Anda di halaman 1dari 4

Soal Uraian

Bacalah teks editorial dibawah ini!


REFLEKSI HASIL UJIAN NASIONAL
Kelulusan ujian nasional (UN) jenjang SMA/MA/SMK di Merauke, Papua, mencapai
95%. Hanya saja, hal itu dinilai bukan patokan kualitas kelulusan. Hal itu tidak usah dibanggakan,
ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Merauke Vincentius Mekiuw di Merauke, Sabtu
(26/5).
Menyimak pernyataan di atas menguatkan apa yang selama ini diwacanakan, khususnya
saat UN tiba, yaitu adanya kesenjangan taraf pendidikan di Tanah Air. Di wilayah barat,
pendidikan relatif maju. Lulusan UN bisa langsung bersaing secara setara di kancah perguruan
tinggi terkenal. Sebaliknya, siswa dari Merauke, jika ingin masuk PTN terkenal, harus matrikulasi
satu tahun kalau mau setaraf dengan lulusan setingkat dari Jawa.
Ini fakta yang harus kita respons. Bagaimana caranya, Indonesia harus meningkatkan
kualitas guru. Namun, satu hal yang sama-sama menjadi perhatian adalah memajukan mutu
pendidikan secara nasional. Hal ini kita garis bawahi mengingat pendidikan menjadi salah satu
faktor penting, kalau bukan kunci, dalam upaya memajukan bangsa. Untuk kita sendiri, peluang
pemerataan pendidikan terbuka dengan pemanfaatan kemajuan teknologi. Program Palapa Ring
yang bertujuan menyetarakan kemajuan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi antara
Indonesia barat dan timur adalah salah satu bentuknya.
Kini, meski lulus dengan persentase tinggi, dari kawasan Indonesia timur masih timbul
kerisauan tentang bagaimana bersaing dengan lulusan asal Jawa. Ini kerisauan yang harus kita
pikirkan upaya mengatasinya. Sejumlah putra Indonesia timur, seperti dari Papua atau NTT,
berhasil menunjukkan intelegensia tinggi, seperti unggul dalam olimpiade fisika. Tugas kita
berikutnya, bagaimana kita menjadikan itu sebagai pola, bukan kasus.
Indonesia dewasa ini dihadapkan pada isu hypercomplexity. Hal ini menuntut tersedianya
sumber daya insani unggul sebanyak-banyaknya dari berbagai penjuru. Hiperkompleksitas tak
jarang menuntut kecakapan matematika untuk meresponsnya. Padahal, menurut berita, banyak
ketidaklulusan UN disebabkan nilai matematika hanya dua. Ini tantangan yang perlu kita jawab
karena matematika menjadi ilmu pengetahuan dasar bagi pengembangan sains dan teknologi yang
dibutuhkan di era modern.
Pencapaian yang dilakukan pemerintah hendaknya semakin membaik, bukan memburuk
dari tahun ke tahun. Dua solusi yang ditawarkan dalam editorial ini adalah pemanfaatan kemajuan
teknologi melalui program palapa ring dan belajar dengan pengalaman yang ada. Contohnya,
menjadikan putra Indonesia Timur yang berhasil menunjukkan intelegensianya menjadi sebuah
pola bukan kasus.
Mari kita jadikan pasca-UN sebagai momentum berbenah. Sebagai bangsa pembelajar, jangan
lagi kita mendengar kabar serupa tahun depan, karena hakikat pembelajaran adalah dicapainya
perbaikan, bukan pencapaian yang sama dengan kemarin, apalagi lebih buruk.
Peristiwa utama yang dibahas pada teks editorial tersebut adalah ...
Jawab : Peristiwa yang dibahas pada teks tersebut adalah mengenai perbedaan tingkat pendidikan
di daerah papua dengan daerah jawa

2. Berikan contoh kalimat langsung dalam teks tersebut ...


Jawab : Hanya saja, hal itu dinilai bukan patokan kualitas kelulusan. Hal itu tidak usah
dibanggakan, ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Merauke V incentius Mekiuw di
Merauke, Sabtu (26/5).

3. Tulislah kalimat yang mengandung verba pawarta dalam teks tersebut ...
Jawab : Hanya saja, hal itu dinilai bukan patokan kualitas kelulusan. Hal itu tidak usah
dibanggakan, ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Merauke V incentius Mekiuw di
Merauke, Sabtu (26/5).

4. Sebutkan kalimat opini dalam teks tersebut ...


Jawab : Menyimak pernyataan di atas menguatkan apa yang selama ini diwacanakan, khususnya
saat UN tiba, yaitu adanya kesenjangan taraf pendidikan di Tanah Air.

5. Dalam teks editorial memiliki stuktur berupa kesimpulan, tulislah kesimpulan dalam teks
tersebut ...

Jawab : Kesimpulan dari editorial ini adalah pasca UN adalah momentum yang tepat untuk
membenahi mutu dan pemerataan pendidikan di Indonesia.
Soal Uraian
Bacalah teks editorial dibawah ini!
REFLEKSI HASIL UJIAN NASIONAL
Kelulusan ujian nasional (UN) jenjang SMA/MA/SMK di Merauke, Papua, mencapai
95%. Hanya saja, hal itu dinilai bukan patokan kualitas kelulusan. Hal itu tidak usah dibanggakan,
ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Merauke Vincentius Mekiuw di Merauke, Sabtu
(26/5).
Menyimak pernyataan di atas menguatkan apa yang selama ini diwacanakan, khususnya
saat UN tiba, yaitu adanya kesenjangan taraf pendidikan di Tanah Air. Di wilayah barat,
pendidikan relatif maju. Lulusan UN bisa langsung bersaing secara setara di kancah perguruan
tinggi terkenal. Sebaliknya, siswa dari Merauke, jika ingin masuk PTN terkenal, harus matrikulasi
satu tahun kalau mau setaraf dengan lulusan setingkat dari Jawa.
Ini fakta yang harus kita respons. Bagaimana caranya, Indonesia harus meningkatkan
kualitas guru. Namun, satu hal yang sama-sama menjadi perhatian adalah memajukan mutu
pendidikan secara nasional. Hal ini kita garis bawahi mengingat pendidikan menjadi salah satu
faktor penting, kalau bukan kunci, dalam upaya memajukan bangsa. Untuk kita sendiri, peluang
pemerataan pendidikan terbuka dengan pemanfaatan kemajuan teknologi. Program Palapa Ring
yang bertujuan menyetarakan kemajuan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi antara
Indonesia barat dan timur adalah salah satu bentuknya.
Kini, meski lulus dengan persentase tinggi, dari kawasan Indonesia timur masih timbul
kerisauan tentang bagaimana bersaing dengan lulusan asal Jawa. Ini kerisauan yang harus kita
pikirkan upaya mengatasinya. Sejumlah putra Indonesia timur, seperti dari Papua atau NTT,
berhasil menunjukkan intelegensia tinggi, seperti unggul dalam olimpiade fisika. Tugas kita
berikutnya, bagaimana kita menjadikan itu sebagai pola, bukan kasus.
Indonesia dewasa ini dihadapkan pada isu hypercomplexity. Hal ini menuntut tersedianya
sumber daya insani unggul sebanyak-banyaknya dari berbagai penjuru. Hiperkompleksitas tak
jarang menuntut kecakapan matematika untuk meresponsnya. Padahal, menurut berita, banyak
ketidaklulusan UN disebabkan nilai matematika hanya dua. Ini tantangan yang perlu kita jawab
karena matematika menjadi ilmu pengetahuan dasar bagi pengembangan sains dan teknologi yang
dibutuhkan di era modern.
Pencapaian yang dilakukan pemerintah hendaknya semakin membaik, bukan memburuk
dari tahun ke tahun. Dua solusi yang ditawarkan dalam editorial ini adalah pemanfaatan kemajuan
teknologi melalui program palapa ring dan belajar dengan pengalaman yang ada. Contohnya,
menjadikan putra Indonesia Timur yang berhasil menunjukkan intelegensianya menjadi sebuah
pola bukan kasus.
Mari kita jadikan pasca-UN sebagai momentum berbenah. Sebagai bangsa pembelajar, jangan
lagi kita mendengar kabar serupa tahun depan, karena hakikat pembelajaran adalah dicapainya
perbaikan, bukan pencapaian yang sama dengan kemarin, apalagi lebih buruk.

1. Peristiwa utama yang dibahas pada teks editorial tersebut adalah ...
2. Berikan contoh kalimat langsung dalam teks tersebut ...
3. Tulislah kalimat yang mengandung verba pawarta dalam teks tersebut ...
4. Tuliskanlah

FAKTA OPINI

5. Dalam teks editorial memiliki stuktur berupa simpulan, tulislah simpulan dalam teks tersebut ...

Anda mungkin juga menyukai