
• Ibu Ani sedang mengajarkan bahasa Inggris.
KALIMAT • S P O
AKTIF
•
JENIS KALIMAT AKTIF
• kalimat yang predikatnya diikuti objek atau
pelengkap.
• Contoh:
• Ibu Ani sedang mengajarkan bahasa Inggris.
AKTIF • S P O
TRANSITIF
•
JENIS KALIMAT BERDASARKAN
KELENGKAPAN UNSUR DAN JUMLAH
UNSURNYA
• Kalimat yang kehilangan salah satu atau kedua-
duanya unsur pusat tersebut.
• Contoh:
KALIMAT • Ke Jakarta.
ELIPS/ • Pergi ke Solo?
MAYOR
•
JENIS KALIMAT BERDASARKAN
KELENGKAPAN UNSUR DAN JUMLAH
UNSURNYA
•Kalimat yang hanya terdiri atas dua inti yang meru-pakan unsur
pusat (inti S dan inti P). Ciri kalimat inti:
•terdiri atas dua kata,
•berintonasi normal, dan
•bersusunan biasa (S– P).
KALIMAT •Contoh: Kami berdiskusi.
• Nelayan mengeluh.
INTI
•
JURNAL ILMIAH
PENGERTIAN
•Kalimat yang hanya terdiri atas dua inti yang meru-pakan unsur
pusat (inti S dan inti P). Ciri kalimat inti:
•terdiri atas dua kata,
•berintonasi normal, dan
•bersusunan biasa (S– P).
KALIMAT •Contoh: Kami berdiskusi.
• Nelayan mengeluh.
INTI
•
KUIS
1. Bentuk kerancuan terdapat pada kalimat
kecuali ...
A. Dalam pesta itu mempertunjukkan
berbagai macam atraksi.
B. Kita tidak boleh mengenyampingkan hal-
hal yang sepele.
C. Berulang kali dia mendatangiku.
D. Bagi semua orang peraturan tidak
memilih-milih bulu.
E. Semua siswa dilarang tidak boleh
mencoret-coret bajunya.
KUIS
2. Harga cabai bergejolak.
Perbaikan yang tepat terhadap struktur yang salah pada kalimat tersebut
adalah ….
A. Karya tulis ini membicarakan kandungan gizi pada jamur merang.
B. Dalam karya tulis ini membicarakan kandungan gizi pada jamur
merang.
C. Karya tulis ini dibicarakan kandungan gizi pada jamur merang.
D. Karya tulis ini membicarakan kandungan tentang gizi pada jamur
merang.
E. Membicarakan kandungan gizi pada jamur merang dalam karya tulis
ini.
KUIS
9. Karya tulis ini bisa dijadikan acuan bagi pembaca. Oleh sebab itu,
kritik dan saran agar dialamatkan pada penulis.
• Denotatif
2
• Kohesif
4
• Koheren
5
Ciri Ragam Bahasa dalam KTI
• Mengutamakan kalimat pasif
6
• Konsisten
7
• Logis
8
• Efektif
9
• Kuantitatif
10
BAKU
Ragam bahasa ilmu harus mengikuti kaidah-kaidah bahasabaku,
yaitu dalam ragam tulis menggunakan ejaan yang baku, yakni EYD,
dan dalam ragam lisan menggunakan ucapan yang baku,
menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau
sudah dibakukan.
Contoh:
Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain
sebagainya, maka proyek pembangunan sarana
telekomunikasi di Indonesia bagian timur kita terpaksa
serahkan kepada pengusaha asing. (tidakbaku)
Perbaikan:
Karena kekurangan modal, tenaga, dan lain-lain, maka proyek
pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia timur
terpaksa kita serahkan kepada pengusaha asing. (baku)
denotatif
Contoh:
Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh
penerangan yang memadai. (tidaklugas)
Perbaikan:
Sampai saat ini masyarakat Desa Bojongsoang belum memperoleh
informasi yang memadai.
Atau:
Sampai saat ini masyarakat Desa Bojongsoang belum memperoleh
listrik yang memadai.
Berkomunikasi
dengan pikiran
Contoh:
Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal,
atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan
tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami
gangguan. (tidakefisien)
Perbaikan:
Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempat yang
ramai supaya kegiatan belajar tidak terganggu. (efisien)
KOHESIF
Agar tercipta hubungan gramatik antar aunsur-unsur, baik dalam
kalimat mau pun dalam alinea, dan juga hubungan antara alinea
yang satu dengan alinea yang lainnya bersifat padu maka
digunakan alat-alat penghubung, seperti kata-kata penunjuk, dan
kata-kata penghubung.
Contoh:
Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal,
atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan
tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami
gangguan. (tidakefisien)
Perbaikan:
Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempat yang
ramai supaya kegiatan belajar tidak terganggu. (efisien)
KOHEREN
Perbaikan:
Penelitian ini dilakukan di laboratorium.
KONSISTEN
Contoh:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi juga akan
menguap. (tidaklogis)
Perbaikan:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi bensin itu akan
menguap.
EFEKTIF
• Kelogisan
2
• Kehematan
3
• Keparalelan
4
• Kecermatan
5
Kesatuan/Kesepadanan
EFEKTIF
Pemakaian
Preposisi
misalnya, di, ke, dari, untuk, dengan, dalam, pada,
kepada, bagi, mengenai, akan, tentang, dan terhadap.
Di Depan Subjek
Dalam gua itu menyimpan nenek lampir.
PENYEBAB KALIMAT TIDAK
EFEKTIF
Pemakaian
Preposisi
Di antara predikat dan objek (kalimat aktif transitif)
Contoh:
Ia membicarakan tentang
S P prep.
PENYEBAB KALIMAT TIDAK
hari perkawinan.
O
EFEKTIF
Salah
Penempatan
Salah penempatan keterangan aspek atau modalitas dalam bentuk
pasif.
Keterangan aspek atau modalitas: ingin, mau, akan, telah, sudah, hendak.
Contoh:
Saya ingin bicarakan masalah itu kepada Anda.
Seharusnya:
1. Saya ingin membicarakan masalah itu kepada Anda. (aktif).
PENYEBAB
2. KALIMAT
Ingin saya bicarakan TIDAK
masalah itu kepada Anda. (pasif).O
EFEKTIF
KUANTITATIF
Contoh:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup
dalam.
Perbaikan:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan
kedalaman satumeter.
JURNAL ILMIAH
PENGERTIAN
•Jurnal ilmiah adalah majalah publikasi yang memuat KTI (Karya Tulis
Ilmiah) yang secara nyata mengandung data dan informasi yang
mengajukan iptek dan ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan
1 ilmiah serta diterbitkan secara berkala. (Hakim, 2012)
•Jurnal ilmiah adalah tulisan ilmiah yang berupa hasil pemikiran atau
hasil penelitian dan ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan
ilmiah serta diterbitkan/dipublikasikan
• secara berkala.
3
•
•
SISTEMATIKA JURNAL ILMIAH
(HASIL PENELITIAN)
• JUDUL
1
• NAMA PENULIS
2
•P
•ABSTRAK
3
• KATA KUNCI
4 •
•
• PENDAHULUAN
5 •
SISTEMATIKA JURNAL ILMIAH
(HASIL PENELITIAN)
• METODE
6
• LANDASAN TEORETIS
7
•P
• HASIL DAN PEMBAHASAN
8
•
• DAFTAR PUSTAKA
10 •
SISTEMATIKA JURNAL ILMIAH
(HASIL PEMIKIRAN)
• JUDUL
1
• NAMA PENULIS
2
•P
•ABSTRAK
3
• KATA KUNCI
4 •
•
• PENDAHULUAN
5 •
SISTEMATIKA JURNAL ILMIAH
(HASIL PEMIKIRAN)
• SIMPULAN
7
•
• DAFTAR PUSTAKA
8 •
•
PENULISAN JUDUL
Setiap penulis artikel ilmiah pada
hakikatnya berkeinginan tulisannya dibaca
secara luas oleh masyarakat ilmiah.
Judul merupakan bagian pertama dari
suatu artikel ilmiah yang dibaca sebelum
pembaca membaca isi artikel ilmiah.
Suatu judul artikel ilmiah, selain harus
bersifat khas untuk meningkatkan daya
tarik pembaca, juga harus singkat dan
mampu menggambarkan keseluruhan isi
artikel tersebut.
PENULISAN JUDUL
Disarankan suatu judul tidak lebih dari 12
kata dalam bahasa Indonesia, 8 kata
dalam bahasa Jerman, dan 10 kata dalam
bahasa Inggris.
Judul yang singkat tetapi jelas, bukan
suatu hal yang mudah dibuat.
Judul artikel perlu diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris.
PENULISAN JUDUL
Beberapa judul artikel pada suatu jurnal
ilmiah sering kali ditemukan terlalu
singkat sehingga judul tersebut kurang
menggambarkan isi artikel.
Judul yang terlalu panjang sering kali
mengaburkan makna isi artikel, apalagi
pada judul tersebut terdapat kata-kata
klise seperti penelaahan, studi,
pengaruh dan lain-lain.
Hindari penggunaan kata-kata yang
rendah bobot ilmiahnya.
Untuk menghindari judul yang terlalu
panjang dengan tetap mempertahankan
kejelasan makna judul, maka sebaiknya
dibuatkan sub-judul.
Judul artikel ilmiah ilmu-ilmu sosial
sedapat mungkin dirumuskan dalam
kalimat-kalimat relasional dan
menghindari kalimat-kalimat yang
mengandung kausalitas.
Disarankan dalam penulisan judul untuk
menonjolkan kata kunci.
Dianjurkan untuk menempatkan kata
kunci yang paling penting dan khas di
awal judul.
Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
pelayanan penelusuran pustaka (literature
scanning service) yang sering kali
menggunakan “sistem kata kunci” (key
word system).
Penempatan kata kunci dalam judul
memberikan dua keuntungan bagi
penulis.
Pertama, judul seperti itu merupakan
judul yang paling deskriptif, ini sangat
membantu pembaca untuk mendapatkan
gambaran awal isi artikel juga dapat
merangsang pembaca menjadi pembaca
aktif.
Kedua, judul yang mencantumkan kata
kunci, memungkinkan suatu artikel
dikelompokkan ke dalam klasifikasi yang
benar oleh pelayanan penelusuran
pustaka, tentunya akan sangat membantu
ilmuwan lain dalam penelusuran literatur
secara cepat dan tepat.
TATA CARA PENULISAN KTI
BAGIAN PEMBUKA
1. Judul Karangan (Kulit Luar)
Dalam kulit luar, harus dicantumkan judul
karangan (dengan subjudul, bila ada),
nama karangan ilmiah, keperluan
penyusunan, nama penyusun dan NIM,
logo, nama lembaga pendidikan (jurusan,
fakultas,universitas), nama kota, dan
tahun penyusunan.
a. Judul karangan
Contoh:
PENINGKATAN INDUSTRI BAJA DI
KRAKATAU STEEL CILEGON: TINJAUAN
KUALITAS DAN KUANTITAS
Atau
c. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ditulis dengan memakai
huruf kecil kecuali nama mata kuliah,
kegiatan, dan nama jurusan. (ditulis di
tengah-tengah).
d. Dilengkapi Dengan Nama Dosen Pembina
Dosen Pembina:
Bambang Soelistiyono, S.H., M.M.
e. Nama Penyusun
Dicantumkan nama penyusun dan NIM dengan
didahului kata Oleh:
Oleh
Tubagus Ahmad Soebagja
0299007
f. Logo
Logo lembaga pendidikan dengan
diameter 4 cm disitengah.
3. Halaman Pengesahan
Halaman pengesahan adalah halaman khusus
dalam karya ilmiah yang berisikan judul
karangan, nama penyusun, NIM, pembimbing
utama, pembimbing anggota, diketahui ketua
jurusan, dan disahkan oleh dekan.
4. Halaman Persembahan
Lembaran ini bersifat subjektif. Artinya, isinya bebas bergantung pada
keinginan penulis. Biasanya berisikan ayat-ayat suci agama.
Persembahan disajikan untuk orang-orang terdekat (ibu, bapak, kakak,
adik, istri, suami, atau anak).
5. Abstrak
Abstrak mencerminkan seluruh isi karangan dengan mengungkapkan
a. judul karangan,
b. metode penelitian,
c. tujuan penelitian,
d. permasalahan, dan
e. hasil penelitian.
Abstrak ini disajikan dengan jarak 1 spasi dan ditulis dalam dua bahasa
yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Jumlah kata dalam abstrak
yaitu sekitar 200—500 kata.
6. Kata Pengantar
Kata pengantar dalam karya ilmiah, misalnya, skripsi berisikan hal-hal
berikut:
1. Puji syukur kepada Tuhan,
2. Judul karangan,
3. Ucapan terima kasih,
4. Harapan-harapan penulis,
5. Tanggung jawab ilmiah penulis, dan
6. Penulisan tempat, tanggal, dan nama penulis.
7. Daftar Tabel
Karangan ilmiah yang lengkap, selain menganalisis data dengan saksama,
juga mencantumkan tabel yang merupakan gambaran analisis data.
Nama tabel diberikan nomor dengan angka Arab dan ditulis dengan
memakai huruf kapital pada awal kata kecuali preposisi (di, ke, dari,
dll)dan konjungsi (dalam, pada, untuk, dll).
Contoh:
Tabel 1 Jumlah Penduduk Kecamatan Majalaya……..…………………. 5
Tabel 2 Tingkat Pendapatan Masyarakat………………………………... 16
Tabel 3 Jumlah Produksi Kain di PT Kaha Grup……………………….. 34
8. Daftar Gambar / Grafik / Bagan
Daftar grafik / gambar / bagan pada dasarnya sama dengan penulisan
daftar tabel.
1. Pendahuluan,
2. Landasan/kajian teori,
3. Metodologi penelitian
4. Analisis data (pembahasan), dan
5. Penutup.
1. PENDAHULUAN
Bab pendahuluan memuat penjelasan atau pengantar tentang isi
karangan ilmiah. Bab ini juga memuat landasan kerja dan
arahan dalam penyusunan karangan ilmiah.
Kegunaan/manfaat penelitian
merupakan penegasan tentang manfaat
yang akan dicapai baik secara teoretis
maupun secara praktis.
F. ANGGAPAN DASAR
•
PENGERTIAN
Definisi menyunting adalah
•
PENYUNTINGAN ISI
Penyuntingan Isi (Content editing) yang sering
disebut dengan developmental, substantive, or
structural editing; revising; rewriting
◦ Merevisi atau memindahkan seluruh paragraf
atau kalimat
◦ Menambahkan material terbaru untuk
mengurangi perbedaan dan menghapus
material asli yang tidak dianggap tidak
bermanfaat.
◦ Mengorganisir dan merestrukturisasi isi untuk
meningkatkan aliran dan kejelasan bahasa
PENATAAN SALINAN
Penataan Salinan (Copyediting) yang sering
disebut dengan line, mechanical, or stylistic
editing
◦ Memeriksa ejaan, tata bahasa, tanda baca, dan
mekanisme
◦ Memeriksa apakah isi sudah mengikuti
ketepatan gaya bahasa atau bagian gaya
internal
◦ Membuktikan fakta dan menjamin
ketepatan/konsistensi bentuk
◦ Mengklarifikasi makna dan meningkatkan
keterbacaan dengan mengubah pilihan kata
dan struktur kalimat.
KOREKSI CATATAN PERCOBAAN
Mengikuti keinginan klien dan, biasanya, penulis buku atau dokumen lain
mengembangkan naskah dimulai dari konsep permulaan, garis besar
(outline), atau draft (atau kombinasi ketiga komponen tersebut) melalui
sejumlah draft selanjutnya