RAODAH
P0 500216001
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat,
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Humaniora pada
Penulisan tesis ini tidak lepas dari dukungan, bantuan, dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih atas
segala dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak selama proses
studi dan proses penyusunan tesis ini. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima
1. Prof. Dr. Tadjuddin Maknun, S.U. selaku Ketua Komisi penasihat dan
Dr. Hj. Munira Hasjim, S.S., M.Hum.’ selaku penguji yang telah banyak
6. Prof. Dr. Akin Duli, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Hasanuddin.
7. Bapak dan Ibu dosen pengasuh mata kuliah atas curahan ilmu
selalu berbagi canda dan tawa, suka dukanya selama menempuh studi
hingga sekarang.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis
menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
Raodah
v
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Konf = Konfiks
Pref = Prefiks
Suf = Sufiks
Prep = Preposisi
Prt = Partikel
Det = Determinasi
Splt = Superlatif
// = bunyi fonemik
ML = Mantra Laki-laki
MP = Mantra Perempuan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dipandang sebagai kisah-kisah yang tidak masuk akal dan berada di luar
jangkauan akal sehat. Hal itu tentu saja menjadi ancaman terhadap eksistensi
tulis saja yang mempunyai nilai tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa sastra
bersangkutan. Oleh karena itu, sebagai salah satu data budaya, sastra lisan
dapat diperlakukan sebagai pintu masuk untuk memahami salah satu atau
Mantra berbentuk puisi lama dan bersifat anonim. Hal ini disebabkan karena
menimbulkan tenaga gaib. Hal ini dapat dipahami bahwa suatu mantra yang
menimbulkan tenaga gaib lagi, sedangkan tujuan utama dari suatu mantra
isi mantra, dan fungsi mantra. Struktur mantra pada umumnya terdiri atas
pembuka, isi, dan penutup. Pembuka pada mantra ada yang menggunakan
mantra ada yang menggunakan barakka laa ilaaha illallaah dan ada yang
pengulangan bunyi yang berselang, baik dalam larik sajak maupun pada akhir
larik sajak (Waluyo, 1987:7). Rima merupakan salah satu unsur penting
dalam puisi atau mantra. Melalui rima inilah, keindahan suatu puisi atau
mantra tercipta.
mantra memiliki kekuatan bukan hanya dari stuktur batinnya tetapi juga dari
stuktur rima dan diksinya. Diksi dalam mantra merupakan sebuah pilihan
kata. Kata dalam mantra bersifat konotatif. Para dukun atau pawang tidaklah
mempunyai pilihan kata tersendiri untuk membuat unsur magis dalam sebuah
mantra.
Dilihat dari wujud dan struktur suatu mantra terdapat nilai-nilai budaya
nilai budaya adalah tingkat pertama kebudayaan ideal. Nilai budaya adalah
lapisan paling abstrak dan luas ruang lingkupnya. Jadi, nilai budaya adalah
suatu yang dianggap sangat berpengaruh dan dijadikan pegangan bagi suatu
ideal, dan merupakan lapisan paling abstrak dengan ruang lingkup dalam
kehidupan masyarakat. Nilai budaya dalam suatu karya sastra sudah berada
di luar struktur karya itu sendiri, tetapi mengarah kepada makna sebuah teks
cucunya sendiri. Tidak dengan keluarga yang lain-lain. Hal tersebut terjadi,
karena mereka menganggap bahwa mantra sebagai teks sakral yang dapat
kehidupan.
dan sakral, memiliki syarat dan cara tertentu yang dilakukan agar tujuan
Penuturan mantra tidak selalu dilakukan oleh para dukun atau ketua adat
akan tetapi, dapat pula dilakukan oleh orang awam. Mantra-mantra yang
dapat dilakukan oleh orang awam biasanya berupa mantra yang risikonya
tertentu yang memiliki tujuan menimbulkan kekuatan gaib bagi orang yang
keramat.
yang tidak dapat dipecahkan dengan cara yang logis. Pola pikir yang terjadi
5
Mantra itu sendiri memiliki berbagai macam jenis, dan setiap mantra
bentuk karya sastra lisan yang harus dilestarikan. Selain itu, berdasarkan
masalah cinta dan penampilan. Cinta dan penampilan adalah sesuatu yang
tersebut. Namun, laki-laki pun tidak ketinggalan dalam hal penampilan semua
berbagai hal seperti, kurang cantik, kurang gagah, atau dirinya kurang
6
tersebut.
suatu keyakinan yang keras, jika pengamalnya merasa kurang yakin, mantra
Artinya:
sadar atau nalar puitis untuk menyatakan sesuatu yang abstrak menjadi
hal tersebut tergambar dalam kata bunganna dunia, ini melebur dalam diri si
mantra. Mantra ini dipakai pada saat memakai cillak ketika ingin bertemu
7
canninrara memiliki komponen tujuan yang tersirat atau tersurat, dan tidak
canninrara terdapat tarik ulur antara sifat “egois” dan “belas kasih” akan
egoisme.
Mantra canninrara merupakan ilmu gaib yang berfungsi untuk menarik
Mantra canninrara ini tidak hanya dijumpai pada masyarakat Makassar tetapi
juga dapat dijumpai pada masyarakat Jawa dengan sebutan mantra pekasih.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Hartarta ( 2010: 43) mantra pekasih yaitu
mantra yang memiliki kekuatan untuk memikat lawan jenis atau objek sasaran
tertentu yang menjadi sasarannya. Objek sasaran akan terpesona dengan
sang pengamal mantra. Fungsi mantra ini dapat memikat atau memengaruhi
alam bawah sadar seseorang agar tertanam cinta atau sayang yang dalam
kepada orang yang mengirim pekasih tersebut. Selain itu, mantra ini juga
tersebut dilakukan bukan hanya sekadar tradisi tetapi juga memiliki fungsi
8
dan tujuan tertentu. Di era globalisasi saat ini, mantra canninrara kurang
sudah tidak tertarik lagi untuk mempelajari serta memanfaatkan tradisi ini
yang bersifat animisme atau sama halnya dengan syirik. Hal ini terjadi pada
merupakan salah satu pintu masuk untuk memahami dan mengetahui seluk-
sebagai manusia.
sumber daya yang memiliki bentuk, fungsi, dan makna tersendiri. Selain itu,
sebuah sastra lisan Makassar, tentu dibutuhkan ilmu bantu yang relevan, di
Kabupaten Maros.
Kabupaten Maros.
Maros.
Maros.
Kabupaten Maros.
C. Batasan Masalah
masalah yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan
karena keterbatasan waktu peneliti sehingga peneliti ini hanya berfokus pada
Kabupaten Maros.
11
Maros.
D. Rumusan Masalah
masalah yang ada. Masalah pokok yang perlu diuraikan dalam penelitian ini
Kabupaten Maros?
E. Tujuan Penelitian
dan konsep pikir yang tersirat maupun tersurat dalam mantra canninrara
di Kabupaten Maros.
12
Kabupaten Maros.
F. Manfaat Penelitian
sebagai berikut:
a. Manfaat Teoretis
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber Informasi mengenai
b. Manfaat Praktis
kebudayaan nasional.
2. Pentingnya mendokumentasikan sastra lisan sebagai salah satu
Maros.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
pembuka, niat, dan nama mantra; tubuh mantra meliputi sugesti, visualisasi
dan simbol, nama sasaran, tujuan, dan harapan; serta unsur kaki yaitu
penutup. Prosesi pengamalan mantra itu sendiri meliputi rasa percaya penuh,
objektif yang mengandung kesesuain bunyi baik bunyi vokal maupun bunyi
yang akan dilakukan oleh penulis yaitu mantra pekasih (mantra canninrara).
setiap suku memiliki cara bertutur yang berbeda sehingga tuturan dalam
budaya yang berbeda atau paling tidak tataran nilai yang berbeda.
Kebaharuan dari penelitian ini juga dilihat dari pendekatan yang digunakan
yaitu pendekatan linguistik antropologi yang tidak menjadi teori dari penelitian
B. Konsep
mental yang universal yang menunjukkan pada kategori atau kelas dari suatu
yang menjadi piranti konseptual dalam penelitian ini perlu dijelaskan seperti
berikut:
1. Sastra Lisan
Hal inilah membuat sastra lisan lahir dalam suatu masyarakat di masa lampau
tersebut, memberikan ciri khas daerahnya sendiri karena di dalam sastra lisan
masyarakat dan diwariskan secara turun temurun secara lisan sebagai milik
nilai budaya leluhurnya. Dalam hal ini, sastra lisan berperan sebagai modal
berdasarkan sastra lisan. Adapun yang termasuk dalam genré sastra lisan
terdiri atas dua bagian besar, yaitu puisi dan prosa (Nebarth, 1985: 23). Puisi
dan prosa terus hidup dan berkembang subur dalam kehidupan masyarakat,
aspek khayalan, ada sindiran, jenaka, dan pesan mendidik; dan 4) sering
Hutomo (1991: 62) jenis-jenis sastra lisan yang dapat dikaji adalah sebagai
berikut:
1. Bahan bercorak cerita: (a) cerita-cerita biasa; (b) mitos; (c) legenda;
3. Bahan bercorak tingkah laku (drama): (a) drama panggung; dan (b)
drama arena.
17
adalah sastra lisan yang bercorak puisi lisan. Puisi lisan masyarakat
2. Mantra
Secara etimologi, mantra berasal dari kata man/manas dan tra/tri yang
menandingi kekuatan gaib yang lain. Puisi yang diresapi oleh kepercayaan
dunia gaib, dipengaruhi oleh irama dalam bahasa itu sendiri untuk
unsur penting dalam ilmu gaib (magic). Mantra berupa kata-kata dan suara-
suara yang sering tidak berarti, tetapi dianggap berisi kesaktian atau
kekuatan. Mantra secara leksikal, berarti pembacaan bunyi atau kata sebagai
sarana ritual yang memiliki daya magis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Syam (2010:41) mantra adalah suatu ucapan atau ungkapan yang pada
dasarnya memiliki unsur kata yang ekspresif, berima dan berirama yang
dipahami bahwa mantra adalah suatu perkataan atau ucapan yang dapat
18
meyakini apa yang dituturkan maka khasiat mantra tersebut akan hambar
Mantra bagian dari sastra lisan yang masih hidup di tengah rakyat di
nilai (Oktavianus, 2006: 117). Mantra ini dituturkan, didengarkan dan dihayati
upacara perkawinan, upacara menanam dan menuai padi, kelahiran bayi dan
upacara yang bertujuan magis. Dalam hal ini, mantra sebagai karya sastra
lisan yang berbentuk puisi itu sendiri sebagai alat untuk meyampaikan
aspirasinya di pihak lain, maka jelas fungsi karya sastra adalah menampilkan
tertentu. Daya magis tersebut dapat diaktivasi oleh pengamal mantra. Hal ini
terkait erat dengan penghayat mistik atau kebatinan yang telah dihayati oleh
masyarakat Makassar.
Mantra merupakan puisi tertua dalam sastra lisan Makassar. Mantra ini
diciptakan untuk mendapatkan kekuatan gaib dan sakti. Hal tersebut sejalan
yang dikemukakan oleh Maknun (2012:55) bahwa mantra adalah puisi yang
dipisahkan sebab mantra tercipta dari masyarakat itu sendiri. Mantra tidak
mungkin hadir jika tidak ada masyarakat pewarisnya. Demikian pula yang
tujuan positif akan tetapi, juga digunakan untuk hal-hal yang negatif. Mantra
dicapai. Oleh karena itu, terdapat banyak jenis mantra dalam masyarakat
berpergian, mantra mandi untuk membersihkan badan dan diri, dan serta
pemberani.
lemah, ciut nyali, takut, dan gemetar, tidak dapat bertindak sama
sekali;
religiositas;
yang dikirimi mantra yang memerintah Tujua, dan doti-doti akan menderita
sakit yang tidak terdetiksi oleh medis. Banyak masyarakat yang kurang waras
untuk tameng (menjaga) diri dari gangguan apa saja. Penggunaan mantra
tidak sekadar dihafalkan begitu saja. Namun, perlu disertai laku khusus,
mantra menurut Soedjijono (1987:94), yaitu (1) tempat bebas, artinya dapat
mantra, baik tempat atau kamar yang sepi maupun tempat-tempat seperti di
struktur yang dimiliki dan dikaitkan dengan doa karena kesamaan tujuannya.
Perbedaan mantra dan doa belum ada secara jelas, masih dalam perdebatan
parah ahli. Namun, menurut penulis bahwa antara mantra dan doa hanya
lainnya tampak dalam pemakain bahasanya. Apabila ditinjau dari segi makna,
3. Canninrara
dilakukan untuk menarik rasa simpati orang yang kemudian tumbuh menjadi
masyarakat untuk mantra awet muda, dan sering juga digunakan untuk
memikat lawan jenis. Biasanya ritual cannning rara dibacakan dan ditiupkan
ke air sebagai bahan untuk mandi. Tujuannya adalah agar orang yang
masyarakat untuk menaklukkan hati lawan jenis. Biasa dipakai oleh orang-
penuh keyakinan begitu mendalam, bacaan itu akan menjadi sugesti dalam
diri untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat dalam wujudkan
apa yang ada dalam hati dan pikiran pengamal mantra tersebut. Dengan hal
tersebut sugesti yang terwujud dalam mantra yang dibacakan adalah sugesti
tergila-gila kepadanya. Bila ini sudah tertanam pada diri si pengamal pasti
seberat apa pun usaha yang ia kerjakan akan terasa enteng ditempuh.
jenis dengan cara menggunakan media seperti bedak atau minyak rambut
setiap lawan jenis yang melihat akan terpesona dan jatuh hati lantaran
daya tarik, reaksi mistiknya seperti magnet yang dapat memikat hati orang-
orang.
C. Landasan Teori
terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini. Teori yang digunakan bukan
sekadar pendapat dari para ahli, tetapi teori yang benar-benar telah teruji
dalam bentuk tatap muka, dan tentu saja melalui komunikasi linguistis.
erat. Hal yang paling mendasari hubungan tersebut adalah bahasa harus
bahasa. Kajian hubungan keduanya pada umumnya dilihat dari ilmu yang
yang mempelajari tentang seluk beluk bahasa dan antropologi adalah ilmu
Amerika hanya populer pada akhir tahun 1940-an dan awal tahun 1950-an
25
berarti, bahasa yang dipakai suatu kelompok etnik, baik dalam tataran
dianutnya.
bentuk bahasa yang berbeda, pemakaian register dan gaya. Selain itu,tujuan
perhatian pada bahasa dalam konteks sosial dan budaya yang lebih luas dan
juga peran bahasa dalam menempa dan memelihara praktik budaya dan
struktur sosial.
merupakan disiplin ilmu yang bersifat interpretatif yang lebih jauh mengupas
linguistik.
bagian dari kebudayaan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
satu sama lain seperti dua sisi mata uang. Keduanya tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Dalam prespektif antropologi, bahasa merupakan bagian dari
Hal ini sejalan dengan pendapat Duranti (1997: 27) yang menyatakan bahwa
bahasa.
dengan orang lain dalam kegiatan sosial dan budaya tertentu, dan bagaimana
cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain secara tepat sesuai dengan
konteks budayanya.
budaya yang menjadi objek penelitian. Selain itu, bahasa sebagai salah satu
Anropolinguistik melihat budaya dari sudut pandang atau kajian bahasa dalam
kaitannya dengan budaya. Dalam konteks ini, tuturan atau bahasa menjadi
budaya. Dalam konteks lintas budaya, variasi tuturan dan bahasa dapat
diajarkan melalui kaitan antara pandangan dunia dengan struktur sosial serta
yang secara vertikal atau hubungan formal yang horizontal. Hubungan formal
berkaitan dengan struktur bahasa atau teks dengan konteks (situasi, budaya,
makna, dan fungsi bahasa yang membentuk fenomena, gejala dan peristiwa
fungsi suatu karya sastra secara keseluruhan akan lebih bermakna jika
2. Struktur Mantra
digolongkan ke dalam bentuk puisi bebas, yang tidak terlalu terikat pada
aspek baris ataupun bait, jumlah kata, dan jumlah baris setiap bait, ataupun
dari rima dan persajakan. Seperti dikatakan Jalil dan Elmustian (2002:49)
bentuk suatu mantra sama dengan puisi bebas yang lain, bahkan mantra
lebih bebas. Puisi bebas seperti mantra bisa saja dalam wacananya ada yang
Secara umum struktur puisi (mantra) terdiri atas dua unsur yang saling
mendukung yaitu struktur batin puisi dan struktur fisik puisi (Damayanti,
adalah unsur pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual. Unsur
tersebut meliputi: (a) bunyi, (b) kata, (c) lirik atau barik, (d) bait, dan (e)
a) Tema (sense)
lewat puisi (mantra) yang dihadirkannya. Terdapatnya tema suatu puisi pada
Bunyi merupakan salah satu unsur yang membangun salah satu puisi
oleh unsur bunyi atau irama yang membentuk puisi tersebut. Berbicara
tentang bunyi dalam puisi terlebih dahulu harus dipahami beberapa istilah
1. rima, adalah bunyi yang berselang atau berulang, baik dalam lirik
konsonan), (c) rima akhir (paduan bunyi pada setiap akhir), (d) rima
dalam (perulangan bunyi di antara kata-kata dalam satu lirik), (e) rima
c) Diksi
bunyi pun tidak ada perbedaan. Berdasarkan bentuk dan isi kata-kata dalam
puisi dapat dibedakan, antara lain: (1) lambang, yakni bila kata-kata itu
(3) symbol, yakni bila kata-kata itu mengandung makna ganda (makna
dalam puisi tidak diletakkan secara acak, akan tetapi ditata, diolah dan diatur
disebut diksi. Diksi yang baik tentu berhubungan dengan pemilihan kata yang
d) Baris
pengulangan salah satu atau beberapa bentuk dalam suatu larik untuk
atau larik dalam puisi adalah satuan yang pada umumnya lebih besar dari
kata dan telah mendukung suatu makna tertentu. Baris dalam puisi pada
yang diawali lewat kata. Akan tetapi sesuai dengan keberadaan baris dalam
penataan pola persajakan. Dalam hal ini dikenal dalam istilah enjabemen,
yakni pemenggalan larik suatu puisi yang dilanjutkan pada larik suatu puisi
Peranan bait dalam puisi hampir sama dengan fungsi paragraf dalam
prosa, untuk menyatakan ide pokok. Satuan yang lebih besar dari larik bisa
disebut dengan bait, pengertian bait adalah kesatuan larik yang berada dalam
terpisah dari kelompok larik (bait) lainnya (Aminuddin, 2011: 145). Akan
bukan kesatuan baris. Keberadaan bait dalam puisi adalah membentuk satu
kesatuan makna dalam rangka mewujudkan ide pokok pikiran tertentu yang
berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya. Pada sisi lain,
arti (meaning). Dalam karya sastra, arti bahasa ditingkatkan menjadi makna
kedua.
33
bentuk dan makna. Bentuk merupakan sesuatu yang tercitra dalam kognisi
seseorang sedangkan makna atau isi adalah seseuatu yang dipahami oleh
(penanda) untuk segi bentuk suatu tanda, dan signifie (petanda) untuk segi
maknanya. Hubungan antara bentuk dan makna tidak bersifat pribadi, tetapi
tuturan mantra. Tanda dalam sebuah mantra yang terpenting adalah kata-
kata. Kata-kata dipakai sebagai tanda dari suatu konsep atau ide. Dalam hal
ini, ada satu tujuan komunikasi yang harus diingat, bahwa tanda “bermakna”
sesuatu (Berger, 2010: 1). Sejalan dengan ajaran Saussure, sistem tanda
dalam kehidupan masyarakat. Sistem tanda dimaksud terdiri atas bentuk dan
bukan hanya sesuatu yang bisa dibuat untuk menunjukkan sesuatu yang
lain, tetapi juga sering menunjukkan sesuatu yang tidak disadari namun
bahwa:
atas, maka dapat disimpulkan bahwa makna denotatif adalah makna yang
sesuai dengan makna aslinya yaitu makna sesuai yang diacu oleh makna
yang paling dasar pada suku kata tersebut dan harus bersifat faktual atau
dari memilih konotatif yang tepat. Seandainya ada kesalahan dalam denotatif,
maka hal itu mungkin disebabkan kekeliruan karena tidak jelas maksud dan
temporer, tetapi kesalahan ketiga adalah kesalahan yang paling berat. Makna
denotative dapat dibedakan atas dua macam relasi, yaitu pertama, relasi
antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan kedua
35
relasi antara sebuah kata dengan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari
makna yang muncul dari makna kognitif ke dalam makna kognitif tersebut
apabila kata tersebut mempunyai “nilai rasa”, baik yang bersifat positif
maupun negatif. Jika sebuah kata tidak memiliki nilai rasa, maka kata
tersebut tidak memiliki konotatif. Namun, kata tersebut dapat juga disebut
berkonotatif netral. Artinya, kata yang digunakan tidak memihak pada kata
yang lain.
Positif dan negatifnya nilai rasa sebuah kata seringkali terjadi sebagai
digunakan sebagai lambang sesuatu yang positif maka akan bernilai positif,
dan jika digunakan sebagai lambing sesuatu yang negatif maka akan bernilai
buaya, buaya yang dijadikan lambang kejahatan maka akan memiliki nilai
Makna konotatif atau konotatif adalah suatu jenis makna stimulus dan
atau makna konotatif disebut juga makna konotatifonal, makna emotif, atau
menimbulkan perasaan setuju atau tidak setuju, senang atau tidak senang,
dan sebagainya pada pihak pendengar, dipihak lain kata yang dipilih itu
penambahan.
Konotatif adalah segi petanda (makna atau isi suatu tanda) oleh
tanda akan menjadi semacam mitos atau petunjuk mitos (yang menekankan
makna konotatif adalah makna yang tidak sebenarnya, makna yang telah
sifatnya memberi nilai rasa, baik positif maupun negatif. Makna konotatif atau
37
konotatif merupakan kata yang mengacu pada makna kias atau makna yang
berbicara tetang metafora dan gaya bahasa kiasan (Cristomy, 2004: 255).
segi makna tidak dapat ditafsirkan sesuai dengan makna kata-kata yang
membentuknya, atau dengan kata lain adalah menyimak dari makna
tanda itu akan memiliki makna setelah dilakukan pembacaan dan pemaknaan
Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Riffaterre (1978: 5) ,
ini dapat terjadi karena kajian didasarkan pada pemahaman arti kebahasaan
39
yang bersifat lugas atau berdasarkan arti denotatif dari suatu bahasa.
semiotik tingkat pertama. Sajak dibaca secara linear sebagai dibaca menurut
dalam Pradopo, 2010: 296). Oleh karena itu, dalam pembacaan ini semua
yang tidak biasa dibuat biasa atau harus dinaturalisasikan (Culler dalam
Pradopo, 2010: 296) sesuai dengan sistem bahasa normatif. Bilamana perlu,
kata-kata diberi awalan atau akhiran, disisipkan kata-kata supaya hubungan
antara kalimat dalam puisi menjadi jelas. Begitu juga, logika yang tidak biasa
dikembangkan pada logika bahasa yang biasa. Hal ini mengingat bahwa puisi
terkandung dalam teks karya sastra itu sendiri. Kerja heuristik menghasilkan
inilah yang disebut sebagai makna intensional, intentional meaning. Untuk itu,
kerja penafsiran karya sastra haruslah sampai pada kerja hermeneutik, yaitu
berdasarkan makna dari hasil kerja heuristik di atas, akan ditafsirkan makna
tersiratnya, signifikansinya.
atau retroaktif adalah pembacaan ulang dari awal sampai akhir dengan
atau bangunan yang tersusun dari berbagai unsur kebahasaan. Oleh karena
ingin memahami suatu teks, misalnya, dengan memahami tidak hanya kata-
dalam perspektif sejarahnya atau, lebi tepat, diakronis (Christomy, 2004 :60)
menginterpretasi makna secara utuh (Riffaterre ,1978: 5). Pada tahap ini,
pembaca lebih memahami apa yang sudah dia baca untuk kemudian
karya yang bersangkutan secara lebih baik, luas, dan kritis. Demikian
kode-kode yang lain, khususnya kode sastra dan kode budaya untuk
4. Fungsi Mantra
Halliday dan Ruqaiya Hasan (1994: 20), menyatakan fungsi bahasa itu
membaca dan mendengar untuk mencapai sasaran dan tujuan. Ada berbagai
Brown. Menurut Saputra (2007: 38), konsep fungsi kedua tokoh tersebut
mengenai pengaruh atau efeknya terhadap adat, tingkah laku manusia, dan
pranata sosial yang lain dalam masyarakat, 2) Fungsi sosial suatu adat,
disimpulkan bahwa inti dari teori Malinowski adalah segala kegiatan atau
tidak begitu saja memukan apa yang dilihatnya, dengan cara semaunya.
Manusia akan memilih di antara benda-benda yang dapat dimakan; ada yang
ditolak dan ada yang diterima, ada yang lebih disukai dan ada yang kurang
disukai, ada yang dianjurkan dan ada yang dilarang, dan seterusnya. Begitu
juga, manusia tidak hanya memakan apa yang disediakan alam, tetapi
lain dimakan mentah, dan seterusnya. Manusia tidak langsung makan begitu
mereka lapar; tetapi ada waktu tertentu yang ditetapkan untuk itu. Jadi
tersebut telah terbentuk oleh cara-cara yang lazim sesuai dengan adat
45
kelompok mereka, sesuai dengan agama mereka, sesuai dengan kelas sosial
membentuk pilihan selera individu, tabu makanan, nilai simbolik dan nilai gizi
makanan, dan gaya dan cara makan. Pola kegiatan yang telah terbentuk
seperti itu disebut “kegiatan kultural”, yaitu kegiatan yang telah “di-modified”,
masyarakatnya.
Konsep fungsi yang digunakan dalam kajian ini mengacu pada konsep
abstraksi pertama dan kedua, yang berorientrasi pada fungsi mantra dalam
yang dalam hal ini budaya suku Makassar. Aspek budaya yang diangkat yaitu
sastra lisan berupa mantra. Mantra yang dimaksudkan adalah mantra
membangun puisi (mantra), yaitu tema, bunyi, baris, bait, dan diksi . Selain
itu, juga terdapat repitisi yang menambah kekuatan magis mantra itu.
dalam satu ungkapan yang diacu, melebihi diri dan di atas isinya yang murni
konseptual dengan kata lain makna kiasan atau makna tambahan dari makna
suatu adat, pranata sosial, atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi
suatu adat, pranata sosial, atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi
kedua mengenai pengaruh atau efeknya terhadap kebutuhan suatu adat atau
sebagai berikut:
47
Mantra Canninrara
Makna Mantra
- Denotatif Fungsi Mantra
Bentuk Struktur - Fungsi Sosial
Mantra - Konotatif
- Tema - Simile
- Bunyi - Metafora
- Baris - Efonim
- Bait
- Diksi
Hasil Penelitian
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
yang sebenarnya.
dilaksanakan dari bulan September 2017 sampai dengan bulan April 2018.
49
C. Sumber Data
Adapun sumber data penelitian ini, berupa tuturan atau ragam bahasa
lisan yang diperoleh dari beberapa informan. Informan dalam penelitian ini
yaitu orang yang dipandang memiliki pengetahuan yang relevan dengan objek
penelitian.
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak dua puluh tiga mantra
masyarakat yang akan menjadi sasaran atau objek dalam penelitian ini.
peneliti mencoba menggali siapa saja yang dapat menjadi informan untuk
dengan cara mencatat, dan merekam, kemudian data juga diperoleh dengan
Sumber data yang bersifat utama dalam penelitian ini berasal dari hasil
lapangan ialah:
a. Observasi
dan mencari data yang tidak bisa didapatkan melalui proses wawancara.
akan dijabarkan dengan kalimat tanya yang sesuai dengan konteks ketika
dilakukan dengan lebih santai dan fleksibel sehingga membuat subjek merasa
lebih bebas berbicara dan mudah memberikan informasi yang ingin diketahui.
c. Pencatatan
yang didiktekan oleh informan pada saat wawancara. Pencatatan ini juga
sebelumnya.
d. Perekaman
itu, peneliti bekerja dua kali dalam pengumpulan data-data penelitian ini demi
telah didapatkan pada saat wawancara. Akan tetapi, dalam perekaman ini
demikian, dalam hal ini peneliti tetap berusaha melakukan yang terbaik demi
pendekatan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Penelitian ini
kualitatif adalah penelitian yang bersifat uraian yang tidak bisa diubah ke
masyarakat Makassar.
melalui teknik dikte (2) mentranskrifsi data ke dalam bahasa latin, (3)
BAB IV
A. Pembahasan
serta makna dan fungsi yang terkadung dalam mantra canninrara. Hal
pada aspek baris, rima, dan jumlah setiap kata dalam setiap baris, tidak
terdapat mantra yang memiliki bentuk terikat. Bentuk terikat dalam mantra
bahasa yang dimaksud yaitu pengungkapan bahasa yang terikat oleh pola
tertentu baik dari segi suku kata yang terstruktur ataupun bunyi berulang.
Terlepas dari hal tersebut, diksi dan repetisi dalam sebuah mantra sangatlah
repetisi merupakan hal yang paling utama dalam mendatang daya gaib suatu
mantra. Oleh karena itu, peneliti akan berusaha mengungkapkan diksi dan
penyusunannya.
protes. Oleh karena itu, tema dalam suatu mantra sangat diperlukan serta
harus ada dan pasti untuk mengungkap persoalan apa yang melatarbelakangi
aurah kecantikan terpancar dalam dirinya. Hal tersebut terlihat pada larik
keinginan perempuan yang selalu ingin tampil cantik dan memiliki rasa
percaya diri yang kuat. Rasa percaya diri tersebut terlihat pada larik kelima
hatinya’ . Akan tetapi, dibalik rasa percaya diri itu terdapat sifat kesombongan
yang tersirat dalam larik yang berbunyi /naimo anak/ ‘siapakah anak’, /naimo
jari/ ‘siapakah keturunan’. Hal ini menandakan bahwa penutur mantra sangat
tema yang berkaitan dengan harapan seorang perempuan yang ingin selalu
pujian demi pujian selalu didapatkannya. Hal tersebut didukung oleh larik
dilihatnya”, larik ini memiliki makna bahwa orang tidak akan pernah bosan
selalu ingin tampil cantik dan rapi sehingga mereka menggunakan minyak
rambut. Minyak rambut ini digunakan agar rambut mereka terlihat rapi dan
Adapun tema mantranya yaitu berkaitan tentang harapan besar sang penutur
mantra kepada orang yang dipakaikan bedak agar kelihatan gagah seperti
Nabi Yusuf. Hal tersebut tercermin pada larik ketiga yang berbunyi /
barakkakna Nabbi Yusupu/ ‘berkah Nabi Yusuf’ dan larik keenam yang
Penutur mantra menggunakan perihal nama Nabi Yusuf agar pengantin laki-
Nabi Yusuf. Selanjutnya tema tersebut tergambar pada teks 11. Teks 11
yang berkaitan dengan harapan penutur mantra agar pengantin laki-laki yang
hati laki-laki yang disukainya. Hal tersebut didukung oleh larik ketiga yang
perempuan agar laki-laki yang tidak pernah memiliki persaan cinta kepadanya
Tema tentang meluluhkan hati lawan jenis juga ditemukan pada teks
12. Teks 12 digunakan pada saat menyisir (lakjangka) memiliki tema yang
yang sangat mendalam. Seperti halnya pada larik /angngancuruka ate/ yang
yang berkaitan dengan harapan seseorang agar apa yang menempel pada
tetap akan kelihatan menawan jika itu menempel pada badan si penutur
mantra tersebut. Hal ini tercermin pada larik kedua yang berbunyi /
penutur bahwa apa yang dipakainya di dunia juga dapat dipakainya di akhirat
kelak.
4. Tema tentang belas kasih
mantra ini akan dikasihi oleh Allah, nabi, malaikat, orang-orang suci, terlebih
lagi pada sesama manusia. Hal tersebut tergambar pada setiap larik-lariknya
yang berkaitan dengan keinginan manusia yang ingin terlihat awet muda dari
usianya. Hal tersebut terlihat pada larik keempat yang berbunyi natammate
tamma toa/ ‘tidak akan tua sampai mati’, dan larik kelima yang berbunyi
sangat jelas pada larik ketiga yang berbunyi / inai anak bongkasangngan
59
nainakke/ ‘Anak siapa gerangan yang lebih berwibawa selain saya’, larik ini
menandakan bahwa penutur mantra meyakini bahwa tidak ada yang lebih
atau mantra didukung oleh unsur bunyi atau irama yang diciptakannya. Unsur
bunyi dalam puisi (mantra) adalah rima. Rima adalah bunyi yang berselang
atau berulang, baik dalam lirik maupun pada akhir lirik puisi (mantra). Rima
dalam mantra canninrara ini yaitu asonansi (perulangan vokal). Contoh
kutipan teks 1. Pada mantra tersebut dapat dilihat perulangan vocal /u/ yang
terjadi pada larik pertama sampai dengan larik keempat. Selanjutnya, pada
menyeragamkan bunyi bahasa akan tetapi, memiliki nilai penting seperti pada
mati, artinya bahwa apapun yang dilakukan jangan pernah berputus asa
tetaplah berusaha dan berdoa. Selain itu, pengulangan bunyi vokal /u/ pada
bunyi vokal /a/ pada kata empona, atenna, binakbakna, lioliona bermakna
orang kedua tunggal dalam penggunaan kata ganti bahasa Makassar. Artinya
bahwa dalam mantra caning rara selain penutur mantra juga terdapat sasaran
mantra.
60
suatu makna tertentu. Baris dalam mantra sebagai pemadu , penyatu, dan
pengembang ide penyair yang diawali lewat kata. Akan tetapi sesuai dengan
benda, dan nama orang yang dianggap keramat. Misalnya pada teks 9 larik
ketiga yang berbunyi /barakkakna Nabbi Yusupu/ ‘berkah Nabi Yusuf’, dan
larik keenam yang berbunyi / cahaya Nabbi Yusupu/ ‘cahaya Nabi Yusuf’.
untuk pengantin laki-laki terlihat pada pengulangan sebutan Nabi Yusuf pada
bagi kaum laki-laki. Oleh karena itu, penguangan sebutan Nabi Yusuf dalam
Selanjutnya, pada teks 11 pada larik dua, empat, dan lima yang
larik mantra merupakan doa perias pengantin kepada anak pengantin laki-laki
terletak di Mekkah selalu dirindukan oleh kaum muslim. Selain kata baitullah
juga didukung oleh kata Nabi Yusuf, penggunaan kata tersebut juga
61
Yusuf. Nabi Yusuf adalah nabi yang paling gagah diantara nabi yang lainnya.
Oleh karena itu, penutur mantra menggunakan nama Nabi Yusuf dalam larik-
larik mantranya.
Bait adalah kesatuan larik yang berada dalam suatu kelompok dalam
rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik
bahwa jumlah baris tiap-tiap mantra beragam, demikian juga dengan jumlah
bait-baitnya. Bait-bait dalam mantra terkadang hanya terdiri dari satu baris,
dua baris, tiga baris, empat baris, lima baris dan seterusnya seperti contoh
merupakan contoh mantra yang terdiri atas 2 bait. Bait pertama terdiri atas 2
‘akan kupikat’, dan larik kedua yang berbunyi / rengreng bunganna dunia/
‘garis bunganya dunia’. Larik pertama dan larik kedua menunjukkan isi
mantra. Bait kedua terdiri atas 2 baris atau larik. Larik ketiga yang berbunyi
rasa suka’ . Larik ketiga dan larik keempat menunjukkan unsur sasaran
yang disukai.
62
Selanjutnya, pada mantra teks 9 terdiri atas 4 bait. Bait pertama terdiri
atas 1 larik yaitu larik 1 yang merupakan unsur pembuka mantra. Bait kedua
terdiri atas 5 larik yaitu larik 2, 3,4,5, dan 6 yang menggambarkan tentang isi
dalam mantra ini. Selanjutnya, bait ketiga terdiri atas 6 larik yaitu larik
mantra. Bait keempat terdiri atas 1 larik yaitu larik 13 yang merupakan unsur
sugesti bagi penggunanya. Kata yang sering ditemukan dalam mantra yaitu
seperti nama orang yang dikeramatkan, benda yang disakralkan, dan benda
yang memiliki daya gaib. Berikut adalah contoh kutipan mantra yang
dibandikan ketika kata intang tersebut diganti dengan kata bulaeng (emas).
berwarna putih atau bening yang berkilau dan menjadi pusat perhatian semua
kalangan. Oleh karena itu, penutur mantra menggunakan kata tersebut agar
gigi mereka berkilau seperti intang dan menjadi pusat perhatian semua
Selain diksi yang telah dijelaskan pada mantra di atas, terdapat pilihan-
pilihan diksi baik pada mantra khusus perempuan dan khusus laki-laki yang
merupakan diksi yang bermakna bahwa yang menjadi sasaran mantra akan
meyerahkan segala jiwa dan raganya kepada penutur mantra. Diksi tersebut
dengan tujuan yang baik yaitu untuk menggerakkan jiwa seseorang untuk
sangat kurang. Oleh karena itu, peneliti dalam hal ini berusaha
pemahaman berdasarkan makna yang diacu oleh makna yang paling dasar
dari makna denotatif yang dihubungkan dengan makna di luar makna itu
sendiri. Oleh karena itu, untuk memahami makna denotatif dan konotasi
Teks 1
Accarammeng
1) Lamaktontongi badangku
La- mak- tontong -i badang -ku
Konf (La-...-i) intip badan Pos.P1
Akan intip badan ku.
‘ Akan mengintip badanku’.
2) Pakkaleang alusukku
Pak- kale -ang alusuk -ku
Pref badan suf halus Pos.P1
Bentuk badan halus ku.
‘ Bentuk badanku yang halus’
3) Namakbokdong ri rupangku
Na- mak- bokdong ri rupa -ku
Prok.p3 Prep bulat Prep muka Pos
Akan bulat di muka ku
‘ akan bulat dimukaku’
4) Accaya ri bukkulengku
Ak- caya ri bukkuleng –ku
Pref cahaya Prep kulit Pos
Bercahaya di kulit ku.
‘ Bercahaya dikulitku’
5) Inaimo anak takugesarak empona
Inai -mo anak ta- ku- gesarak empo -na
Siapa Prt anak Pref Prok.P1geser duduk Pos.P3
Siapakah anak tidak ku geser duduk nya
‘Siapakah anak yang tidak dapat saya geser dari kedudukannya’
6) Inaimo jari tatakkalannasak atenna
Inai -mo jari ta- tak- ka- lannasak ate -na
Siapa Prt Keturunan Pref berdebar hati Pos.P3
Siapa kah keturunan tidak berdebar hati nya
‘Keturunan siapakah yang hatinya tidak berdebar’
7) Tatakbenrong binakbakna
Ta- tak- benrong binakbak –na
Pref berdebar Jantung Pos.P3
Yang tidak berdebar jantung nya.
‘Jantungnya yang tak berdebar’
8) Padongkokangnami anne lioliona
65
Bercermin
masyarakat Makassar bahwa setiap benda memiliki roh dan setiap benda-
benda tersebut memiliki penjaga gaib atau makhluk halus sehingga untuk
denotatif memberi makna bahwa tubuh yang dimilikinya yaitu tubuh yang
mungil, sedang-sedang, dan lain-lain tanpa ada celaan. Secara konotatif larik
tubuh yang kecil atau sedang-sedang, memiliki muka yang bulat serta
duduk orang lain. Akan tetapi secara konotatif larik kelima memberikan
makna bahwa penutur mantra memiliki keyakinan yang sangat kuat dalam
dirinya sehingga mampu menggerakkan hati siapapun yang menjadi sasaran
bermakna bahwa di dalam diri penutur mantra tertanam rasa percaya diri
yang begitu kuat dan yakin bahwa apa yang dimilikinya mampu membuat
67
tidak ada perasaan menjadi ada rasa baik rasa sayang, rasa suka, rasa cinta
karuan.
Larik kedelapan / pakdongkokannami anne lioliona/ ‘sudah pada
sebuah pandangan yang fokus pada sesuatu tidak dengan yang lain-lain.
yang dilihatnya hanyalah bayangan diriku (si penutur mantra caning rara).
mati’. Secara denotatif larik ini memberikan makna orang yang belum
dalam hidup ini jangan pernah berputus asa. Tetaplah berusaha dan
bertawakkal kepada Illahi. Hal tersebut sesuai pada larik terakhir dalam
mantra ini yang berbunyi /barakka lailaha ilallah/ ‘berkah laillaha illallah’
akan melihat dirinya di dalam cermin dengan paras yang cantik dengan
kekuatan cermin.
Teks 2
Lakbakrak
1) Lakubakra-bakra sai
La- ku- bakra-bakra sai
Pref Prok.P1 bedak-bedak Det
Akan saya bedak-bedak ini.
‘Saya akan memakai bedak ini’.
Terjemahan
Memakai bedak
caning rara. Contoh repetisi dalam mantra di atas terdapat pada larik pertama
dan larik kedua yaitu kata bakrak yang diulang sebanyak tiga kali. Hal
memakai bedak.
70
demikian, secara konotatif larik tersebut bermakna bahwa bedak yang akan
pujian semua orang. Kata lapangna berarti orang banyak, kata manjalling
berarti orang yang akan melihat. Berdasarkan arti kedua kata tersebut, dapat
memakai bedak menumbuhkan rasa percaya diri dalam dirinya. Hal itu sangat
jelas tergambar pada larik ketiga bahwa dipilihnya larik tersebut sebagai
ungkapan rasa percaya diri peutur mantra. Larik ketiga ini mengandung
hatinya’, secara denotatif larik ini memberikan makna bahwa seseorang akan
yang menjadi sasaran penutur mantra akan memberikan segenap jiwa dan
bahwa diantara sekian banyak orang dialah yang terlihat paling cantik dan
menganggap bahwa pada saat bulan purnama cahaya bulan tersebut sangat
agar terkena cahaya bulan purnama, setelah itu pagi harinya mereka
simile pada tuturan mantra canninrara. Simile yang dimaksud yaitu / sikuntu
kekuatan pada mantra agar apa yang ingin dicapai oleh penutur mantra dapat
terlaksana.
72
bahwa semua orang yang berada dalam baleirung tersebut akan memuji
konotatif larik ketujuh ini memberikan makna bahwa semua ciptaan Tuhan di
dunia ini akan memuji kecantikan yang dimiliki oleh penutur mantra terlebih
berserah diri kepada Sang Pencipta. Hal tersebut tergambar pada larik
penutur mantra agar dirinya memiliki paras yang cantik seperti bulan purnama
bila seseorang bepergian atau ingin bertemu dengan seseorang yang spesial.
Laccillak
1) Kurengreng-rengrengmi anne
Ku- renreng-rengreng –mi anne.
Prok.p1 tarik-tarik prt ini
Aku tarik-tarik sudah ini.
‘sudah aku tarik-tarik’.
2) Rengreng bunganna dunia
Rengreng bunga -na dunia
Tarik bunga Pos.p3 dunia
Tarik bunganya dunia.
‘Tarik bunganya dunia’
3) Ammuriangmako erok
aN- muriang -mako erok
Pref bangun Prt.p2 mau
Bangun kamu mau.
‘bangunlah kamu dengan rasa mau.
4) Anngulesamako cinna ....
aN- gulesa -mako cinna........
Pref gelisah Prt.p2 suka
Gelisah lah kamu suka.
‘gelisahlah kamu dengan rasa suka’
Terjemahan
Memakai Cillak
Akan kutarik
Garis bunggannya dunia
Maka bagunlah engkau dengan rasa mau,
Gelisahlah engkau dengan rasa suka (sebut nama orang yang
dikehendaki)
dilakukannya.
denotatif larik kedua ini memberikan makna bahwa penutur mantra akan
74
makna bahwa yang dimaksud dengan garis bunganna dunia yaitu bentuk alis
yang akan dilukis dengan menggunakan pensil alis yang telah diberikan
mata hanya untuk memperindah larik-larik mantra akan tetapi, terdapat nilai-
agar hiasan alis yang dibuatnya menimbulkan efek kecantikan yang luar biasa
pernah ada rasa kepadanya berubah menjadi ada rasa terhadap dirinya.
gelisah akan rasa suka, rasa yang ingin selalu berada disamping penutur
mantra cannig rara ini. Terlihat pada setiap lariknya yan mampu membuat
75
Salah satunya yaitu dengan melukis alisnya dengan sempurna, karena yang
membuat seseorang terlihat cantik dan menawan yaitu dari bentuk alisnya.
tersebut. Alis yang pertama kali dilukis yaitu alis bagian kanan, hal tersebut
Lakminnyak
1) Laku minnyak-minnyak sai
La -ku minnyak-minnyak sai
akan Pos.p1 minyak.minyak ini
akan aku minyak-minyak ini.
‘Minyak-minyak ini akan saya pakai’.
2) Minnyak sikekdek-kekdekku
Minnyak si- kekdek-kekdek –ku
Minyak Pref sedikit-sedikit Pos.p1
Minyak sedikit-sedikit ku.
‘minyak-minyak sedikitku’
minnyak sai / ‘akan kupakai minyak ini’, secara denotatif bermakna bahwa
yang sedikit ini’ , secara denotatif larik tersebut bermakna bahwa penutur
bahwa minyak tersebut berasal dari matahari akan tetapi, secara konotatif
77
besar bahwa dirinya akan seperti matahari yang dapat menyinari dunia.
Dalam hal ini, penutur mantra berharap akan dapat memukau semua orang
Larik keempat / ata karaeng maccini/ ‘hamba raja yang melihat’ dan
memuji penampilannya.
(perempuan) pada saat memakai minyak rambut dan hal ini dilakukan ketika
Lakgosok Gigi
1) Elok-elok intang
Elok-elok intang
Sebagus-bagus berlian
2) Elokangngapa isikku
78
Menggosok Gigi
Sebagus-bagusnya berlian
Lebih bagus gigiku
Seluruh umat Nabi Muhammad
Yang diciptakan oleh Allah
Semua memuji kepadaku
menunjukkan makna bahwa penutur mantra memiliki gigi yang sangat bagus.
Namun secara denotatif larik tersebut memberikan makna bahwa penutur
yang ia miliki, sebagaimana kata intang ‘berlian’ dalam larik tersebut yang
penutur mantra agar apa yang dilakukannya dapat mendatangkan pujian bagi
79
dirinya. Pujian dari seluruh umat Nabi Muhammad yang diciptakan oleh Allah
SWT.
Teks 6
Lakbaju
1) Assalamualikum
2) Kurunrung-rungrungmi anne
Ku- runrung-rungrung –mi anne
Prok.p1 memakai prt ini
Aku memakai lah ini.
‘ kupakailah ini’
3) Runrungna mangmujia
Runrrung –na maN- puji -a
Pakaian Pos.p3 Pref puji Det
Pakaian nya dipuji itu.
‘pakaiannya yang dipuji itu’.
6) Barakka....
Terjemahan
Memakai baju
Assalamualaikum
Akan kupakai
Pakaian yang mendatangkan pujian
Saya akan menyelempang bunganya Tamalate
Fatima yang memakai di dunia hingga akhirat
Barakka
mantra semuanya akan terlihat bagus dan semua orang akan terpukau
melihatnya.
81
demikian, secara konotatif bunga tamalate dimaknai sebagai baju yang akan
kecantikan. Simbol bunga dalam hal ini melambangkan keindahan, cinta, dan
kasih sayang.
bermakna bahwa Fatimah anak Nabi Muhammad akan memakai baju. Namun
secara denotatif larik kelima ini memberikan makna bahwa penutur mantra
berharap apa yang dipakainya didunia juga dapat ia peroleh diakhirat kelak.
Penggunaan efonim nama Fatimah dalam mantra caning rara ini yaitu
laki-laki. Fatimah adalah seorang gadis yang sangat cantik dari keturunan
dimiliki oleh Fatimah. Selanjutnya mantra ini ditutup dengan ucapan /barakka
lailaha illallah/ yang artinya bahwa setelah berusaha melakukan yang terbaik
seorang penutur mantra akan memakai baju yang dapat menumbuhkan aurah
ketulusan.
pemakaian baju baru yang akan dipakai. Caranya, yaitu memasukkan kedua
dalam badan.
Teks 7
Lakbongong
1) Assalamualaikum
2) Pilok ilong mannurung
3) Pirak arsi
4) Inakkemi anne tunarangka singarakna sinjalala
inakke –mi anne tu- narangka singarak -na sinjalala
saya prt ini orang tutup cahaya Pos.p3 sinjalala
Saya lah ini orang tutup cahaya nya sinjalala.
‘ Sayalah orang yang ditutup cahaya sinjalala.
5) Tunatarinti singarak takalappakkang
Tu- na- tarinti singarak takalappakkang
Orang Prok.p3 jaga cahaya takalappakkang
Orang yang dijaga cahaya takalappakkang;
‘ orang yang dijaga cahaya takalappakkang’
9) Natarinti malaika
Na- tarinti malaika
Prok.p3 jaga malaikat.
Di jaga malaikat.
‘dijaga malaikat’
10) Barakka
Terjemahan
Memakai jilbab
Assalamualaikum
Pilok ilong mannurung
Pirak arsi
Sayalah yang dibalut cahaya Sinjalala
Dijaga cahaya takalappakkang
Seperti alif dalam cahaya Nabi Muhammad
Nabi yang memakaikan
Fatimah yang memakai
Dijaga malaikat
Barakka lailaha illallah
Mantra di atas pada larik keempat / tunarangka singarakna singarakna
Namun secara denotatif larik tersebut bermakna bahwa kerudung atau jilbab
yang ia gunakan dapat memancarkan aurah kecantik dalam diri penutur
tong alepu lalang singarakna nurung Muhammak/ ‘seperti alif dalam cahaya
Nabi Muhammad/, secara denotatif larik ini bermakna bahwa penutur mantra
mampu menarik simpati dan memiliki daya tarik pada seorang laki-laki pujaan
hatinya, melainkan merasa lebih dari yang disebutkan itu seperti mampu
84
menkalukkan siapa saja. Hal tersebut tercermin pada larik keenam ini yang
menyandarkan pada kekuatan huruf alif. Di dalam Alquran huruf alif sarna
Dengan kata lain, alif merupakan simbol kemandirian yang berani, tak gentar
oleh pengaruh apa saja yang datang dari luar. Hal tersebut menggambarkan
makna bahwa yang mendukung penutur mantra dalam mantra ini yaitu nabi,
Penggunaan kata nabi, malaikat, dan Fatimah akan memunculkan rasa belas
bagaiman seorang penutur dijaga oleh cahaya, nabi, malaikat dan orang-
harapan penutur mantra agar dapat menarik simpati dan belas kasih dari
jilbab ketika ingin bepergian. Caranya dengan memegang jilbab yang akan
Teks 8
Lajeknek
1) Assalamualaikum
2) Jeknek tallang kupake
85
Terjemahan
Mandi
Assalamualaikum
Air tenggelam yang saya pakai
Air yang hidup saya bawa
Tidak akan tua sampai mati
Tetap awet muda seperti sedia kalah
Barakka lailaha illalla
kepada Sang Pencipta agar apa yang dilakukan dapat berjalan sebagaimana
yang diharapkan. Larik kedua, /jeknek tallang kupake/ ‘air tenggelam yang
saya pakai’, secara denotatif larik ini memberikan makna bahwa air yang
mandi akan membuatnya awet muda sampai dunia kiamat. Hal ini juga
86
didukung oleh larik ketiga, /jeknek tallasak kukimbolong/ ‘air hidup yang saya
Secara konotatif larik tersebut memberikan makna yang sama dengan larik
pertama yaitu tentang harapan penutur mantra agar tetap awet muda
sepanjang masa.
sangat jelas tercermin pada larik keempat / natammate tamma toa/ ’tidak
akan tua sampai mati’, secara denotatif bermakna bahwa tidak akan tua
penutur agar tetap terlihat awet muda. Seperti halnya pada larik kelima
/namalolo pulana / ‘muda seperti sedia kalah’, secara denotatif larik tersebut
bahwa harapan penutur mantra agar ia tetap kelihatan muda seperti waktu
penutur mantra mengharpakan dirinya akan selalu terlihat awet muda dari
kehidupan masyarakat.
mandi. Caranya pada saat ingin memulai mandi, air pertama yang akan
keseluruh badan.
87
Teks 9
Pakbakrak
1) BismiIlahirrahmanirrahim
2) Barakkana Allah Taala
Barakka -na Allah Taala
Berkah Pos.p3 Allah Taala
Berkahnya Allah Taala
‘Berkah Allah Taala’.
4) Kupasapu ri rupannu
Ku- pa- sapu ri rupa –nu.
Prok.p1 pref oles prep muka Pos.p2
Saya oles di mukamu
‘Saya oleskan dimukamu’.
5) Namaccaya ri rupannu
Na- ma- caya ri rupa –nu
Prok.p2 pref cahaya prep muka Pos.p2
Akan cahaya di muka mu.
‘akan bercahaya pada mukamu’.
Terjemahan
Bismillahirrahmanirrahim
Berkah Allah taala
Berkah Nabi Yusuf
Kuoleskan di wajahmu
Bercahaya di wajahmu
Cahaya Nabi Yusuf cahayamu
Engkau duduk berdampingan dengan bidadari dalam surga
Dua ratus tujuh puluh malam
Sesudah engkau duduk pengantin
Wajahmu yang tak berubah seperti ragamu masih bercahaya
Allah yang menciptakan
Semua yang memandang memujimu
Berkah Allah tiada Tuhan selain Allah
Mantra di atas pada larik pertama / Bismillahi rahmanirahim/ ‘dengan
menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang’, secara
segala-galanya di dunia ini, manusia hanya dapat berusaha dan berdoa. Larik
89
kedua sampai dengan larik keenam secara denotatif bermakna bahwa berkah
Allah yang Maha pencipta dan berkah Nabi yusuf sebagai nabi yang diutus
oleh Allah SWT digunakan oleh penutur mantra. Namun secara konotatif
Allah SWT merupakan penentu dalam hal apapun baik dalam hal
sebagai nabi tertampan dianatara nabi yang diutus oleh Allah SWT.
bumi untuk dibagi-bagi umatnya. Oleh karena itu, penutur mantra yang
surga. Ketampanan tersebut tidak akan pernah hilang selama 270 hari yang
tercermin pada larik kedelapan dan larik kesembilan. Larik kesepuluh sampai
larik kedua belas secara konotatif bermakna bahwa Allah SWT yang
dapat tercapai dan dapat mendatang pujian terhadap apa yang dilakukannya.
aurah ketampanan seperti ketampanan Nabi Yusuf. Selain itu dalam tuturan
mantra ini menggunakan efonim nama Nabi Yusuf sebagai nabi yang
2) Curak pakbongkasa
Curak pak- bongkasa
corak Pref berwibawa
corak yang berwibawa
‘corak yang membuat dirinya kelihatan berwibawa”
5) Barakka....
Terjemahan
Memakai sarung
mantra akan memakai seuatu yang membuat diring terlihat bewibawa atau
berwibawa. Secara konotatif / curak pakbongkasak / bermakna bahwa
dirinya akan terlihat menawan dan berwibawa sehingga membuat orang yang
menggambarkan diri penutur mantra yang akan melakukan sesuatu dan tidak
ada orang yang dapat melebihinya. Namun secara denotatif larik /curak
penutur mantra memakai sarung tersebut maka ia akan disegani oleh orang.
Pakminnyak
5) Takbalek-balek nabuntuluk
Tak- balek-balek na- buntuluk
Pref Terbolak-balik prok.p3 dapat
‘terbolak-balik dia dapat’
pati dari Mekah’ dan larik kedua /minnyak pari siorokna Baituula/ ‘ minyak pati
bahwa penutur mantra menyimpan harapan yang sangat besar tentang apa
tempat-tempat suci yang selalu dirindukan oleh semua umat muslim di dunia
ini. Begitu pula dengan harapan-harapan penutur mantra yang menginginkan
dirinya selalu dirindukan. Hal tersebut juga tercermin pada larik ketiga,
keempat, dan kelima. Pada larik keenam terdapat efonim nabi Yusuf, secara
konotatif bermakna bahwa nabi Yusuf merupakan nabi utusan Allah SWT.
cahaya ketampanan Nabi Yusuf dan berkah dari Allah SWT. Cahaya dalam
Lajjangka
94
1) Lakupasurungi jangkaku
La -ku pasurung -i jangka –ku
Konf (La-...-i) saya dorong sisir Pos.p1
Akan saya dorong sisir ku.
‘ saya akan mendorong sisirku’
2) Jangka bodo passuwakku
Jangka bodo passuwak –ku
Sisir pendek penata rambut Pos.p1
Sisir pendek penata rambut ku.
‘ Sisir pendek penata rambutku’.
3) Angngancuruka ate
An- ngancuru –ka ate.
Pref menghancurkan Prt hati.
Akan menghancurkan hati
‘yang akan menghancurkan hatinya’
4) Angngalabboka bone kambu
aN- ngalabbo -ka bone kambu.
pref cakar prt isi dalam
di cakar isi dalam
‘dicakarkan isi dalamnya’
5) Inai anak takupagiling nyawana
Inai anak ta- ku- pagiling nyawa -na
Siapa anak Pref prok.p1 balik nyawa Pos.p3
Siapa anak yang tidak saya balik nyawa nya.
‘anak siapakah yang tidak dapat saya balik nyawanya’.
6) Inai jari takugesarrang empowanna.
Inai jari ta- ku- gesara –ang empowang –na.
Siapa keturunan tidak saya geser kedudukan Pos.P3
‘Keturunan siapakah yang tidak dapat saya geser kedudkannnya’.
7) Anakna Patima
Anak –na Patima
Anak Pos.p3 Patima
‘Anaknya Fatimah’
8) Jarina Bagandaali
Jari –na Bagandaali
Keturunan Pos.P3 Bagandaali.
‘Keturunannya Bagandaali’
9) Barakka
Terjemahan
Menggunakan Sisir
menggunakan sisir yang berukuran kecil dan sisir tersebutlah yang menjadi
denotatif bermakna hati yang merupakan bagian dalam organ tubuh manusia
bisa-bisa saja mengalami kerusakan atau tidak dapat berfungsi lagi. Secara
akan ada seseorang yang perasaannya akan terasa hancur ketika tidak
memiliki si penutur mantra. Sama halnya dengan larik keempat sampai pada
96
bahwa penutur mantra merasa yakin bahwa mantranya akan bekerja sangat
menata rambutnya. Hal ini dilakukan untuk menahklukan hati seorang gadis
yang dicintainya.
tersebut.
kaitan antara satu hal dengan hal yang lain secara langsung atau tidak
semua hal tersebut tercermin pada setiap larik-larik mantra canninrara yang
a) Kecantikan
terlihat cantik dan menawan. Seperti halnya perempuan pada zaman dulu,
basa, bakrak lekleng, dan sebagainya. Bakrak basa ini digunakan sebelum
tidur dan sesudah mandi bermanfaat untuk menghaluskan kulit dan membuat
mandi juga bermanfaat untuk menghaluskan kulit. Akan tetapi , yang menjadi
canninrara yang digunakan oleh kaum wanita agar mereka tampak cantik.
Dalam hal tata rias wajah, bermula dari mandi ,bercermin, memakai bedak,
pada kesempatan ini penulis hanya menurunkan salah satu contoh yaitu pada
cantik dan mendapat pujian dari segenap orang yang melihatnya. Hal
tersebut, tercermin pada setiap larik-larik dalam mantra. Salah satunya larik 6
yang berbunyi (sikuntu kamma tonga bulang sampulo anggappa). Larik ini
perempuan yang cantik itu seperti cahaya bulan penuh atau gerhana bulan.
yang dimilikinya.
b) Awet Muda
tampil cantik, mereka juga berharap akan tetap terlihat awet muda walaupun
luluran, menggunakan masker dan lain-lain jika sampai waktunya untuk tua
akan tetap kelihatan tua. Oleh karena itu, untuk mendukung perawatan-
perwatan tersebut dan demi mencapai tujuan mereka agar tetap terlihat awet
nama air bilamana ia hendak mandi agar air tersebut memiliki berkah
dapat dilakukan setiap hari. Akan tetapi mantra caning rara yang digunakan
Ada mantra yang dapat digunakan setiap hari pada saat mandi, ada juga
mantra yang digunakan satu kali satu bulan, serta ada mantra yang
99
digunakan satu kali satu tahun. Mantra yang digunakan setiap hari efeknya
digunakan satu kali satu bulan atau satu kali dalam satu tahun. Efek
penggunaan mantra mandi yang dilakukan satu kali satu tahun lebih besar,
Cinta tidak saja dimaknai dengan lawan jenis, namun kepada sesama jenis,
sesama manusia, Sang Pencipta, dan cinta terhadap bangsa, Negara dan
cinta terhadap sesama manusia khususnya terhadap lawan jenis. Semua itu
merupakan naluri manusiawi bila memiliki cinta dan menjatuhkan cinta pada
mantra agar tertanam rasa cinta atau sayang yang dalam kepada penutur
mantra.
d) Ketampanan
menunjukkan bahwa salah satu upaya untuk memiliki daya tarik adalah
Dengan demikian, jiwa pengantin laki-laki yang telah diberikan mantra oleh
penutur mantra (perias pengantin) tidak pernah ragu dan merasa percayadiri
seorang gadis apabila penampilannya tidak rapi. Oleh karena itu, mereka
penuturnya yang digunakan pada saat menyisir rambut dapat disimak pada
teks 12.
Bila dicermati dengan saksama pada teks 12, dapat disimak bahwa
deretan kosa kata yang mengandung unsur daya tarik pada diri pemakainya
tertera pada larik pertama dan larik kedua. Kedua larik tersebut
menggambarkan bahwa daya tarik dalam diri penutur mantra terletak pada
daya tarik setiap gadis yang melihatnya. Akan tetapi, tidak berarti bahwa
deretan kosa kata lainnya tidaklah penting . Justru kosa kata yang lainnya
mempersiapkan diri dengan bekal diri. Bekal diri yang dimaksud adalah
bagian kebutuhan fisik atau hal-hal yang nampak pada diri seorang laki-laki.
Seperti halnya dalam penggunaan kopia, baju, dan sarung. Ketiga hal
tersebut melengkapi kebutuhan pokok fisik laki-laki. Namun dalam hal ini
laklipak (memakai sarung). Larik pertama sampai larik ketiga memiliki makna
menggoda dan memiliki daya tarik pada seorang gadis, melainkan merasa
lebih dari yang disebutkan itu seperti mampu berkuasa diantara laki-laki yang
menggunakan mantra canninrara adalah nilai siriq (harkat). Nilai siriq bagi
saat umurnya sudah tua. Hal tersebut disebabkan karena belum ada orang
tersebut. Akan tetapi, terkait pengguna mantra canninrara sampai saat ini
belum ada data akurat mengenai siapa saja dan pada usia berapa seseorang
mantra canninrara adalah lelaki atau perempuan yang sudah dewasa atau
sudah memasuki masa akil balig.Hal ini diperkuat oleh keterangan dari
dengan beberapa persyaratan yang amat ruwet dan ketat termasuk waktu
pantangan yang harus dipatuhi dan pengguna mantra juga harus pandai-
tidak dapat dilakukan, maka hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi seperti
waktu, tetapi Iebih terbatas pada fungsi atau manfaat canninrara itu sendiri.
dari pengaruh alam gaib dan waktu menggunakannya dapat dimulai ketika
Dalam hal pemakaian canninrara pemakai dituntut untuk tidak gegabah tetapi
harus sesuai dengan petunjuk atau syarat yang telah ditentukan. Apabila
demikian efek dan tujuan menggunakan canninrara itu bakal tidak tercapai
atau biasa disebut hambar (sia-sia). Selain itu, efek mantra dapat bekerja dan
ampuh pada seorang perempuan atau laki-laki yang menjadi sasaran penutur
mantra apabila kondisi metafisik/ jiwa mereka lemah. Sebaliknya, bila aspek
baik pada malam hari, pagi, siang, atau sore hari. Maksudnya, dapat
diIaksanakan kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Namun demikian,
digunakan setiap hari, sekali sebulan, dan sekali setahun. Mantra pakjeknek
yang digunakan sekali setahun yaitu pada saat hari raya idul fitri. Masyarakat
dari segala dosa-dosa yang telah dilakukan demi mendapatkan berkah hari
raya.
Semua mantra canninrara yang digunakan pada salah satu keperluan
diucapkan pada saat ingin berdandan untuk bertemu dengan sang pujaan
104
hati. Jadi mantra ini tidak digunakan untuk jarak jauh. Begitu pun dengan
digunakan dengan jarak jauh tapi digunakan pada saat ingin berhadapan atau
BAB V
Bertitik tolak pada uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab IV,
maka pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan dan saran-saran
A. Simpulan
bebas yang dibangun oleh unsur tema, bunyi, baris, bait, dan diksi. Tema
mantra canninrara yang ditemukan yaitu harapan seorang tentang
selalu dipuji oleh orang lain, belas kasih, awet muda, dan kewibawaan
(u), dan vokal (a) pada salah satu mantra canninrara. Kemudian
perulangan istilah sesuatu, seperti nama asal benda, dan nama orang
terdiri dari satu baris, dua baris, tiga baris, empat baris, lima baris dalam
satu bait. Terakhir masalah diksi dalam mantra yaitu penggunaan bahasa
segala perilaku penutur mantra untuk mendapatkan pujian, cinta, dan kasih
sayang serta rasa simpatik setiap orang. Selain makna denotatif juga
sarana untuk mendapatkan cinta, kasih sayang, dan rasa simpatik setiap
diksi setiap mantra yaitu nilai keberanian, nilai kepemimpinan, dan nilai rela
B. Saran
berikut:
2. Ide, gagasan, dan maksud yang disampaikan oleh para leluhur lewat media
bahasa perlu dilestarikan agar kedapannya dapat menjadi orientasi budaya
lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain
lain. Cetakan V. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.
Halliday, M.A.K dan Ruqaiya Hasan. 1994. Bahasa Konteks dan Teks:
Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotika Sosial.
(Tejemahan: Asruddin Barori Tou dari Judul Asli : Language,
Context, and Text: Aspects of Language in a Social-Semiotic
Prespective). Yogyakarta: Gadja Mada University Press.
Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara Yang Hilang: Pengantar Studi Sastra
Lisan. Surabaya: Hiski Jaya Timur.
Nebart, Paul dkk. 1985. Sastra Lisan Sangir Talaud. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rafiek, M. 2010. Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Soedjijono, dkk.1987. Struktur dan Isi Mantra Bahasa Jawa di Jawa Timur.
Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.