PERSONA
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Dalam buku kumpulan puitika Kuburan dalam antalogi puisi karya Binhad Nurrohmat
ini menceritakan mengenai suatu perasaan manusia terhadap realitas ruang dan waktu yang
mengangkat sebuah nasehat yang ditulis oleh sang penulis terkait nasehat yang tak lazim terkait
masa depan puisi dengan waktu kematian yang selama ini dianggap sebagai titik puncak dari
kehidupan manusia di dunia. Apabila bagi banyak orang, kematiaan adalah waktu yang khatam
(tamat) tetapi bagi Binhad Nurrohmat yaitu kematian justru masa depan. Oleh karena itu
terdapat sebuah tarikh yang baru saja bermula. Penelitian yang dilakukan yaitu dengan meneliti
deiksis yang ada pada puitika kuburan Binhad Nurrohmat. Pada kumpulan puisi yang berjudul
“Kuburan Imperium, Nisan Annemarie dan Kuil Nietzsche” memiliki keterkaitan dalam
pembawaan alur yang dibawakan oleh sang penulis. Pemilihan deiksis pada kumpulan puitika
kuburan ini memiliki tiga macam anatar lain deiksis keruangan, kewaktuaan dan persona.
Fungsi dari penggunaan deiksis keruangan itu tersendiri bertujuan untuk menjelaskan terkait
suatu hubungan jarak antara objek yang disebutkan oleh sang penulis serta sekaligus menjadi
tanda dalam memaknai kondisi sebuah sajak.
PEMBAHASAN
Pada kumpulan puisi ini memiliki tema terkait kuburan dan kematiaan yang pada
intinya mengenai hal-hal yang mistis yang diangkat pada penceritaan di dalam kumpulan
puisi yang berjudul Kuburan Imperium tersebut. Pada kumpulan puisi tersebut mengangkat
sebuah perasaan manusia terhadap realitas ruang dan waktu yang misalnya kepada kuburan
dan peralihan masa di dunia serta memiliki kejadian-kejadian yang bersejarah yang
menakjubkan dan tak selalu dan bisa dituliskan. Terdapat 38 judul puisi yang ada pada buku
puisi Kuburan Imperium yang dimana dari masing-masing judul pada daftar isi buku
tersebut berkaitan pada sebuah kepercayaan masyarakat turun-temurun Alur yang dibawa
pada penceritaan tersebut oleh penulis berselancar dari satu kuburan ke kuburan lain yang
dimana pada titik tersebut pembaca memasukkan Binhad dalam kategori peziarah yang
sedang melakukan ritus diukur dari tata cara menurut mazhab teologi tertentu, maka
pembaca akan menyaksikan Binhad sedang merambah jalan keburukan, kesia-siaan, dan
boleh jadi syirik.
Sang penulis yaitu Binhad Nurrohmat membangun cerita yang terdapat sebuah
nasehat yang tak lazim terkait masa depan puisi dengan waktu kematian yang selama ini
dianggap sebagai titik puncak dari kehidupan manusia di dunia. Apabila bagi banyak orang,
kematiaan adalah waktu yang khatam (tamat) tetapi bagi Binhad Nurrohmat yaitu kematian
justru masa depan. Oleh karena itu terdapat sebuah tarikh yang baru saja bermula, misalnya
“Masa silam tak hanya berhenti di belakang/masa depan menyimpan yang belum terjadi”,
demikian kutipan pada puisi berjudul “Masa Depan Semua Orang.” Dalam frasa “masa
depan” itu terdapat sebuah pemaknaan terkait “kematian” atau katakanlah sebuah fase
berpindahnya jasad dari alam lapang ke alam kubur, terkandung di dalamnya. Manusia
selalu menunggu/dan lupa di sepanjang usia/yang berguguran dan pucat/di sebujur mayat.
Salah satu contoh puisi yang terdapat pada buku kumpulan puisi ini yaitu berjudul
Kuburan Imperium yang terdapat pada situs 4 (bab 4).
1.1. Deiksis Keruangan pada sajak karya Binhad Nurrohmat Kuburan Imperium.
KBBI (KBBI (dalam Putrayasa 2014:38) deiksis diartikan hal atau fungsi
menunjuk sesuatu di luar bahasa; kata yang mengacu kepada persona, waktu dan tempat
suatu tuturan. Pada deiksis keruangan yang terdapat pada sajak karya Binhad
Nurrohmat ditandai dengan adanya penggunaan kata ganti tempat atau berupa semacam
kata ganti ruang serta terdapat tipografi-tipografi yang memberikan penafsiran terkait
keruangan. Kata ganti pada deiksis keruangan antara lain seperti: di mana-mana, di sini,
di sana, di atas, di bawah, dan sejenisnya yang merupakan salah satu kata ganti dalam
menunjukkan sebuah tempat yang tak tentu. Lalu juga terdapat kata ganti ruang dalam
menunjukkan sebuah tempat yang jelas seperti : di rumah, di masjid, di gereja, bumi,
desa, di kabupaten, di kota, dan masih banyak lagi yang menjelaskan terkait suatu
tempat yang jelas.
1.2. Deiksis waktu pada sajak karya Binhad Nurrohmat Kuburan Imperium.
Deiksis waktu yang disebutkan pada kutipan sajak tersebut antara lain; setelah
azan malam, dini hari dan masa lalu. Dimana sudah sangat jelas implementasinya pada
sajak tersebut. yaitu menjelaskan waktu pada saat kejaidan yang diceritakan.
1.3 Deiksis Persona pada sajak karya Binhad Nurrohmat Kuburan Imperium.
Deiksis persona mempunyai tiga fungsi. Pertama Merujuk pada orang yang
dibicarakan Fungsi deiksis merujuk pada orang yang dibicarakan menggunakan kata
ganti persona ketiga tunggal. Karena fungsi kata ganti persona ketiga tunggal adalah
merujuk pada orang yang dibicarakan. Deiksis persona pada puisi karya Binhad
Nurrohmat ini sangat sedikit digunakan, karena puisi-puisi yang ada di dalamnya lebih
banyak menjelaskan objek. Di bawah ini adalah dua contoh deiksis persona pada puisi
Binhad Nurrohmat dalam buku Kuburan Imperium.
Kumpulan puisi dengan judul “Nisan Annemarie” berisi tentang kuburan dan
kematian yang pada setiap sajak puisinya berbicara mengenai warisan reruntuhan. Setelah
kuburan imperium, buku Nisan Annemarie ini diterbitkan. Dalam buku ini, Binhad
mengajak pembaca untuk merenungi sejarah-sejarah dan situs peziarahan yang
menyuarakan ruang bertemu tradisi dan modernitas dengan genre puisi lirik yang ada. Buku
ini berisi 193 sajak yang berisi momen pada monumen-monumen sejarah yang memberikan
aura khas seorang Annemarie Schimel sebagai sufi yang mendedikasikan hidupnya dalam
mengkaji khazanah islam. Binhad sebagai penyair yang juga mengelola kuburan institute di
Jombang melalui bakatnya menghasilkan puisi kematian yang dicitrakan dengan kuburan
dan batu nisan.
2.1 Deiksis Keruangan pada Sajak Karya Binhad Nurrohmat Nisan Annemarie
Plateau
Pada sajak berjudul “Plateau” ini memiliki deiksis keruangan berupa “di dataran
tinggi” yang menjelaskan posisi tempat sajak ini berada yaitu di dataran tinggi dengan
penggambaran pada larik-lariknya berupa “di reruntuhan”, “puing bekas candi dan
patung dewa”, dan “danau kaldera” yang merujuk pada posisi tempat sebuah candi dan
patung dewa.
Di masa silam.
Semata mengenang
Masa depan.
Bersama hayat
Kerap berlari dan emnemani kita
Setiap saat.
Di masa lalu
Selamat tinggal
Kemudian terdapat keterangan “seluruh masa” yang terdapat pada larik “relakan
yang teragung dari saat ini dan seluruh masa semata mengenang masa depan” yang
mulai menggambarkan kehidupan manusia telah berakhir, berlanjut pada “sungkawa
hadir dari kegentaran berkubang rasa kehilangan yang lain dan kita tak akan haru
berkabung kepada kematian kita kapan pun” yang menggambarkan saat kita meninggal,
kita tak akan berkabung karena orang lain hadir memberikan belasungkawa dan
berkabung kepada kita, lalu pada larik “nasib dalam diri bersama hayat kerap berlari
dan menemani kita setiap saat” yang pada bagian “setiap saat” berarti setiap waktu nasib
yang ada pada masa hidup manusia. Kemudian pada larik “selamat datang diucapkan
kepada masa yang terkubur dan bersendiri masa depan kita di masa lalu” yang merujuk
pada menyambut kehidupan baru “masa yang terkubur” yaitu masa kematiannya di
dalam kubur. Pada sajak ini ditemukan bahwa deiksis kewaktuan “berlaju arah waktu”
berfungsi untuk menjelaskan dan menggambarkan waktu hidup manusia sejak di alam
rahim sampai kematiannya yaitu alam kuburan.
Di masa silam.
Kata “kita” merupakan deiksis persona pertama jamak. Terdapat dua macam
deiksis persona pertama jamak, yaitu “kami” dan “kita”. Kata “kami” digunakan oleh
subjek (pembicara) apabila orang yang dimaksudkan adalah dirinya dan orang yang
mewakilinya. Hal itu berbeda dengan kata ganti “kita” yang digunakan apabila subjek
bermaksud membicarakan dirinya sendiri, lawan bicara, dan orang lain yang
mendengar atau mengetahui pembicaraan tersebut.
Deiksis persona berikutnya terdapat pada sajak berjudul Memo Rejoso, Kertas
Tambakberas. Dalam sajak tersebut, terdapat kata “aku” yang merupakan deiksis
persona pertama tunggal. Berbeda dengan deiksis persona “kita” pada sajak Kuburan
Kita di Masa Silam yang mengalami pengulangan kata (repetisi), deiksis persona “aku”
dalam sajak berjudul Memo Rejoso, Kertas Tambakberas hanya disebutkan sekali.
Kutipan sajak:
“Kuil Nietzsche” yang menjadi judul dari kumpulan puisi ini merupakan salah satu
sajak yang mewakili sekian pemikiran filosofis Friedrich Nietzsche. Kumpulan puisi ini
mengajak pembaca menyelam dunia Nietzsche, filosof unik dari abad ke-19. 62 sajak
dalam kumpulan puisi ini menjadi perjalanan dalam menelusuri riwayat hidup Nietzsche,
mulai dari mitologi Yunani hingga ke beberapa tokoh seperti Richrad Wagner.
Deiksis persona pertama jamak yaitu kami dan kita. Kata kami digunakan oleh
pembicara apabila orang yang dimaksudkan adalah dirinya dan orang yang
mewakilinya. Sedangkan kata kita digunakan apabila yang dimaksudkan adalah
dirinya sendiri, lawan bicara, dan orang-orang yang mendengar pembicaraan itu.
Persona pertama jamak berupa kita banyak ditemukan dalam novel karya Binhad
Nurrohmad. Beberapa di antaranya dapat dilihat sebagai berikut.
“Kita hanyalah nasib merambati cincin dijemari kita.” (Binhad, 2020: 68)
Berdasarkan kutipan diatas, persona pertama jamak yang digunakan ialah kita.
Kata kita pada kutipan tersebut untuk menyatakan dua orang yang sedang
berdekatan. Pada kutipan tersebut tidak diketahui siapa yang menjadi acuan untuk
kata kita. Dengan menggunakan kata ganti persona “kita” dalam tulisannya,
seorang penulis berarti melibatkan orang lain (termasuk pembaca) dalam
pembicaraannya
Deiksis persona ketiga tunggal dapat berupa ia, dia, -nya dan beliau.
Penggunaan deiksis persona ketiga tunggal berupa dia banyak ditemukan dalam
novel karya Binhad Nurrohmad. Beberapa di antaranya dapat dilihat sebagai berikut.
“Ayah tak bertanya kenapa Tuhan ada namun dia paham mengapa beriman”
(Binhad, 2020: 7)
Berdasarkan kutipan diatas, persona pertama jamak yang digunakan ialah dia.
Kata ganti dia pada kutipan tersebut mengarah pada tokoh ayah yang sudah
disebutkan pada kalimat sebelumnya. Pada kutipan tersebut Ayah yang sedang
bertanya-tanya mengapa ada tuhan tetapi anehnya si Ayah tersebut paham mengapa
dia bisa beriman.
Deiksis persona ketiga jamak ialah mereka. Kata ganti mereka tidak memiliki
variasi bentuk. Kata mereka ini digunakan untuk mengganti dari tokoh-tokoh yang
ada dalam suatu cerita. Persona ketiga jamak berupa mereka banyak ditemukan
dalam novel karya Binhad Nurrohmad. Beberapa diantaranya dapat dilihat sebagai
berikut.
KESIMPULAN
Analisis pada puitika kuburan Binhad Nurrohmat dengan kumpulan puisi Kuburan
Imperium, Nisan Annemarie, dan Kuil Nietzsche berkaitan dengan kuburan dan kematian.
Antologi puisi tersebut memuat tiga macam deiksis, yaitu deiksis ruang, deiksis waktu, dan
deiksis persona. Deiksis sebagai hal atau fungsi menunjuk sesuatu di luar bahasa; kata yang
mengacu kepada persona, waktu dan tempat suatu tuturan. Deiksis keruangan berkaitan dengan
tempat, deiksis kewaktuan yang menunjuk pada jarak waktu, dan dieksis persona yang
berkaitan dengan kata ganti orang pada puisi-puisi yang ada. Deiksis ruang yang ditemukan
dalam antologi puisi Kuburan Imperium di antaranya yaitu “di gerbang desa”, “di perabuan”,
“Jambuwok” , “di warung-warung”. Deiksis waktu yang disebutkan pada antologi ini antara
lain; “setelah azan malam”, “dini hari”, dan “masa lalu”. Sedangkan deiksis persona dalam
antologi tersebut di antaranya yaitu “kita” dan “kau”. Pada antologi puisi berjudul Nisan
Annemarie, deiksis ruang yang ditemukan antara lain; “di dataran tinggi”, “di reruntuhan”,
“puing bekas candi dan patung dewa”, serta “danau kaldera”. Terdapat pula deiksis waktu pada
sajak-sajak di dalam antologi ini, yaitu “25 Agustus”, “menjelang abad XX”, dan “tahun ke-
56”. Selain itu, deiksis persona juga termuat dalam sajak-sajaknya, antara lain; “kita” dan
“aku”. Pada antologi puisi berjudul Kuil Nietzschie, ditemukan tiga jenis deiksis. Deiksis ruang
dalam sajak-sajaknya antara lain; “di bekas koloni-koloni Romawi yang kaku” dan “di planet”.
Deiksis waktu yang termuat dalam antologi puisi ini antara lain; “kita”, “dia”, dan “mereka”.
REFERENSI
Fatoni, Ahmad. 2020. “Habis Kuburan Terbitlah Batu Nisan”. Jawapos.com. Diakses
dari https://www.jawapos.com/minggu/buku/19/04/2020/habis-kuburan-
terbitlah-batu-nisan/
Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Rustam. dkk. 2009. “Deiksis Persona, Ruang, dan Waktu dalam Ungkapan
Tradisional Daerah Melayu Jambi”. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri
Humaniora. Volume 11. Halaman 57-58. Diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/43439-ID-deiksis-persona-ruang-
dan-waktu-dalam-ungkapan-tradisional-daerah-melayu-jambi.pdf
Sudaryat, Yayat. 2009. Makna Dalam Wacana. Bandung: Yrama Widya. Diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/193184-ID-penggunaan-deiksis-
persona-dan-tempat-da.pdf