Anda di halaman 1dari 372

BAHASA

INDONESIA
Oleh
Fafi Inayatillah, M.Pd.
PENGANTAR KULIAH
BAHASA INDONESIA
DESKRIPSI KULIAH

Berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Dikti,


Depdiknas RI Nomor 43/DIKTI/Kep/2006,
tanggal 6 September 2006, tentang Rambu-
rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi, mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai
MPK menekankan keterampilan mahasiswa
untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar.
DESKRIPSI KULIAH

Keterampilan Berbahasa
1. Menyimak
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis (Keterampilan menulis
akademik sebagai fokus)
TUJUAN KULIAH
(KOMPETENSI DASAR)

Tujuan Umum
Bahasa Indonesia dijadikan mata kuliah pengembangan
kepribadian (MPK) di setiap perguruan tinggi dengan
tujuan agar para mahasiswa menjadi ilmuwan dan
profesional yang memiliki sikap bahasa yang positif
terhadap bahasa Indonesia.
Sikap bahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia
diwujudkan dengan
(1) kesetiaan bahasa
(2) kebanggaan bahasa
(3) kesadaran akan adanya norma bahasa
TUJUAN KULIAH
(KOMPETENSI DASAR)

Tujuan Khusus
Tujuan khusus kuliah bahasa Indonesia di
perguruan tinggi adalah agar para mahasiswa,
calon sarjana, terampil menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, secara lisan
dan, terutama, secara tertulis sebagai sarana
pengungkapan gagasan ilmiah.
TUJUAN KULIAH
(KOMPETENSI DASAR)

Tujuan jangka pendek dan bersifat mendesak untuk


keperluan mahasiswa pada akhir kuliah bahasa
Indonesia adalah
1. agar mahasiswa mampu menyusun sebuah karya
ilmiah sederhana dalam bentuk dan isi yang baik
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
2. agar mahasiswa dapat melakukan tugas-tugas
(karangan ilmiah sederhana) dari dosen-dosen lain
dengan menerapkan dasar-dasar yang diperoleh dari
kuliah bahasa Indonesia.
TUJUAN KULIAH
(KOMPETENSI DASAR)

Tujuan jangka panjang adalah agar para


mahasiswa sanggup menyusun skripsi
sebagai persyaratan mengikuti ujian
sarjana. Demikian juga, setelah lulus
mahasiswa terampil menyusun kertas
kerja, laporan penelitian, dan karya
ilmiah yang lain.
PERKEMBANGAN
BAHASA INDONESIA
SUMBER BAHASA
Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang
sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca),
bukan saja di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di
seluruh Asia Tenggara.

Bahasa Melayu kuno mulai digunakan sebagai alat komunikasi sejak


zaman Sriwijaya (Halim, 1979: 6 – 7). Hal ini dapat dibuktikan dengan
ditemukannya berbagai prasasti yang tersebar di Pulau Jawa dan Pulau
Sumatra, seperti:
(1) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683,
(2) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684,
(3) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686,
(4) Prasasti Karang Brahi, Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi, tahun
688, yang bertulis Pra-Nagari dan bahasanya bahasa Melayu Kuno.
(5) Prasasti Gandasuli di Jawa Tengah, tahun 832,
(6) Prasasti Bogor di Bogor, tahun 942.
FUNGSI BAHASA MELAYU PADA
ZAMAN SRIWIJAYA
• Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, yaitu
bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan
1 sastra.

• Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perhubungan


2 (lingua franca) antarsuku di Indonesia.

• Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan, terutama di


sepanjang pantai , baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun
3 bagi pedagang-pedagang yang datang dari luar Indonesia.

• Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.


4
PERESMIAN
BAHASA INDONESIA
 Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda kita
mengikrarkan Sumpah Pemuda. Naskah putusan Kongres
Pemuda Indonesia tahun 1928 itu berisi tiga butir
kebulatan tekad sebagai berikut.
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku
bertumpah darah satu, tanah air Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku
berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda, resmilah bahasa


Melayu, yang sudah dipakai sejak pertengahan Abad VII
itu, menjadi bahasa Indonesia.
MENGAPA BAHASA
MELAYU DIANGKAT
MENJADI BAHASA
INDONESIA?
Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia,
bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan.

Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena


dalam bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa, seperti
dalam bahasa Jawa atau perbedaan bahasa kasar dan halus,
seperti dalam bahasa Sunda.

Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan


sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional.

Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai


sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING DALAM
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
• Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van
Ophuijsen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
1

• Pada tahun 1908, pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku


bacaan yang nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat),
2 yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka.

• Tanggal 28 Oktober 1928 terjadinya sumpah pemuda.


3

• Pada tahu 1933 secara resmi berdiri angkatan sastrawan muda yang
menamakan dirinya Pujangga Baru
4
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING DALAM
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
• Pada tanggal 25 – 28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa
Indonesia I di Solo.
5

• Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945,


yang salah satunya pasal 36, yang menetapkan bahasa Indonesia sebagai
6 bahasa negara.

• Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik


(Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang
7 berlaku sebelumnya.

• Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober – 2


November 1954.
8
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING DALAM
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

• Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia


meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
9

• Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
10 Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia.
KEDUDUKAN BAHASA
INDONESIA
• Bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa nasional sesuai
1 dengan Sumpah Pemuda 1928.

• Bahasa Indonesia berkedudukan


sebagai bahasa negara sesuai dengan
2 Undang-Undang Dasar 1945.
FUNGSI BAHASA INDONESIA
SEBAGAI BAHASA NASIONAL

• Lambang kebanggaan kebangsaan,


1

• Lambang identitas nasional,


2

• Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan


3 antarbudaya,

• Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa


dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing
4 ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.
FUNGSI BAHASA INDONESIA
SEBAGAI BAHASA NEGARA

• Bahasa resmi kenegaraan


1

• Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan


2

• Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan


3 perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan

• Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan


4 teknologi.
KLASIFIKASI RAGAM BAHASA
(Alwi, 1988)

• Ragam menurut golongan penutur bahasa


1

• Ragam menurut jenis pemakaian bahasa


2
Ragam
Pendidikan

Ragam
Ragam Daerah Menurut Sikap Penutur
Golongan
Penutur
Bahasa
Ragam Menurut Golongan
Penutur Bahasa
• Ragam daerah dikenal dengan nama logat atau dialek. Logat
daerah kentara karena tata bunyinya. Ciri-ciri khas yang meliputi
tekanan, intonasi, panjang-pendeknya bunyi bahasa membangun
1 aksen yang berbeda-beda.

• Ragam pendidikan dapat dibagi atas ragam bahasa baku dan


ragam bahasa tidak baku (ragam bahasa baku dan ragam tidak
2 baku akan diuraikan secara khusus).

• Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak


bahasa Indonesia yang masing-masing pada asasnya tersedia bagi
tiap-tiap pemakai bahasa. Ragam ini biasa disebut langgam atau
3 gaya.
Ragam Menurut
Jenis Pemakaian
Bahasa

Ragam dari sudut


pandangan bidang Ragam menurut
atau pokok sarananya
persoalan
Ragam Menurut Jenis
Pemakaian Bahasa
• Ragam dari sudut pandangan bidang atau pokok persoalan
mengandung maksud bahwa ragam bahasa antara bidang tertentu
dengan bidang yang lain atau pokok persoalan tertentu dengan
pokok persoalan lain adalah berbeda. Misalnya, ragam bahasa
1 dalam bidang agama berbeda dengan bidang politik. Perbedaan
tersebut terutama dalam hal istilah atau ungkapan khusus.

• Ragam bahasa menurut sarananya terdiri atas:


• (1) ragam lisan, dan
2 • (2) ragam tulisan.
Selain klasifikasi di atas, ragam bahasa dapat
pula diklasifikasikan berdasarkan bidang
wacana. Dengan dasar ini ragam bahasa dapat
dibedakan atas:

• ragam ilmiah yaitu bahasa yang digunakan dalam kegiatan


ilmiah,ceramah, tulisan-tulisan ilmiah;
1

• ragam populer yaitu bahasa yang digunakan dalam


pergaulan sehari-hari dan dalam tulisan populer (Santoso
2 dkk, 2004).
RAGAM LISAN DAN
RAGAM TULISAN
Perbedaan Ragam Lisan dan
Tulisan
• Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada
di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya
1 teman bicara berada di depan.

• Di dalam ragam lisan, unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek,


predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan karena bahasa yang digunakan itu
dapat dibantu oleh gerak, mimik, anggukan, intonasi, dsb. sebaliknya dengan
2 ragam tulisan.

• Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu.
Sebaliknya, ragam tulis tidak terikat oleh oleh situasi, kondisi, ruang,
3 dan waktu.

• Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang


pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda
4 baca, huruf kapital, dan huruf miring.
Penggunaan Bentuk Kata dalam
Ragam Lisan dan Ragam Tulisan

• 1. Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon kelapa.


• 2. Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.
Ragam
Lisan

• 1. Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon kelapa.


• 2. Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan
Ragam pekerjaan itu.
Tullisan
Penggunaan Kosa Kata dalam Ragam
Lisan dan Ragam Tulisan

• 1. Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.


• 2. Mereka lagi bikin denah buat pameran entar
Ragam
Lisan

• 1. Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu


• 2. Mereka sedang membuat denah untuk pameran nanti.
Ragam
Tullisan
Penggunaan Struktur Kalimat dalam
Ragam Lisan dan Ragam Tulisan

• 1. Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.


• 2. Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur
Ragam Daerah Istimewa Aceh.
Lisan

• 1. Rencana ini sudah saya sampaikan kepada direktur.


• 2. “Asah Terampil” dihadiri oleh Gubernur Daerah Istimewa
Ragam Aceh.
Tullisan
Tiga Karakteristik Bahasa Tulisan
(Goeller:1980)
• segala informasi atau gagasan yang dituliskan dapat
memberi keyakinan bagi pembaca bahwa hal tersebut
Accuracy
masuk akal atau logis.
(akurat)

• gagasan tertulis yang disampaikan bersifat singkat karena


tidak menggunakan kata yang mubazir dan berulang,
Brevety
seluruh kata yang digunakan dalam kalimat ada fungsinya.
(ringkas)

• tulisan itu mudah dipahami, alur pikirannya mudah


Clarity diikuti oleh pembaca. Tidak menimbulkan salah tafsir
bagi pembaca.
(jelas)
PERBEDAAN RAGAM
BAKU DAN RAGAM
TIDAK BAKU
Perbedaan Definisi Ragam Baku dan
Ragam Tidak Baku
• Ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian
besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa
resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa
Ragam Baku dalam penggunaannya.


• Ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh
Ragam ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Tidak Baku
Ciri Ragam Baku (Depdikbud 1988)

• Memiliki sifat kemantapan dinamis. Bahasa baku harus


memiliki kaidah dan aturan yang relatif tetap dan luwes.
1 Bahasa baku tidak dapat berubah setiap saat.

• Kecendekiaan. Kecendekiaan berarti bahwa bahasa baku


sanggup mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di
pelbagai ilmu dan teknologi, dan bahasa baku dapat
2 mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis
dan masuk akal.

• Keseragaman kaidah. Keseragaman kaidah adalah


keseragaman aturan atau norma. Tetapi, keseragaman
bukan berarti penyamaan ragam bahasa atau
3 penyeragaman variasi bahasa.
Kridalaksana (1978) mengatakan bahwa bahasa
Indonesia baku adalah ragam bahasa yang
dipergunakan dalam:
• komunikasi resmi, yakni surat-menyurat resmi, pengumumanpengumuman
yang dikeluarkan oleh instansi resmi, penamaan dan peristilahan resmi,
perundang-undangan, dan sebagainya (ingat kembali fungsi bahasa
1 Indonesia sebagai bahasa resmi);

• wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karangan ilmiah;


2

• pembicaraan di depan umum yakni dalam ceramah, kuliah,


khotbah;dan
3

• pembicaraan dengan orang yang dihormati yakni orang yang lebih


4 tua, lebih tinggi status sosialnya dan orang yang baru dikenal.
CIRI STRUKTUR
(UNSUR-UNSUR)
BAHASA INDONESIA BAKU
1. Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara
eksplisit dan konsisten.

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia


Tidak Baku

Ahmad melempar mangga yang ada di Ahmad lempar mangga yang ada di depan
depan rumahnya. rumahnya.

Hama wereng menyerang padi petani Hama wereng serang padi petani yang sudah
yang sudah mulai menguning. mulai menguning.

Anak itu sudah mampu berjalan Anak itu sudah mampu jalan walaupun
walaupun masih tertatih-tatih. masih tertatih-tatih.
2. Pemakaian fungsi gramatikal (subjek, predikat, dan
sebagainya secara eksplisit dan konsisten.

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia


Tidak Baku

Direktur perusahaan itu pergi ke Direktur perusahaan itu ke luar


luar negeri. negeri.
3. Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada) secara
eksplisit dan konsisten (pemakaian kata penghubung
secara tepat dan ajeg)

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia


Tidak Baku

Ia mengetahui bahwa anaknya Ia mengetahui anaknya tidak lulus.


tidak lulus.

Ia tidak percaya kepada semua Ia tidak percaya kepada semua


orang karena tidak setiap orang orang, tidak setiap orang jujur.
jujur.
4. Pemakaian partikel kah, lah, dan pun secara
konsisten

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia


Tidak Baku

Bagaimanakah memakai alat itu? Bagaimana cara pakai alat itu?


5. Pemakaian preposisi yang tepat

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia


Tidak Baku

Ia mengirim surat kepada saya. Ia mengirim surat ke saya.

Buku itu ada pada saya. Buku itu ada di saya.

Anak itu pergi ke sekolah dengan Anak itu pergi ke sekolah sama
temannya. temannya.
6. Pemakaian bentuk ulang yang tepat menurut fungsi
dan tempatnya

Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia


Tidak Baku

Semua siswa diharapkan masuk Semua siswa-siswa diharapkan masuk


ke kelas. Atau Siswa-siswa ke kelas.
diharapkan masuk ke kelas.

Mereka bersalam-salaman. Mereka saling bersalam-salaman.

Baju itu berwarna kebiru-biruan. Baju itu berwarna agak kebiru-biruan.


7. Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD)
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia
Tidak Baku

praktik praktek

analisis analisa

asas azas

teladan tauladan

tradisional tradisionil
SIFAT RAGAM
BAHASA ILMU
Sifat Ragam Bahasa Ilmu
• Baku
1

• Denotatif
2

• Berkomunikasi dengan pikiran bukanperasaan


3

• Kohesif
4

• Koheren
5
Sifat Ragam Bahasa Ilmu
• Mengutamakan kalimat pasif
6

• Konsisten
7

• Logis
8

• Efektif
9

• Kuantitatif
10
BAKU
Ragam bahasa ilmu harus mengikuti kaidah-kaidah bahasabaku,
yaitu dalam ragam tulis menggunakan ejaan yang baku, yakni EYD,
dan dalam ragam lisan menggunakan ucapan yang baku,
menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau
sudah dibakukan.

Contoh:
Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain
sebagainya, maka proyek pembangunan sarana
telekomunikasi di Indonesia bagian timur kita terpaksa
serahkan kepada pengusaha asing. (tidakbaku)

Perbaikan:
Karena kekurangan modal, tenaga, dan lain-lain, proyek
pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia timur
terpaksa kita serahkan kepada pengusaha asing. (baku)
denotatif

Kata-kata dan istilah yang digunakan haruslah bermakna


lugas, bukan konotatif dan tidak bermakna ganda.

Contoh:
Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh
penerangan yang memadai. (tidaklugas)

Maksud kalimat di atas tidak jelas karena kata penerangan


mengandung makna ganda, yaitu informasi atau listrik.

Perbaikan:
Sampai saat ini masyarakat Desa Bojongsoang belum memperoleh
informasi yang memadai.
Atau:
Sampai saat ini masyarakat Desa Bojongsoang belum memperoleh
listrik yang memadai.
Berkomunikasi
dengan pikiran

Ragam bahasa ilmu lebih bersifat tenang, jelas, tidak


berlebih-lebihan atau hemat, dan tidak emosional.

Contoh:
Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal,
atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan
tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami
gangguan. (tidakefisien)

Perbaikan:
Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempat yang
ramai supaya kegiatan belajar tidak terganggu. (efisien)
KOHESIF
Agar tercipta hubungan gramatik antar aunsur-unsur, baik dalam
kalimat mau pun dalam alinea, dan juga hubungan antara alinea
yang satu dengan alinea yang lainnya bersifat padu maka
digunakan alat-alat penghubung, seperti kata-kata penunjuk, dan
kata-kata penghubung.

Contoh:
Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal,
atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan
tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami
gangguan. (tidakefisien)

Perbaikan:
Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempat yang
ramai supaya kegiatan belajar tidak terganggu. (efisien)
KOHEREN

Semua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu


makna atau ide pokok.
MENGUTAMAKAN
KALIMAT PASIF
Contoh:
Penulis melakukan penelitian ini di laboratorium.

Perbaikan:
Penelitian ini dilakukan di laboratorium.
KONSISTEN

Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah,


singkatan, tanda-tanda, dan juga penggunaan kata ganti diri.
LOGIS

Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia


ragam ilmiah dapat diterima akal.

Contoh:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi juga akan
menguap. (tidaklogis)
Perbaikan:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi bensin itu akan
menguap.
EFEKTIF

Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan


baik oleh penutur atau oleh penulis, maupun oleh penyimak
atau pembaca.
KUANTITATIF

Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur


secara pasti.

Contoh:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup
dalam.

Perbaikan:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan
kedalaman satumeter.
JENIS KARANGAN
JENIS KARANGAN

• EKSPOSISI
1

• ARGUMENTASI
2

• NARASI
3

• DESKRIPSI
4
EKSPOSISI

1 Click
Pengertian
to add Title

2 Click
TujuantoKhusus
add Title

13 Ciri-ciri
Click to add Title

24 Jenis-jenis
Click to add Title
PENGERTIAN
• Keraf (1985:3) mengatakan bahwa “karangan
eksposisi adalah salah satu bentuk tulisan atau
retorika yang berusaha untuk menerangkan dan
menguraikan sesuatu pengetahuan seseorang
1 yang membaca uraian tersebut”.

• Nafiah (1981:73) menyatakan, “karangan


eksposisi adalah karangan yang berusaha
menerangkan suatu hal atau gagasan kepada
pembaca atau pendengar”.
2
PENGERTIAN
Karangan/paragraf eksposisi adalah
karangan/paragraf yang berisi uraian atau
penjelasan tentang suatu topik dengan
tujuan memberi informasi atau
pengetahuan tambahan bagi pembaca.

Untuk memperjelas uraian, dapat


dilengkapi dengan grafik, gambar atau
statistik.
Tujuan Khusus

1. Menyampaikan fakta secara teratur,


logis, dan bertautan (berkaitan)

2. Menjelaskan suatu ide, istilah, masalah,


proses, unsur-unsur sesuatu, hubungan,
sebab-akibat dan sebagainya
Ciri-Ciri

 Informatif (memberikan informasi)


 Memaparkan sesuatu secara rinci/detil
 Didukung oleh fakta dan data
 Bersifat objektif (apa adanya, sesuai
kenyataan)
 Tidak melibatkan imajinasi/khayalan penulis
 Mengandung unsur “Adiksimba”: Apa, Di
mana, Kapan, Siapa, Mengapa, Bagaimana
JENIS-JENIS/POLA PENGEMBANGAN
EKSPOSISI
• Pola pengembangan paragraf yang memaparkan/menjelaskan
tentang pengertian/definisi.
DEFINISI

• pola pengembangan paragraf yang memaparkan/menjelaskan


tentang pengelompokkan.
KLASIFI-
KASI

• pola pengembangan paragraf yang memaparkan/menjelaskan


tentang cara-cara/tahapan-tahapan dalam membuat/melakukan
PROSES/ sesuatu.
PROSEDU-
RAL
JENIS-JENIS/POLA PENGEMBANGAN
EKSPOSISI

• pola pengembangan paragraf yang memaparkan sesuatu


dengan ilustrasi atau contoh.
ILUSTRASI

• pemaparan suatu persoalan yang dilakukan dengan


menyebutkan ciri-ciri, sifat-sifat khusus, atau karakteristik
sesuatu secara mendetail sehingga menjadi mudah
dikenali keberadaannya.
IDENTIFI-KASI
JENIS-JENIS/POLA PENGEMBANGAN
EKSPOSISI

• pemaparan dengan menggunakan/membandingkan dua


hal yang mempunyai sifat sama.
ANALOGI

• pola pengembangan dengan menggunakan pernyataan


yang mempunyai sifat/ciri-ciri tertentu untuk
mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
GENERALISASI
CONTOH EKSPOSISI
1. Bila istilah wiraswasta diterima
sebagai terjemahan enterpreneur
atau sebagai pengganti kata
usahawan, juga memiliki watak wira
dan swasta. Jadi seorang wiraswasta
adalah seorang usahawan yang
mampu berusaha dalam bidang
ekonomi/niaga secara tepat guna,
juga berwatak merdeka lahir batin
serta berbudi pekerti luhur.
CONTOH EKSPOSISI

2. Ada dua macam sarana pendidikan, yaitu


pendidikan formal dan pendidikan nonformal.
Pendidikan formal memiliki standar kurikulum
yang sudah ditentukan oleh pemerintah,
seperti SD,SMP,SMA/SMK dan lain
sebagainya. Pendidikan nonformal yang lebih
dikenal dengan pendidikan luar sekolah
seperti kursus-kursus, biasanya menyusun
kurikulum sendiri yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan kebijakan lembaga yang
bersangkutan.
CONTOH EKSPOSISI

3. Bunyi bahasa dirangkai menurut cara tertentu


dan menghasilkan kata (konsep). Misalnya,
enam bunyi [k-u-c-i-ng] dirangkai menjadi kata
kucing. Pada taraf ini persetujuan antarpengucap
bahasa memainkan peran yang penting.
Pengucap bahasa Indonesia setuju bahwa
rangkaian enam bunyi bahasa dalam kata kucing
itu melambangkan pengertian tentang binatang
tertentu (ilustrasi 1). Kata kucing tidak akan
berarti apa-apa bagi orang Inggris. Dalam
bahasa Inggris, pengertian tentang binatang itu
dilambangkan dengan kata cat (ilustrasi 2).
CONTOH EKSPOSISI

4. Service dalam bermain tenis lapangan dapat


dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
Pertama, ambillah posisi di luar garis
belakang dan agak ke tengah. Kedua,
lakukan konsentrasi untuk beberapa detik
dan aturlah posisi kaki. Ketiga, bungkukkan
badan ke depan sedikit sambil melempar
bola ke atas, raket diayunkan ke belakang
dan dengan cepat pukullah bola dengan
kekuatan maksimal. Bola akan melayang
dengan cepat.
CONTOH EKSPOSISI

Sebuah tiang yang terbuat dari bahan yang


berkualitas baik, tidak mudah digoyahkan
apalagi dirobohkan. Siapa saja yang ingin
merusak akan sia-sia saja karena kekuatan yang
dimilikinya berbeda dengan tiang yang dibuat
dari bahan yang bermutu rendah. Tiang yang
terbuat dari bahan yang bermutu rendah mudah
untuk dirobohkan. Begitu pula dengan keimanan
yang dimiliki seseorang, seseorang yang beriman
dengan dasar keagamaan yang kuat tidak akan
mudah digoyahkan oleh godaan dan pengaruh
yang akan merusak keimanannya.
ARGUMENTASI

1 Click
Pengertian
to add Title

2 Click
Tujuanto add Title

13 Ciri-ciri
Click to add Title

24 ClickPengembangan
Pola to add Title

25 Click to Penulisan
Langkah add Title
PENGERTIAN
• Karangan argumentasi adalah “karangan yang
tujuannya meyakinkan pembaca, mengajak
bahkan mempengaruhi pembaca agar mau
berbuat sesuatu seperti kemauan penulis”
(Suparmi, 1986:94).
1 •

• Keraf (1985:3) menyatakan, karangan


argumentasi adalah “suatu bentuk retorika yang
berusaha untuk mempengaruhi sikap dan
pendapat orang lain, agar mereka percaya dan
akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang
2 diinginkan penulis atau pengarang.”
PENGERTIAN
• Argumentasi merupakan corak tulisan yang bertujuan
membuktikan pendapat penulis meyakinkan atau
mempengaruhi pembaca agar amenerima pendapanya.
Argumentasi berusaha meyakinkan pembaca. Cara
menyakinkan pembaca itu dapat dilakukan dengan jalan
3 menyajikan data, bukti, atau hasil-hasil penalaran
(Pusat Bahasa. 2001: 45).

• Argumentasi ditulis untuk memberikan alasan,


memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian,
atau gagasan. Jadi, setiap karangan argumentasi selalu
terdapat alasan atau argumen tentang bantahan
terhadap suatu pendapat atau penguatan terhadap
pendapat tersebut.
4
Tujuan

Karangan ini bertujuan membuktikan


kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan
dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti.

Dalam argumentasi pengarang mengharapkan


pembenaran pendapatnya dari pembaca.
Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau
alasan sebagai penyokong opini tersebut.
Ciri-Ciri
 Ada pernyataan, ide, atau pendapat yang dikemukakan
penulisnya;
 Ada alasan, data, atau fakta yang mendukung;
 Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin.
 Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik,
dan lain-lain.
 Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan
penelitian.
 Pembenaran berdasarkan data dan fakta yang disampaikan.
Data dan fakta yang digunakan untuk menyusun wacana atau
paragraf argumentasi dapat diperoleh melalui wawancara,
angket, observasi, penelitian lapangan, dan penelitian
kepustakaan.
 Penutup berisi kesimpulan.
POLA PENGEMBANGAN ARGUMENTASI

• Hubungan sebab akibat mula-mula bertolak dari suatu peristiwa


yang dianggap sebagai sebab yang diketahui, lalu bergerak maju
PHSA menuju pada suatu kesimpulan sebagai akibat

• Hubungan akibat sebab merupakan suatu proses berpikir dengan


bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang
diketahui, lalu bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin
telah menimbulkan akibat tadi.
PHAS

• Suatu sebab dapat pula menimbulkan serangkaian akibat. Akibat


pertama adalah menjadi sebab timbulnya akibat kedua.
Demikian seterusnya sehingga timbul rangkaian beberapa
PHS-A1-A2 akibat.
CONTOH ARGUMENTASI
POLA HUBUNGAN
SEBAB AKIBAT
Ruangan ini harus ditata sedemikian rupa dengan
memerhatikan tata indah, tata sehat, tata bersih, dan tata
nyaman. Dengan ventilasi yang baik, udara selalu berganti
sehingga kesehatan penghuninya terjamin. Dinding di
depan-belakang, samping kanan kiri dicat dengan warna
bening dan dihias sesuai dengan keperluan pengajaran.
Hal itu menjadikan ruangan tampak asri. Meja guru Anda
ditata dan selalu dijaga kebersihannya yang akhirnya
terlihat rapi dan bersih. Dengan penataan demikian itu,
semua penghuni kerasan, suasana menjadi nyaman,
damai, dan menyenangkan.
CONTOH ARGUMENTASI
POLA HUBUNGAN
AKIBAT SEBAB
Semua warga sekolah merasa bangga dengan wajah
wajah nan ceria. Hampir setiap lomba taman dan
keindahan selalu menyandang juara. Orang-orang
yang lalu lalang di depan sekolah itu tak lupa
melayangkan pandangannya. Tidak ada bunga layu di
semua musim. Tidak ada ranting kering bertengger di
pepohonan. Sudah selayaknya sekolah itu dipuji
karena memang tampak indah, bersih, dan nyaman.
Kedisiplinan menjaga keindahan taman telah dimiliki
setiap warga sekolah. Mereka perlu dan harus
demikian prinsip yang dipegang teguh.
CONTOH ARGUMENTASI
POLA HUBUNGAN
SEBAB AKIBAT 1 – AKIBAT 2
(1) Krisis bahan bakar menambah parahnya inflasi. (2)
Dalam waktu singkat, harga bahan bakar naik dua kali
lipat. (3) Ongkos produksi pun ikut naik karena
banyaknya pengguna bahan bakar. (4) Maka harga
kebutuhan hidup pun mencekik leher.
PERBEDAAN EKSPOSISI DAN ARGUMENTASI
BAGIAN KARANGAN EKSPOSISI ARGUMENTASI

Pembukaan atau Memperkenalkan kepada Menarik perhatian pembaca


Pendahuluan pembaca tentang topik yang pada persoalan yang akan
akan dipaparkan dan tujuan dikemukakan.
paparan tersebut.
Tujuan Karangan Memberi informasi, Meyakinkan pembaca
menjelaskan kepada
pembaca agar pembaca
memeroleh
informasi/pemaparan yang
jelas
Data, Fakta, Grafik, dsb. Memperjelas isi karangan Untuk membuktikan bahwa
yang dikemukakan penulis
dalam karangan adalah
benar
Penutup Menegaskan kembali apa yang Menyimpulkan apa yang telah
telah diuraikan sebelumnya diuraikan pada pembahasan
sebelumnya
LANGKAH MENYUSUN ARGUMENTASI

• Menentukan topik/tema
1

• Menetapkan tujuan
2

• Mengumpulkan data dari berbagai sumber


3

• Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih


4

• Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi


5
NARASI DAN DESKRIPSI
PENGERTIAN
•Karangan narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran
utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan
menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan
waktu. Atau dengan kata lain, narasi adalah suatu bentuk
wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya
kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi (Keraf,
1 1985:136).


• Pada perinsipnya karangan narasi adalah jenis karangan
yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian
yang biasanya disusun menurut suatu kesatuan waktu.
Karangan narasi menguraikan atau menceritakan
sesuatu yang dimaksud dari hal yang sekecil-kecilnya
sampai yang sebesar-besarnya (dari hal yang terdahulu
2 sampai hal yang terakhir).
JENIS KARANGAN NARASI
•Narasi ekspositoris (narasi nonfiksi) adalah karangan yang
menceritakan sesuatu/seseorang berdasarkan kenyataan (fakta).
Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau
kisah pengalaman. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi,
NARASI autobiografi, atau kis
EKSPOSITORIS •

• Narasi sugestif (narasi fiksi) adalah karangan narasi


yang menceritakan sesuatu/seseorang berdasarkan
fiksi.
• Contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen,
NARASI cerbung, ataupun cergam.
SUGESTIF
POLA KARANGAN NARASI

 Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu


memperkenalkan suasana dan tokoh.

 Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan


suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks
cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks,
secara berangsur-angsur cerita akan mereda.

 Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara


pengungkapan bermacam-macam.
LANGKAH MENYUSUN
KARANGAN NARASI
Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi)
cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan
mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh karena itu,
cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H,
yang dapat disingkat menjadi adik simba.

 (What) Apa yang akan diceritakan,


 (Where) Di mana seting/lokasi ceritanya,
 (When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
 (Who) Siapa pelaku ceritanya,
 (Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi,
dan
 (How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.
CONTOH
KARANGAN NARASI

 Ir. Soekarno
Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama
adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada
tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di
penjara dan di tempat pengasingan karena
keberaniannya menentang penjajah.
Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar
Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada
sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil
bangsa Indonesia memproklamasikan
CONTOH
KARANGAN NARASI

kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17


Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan
diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948.
Soekarno dikembalikan ke Yogya dan
dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI
pada tahun 1949.
Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak
pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-
pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara
bagi negara-negara nonblok pada Konferensi
Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir
seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk
berbakti dan berjuang.
CONTOH
KARANGAN NARASI

 Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin


yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku
bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke
dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang
terasa begitu menyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku
ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan
kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah
ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun
kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah
hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri,
dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap
cintanya.
DESKRIPSI
PENGERTIAN
•Keraf (1980:93) berpendapat, “Karangan deskripsi adalah sebuah
karangan yang bertalian dengan usaha-usaha para pengarang untuk
memberikan perincian dari objek yang sedang dibicarakan.”

1


•Suparni menyatakan bahwa karangan deskripsi adalah jenis karangan
yang didalamnya melukiskan suatu situasi atau keadaan dengan kata-
kata sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan
merasakan sendiri objek yang dilukiskan dalam deskripsi itu (1986:92).
2 •

• Kata deskripsi berasal dari kata Latin decribere yang berarti menggambarkan atau
memerikan suatu hal. Dari segi istilah, deskripsi adalah suatu bentu karangan yang
melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai
( mendengar, melihat, mencium, dan merasakan ) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan
citra penulisnya. Maksudnya, penulis ingin menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu,
3 dengan sifat dan gerak-geriknya, atau sesuatu yang kepada pembaca (Soeparno, 2004: 4.5 ).
PENDEKATAN DALAM
KARANGAN DESKRIPSI
• Dalam pendekatan yang realistis ini, penulis berusaha agar
deskripsi yang dibuat terhadap objek yang tengah diminatinya
itu, harus dapat dilukiskan seobjektif mungkin sesuai dengan
PENDEKATAN
kenyataan yang dilihatnya.
REALISTIS


• Pendekatan yang impresionistis adalah suatu pendekatan
yang berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif atau
sesuai dengan • interpretasi pengarang.
PENDEKATAN
IMPRESIONIS
TIS •

• Cara pendekatan ini dapat digunakan bagaimana sikap


penulis atau pengarang terhadap objek yang
PENDEKATAN dideskripsikan tersebut. Misalnya: acuh tak acuh,
SIKAP bersungguh-sungguh, dan cermat.
PENULIS
JENIS
KARANGAN DESKRIPSI

• Karangan yang menggambarkan objek (benda hidup


maupun benda mati) secara terperinci. Contohnya
menggambarkan manusia, hewan, tumbuhan, lemari,
DESKRIPSI kursi, dsb.
OBJEKTIF •

• Karangan yang menggambarkan tempat dan suasana


secara terperinci. Contohnya menggambarkan ruangan,
tempat objek wisata, suasana bencana, dsb
DESKRIPSI •
SPASIAL
LANGKAH MENYUSUN
KARANGAN DESKRIPSI
• Menentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
1

• Menentukan tujuan
2
• Menentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan
melakukan pengamatan
3

• Menyusun aspek-aspek tersebut ke dalam urutan yang baik, apakah


urutan lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan
4

• Mengembangkan kerangka menjadi karangan deskripsi


5
EJAAN
PENGERTIAN
• Suatu cara atau aturan menuliskan kata-kata dengan
huruf (Poerwardarminta, 1976).
1 •

• Cara atau aturan menulis • kata-kata dengan huruf


menurut disiplin ilmu bahasa (Tarigan, 1985)
2 •

• Keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi


ujaran dan bagaimana hubungan antara lambang-
lambang itu (Arifin, 2004:170).
3
SEJARAH/JENIS-JENIS EJAAN
• Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu
dengan huruf latin yang disebut Van Ophuijsen. Van
Ophuijsen yang merancang ejaan itu dibantu oleh
EJAAN VAN Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan
OPHUIJSEN Muhammad Taib Soetan Ibrahim.


• Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Suwandi
diresmikan untuk menggantikan ejaan van
Ophuijsen. Ejaan baru tersebut diberi julukan Ejaan
EJAAN Republik.
SUWANDI •
SEJARAH/JENIS-JENIS EJAAN
• Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu
(Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, Ketua)
menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian
dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
EJAAN • Perkembangan politik selama bertahun-tahun berikutnya
MELINDO mengurungkan peresmian ejaan tersebut.


• Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden RI
meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia
EJAAN YANG berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972.
DISEMPURNA- •
KAN
PERBANDINGAN EJAAN VAN OPHUIJSEN
DAN SUWANDI
EJAAN VAN OPHUIJSEN EJAAN SUWANDI

Huruf j untuk menuliskan kata-kata Huruf oe diganti dengan u: guru, itu,


jang, pajah, sajang. umur.
Huruf oe untuk menuliskan kata-kata Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis
goeroe, itoe, oemoer. dgn k, seperti pada kata-kata; tak, pak,
maklum, rakyat.
Tanda diakritik, seperti koma ain dan Kata ulang boleh ditulis dengan angka
tanda trema untuk menuliskan kata- 2, sepertti anak2, berjalan2,
kata, ma’moer, ‘akal. Ta’. Pa’ kebarat2an.

Awalan di- dan kata depan di- kedua-


duanya ditulis serangkai dgn kata yang
mengikutinya, seperti dirumah,
dikebun, ditulis, dikarang.
EJAAN YANG
DISEMPURNAKAN
1. Perubahan huruf
EJAAN SUWANDI EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

dj : djalan, djauh j : jalan, jauh

j : pajung, laju y : payung, layu

nj : njonja, bunji ny : nyonya, bunyi

sj : isjarat, masjarakat sy : isyarat, masyarakat

tj : tjukup, tjutji c : cukup, cuci

ch : tarich, achir kh : tarikh, akhir


2. Huruf-huruf di bawah ini , yang sebelumnya
sudah terdapat dalam Ejaan Suwandi sebagai
unsur pinjaman/serapan abjad asing,
diresmikan pemakaiannya.
F : maaf, fakir
V : valuta, universitas
Z : zeni, lezat

3. Huruf-huruf q dan xyang lazim digunakan


dalam ilmu eksakta tetap dipakai.
a:b=p:q
Sinar-X
4. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di-
atau ke- sebagai kata depan dibedakan, yaitu
di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai
dengan kata yang mengikkutinya,
sedangkan di- atau ke- sebagai kata depan
ditulis terpisah dengan yang mengikkutinya.
contoh:
di- (awalan) di- (kata depan)
ditulis di kampus
dibakar di rumah
5. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak
boleh digunakan angka 2.
contoh:
anak-anak, berjalan-jalan, dsb.
RUANG LINGKUP EYD
• Pemakaian huruf
1

• Pemakaian huruf kapital dan huruf miring


2
• Penulisan kata (termasuk angka dan lambang bilangan)
3

• Penulisan unsur serapan


4

• Penulisan partikel “pun”


5

• Pemakaian tanda baca (pungtuasi)


6
1. Pemakaian Huruf

Pelafalan harus sesuai dengan pelafalan fonem


(bunyi) bahasa Indonesia.
Contoh : AC dibaca a-ce bukan a-se
Cara penulisan nama diri (nama jalan, sungai,
gunung dan nama lainnya) harus mengikuti EYD,
kecuali ada pertimbangan khusus yang
menyangkut segi adat, hukum, atau sejarah.
Contoh :
- Rumahnya di Jalan Pajajaran No. 5 Bandung.
- Ayahku dosen di Universitas Padjajaran.
2. Penulisan Huruf Kapital
• HK dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.
1

• HK dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.


2
• HK dipakai sebagai huruf pertama ungkapan nama Tuhan dan kitab
suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
3
• HK dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
4 keturunan, dan keagamaan diikuti nama orang.
• HK dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau
yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
5

• HK dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.


6
• HK dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
7 bahasa.
• HK dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
8 dan peristiwa bersejarah.

• HK dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.


9
• HK dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama resmi
badan/lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
10
• HK dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan/lembaga.
11
• HK dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam penulisan nama
buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan.
12
• HK dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti
Bapak, Ibu, Adik, Kakak, Paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
13
• HK dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
14 dan sapaan.

• HK dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.


15
3. Penulisan Huruf Miring
 Huruf Miring dipakai untuk menulis nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
contoh: Majalah Bahasa dan Sastra.
 Huruf Miring dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok
kata.
contoh: Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
 Huruf Miring dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah
atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya.
contoh: Politik devide et impera pernah merajalela di
negeri ini.
4. Penulisan Kata

A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis
sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kami percaya bahwa kamu anak yang
pandai.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan
kata dasarnya.
Misalnya:
bergeletar diberikan
2. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya
berupa gabungan kata.
Misalnya:
bertepuk tangan sebar luaskan
3. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus
mendapat awalan dan akhiran, kata-kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
memberitahukan mempertanggungjawabkan
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
monoteisme antarkota multilateral
caturtunggal dasawarsa kontrarevolusi

Catatan:
(1) Apabila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya
huruf besar, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
(2) Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai, kecuali jika
diikuti oleh kata yang bukan kata dasar dan kata esa.
Misalnya:
Allah Yang Mahakuasa.
C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap
dengan menggunakan tanda hubung.

Misalnya:
anak-anak, centang-perenang,
porak-poranda, gerak-gerik,
sayur-mayur
D. GABUNGAN KATA
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar model linear kambing hitam
orang tua sepak bola persegi panjang

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin


menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
ibu-bapak kami buku sejarah-baru watt-jam

3. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis


serangkai.
Misalnya:
daripada silaturahmi halalbihalal syahbandar
hulubalang wasalam olahraga sukarela
E. Kata Ganti -ku, kau- , -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap
sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Adiknya pergi ke luar negeri.
Mereka ada di rumah.

Perhatikan penulisan berikut:


Ia keluar sebentar.
Kemarikan buku itu!
G. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang


mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.

H. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Bacalah buku itu baik-baik!
Apatah lagi yang akan diucapkannya?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun, sudah tak ada kendaraan.

Kelompok kata yang lazim dianggap padu, seperti adapun, andaipun,


ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun,
meskipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.

3. Partikel per yang berarti 'mulai', ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya:
Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
I. Angka dan Lambang Bilangan

1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di


dalam tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi.
Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.

2. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan


isi, (b) satuan waktu, dan (c) nilai uang.
Misalnya:
(a) 10 liter beras (b) I jam 20 menit (c) Rp5.000,00
4 meter persegi

3. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah,


apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No.15 ; Hotel Sofyan Kamar 69
4. Angka digunakan juga untuk menomori karangan atau
bagiannya.
Misalnya:
Bab X, pasal 5, halaman 212 ; Surah Yasin: 9
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan
sebagai berikut:
a. Bilangan utuh
Misalnya:
12 dua belas ; 22 dua puluh dua ; 222 dua ratus dua
puluh dua

b. Bilangan pecahan
Misalnya:
1/2 setengah
3/4 tiga perempat
1/100 seperseratus
1% satu persen
6.Penulisan kata bilangan tingkat dapat
dilakukan dengan cara yang berikut
Misalnya:
Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh

7. Penulisan kata bilangan yang mendapat


akhiran -an mengikuti cara yang berikut
Misalnya:
tahun 50-an atau tahun lima puluhan
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata, ditulis dengan
huruf, kecuali jika beberapa lambang
bilangan dipakai secara berurutan, seperti
dalam pemerincian dan pemaparan.
Misalnya:
Anti menonton film itu sampai tiga kali.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang
memberikan suara setuju, 15 suara tidak
setuju, dan 5 suara blangko.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis
dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan, yang tidak dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak
terdapat lagi pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.

10. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang


besar dapat dieja untuk sebagian supaya lebih
mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman
250 juta rupiah.
11. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan
kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan
huruf sekaligus dalam teks.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua ratus orang pegawai.
Bukan: Kantor kami mempunyai 200 (dua ratus) orang
pegawai.

12. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf,


penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima sebesar Rp1.500.000,00
(satu juta lima ratus ribu rupiah).
PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Salatiga.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya:
Maman S. Mahayana
3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Bc. Hk. (Bakalaureat Hukum)
M.B.A. (Master of Business Administration)
Sdr. (Saudara)
4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah
sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
hanya dipakai satu tanda titik.
Misalnya:
a.n. (atas nama) d.a. (dengan alamat)

5. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
III. Departemen Dalam Negeri
A.Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa.
B.Direktorat Jenderal Agraria.
Penyisipan Naskah: 1.Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2Ilustrasi
1.2.1 GambarTangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit,
dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit,


dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

8. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan ribuan,


jutaan dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Sugiarto lahir pada tahun 1972 di Jakarta.
9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri atas huruf-
huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, yang
terdapat di dalam nama badan pemerintah, lembaga-lembaga
nasional atau internasional, atau yang terdapat di dalam akronim
yang sudah diterima oleh masyarakat.
Misalnya:
TNI AD (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat)
sinetron (sinema elektronika)
tilang (bukti pelanggaran)

10. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan
ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
Misalnya:
Cu (Kuprom)
10 cm Panjangnya 10 cm lebih sedikit.
kg Berat yang diizinkan 100 kg ke atas.
Rp567. 000,00 Harganya Rp567. 000,00 termasuk pajak.
11.Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang
merupakankepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel,
dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pertanian
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk

12.Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat dan tanggal


surat atau nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Sudirman 45
Yth. Sdr. Burhanudin
Kantor BTA Group
B. TANDA KOMA
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli disket, spidol, dan penggaris.
Satu, dua, ... tiga!

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara


yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului
oleh kata seperti tetapi, melainkan, namun, sedangkan
dan sebagainya.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Nugraha bukan anak saya, melainkan anak Pak Udin.
3a.Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat
dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut
mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

3b.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak


kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk
kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
Jadi, soalnya tidaklah semudah itu.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya,


wah, aduh, kasihan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
O, begitu
Wah, bukan main!
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
Jadi, soalnya tidaklah semudah itu.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya,


wah, aduh, kasihan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
O, begitu
Wah, bukan main!
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya gembira sekali," kata ibu, "karena kamu lulus.“

7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat (ii)


bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv)
nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Margonda Raya 21, Depok
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia Jalan Salemba Raya 6,
Jakarta
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama
yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Jakarta: Balai
Pustaka.

9. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar


akademik yang mengikutinya, untuk membedakannya
dari singkatan nama keluarga atau marga.
Misalnya:
Drs. Sugito, M.M.
Maman S. Mahayana, M.Hum.
Yono Sugiyono, S.S.
10.Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan dan di antara
rupiah dan sen dalam bilangan.
Misalnya:
Rp12,50 (Lambang Rp tidak diberi titik!)

11.Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan


keterangan aposisi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Agus, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki
makan sirih.

12.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari


bagian lain dalam kalimat apabila petikan langsung tersebut
berakhiran dengan tanda tanya atau tanda seru, dan mendahului
bagian lain dalam kalimat itu.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Mustafa.
B. TANDA TITIK KOMA
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; kami belum selesai juga.

2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata


penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di
dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk
memasak di dapur; adik menghafalkan nama-nama
menteri kabinet; saya sendiri asyik menonton sinetron.
B. TANDA TITIK DUA
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan
itu: hidup atau mati.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang


memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Zaenal Arifin
Sekretaris : Irman Nashori
Bendahara : Usman
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata
yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu.”

4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan
halaman; (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab
suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan.
Misalnya:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin: 9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup:
Sebuah Studi, sudah terbit.
B. TANDA HUBUNG (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang sudah
terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
... ada cara ba-
ru juga
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan
terdapat satu huruf saja pada ujung baris.

2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di


belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
pergantian baris.
Misalnya:
... cara baru meng-
ukur panas.

Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja


pada pangkal baris.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang

Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan


notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

4. Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan


bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:
ber-evolusi dengan be-revolusi
istri-perwira yang ramah dengan istri perwira -yang
ramah
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se-
dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan
(d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
Misalnya:
se-Indonesia se-Jabotabek
HUT ke-28 tahun ’50-an

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa


Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-charter
pen-tackle-an
B. TANDA KURUNG ( )
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan.
Misalnya:
DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.

2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang


bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat
yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat tabel 10) menunjukkan arus
perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci
satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga
diikuti oleh kurung tutup saja.
Misalnya:
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah yang
berikut:
(1) alam;
(2) tenaga kerja; dan
(3) modal.
a) alam;
b) tenaga kerja; dan
c) modal.
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam,
(b) tenaga kerja, dan (c) modal.
B. TANDA KURUNG SIKU ([...])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau
kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan
pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menjadi isyarat bahwa
kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah
asal.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2.Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam
kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
(perbedaan antara dua macam proses ini [lihat
Bab I] tidak dibicarakan.)
B. TANDA PETIK (“...”)
1.Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah
atas baris.
Misalnya:
”Sudah siap?” tanya Yono.

2.Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku,


apabila dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah ”Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Massa, dari
Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul ”Rapor dan
Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam Tempo.
Sajak ”Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang
dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara ”coba dan ralat”
saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal
dengan nama ”cutbrai”.

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang


mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata Tono, ”Saya juga minta satu.”
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian
kalimat ditempatkan di belakang tanda petik
yang mengapit kata atau ungkapan yang
dipakai dengan arti khusus.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Daus mendapat
julukan ”Si Hitam ”.
Bang Munir sering disebut ”pahlawan”; ia
sendiri tidak tahu sebabnya.
B. TANDA PETIK TUNGGAL (‘...’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di
dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Sally, ”Kau dengar bunyi ’kring-kring’ tadi?”
”Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak
anakku, ’lbu! Bapak pulang!’ dan rasa letihku lenyap
seketika,” ujar Ibu Arini.

2. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan


kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
rate of inflation ‘laju inflasi’
B. TANDA GARIS MIRING (/)
1.Tanda garis miring dipakai dalam penomoran
kode surat.
Misalnya:
Surat No.16/PKS/2004

2.Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti


kata dan, atau, per, atau nomor alamat.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp150,00/1embar
Jalan Sigma III/47
B. TANDA APOSTROF (‘)

Tanda apostrof menunjukkan


penghilangan bagian kata.
Misalnya:
Ali ’kan kusurati (’kan = akan)
Malam ’lah tiba (’lah = telah)
14 Februari ’90 (’90 = 1990)
DIKSI
PENGERTIAN
• Widyamartaya (1990: 45) menjelaskan bahwa diksi atau
pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan
secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan
yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut
hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang
1 dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan pendengar atau
pembaca.

• Enre (1988: 102) menjelaskan


• bahwa diksi ialah
pilihan kata dan penggunaan kata secara tepat
untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin
dinyatakan dalam pola suatu kalimat.
2 •
PENGERTIAN
• Achmadi (1990: 136) memberikan definisi diksi
adalah seleksi kata-kata untuk mengekspresikan ide
atau gagasan dan perasaan.
1 •


• Mustakim (1994: 41) membedakan antara istilah
pemilihan kata dan pilihan kata. Pemilihan kata
adalah proses atau tindakan memilih kata yang
dapat mengungkap gagasan secara tepat, sedangkan
pilihan kata adalah hasil proses atau
2 • tindakan tersebut.

PRINSIP
• Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana
yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana
membentuk pengelompokan kata–kata yang tepat atau
1 menggunakan ungkapan–ungkapan, dan gaya mana yang paling
baik digunakan dalam suatu situasi.

• Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara

tepat nuansa–nuansa makna dari gagasan yang ingin
disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang

sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
2 kelompok masyarakat pendengar.

• Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh
penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata
bahasa itu, Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata
atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang
3 dimiliki suatubahasa.
FUNGSI/MANFAAT
• Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
1

• Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak

resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
2


• Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
3
• Menciptakan suasana yang tepat.
4

5 • Mencegah perbedaan penafsiran.


6 • Mencegah salah pemahaman.
3

• Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.


7
3
KUALITAS DIKSI
• Ketepatan kata yaitu kesanggupan sebuah kata
menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi
pembaca, sesuai yang dirasakan pengarang,
1 •

• Kesesuaian kata ialah kata yang dipilih sesuai


dengan situasi dan kesempatan sehingga bisa
diterima oleh pembaca.
2 •
JENIS DIKSI
(Keraf, 2008: 89-108)
• Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu
kata (makna itu menunjuk kepada konsep, referen atau
ide). Denotasi juga merupakan batasan kamus atau
definisi utama sesuatu kata, sebagai lawan daripada
konotasi atau makna yang ada kaitannya dengan itu.
1 Denotasi mengacu pada makna yang sebenarnya.


• Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung
• nilai rasa tertentu. Konotasi
arti tambahan, imajinasi atau
merupakan kesan-kesan atau asosiasi-asosiasi, dan
biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah
kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya.
Konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan
2 sebenarnya.

JENIS DIKSI
• Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep,
kata abstrak sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat
diserap dengan panca indra manusia. Kata-kata abstrak merujuk
kepada kualitas (panas, dingin, baik, buruk), pertalian (kuantitas,
jumlah, tingkatan), dan pemikiran (kecurigaan, penetapan,
3 kepercayaan). Kata-kata abstrak sering dipakai untuk menjelaskan
pikiran yang bersifat teknis dan khusus.


• Kata konkret adalah kata yang menunjuk pada sesuatu

yang dapat dilihat atau dirasakan oleh satu atau lebih dari
pancaindra. Kata-kata konkret menunjuk kepada barang
yang aktual dan spesifik dalam pengalaman. Kata konkret
digunakan untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam
4 pikiran pembaca melebihi kata-kata yang lain.

JENIS DIKSI
• Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan
ruang lingkup yang luas. Kata-kata umum
menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan,
5 dan kepada keseluruhan.


• Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada
pengarahan-pengarahan yang khusus dan konkrit.
Kata khusus memperlihatkan kepada objek yang
khusus.
6 •
JENIS DIKSI

• Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum


terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah.

7

• Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai


oleh semua lapisan masyarakat, baik oleh kaum
terpelajar atau oleh orang kebanyakan.
8 •
JENIS DIKSI
• Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam
suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni,
perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-
9 kelompok khusus lainnya.


• Kata slang adalah kata-kata nonstandar yang
informal, yang disusun secara khas, bertenaga dan
jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata slang
juga merupakan kata-kata yang tinggi atau murni.
10 •
JENIS DIKSI
• Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari
bahasa asing yang masih dipertahankan bentuk
aslinya karena belum menyatu dengan bahasa
11 aslinya.


• Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang
telah disesuaikan dengan wujud atau struktur
bahasa Indonesia.
12 •
RESENSI
PENGERTIAN
• Kata resensi berasal dari bahasa Latin, revidere atau
recensere yang berarti menimbang kembali, melihat dan
menilai. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review
1 dan dalam bahasa Belanda dengan istilah recensie.


• Menurut Gorys Keraf, resensi adalah suatu tulisan atau ulasan
mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku dengan tujuan
menyampaikan kepada pembaca • apakah suatu buku atau
hasil karya patut mendapat sambutan dari masyarakat atau
2 tidak.

• Menurut Daniel Samad, tindakan meresensi buku dapat
berarti memberikan penilaian, mengungkapkan kembali isi
buku, membahas, atau mengkritik buku. Secara lebih luas
dapat diartikan sebagai menginformasikan isi buku kepada
3 masyarakat luas.
TUJUAN
• Memberikan informasi atau pemahaman yang
komprehensif tentang apa yang tampak dan
1 terungkap dalam sebuah buku.


• Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan,

dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema
yang muncul dalam sebuah buku.
2 •

• Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah


sebuah buku pantas mendapat sambutan dari
masyarakat atau tidak.
3
TUJUAN
• Menjawab pertanyaan yang timbul jika
seseorang melihat buku baru (siapa
pengarang, mengapa, apa, bagaimana,
4 dsb).


• Memberikan bimbingan dalam memilih buku,
menumbuhkan minat membaca, acuan referensi
isi buku.
5 •
BEKAL DASAR PENULIS RESENSI
• Penulis resensi memahami sepenuhnya tujuan pengarang
dalam menulis buku. Tujuan pengarang dapat diketahui
1 dari kata pengantar atau bagian pendahuluan dari buku.


• Penulis resensi harus menyadari sepenuhnya tujuannya
menulis resensi.

2 •

• Penulis resensi harus memahami latar belakang calon


pembaca resensinya, selera, tingkat pendidikan
3

• Penulis resensi harus memahami karakteristik media


cetak yang akan memuat resensi tersebut.
4
UNSUR-UNSUR RESENSI
• Judul resensi
1 •


• Identitas buku
2 •

• Riwayat kepengarangan
3

• Sinopsis/ringkasan isi buku


4

• Ulasan mengenai kelebihan dan kekurangan buku


5

• Penutup
6
JUDUL RESENSI
Judul resensi tidak harus sama
dengan judul buku. Bahkan kalau bisa
berbeda dari judul buku.

Namun, judul resensi tetap harus


menggambarkan isi buku tersebut.
Judul resensi harus dibuat semenarik
mungkin untuk menimbulkan
keingintahuan pembaca.
IDENTITAS BUKU
Pada bagian ini, perlu
dijelaskan tentang :
1. Judul buku
2. Nama pengarang
3. Cetakan dan waktu terbit
4. Nama penerbit
5.Tebal buku (jumlah halaman)
Pada bagian ini, perlu
dijelaskan tentang :
1. Judul buku
2. Nama pengarang
3. Cetakan dan waktu terbit
4. Nama penerbit
5.Tebal buku (jumlah halaman)
RIWAYAT KEPENGARANGAN
Bagian ini memaparkan secara
singkat :
- Biografi pengarang (tempat dan
tanggal lahir, pendidikan, dll)
- Buku-buku yang pernah
ditulisnya
- Penghargaan-penghargaan
yang telah diperolehnya dalam
bidang kepengarangan.
SINOPSIS/RINGKASAN ISI BUKU
Untuk menarik pembaca resensi maka
dalam resensi kita perlu
membeberkan bagian-bagian menarik
dari buku yang diresensi.

Namun, kita tidak perlu menjelaskan


semua isi buku tersebut karena hal itu
justru akan membuat pembaca tidak
merasa perlu lagi membaca buku itu.
Ulasan tentang kelebihan
dan kekurangan buku
Hal-hal yang dapat dikritik dari
sebuah buku terbagi menjadi
dua yaitu :

1. Segi fisik
- sampul buku (cover)
- Kualitas cetakan
- jenis kertas
- bentuk dan jenis huruf
Ulasan tentang kelebihan
dan kekurangan buku
2. Segi non fisik

 isi buku atau jalan cerita (apakah isinya


menarik atau tidak?)
 Manfaat bagi pembaca (apakah buku tersebut
bermanfaat bagi pembaca atau tidak?)
 Bahasa yang digunakan (apakah kalimat-
kalimat yang digunakan dalam buku tersebut
mudah dipahami atau tidak?)
 Kualitas pengarang (apakah pengarang
buku tersebut memilki pengalaman atau
tidak?)
PENUTUP
Untuk menutup resensi, kita perlu
menegaskan kembali tentang
kelebihan dari buku tersebut.

Di samping itu, kita juga perlu


mengajak pembaca untuk
membaca buku tersebut secara
utuh karena menurut kita buku
tersebut memang layak untuk
dibaca.
LANGKAH-LANGKAH MERESENSI
• Mengenali buku yang akan diresensi (tema dan deskripsi isi
buku, penerbit, di mana diterbitkan, tebal halaman buku,
Pengarang: nama, latar belakang pendidikan, reputasi, dan
1 prestasi, Termasuk buku golongan apa (ekonomi, sastra,
psikologi, pendidikan, dll.)


• Membaca buku yang akan diresensi secara cermat
dan teliti. •
2 •

• Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan


secara khusus dan menentukan bagian-bagian
3 yang dikutip untuk dijadikan data.
LANGKAH-LANGKAH MERESENSI

• Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan


diresensi
4 •

• Menentukan sikap dan • menilai keunggulan dan


kelemahan buku.
5 •

• Mengoreksi dan memeriksa kembali hasil resensi buku


yang telah dibuat.
6
PARAGRAF/ALINEA
PENGERTIAN
• Paragraf diserap dari bahasa Inggris paragraph.
Kata ini pun berasal dari bahasa Yunani: para-
yang berarti ‘sebelum’, grafein yang berarti
‘menulis’.
1 •

• Alinea dari bahasa Belanda. Kata Belanda itu


sendiri dari kata Latin a linea yang berarti
‘mulai dari baris baru’.
2 •
PENGERTIAN
• Paragraf adalah seperangkat kalimat yang
membicarakan suatu gagasan/topik. Kalimat-
kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan
pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam
3 membentuk gagasan atau topik tersebut. (Arifin,
2008:115)


• Paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling

berhubungan dan bersama-sama menjelaskan
satu unit buah pikiran untuk mendukung buah
pikiran yang lebih besar, yaitu buah pikiran yang
diungkapkan dalam seluruh tulisan. (Wiyanto,
4 2006:15)

PENGERTIAN
• Paragraf adalah unit keterampilan berbahasa taraf
komposisi, yaitu kumpulan beberapa kalimat yang
secara bersama-sama mendukung satu kesatuan
3 pikiran. (Rahayu, 2007:97)

• Dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah


gabungan kalimat yang memiliki keterkaitan
dalam membentuk suatu gagasan/pokok pikiran.
4
FUNGSI PARAGRAF

• Penampung fragmen pikiran atau ide pokok


1 •


• Alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran
pengarang. •
2
• Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran
secara sistematis.
3

• Pedoman bagi pembaca mengikuti dan memahami alur


pikiran pengarang.
4
FUNGSI PARAGRAF

• Alat untuk penyampai fragmen pikiran atau ide pokok


pengarang kepada para pembaca.
5 •


• Sebagai penanda bahwa pikiran baru dimulai
6

• Dalam rangka keseluruhan karangan paragraf dapat


berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan penutup
(konklusi).
7
UNSUR-UNSUR PARAGRAF
• TRANSISI
1 •

• KALIMAT UTAMA
• GAGASAN POKOK DAN
2

• KALIMAT PENJELAS
3

• KALIMAT PENEGAS
4
TRANSISI
Sebuah tulisan/karangan tidak
hanya terdiri atas satu paragraf. Ada
puluhan bahkan ratusan paragraf.
Paragraf-paragraf itu tidak berdiri
sendiri, tetapi harus berhubungan satu
dengan yang lain. Untuk
menghubungkan paragraf satu dengan
paragraf lainnya itu diperlukan “perekat”
yang dinamakan transisi.
TRANSISI
• TRANSISI BERUPA KATA (KELOMPOK
KATA)
1 •


• TRANSISI BERUPA KALIMAT
2

• TRANSISI BERUPA PARAGRAF


3
TRANSISI BERUPA KATA
(KELOMPOK KATA)
• Penanda hubungan kelanjutan, antara lain dan, serta, lagi,
lagi pula, tambahan lagi, bahkan, kedua, ketiga, selanjutnya,
1 akhirnya, terakhir.

• Hubungan waktu, antara lain • dahulu, sekarang, kini, kelak,
sebelum, setelah, sesudah, sementara itu, sehari kemudian,
2 tahun depan, dsb. •

• Penanda klimaks, antara lain paling ..., se ... Nya, ter ... .
3

• Penanda perbandingan, antara lain seperti, ibarat, sama,


bak.
4
TRANSISI BERUPA KATA
(KELOMPOK KATA)
• Penanda kontras, antara lain tetapi, biarpun, walaupun,
5 sebailknya.

• Penanda urutan jarak, antara lain di sana, di sini, di situ,
sebelah, dekat, jauh. •
6

• Penanda ilustrasi, antara lain umpama, contoh, misalnya.
7
• Penanda sebab akibat, antara lain sebab, oleh sebab itu, oleh
karena itu, akibatnya.
8
• Penanda syarat (pengandaian), antara lain jika, kalau, jikalau,
9 andaikata, seandainya.

• Penanda kesimpulan, antara lain ringkasnya, kesimpulannya,


8 garis besarnya, rangkuman.
TRANSISI BERUPA KALIMAT

Kalimat yang digunakan sebagai


transisi dikenal pula dengan istilah
kalimat penuntun. Kalimat penuntun
mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai
transisi dan sebagai pengantar topik yang
akan dijelaskan.
Ringkasnya, morfologi adalah
bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk kata. yang
dibicarakan dalam morfologi adalah
perubahan-perubahan bentu kata, baik
dengan afiksasi, reduplikasi, maupun
komposisi. Perubahan bentuk kata
membawa akibat adanya perubahan arti
kata.
TRANSISI BERUPA PARAGRAF

Adakalanya transisi berupa


paragraf pendek. Transisi ini
digunakan untuk “membelokkan”
pembahasan dari suatu pokok
pikiran ke pokok pikiran yang lain.
Demikian penjelasan ringkas mengenai
pentingnya pembuka pidato. Sebelum kita
lanjutkan pembicaraan mengenai berbagai
cara membuka pidato yang menarik,
memikat, dan memesona, terlebih dahulu
kita bicarakan intonasi. Pembicaraan tentang
intonasi perlu kita dahulukan karena
berbagai cara membuka pidato itu hampir
tidak ada manfaatnya kalau tidak disertai
intonasi yang baik.
GAGASAN POKOK

• IDE DASAR
1 •

• JIWA KARANGAN
2

• DIWUJUDKAN DALAM KALIMAT


TOPIK/KALIMAT UTAMA
3
KALIMAT UTAMA/
KALIMAT TOPIK
• MENGANDUNG SATU GAGASAN POKOK
1 •


• BERUPA KALIMAT •
2
• BERSIFAT UMUM
3
• DIJELASKAN OLEH KALIMAT PENJELAS
4
• BUKAN BERUPA RINCIAN, PENJELASAN, CONTOH,
PERINCIAN DAN ALASAN.
5
KALIMAT PENJELAS/
KALIMAT PENDUKUNG
• MENGEMBANGKAN GAGASAN POKOK
1 •


• BERUPA KALIMAT •
2
• BERSIFAT KHUSUS
3
• MENJELASKAN KALIMAT UTAMA/KALIMAT TOPIK
4
• BERUPA RINCIAN, PENJELASAN, CONTOH, PERINCIAN
DAN ALASAN.
5
KALIMAT PENEGAS
Kehadiran kalimat penegas dalam suatu
paragraf tidak mutlak. Artinya, boleh ada
boleh tidak. Bila penulis merasa perlu
menggunakan kalimat penegas untuk
memperjelas informasi atau menyimpulkan
kalimat-kalimat yang mendahuluinya,
kalimat penegas ditulis.
JENIS PARAGRAF
JENIS PARAGRAF BERDASARKAN
LETAK KALIMAT UTAMA

• PARAGRAF DEDUKTIF
1 •


• PARAGRAF INDUKTIF

2
• PARAGRAF DEDUKTIF-INDUKTIF
3
• PARAGRAF INERATIF
4

• PARAGRAF DESKRIPTIF/NARATIF
5
JENIS PARAGRAF
• Paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal
paragraf. pengertian awal paragraf ini tidak harus pada
kalimat pertama karena banyak paragraf yang kalimat
pertamanya berupa kalimat transisi. paragraf yang
DEDUKTIF mengandung kalimat transisi, kalimat utamanya terletak
pada kalimat kedua.


• Paragraf yang kalimat utamanya berada di bagian akhir.
Biasanya kalimat utama• pada paragraf induktif
menggunakan konjungsi penyimpul antarkalimat, seperti
jadi, maka, dengan demikian, akhirnya, karena itu. Akan
tetapi, kebiasaan ini bukan sesuatu yang mutlak karena
banyak pula kalimat utama yang tidak perlu didahului
INDUKTIF konjungsi tersebut.
JENIS PARAGRAF
• Paragraf yang kalimat utamanya berada di
awal dan sekaligus di akhir paragraf.
Kalimat utama yang berada di akhir
paragraf itu merupakan pengulangan atau
penegasan kalimat utama pada kalimat
awal paragraf. Sebagai pengulangan atau
penegas, wujud kalimat utama yang berada
di akhir paragraf itu tidak selalu sama
DEDUKTIF- dengan kalimat utama yang berada di awal
INDUKTIF paragraf. Akan tetapi, kedua kalimat itu
tetap menunjukkan pokok pikiran yang
sama meskipun wujudnya bervariasi
JENIS PARAGRAF
• Paragraf yang kalimat utamanya
berada di tengah paragraf. Kalimat-
kalimat yang berada di awal paragraf
seolah-olah merupakan pengantar
untuk menuju pada puncak. Yang
dianggap puncak di sini adalah
kalimat utamanya. Sesudah sampai
bagian puncak, penulis masih
menambahkan kalimat-kalimat
INERATIF penjelas lagi. Itulah keunikan paragraf
ineratif dan hal ini menyebabkan
paragraf ini jarang ada
JENIS PARAGRAF

• Paragraf yang kalimat utamanya


tersebar di seluruh paragraf. Untuk
menemukan gagasan utamanya,
pembaca harus mengambil
kesimpulan dari seluruh kalimat yang
ada. Paragraf ini biasanya ditemukan
DESKRIPTIF/ dalam paragraf narasi atau deskripsi
NARATIF
JENIS PARAGRAF BERDASARKAN
SIFAT DAN TUJUAN
• Paragraf yang menggambarkan suatu benda, tempat,
suasana atau keadaan. Tulisan deskripsi merupakan hasil
dari observasi melalui panca indera, yang disampaikan
DESKRIPSI
dengan kata-kata.


• Narasi atau kisahan merupakan corak tulisan yang
bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau
• berdasarkan perkembangan
pengalaman manusia (tokoh)
NARASI dari waktu kewaktu.

• Eksposisi biasa juga disebut pemaparan, yakni salah satu bentuk


tulisan yang berusaha menerangkan, menguraikan atau
menganalisis suatu pokok pikiran yang dapat memperluas
EKSPOSISI pengetahuan dan pandangan seseorang.
JENIS PARAGRAF BERDASARKAN
SIFAT DAN TUJUAN

• Argumentasi merupakan corak tulisan yang


bertujuan membuktikan pendapat penulis untuk
meyakinkan atau mempengaruhi pembaca agar
ARGUMENTASI amenerima pendapatnya.


• Paragraf yang berisi ajakan dan memiliki tujuan
untuk membujuk/mengajak pembaca agar
melakukan apa yang diinnginkan oleh penulis.
PERSUASI
JENIS PARAGRAF BERDASARKAN
CARA PENGEMBANGAN/METODE

1 • Metode klimaks-antiklimaks

2 • Metode sudut pandangan



• Metode perbandingan dan pertentangan
3 •


• Metode analogi
4

• Metode contoh
5
JENIS PARAGRAF BERDASARKAN
CARA PENGEMBANGAN/METODE

6 • Metode proses

• Metode sebab akibat


7

• Metode umum khusus
8 •


• Metode klasifikasi
9

• Definisi luas
10
JENIS PARAGRAF BERDASARKAN
CARA PENGEMBANGAN/METODE

Metode • Pengembangan gagasan mulai dari yang rendah ke yang


klimaks- paling tinggi.
antiklimaks

• Pengembangan gagasan berdasarkan sudut pandang


Metode pengarang dalam meliahat sesuatu.

sudut
pandangan •


• Pengembangan gagasan dengan menunjukkan persamaan
Metode dan perbedaan objek.
perbandingan
dan
pertentangan
JENIS PARAGRAF BERDASARKAN
CARA PENGEMBANGAN/METODE

• Pengembangan gagasan dengan membandingkan segi


Metode kesamaan dua hal yang berbeda.
analogi

• Pengembangan gagasan dengan pemberian contoh.


Metode •
contoh


• Pengembangan gagasan yang berisi langkah-
langkah/tahap-tahap dalam melakukan sesuatu.
Metode
proses
JENIS PARAGRAF BERDASARKAN
CARA PENGEMBANGAN/METODE

Metode • Pengembangan gagasan berupa rincian-rincian akibat suatu


sebab sebab.
akibat

Metode • Pengembangan gagasan dari hal-hal yang bersifat umum ke


umum hal-hal yang bersifat khusus
khusus •

• Pengembangan gagasan yang• berisi langkah-langkah/tahap-


Metode tahap dalam melakukan sesuatu.
klasifika •
si
• Pengembangan gagasan dengan cara memberi
Metode keterangan/arti secara lebih luas
definisi
JENIS PARAGRAF
BERDASARKAN FUNGSI
• Paragraf pembuka mempunyai fungsi antara lain untuk menarik
perhatian pembaca, mengarahkan perhatian pembaca ke
PARAGRAF masalah yang akan disampaikan, atau memberi gambaran umum
PEMBUKA mengenai masalah yang akan disampaikan penulis.

• Bagian isi merupakan penjelasan terperinci mengenai


PARAGRAF masalah yang akan disampaikan
• penulis.
ISI


• Paragraf penutup berupa kesimpulan, penekanan bagian-
bagian tertentu, mengajak pembaca mengerjakan
PARAGRAF sesuatu, atau prediksi yang berkaitan dengan isi tulisan.
PENUTUP
KRITERIA PARAGRAF
KRITERIA PARAGRAF

• Adanya satu gagasan yang terdapat dalam paragraf


KESATUAN (makna kohesif).
(KOHESI)

• Adanya kekompakkan jalinan antara kalimat satu dengan



KEPADUAN kalimat lainnya dalam membentuk paragraf.
(KOHEREN- •
SI)

• Penyusunan atau perincian gagasan-gagasan yang
PENGEM- membentuk paragraf.
BANGAN
PARAGRAF
SYARAT KOHESI
• Konjungsi
1

• Pronomina
2

• Repetisi •
3

• Sinonim
4 •

• Hiponim
5

• Paralelisme
6

• Elipsasi
7
PENGGUNAAN KONJUNGSI
Ungkapan pengait antarkalimat dapat digunakan konjungsi
(ungkapan penghubung). Ungkapan penghubung yang dapat digunakan
(a) hubungan tambahan antara lain: lebih lagi, selanjutnya, di samping
itu, berikutnya, lagi pula, (b) hubungan pertentangan antara lain: akan
tetapi, namun, walaupun demikian, sebaliknya, (c) hubungan
perbandingan antara lain: sama dengan itu, sehubungan dengan itu,
(d)hubungan akibat antara lain: oleh sebab itu, jadi, maka, (e) hubungan
tujuan, antara lain: untuk itu, untuk maksud itu, (f) hubungan waktu,
antara lain: beberapa saat kemudian, sementara itu, (g) hubungan
tempat, antara lain: berdekatan dengan itu.
PENGGUNAAN PRONOMINA

Dalam usaha memadu kalimat-kalimat dalam


suatu paragraf, dapat digunakan pronomina (kata
ganti orang). Pemakaian kata ganti ini
berguna untuk menghindari penyebutan nama
orang berkali-kali. Kata ganti yang dimaksud adalah
saya, aku, kita, kami, engkau, kamu, dia, ia, beliau,
mereka, dan nya.
PENGGUNAAN REPETISI
Dalam upaya merangkai kalimat yang satu
dengan kalimat yang lain dapat digunakan repetisi,
yaitu mengulang kata tertentu yang dianggap
penting.
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku
bangsa yang tinggal di berbagai daerah dengan
keanekaragaman budaya dan bahasanya.
Keanekaragaman demikian mungkin menguntungkan
karena dapat memperkaya kebudayaan nasional. Moto
Bhineka Tunggal Ika mencerminkan tekad bangsa kita
untuk menarik keuntungan dari keanekaragaman itu.
PENGGUNAAN SINONIM
Cara lain yang kadang-kadang juga
digunakan untuk merangkaikan kalimat dalam
paragraf adalah sinonim atau kemaknaan.
Kesemaknaan tidak terbatas pada kata dan kata,
namun mungkin juga kesemaknaan kata dan
kelompok kata, Misalnya, Bandung bersemakna
dengan “kota yang dijuluki Paris van Java”, Bung
Karno bersemakna dengan “tokoh proklamator’.
PENGGUNAAN HIPONIM

Sarana kohesi lain yang masih berhubungan dengan makna


adalah hiponimi. Hiponimi ialah hubungan makna umum dan makna
khusus, atau makna kelas dan makna subkelas.

Pada saat fajar mulai menyingsing, sebagian penduduk republik ini


yang berada di strata sosial paling bawah sudah mengambil
ancangancang untuk melakukan kegiatan rutin sehari-harinya. Pak
Tani dengan kerbau dan bajaknya sudah pergimengayun langkah
menuju sawah atau ladangnya. Para nelayan turun ke pantai untuk
menarik jaring dari lautan yang luas. Pedagang sayuran merapikan
dagangannya untuk segera diantar ke rumah rumah pelanggannya.
Pembuat makanan, pedagang kaki lima, abang becak, semua
membenahi peralatan menyongsong mentari datang. Sementara itu,
penduduk dari strata sosial atas masih mendengkur di tempat tidur.
PENGGUNAAN PARALELISME

Cara yang berikut untuk membangun paragraf yang


kohesif adalah penggunaan bentuk yang paralel (parallel
structures) atau bentuk yang sejajar.

Raja tanpa kabinet dan bintang film tanpa pengagum


tidak berbeda dengan ikan hidup di luar air. Profesor tanpa
mahasiswa atau pelawak tanpa penonton sama halnya
dengan pohon jeruk yang ditanam di laut. Pameran tanpa
pengunjung atau pasar tanpa pembeli sama halnya dengan
tanaman hidup di atas batu. Begitulah, setiap orang
mendapat harga diri dalam hubungan dengan lingkungannya.
PENGGUNAAN ELIPSASI

Cara lain untuk merangkai


kalimat dalam paragraf adalah
elipsasi atau pelesapan. Cara ini
melesapkan bagian-bagian
kalimat tertentu karena bagian itu
sudah disebutkan dalam kalimat
sebelumnya.
SYARAT KOHERENSI
Demi terpenuhinya tuntutan
koherensi paragraf, ada dua hal
pokok yang harus diperhatikan. Kedua
hal yang dimaksud ialah (1)
kokohnya kalimat penjelas dalam
menjelaskan ide pokok dan (2)
logisnya urutan peristiwa, waktu,
ruang atau tempat, dan proses.
KALIMAT
PENGERTIAN
• Kridalaksana (2001:92) juga mengungkapkan kalimat
sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun
1 potensial terdiri dari klausa;

• .
• Dardjowidojo (1988: 254) menyatakan bahwa kalimat
ialah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana)
yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
2 ketatabahasaan.

• Slametmuljana (1969) menjelaskan kalimat sebagai
keseluruhan pemakaian •kata yang berlagu, disusun
menurut sistem bahasa yang bersangkutan; mungkin
3 • mungkin lebih.
yang dipakai hanya satu kata,
JENIS KALIMAT
JENIS KALIMAT BERDASARKAN
JENIS KATA PREDIKAT

• Kalimat yang berpredikat kata kerja.


• Contoh: Mereka sedang bekerja di Rumah
KALIMAT Sakit Santosa
VERBAL
• .

• Kalimat yang berpredikat



bukan kata kerja.
KALIMAT

NOMINAL

SURAT DINAS DAN
SURAT LAMARAN
PEKERJAAN
PENGERTIAN
• Surat adalah suatu sarana dalam berkomunikasi yang digunakan
untuk menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak kepada
pihak lain. Informasi yang disampaikan melalui surat dapat
SURAT berbentuk pemberitahuan, pernyataan, perintah, permintaan
atau laporan.

• Surat yang isinya berkaitan dengan kepentingan tugas


dan kegiatan dinas instansi. Surat dinas bersifat formal
dan memiliki format penulisan yang baku. Misalnya surat
SURAT •
edaran, surat perjalanan dinas, dan lain-lain
DINAS

• Surat yang dibuat oleh pencari kerja (pelamar) untuk kemudian
dikirimkan kepada suatu badan • usaha atau instansi guna
SURAT mendapatkan pekerjaan atau jabatan sesuai dengan lowongan
LAMARAN pekerjaan atau jabatan yang ditawarkan.
PEKERJAAN
TUJUAN

• Menyampaikan informasi kepada pembaca surat;


1

• Mendapatkan tanggapan dari


• pembaca surat tentang isi
surat;
2 •

• Ingin mendapatkan tanggapan dan menyampaikan


informasi kepada pembaca surat.
3
FUNGSI
• Alat untuk menyampaikan buah pikiran, gagasan, atau
1 informasi lain.

• Alat bukti tertulis, misalnya surat perjanjian.


2

• Alat untuk mengingat, misalnya surat yang diarsipkan.

3

• Bukti historis, misalnya surat bersejarah.
4

• Pedoman kerja, misalnya surat keputusan dan surat perintah.


5
PENGGOLONGAN DAN
PEMBAGIAN SURAT
BERDASARKAN KEPENTINGAN
ISI SURAT

• Surat pribadi: formal dan non formal


1

• Surat dinas: surat keterangan, surat jalan, surat kelakuan


baik, surat izin, dan sebagainya.

2

• Surat niaga: surat permintaan


• penawaran, surat pesanan
dan balasannya, surat pengiriman pesanan, surat
tagihan, surat klaim, surat-surat ketatausahaan, dan
3 sebagainya.
BERDASARKAN WUJUD
FISIK SURAT
• Surat bersampul
1

• Surat tanpa sampul


2

• Kartu pos
3 •

• Faksimili •
4

• Surel/e-mail
5
BERDASARKAN
CARA PENGIRIMAN
• Surat kilat khusus
1

• Surat kilat
2


• Surat pengiriman biasa
3 •

• Surat-surat elektronik
4
BERDASARKAN
TINGKAT KERAHASIAAN
• Sangat rahasia
1

• Rahasia
2


• Konfidensial (terbatas)
3 •

• Biasa
4
BERDASARKAN
JUMLAH SASARAN

• BIASA
1

• EDARAN

2


• PENGUMUMAN
3
BERDASARKAN
TINGKAT PENYELESAIANNYA

• SANGAT PENTING
1

• PENTING

2


• BIASA
3
BENTUK
TATA LETAK SURAT
BENTUK TATA LETAK SURAT

• Bentuk Lurus Penuh (Full Block Style)


1 • Bentuk surat seperti ini adalah bentuk surat yang paling mudah.

• Bentuk Lurus (Block Style)


• Pada umumnya bentuk semacam ini banyak digunakan di
2 perusahaan.


• Bentuk Setengah Lurus (Semi Block Style)
3 •


• Bentuk Lekuk (Indented Style)
• Bentuk semacam ini cocok untuk surat yang alamat
4 tujuannya singkat.
BENTUK TATA LETAK SURAT

• Bentuk Resmi (Official Style)


• Bentuk semacam ini biasanya banyak digunakan oleh
5 instansi pemerintah.

• Bentuk Alinea Menggantung (Hanging Paragraph Style)


6


• Bentuk Surat Resmi Gaya Baru
7 •
TATA CARA MENULIS
SURAT LAMARAN
TATA CARA MENULIS
SURAT LAMARAN
• Menyebutkan data pribadi pelamar yang meliputi:
1). nama lengkap; 2). tempat dan tanggal lahir; 3).
jenis kelamin; 4). agama; 5). status
kewarganegaraan; 6). keterangan sudah atau belum
1 menikah; 7). alamat atau tempat tinggal yang
mudah dihubungi.

• Riwayat pendidikan dan ijazah yang dimiliki, meliputi:


• 1). Pendidikan formal, misalnya SD, SLTP, SLTA, akademi,
atau universitas (jika ada);
• 2). Pendidikan informal, misalnya kursus-kursus : bahasa
Inggris, bahasa Mandarin,• Komputer, Pengembangan
2 Pribadi, Public Relation, dan lain-lain.


TATA CARA MENULIS
SURAT LAMARAN

• Kecakapan khusus yang dimiliki, misalnya menyetir


mobil, mendesain ruangan.
3

• Pengalaman bekerja yang sejenis dengan jabatan


yang dilamarnya atau pengalaman

bekerja di bidang
lain. Bila belum pernah sebaiknya menyebutkan
kemampuan bekerja untuk• jabatan yang dilamarnya
4 berdasarkan pendidikan yang dimiliki.

LAMPIRAN
SURAT LAMARAN
• Yang dimaksud dengan lampiran
adalah segala sesuatu yang disertakan
atau dicantumkan dalam surat
lamaran dengan maksud untuk
mempertegas atau memperkuat surat
tersebut sebagai bahan pertimbangan
bagi pihak badan usaha atau instansi
yang menawarkan pekerjaan atau
jabatan tertentu. Bila surat lamaran
pekerjaan berdasarkan iklan,
sesuaikan lampiran dengan
permintaan.
TATA CARA MENULISKAN DAFTAR
RIWAYAT HIDUP
• Data pribadi yang terdiri dari: nama lengkap; tempat tanggal lahir;
jenis kelamin; kewarganegaraan; status; alamat.
1

• Pendidikan yang terdiri atas pendidikan formal dan pendidikan


informal;
2


• Pengalaman bekerja
3 •


• Keterangan-keterangan lain
4
BAGIAN ISI SURAT
• Alinea pembuka ini berfungsi sebagai pengantar isi surat untuk menarik
perhatian pembaca kepada pokok surat. Untuk menarik perhatian
pembaca kepada pokok surat. Contoh alinea pembuka:
ALINEA • - Dengan ini kami beritahukan bahwa …
PEMBUKA • - Sesuai dengan …

•Isi surat sesungguhnya memuat sesuatu yang dibutuhkan,


dikemukakan, ditanya, diminta, dan lain-lain yang disampaikan kepada
penerima surat. Isi surat singkat, jelas dan sopan. Isi disusun dengan
ungkapan yang singkat tetapi jelas. Gunakan istilah yang mudah
ISI SURAT dipahami hindari istilah yang belum lazim sehingga menyulitkan
pembaca memahami maksud surat.


• Alinea penutup merupakan kesimpulan yang berfungsi sebagai kunci isi surat
ataupenegasan isi surat. Alenia penutup juga dapat mengandung harapan atau
ucapan terimakasih kepada penerima surat
• Contoh alinea penutup:
• - Atas perhatian saudara, kami ucapkan …
ALINEA • - Demikianlah surat ini, kami sampaikan …
PENUTUP • - Harapan kami, semoga … •
1) Jakarta, 6 November 2003

2) Hal : Lamaran pekerjaan


3) Lampiran : Satu berkas

4) Yth. Pemasangan Iklan Harian Kompas


PO BOX 5461 Jkt 11043
Jakarta

5) Dengan hormat,
6) Berdasarkan iklan yang dimuat dalam harian Kompas tanggal 4 November 2003, yang isinya menyatakan bahwa
perusahaan Bapak memerlukan seseorang sekretaris, saya
nama : Anita F.S.
tempat/tanggal lahir : Jakarta, 22 Februari 1978
alamat : Jalan Yudistira No. 14 Jakarta
pendidikan : Akademi sekretaris

6) Dengan ini mengajukan permohonan untuk diterima sebagai sekretaris pada perusahaan yang Bapak pimpin karena
saya dapat memenuhi semua syarat yang ditentukan.
Bersama ini saya lampirkan:
1. daftar riwayat hidup
2. fotokopi ijazah sekretaris
3. surat keterangan berkelakuan baik dari Polisi
4. tiga lembar pas foto terakhir

7) Atas segala perhatian Bapak, saya mengucapkan terima kasih.

8) Hormat kami,

ttd
9) Ir. Bangun, M.S.

Unsur-unsur surat lamaran tersebut antara lain:


1. tempat dan tanggal lahir 6. isi surat
2. pokok surat (no, hal dan lampiran) 7. penutup surat
3. alamat yang dituju 8. salam penutup
4. salam pembuka 9. Nama dan tanda tangan
5. pembuka surat
KALIMAT
PENGERTIAN
• Kridalaksana (2001:92) juga mengungkapkan kalimat
sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri
sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara
1 aktual maupun potensial terdiri dari klausa;

• Dardjowidojo (1988: 254) menyatakan bahwa kalimat


ialah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana)
yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
2 ketatabahasaan.

• Slametmuljana (1969) menjelaskan kalimat sebagai

keseluruhan pemakaian kata yang berlagu, disusun
menurut sistem bahasa yang bersangkutan; mungkin
3 •
yang dipakai hanya satu kata, mungkin lebih.
CIRI-CIRI UNSUR KALIMAT
• Subjek dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan siapa
atau apa predikat.
SUBJEK • Contoh: Mahasiswa mengerjakan tugas makalah.

• Predikat dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan


bagaimana atau mengapa subjek.
PREDIKAT • Contoh: Mahasiswa menyusun skripsi.

•Objek dapat menjadi subjek dalam•kalimat pasif. Objek hanya terdapat


pada kalimat yang predikatnya berupa kata kerja transitif.

OBJEK •Contoh: Mahasiswa itu mengemukakan masalahnya.
Masalahnya dikemukakan oleh mahasiswa itu.

CIRI-CIRI UNSUR KALIMAT
• Pelengkap tidak dapat menjadi subjek sebab tidak
dapat dipasifkan.
• Contoh: Mereka belajar matematika dengan
PELENGKAP sungguh-sungguh.

• Posisi keterangan dapat berpindah-pindah di


depan, tengah, atau akhir kalimat.
• Contoh: Mereka belajar di perpustakaan.
KETERANGAN •


POLA DASAR KALIMAT
• Kalimat Dasar Berpola S-P (P1 KK)
• Contoh: Mereka pulang.
1 • Semua peserta datang.

• Kalimat Dasar Berpola S-P (P2 KB)


• Contoh: Dia mahasiswa.
2 • Ayahnya pengusaha.

• Kalimat Dasar Berpola S-P (P3 KS)


• Contoh: Mahasiswa di sini pandai-pandai.

• Gedungnya tinggi-tinggi.
3 •


POLA DASAR KALIMAT
• Kalimat Dasar Berpola S-P-K
• Contoh: Presiden berasal dari Jawa Tengah.
4 • Kalung itu terbuat dari emas.

• Kalimat Dasar Berpola S-P- Pel.


• Contoh: Negara RI berdasarkan Pancasila.
• Kantor kami kemasukan pencuri
5

• Kalimat Dasar Berpola S-P-O (P1 KK transitif)


• Contoh: Mahasiswa membuat makalah.
• Wartawan mencari berita.

6


POLA DASAR KALIMAT
• Kalimat Dasar Berpola S-P-O- Pel (P1 KK dwitransitif)
• Contoh:
• Ayah mengirimi saya uang.
7 • Presiden menganugerahi para pahlawan tanda jasa.

• Kalimat Dasar Berpola S-P-O-K


• Contoh:
• Mereka mengadakan penelitian di luar kota.
• Para mahasiswa mengikuti KKN di daerah.
8


JENIS KALIMAT
JENIS KALIMAT BERDASARKAN
INTONASINYA
• Kalimat yang berisi berita atau informasi diakhiri dengan tanda
baca titik.
KALIMAT • Contoh: Indra dan Indri pergi ke kampus bersama-sama.
BERITA

• Kalimat yang isinya menanyakan suatu hal. Kalimat ini


menggunakan kata tanya yang diakhiri dengan tanda tanya.
KALIMAT • Contoh:
TANYA • Apakah kau sudah mengambil keputusan?

• Kalimat yang berisi perintah untuk melakukan sesuatu. Kalimat


ini diakhiri dengan tanda baca seru.
KALIMAT •
• Contoh: Pergilah dari sini!
PERINTAH


JENIS KALIMAT BERDASARKAN
ISI BERITANYA
• Kalimat yang menunjukkan harapan atau keinginan.
KALIMAT • Contoh: Mudah-mudahan kalian lulus ujian.
HARAPAN

• Kalimat yang berisi saran.


KALIMAT • Contoh: Belajarlah dengan sungguh-sungguh agar kau berhasil!
ANJURAN

• Kalimat yang berisi tanggapan terhadap sesuatu.


KALIMAT • Contoh: Pemerintah sebaiknya menertibkan pedagang kaki lima di
TANGGAP- trotoar.
AN


• Kalimat yang berisi permintaan. Biasanya menggunakan kata mohon atau
minta.
KALIMAT
PERMINTA-
• Contoh: Kami mohon kepada hadirin•untuk menempati tempat yang telah
AN disediakan.

JENIS KALIMAT BERDASARKAN
JENIS KATA PREDIKAT

• Kalimat yang berpredikat kata kerja.


• Contoh: Mereka sedang mengerjakan tugas
KALIMAT kuliah.
VERBAL

• Kalimat yang berpredikat bukan kata kerja.


• Contoh:
• Anto sangat rajin.
KALIMAT • Ayahnya seorang pengusaha.
• Ibunya dua.
NOMINAL


JENIS KALIMAT BERDASARKAN
SUSUNAN ATAU LETAK PREDIKAT
• kalimat yang predikatnya terletak di belakang
subjek.
KALIMAT • Contoh:
• Anggota sidang sedang beristirahat.
NORMAL/
• S P
BIASA

• kalimat yang predikatnya mendahului subjek.


• Contoh:
• Berangkatlah mereka ke Surabaya.
KALIMAT • P S K
INVERSI


JENIS KALIMAT BERDASARKAN
JUMLAH KLAUSA
• kalimat yang memiliki satu klausa
• Contoh:
• Anggita sedang membaca novel
KALIMAT • S P O
TUNGGAL

• kalimat yang memiliki lebih dari satu klausa.


• Contoh:
• Rani menangis ketika Rama pergi.
KALIMAT •
MAJEMUK


JENIS KALIMAT MAJEMUK
• kalimat majemuk yang klausa-klausanya setara
• Contoh:
• Arman membaca lalu menulis.
MAJEMUK •
SETARA

• Kalimat yang klausa-klausanya tidak


sederajat/tidak setara.
• Contoh:
KALIMAT • Arya pergi ke kampus ketika Ria datang ke
MAJEMUK rumah.
BERTINGKAT •


JENIS KALIMAT BERDASARKAN
SUBJEK/PELAKU
• kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan.
• Contoh:
• Ibu Ani sedang mengajarkan bahasa Inggris.
KALIMAT • S P O
AKTIF

• kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan.


• Contoh:
KALIMAT • Adik memukul ayam.
PASIF


JENIS KALIMAT AKTIF
• kalimat yang predikatnya diikuti objek atau
pelengkap.
• Contoh:
• Ibu Ani sedang mengajarkan bahasa Inggris.
AKTIF • S P O
TRANSITIF

• kalimat yang predikatnya tidak diikuti objek atau


pelengkap.
• Contoh:
AKTIF • Dia pergi ke supermarket.
INTRANSITIF


JENIS KALIMAT BERDASARKAN
KELENGKAPAN UNSUR DAN JUMLAH
UNSURNYA
• Kalimat yang kehilangan salah satu atau kedua-
duanya unsur pusat tersebut.
• Contoh:
KALIMAT • Ke Jakarta.
ELIPS/ • Pergi ke Solo?

MAYOR

• Kalimat yang terdiri atas satu unsur saja.


• Contoh:
• pergi!
KALIMAT • Dia?
MINOR


JENIS KALIMAT BERDASARKAN
KELENGKAPAN UNSUR DAN JUMLAH
UNSURNYA
•Kalimat yang hanya terdiri atas dua inti yang meru-pakan unsur
pusat (inti S dan inti P). Ciri kalimat inti:
•terdiri atas dua kata,
•berintonasi normal, dan
•bersusunan biasa (S– P).
KALIMAT •Contoh: Kami berdiskusi.
• Nelayan mengeluh.
INTI

•Kalimat inti yang telah mengalami perubahan intonasi, urutan


kata, penambahan unsur, dan dijadikan kalimat majemuk
bertingkat.
•Contoh:
•Kami berdiskusi?
KALIMAT •Berdiskusi kami.
TRANSFORMASI •Kami berdiskusi di aula.
•Sambil menunggu guru, kami berdiskusi.


JURNAL ILMIAH
PENGERTIAN
•Kalimat yang hanya terdiri atas dua inti yang meru-pakan unsur
pusat (inti S dan inti P). Ciri kalimat inti:
•terdiri atas dua kata,
•berintonasi normal, dan
•bersusunan biasa (S– P).
KALIMAT •Contoh: Kami berdiskusi.
• Nelayan mengeluh.
INTI

•Kalimat inti yang telah mengalami perubahan intonasi, urutan


kata, penambahan unsur, dan dijadikan kalimat majemuk
bertingkat.
•Contoh:
•Kami berdiskusi?
KALIMAT •Berdiskusi kami.
TRANSFORMASI •Kami berdiskusi di aula.
•Sambil menunggu guru, kami berdiskusi.


KUIS
1. Bentuk kerancuan terdapat pada kalimat
kecuali ...
A. Dalam pesta itu mempertunjukkan
berbagai macam atraksi.
B. Kita tidak boleh mengenyampingkan hal-
hal yang sepele.
C. Berulang kali dia mendatangiku.
D. Bagi semua orang peraturan tidak
memilih-milih bulu.
E. Semua siswa dilarang tidak boleh
mencoret-coret bajunya.
KUIS
 2. Harga cabai bergejolak.

Kalimat yang bukan hasil transformasi kalimat


tersebut adalah ...
A. Bergejolaknya harga cabai meresahkan ibu
rumah tangga.
B. Tahun ini harga cabai sedang bergejolak.
C. Pemerintah akan meninjau harga cabai yang
bergejolak.
D. Karena ada kerusuhan, harga cabai di
beberapa daerah bergejolak.
E. Pada musim hujan tahun ini, harga cabai
bergejolak.
KUIS
3. Kalimat yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah adalah
...
A. Sebelum membuat karangan terlebih dahulu tentukan
temanya.
B. Banyak sekali habitat-habitat binatang langka.
C. Populasi daerah itu bertambah setiap tahun.
D. Konservasi alam hendaknya tidak merugikan para
penduduk desa.
E. Dengan pertumbuhan penduduk zero tidak akan
menyebabkan ledakan penduduk.
KUIS
4. (1) Seorang gadis desa, anak seorang petani kecil, dipaksa
kawin. (2) Dia kawin lari bersama pacarnya ke kota besar, tapi
tak lama kembali ke kampung. (3) Ketika ketahuan oleh istri tua
suaminya, dia kembali ke Jakarta dan sempat pacaran dengan
seorang lelaki. (4) Nasib sedih kemudian menimpa gadis tak
berdaya itu. (5) Cerita duka seperti itu bukan merupakan berita
lagi.
Kalimat berobjek pada paragraf di atas adalah ….
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5)
KUIS
5. Kalimat yang berpelengkap adalah …
A. Dia menjual barang-barang elektronik di pasar.
B. Dia berdagang barang-barang elektronik di pasar.
C. Perantau itu merindukan kampung halamannya.
D. Kita membenci musuh-musuh reformasi.
E. Kami selalu menyanyikan lagu-lagu perjuangan.
KUIS
6. Untuk semua mendapat data dan informasi yang sangat
diperlukan, penulis selalu menggunakan metode observasi dan
kepustakaan.

Perbaikan kalimat yang tidak efektif pada bagian karya tulis


tersebut adalah ….
A. Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan,
penulis menggunakan metode observasi dan kepustakaan.
B. Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan,
penulis sangat mempergunakan metode observasi
kepustakaan.
C. Data dan informasi sangat diperlukan penulis saat
menggunakan metode observasi dan kepustakaan.
D. Pada metode observasi ini penulis membaca buku-buku yang
berhubungan dengan penulisan.
E. Penelitian dilakukan berangkat dari keyakinan penulis setelah
melakukan pengenalan masalah.
KUIS
7. Secara terperinci tujuan dari penelitian dan penulisan karya tulis ini untuk
mengetahui apa saja peranan pelajar SMA dalam pembangunan masyarakat di
lingkungannya. (2) selain itu, untuk mengetahui dan menemukan cara
meningkatkan peran serta pelajar SMA dalam pembangunan masyarakat di
lingkungannya.

Perbaikan struktur kalimat nomor satu pada paragraf tersebut adalah ….


A. Secara terperinci, penulisan karya tulis ini untuk mengetahui peran pelajar
SMA dalam pembangunan masyarakat di lingkungannya.
B. Secara rinci tujuan dari penulisan karya tulis ini untuk mengetahui seberapa
besar peranan pelajar SMA dalam pembangunan masyarakat di
lingkungannya.
C. Secara terinci tujuan daripada penulisan karya tulis ini untuk mengetahui
peranan pelajar SMA dalam pembangunan masyarakat di lingkungannya.
D. Secara terperinci tujuan dari penulisan dan penulisan karya tulis ini untuk
mengetahui peranan pelajar SMA dalam pembangunan masyarakat di
lingkungannya.
E. Secara terinci tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peranan pelajar
SMA dalam pembangunan masyarakat di lingkungannya.
KUIS
8. Dalam karya tulis ini membicarakan tentang kandungan gizi pada jamur
merang.

Perbaikan yang tepat terhadap struktur yang salah pada kalimat tersebut
adalah ….
A. Karya tulis ini membicarakan kandungan gizi pada jamur merang.
B. Dalam karya tulis ini membicarakan kandungan gizi pada jamur
merang.
C. Karya tulis ini dibicarakan kandungan gizi pada jamur merang.
D. Karya tulis ini membicarakan kandungan tentang gizi pada jamur
merang.
E. Membicarakan kandungan gizi pada jamur merang dalam karya tulis
ini.
KUIS
9. Karya tulis ini bisa dijadikan acuan bagi pembaca. Oleh sebab itu,
kritik dan saran agar dialamatkan pada penulis.

Struktur kalimat untuk memperbaiki permintaan saran yang tepat


pada kata pengantar sebuah karya tulis adalah ….
A. Karya ini landasan kerja resensor, mohon kritik dan saran dari
semua pihak untuk penyempurnaan.
B. Karya ini dapat menjadi bermanfaat bila diberi kritik dan saran
oleh pembaca dan berbagai pihak yang terkait.
C. Bagi pembaca pemula bacalah karya ini dan berilah saran-saran
serta kritikan pada saya.
D. Pembaca karya ini mohon kesediaannya untuk mengkritik dan
memberikan saran membangun.
E. Karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
KUIS
10. Sanksi yang mana dikenakan pada lembaga penyiaran daripada
produk di mana disiarkan atau ditayangkan.

Perbaikan struktur kalimat tersebut yang tepat adalah ….


A. Sanksi di mana dikenakan buat lembaga penyiaran yang mana
produk disiarkan atau ditayangkan.
B. Sanksi di mana dikenakan buat lembaga penyiaran yang mana
produk disiarkan atau ditayangkan.
C. Sanksi dikenakannya buat lembaga penyiaran atas produk
yang mana disiarkan atau ditayangkan.
D. Sanksi dikenakan pada lembaga penyiaran atas produk yang
disiarkan atau ditayangkan.
E. Sanksi dikenakan buat lembaga daripada penyiaran atas
produk yang disiarkan atau ditayangkan.
KUIS
11. Makna frasa Percobaan penginderaan jarak jauh melalui satelit,
ditentukan oleh inti frasanya. Inti frasa itu adalah ....
A. percobaan
B. penginderaan
C. jarak jauh
D. satelit
E. penginderaan satelit
BAHASA DALAM
KARYA TULIS ILMIAH
CIRI-CIRI BAHASA
INDONESIA DALAM
KARYA TULIS ILMIAH
Ciri Ragam Bahasa dalam KTI
• Baku
1

• Denotatif
2

• Berkomunikasi dengan pikiran bukanperasaan


3

• Kohesif
4

• Koheren
5
Ciri Ragam Bahasa dalam KTI
• Mengutamakan kalimat pasif
6

• Konsisten
7

• Logis
8

• Efektif
9

• Kuantitatif
10
BAKU
Ragam bahasa ilmu harus mengikuti kaidah-kaidah bahasabaku,
yaitu dalam ragam tulis menggunakan ejaan yang baku, yakni EYD,
dan dalam ragam lisan menggunakan ucapan yang baku,
menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau
sudah dibakukan.

Contoh:
Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain
sebagainya, maka proyek pembangunan sarana
telekomunikasi di Indonesia bagian timur kita terpaksa
serahkan kepada pengusaha asing. (tidakbaku)

Perbaikan:
Karena kekurangan modal, tenaga, dan lain-lain, maka proyek
pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia timur
terpaksa kita serahkan kepada pengusaha asing. (baku)
denotatif

Kata-kata dan istilah yang digunakan haruslah bermakna


lugas, bukan konotatif dan tidak bermakna ganda.

Contoh:
Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh
penerangan yang memadai. (tidaklugas)

Maksud kalimat di atas tidak jelas karena kata penerangan


mengandung makna ganda, yaitu informasi atau listrik.

Perbaikan:
Sampai saat ini masyarakat Desa Bojongsoang belum memperoleh
informasi yang memadai.
Atau:
Sampai saat ini masyarakat Desa Bojongsoang belum memperoleh
listrik yang memadai.
Berkomunikasi
dengan pikiran

Ragam bahasa ilmu lebih bersifat tenang, jelas, tidak


berlebih-lebihan atau hemat, dan tidak emosional.

Contoh:
Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal,
atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan
tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami
gangguan. (tidakefisien)

Perbaikan:
Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempat yang
ramai supaya kegiatan belajar tidak terganggu. (efisien)
KOHESIF
Agar tercipta hubungan gramatik antar aunsur-unsur, baik dalam
kalimat mau pun dalam alinea, dan juga hubungan antara alinea
yang satu dengan alinea yang lainnya bersifat padu maka
digunakan alat-alat penghubung, seperti kata-kata penunjuk, dan
kata-kata penghubung.

Contoh:
Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal,
atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan
tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami
gangguan. (tidakefisien)

Perbaikan:
Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempat yang
ramai supaya kegiatan belajar tidak terganggu. (efisien)
KOHEREN

Semua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu


makna atau ide pokok.
MENGUTAMAKAN
KALIMAT PASIF
Contoh:
Penulis melakukan penelitian ini di laboratorium.

Perbaikan:
Penelitian ini dilakukan di laboratorium.
KONSISTEN

Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah,


singkatan, tanda-tanda, dan juga penggunaan kata ganti diri.
LOGIS

Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia


ragam ilmiah dapat diterima akal.

Contoh:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi juga akan
menguap. (tidaklogis)
Perbaikan:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi bensin itu akan
menguap.
EFEKTIF

Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan


baik oleh penutur atau oleh penulis, maupun oleh penyimak
atau pembaca.
Pengertian

Kalimat efektif ialah kalimat yang dapat


mengungkapkan gagasan pemakainya secara
jelas dan tepat.
CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF

• Kesatuan atau Kesepadanan


1

• Kelogisan
2

• Kehematan
3

• Keparalelan
4

• Kecermatan
5
Kesatuan/Kesepadanan

Apabila dalam sebuah kalimat terdiri atas


beberapa gagasan, gagasan-gagasan
tersebut harus saling berkaitan.
Ciri-ciri Kesatuan atau Kesepadanan

• Setiap kalimat harus memiliki fungsi-fungsi yang jelas terutama


subjek dan predikat.
1 • Contoh : Di dalam bab ini membicarakan masalah ejaan.

• Di dalam kalimat tidak terdapat subjek ganda.


2 • Contoh : Soal itu saya kurang jelas.

• Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.


• Contoh : Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat
3 mengikuti acara pertama.

• Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.


4 • Contoh : Sekolah kami yang terletak di depan kantor polisi.
Kelogisan
Kelogisan ialah ide kalimat yang dapat diterima oleh
akal dan pengungkapannya sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
Contoh ketidaklogisan.
1. Waktu dan tempat kami persilakan.
2. Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
Kehematan
Kehematan ialah penghilangan/penghindaran kata,
frasa, atau bentuk kata lain yang dianggap tidak perlu.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
kehematan sebuah kalimat, yaitu sebagai berikut.
• Menghilangkan pengulangan subjek.
• Contoh: Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui
1 presiden datang?

• Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponim kata.


Contoh: Ia memakai baju warna merah?
2

• Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.


• Contoh: Dia hanya membawa badannya saja?
3

• Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.


4 • Contoh: para tamu-tamu (salah)  para tamu
Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan
dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama
menggunakan nomina; bentuk kedua dan seterusnya harus
menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan
verba, bentuk kedua dan selanjutnya menggunakan verba.
Contoh:
Harga minyak dibekukan dan kenaikan secara luwes. (salah)
Harga minyak dibekukan dan dinaikkan secara luwes. (benar)
Kecermatan

Kecermatan adalah pemilihan kata dalam


kalimat harus tepat agar tidak menimbulkan
tafsiran ganda; tepat dalam pilihan kata.
Contoh : Mahasiswa perguruan tinggi yang
terkenal itu menerima hadiah.
KALIMAT TIDAK EFEKTIF/NON BAKU
Rancu/Kacau
Rancu atau kacau yaitu penggabungan dua kalimat yang benar
akhirnya menjadi salah karena tidak sesuai dengan kaidah.
Contoh:
Dalam bahasa Indonesia tidak mengenal tensis.
Seharusnya:

PENYEBAB KALIMAT TIDAK


Bahasa Indonesia tidak mengenal tensis.

EFEKTIF
Pemakaian
Preposisi
misalnya, di, ke, dari, untuk, dengan, dalam, pada,
kepada, bagi, mengenai, akan, tentang, dan terhadap.
 Di Depan Subjek
Dalam gua itu menyimpan nenek lampir.
PENYEBAB KALIMAT TIDAK
EFEKTIF
Pemakaian
Preposisi
Di antara predikat dan objek (kalimat aktif transitif)
Contoh:
Ia membicarakan tentang
S P prep.
PENYEBAB KALIMAT TIDAK
hari perkawinan.
O
EFEKTIF
Salah
Penempatan
Salah penempatan keterangan aspek atau modalitas dalam bentuk
pasif.
Keterangan aspek atau modalitas: ingin, mau, akan, telah, sudah, hendak.
Contoh:
Saya ingin bicarakan masalah itu kepada Anda.
Seharusnya:
1. Saya ingin membicarakan masalah itu kepada Anda. (aktif).
PENYEBAB
2. KALIMAT
Ingin saya bicarakan TIDAK
masalah itu kepada Anda. (pasif).O

EFEKTIF
KUANTITATIF

Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur


secara pasti.

Contoh:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup
dalam.

Perbaikan:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan
kedalaman satumeter.
JURNAL ILMIAH
PENGERTIAN
•Jurnal ilmiah adalah majalah publikasi yang memuat KTI (Karya Tulis
Ilmiah) yang secara nyata mengandung data dan informasi yang
mengajukan iptek dan ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan
1 ilmiah serta diterbitkan secara berkala. (Hakim, 2012)

•Jurnal adalah terbitan berkala yang berbentuk pamflet berseri berisi


bahan yang sangat diminati orang saat diterbitkan . Bila dikaitkan
dengan kata ilmiah di belakang kata jurnal dapat terbitan berarti
berkala yang berbentuk pamflet yang berisi bahan ilmiah yang sangat
2 diminati orang saat diterbitkan. (A. Rifai, Mien, 1995: 57-95).

•Jurnal ilmiah adalah tulisan ilmiah yang berupa hasil pemikiran atau
hasil penelitian dan ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan
ilmiah serta diterbitkan/dipublikasikan
• secara berkala.
3


SISTEMATIKA JURNAL ILMIAH
(HASIL PENELITIAN)

• JUDUL
1

• NAMA PENULIS
2

•P
•ABSTRAK
3

• KATA KUNCI
4 •


• PENDAHULUAN
5 •
SISTEMATIKA JURNAL ILMIAH
(HASIL PENELITIAN)

• METODE
6

• LANDASAN TEORETIS
7

•P
• HASIL DAN PEMBAHASAN
8

• SIMPULAN DAN SARAN


9 •


• DAFTAR PUSTAKA
10 •
SISTEMATIKA JURNAL ILMIAH
(HASIL PEMIKIRAN)

• JUDUL
1

• NAMA PENULIS
2

•P
•ABSTRAK
3

• KATA KUNCI
4 •


• PENDAHULUAN
5 •
SISTEMATIKA JURNAL ILMIAH
(HASIL PEMIKIRAN)

• PEMBAHASAN (DIURAIKAN DALAM SUBBAHASAN)


6

• SIMPULAN
7


• DAFTAR PUSTAKA
8 •


PENULISAN JUDUL
 Setiap penulis artikel ilmiah pada
hakikatnya berkeinginan tulisannya dibaca
secara luas oleh masyarakat ilmiah.
 Judul merupakan bagian pertama dari
suatu artikel ilmiah yang dibaca sebelum
pembaca membaca isi artikel ilmiah.
 Suatu judul artikel ilmiah, selain harus
bersifat khas untuk meningkatkan daya
tarik pembaca, juga harus singkat dan
mampu menggambarkan keseluruhan isi
artikel tersebut.
PENULISAN JUDUL
 Disarankan suatu judul tidak lebih dari 12
kata dalam bahasa Indonesia, 8 kata
dalam bahasa Jerman, dan 10 kata dalam
bahasa Inggris.
 Judul yang singkat tetapi jelas, bukan
suatu hal yang mudah dibuat.
 Judul artikel perlu diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris.
PENULISAN JUDUL
 Beberapa judul artikel pada suatu jurnal
ilmiah sering kali ditemukan terlalu
singkat sehingga judul tersebut kurang
menggambarkan isi artikel.
 Judul yang terlalu panjang sering kali
mengaburkan makna isi artikel, apalagi
pada judul tersebut terdapat kata-kata
klise seperti penelaahan, studi,
pengaruh dan lain-lain.
 Hindari penggunaan kata-kata yang
rendah bobot ilmiahnya.
 Untuk menghindari judul yang terlalu
panjang dengan tetap mempertahankan
kejelasan makna judul, maka sebaiknya
dibuatkan sub-judul.
 Judul artikel ilmiah ilmu-ilmu sosial
sedapat mungkin dirumuskan dalam
kalimat-kalimat relasional dan
menghindari kalimat-kalimat yang
mengandung kausalitas.
 Disarankan dalam penulisan judul untuk
menonjolkan kata kunci.
 Dianjurkan untuk menempatkan kata
kunci yang paling penting dan khas di
awal judul.
 Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
pelayanan penelusuran pustaka (literature
scanning service) yang sering kali
menggunakan “sistem kata kunci” (key
word system).
 Penempatan kata kunci dalam judul
memberikan dua keuntungan bagi
penulis.
 Pertama, judul seperti itu merupakan
judul yang paling deskriptif, ini sangat
membantu pembaca untuk mendapatkan
gambaran awal isi artikel juga dapat
merangsang pembaca menjadi pembaca
aktif.
 Kedua, judul yang mencantumkan kata
kunci, memungkinkan suatu artikel
dikelompokkan ke dalam klasifikasi yang
benar oleh pelayanan penelusuran
pustaka, tentunya akan sangat membantu
ilmuwan lain dalam penelusuran literatur
secara cepat dan tepat.
TATA CARA PENULISAN KTI
BAGIAN PEMBUKA
1. Judul Karangan (Kulit Luar)
Dalam kulit luar, harus dicantumkan judul
karangan (dengan subjudul, bila ada),
nama karangan ilmiah, keperluan
penyusunan, nama penyusun dan NIM,
logo, nama lembaga pendidikan (jurusan,
fakultas,universitas), nama kota, dan
tahun penyusunan.
a. Judul karangan
Contoh:
PENINGKATAN INDUSTRI BAJA DI
KRAKATAU STEEL CILEGON: TINJAUAN
KUALITAS DAN KUANTITAS

Atau

FUNGSI PENGAWASAN DALAM UPAYA


PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI DI
LINGKUNGAN PEMERINTAHAN DAERAH
TINGKAT I JAWA BARAT
b. Nama Karangan Ilmiah
Mencantumkan jenis karangan ilmiah.
Apakah LAPORAN PRAKTIK KERJA,
SKRIPSI, TESIS, DISERTASI dll.

Ditulis dengan huruf kapital dan cetak tebal.

c. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ditulis dengan memakai
huruf kecil kecuali nama mata kuliah,
kegiatan, dan nama jurusan. (ditulis di
tengah-tengah).
d. Dilengkapi Dengan Nama Dosen Pembina
Dosen Pembina:
Bambang Soelistiyono, S.H., M.M.

e. Nama Penyusun
Dicantumkan nama penyusun dan NIM dengan
didahului kata Oleh:

Oleh
Tubagus Ahmad Soebagja
0299007
f. Logo
Logo lembaga pendidikan dengan
diameter 4 cm disitengah.

g.Dicantumkan nama fakultas,


universitas atau sekolah nama kota,
dan tahun penyusunan (ukuran huruf
14).
2. Halaman Judul
Halaman judul sama (identik) dengan kulit
luar (jilid), tetapi dituangkan dalam kertas A-
4 atau kertas jeruk.

3. Halaman Pengesahan
Halaman pengesahan adalah halaman khusus
dalam karya ilmiah yang berisikan judul
karangan, nama penyusun, NIM, pembimbing
utama, pembimbing anggota, diketahui ketua
jurusan, dan disahkan oleh dekan.
4. Halaman Persembahan
Lembaran ini bersifat subjektif. Artinya, isinya bebas bergantung pada
keinginan penulis. Biasanya berisikan ayat-ayat suci agama.
Persembahan disajikan untuk orang-orang terdekat (ibu, bapak, kakak,
adik, istri, suami, atau anak).

5. Abstrak
Abstrak mencerminkan seluruh isi karangan dengan mengungkapkan
a. judul karangan,
b. metode penelitian,
c. tujuan penelitian,
d. permasalahan, dan
e. hasil penelitian.

Abstrak ini disajikan dengan jarak 1 spasi dan ditulis dalam dua bahasa
yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Jumlah kata dalam abstrak
yaitu sekitar 200—500 kata.
6. Kata Pengantar
Kata pengantar dalam karya ilmiah, misalnya, skripsi berisikan hal-hal
berikut:
1. Puji syukur kepada Tuhan,
2. Judul karangan,
3. Ucapan terima kasih,
4. Harapan-harapan penulis,
5. Tanggung jawab ilmiah penulis, dan
6. Penulisan tempat, tanggal, dan nama penulis.

7. Daftar Tabel
Karangan ilmiah yang lengkap, selain menganalisis data dengan saksama,
juga mencantumkan tabel yang merupakan gambaran analisis data.
Nama tabel diberikan nomor dengan angka Arab dan ditulis dengan
memakai huruf kapital pada awal kata kecuali preposisi (di, ke, dari,
dll)dan konjungsi (dalam, pada, untuk, dll).
Contoh:
Tabel 1 Jumlah Penduduk Kecamatan Majalaya……..…………………. 5
Tabel 2 Tingkat Pendapatan Masyarakat………………………………... 16
Tabel 3 Jumlah Produksi Kain di PT Kaha Grup……………………….. 34
8. Daftar Gambar / Grafik / Bagan
Daftar grafik / gambar / bagan pada dasarnya sama dengan penulisan
daftar tabel.

9. Daftar Singkatan dan Lambang


Tidak ada aturan yang menetapkan bahwa penulisan lambang dan
singkatan harus memakai huruf kapital atau tidak. Ketentuan mengenai
bentuk singkatan atau lambang bergantung pada keinginan penulis.
Namun, hal yang perlu dipahami dalam penulisan daftar singkatan itu
harus konsisten. Cara penulisan singkatan dan lambang adalah sebagai
berikut: ditulis dalam bentuk lengkap terlebih dahulu, kemudian diikuti
bentuk singkatannya contoh: Bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat B
I); disusun secara alfabetis.

10. Daftar Lampiran


Daftar lampiran memberikan informasi tentang kelengkapan penelitian
seperti angket, kuesioner atau pedoman wawancara, foto-foto, peta
lokasi, surat izin penelitian, dan daftar riwayat hidup.
BAGIAN ISI
(INTI KARYA ILMIAH)
Bagian isi ini dibagi menjadi empat atau
lima bagian, yaitu sebagai berikut:

1. Pendahuluan,
2. Landasan/kajian teori,
3. Metodologi penelitian
4. Analisis data (pembahasan), dan
5. Penutup.
1. PENDAHULUAN
Bab pendahuluan memuat penjelasan atau pengantar tentang isi
karangan ilmiah. Bab ini juga memuat landasan kerja dan
arahan dalam penyusunan karangan ilmiah.

a. Latar Belakang Masalah


Bagian ini merupakan landasan dan pendorong (motivator) bagi
: a) Peneliti untuk melakukan penelitian dan penulisan
skripsi; b) Pembaca (orang lain) untuk membaca lebih
lanjut. Oleh karena itu, latar belakang ini harus berisikan hal-
hal yang menarik minat pembaca.

Pada bagian ini, diuraikan tentang (a) masalah yang akan


diteliti, (b) penjelasan tentang dipilihnya masalah ini bagi
penulis atau pun bagi orang lain (c) argumentasi yang
logis antara data (realitas) dan teori (harapan) sehingga
kesenjangan ini menimbulkan rumusan permasalahan.
b. Identifikasi Masalah Atau
Pembatasan Masalah
 Identifikasi masalah bertujuan untuk
membatasi atau menajamkan pokok
permasalahan sehingga kajian atau
pembahasannya tidak terlalu luas dan
abstrak. Identifikasi masalah bisa
memudahkan peneliti untuk melakukan
penelitian karena pokok permasalahannya
menjadi lebih sempit (fokus).
C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah adalah pokok permasalahan yang
akan kita bahas atau pertanyaan-pertanyaan berupa pokok
permasalah yang akan kita bahas dalam karangan ilmiah.
Kalimat yang dipergunakan dalam rumusan masalah adalah
kalimat pertanyaan
D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan sasaran


yang akan dicapai atau dihasilkan dalam
penelitian ini.
E. MANFAAT PENELITIAN

Kegunaan/manfaat penelitian
merupakan penegasan tentang manfaat
yang akan dicapai baik secara teoretis
maupun secara praktis.
F. ANGGAPAN DASAR

Anggapan Dasar/asumsi adalah yang


menjadi anggapan dasar penulis mengenai
permasalahan penelitian yang akan diteliti
G. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara


mengenai suatu masalah yang perlu
dibuktikan melalui penelitian.
H. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah


definisi/pengertian setiap variabel yang ada
di judul penelitian.
2. LANDASAN TEORI

Bab ini berisi pendekatan-pendekatan


atau teori-teori relevan dengan judul dan
rumusan masalah yang akan kita gunakan
untuk mengupas, menganalisis, dan
menjelaskan variabel yang akan kita teliti.
Pendapat para ahli di sana berfungsi
untuk menguatkan argumentasi kita
dalam menganalisis masalah yang kita
kaji.
3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ilmiah harus


mempergunakan metode dan teknik
penelitian. Metode penelitian adalah
seperangkat alat yang tersusun secara
sistematis dan logis sedangkan teknik
penelitian adalah tata cara melakukan
setiap langkah-langkah metode penelitian.
A. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian ialah objek penelitian


atau tempat penelitian dilaksanakan.
Lamanya penelitian dapat dilakukan
dengan membuat rencana atau jadwal
kegiatan penelitian.
B. SUMBER DATA

Suatu penelitian ilmiah harus menyajikan


sekaligus memaparkan sumber data. Sumber data
ini merupakan bahan yang diteliti. Jika penelitian
ini berasal dari buku. Misalnya, novel, majalah,
surat kabar, tabloid, identitas sumber data
tersebut harus dicantumkan. Jika sumber data itu
banyak dan beragam, dapat digunakan sample dan
populasi. Dalam sampel dapat diambil satu contoh
data untuk dijadikan bahan percobaan atau
perhitungan, sedangkan populasi adalah kumpulan
seluruh data yang akan diteliti.
4. PEMBAHASAN (ANALISIS DATA)

Bab pembahasan data merupakan bab yang


paling penting dalam penulisan karya ilmiah
karena dalam bab ini dilakukan kegiatan analisis
data, sintetis pembahasan, interpretasi penulis,
pemecahan masalah, dan penemuan pendapat
baru yang diformulakan (bila ada). Bab ini juga
merupakan analisis atas pembatasan masalah dan
tujuan penelitian yang telah disebutkan pada bab
pendahuluan. Oleh karena itu, pembahasan ini
harus konsisten dan relevan dengan bagian
sebelumnya.
5. PENUTUP

Bab penutup meliputi dua bagian


yaitu simpulan dan saran.
A. SIMPULAN

Bab ini berisikan simpulan yang


diperoleh dari penelitian yang telah
dilakukan. Simpulan ini adalah uraian
seluruh analisis, interpretasi, dan temuan
mutahir yang telah dilakukan pada bab
analisis. Simpulan dapat pula dikatakan
rangkuman atau analisis data. Simpulan ini
pun merupakan jawaban atas pembatasan
masalah dan tujuan penelitian.
B. SARAN
Saran merupakan rekomendasi atas hasil
penelitian untuk menindaklanjuti penelitian selanjutnya.
Saran dapat ditujukan kepada penulis lain atau
pembaca untuk mengambil kebijakan selanjutnya.

Catatan: Saran ini bukan merupakan saran


peneliti atau penulis kepada objek penelitian atau
instansi tertentu. Saran ini ditujukan untuk kemajuan
dan perkembangan ilmu pengetahuan. Jangan
mengkritik objek penelitian karena hal ini bisa bersifat
subjektif. Misalnya penulis mengkritik tindakan korupsi
di lingkungan kantor pajak.
3. BAGIAN AKHIR

Bagian akhir atau kelengkapan akhir


meliputi daftar pustaka, daftar kamus,
daftar riwayat hidup, dan lampiran.
A. DAFTAR PUSTAKA

Salah satu yang harus ada (mutlak)


dalam penulisan karangan ilmiah adalah
adanya sumber acuan dan daftar pustaka.
Dengan adanya daftar pustaka, pembaca
bisa mengetahui sumber acuan yang
menjadi landasan dalam pengkajian.
A. DAFTAR PUSTAKA

Daftar putaka adalah daftar atau


senarai yang ada dalam karya ilmiah
(misalnya makalah atau skripsi) yang
berisikan identitas buku dan pengarang
yang disusun secara alfabetis (setelah
nama marga pengarang dikedepankan).
B. RIWAYAT HIDUP

Daftar riwayat hidup berisikan biodata


penulis yang lengkap mulai nama sampai
dengan pendidikan dan pengalaman kerja.
C. LAMPIRAN

Lampiran berisikan hal-hal yang mendukung


penulisan karangan ilmiah. Isi lampiran
bergantung pada kebutuhan penulisan,
misalnya,
a. Acuan wawancara,
b. Angket
c. Surat izin penelitian,
d. Indeks, dan
e. Data penelitian.
TEKNIK PENYUNTINGAN
PENGERTIAN
• Kata editing dalam bahasa Indonesia adalah serapan
dari Ingris. Editing berasal dari bahasa Latin editus yang
artinya ‘menyajikan kembali’. Editing dalam bahasa
indonesia bersinonim dengan kata editing. Dalam
bidang audio-visual, termasuk film, editing adalah
1 usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film
menjadi lebih berguna dan enak ditonton.

• Menurut KBBI (2007:1106) definisi penyuntingan


adalah proses, cara, perbuatan menyunting atau
sunting-menyunting.
2


PENGERTIAN
Definisi menyunting adalah

 menyiapkan naskah siap cetak atau siap


terbit dengan memperhatikan segi
sistematika penyajian, isi, dan bahasa
(menyangkut ejaan, diksi, dan struktur
kalimat)
 merencanakan dan mengarahkan penerbitan
(surat kabar, majalah)
 menyusun atau merakit (film, pita rekaman)
dengan cara memotong-motong dan
memasang kembali
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
DALAM PENYUNTINGAN
• Penyuntingan Isi (Content editing) yang sering disebut
Penyunti- dengan developmental, substantive, or structural
ngan Isi editing; revising; rewriting.
(Content
editing)

• Penataan Salinan (Copyediting) yang sering disebut


Penataan dengan line, mechanical, or stylistic editing
Salinan
(Copyediti
ng)

Koreksi • Koreksi Cetakan Percobaan (Proofreading)



Cetakan
Percobaan


PENYUNTINGAN ISI
 Penyuntingan Isi (Content editing) yang sering
disebut dengan developmental, substantive, or
structural editing; revising; rewriting
◦ Merevisi atau memindahkan seluruh paragraf
atau kalimat
◦ Menambahkan material terbaru untuk
mengurangi perbedaan dan menghapus
material asli yang tidak dianggap tidak
bermanfaat.
◦ Mengorganisir dan merestrukturisasi isi untuk
meningkatkan aliran dan kejelasan bahasa
PENATAAN SALINAN
 Penataan Salinan (Copyediting) yang sering
disebut dengan line, mechanical, or stylistic
editing
◦ Memeriksa ejaan, tata bahasa, tanda baca, dan
mekanisme
◦ Memeriksa apakah isi sudah mengikuti
ketepatan gaya bahasa atau bagian gaya
internal
◦ Membuktikan fakta dan menjamin
ketepatan/konsistensi bentuk
◦ Mengklarifikasi makna dan meningkatkan
keterbacaan dengan mengubah pilihan kata
dan struktur kalimat.
KOREKSI CATATAN PERCOBAAN

 Koreksi Cetakan Percobaan (Proofreading)

◦ Membaca sampai selesai naskah copy


untuk mengecek kesalahan
◦ Memastikan semua perubahan telah
tercantum didalamnya dan tidak ada
kesalahan yang tertinggal selama proses
penyuntingan.
TIPE-TIPE/JENIS PENYUNTINGAN
Developmental Editing, dilakukan dengan beberapa cara berikut:

 Mengikuti keinginan klien dan, biasanya, penulis buku atau dokumen lain
mengembangkan naskah dimulai dari konsep permulaan, garis besar
(outline), atau draft (atau kombinasi ketiga komponen tersebut) melalui
sejumlah draft selanjutnya

 Memberikan pertimbangan/pernyataan tentang isi, organisasi, dan


presentasi, berdasarkan analisis karya perbandingan, komentar dari para
ahli peninjau/reviewer, analisis perdagangan klien, dan ketepatan
referensi lain.

 Penulisan kembali dan penelitian, sangat dibutuhkan, dan terkadang


menyarankan topik atau menyediakan informasi tentang topik sebagai
pertimbangan pengarang dan klien.
TIPE-TIPE/JENIS PENYUNTINGAN
Substantive Editing, mengembangkan sebuah naskah dengan beberapa
cara:

 Mengidentifikasi dan menyelesaikan seluruh masalah supaya jelas atau


akurat
 Merumuskan paragraf, golongan, atau bab untuk mengatur susunan
dalam sebuah teks.
 Penulisan atau menuliskan kembali bagian teks untuk memperjelas
keterbacaan dan penyampaian pesan/informasi.
 Peninjauan beberapa atau keseluruhan aspek teks untuk memperindah
penyajian bahasanya.
 Mengonsultasikan dengan pihak lain tentang beberapa permasalahan
pokok.
 Penggabungan saran dan kritik dalam merumuskan draf dokumen baru.
TIPE-TIPE/JENIS PENYUNTINGAN
Copyediting (line editing), dilakukan dengan beberapa cara:
 Copy editing adalah sebuah proses untuk memastikan bahwa dokumen
dan publikasi yang dikerjakan dalam keadaan jelas dan akurat tidak
adanya kesalahan fakta, grammatical, tanda baca, atau gaya bahasa yang
ditujukkan pada makna. Selama copy editing, editor yang melakukan
pekerjaan harus memastikan bahwa salinannya jelas, betul, ringkas,
dapat dipahami dan berkesesuaian. Dia juga harus mempertimbangkan
gaya penerbit. Copy editing membetulkan ejaan yang salah dan
membetulkan penggunaan article pasti dan tidak pasti diantara kesalahan
yang ada.
TIPE-TIPE/JENIS PENYUNTINGAN
 Copyediting juga mencakup tingkat pekerjaan. Ketidaksetujuan editor
melihat apakah pekerjaannya terlalu panjang atau terlalu pendek. Sebuah
solusi kemudian dicari oleh penerbit setelah menentukan ini. Editor juga
akan memeriksa isi dan struktur pekerjaan tersebut dan melihat apakah
logis. Kalimat dalam pekerjaan itu harus pendek dan tidak rumit. Paragraf
baru harus mengenalkan ide-ide baru. Ilustrasi dan tabel harus sesuai
untuk pencetakan dan penggandaan. Semua ejaan nama orang dan
lainnya harus diperiksa.
 Copy editing juga berhati-hati terhadap hal yang bersifat memfitnah yang
dapat memunculkan tindakan hukum yang merujuk pada pemfitnahan,
pelanggaran pada copy, dan kesalahan fakta. Sebagai tambahan, copy
editing dalam berbagai kasus melibatkan pengurangan bagian teks dan
penulisan ulang pengingat untuk tujuan menjembatani pembatas yang
diciptakan oleh penggurangan.
TIPE-TIPE/JENIS PENYUNTINGAN
Fungsi lain copyediting:

 Mengecek ejaan, tata bahasa, tanda baca, sintaksis dan pemakaian


bahasa dengan mempertahankan makna dan bunyi teks asli
 Memeriksa atau menentukan ketepatan gaya dan format bahasa.
 Mempersiapkan ketepatan bagian untuk gaya dan format sebuah
dokumen.
 Membaca keseluruhan teks supaya jelas dan sebagian maknanya dapat
ditangkap oleh calon audience
 Menggali ketepatan bagian dari kesalahan dan ketidaktepatan yang
nampak.
 Meminta ijin yang diperlukan untuk mempublikasikan hak cipta material
 Mempersiapkan naskah untuk tahap selanjutnya dari proses publikasi.
 Memeriksa di balik referensi, seni, gambar, tabel, persamaan, dan
kerangka lain untuk menjelaskan pesan/informasi teks.
TIPE-TIPE/JENIS PENYUNTINGAN
Proofreading. memeriksa permasalahan dengan susunan/makeup,
rancangan/layout, pemisahan warna/color separation, atau tipe.
Proofreading mencakup beberapa cara:

 Mengecek bukti yang berlawanan dengan spesifikasi typesetting


 Menggali atau mengkoreksi kesalahan atau ketidaktepatan yang berada di
luar perhatian editor atau penulis.
 Membaca tipografi kesalahan makna tanpa membaca hasil copian yang
berlawanan dengan teks asli.
 Memeriksa percakapan, kesalahan cetak, pemberian tanda baca, tata
bahasa, yang berhubungan dengan percetakan, style kesalahan akan bisa
dikoreksi
 Memeriksa akronim. Apakah mereka didefinisikan pada sebutan pertama.
Jika ada sebuah daftar akronim, apakah semua daftar pantas. Apakah
daftar yang masuk cocok dengan apa yang ada dalam teks.
 Memeriksa page breaks, bentuk tabel, dan catatan kaki teks
TIPE-TIPE/JENIS PENYUNTINGAN
Page Check/Review

 Ini adalah hasil akhir sebelum dipublikasikan untuk menerima beberapa


kesalahan kecil mencetak dan kesalahan kecil pemberian tanda baca.
Sebuah lembar Check/Review adalah bentuk sederhana pada edit dan
hanya meliputi waktu sekali membaca melalui dokumen yang ditemukan
dan memperbaiki sisa beberapa kesalahan setelah edit sebelumnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai