Anda di halaman 1dari 188

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

WUJUD ARGOT DAN POLA PEMBENTUKKAN ARGOT


PADA KOMUNITAS GAY DI KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:
Rengganis Retno Saputri
NIM: 101224029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

WUJUD ARGOT DAN POLA PEMBENTUKKAN ARGOT


PADA KOMUNITAS GAY DI KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:
Rengganis Retno Saputri
NIM : 101224029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur kepada Tuhan, saya
persembahkan skripsi ini kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati, menyertai dan
memberikan mukjizat kepadaku.
2. Kedua orang tua tercintaku, Bapak Urip Sriwiratno S.Pd dan Ibu
Partiningsih yang telah memberikan segala cinta kasih dan doanya
kepadaku.
3. Adikku tersayang, Bagas Pranawa Ardi, yang selalu menghiburku dalam
setiap kesedihan.
4. Seluruh keluarga, simbah kakung, simbah putri, pakdhe, budhe, om,
bulik, dan sepupuku yang memberi dukungan luar biasa bagiku.
5. Abang Simanjuntak yang mengajarkan arti keihklasan dan kedewasaan
kepadaku.
6. Kesayanganku Restituta Devi Pramesti S.Pd, Mbak Soviana Rosarini,
Bunda Bernadeta Ratna Wuryaningsih S.Pd, dan Natalia Astra Yudanti
yang menemani suka dukaku.
7. Sahabat-sahabatku di GKJ Gondang dan GKI Gejayan, yang selalu
memberikan dukungan, perhatian dan semangat yang luar biasa.
8. Seluruh sahabat prodi PBSI angkatan 2010 yang tidak dapat kusebut
satu-satu, terima kasih telah memberikan warna, pelajaran dan
pengalaman selama berjuang bersama menyelesaikan studi.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

Orang yang paling tidak bahagia ialah mereka yang paling takut pada perubahan.
-Mignon McLaughlin-

Jika kita “tidak mudah menyerah”, maka kita sudah dekat sekali dengan
kesuksesan. Karena di dunia ini, ada dua orang yang susah sekali dikalahkan:
1. Orang yang sabar;
2. Orang yang tidak mudah menyerah.
-TERE LIYE-

Beribu kata mutiara akan dikalahkan oleh satu aksi nyata.


-RE-

Lakukan yang terbaik, kemudian berdoalah. Tuhan yang akan mengurus sisanya.
-RE-

“Tetapi carilah dulu Kerajaan Allah dan Kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu.”
-Matius 6:33-

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Saputri, Rengganis Retno. 2017. Wujud Argot dan Pola Pembentukkan Argot
pada Komunitas Gay di Kota Yogyakarta. Skripsi S1. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

Dalam penelitian ini dibahas mengenai wujud dan pola pembentukan


serta faktor penggunaan argot pada komunitas gay di kota Yogyakarta. Tujuan
penelitian untuk mendeskripsikan wujud-wujud argot, pola pembentukkan argot
dan faktor penggunaan argot. Metode simak, libat, cakap digunakan untuk
mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan secara langsung dari
percakapan anggota gay baik di lokasi mereka biasa berkumpul maupun mereka
tinggal. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Datanya berupa kata-kata
lisan, yaitu tuturan dalam komunikasi-komunitas gay sebagaimana adanya. Dari
penelitian ini ditemukan data sebanyak sembilan puluh satu kata, data dianalisis
berdasarkan pola pembentukkan dan maknanya. Selanjutnya pola pembentukkan
dianalisis menurut asal kata, bentuk kata, dan kelas kata. Data dianalisis melalui
empat proses, yaitu proses perlambangan, jenis makna, relasi makna, medan
makna.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat empat wujud-wujud argot
seperti wujud argot penambahan ong, wujud argot penambahan es, wujud argot
dari istilah bahasa Indonesia dan wujud argot dari bahasa Jawa lima pola
pembentukkan dalam argot gay, yaitu pola pembentukan dengan tambahan
morfem -ong, -es, pergeseran makna, abreviasi dan pemajemukan. Berdasarkan
analisis makna, ditemukan adanya pembentukan pola argot berdasarkan proses
perlambangan, pendefinisian, dan pengistilahan, serta ditemukan adanya
hubungan makna, pengelompokan jenis makna, dan medan makna. Serta ada
enam faktora yang mempengaruhi penggunaan argot yaitu, gengsi, kebiasaan,
memudahkan, sosial, lingkungan, dan identitas diri.
Penelitian ini masih jauh dari sempurna, harapannya penelitian ini
menjadi sebuah rangsangan bagi bahasawan dalam mendeskripsikan keberadaan
fenomena wujud-wujud argot yang lainnya.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Saputri, Rengganis Retno. 2015. Form of Argot and Pattern of Formation of


Argot in Gay Community at Yogyakarta City. Thesis S1. Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa Seni, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

In this research we discussed about forms, pattern of formation and


factors of use of argot in gay community at Yogyakarta city.The purpose of this
study is to describe the forms, pattern of formation and factors of use of argot. To
collect the data, I use refer method. Data collection done directly from
conversation with the gay members either at their usual location to gather and
place they lived. This research is qualitative research. The data in the form of oral
words, i.e. speech in gay community communication as it is.
From this research, I found the data of ninety-one words, data analyzed
based on pattern of formation and the meaning. And then forming pattern
analyzed based on the origin of the word, word form and word class. Data
analyzed through four processes, which is symbolization process, type of
meaning, relation of meaning and field of meaning.
Conclusion of this research is there are six patterns of word’s forming in
gay’s argot, which are lingual pattern with the additional binding morphemes -
ong, -ok, -es, shifting of meaning, abbreviation and compounding. Based on
meaning analysis, discovered that there is pattern of formation of argot based on
symbolization process, defining, and terminology and discovered that there are
meaning relation, classification of meaning and field of meaning.
This research is still far from perfect, and I hope that this research will become a
stimulation for the other linguist in describing the phenomenon of the other
argot’s form.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas berkat serta kasih yang diberikan Tuhan, sehingga
skripsi yang berjudul “Wujud Argot Dan Pola Pembentukan Argot Pada
Komunitas Gay Di Kota Yogyakarta” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan skripsi ini bertujuan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia.
Penulis memperoleh berbagai pengalaman, hambatan, dan rintangan dalam
penyusunan skripsi ini. Namun, skripsi ini dapat terselesaikan dengan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam proses penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis
sampaikan kepada pihak-pihak berikut ini.
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma;
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia;
3. Dr. R. Kunjana Rahardi,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan perhatian, arahan, pendapat, dorongan, membimbing dengan
penuh kesabaran dan bijaksana serta memberikan bekal pengetahuan bagi
penulis selama berproses dalam penyelesaian skripsi ini;
4. Dr. B. Widharyanto, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan perhatian, arahan, pendapat, dorongan, membimbing dengan
penuh kesabaran dan bijaksana serta memberikan bekal pengetahuan bagi
penulis selama berproses dalam penyelesaian skripsi ini;
5. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang dengan sabar memberikan pelayanan
administratif kepada penulis dalam menyelesaikan studi;
6. Seluruh Dosen di PBSI;

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Urip Sriwiratno, S.Pd., yang selalu mendoakan penulis dan membimbing


penulis dalam setiap langkah dan yang telah mengukir jiwa raga penulis;
8. Partiningsih, yang dengan darah dan airmata yang tak terhitung,
membesarkan penulis;
9. Adik Bagas Pranawa Ardi yang dengan sabar dan peduli terhadap penulis;
10. Teman-teman gay yang sangat membantu, Kak Darren, Kak Harry, Cica
Meldova, Oxivilano Vicky, TRC, Anjelo, dan Mr, Vampire dan komunitas
lainnya;
11. Teman-teman di GKI Gejayan, yang telah mengubah cara berpikir penulis
menjadi lebih baik, memberikan dukungan, semangat dan perhatian
kepada penulis;
12. Pdt. Dwi Agus Cahyono, Ari Susanti, Vervita Sela Ragadisa, Evelyn Yolla
Ravelina, Intan Christina, dan teman-teman di GKJ Gondang yang telah
memberikan segala semangat dan perhatian kepada penulis;
13. Abang Simanjuntak yang telah mengajarkan arti kedewasaan dan
keihklasan kepada penulis;
14. Restituta Devi Pramesti, S.Pd. yang selama tujuh tahun ini menjadi teman
serta sahabat yang selalu mendukung penulis;
15. Abang Yosua Christian Salomo Aritonang yang setiap saat dan setiap
waktu selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis untuk
segera menyelesaikan skripsi;
16. Soviana Rosarini S.Pd. Natalia Astra Yudanti, S.Pd. Andreas Dwi
Yunanto S.Pd. dan Agustinus Adven Yudanto S.Pd. yang senantiasa dan
setia menemani penulis menyelesaikan skripsi;
17. Surtie Kisaya yang memberikan segala kebaikan dan menemani penulis
dalam suka;
18. Christofer Purba yang didetik-detik terakhir revisi menyelamatkan skripsi
penulis;
19. Teraharapani Mantik, Yunisca Febrianty, Destantri Jasmine, Apnel Paul,
Jeremy Tiran, Mas Bayu dan Tim Expresif GKI Gejayan, yang telah
memberikan perhatian serta dukungan kepada penulis.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... iv
MOTTO................................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.......................................................... vii
ABSTRAK.......................................................................................................... viii
ABSTRACT.......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR..........................................................................................x
DAFTAR ISI...................................................................................................... xiii

BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 4
1.5 Batasan Istilah................................................................................. 4
1.6 Sistematika Penyajian..................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI............................................................................... 8


2.1 Penelitian yang Relevan.........................................................................8
2.2 Kajian Teori..........................................................................................11

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2.1 Sosiolinguistik...................................................................................11
2.2.2 Variasi Bahasa dalam Sosiolinguistik..........................................15
2.2.2.1 Variasi dari Segi Penutur...........................................................15
2.2.2.2 Variasi dari Segi Pemakaian......................................................16
2.2.2.3 Variasi dari Segi Keformalan....................................................16
2.2.2.4 Variasi dari Segi Ragam............................................................17
2.2.3 Peristiwa Tutur.............................................................................18
2.2.4 Konteks.........................................................................................19
2.2.4.1 Pengertian Konteks....................................................................19
2.2.4.2 Unsur-unsur Konteks.................................................................20
2.2.5 Argot sebagai Variasi Bahasa.......................................................23
2.2.6 Konsep-konsep Tutur dalam Sosiolinguistik................................26
2.2.7 Komunitas Gay di Yogyakarta.....................................................27
2.2.8 Tinjauan Morfologi.......................................................................29
2.2.8.1 Argot Bentuk Kata.....................................................................29
2.2.8.2 Bentuk Tunggal.........................................................................29
2.2.8.3 Bentuk Abreviasi.......................................................................30
2.2.8.4 Proses Perlambangan.................................................................32
2.2.8.5 Jenis Makna...............................................................................33
2.2.8.6 Asal Kata...................................................................................35
2.2.8.7 Kelas Kata..................................................................................36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................38


3.1 Jenis Penelitian.....................................................................................38
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian.........................................................40
3.3 Metode Pengumpulan Data..................................................................40
3.4 Teknik Analisis Data……....................................................................42
3.5 Trianggulasi…………………………………………………………...43

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...................... 47


4.1 Deskripsi Data..................................................................................... 47
4.2 Analisis Data ………………………………………………………...47
4.2.1 Analisis Wujud-Wujud Argot…………………………………47
4.2.2 Analisis Pola Pembentukkan Argot……………………………74
4.2.3 Analisis Faktor-Faktor Penggunaan Argot…………………….96
4.3 Pembahasan…………………………………………………………103
4.4.1 Wujud Argot pada Komunitas Gay di Kota Yogyakarta........103
4.4.2 Pola Pembentukan Argot..........................................................121
4.4.3 Faktor-faktor Penggunaan Argot..............................................151

BAB V PENUTUP............................................................................................. 159


5.1 Kesimpulan.........................................................................................159
5.2 Saran...................................................................................................161

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................162
LAMPIRAN........................................................................................................164
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..........................................................................172

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era modern dan globalisasi sekarang ini, gaya hidup atau life style

merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan remaja sampai orang tua.

Bahkan saat ini life style menjadi ajang bergengsi untuk menunjukkan identitas

diri. Berbagai macam cara dilakukan orang-orang agar bisa menunjukkan jati

dirinya masing-masing, baik dari caranya berpakaian, cara berdandan, tempat-

tempat untuk bersantai atau tempat tongkrongan, pola hidup, perilaku seksual

yang belakangan ini menyimpang dari etika dan norma-norma yang ada, bahkan

sampai pada cara mereka berbicara dan berkomunikasi tidak sesuai dengan etika

berbahasa pun menjadi gaya hidup bagi sebagian orang.

Keraf (dalam Smarapradhipa 2005: 1), memberikan dua pengertian bahasa.

Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota

masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua,

bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal

(bunyi ujaran ) yang bersifat arbitrer.

Bahasa dapat dikaji secara internal dan eksternal. Kajian internal berkaitan

dengan struktur internal bahasa yang berhubungan dengan aspek-aspek linguistik

dan teori linguistik, sedangkan kajian eksternal berkaitan dengan faktor di luar

bahasa yang berkaitan dengan penggunaan bahasa tersebut oleh penuturnya

dalam kelompok sosial dan kemasyarakatan. Pengkajian eksternal ini melibatkan

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lebih dari satu disiplin ilmu, misalnya sosiolinguistik yang merupakan gabungan

dari sosiologi dan linguistik. Penelitian ini memfokuskan pada masalah ragam

bahasa karena ragam bahasa masing-masing orang menunjukkan kekhasan.

Kekhasan itu muncul dalam hal tempat, status, bidang, standarisasi, dan situasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan wujud-wujud dan

pola-pola pembentukan argot pada komunitas gay di Yogyakarta. Banyak

keragaman kata dan keunikan istilah-istilah kata yang muncul dan berlangsung

pada situasi dan kondisi yang berbeda-beda, misalnya munculnya keunikan

bahasa jurnalistik, bahasa bisnis, dan bahasa akademik.

Penelitian ini menelaah tentang wujud dan pola pembentukan argot.

Dilihat dari situasi dan kondisi, wujud argot yang terdapat pada gay memiliki

keunikan dan kekhasan dibanding dengan bahasa jurnalistik, bahasa bisnis, dan

bahasa akademik. Indikasi dari cara berkomunikasi para gay akan mempengaruhi

ragam bahasa yang dipergunakan.

Atas dasar itulah peneliti tertarik untuk meneliti tentang argot pada

komunitas gay di kota Yogyakarta. Berdasarkan pengamatan awal yang diperoleh

ada ciri unik yang terdapat pada ragam bahasa gay di Yogyakarta. Kelompok gay

di Yogyakarta sangatlah terampil dan kreatif dalam menciptakan istilah-istilah

baru yang mereka gunakan dalam berkomunikasi dengan sesama komunitasnya.

Apabila mereka berkomunikasi dengan orang diluar komunitasnya, maka mereka

menggunakan bahasa yang sewajarnya yaitu bahasa Indonesia dan bahasa waria

yang berlaku umum yang dimengerti oleh orang banyak. Namun, apabila mereka

berkomunikasi dengan sesama gay pada komunitasnya, mereka cenderung


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menggunakan bahasa jawa, bahasa gay, bahasa khas waria Yogyakarta. Lebih

dari itu, ragam bahasa gay di kota Yogyakarta lebih memiliki tingkat pola

pembentukan yang lebih rumit dibanding dengan ragam bahasa gay di kota

lainnya. Selain itu penelitian tentang argot pada komunitas gay di kota

Yogyakarta belum ada yang meneliti.

1.2 Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

pertanyaan yang dijadikan acuan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana wujud-wujud argot pada komunitas gay di kota Yogyakarta?

2. Bagaimana pola pembentukan argot pada komunitas gay di kota

Yogyakarta?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan argot pada

komunitas gay di kota Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendiskripsikan tigal hal

berikut ini.

1. Mendeskripsikan wujud-wujud argot pada komunitas gay di kota

Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan pola pembentukan argot pada komunitas gay di kota

Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi penciptaan argot pada

komunitas gay di kota Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa

pihak, berikut ini manfaat penelitian secara teoretis dan praktis.

1. Manfaat teoretis

Bagi bidang akademik memberikan gambaran tentang keragaman dan

keunikan bahasa yang digunakan oleh komunitas gay. Hal tersebut masuk

dalam kajian ilmu Sosiolinguistik yang menelaah tentang hubungan antara

bahasa dan hubungan sosial.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat umum hal ini menjelaskan bahwa ada banyak kekhasan

penggunaan bahasa, karena setiap kelompok masyarakat memiliki istilah

kebahasaan dan kekhasannya masing-masing.

b. Bagi peneliti yang lain diharapkan untuk memberikan informasi tentang

keunikan dan keberagaman wujud-wujud argot yang digunakan kaum

gay sehingga dapat dipergunakan untuk mengembangkan penelitian

yang sejenis.

1.5 Batasan Istilah

Dalam penelitian ini berbagai istilah yang khas dibatasi pengertiannya

agar tidak menimbulkan kesalahan dalam penafsirannya. Istilah-istilah yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perlu diberikan batasan adalah variasi bahasa, argot, dan gay kemudian, akan

dijelaskan dibawah ini.

a. Variasi Bahasa

Variasi bahasa adalah sejenis ragam bahasa yang pemakaiannya

disesuaikan dengan fungsi dan situasinya, tanpa mengabaikan kaidah-

kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan (Chaer

dan Leonie Agustina, 2004:62)

b. Argot

Argot adalah bahasa dan perbendaharaan kata yang bersifat rahasia

dari suatu kelompok orang ( KBBI ). Argot adalah variasi sosial yang

digunakan secara terbatas pada profesi-profesi tertentu dan bersifat

rahasia. Manifestasi Argot adalah keanekaragaman perbendaharaan

kata yang bersifat rahasia yang diciptakan oleh sekelompok orang,

yang digunakan secara terbatas pada profesi-profesi tertentu dan

bertujuan untuk menyampaikan pesan agar pesan tersebut hanya dapat

dimengerti oleh suatu kelompok tersebut.

c. Konsep Sosiolinguistik

Sosiolinguistik mengkaji mengenai bahasa yang dihubungkan dengan

masyarakat penuturnya. Seperti yang diungkapkan oleh Suwito,

sosiolinguistik menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya

dengan pemakaian masyarakat. Ini berarti bahwa sosiolinguistik

memandang bahasa pertama-tama sebagai sistem sosial dan sistem

komunikasi, serta merupakan bagian dari suatu masyarakat tertentu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(1983:2). Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat

atau didekati sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik

umum, melainkan dilihat atau didekati sebagai sarana interaksi atau

komunikasi di dalam masyarakat (Abdul Chaer dan Leonie Agustina,

2004:2).

d. Komunitas

Komunitas adalah sekelompok organisme (orang) yang hidup dan

saling berinteraksi di dalam daerah tertentu; masyarakat; paguyuban;

(KBBI)

e. Gay

Gay adalah istilah umum untuk menyebut kaum homoseksual.

Homoseksual adalah ketertarikan / dorongan / hasrat untuk terlibat

secara seksual dan emosional (ketertarikan yang bersifat romantik)

terhadap orang yang berjenis kelamin sama dari seorang manusia

(Naele, Davidson, & Haaga,dalam Dede Oetomo). Gay adalah lelaki

yang mempunyai orientasi seksual terhadap sesama lelaki.

1.6 Sistematika Penyajian

Skripsi ini terdiri atas lima Bab. Bab I berisi tentang pendahuluan yang

memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan istilah dan sistematika penyajian. Bab II berisi landasan teori

yang memuat tentang penelitian yang relevan dan kajian teori. Bab III berisi

tentang metodologi penelitian yang memuat tentang jenis penelitian, sumber dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

data penelitian, metode penelitian data, dan teknik analisis data. Bab IV berisi

tentang pembahasan yang memuat tentang hasil penelitian. Bab V berisi penutup

yang memuat mengenai kesimpulan dan saran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

Berikut ini adalah uraian mengenai landasan teori meliputi penelitian yang

relevan, dan kajian teori. Penelitian yang relevan berisi tinjauan terhadap topik-

topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Landasan teori berisi

tentang teori-teori yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian

teori-teori itu seperti sosiolinguistik, variasi bahasa dalam sosiolinguistik, argot

sebagai variasi bahasa, konsep-konsep tutur dalam sosiolinguitik, masyarakat

bahasa, argot, dan tinjauan morfologi. Penelitian terdahulu dan teori yang relevan

digunakan untuk menjawab rumusan masalah.

2.1 Penelitian yang Relevan

Peneliti dalam melakukan analisis keragaman bahasa akan melihat

bentuk penelitian yang telah dilakukan terdahulu. Penelitian terdahulu

mengarah pada aspek sosial dan masyarakat serta aspek kebahasan dalam

komunitas tertentu sehingga penelitian terdahulu dapat dijadikan bahan

pedoman dalam melaksanakan penelitian yang sama. Ini terlihat dari

penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Sundari (2008) berjudul

"Penggunaan Bahasa Prokem pada Waria di Kota Trenggalek". Dari analisis

data yang peneliti lakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Bahasa Prokem

pada Waria di kota Trenggalek dapat berupa (1) kata, (2) singkatan dan

akronim. Bentuk prokem ini merupakan pokok yang akan dianalisis. Bentuk

prokem ini merupakan pokok yang akan dianalisis. Dari hasil analisis tersebut

dapat memberikan gambaran objektif tentang pola pembentukan kata, fungsi,

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan makna dari prokem waria di Kota trenggalek. Terdapat persamaan

dengan penelitian ini antara lain analisis variasi bahasa dan fungsi

pengungkapan bahasanya. Adapun perbedaannya terletak pada data yang

diteliti. Sundari meneliti tentang penggunaan bahasa prokem waria di Kota

Trenggalek, sedangkan peneliti mengkaji gaya bahasa waria di Sidoarjo

dalam konteks perspektif masyarakat.

Penelitian Jaya Putra Nugraha (2009) berjudul “Pola Komunikasi

Interpersonal Komunitas Waria di Bank Indonesia”. Pada penelitian Nugraha

memilki 2 tujuan : (1) Memperoleh penjelasan mengenai pola komunikasi

dalam komunitas waria, (2) Mengetahui pola komunikasi interpersonal

komunitas waria dalam ruang lingkup lingkungannya. Terdapat persamaan

dengan penelitian ini yaitu objeknya berupa variasi bahasa waria.Adapun

perbedaannya terletak pada data yang diteliti. Nugraha meneliti tentang pola

komunikasi interpersonal komunikas wari di Bank Indonesia, sedangkan

peneliti mengkaji gaya bahasa waria di Sidoarjo dalam konteks perspektif

masyarakat.

Miftah Nugroho (2000) dari Jurusan Sastra Indonesia Universitas

Negeri Surakarta yang berjudul ”Register Chatting di dalam Internet”. Kajian

ini mendeskripsikan wujud pemakaian bahasa Indonesia di dalam Chatting

serta unsur-unsur linguistik dan non-linguistik yang mempengaruhi

pemakaian bahasa Indonesia dalam chatting. Hasil dari penelitian tersebut

menyatakan bahwa wujud dari pemakaian Bahasa Indonesia ditemukan

kekhasan pengejaan kata yang terdiri dari :(1) Penerapan ejaan lama, (2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

penerapan ejaan bahasa daerah, (3) penerapan ejaan asing,kemudian kekhasan

penanggalan fonem dan suku kata yang terdiri dari: (1) penanggalan fonem

konsonan di awal kata, (2) penanggalan fonem konsonan di akhir kata,

(3)penanggalan fonem konsonan di tengah kata, (4) penanggalan fonem

konsonan suku kata. Terdapat juga pemakaian afiks dialek Jakarta, dan

pemakaian kata slang.

Ervika Dewi Puspitandari (2004) jurusan sastra Indonesia Universitas

Gadjah Mada yang berjudul “Ragam Bahasa Short Message Service”. Kajian

tersebut mendeskripsikan bentuk-bentuk kebahasaan SMS dan campur kode

dalam Short Message Service (SMS). Kekhasan tersebut adalah : (1)bentuk

penyingkatan, (2) perubahan fonem atau suku kata, (3) peringkasan bentuk

kata, dan variasi pemendekan kata.

Skripsi Muna Riswati (2008) yang berjudul ”Pemakaian Bahasa SMS

dalam Rubrik SMS Gaul di SoloPos”. Kajian ini mendeskripsikan tentang: (1)

permainan bahasa, (2) singkatan, dan (3) akronim.

Penelitian ini secara tidak langsung mendukung penelitian yang

peneliti lakukan, sebab sama-sama melakukan analisis tentang keragaman

bahasa yang terdapat di dalam suatu komunitas. Namun perbedaannya adalah

peneliti tidak melakukan penelitian tentang ragam bahasa yang terdapat pada

komunitas gay. Penelitian di atas membahas tentang ragam bahasa dan gaya

bahasa pada media sosial dan bahasa SMS gaul.

Dari berbaggai penelitian yang telah dilakukan di atas penulis

membatasi kajian dalam penelitin yang berjudul argot pada komunitas gay di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

kota Yogyakarta dengan mengkaji tentang kosakata bahasa gay, struktur

kalimat, gaya bahasa, ragam bahasaargot pada komunitas gay di Yogyakarta.

Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah deskriptif.

Metode deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek peneliti pada saat

sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagai mana adanya

(Nawawi, 1994:73).

2.2 Kajian Teori

Kajian teori berisi tentang teori-teori yang digunakan untuk

memecahkan masalah dalam penelitian teori-teori itu seperti sosiolinguistik,

variasi bahasa dalam sosiolinguistik, argot sebagai variasi bahasa, konsep-

konsep tutur dalam sosiolinguitik, masyarakat bahasa, argot, tinjauan

morfologi, dan semantik.

2.2.1 Sosiolinguistik

Manusia sebagai maklhuk sosial selalu mempunyai kebutuhan untuk

selalu berinteraksi dengan sesamanya dengan menggunakan bahasa.

Sosiolinguistik mengkaji mengenai bahasa yang dihubungkan dengan

masyrakat penuturnya. Seperti yang diungkapakan Suwito, sosiolinguistik

menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakaiannya

dalam masyarakat. Ini berarti bahawa sosiolinguistik memandang bahasa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

pertama-tama sebagai sistem sosial dan sistem komunikasin serta merupakan

bagian dari suat masyarakat tertentu (1983:2)

Sumarsono dan Paina Partama menyebutkan bahwa sosiolinguistik

adalah kajian bahasayang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan

(dipelajari oleh ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi) (2004:1). Sebagai

objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa,

sebagiamana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau didekati

sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat (Abdul Chaer

dan Leonie Agustina, 2004:2). Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa

sosiolingistik merupakan kajian yang menggabungkan antara dua bidang ilmu

antardisiplin, dan mempelajari penggunaan bahasa dalam masyarakat.

Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar-disiplin yang mempelajari

bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.

Sebagai objek sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai

bahasa, melainkan sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam

masyarakat manusia (Chaer, 2004:2). Karena itu, bahasa sebagai alat

komunikasi memiliki peran yang sangat penting dalam menggerakkan

kehidupan bermasyarakat setiap individu penuturnya. Kemampuan ini dapat

mempengaruhi budaya atau masyarakat lainnya.

Berkaitan dengan hal ini, Nababan dan Halliday, yang dikutip oleh

Sumarsono (2007:4) mengatakan bahwa sosiolinguistik adalah kajian atau

pembahasan bahasa yang terkait dengan penutur bahasa itu sebagai anggota

masyarakat. Sebagai anggota masyarakat ia terikat oleh nilai-nilai sosial dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

nilai-nilai budaya masyarakat, termasuk nilai-nilai ketika ia menggunakan

bahasa. Nilai tersebut terkait dengan apa yang baik (yang boleh) dan apa

yang tidak baik (yang tidak diperbolehkan/tidak diijinkan). Hal ini dibuktikan

dengan kaidah-kaidah yang sebagian besar tidak tertulis namun dipatuhi oleh

suatu masyarakat.Maka dari itu, dalam tuturan tersebut terdapat nilai-nilai

sosial budaya, artinyadenganmelihat tuturan seseorang atau sekelompok

orang maka kita dapat menentukan siapa orang tersebut, berasal dari mana

orang tersebut, makna sosial tuturannya, nilai ajaran pandangan hidupnya,

dan sebagainya.

Karena itu, dapat disimpulkan bahwa sosiolingusitik adalah ilmu yang

mempelajari tentang kaidah-kaidah berbahasa, yaitu antara masyarakat

dengan bahasa, mengkaji tentang ciri-ciri khas keragaman bahasa, fungsi ciri

khas keragaman bahasa, dan penggunaan bahasa serta hubungan antara

bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat penuturnya.

Selanjutnya ada tujuh dimensi yang merupakan penelitian

sosiolinguistik yaitu: (1) identitas sosial dari penutur, (2) identitas sosial dari

pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi, (3) lingkungan sosial

tempat peristiwa tuturan terjadi, (4) analisis sinkronik dan diakronik dari

dialek-dialek sosial, (5) penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan

perilaku bentuk-bentuk ujaran, (6) tingkat variasi dan ragam linguistik, (7)

penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik. (Chaer, 2003:5). Identitas

sosial dari penutur dapat diketahui dari pertanyaan apa dan siapa pentur

tersebut, dan bagaimana hubungannya dengan lawan tuturnya. Maka,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

identitas penutur itu dapat mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur.

Misalnya, dilingkungan para gay berbicara dengan menggunakan bahasa

dalam kelompok tertentu dengan bahasa-bahasa yang sering mereka gunakan,

seperti argot dalam sekelompok waria dan ragam bahasa gaul.

Sosiolinguistik sebagai salah satu cabang ilmu linguistik yang

mengkajimengenai bahasa dan hubungannya dalam pemakaiannya di

masyarakat.Ini berartibahwa sosiolinguistik memandang bahasa pertama-

tama sebagai sistem sosial dansistem komunikasi, serta merupakan bagian

dari masyarakat dan kebudayaan tertentu. (Sumarsono, 2004:1). Joshua A.

Fishman dalam Pateda (1987:3) berpendapat bahwa: “sociolinguistics is the

study of the characteristics of language varieties, thecharacteristics of their

functions, and the characteristics of their speakers as thesethree constantly

interact, change and change one another within a speechcommunity.”

Maksud dari kutipan tersebut bahwa sosiolinguistik adalah studi

mengenai ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsinya, dan pembicaranya

karena ketigaunsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu

sama lain dalam sebuah masyarakat tutur. Sosiolinguistik dapat mengacu

kepada pemakaian data kebahasaan dan menganalisis ke dalam ilmu-ilmu lain

yang menyangkut kehidupan sosial, dan sebaliknya, mengacu kepada data

kemasyarakatan dan menganalisis ke dalam linguistik. Sebagai gejala sosial,

bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukanoleh faktor-faktor

linguistik tetapi juga oleh faktor-faktor non-linguistik, antara lainadalah

faktor-faktor sosial. Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

bahasa misalnya status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi,

jenis kelamin, dan sebagainya. Di samping itu, pemakaian bahasa juga

dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, yaitu siapa berbicara dengan

bahasa apa, kepada siapa,kapan, dimana, dan mengenai masalah apa seperti

yang dirumuskan oleh Fishman dalam Suwito (1991:4) ”Who Speaks, what

language, to whom, and when”. Adanya faktor-faktor sosial dan faktor-faktor

situasional mempengaruhi pemakaian bahasa, sehingga timbullah variasi-

variasi bahasa.

2.2.2 Variasi Bahasa dalam Sosiolinguistik

Variasi bahasa adalah sejenis ragam bahasa yang pemakaiannya

disesuaikan dengan fungsi dan situasinya, tanpa mengabaikan kaidah-kaidah

pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Dalam hal ini (Chaer

dan Agustina, 2003:5) membedakan variasi bahasa menjadi empat jenis

antara lain

2.2.2.1 Variasi dari Segi Penutur

Variasi dari segi penutur yang disebut idiolek adalah variasi bahasa

yang disebut perseorangan. Menurut idiolek, setiap memiliki variasi bahasa

atau idioleknya masing-masing.Variaisi bahasa kedua berdasarkan

penuturnya adalah yang disebut dialek adalah variaisi bahasa dari sekelompok

penutur yang jumlahnya relatife, yang berada pada satu tempat, wilayah atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

area tertentu, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional, atau

dialek geografi.

Variasi bahasa ke tiga berdasarkan penutur adalah yang disebut kronolek atau

dialek temporal, yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sisal

pada masa tertetu.

Variasi bahasa ke empat berdasarkan penuturnya adalah apa yang disebut

sosiolek atau dialek sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan

status, golongan, dan kelas sosial penuturnya.

2.2.2.2 Variasi dari Segi Pemakaian

Variasi bahasa dari segi pemakaian adalah menyangkut bahasa itu

digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Variasi bahasa berdasarkan

bidang kegiatan yang paling tampak cirinya adalah dalam bidang kosa

kata.Menurut Abdul Chaer (2004) Variasi berdasarkan fungsi ini lazim

disebut register. Dalam pembicaraan tentang register ini biasanya dikaitkan

dengan masalah dialek. Kalau dialek berkenaan dengan bahasa itu digunakan

oleh siapa, dimana dan kapan, maka register berkenaan dnegan masalah

bahasa itu digunakan untuk kegiatan apa.

2.2.2.3 Variasi dari Segi Keformalan

Ragam beku (Frozen) adalah variasi bahasa yang paling formal,

yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi,

misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah di masjid, tata cara


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

pengambilan sumpah, kitab undang-undang, akte notaris dan surat-surat

keputusan. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya ditetapkan secara

menetap dan tidak boleh diubah.

Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan

dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat menyurat dinas, ceramah

keagamaan, buku-buku pelajaran. Pola dan kaidah ragam resmi sudah

ditetapkan secara mantap sebagai suatu standar.

Ragam usaha atau ragam konsulatif adalah variasi bahasa yang lazim

dugunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapat atau

pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produk.Jadi dapat dikatakan

ragam usaha ini adalah ragam bahasa yang paling operasional.

Ragam santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang

digunakan dalam sitausi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan

keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat,berolahraga, berekreasi dan

sebagainya.Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa

digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti anggota

keluarga, atau antar teman yang sudah karib. Ragam ini ditandai dengan

penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek dan dengan artikulasi

yang sering tidak jelas.

2.2.2.4 Variasi dari Segi Ragam

Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi jalur dan sarana yang

digunakan.Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat

tertentu misalnya telepon atau telegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam

bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis

memiliki wujud struktur yang tidak sama.

Dalam bahasa lisan atau dalam menyampaikan informasi secara lisan

kita dibantu oleh unsur-unsur non segmental atau non linguistik yang berupa

gejala fisik. Padahal dalam berbahasa tulis kita harus lebih menaruh perhatian

agar kalimat-kalimat yang kita susun bisa dapat dipahami pembaca dengan

baik. Kesalahan atau kesalahan pengertian dalam berbahasa lisan dapat segera

diperbaiki atau dilihat tetapi dalam berbahasa tulis kesalahan atau kesalahan

pengertian baru kemudian bisa diperbaiki.

2.2.3 Peristiwa Tutur

Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya

interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua

pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam

waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer, 1995: 61). Jadi interaksi antara

seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu dengan

menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa

tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah,

rapat dinas di kantor, siding pengadilan dan sebagainya. Menuruut penjelasan

di atas, peristiwa tutur terjadi pada tempat, waktu, dan siatuasi tertentu.Berarti

situasi tutur itu terjadi pada situasi tutur tertentu. Situasi tutur adalah situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

yang melahirkan tuturan. Di dalam komunikasi tidak ada tuturan tanpa situasi

tutur. Pernyataan ini sejalan dengan pandangan bahwa tuturan merupakan

akibat, sedangkan situasi tutur merupakan sebabnya. Di dalam sebuah tuturan

tidak senantiasa merupakan representasi langsung elemen-elemen makna

unsur-unsurnya. Pada kenyataannya terjadi bermacam-macam maksud dapat

diekspresi dengan sebuah tuturan, atau sebaliknya, bermacam-macam tuturan

dapat mengungkapkan sebuah maksud.Situasi tutur berbeda dengan peristiwa

tutur. Situasi tutur tidak murni komunikatif dan tidak mengatur adanya aturan

bicara, tetapi mengacu pada konteks yang menghasilkan aturan bicara.

Sementara itu, peristiwa tutur tejadi dalam satu situasi tutur dan peristiwa itu

mengandung satu atau lebih tindak tutur.

2.2.4 Konteks

Kata konteks berasal dari kata context yang berarti kata-kata dan

kalimat-kalimat sebelum dan sesudah kalimat tertentu yang sedang dipelajari

seseorang. Dari pengertian itu, dahulu konteks hanya berhubungan dengan

kata dan kalimat dari sebuah teks, sebelum akhirnya Malinowski menciptakan

istilah “konteks situasi” yang berarti lingkungan teks (Haliday dan Hasan,

1992: 7).

2.2.4.1 Pengertian Konteks

Sehubungan dengan teori yang disampaikan Malinowski seorang

pakar ilmu bahasa J.R Firth (yang oleh banyak orang dipandang sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

pelopor linguistik modern ) tertarik dan mengambil alih pemikiran

Malinowski. Pada makalahnya yang ditulis pada tahun 1935 Firth

berpendapat, semua ilmu bahasa adalah kajian tentang makna dan semua

makna merupakan fungsi dalam konteks (Halliday dan Hasan, 1992: 10).

Halliday dan Hasan (1992: 16,62) menjelaskan tentang pengertian

konteks, mereka menyebut konteks sutuasi sebagai lingkungan langsung

tempat teks itu berfungsi dan yang berguna untuk menjelaskan mengapa hal-

hal yang lain dituturkan dan dituliskan pada kesempatan lain. Konteks situasi

terdiri atas tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu (1) medan wacana, (2)

pelibat wacana, dan (3) sarana wacana. Medan wacana menunjuk pada hal

yang sedang terjadi, pada sifat tindakan sosial yang sedang berlangsung,

yakni segala sesuatu yang pelibat lakukan.Pelibat wacana menunjuk pada

bagian yang diperankan oleh bahasa, yang meliputi organisasi simbiolek teks,

kedudukan dan dungsi yang dimiliki, saluran yang digunakan dan model

retorika.

2.2.4.2 Unsur-unsur Konteks

Moeliono & Dardjowidjojo mengungkapkan konteks wacana

dibentuk oleh berbagai unsure, seperti situasi, pembicaraan, pendengar,

waktu, tempat, adegan, topic peristiwa, bentuk amanat, kode dan saluran

(Djajasudarman,1994: 29). Dengan cara lebih rinci Hymes membagi unsure

konteks dalam delapan klasifikasi, yang disebut dengan akronim SPEAKING.

Kedelapan komponen tersebut adalah:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

S (= Setting and scene)


P (= Participans)
E (= Ends : Purpose and goal)
A (=Act sequences)
K (=Key : tone or spirit of act)
I (=Instrumentalities )
N (= Norms of interactions and interpretation)
G (= Gennres)

1) Setting and scene. Di sini setting berkenaan dengan waktu dan tempat

tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan

waktu, atau situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat dan situasi

tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa

yang berbeda. Berbicara di lapangan sepak bola waktu ada pertandingan

sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan pembicaraan

di ruang perpustakaan pada waktu banyak orang membaca dan dalam

keadaan sunyi. Di lapangan sepak bola kita bisa berbicara keras-keras,

tapi di ruang perpustakaan harus bicara perlahan.

2) Participans adalah pihak-pihak yang terlibat dalam peraturan, bisa

pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan

penerima (pesan). Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran

sebagai pembicara atau pendengar tetapi dalam kegiatan belajar mengajar

di kelas guru sebagai pembicara dan murid sebagai pendengar tidak dapat

bertukar peran. Status sosialm partisipan sangat menentukan ragam

bahasa yang digunakan. Misalnya, seorang anak akan menggunakan

ragam atau gaya bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orang yang

lebih tua atau gurunya bila dibandingkan kalau anak berbicara degan

teman sebayanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

3) Ends menunjuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang

teerjadi di ruang sidang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan

suatu kasus perkara, namun para partisipan di dalam peristiwa tutur itu

mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan si

terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahawa terdakwa tidak

bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keutusan yang adil.

Dalam peristiwa tutur di ruang kuliah lingistik, ibu dosen yang cantik itu

berusaha menjelaskan materi perkuliahan agar dapat dipahami oleh

mahasiswanya, namun barangkali ada beberapa mahassiswa yang datang

ke perkuliahan tersebut hanya untuk memandang wajah ibu dosen yang

cantik itu.

4) Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran

ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana

penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik

pembicaraan. Bentuk ujaran dalam kuliah umum, dalam percakapan

biasa, dan dalam pesta adalah berbeda.Begitu juga dengan isi

pembicaraan.

5) Key, mengacu pada nada, cara dan semangat dimana suatub pesan

disampaiakn. Dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat,

dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya.Hal ini juga dapat

ditunjukkan dengan gerak tubuh atau isyarat.

6) Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur

lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon, Instrumentalities, ini juga


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek,

fragam atau register.

7) Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma dan aturan

dalam berinteraksi. Misalnya yang berhubungan dengan cara

berinterupsi, bertanya dan sebagainya. Juga mengacu pada norma

penafsiran terhadap lawan bicara.

8) Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian seperti narasi, puisi,

pepatah doa dan sebagainya (Djajasudarma, 1994:24).

2.2.5 Argot sebagai Variasi Bahasa

Variasi bahasa sering kita jumpai dalam bidang ilmu

sosiolinguistik.Variasi bahasa adalah sejenis ragam bahasa yang

pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasinya, tanpa mengabaikan

kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan.Variasi

bahasa meliputi variasi kronologis, variasi geografis, variasi sosial, variasi

fungsional, variasi gaya, variasi kultural, dan variasi individual (Soeparno

1993). Kaitannya dengan masyarakat sebagai wadah hidup dan tempat

berkembangnya suatu bahasa, variasi sosial merupakan satu di antara variasi

bahasa yang terus mengalami perubahan seiring dengan perubahan zaman

dikaitkan dengan masyarakat pengguna bahasa dan juga sebagai pencipta

bahasa. Masyarakat bahasa dapat dikelompokkan menjadi beberapa

klasifikasi, yaitu berdasarkan umur, kelas sosial, pekerjaan, dan sebagainya.

Variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas

sosial para penuturnya disebut sosiolek. Tiap-tiap kelompok ini biasanya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

berusaha untuk memunculkan satu bahasa tersendiri dengan tujuan-tujuan

tertentu. Ada di antara mereka yang menciptakan suatu bahasa demi

mewujudkan suatu keakraban dalam komunitasnya, untuk menunjukkan

identitas mereka, atau agar orang lain tidak dapat mengerti bahasa mereka.

Selanjutnya, muncul beragam bahasa yang hanya diketahui oleh golongan

atau kelas sosial tertentu yang sering disebut Argot.

Chaer (1995) menyatakan bahwa Argot adalah variasi sosial bersifat

khusus dan rahasia.Artinya, variasi ini digunakan oleh kalangan tertentu yang

sangat terbatas, dan tidak boleh diketahui oleh kalangan di luar kelompok itu.

Kosakata dalam argot itu berubah-ubah dan bersifat temporal. Faktor yang

sering mempengaruhi perubahan kosakata ini adalah kerahasiaan. Argot

sering juga disebut bahasa prokem. Argot adalah salah satu bentukkebahasaan

yang mempunyai ciri-ciri bersifat rahasia, kosakata berubah-ubah, dan

digunakan oleh kalangan tertentu. Penggunaan slang adalah memperkenalkan

kata-kata baru, memperkaya kosakata bahasa dengan mengkomunikasikan

kata-kata lama dengan makna baru. Argot mengacu pada kosakata khusus

yang tidak diketahui atau dimengerti orang banyak. Dapat dikatakan bahwa

argot adalah ragam bahasa tidak resmi yang dipakai oleh kaum remaja atau

kelompok-kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern, sebagai usaha

supaya orang-orang di kelompok lain tidak mengerti. Bahasa tersebut berupa

kosakata yang serba baru dan berubah-ubah, misalnya, bahasa prokem di

kalangan remaja (Kridalaksana, 1982).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Hal inilah yang dilakukan oleh “Boy” (nama samaran) yang seorang

gay beserta komunitasnya. Di dalam komunitasnya, Boy dan teman-temannya

selalu menggunakan kata-kata khusus yang mungkin “aneh” jika didengar

oleh masyarakat umum.Dalam sebuah komunikasi, hal yang penting

diperhatikan adalah pemahaman antara penutur dan mitra tutur. Komunikasi

tidak akan berjalan lancar apabila tidak ada pemahaman antara penutur dan

mitra tutur. Misalnya, komunikasi yang terjadi di antara kelompok gay

dengan masyarakat pada umumnya menjadi tidak lancar karena kelompok

gay menggunakan kata kucing untuk menyebut “cowok bayaran” sedangkan

masyarakat pada umumnya menggunakan kata kucing untuk menyebut jenis

hewan mirip seperti harimau. Penggunaan bahasa oleh kaum gay sepertinya

memang memiliki fungsi khusus, mereka ingin menunjukkan identitas

kelompok mereka kepada masyarakat yang pada dasarnya masih kurang

menerima keberadaan mereka sepenuhnya.

Pada tahun 1999, Debby Sahertian menciptakan Kamus Bahasa

Gaul. Kamus tersebut berisi istilah-istilah dalam bahasa yang digunakan di

kalangan homoseksua,baik gay maupun lesbian. Hal ini membuktikan pula

bahwa dalam suatu komunitas masyarakat tertentu memang memerlukan

bahasa tertentu demi terciptanya keakraban atau dengan alasan dan tujuan

tertentu. Bahasa yang muncul dikalangan homoseksual tersebut disebut

sebagai bahasa gaul yang merupakan wujud dari variasi sosial. Bahasa gaul di

kalangan homoseksual tersebut bersifat khusus, rahasia, dan hanya digunakan

pada kalangan mereka saja. Pada awalnya, bahasa gaul yang digunakan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

kalangan homoseksual memiliki pedoman-pedoman tertentu, misalnya

penggantian suku kata terakhir dengan se (Sahertian, 2000), misalnya untuk

kata genit maka di ucapkan gense. Namun, pedoman tersebut nampaknya

selalu mengalami perubahan, misalnya setelah mengganti suku kata terakhir

dengan se mereka menyisipkan bentuk in di antara konsonan dan vokal tiap

suku kata, seperti kata banci menjadi binancini, kata gay menjadi ginay.

Pedoman-pedoman tersebut pada akhirnya tidak digunakan lagi. Pada saat

sekarang ini, kelompok pengguna bahasa tersebut nampaknya tidak memiliki

pedoman khusus untuk menciptakan kata-kata tersebut. Mereka cenderung

berpedoman pada kesepakatan masyarakat pengguna bahasa sesuai dengan

sifat bahasa yang arbiter dan konvensional.

2.2.6 Konsep-konsep Tutur dalam Sosiolinguistik

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan untuk selalu

berinteraksi dengan sesamanya dengan menggunakan bahasa. Sosiolinguistik

mengkaji mengenai bahasa yang dihubungkan dengan masyarakat

penuturnya. Seperti yang diungkapkan oleh Suwito, sosiolinguistik

menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakaiannya

dalam masyarakat. Ini berarti bahawa sosiolinguistik memandang bahasa

pertama-tama sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi, serta merupakan

bagian dari suatu masyarakat tertentu (1983:2)

Sebagai objek dalam siolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati

sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

dilihat atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam

masyarakat (Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2004:2). Kemudian dapat

disimpulkan bahwa sosiolinguistik merupakan kajian yang menggabungkan

antara dua bidang ilmu antar-disiplin, dan mempelajari penggunaan bahasa

dalam masyarakat penuturnya.

2.2.7 Komunitas Gay di Yogyakarta

Gay adalah istilah umum untuk menyebut kaum homoseksual.

Homoseksual adalah ketertarikan / dorongan / hasrat untuk terlibat secara

seksual dan emosional (ketertarikan yang bersifat romantik) terhadap orang

yang berjenis kelamin sama dari seorang manusia (Naele, Davidson, &

Haaga, 1996). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia seorang yang menyukai

sesama jenis disebut homoseks. Yang perlu digaris bawahi, ketertarikan

kepada sesama jenis ini hanya khusus berlaku untuk laki-laki yang juga

tertarik dengan laki-laki. Hal ini tidak berlaku untuk wanita, ketertarikan

sesama jenis wanita degan wanita tidak dapat dikategorikan sebagai gay,

karena ketertarikan sesama jenis wanita dengan wanita diistilahkan lesbian

(linesbini atau lesbong).

Seorang gay atau homo (hombreng atau hemong) beda dengan

seorang waria. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia waria adalah akronim

dari wanita pria dimana seorang waria tersebut berdandan layaknya seorang

wanita, serta bertingkahlaku dan berperilaku layaknya seorang wanita atau

seorang pria yang memiliki hasrat perasaan seperti wanita. Waria ini juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

sering disebut wadam yaitu akronim dari hawa dan adam. Dalam masyarakat

jawa waria sering disebut dengan banci. Banci ini bukan akronim melainkan

masuk dalam kata sifat yang artinya bersifat laki-laki dan perempuan (tidak

laki-laki dan tidak perempuan).

Dalam berpenampilan seorang waria ini berdandan sangat “menor”

baik dalam ber make-up ataupun berbusana. Cara seperti itu dilakukan oleh

para kaum waria untuk meyakinkan kepada setiap orang bahwa dirinya adalah

seorang “wanita”. Cara seperti itulah yang menjadikan ciri khas seorang

waria. Selain melakukan perubahan dalam berpenampilan seorang waria

tersebut juga mengalami perbedaan dalam berbicara, biasanya para waria cara

berbicaranya “kemayu” (genit dan manja). Cara berbicara tadi juga diikuti

oleh perubahan suara yang awalnya suara laki-laki menjadi suara wanita.

Bahkan untuk waria dari kalangan menengah atas yang memiliki cukup modal

atau uang, biasanya mereka melakukan permak tubuh dari memancungkan

hidung, menipiskan bibir, meniruskan pipi, suntik silicon pada payudara

bahkan sampai memotong alat kelaminnya. Dengan seperti itu diharapkan jati

diri aslinya sebagi seorang laki-laki dapat berubah total menjadi seorang

wanita.

Lain halnya denga seorang gay, dalam berpenampilan seorang gay

tidak berdandan menor layakya seorang waria, kaum gay tetap berdandan

layaknya seorang laki-laki. Dalam komunitas gay, saat mereka menjalin

hubungan ada yang berperan sebagai wanita dan ada yang berperan sebagai

laki-laki. Yang berperan sebagai laki-laki biasanya ia berpenampila „macho‟,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

sangat tampan, modis, dan cenderung metroseksual. Nah, yang berperan

sebagai laki-laki ia tetap berpenampilan laki-laki tetapi ia cenderung manja

dan lemah gemulai. Dilihat dari status sosial di masyarakat dan profesi yang

ditekuni, waria dan gay memiliki perbedaan yang sangat menyolok. Waria

biasanya berasal dari kalangan kelas bawah, seperti pengamen, pekerja salon,

make-up artis. Bahkan ada pula waria yang menjadi seorang pelacur,

sedangkan gay biasanya berasal dari kalangan-kalangan menengah ke atas.

2.2.8 Tinjauan Morfologi

2.2.8.1 Argot Bentuk Kata

Kata adalah satuan bebas yang paling kecil atau dengan kata lain,

setiap satu satuan bebas merupakan kata. Hal ini diutarakan oleh Ramlan

(2001:33). Kata terdiri dari dua macam satuan, yaitu satuan fonologik dan

satuan gramatik. Sebagai satuan fonologik, kata memiliki satu atau beberapa

suku, suku itu terdiri dari beberap fonem. Sebagai satuan gramatikal kata

memiliki satu atau beberapa morfem. Contohnya bermain, terdiri dari tiga

suku kata dengan memiliki tujuh buah fonem, yaitu /b,e,r,m,a,i,n/ dalam

tinjauan fonologik, sedangkan dari tinjauan gramatikal satuan bermain

memiliki dua morfem yaitu morfem ber- dan morfem main.

2.2.8.2 Bentuk Tunggal

Bentuk tunggal adalah satuan gramatik yang tidak terdiri dari satuan

yang lebih kecil lagi. Contohnya adalah satuan ber, - kuda, - di, - jalan, - ia, -

meN, - beli, dan baru. Masing-masing tersebut merupakan bentuk tunggal


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

karena satuan tersebut tidak dapat dipisahkan lagi menjadi satuan yang lebih

kecil (Ramlan, 2001:28). Bentuk kompleks adalah satuan kebahasaan yang

memiliki satuan-satuan kebahasaan yang lebih kecil lagi (Ramlan, 2001:28).

Contohnya adalah satuan berkuda, berkuda di jalan, ia membeli kuda baru.

Satuan berkuda dapat diuraikan kedalam bentuk yang lebih kecil lagi

yaitu satuan ber dan kuda. Bentuk komplek dalam penelitian ini merupakan

hasil proses afiksasi. Proses afiksasi merupakan bagian dari proses morfologi

selain proses pemajemukan dan proses dan proses pengulangan. Defnisi dari

proses afiksasi adalah pembubuhan afiks pada sesusatu satuan, baik satuan

itu bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk suatu kata.

Misalnya pembubuhan afiks ber- pada kata jalan menjadi berjalan dan afiks

meN- pada kata tulis menjadi menulis (Ramlan 2001:54).

2.2.8.3 Bentuk Abreviasi

Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian

leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus

kata (Kridalaksana 1996:156). Istilah lain dari abreviasi adalah pemendekan

sedang hasil prosesnya disebut kependekan. Hal ini diutarakan oleh

Kridalaksana dalam bukunya yang berjudul "Pembentukan Kata Dalam

Bahasa Indonesa". Selanjutnya Kridalaksana membagi jenis-jenis

pemendekan menjadi lima bentuk, bentuk yang pertama adalah singkatan,

yaitu salah satu hasil proses pemnendekan yang berupa huruf atau gabungan

huruf baik yang dieja huruf demi huruf seperti, PBSI (Pendidikan Bahasa

Sastra Indonesia), DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta). Yang kedua adalah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari

leksem seperti, dik (adik), kak (kakak).

Bentuk ketiga adalah bentuk akronim. Akronim adalah pemendekan

yang menggabungkan huruf dan suku kata atau bagian lain yang ditulis atau

yang dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah

fonotaktik Indonesia, seperti ABRI, dan FKIP. Bentuk selanjutnya adalah

kontraksi. Kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkaskan leksem

dasar atau gabungan leksem, contohnya takkan (dari kata tidak akan), tak

(dari kata tidak). Bentuk terkahir pada bagian ini adalah bentuk lambang

huruf. Bentuk lambang huruf adalah suatu proses pemendekan yang

menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggabarkan konsep dasar

kuantitas, satuan atau unsur, seperti : g (gram) kg (kilo gram) dan cm

(sentimeter). Bentuk-bentuk kependekan atas dapat dibagi lagi berdasarkan

klasifikasinya. Klasifikasi dari kependekan dibagi menjadi 4 bentuk, yaitu :

(1) singkatan (2) akronim (3) penggalan (4) lambang huruf.

Dalam wujud dan pembentukan argot pada komunitas gay ternyata

memiliki pola-pola pembentukan yang berdasar pada teori kependekan

akronim yang termasuk ke dalam klasifikasi akronim dan kontraksi sub

klasifikasi pengekalan suku pertama dari tiap komponen. Dalam penelitian

ini, penulis menggunakan metode analisis dalam mengungkap mengenai

peristilahan, pendefinisian, jenis makna, relasi makna, dan medan makna.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

2.2.8.4 Proses Perlambangan

Penamaan, pengistilahan, dan pendefinisian adalah proses

pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada referen yang berada di luar

bahasa (Chaer, 2002: 43). Makna dalam argot gay dapat dianalisis melalui

proses perlambangan dengan cara penamaan, pengistilahan, dan pendefinisian.

1. Penamaan

Penamaan adalah proses penggunaan lambang bahasa untuk

menggambarkan obyek, konsep, proses, dan lain sebagainya (Kridalaksana,

2008:179). Menurut Aristoteles, pemberian penamaan adalah soal konvensi

atau perjanjian belaka di antara sesama anggota suatu masyarakat (Chaer,

2002 : 44).

Hakikat bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer.

Maksudnya, antara satu satuan bahasa, sebagai lambang, misalnya kata,

dengan suatu benda atau hal yang dilambangkannya bersifat sewenang-

wenang tidak ada hubungan wajib di antara keduanya. Contohnya adalah kata

kuda. Antara kata (kuda) dengan benda yang diacunya yaitu seekor binatang

yang biasanya digunakan untuk menarik pedati, tidak bisa dijelaskan sama

sekali (Chaer, 2002: 43).

2. Peristilahan

Chaer (2002: 52) mengatakan bahwa peristilahan berlangsung secara

prosedur, Hal ini terjadi karena peristilahan dilakukan untuk mendapatkan

“ketepatan” dan “kecermatan” makna untuk suatu bidang kegiatan atau

keilmuan. Pendapat Chaer ini dikuatkan oleh pendapat (Kridalaksana, 2008:96)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

yang mengatakan bahwa peristilahan adalah kata atau gabungan kata yang

dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat khas dalam

bidang tertentu. Contohnya adalah peristilahan dalam bidang medis, kata

<telinga> dan <kuping>. Orang biasanya menyebut telinga dengan kuping

adalah hal yang sama atau dianggap bersinonim tetapi dalam istilah medis,

telinga dan kuping digunakan untuk acuan yang berbeda; telinga untuk alat

pendengaran bagian dalam, sedangkan kuping untuk alat pendengaran bagian

luar.

3. Pendefinisian

Chaer (2002: 53) berpendapat pendefinisian adalah usaha yang

dilakukan dengan sengaja untuk mengungkapkan dengan kata-kata akan suatu

benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa dan sebagainya. Pendefinisian

dapat dikategorikan berdasarkan tingkat kejelasannya, tingkat yang paling

rendah adalah definisi sinonimis yaitu, definisi dengan menggunakan kata

yang bersinonim dengan kata yang didefinisikan. Selanjutnya adalah definisi

formal, yaitu dengan menyebut ciri umum dan ciri khusus yang menjadi

pembeda dengan konsep atau ide lain yang sama ciri umumnya.

2.2.8.5 Jenis Makna

Jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria

dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dibedakan menjadi makna

leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referen pada

sebuahkata atau leksem dapat dibedakan menjadi makna referensial dan non

referensial, berdasarkan nilai rasa dibedakan menjadi makna denotasi dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

konotasi, berdasarkan ketepatan makna dibedakan menjadi makna istilah dan

makna kata.

1. Sinonim

Verhaar melalui Chaer mendefinisikan sinonim sebagai ungkapan

(bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama

dengan makna lainnya. Mengapa kurang lebih sama maknanya menjadi

sebuah penekanan? Menurut Verhaar ini diperlukankan karena kesamaannya

tidak seratus persen. Contohnya adalah kata meninggal dengan kata mati,

kedua kata tesebut memiliki makna yang hampir sama. Artinya ada

pembedaan, yaitu kata mati tidak dapat menggantikan kata meninggal dan

sebaliknya.

2. Antonim

Definisi dari antonim adalah ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi

dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dianggap

kebalikan dari makna ungkapan lain (Verhaar dalam Chaer, 1995: 88).

Contohnya adalah kata buruk berantonim dengan kata bagus. Hubungan

makna antara dua buah kata yang bersifat dua arah. Artinya kata yang

dianggap sebagai kebalikan dari kata yang lain juga merupakan kebalikannya.

Misal, kata buruk berantonim dengan kata bagus, maka kata bagus

berantonim dengan kata buruk.

3. Hiponim

Verhaar dalam Chaer menyatakan hiponim ialah ungkapan (biasanya

berupa kata, tetapi kiranya dapat juga frase atau kalimat) yang maknanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain. Hubungan yang

terjadi dalam relasi makna hiponimi adalah bersifat searah. Contohnya,

adalah kata ikan dengan kata tongkol, kata tongkol berhiponim dengan kata

ikan tetapi kata ikan tidak berhiponim dengan kata tongkol.

4. Homonim

Definisi dari homonim adalah ungkapan (berupa kata, frasa, atau

kalimat) yang bentuknya sama dengan ungkapan yang lain (juga berupa kata,

frase atau kalimat) tetapi maknanya tidak sama (Verhaar dalam Chaer, 2002:

93). Relasi makna dalam homonimi mempunyai sifat dua arah. Contohnya

adalah kata bisa yang berarti kemampuan dan kata bisa yang memiliki arti

racun yang dihasilkan oleh ular. Kata bisa yang pertama berhomonim dengan

kata bisa yang kedua, begitu pula sebaliknya.

2.2.8.6 Asal Kata

Asal kata adalah bentuk rekontruktif yang menjadi asal kata dalam

bahasa yang sekerabat. Argot pada komunitas gay memiliki asal kata dari

kata dalam bahasa Indonesia dan asal kata dalam bahasa Jawa. Dengan kata

lain asal kata argot pada komunitas gay dapat diterapkan dalam analisis kata

asli dan kata pinjaman.

1. Kata Asli

Kata asli adalah kata yang berkembang dari perbendaharaan asli suatu

bahasa dan bukan kata pinjaman (Ramlan, 2008:110). Pada argot pada

komunitas gay yang menjadi kata asli adalah kata-kata dari bahasa Indonesia

dan kata-kata dari bahasa Jawa. Hal ini terjadi karena bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

merupakan bahasa nasional yang mampu menjadi jembatan komunikasi antar

daerah yang merupakan asal dari para gay. Sebagian dari gay dalam

komunitas ini merupakan pendatang yang berbeda asal daerahnya.

2. Kata Pinjaman

Kata pinjaman adalah kata yang dipinjam dari bahasa lain dan

sedikit banyaknya disesuaikan dengan kaidah bahasa sendiri. Pada kasus kata

pinjaman, kedudukan bahasa Indonesia pada argot gay merupakan bahasa

pinjaman. Dalam argot gay, kata pinjaman yang terdata adalah kaya dalam

Jawa. Hal ini karena lingkungan tempat mereka tinggal adalah lingkungan

yang memakai bahasa Jawa.

2.2.8.7 Kelas Kata

Kelas kata adalah golongan kata yang memiliki kesamaan dalam perilaku

formalnya (Kridalaksana, 2002:116). Golongan kata dalam tata bahasa

struktural kata yang mempunyai sifat atau perilaku yang sama membentuk

satu golongan kata atau kelas kata (Ramlan, 1976:27). Dalam argot bahasa

gay kelas kata dibagi menjadi tiga jenis, yaitu nomina, verba, dan numeralia.

1. Nomina

Nomina adalah kelas kata yang dapat berfungsi sebagai subyek atau obyek

dari klausa; kelas kata ini sering berpadanan dengan orang, benda, atau hal

lain yang dibendakan. Dalam bahasa Indonesia kelas kata ini ditandai oleh

tidak dapatnya bergabung dengan partikel tidak dan mempunyai potensi

untuk didahului oleh partikel dari (Kridalaksana, 2007: 68).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

2. Ajektiva

Adjektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannnya untuk (1)

bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi nomina, atau (3)

didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai ciri-ciri

morfologis seperti –er (dalam honorer), -if (dalam sensitif), -i (dalam

alami), atau (5) dibentuk menjadi nomina dengan kofiks ke-an

(Kridalaksana, 2007: 59)

3. Verba

Secara sintaksis sebuah satuan gramatikal dapat berkategori verba dari

perilakunya dalam satuan yang lebih besar; jadi sebuah kata dapat

dikatakan hanya dari peri lakunya dalam frasa, yakni dalam

kemungkinannya satuan itu didampingi partikel tidak dalam kontruksi dan

dalam hal tidak dapat didampinginya satuan itu dengan partikel di, ke,

dari, atau partikel seperti sangat, lebih, atau agak (Kridalaksana, 2007: 51)

4. Numeralia

Menurut Kridalaksana (2007: 79) numeralia adalah kategoriyang dapat (1)

mendampingi nomina dalam kontruksi sintaksis, (2) mempunyai potensi

untk mendampingi numeralia lain, dan (3) tidak dapat bergabung dengan

tidak atau dengan sangat. Numeralia mewakili bilangan yang terdapat

dalam alam di luar bahasa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, data dan sumber data,

analisi data dan objek penelitian. Metode penelitian merupakan prosedur dan

langkah kerja yang digunakan dalam kegiatan penlitian mulai dari pengumpulan

data, pengolahan data sampai pada tahap pengambilan kesimpulan. Disesuaikan

berdasarkan tipe dan jenis penelitiannya (Sutedi 25:22). Dengan demikian, pada

hakikatnya penelitian adalah pencarian jawaban dari pertanyaan yang ingin

diketahui jawabannya oleh peneliti meliputi kegiatan pengumpulan, pengolahan,

analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif untuk

memecahkan suatu masalah atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan

prinsip-prinsip umum.

3.1 Jenis Penelitian

Suatu penelitian tertentu, dapat dikaji melalui 2 cara berdasarkaan

teknik pendekatannya, yakni melalui metode penelitian kualitatif dan

kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

diuraikan maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode kualitatif

adalah metode penelitian yang semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada

atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya

sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa data yang apa adanya.

Desain penelitian menggunakan studi kasus dalam arti penelitian difokuskan

38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

pada fenomena yang dipilih dan dipahami dengan mengabaikan fenomena-

fenomena yang lainnya (Sudaryanto, 2015:15)

Penelitian yang dilakukan pada komunitas gay ini merupakan

penelitian yang alami “natural” dan tidak direkayasa. Dalam penelitian

kualitatif, makna merupakan hal esensial dan mendapatkan perhatian utama.

Penelitian kualitatif lebih menitikberatkan perhatiannya pada proses dari pada

produk dari proses tersebut (Arikunto, 2002:11). Pada penelitian ini, peneliti

mencermati dan menyajikan gambaran mengenai gejala yang diteliti, dari data

tentang argot gay yang ada kemudian dianalisis pola pembentukan dan faktor-

fakor penggunaan argot.

Penelitian ini merupakan penelitin kualitatif deskriptif. Penelitian

kualitatif yang dimaksud karena penelitian ini dilakukan pada kondisi yang

alamiah/natural setting (Sugiyono, 2012:8). Sedangkan deskriptif yang

dimaksud karena lebih menandai paada hasi penelitian yang bersangkutan

dengan siapa atau pandangan peneliti terhadap adanya dan tidak adanya

pengguaan bahasa daripada menandai cara penanganan bahasa tahap demi

tahap, langkah demi langkah (Sudaryanto, 1988:60)

Penelitian kualitatif sebagai human instrument (instrumen yang diteliti

adalah orang/manusia), berfungsi menetapan fokus penelitian, memiliki

informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas

data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya

(Sugiyono, 2012:222). Fokus pada penelitian ini adalah komunitas gay di kota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Yogyakarta, kemudian yang dijadikan informan adalah beberapa orang dari

komunitas gay yang ada.

3.2 Sumber dan Data Penelitian

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ini adalah kata-kata dan

Identitas Narasumber Kelompok Gay


Di Kta Yogyakarta Kelompok Gay
No
Nama Usia Profesi / masa kerja Lokasi Kerja
1. Darren 25 tahun Hair Stylish (liquid) Jl. Magelang, Yogyakarta
2. Hanes 20 tahun Mahasiswa Yogyakarta
3. Susmex 35 tahun Make Up LC (Terrace) Jl. Seturan Raya Yogyakarta
4. Vicky 26 tahun Karyawan hotel/5 tahun Jl. Solo Yogyakarta
5. Chicko 22 tahun Mahasiswa/ semester 6 Yogyakarta
6. Harry 28 tahun Karyawan Salon/ 1 tahun Jl. Seturan, Yogyakarta
7. Alex 27 tahun Karyawan Hotel Jl. Magelang, Yogyakarta
8. Simbok 35 tahun Karyawan Logam Mulia Yogyakarta
9. Fariz 23 tahun Mahasiswa Sewon, Bantul, Yogyakarta
10. Panda 28 tahun Karyawan /7 bulan Malioboro Yogyakarta

tindakan yang berasal dari aktivitas peristiwa-peristiwa tuturan dalam

komunitas gay yang ada di kota Yogyakarta. Sumber data penelitian ini berasal

dari beberapa cuplikan tuturan yag semuanya diambil secara natural dalam

percakapan sesama anggota komunitas gay di Yogyakarta. Jenis data berupa

data dengan ragam bahasa lisan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Seperti yang telah dijelaskan di awal, teknik yang digunakan dalam

pengumpulan data di dalam penelitian ini adalah metode simak. Menurut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Sudaryanto (1993:133), metode simak adalah metode yang dilakukan dengan

menyimak penggunaan bahasa. Metode ini dapat disejajarkan dengan metode

observasi atau metode pengamatan dalam ilmu pengetahuan sosial. Metode ini

mempunyai teknik dasar, yaitu teknik sadap. Dikatakan demikian karena

dalam praktik penelitian sesungguhnya penyimakan dilakukan dengan

menyadap pemakaian bahasa dari informan. Sebagai tehnik dasar maka tentu

ada kelanjutannya, yaitu tehnik lanjutan. Teknik lanjutannya yaitu Teknik

Simak Libat Cakap (SLBC).

Data yang dijadikan topik penelitian merupakan data lisan, yaitu

tuturan dalam komunikasi komunitas gay sebagaimana adanya. Hal ini sesuai

dengan ciri penelitian kualitatif bahwa sumber data yang berupa natural

setting dikumpulkan secara langsung dari lingkungan nyata dalam situasi yang

sebagaimana adanya di mana subyek penelitian melakukan kegiatan sehari-

hari (Bogdan & Biklen, 1982; Burgess,1985: 8 via Zaianal Hasan). Pada awal

pengumpulan data, peneliti hanya bersikap reseptif, yaitu melakukan

pengamatan dengan teknik menyimak (teknik dasar). Seiring berjalannya

waktu, peneliti mampu mengenal fenomena kebahasaan pada komunitas gay

tersebut. Berangkat dari hal tersebut serta seiring dengan kelanjutan tahapan

yang telah diuraikan peneliti di depan, maka peneliti kemudian memakai

teknik libat cakap. Selain berfungsi dalam mendukung penelitian, penerapan

tehnik libat cakap mampu mempertebal penerimaan komunitas gay terhadap

peneliti karena mampu menggunakan argot mereka. Fase berikutnya adalah

penerapan tehnik bebas libat cakap. Dalam fase ini peneliti hanya bersikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

reseptif dengan membiarkan komunikasi terjadi di antara komunitas gay tanpa

keterlibatan peneliti sebagai partisipan komunikasi. Semua temuan data yang

berhasil peneliti kumpulkan kemudian dicatat. Pencatatan berlangsung setelah

proses komunikasi. Artinya, pada waktu proses pengumpulan data, data

diperoleh dalam situsi komunikasi yang berjalan sebagaimana adanya. Hal ini

dilakukan untuk menjaga sensitivitas dan privasi yang mungkin timbul

sehubungan pandangan mereka terhadap penelitian tentang mereka.

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam tahap ini data yang telah dianalisis kemudian disajikan dengan

cara mendeskripsikan wujud-wujud argot, mendeskripsikan pola pembentukan

argot, dan faktor penggunaan argot. Bentuk penyajian pola pembentukan

dilengkapi dengan pola transformasi yang divisualkan dengan tanda panah (

→ ) dan dengan penjabaran kata-kata, fonem serta urutan pola dari kata umum

hingga terjadinya argot gay. Sedangkan deskripsi makna dengan

menggunakan penjabaran kata-kata. Setelah penjabaran pola pembentukan,

analisis dilanjutkan dengan proses analisis bentuk kata, asal kata, dan kelas

kata. Selanjutnya pada penjabaran makna dilakukan menggunakan analisis

proses perlambangan, jenis makna, relasi makna, dan medan makna. Pada

analisis bentuk kata, data diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu kata

tunggal dan kata kompleks. Pada analisis asal kata, data dimasukkan ke dalam

dua golongan, yaitu kata asli dan kata pinjaman. Sedangkan pada analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

kelas kata, data dikategorikan ke dalam tiga macam kelas, yaitu numeralia,

adjectiva, nomina, dan verba.

3.5 Trianggulasi

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006: 330). Teknik trianggulasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sumber.

Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu, dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton via Moleong, 2006: 330).

Berikut ini hasil trianggulasi dalam penelitian ini.

Narasumber 1

Nama : Susmex Sushblach

Umur : 35 Tahun

Hari/Tgl : Rabu, 14 Agustus 2017

Tempat : TeRace Café

Pekerjaan : Co. Manager TeRace Cafe Jogja

Susmex Susblach memiliki nama asli Wahyu Saputro, ia penduduk

asli Yogyakarta yang tinggal di Bangun tanapan Yogyakarta, susmex sublach

kini bekerja sebagai Co. Manager TeRace Cafe Jogja. Ia juga memiliki

pekerjaan sampingan sebagai MUA (Make Up Artis) di TeRace Café Jogja.

Dibangun tapan ia tinggal bersama kedua orang tuanya. Keduanya memiliki


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

hubungan yang baik, jadi orang tuanya pun sudah tahu jika, wahyu Saputro

(Susmex Sublach) memiliki penyimpangan seksual. kecurigaan itu dirasakan

oleh kedua orang tuanya sejak Wahyu Saputro di SMA. Mereka curiga

dengan tingkah laku yang dilakukan oleh Wahyu Saputro karena pada saat itu

Wahyu sering sekali menunggui ibunya jika ibunya sedang berdandan, ia

kerap mencoba make up yang digunakan oleh ibunya, ia sering mencoba

pakaian yang ada di lemari ibunya, ia gemar memakai sendal ataupun sepatu

ibunya. Padahal seharusnya sebagai lelaki normal, ia tidak mencoba sesuatu

yang berhubungan dengan ibunya tetapi seharusnya ia mencoba suatu hal

yang berhubungan dengan ayahnya. Awalnya mereka berdua tidak dapat

menerima kenyataan itu, mereka masih kerap kali menasehati Wahyu bahwa

apa yang ia lakukan itu salah.

Ya, sampai lulus SMA Wahyu berpura-pura menjadi layaknya laki-

laki normal. Ia kerap membawa kekasihnya ke rumah, ia mengenalkan

kekasihnya kepada ibu dan ayahnya. Namun, setelah Wahyu berada di

jenjang perguruan tinggi sikap kewanitaannya semakin kuat dan ia tergabung

pada sutu komunitas gay di Yogyakarta sejak tahun 1995 atau pada saat ia

berumur 22 tahun. Awalnya setiap kali berada di rumah Wahyu masih

menutupi dan masih menunjukkan bahwa ia adalah laki-laki normal. Ketika ia

sudah bekerja dan ia merasa sudah memiliki hasil, bisa menghidupi dirinya

sendiri akhirnya ia memilih jalannya untuk menjadi seoran gay. Seiring

berjalannya waktu keluarga Wahyu bisa menerima keadaan wahyu yang

menjadi seorang gay. Kini wahyu masih tetap bekerja sebagai Co. Manager di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

TeRace café Jogja dimana sebelumnya ia menjadi hair stylish di Liquid Jogja.

Ia kini juga menjadi ketua komunitas gay di wilayah timur. Nama komunitas

gay yang diketuai oleh Wahyu Saputro ini adalah komunitas gay TRc. Dan

kini Wahyu Saputro di kenal dengan nama Susmex Sublach. Pada tanggal 14

Agustus 2017 saya melakukan trianggulasi bersama Susmex di TeRace Café

Jogja bertepatan dengan acara G-Nigth seYogyakarta. Hal ini membuat

peneliti sangat beruntung karena bisa bertemu langsung dengan ketua gay

wilayah timur dan banyak anggota gay lainnya.

Narasumber 2

Nama : Simbok

Umur : 35 Tahun

Hari/tgl : Sabtu, 18 Agustus 2017

Tempat : Go Rich Bar and Kitchen

Pekerjaan : Wiraswasta

Danang Putro Utama adalah nama asli dari Simbok. Di Yogyakarta

Danang bekerja sebagai karyawan tetap di Logam Mulia Yogyakarta. Danang

berasal dari Purwokerto. Di Yogya ia tinggal di Jl. Demangan Baru. Danang

berada di Yogyakarta sejak ia menempuh kuliah di Stipram Yogyakarta.

Selain bekerja di Logam Mulia ia juga memiliki pekerjaan sampingan online

shop. Ia menjalankan pekerjaan online shopnya sejak 1 tahun yang lau.

Danang memiliki orang tua yang tinggal di Purwokerto. Danang dan

keluarganya berhubungan baik, memiliki komunikasi yang baik. Namun,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

sampai saat ini Danang belum berani mengatakan kepada keluarganya tentang

kehidupan Danang yang sebenarnya. Ia masih menutupi penyimpangan

seksualnya dari keluarganya. Di Yogya ia bisa bebas melakukan hal yang ia

sukai, bebas melakukan hal yang ia sukai, tetapi saat di Purwokerto sebisa

mungkin ia harus menjadi laki-laki yang normal. Hal ini ia lakukan untuk

menjaga nama baik keluarganya.

Danang bergabung di Komunitas Anjelo ia masuk semester tiga

perkuliahan. Sebagai anggota baru, ia awalnya masih malu-malu dan

canggung, tetapi lama kelamaan ia memnjadi orang yang sangat di sukai di

komunitas tersebut. Karena sikapnya yang seperi emak-emak rempong kalau

kata mereka. Danang selalu repot dan telaten saat mengurus teman-temannya.

Jiwa keibuannya sangat kental melekat pad Danang, oleh sebab itu ia dijuluki

dengan Simbok. Sudah hampir 2 tahun ini Simbok menjadi ketua komunitas

gay di wilayah selatan. Nama komunitas gay yang diketuai oleh Simbok ini

adalah komunitas gay Anjelo (Antar Jemput Gigolo).

Hasil dari proses trianggulasi dengan dua trianggulator Susmex

Sublach (ketua gay wilayah timur, TRc) dan Simbok (ketua gay wilayah

selatan, Anjelo) tentang wujud-wujud argot, pola pembentukan argot dan

faktor-faktor penggunaan argot pada percakapan komunitas gay di kota

Yogyakarta menyatakan bahwa data yang penelitian ambil sudah benar dan

tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Dari hasil penelitian didapatkan data berupa kata rahasia pada komunitas

gay. Pengumpulan data diperoleh dengan cara berperan serta dalam komunitas

gay dan menyimak setiap tuturan yang mereka lakukan melalui pengamatan

langsung dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam acara tertentu yang

diadakan oleh komunitasnya. Dalam hal ini peneliti sama sekali tidak berpijak

pada kuantitas kemunculan data melainkan fokus pada kualitas kemunculan

kebaruan data untuk memperoleh data yang sebanyak-banyaknya.

Maksud dari kebaruan data adalah suatu penemuan data yang benar-

benar baru muncul bukan mengulang kata-kata yang sudah ada. Data yang

berhasil dikumpulkan sebanyak 90 kata dalam argot pada komunitas gay.

Berikut ini data yang ditemukan dalam penelitian ini :

4.2 Analisis Data

Berikut ini sajian data yang telah dianalisis berdasarkan kategori-kategori

pola pembentukan argot pada komunitas gay.

4.2.1 Analisis Data Berdasarkan Wujud-Wujud Argot

Berikut ini sajian data yang telah dianalisis berdasarkan wujud-wujud

argot pada komunitas gay.

47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

4.2.1.1 Analisis Wujud Argot dengan Kategori Penambahan –ong

Berikut ini adalah percakapan pada komunitas Gay di kota Yogyakarta

yang di dalamnya terdapat argot dengan penamabahn –ong. Berikut

pemaparannya.

Data 1 Berepong - kebiasaan


P1 : ihhh lucu, berepong say harganya?
P2 : murah kok kak, dibawah 200ribuanlah. Mau po?
P1 : gampang, besok-besok aja.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan peneliti dan salah satu gay.


Percakapan ini dilakukan di salah satu pusat perbelanjaan di Yogyakarta.
Tuturan tersebut diucapkan dengan nada yang lembut dan manja agar mitra
tutur merasa bahwa barang yang ia miliki benar-benar lucu atau
menggemaskan).

Analisis:
Percakapan di atas menjelaskan bahwa P1 sangat gemas dengan barang

yang dimiliki oleh P2, kegemasan tersebut tampak pada tuturan iihhh lucu,

berepong say harganya? Tuturan tersebut terjadi dengan suasana santai di

tempat perbelanjaan. pada tuturan di atas terdapat argot yang digunakan

oleh P1, argot tersebut terdapat pada tuturan berepong say? P1

mengucapkan kata berepong dengan memperlihatkan kekagumannya

terhadap P2, karena P2 memiliki selera gaya hidup atau selera dalam

pemilihan barang yang cukup tinggi. Berepong tersamuk kedalam argot

dengan kategori penambahan -ong karena “berepong” berasal dari kata

dasar “berapa” yang mendapat penambahan –ong.

Data 2 Bencong
P1 : wolha yo karang benconggggg...
P2 : ra bengak-bengok to, koyo kowe ra bencong wae.
P1 : kok cangkeman e kowe.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh dua orang sahabat yang sedang
berdada di warung makan. Percakapan tersebut dilakukan penutur kepada
mitra tutur dengan maksud bercanda).

Analisis:
Percakapan di atas menjelaskan bahwa sedang ada seorang pengamen,

namun pengamen tersebut adalah seorang waria, anggota gay kebanyakan

menyebut waria dengan sebutan bencong. Pada saat itu bencong tersebut

sedang menggoda salah satu anggota gay yaitu P1. Karna yang menggoda

adalah seorang waria maka P1 merasa risih dan merasa terganggu, hal itu

dapat dijelaskan pada tutura “wolha yo karang bencong” tuturan tersebut

menjelaskan bahwa P1 risih jika bencong tersebut mencolek-colek P1, pada

saat yang bersamaan P2 melontarkan olokan kepada P1 bahwa P1 tidak jauh

beda dengan pengamen tersebut, karena P1 sebenarnya memiliki

kepribadian yang sama dengan pengamen yang bencong tadi. Argot pada

tuturan di atas terdapat pada kata “bencong”. Bencong tersamuk kedalam

argot dengan kategori penambahan -ong karena “bencong” berasal dari kata

dasar “banci” yang mendapat penambahan –ong.

Data 3 Gedong
P1 : oh kui kak? Awake cilik ah. Kurang lemu sitik.
P2 : eh jangan salah. Cilik-cilik ngono tapi hmmmm gedong.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua sahabat yang sedang


berada di basecamp, keduanya bertemu dengan salah satu pelanggan penutur
pertama. Pada percakapan ini penutur kedua mengejek badan pelanggan
penutur pertama, tetapi meskipun badannya kurus tetapi pelanggan penutur
pertama tersebut memiliki kelamin yang besar).

Analisis:
Tuturan di atas disampaikan oleh P1 dengan nada santai tetapi membuat

P2 sedikit kesal karena ucapan P1 dirasa meremehkan pelanggan P2 yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

memiliki badan lebih kecil dibanding dengan badan P1 bahkan tebilang

kurus kerempeng. Karena merasa sedikit jengkel P2 membalas dengan

jawaban yang tegas dan centil, ia menjawab dengan nada tegas dan centil

karena sebenarnya P2 ingin menunjukkan kepada pelanggannya bahwa ia

sedang membela pelanggannya tersebut, P2 ingin pelanggannya merasa

tersanjung dan memperhatikan P2. Hal itu dijelaskan pada tuturan “eh

jangan salah. Cilik-cilik ngono tapi hmmmm gedong”. Menurut P2 laki-laki

akan merasa tersanjung apabila kelelakiannya disanjung. Agot pada tuturan

di atas terdapat pada kata “gedong”. Gedong tersamuk kedalam argot

dengan kategori penambahan -ong karena “gedong” berasal dari kata dasar

“gede” yang mendapat penambahan –ong.

Data 4 Hetong
P1 : hetong-hetong gak usah ngebut.
P2 : oke bosku. Santai.

(Konteks : percakapan dilakukan oleh dua pasang kekasih, percakapan


tersebut dilakukan di depan rumah. Percakapan tersebut dilakukan dengan
suasana penuh keromantisan).
Analisis:

Percakapan di atas dilakukan oleh sepasang kekasih (laki-laki dengan

laki-lak) yang sedang dimabuk asmara. Hal itu terlihat dari pecakapan

“hetong-hetong gak usah ngebut”. P1 mengucapkan kata hetong-hetong gak

usah ngebut dengan nada yang sangat lembut, dan dengan kedipan mata

genit yang ditujukan kepada kekasihnya yang sedang berada di atas motor.

P1 mengucapkan hal tersebut di depan temannya yang sedang duduk-duduk

di teras rumah, ia melakukan hal tersebut agar teman-temannya yang sedang

duduk di teras melihat dan memperhatikan kemesraannya terhadap


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

kekasihnya. Hal itu terlihat ketika dia sedang berbica dengan kekasihnya,

matanya tidak jarang melikir kea rah teman-temannya. Argot pada

percakapan di atas terdapat pada kata “Hetong”. Hetong tersamuk kedalam

argot dengan kategori penambahan -ong karena hetong berasal dari kata

dasar hati yang mendapat penambahan –ong.

Data 5 Lekong
P1 : self service yo kene ki. Kono jupuk aku wes mesekne kok mau ki.
P2 : isin aku mas-mase cucok e.
P3 : sah manja kowe ki lanang.
P1 : ha yo to, lanang kakean drama.
P2 : aku lekong tapi hati hellokitty ih.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan di salah satu coffe shop di jalan


Palagan. percakappan tersebut dilakukan oleh salah satu anggota gay untuk
menunjukkan bahwa dirinya malu jika bertemu dengan pria ganteng).

Analisis :

Percakapan di atas dilakukan oleh beberapa angggota gay yang sedang

nongkrong disebuah kedai kopi di daerah Yogyakarta. Pelayanan yang

dilakukan di kedai tesebut adalah self service, jadi setiap orang yang memesan

menu di kedai kopi tersebut harus bisa melayani diri sendiri, seperti mengambil

sendiri pesanan yang sudah jadi, dan mengembalikan gelas sendiri. Pada saat

pesanan sudah jadi, P1 menyuruh P2 untuk mengambil pesanan yang sudah

jadi tetapi di tolak oleh P2 karena P2 merasa malu jika harus bertemu dengan

laki-laki ganteng. P2 malu karena dirinya merasa seperti wanita lainnya yang

malu apabila bertemu dengan laki-laki yang berparas tampan, hal itu

ditunjukkan pada percakapan “aku lekong tapi hati hellokitty ih”, dia merasa

bahwa meskipun fisiknya seorang laki-laki tetapi hati dan jiwanya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

seorang wanita. Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata “lekong”. Kata

lekong termasuk ke dalam kategori argot penambahan –ong karena “lekong”

berasal dari kata asal laki yangv mendapat penambahan –ong.

Data 6 Lempong
P1 : Hans ki gemes aku. Heh kamu kok bisa putih gitu to? Aku pengen e.
P2 : nggak putih lho kak aku.
P3 : dulu pas bikin, bikinnya pakai lempong ya hans. Hahah
P2 : kak panda bisa aja.

Konteks: percakapan di atas dilakukan pada acara G-Night di Terrace. Tujuan


percakapan di atas adalah untuk mencairkan suasana, karena Hans adalah
naggota baru di komunitas tersebut.

Analisis:

Percakapan di atas dilakukan oleh beberapa anggota gay sedang berada

di sauatu acara rutin yang dilaksanakan setiap bulan sekali. Pada percakapan di

atas P1 mengeluarkan candaan-candaannya kepada P2. P1 mengeluarkan

candaannya dengan nada gemas dan genit, P1 gemas karena P2 memiliki kulit

yang sangat putih beda dengan dirinya yang berkulit sawo matang. Oleh karena

itu ia sangat heran dan gemas dengan P2, hal itu ditunjukkan pada tuturan

“Hans ki gemes aku. Heh kamu kok bisa putih gitu to? Aku pengen e”. Namun

ucapan P1 ditanggapi biasa saja oleh P2, karena P2 masih anggota baru, jadi ia

masih terlihat canggung. Untuk mencairkan suasana, maka P3 melontarkan

candaan dengan sedikit lantang. Dengan hal itu P2 sudah mulai bisa

beradaptasi dengan anggota lainnya. Argot pada tuturan di atas terdapat pada

kalimat “dulu pas bikin, bikinnya pakai lempong ya hans. Hahah”. Kalimat di

atas terdapat argot yang termasuk dalam kategori penambahan –ong, yaitu kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

“lempong”. Lempong berasal dari kata dasar lampu yang mendapat

penambahan -ong

Data 7 Mekong
P1 : Cica dari mana kok baru datang?
P2 : mekong nek. Diajakin temen kampus tadi.
P3 : temen kampus po temen tidur ca?
P1 : iyo hayo temen opo? Ojo-ojo konco turu.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh ketua anggota kepada salah satu
anggotanya. Percakapan tersebut dilakukan dengan maksud bercandaan).

Analisis:

Percakapan di atas terjadi disalah satu kedai makan di Yogyakarta.

beberapa gay sedang berkumpul bersama dalam acara hari kelahiran salah satu

anggota gay. Di tengah-tengah mulainnya acara, ada salah satu anggota gay

yang datang terlambat, ia terlihat sangat canggung ketika tahu bahwa ia datang

sudah dipertengahan acara, melihat kecanggungan tersebut kemudian ketua

anggota gay tersebut mencairkan suasana dengan melontarkan pertanyaan dan

disambut oleh P2 dengan jawaban yang sangat lembut, “mekong nek. Diajakin

temen kampus tadi. Jawaban yang diberikan oleh P2 kepada P1 menyimpan

rasa kecanggungan, karena jawaban tersebut diucapkan dengan nada lembut

dan sedikit menunduk. Argot pada tuturan di atas terdapat pada kalimat

“mekong nek. Diajakin temen kampus tadi”. Argot pada kalimat tersebut

terdapat pada kata “Mekong” kata Mekong termasuk dalam kategori argot

penambahan –ong karena kata mekong berasal dari makan yang mendapat

penambahan –ong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Data 8 Metong
Ketika salah satu gay sedang menelpon saya (penulis).
P1 : nduk, nengdi?
P2 : aku di kontrakan kak, gimana?
P1 : aku numpang adus yo? Oleh kan?
P2 : iya sini aja kak.
Setelah beberapa saat P1 sampai di kontrakan penulis.
P1 : numpang adus yo, PLN ki njelei kok ngribut-ngributi wong meh
nyambut gawe. Aku masak ki rung mateng lho wes metong sak
kabehane.
P2 : sabar kak. Wes gek mandi.
P1 : yo yo. Misi numpang yo. Sory ngrepoti
P2 : hahah santai kak.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh peneliti dengan salah satu


anggota gay, percakapan pertama dilakukan via telpone dimana penutur
pertama masih berada di rumah, sedangkan percakapan ke dua dilakukan
ketika penutur pertama sudah sampai di rumah peneliti).

Analisis:

Percakapan di atas dilakukan oleh peneliti dan salah satu anggota gay.

Dalam hal ini peneliti dan P1 memiliki hubungan pertemanan yang sangat

dekat dibanding dengan anggota gay lainnya. Pada percakapan ini

memperlihatkan bahwa P1 sedang kesal karena pemadaman listrik, sedangkan

pekerjaan rumah yang sedang dikerjakan oelh P1 belum selesai tetapi lisrik

keburu padam. Kekesalan P1 terlihat pada percakapan “numpang adus yo, PLN

ki njelei kok ngribut-ngributi wong meh nyambut gawe. Aku masak ki rung

mateng lho kok wes metong sak kabehane”. Pada hal ini P1 meluapkan

kekesalannya kepada P2. Tetapi P2 merasa hal itu sudah biasa karna memang

sifat P1 sedikit grusa-grusu apabila sedang menghadapi permasalahan. Argot

pada percakapan di atas terdapat pada kalimat “numpang adus yo, PLN ki

njelei kok ngribut-ngributi wong meh nyambut gawe. Aku masak ki rung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

mateng lho kok wes metong sak kabehane”. Argot pada kalimat tersebut

terdapat pada kata “metong”. Kata mekong termasuk dalam kategori argot

penamabahan –ong karena kata mekong berasal dari kata makan yang

mendapat penambahan –ong.

Data 9 Mendong
P1 : habis ini sarapan yuk. Aku ngeleh
P2 : sarapan dimana kak?
P1 : pengen yang berkuah-kuah
P3 : angel e isuk-isuk golek berkuah.
P1 : sembarangan, soto kae berkuah. Akehhh
P3 : yo wes lek ayo, arep lek mendong.
P2 : tumben mendong?
P1 : arep nengdi adus barang ki?
P3 : kerejonglah emang situ pengangguran
P1 : eh sini kelas malam ya kerjanya. Sembarangan

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh dua teman, dua-duanya adalah


seorang pekerja, yang pertama bekerja di sebuah hotel dan yang kedua
bekerja sebagai stylish rambut, pada percakapan ini mereka sedang beradu
argument tentang kesibukan-masing-masing).

Analisis :

Percakapan di atas dilakukan oleh dua teman, dua-duanya adalah seorang

pekerja, yang pertama bekerja di sebuah hotel dan yang kedua bekerja sebagai

stylish rambut, pada percakapan ini mereka sedang beradu argument tentang

kesibukan-masing-masing hal itu terjadi ketika mereka akan menentukan

tempat umtuk sarapan karena setelah sarapan mereka akan sama-sama bekerja.

Tetapi P1 melontarkan ejekannya kepada P3 dan dijawab sinis oleh P3 seperti

berikut “kerejonglah emang situ pengangguran”. Kalimat “kerejonglah emang

situ pengangguran”.memiliki argot yang terdapat pada kata “kerejong”. Kata


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

kerejong termasuk kedalam kategori argot dengan penambahan –ong karena

kata kerejong berasal dari kata kerja yang mendapat penambahan –ong.

Data 10 Nepsong
P1 : bar weruh lanangan akeh paling yo ngleces.
P2 : ih sembarangan.
P1 : lha suwe je kowe ki.
P3 : kok bisa sih kak? Aku roaming
P1 : vicky kan nepsong kalau ketemu cowok-cowok.
P3 : masak sik?
P2 : ih ora ya, aku nespong pun milih-milih.

Konteks: Percakapan di atas dilakukan beberapa anggota gay yang sedang


berada di tempat nongkorng di jalan Gejayan. Tuturan tersebut dilontarkan
dengan maksud bercanda untuk mencairkan suasana.

Analisis :

Percakapan di atas dilakukan beberapa anggota gay yang sedang berada

di tempat nongkorng di jalan Gejayan. Tuturan tersebut dilontarkan dengan

maksud bercanda untuk mencairkan suasana. Tetapi becandaan tersebut

ditanggapi oleh P2 dengan sedikit serius, sehingga terjadi sedikit kesengitan

antara P1 dan P2 tapi ternyata P2 sedang mengerjai P1 karena P2 kesal dengan

ucapan P2. Percakapan di atas terdapat argot yang biasa digunakan oleh

komunitas gay di kota Yogyakarta. Pola argot pada data-data percakapan di

atas memiliki proses pembentukan dengan mengubah bunyi/huruf vokal suku

kata sebelumnya dengan [é] dan mengubah suku kata terakhir sehingga

berakhir dengan –ong.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

4.2.1.2 Analisis Wujud Argot dengan Kategori Penambahan –es

Ada berbagai macam wujud argot yang terdapa dalam percakapan

yang dilakukan oleh anggita komunitas gay di Yogyakarta. berikut ini

adalah percakapan-percakapan pada anggota komunitas gay yang di

dalamnya terdapat argot dengan akhiran –es.

Data 1 Centes
P1 : lho potong rambut? Keliatan fresh lho say.
P2 : nggak pantes po kak? Kelihatan tambah gendut ya?
P1 : hei enggak kok. Centesss (sambil mata genit).

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh peneliti kepada salah satu


anggota gay. Percakapan tersebut dilakukan disalah satu rumah anggota gay
dengan suasana santai).

Analisis :

Percakapan di atas dilakukan oleh peneliti dengan salah satu anggota

gay, hubungan mereka berdua tegolong dekat dibanding dengan anggota

lainnya. Pada percakapan di atas P1 terlihat seperti terkagum-kagum

terhadap gaya rambut baru yang dimiliki oleh P2. Hal itu terlihat pada

percakapan “hei enggak kok. Centesss (sambil mata genit)”. Ketika P1

mengucapkan kata tersebut ia mengucapkan dengan raut muka yang terkagum

dan serasa ingin mengganti gaya rambutnya seperti gaya rambut P2. Pada

percakapan di atas terdapat argot yang digunkan oleh anggota gay. Argot

tersebut terdapat pada kata “centes”. Kata centes termasuk dalam kategori

argot penambahan –es, karena kata centes berasal dari kata cantik yang

mendapat penambahan –es dan memiliki proses pembentukan dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

mengubah bunyi/huruf vokal suku kata sebelumnya dengan [é] dan mengubah

suku kata terakhir sehingga berakhir dengan –es.

Data 2 Endes
P1 : emoh aku nek kon mikir mangan. Aku manut wae wes. Pokoke sing
endes.
P2 : bakmi jawa yang deket altar (alun-alun utara) aja. Aku biasa disitu
kok.
P3 : oh iyo endes kui.

(Konteks : percakap di atas dilakukan oleh beberapa anggota komunitas gay.


Percakapan dilakukan ditempat parkiran sebuah salon).

Analisis :
Percakapan di atas dilakukan oleh sekelompok anggota gay yang sedang

bingung menentukan tempat makan. Suasana ribet dan grusa-grusu sudah

menjadi hal yang biasa bagi mereka. Setiap kali menentukan tempat makan

ataupun tempat nongkrong, mereka harus terlebih dahulu memikirkna

kebersihan dan kesehatan tempat makan yang akan mereka pilih. Sifat mereka

yang seperti itu melebihi sifat wanita yang kadang masa bodoh dalam

menentukan tempat makan. Hal itu terlihat pada kalimat yang diucapkan P1

kepada teman-temannya. Pada percakapan di atas terdapat argot yang

digunakan salah satu anggota gay argot tersebut adalah “endes”. Endes”

termasuk dalam kategori argot yang mendapat penambahan –es karena kata

endes berasal dari kata enak yang mendapat penambahan –es dan memiliki

proses pembentukan dengan mengubah bunyi/huruf vokal suku kata


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

sebelumnya dengan [é] dan mengubah suku kata terakhir sehingga berakhir

dengan –es.

Data 3 Gengges

P1 : gak usah gengges banci.


P2 : woh iyo banci kaleng em? ndak mah rusuh mengko.
P1 : iyolah. Eh koyo adewe ra banci wae. Hahah

(Konteks: percakapan dilakukan oleh dua orang teman yang sedang duduk di
pinggiran jalan Malioboro. Saat sedang bersantai penutur pertama usil
kepada banci yang sedang lewat di depan mereka. Kemudian penutur kedua
juga mengeluarkan sindirannya kepada penutur pertama).

Analisis :

Percakapan di atas menjelaskan bahwa sedang ada seorang pengamen,

namun pengamen tersebut adalah seorang waria, anggota gay kebanyakan

menyebut waria dengan sebutan bencong. Pada saat itu bencong tersebut

sedang menggoda salah satu anggota gay yaitu P1. Karna yang menggoda

adalah seorang waria maka P1 merasa risih dan merasa terganggu, hal itu

dapat dijelaskan pada tutura “jangan gengges banci” tuturan tersebut

menjelaskan bahwa P1 risih jika bencong tersebut mencolek-colek P1, pada

saat yang bersamaan P2 melontarkan olokan kepada P1 bahwa P1 tidak jauh

beda dengan pengamen tersebut, karena P1 sebenarnya memiliki

kepribadian yang sama dengan pengamen yang bencong tadi. Argot pada

tuturan di atas terdapat pada kata “gengges”. Gengges tersamuk ke dalam

argot dengan kategori penambahan -es karena “genggges” berasal dari kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

dasar “ganggu” yang mendapat penambahan –es dan memiliki proses

pembentukan dengan -mengubah bunyi/huruf vokal suku kata sebelumnya

dengan [é] dan mengubah suku kata terakhir sehingga berakhir dengan –es..

Data 4 Ngleces
P1 : kak aku nitip tas sikik yo kak. Meh neng kamar mandi sikik aku. Duh
tapi isin ono mas-mas
P2 : halah kemayu lek uwes.
Setela beberapa saat.
P3 : suwi banget neng kamar mandi ngopo e vick?
P2 : bar weruh lanangan akeh paling yo ngleces.
P1 : ih sembarangan.
P3 : lha suwe je kowe ki.

(Konteks: percakapan di atas terjadi di salah satu tempat nongkrong di jalan


perumnas. Percakapan tersebut dilakukan untuk menyindir slaah satu
temannya karena dirasa terlalu lama berada di kamar mandi).

Analisis :

percakapan di atas terjadi disalah satu tempat nongkrong di jalan perumnas.

Percakapan tersebut dilakukan untuk menyindir salah satu temannya karena

dirasa terlalu lama berada di kamar mandi. Hal itu menjadikan kecurigaan bagi

teman-temannya. Padahal sebenarnya P1 hanya buang air kecil di kamar

mandi, tetapi karena di rasa terlalu lama, maka anggota yang lain mereka

melakukan kegiatan merangsang diri sendiri di kamar mandi (toilet). Hal itu

ditunjukkan pada kalimat “bar weruh lanangan akeh paling yo ngleces”. Kata

ngeleces dalam hal ini bermakan merangsang alat kelamin sendiri agar

mendapatkan kepuasan. Argot pada percakapan ini terdapat pada kata ngeleces.

Kata ngeleces termasuk dalam kategori argot dengan penambahan –es karena

ngeleces berasal dari kata ngeloco yang mendapat penambahan –es dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

memiliki proses pembentukan dengan -mengubah bunyi/huruf vokal suku kata

sebelumnya dengan [é] dan mengubah suku kata terakhir sehingga berakhir

dengan –es.

Data 5 Peres
P1 : karang cangkeme vicky maklum kurang belaian.
P2 : yo biasa sih kak, aku kan biasa urip neng hotel, mewah, ACan, njuk
lingguhe turune ki empuk-empuk. Ra biasa nek atos-atos ki. Inget aku
cah mewah.
P3 : peressssss. *kemudian berjalan menjauh dan mengambil motor.
P2 : sah baper lho Ren. Haha
P3 : tidyak sama sekali.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh beberapa anggota gay di tempat


parkir salah satu kedai makan di kali milk. Percakapan tersebut dilakukan
dengan suasana yang sedikit panas, karena pada percakapan tersebut terdapat
sindiran yang dilakukan oleh penutur kedua kepada penutur ketiga yang tidak
bias diajak hidup sederhana).

Analisis:

Percakapan tersebut dilakukan oleh beberapa anggota gay di tempat

parkir salah satu kedai makan di kali milk. Percakapan tersebut dilakukan dengan

suasana yang sedikit panas, karena pada percakapan tersebut terdapat sindiran

yang dilakukan oleh penutur kedua kepada penutur ketiga yang tidak bias diajak

hidup sederhana. Percakapan di atas terdapat argot yang biasa digunakan oleh

komunitas gay di kota Yogyakarta. Argot tersebut terdapat pada kata “peres”.

Kata peres memiliki makna pura-pura. Kata peres termasuk dalam kategori argot

penambahan –es karena peres berasal dari kata pura yang mendapat tambahan -es

dan memiliki proses pembentukan dengan mengubah bunyi/huruf vokal suku kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

sebelumnya dengan [é] dan mengubah suku kata terakhir sehingga berakhir

dengan –es.

4.2.1.3 Analisis Wujud Argot dengan Kategori Istilah Baru pada Bahasa

Indonesia

Berikut ini adalah percakapan pada komunitas Gay di kota Yogyakarta

yang di dalamnya terdapat argot yang berasal dari istilah-istilah baru yang sudah

ada dalam bahasa Indonesia. Berikut pemaparannya.

Data 1 Adinda - gengsi


P1 : Duh aku ra isa ngubungi, sapa kene sing ana pulsa, ditelpon wae.
P2 : Aku adinda kak, handphoneku gak biasa kosong sih. Nih
(sambilmenyerahkan handphone)
P1 : oh yo kene nduk, tak silih sikik yo.
P2 : (tersenyum)

(konteks : penutur pertama dan penutur kedua adalah sepasang teman.


Suasana percakapan ini terjadi ketika mereka sedang nongkrong. Kalimat
tersebut diucapkan untuk memberitahukan kepada teman-teman yang lain
bahwa dirinya selalu menghisi pulsa pada handphonenya).

Analisis :

Percakapan-percakapan di atas merupakan percakapan yang di dalamnya

terdapat agot yang digunakan oleh anggota komunitas gay. Argot yang

ditemukan dalam percakapan di atas terdapat pada kata “adinda”. Argot adinda

terdapat pada akalimat “Aku adinda kak, handphoneku gak biasa kosong sih.

Nih”. Kata adinda pada kalimat tersebut menjelaskan bahwa ia “memiliki”

pulsa yang dapat digunakan untuk menghubungi temannya yang belum datang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Kata andida termasuk dalam kategori argot yang berasal dari istilah yang sudah

ada dalam bahasa Indonesia.

Data 2 Ya amplop – menarik perhatian


P1 : Gusti Allah, hei aku lali. Ya amplop kepiye kak, aku balik meneh
po?
P2 : heleh rausah, sesuk wae koyo ra rep ketemu meneh wae.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh dua sahabat yang baru saja
bertemu. Percakapan dilkaukan dipintu masuk suatu club malam. oleh
penutur pertama mengucapkan percakapan tersebut dengan nada yang
lantang, hal ini dilakukan untuk menarik perhatian gay lainnya).

Analisis :

Percakapan-percakapan di atas merupakan percakapan yang di dalamnya

terdapat agot yang digunakan oleh anggota komunitas gay. Argot yang

ditemukan dalam percakapan di atas terdapat pada kata “ Ya Amplop”. Argot

ya amplop terdapat pada kalimat “Gusti Allah, hei aku lali. Ya amplop kepiye

kak, aku balik meneh po?”. Kata ya amplop dalam hal ini digunakan untuk

menggantikan kata ya ampun. Kata ya amplop dalam percakapan di atas

menjelaskan bahwa P1 benar-benar lupa untuk membawa sesuatu yang

dipesan oleh P2. Ya amplop termasuk dalam kategori argot yang berasal dari

istilah dalam bahasa Indonesia karena amplop dalam bahasa Indonesia

memiliki arti sebuah benda yang digunakan untuk tempat surat, namun

amplop disini diplesetkan sehingga bermakan penyesalan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Data 3 Belalang - memudahkan


P1 : yakin kui entek dewean? Mbok dibagi sih.
P2 : bagi? Belalang keles. Wong kok jalukan, ra modal.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh dua sahabat yang sedang duduk
bersantai. Percakapan tersebut dilakukan dilaukan dirumah salah satu
anggota gay. Percakapan ini dilakukan untuk mengejek temannya yang tidak
pernah mau bergantian membeli makanan).

Analisis :

Percakapan-percakapan di atas merupakan percakapan yang di

dalamnya terdapat agot yang digunakan oleh anggota komunitas gay. Argot

yang ditemukan dalam percakapan di atas terdapat pada kata bealang. Kata

belalang pada percakapan di atas digunakan P2 untuk menjelaskan kepada P1

bahwa ornag itu tidak hanya memululu minta dari orang lain, tetapi juga

harus mengeluarkan modal. Argot pada tuturan di atas terdapat kata belalang.

Belalang termasuk dalam kategori argot yang berasal dari istilah yang sudah

ada dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia kata belalang memiliki

arti binatang berkaki empat yang biasa hidup di persawahan. Tetapi dalam

argot pada komuitas gay, kata belalang digunakan untuk menggantikan kata

beli.

Data 4 Ember
P1 : aku bleaching aja po ya? trus diponi depan. Biar tambah sirik.
Hahah
P2 : ember kak. Pasti nanti ikut-ikutan.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yang kira-kira


berumur 27 tahun, keduana sama-sama berkerja sebagai stylish rambut.
Keduanya sedang membicarakan salah satu teman mereka yang mereka
anggap sebagai orang yang sombong , sok tahu, dan suka iri dengan teman
lainya).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Analisis :

Percakapan-percakapan di atas merupakan percakapan yang di

dalamnya terdapat agot yang digunakan oleh anggota komunitas gay. Argot

yang ditemukan dalam percakapan di atas terdapat pada kata ember. Kata

ember pada percakapan di atas digunakan P2 untuk menjelaskan suatu hal

kebenaran kepada P1. Ember termasuk dalam kategori argot yang berasal

dari istilah yang sudah ada dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa

Indonesia ember memiliki arti sebgai wadah yang etrbuat dari seng atau

melamin yang digunakan untuk menampung air. Tetapi dalam argot pada

komunitas gay kata ember digunakan untuk menggantikan kata emang

bener.

Data 5 Gembala sapi

P1 : hai cantikkk.. Hmmm gembala sapi deh.


P2 : hahahah (kami hanya tertawa)

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh pemilik salah satu club malam
di Yogyakarta ketika bertemu dengan soerang anak kecil yang memiliki
tubuh gendut, percakapan itu dilakukan dengan nada yang lembut dan
genit, untuu menunjukkan bahwa ia benar-benar merasa gemas dengan
anak kecil tersebut).

Analisis :

Percakapan-percakapan di atas merupakan percakapan yang di

dalamnya terdapat agot yang digunakan oleh anggota komunitas gay. Argot

yang ditemukan dalam percakapan di atas terdapat pada kata gembala sapi.

Pada percakapan di atas gembala sapi digunakan untuk menejlaskan orang

yang memiliki badan gemuk. Gembala sapi termasuk dalam kategori argot
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

yang berasal dari istilah yang sudah ada dalam bahasa Indonesia. Dalam

bahasa Indonesia kata gembala sapi memiliki arti seseorang yang gemar

menggembalakan sapi. Tetapi dalam argot komunitas gay kata gembala sapi

digunakan untuk menggantikan kata gemuk.

Data 6 Gilingan
P1 : jangan salah. Cilik-cilik ngono tapi hmmm gedong.
P2 : wolha gilingan koe kak har.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua sahabat yang sedang


berada di basecamp, keduanya bertemu dengan salah satu pelanggan
penutur pertama. Pada percakapan ini penutur kedua mengejek badan
pelanggan penutur pertama, tetapi meskipun badannya kurus tetapi
pelanggan penutur pertama tersebut memiliki kelamin yang besar).

Analisis :

Percakapan-percakapan di atas merupakan percakapan yang di

dalamnya terdapat agot yang digunakan oleh anggota komunitas gay. Argot

yang ditemukan dalam percakapan di atas terdapat pada kata gilingan. Kata

gilingan pada percakapan di atas digunakan untuk menjelaskna seseorang

yang bersikap tidak masuk akal. Kata gilingan termasuk dalam kategori

argot yang berasal dari istilah yang sudah ada dalam bahasa Indonesia.

Dalam bahasa Indonesia kata gilingan memiliki makna sebagai papan yang

digunkan untuk menggiling. Tetapi dalam argot komunitas gay kata gilingan

digunakan untuk menggantikan kata gila.

Data 7 Iritasi.
P1 : Jare meetup e minggu ngarep ko, aku jare nenek mau.
P2 : mbok ojo minggu ngarep kak. Tanggal tuwo e kak. Iritasi
duwitku.
P1 : yo mengko ben do ngomong karo nenek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Konteks: percakapan dilakukan oleh dua orang sahabat disalah satu burjo
di daerah selokan mataram. Percakapan ini merupaka salah satu protes
anggota kepada ketua, karena keberatan menetukan tanggal acara.

Analisis :

Percakapan-percakapan di atas merupakan percakapan yang di

dalamnya terdapat agot yang digunakan oleh anggota komunitas gay. Argot

yang ditemukan dalam percakapan di atas terdapat pada kata iritasi. Kata

iritasi termasuk dalam kategori argot yang berasal dari istilah baru yang

sudah ada dalam bahasa Indonesia. Dlam bahasa Indonesia kata iritasi

berarti memar atau luka yang diakibatkan karena pennagana suatu luka yang

kurang bersih. Tetapi dalam argot komunitas gay, kata iritasi digunakan

untuk menggantikan kata irit.

Data 8 Jali –jali


P1 : Nenek kemana e kak kok gak datang?
P2 : neng thailand to nenek ki.
P3 : ngopo e Ren nenek neng thiland
P2 : hayo jali-jali to kok koyo wong susah. Hahah mbenekke susu
kak.

(Konteks: konteks percakapan di atas dilakukan pada acara kumpul rutin


anggota. Mereka menanyakan ketua anggota yang sedang pergi ke
Thailand untuk operasi alat vital).

Analsisi :

Percakapan-percakapan di atas merupakan percakapan yang di

dalamnya terdapat agot yang digunakan oleh anggota komunitas gay. Argot

yang ditemukan dalam percakapan di atas terdapat pada kata jail-jali. Kata

jail-jali termasuk dalam kategori argot yang berasal dari istlah baru yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

sudah ada dalam bahasa Indonesia. Kata jail-jali dalam argot pada

komunitas gay digunakan untuk menggantikan kata jalan-jalan.

Data 9 Kencana
P1 : hei, jangan kereta kencana sembarangan, dicokot tengu mengko
kui.
P2 : tengu opo kowe sing nyokot Lex?
P1 : weee ngeyel, yowes karebmu.

Konteks: percakapan di atas dilakukan di depan pintu masuk Boshe, ketika


keluar dari suatu club malam, ada salah satu gay dari komunitas lain yang
tiba-tiba ingin kencing di pinggir jalan dibwah pohon.

Analisis :

Percakapan-percakapan di atas merupakan percakapan yang di

dalamnya terdapat agot yang digunakan oleh anggota komunitas gay. Argot

yang ditemukan dalam percakapan di atas terdapat pada katakereta

kencana. Kata kencana termasuk dalam kategori argot yang berasal dari

sitilah yang sudah ada dalam bahasa Indonesia. Dlam bahasa Indonesia ata

kereta kencana memiliki arti sebagai kendaraan tradisional yang ditarik

dengan kuda, dan biasanya kendaraan tradisioanl tersebut digunakan oleh

kerajaan-kerajaan. Tetapi dalam argot pada komunitas gay kata kereta

kencana memiliki arti kencing.

Data 10 Lapangan bola


P1 : lek ayo to cah. Mah do criwis.
P2 : sikik vick, dilit meneh lagi penak iki. Haha
P3 : iyo santai to, isih sore iki. Koyo arek cilik wae.
P2 : ora masalah isih sore, kene ki wes lapangan bola e mah do crigis
ra
uwis-uwis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

P1 : wes ayo, ndak mah mutung.

(Konteks : percakapan tersebut terjadi di kost salah satu anggota gay.


Suasana percakapan tersebut sedikit ada perdebatan karena salah satu dari
anggota gay merasa lapar karena sudah lama menunggu).

Analsisis :

Percakapan-percakapan di atas merupakan percakapan yang di

dalamnya terdapat agot yang digunakan oleh anggota komunitas gay. Argot

yang ditemukan dalam percakapan di atas terdapat pada kata lapangan bola.

Kata lapangan bola termasuk dalam kategori argot yang berasal dari istilah

yang sudah ada dalam bahasa Indonesia. Pada bahasa Indonesia kata

lapangan bola memiliki makna sebagai arena atau tanah lapangan yang

sangat luas yang digunakan untuk pertandingan bola sepak. Tetapi dalam

argot pada komunitas gay, kata lapangan bola memiliki arti sebagia lapar.

Data 11 Beranak dalam Kubur


P1 : ih sembarangan
P2 : lha suwe je kowe ki.
P1 : beranak dalam kubur eike cin. Ha mules e ket mau bali kerjo.
P3 : bar disodok po piye kok mules ki?
P1 : kak Hary ki waton lho.

(Konteks: percakapan di atas terjadi di salah satu tempat nongkrong di


jalan perumnas. Percakapan tersebut dilakukan untuk menyindir slaah satu
temannya karena dirasa terlalu lama berada di kamar mandi).

Analisis:

Percakapan-percakapan di atas merupakan percakapan yang di

dalamnya terdapat argot yang digunakan oleh anggota komunitas gay.

Argot yang ditemukan dalam percakapan di atas terdapat pada kata beranak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

dalam kubur. Kata beranak dalam kubur termasuk dalam kategori argot

yang berasal dari istilah baru yang sudah ada dalam bahasa Indonesia. Kata

beranak dalam kubur dalam bahasa Indonesia memiliki makna sebgai

seseorang yang melahirkan di dalam kubur. Tetapi dalam argot pada

komunitas gay kata berana dalam kubur memiliki arti sebagai berak atau

buang air besar.

Data 12 Lambreta dan bambang


P1 : kak Darren kak Rere naik dulu aja, aku masih dendong.
P2 : kita neng mobil wae Re
P3 : manut.
Setelah beberapa menit akhirnya datang.
P2 : cica ki lambreta bambang.
P1 : masak sih kak? Maklum cewek. Hehe

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh peneliti dan anggota gay.


Percakapan tersebut dilakukan di dalam mobil. Percakapan tersebut
menunjukkan kekesalan penutur kedua kepada penutur pertama karena
tidak terlalu lama berdandan).

Analsisis :

Percakapan-percakapan di atas merupakan percakapan yang di

dalamnya terdapat agot yang digunakan oleh anggota komunitas gay. Argot

yang ditemukan dalam percakapan di atas terdapat pada kata lamberta. Kata

lamberta termasuk dalam kategori argot yangberasal dari istilah yang sudah

ada dalam bahasa Indonesia karena dalam bahasa Indonesia lamberta adalah

alat transportasi pada masa dahulu yang menyerupai omplet. Tetapi pada

argot komunitas gay, lamberta memiliki arti lama atau lambat. Sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

bambang, pada umumnya bambang digunakan untuk menyebut nama orang.

Tetapi dalam argot pada komunitas gay, bambang memiliki arti banget.

Data 13 Tinta
P2 : tinta kak, temen kampus.
P1 : temen kampus yang berlanjut menjadi konco turu.
P3 : ih Kak Hary.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh ketua anggota kepada salah


satu anggotanya. Percakapan tersebut dilakukan dengan maksud
bercandaan dan bermaksud untuk menjelaskan bahwa ia tidak sedang pergi
dengan teman kencannya).

Analisis :

Percakapan-percakapan di atas merupakan percakapan yang di

dalamnya terdapat agot yang digunakan oleh anggota komunitas gay. Argot

yang ditemukan dalam percakapan di atas terdapat pada kata “tinta” kata

tinta pada percakapandi atas digunakan untuk menjelaskna kata tidak. Kata

tinta termasuk dalam kategori argot yang berasal dari istilah yang sudah ada

dalam bahasa Indonesia karena dalam bahasa Indonesia kata tinta memiliki

arti cairan hitam atau biru yang digunakan untuk menulis, tetapi dalam argot

pada komunitas gay kata tinta memiliki arti tidak.

4.2.1.4 Analisis Wujud Argot Berdasarkan Kategori dari Bahasa Jawa

Berikut ini adalah percakapan pada komunitas Gay di kota

Yogyakarta yang di dalamnya terdapat argot yang berasal dari istilah-istilah

baru yang sudah ada dalam bahasa Indonesia. Berikut pemaparannya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Data 1 Cor-coran
P1 : nggak kok, kita lagi ngobrol-ngobrol aja ya kan.
P2 : paham kok aku paham. Lagi gosipin si itu kan?
P3 : gak kelas doa sam kita. Corcoran gitu mana level.

(Kontaks: percakapan di atas di lakukan oleh tiga orang yang sedang


berada di tempat nongkrong. Ketiga pemuda tersebut sedang
membincangkan sorang lain yang tidak pernah mau berkumpul dengan
anggota).

Analisis :

Dalam argot gay cor-coran memiliki makna seorang gay yang tidak

pernah ikut datang bergabung dalam acara-acara yang diadakan pada

kounitasnya tersebut. Baik acara besar maupun kecil, biasanya gay yang

jarang bergaul atau sama sekali tidak pernah bergaul itu dikarenakan masih

malu untuk bergabung di komunitas gay tersebut.

Data 2 Gedong
P1 : oh kui kak? Awake cilik ah. Kurang lemu sitik.
P2 : eh jangan salah. Cilik-cilik ngono tapi hmmmm gedong.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua sahabat yang sedang


berada di basecamp, keduanya bertemu dengan salah satu pelanggan
penutur pertama. Pada percakapan ini penutur kedua mengejek badan
pelanggan penutur pertama, tetapi meskipun badannya kurus tetapi
pelanggan penutur pertama tersebut memiliki kelamin yang besar).

Data 3 Merak-merakkan
P1 : sedih aku kak. Lagi sepi, gak ada laki
P2 : jangan sedih, masih ada temen. Rak ono lanang yo isih urip kok
nduk.
P3 : sama amir Ca, hahhaa
P2 : merak-merakkan nek karo Amir.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh anggota komunitas gay yang


sedang berkumpul di tempat nongkrong. Percakapan di atas dilakukan
untuk menunjukkan bahwa mereka adalah orang yang sangat tegar
walaupun tidak meiliki kekasih).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Analisis :

Merak-merakan adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut

anggota gay yang berperan sebagai perempuan (both) tetapi senang

bergaul/dekat dengan gay yang berperan atau berperilaku sebagai

perempuan juga. Kata merak sendiri digunakan untuk merepresentasikan

suatu yang cantik dan indah.

Data 4 Kempolan
P1 : minggu ngarep kan G-Night to kak?
P2 : eh iyo, duh aku mlebu opo yo. Mugo ae mlebu isuk dadi iso.
P3 : njaluk ganti jadwal wae to vick.
P1 : meh dandan wedok po lanang?
P3 : kempolan wae vick.
P2 : ha yo ben do napsu.

(Konteks: percakapan dilakukan oleh dua naggota gay yang sedang


merencanakan acara G-nigt, mereka ingin tampil sexy untuk menarik
perhatian anggota gay yang lainnya).

Analisis :

Kempolan adalah suatu alat yang biasa dipakai oleh para gay yang

terbuat dari semacam foam dan kain keras berbentuk seperti celana

pendek senam yang sangat kekat (model ini bervariasi, ada yang

panjang, sedang, dan pendek). Kempolan ini mempunyai fungsi untuk

membentuk otot pinggul, otot paha, dan otot betis agar lebih menonjol

sehingga kesan sexy akan lebih tampak pada diri seorang gay.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Data 5 Ngleces
P1 : kak aku nitip tas sikik yo kak. Meh neng kamar mandi sikik aku.
Duh
tapi isin ono mas-mas
P2 : halah kemayu lek uwes.
Setela beberapa saat.
P3 : suwi banget neng kamar mandi ngopo e vick?
P2 : bar weruh lanangan akeh paling yo ngleces.
P1 : ih sembarangan.
P3 : lha suwe je kowe ki.

(Konteks: percakapan di atas terjadi di salah satu tempat nongkrong di


jalan perumnas. Percakapan tersebut dilakukan untuk menyindir slaah satu
temannya karena dirasa terlalu lama berada di kamar mandi).

Analisis :

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa objek penelitian yang

peneliti lakukan adalah kaum gay yang berada di kota Yogyakarta dan

kebetulan mereka juga berdomisili di kota Yogyakarta. Sesuai dengan

kebudayaan di Yogyakarta, yaitu kebudayaan Jawa maka masyarakat yang

berada di daerah Yogyakarta mayoritas menggunakan bahasa Jawa.

Demikian juga beberapa kaum gay yang berada di sini, mereka memiliki

kebanggaan sebagai masyarakat Yogyakarta yang menjunjung tinggi

kebudayaan Jawa. Kebanggaan itu mereka wujudkan dengan menciptkan

argot yang berasal dari bahasa Jawa.

4.2.2 Analisis Data Berdasarkan Pola Pembentukan Argot

Berikut sajian data penggunaan argot pada komunitas gay yang telah

dianalisis berdasarkan kategori-kategori pola pembentukkannya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

4.2.2.1 Analisi Data Berdasarkan Kategori Bentuk Kata

Berikut ini adalah tuturan yang terdapat pada percakapan anggota komunitas

gay dan telah diidentifikasi berdasarkan kategori bentuk kata.

4.2.2.2 Argot Berdasarkan Bentuk Kata Tunggal

Ada berbagai macam argot yang terdapat dalam percakapan yang

dilakukan oleh anggota komunitas gay di kota Yogyakarta. Berikut ini adalah

percakapan-percakapan anggota gay yang di dalamnya terdapat argot yang berasal

dari bentuk kata tunggal.

Data 1
P1 : Hans ki gemes aku.. Heh kamu kok bisa putih gitu to? Aku pengen e.
P2 : nggak putih lho kak aku..
P3 : dulu pas bikin, bikinnya pakai lempong ya hans. Hahah
P2 : kak panda bisa aja.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan pada acara G-Night di Terrace. Tujuan


percakapan di atas adalah untuk mencairkan suasana, karena Hans adalah
naggota baru di komunitas tersebut).

Analisis:

Percakapan di atas dilakukan oleh beberapa anggota gay sedang berada

di sauatu acara rutin yang dilaksanakan setiap bulan sekali. Pada percakapan di

atas P1 mengeluarkan candaan-candaannya kepada P2. P1 mengeluarkan

candaannya dengan nada gemas dan genit, P1 gemas karena P2 memiliki kulit

yang sangat putih beda dengan dirinya yang berkulit sawo matang. Oleh karena

itu ia sangat heran dan gemas dengan P2, hal itu ditunjukkan pada tuturan “Hans

ki gemes aku. Heh kamu kok bisa putih gitu to? Aku pengen e”. Namun ucapan P1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

ditanggapi biasa saja oleh P2, karena P2 masih anggota baru, jadi ia masih terlihat

canggung. Untuk mencairkan suasana, maka P3 melontarkan candaan dengan

sedikit lantang. Dengan hal itu P2 sudah mulai bisa beradaptasi dengan anggota

lainnya. Argot pada tuturan di atas terdapat pada kalimat “dulu pas bikin, bikinnya

pakai lempong ya hans. Hahah”. Kalimat di atas terdapat argot yang termasuk

dalam kategori penambahan –ong, yaitu kata “lempong”. Lempong berasal dari

kata dasar lampu yang mendapat penambahan –ong. Percakapan-percakapan di

atas adalah percakapan yang dilakukan oleh anggota komunitas gay yang di

dalamnya terdapat argot bentuk kata tunggal. Percakapan di atas termasuk dalam

argot berdasarkan bentuk kata tunggal karena argot yang terdapat pada

percakapan di atas (lempong) merupaka satuan gramatik yang tidak terdiri dari

satuan yang lebih kecil lagi, masing-masing tersebut merupakan bentuk tunggal

karena satuan tersebut tidak dapat dipisahkan lagi menjadi satuan yang lebih kecil.

Data 2
P1 : self service yo kene ki. Kono jupuk aku wes mesekne kok mau ki.
P2 : isin aku mas-mase cucok e.
P3 : sah manja kowe ki lanang.
P1 : ha yo to, lanang kakean drama.
P2 : aku lekong tapi hati hellokitty ih.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan di salah satu coffe shop di jalan


Palagan. percakapan tersebut dilakukan oleh salah satu anggota gay untuk
menunjukkan bahwa dirinya malu jika bertemu dengan pria ganteng).

Analisis :

Percakapan di atas dilakukan oleh beberapa angggota gay yang sedang

nongkrong disebuah kedai kopi di daerah Yogyakarta. Pelayanan yang dilakukan

di kedai tesebut adalah self service, jadi setiap orang yang memesan menu di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

kedai kopi tersebut harus bisa melayani diri sendiri, seperti mengambil sendiri

pesanan yang sudah jadi, dan mengembalikan gelas sendiri. Pada saat pesanan

sudah jadi, P1 menyuruh P2 untuk mengambil pesanan yang sudah jadi tetapi di

tolak oleh P2 karena P2 merasa malu jika harus bertemu dengan laki-laki ganteng.

P2 malu karena dirinya merasa seperti wanita lainnya yang malu apabila bertemu

dengan laki-laki yang berparas tampan, hal itu ditunjukkan pada percakapan “aku

lekong tapi hati hellokitty ih”, dia merasa bahwa meskipun fisiknya seorang laki-

laki tetapi hati dan jiwanya adalah seorang wanita. Argot pada tuturan di atas

terdapat pada kata “lekong”. Kata lekong termasuk ke dalam kategori argot

penambahan –ong karena “lekong” berasal dari kata asal laki yangv mendapat

penambahan –ong. Percakapan di atas termasuk dalam argot berdasarkan bentuk

kata tunggal karena argot yang terdapat pada percakapan di atas (lekong)

merupaka satuan gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi,

masing-masing tersebut merupakan bentuk tunggal karena satuan tersebut tidak

dapat dipisahkan lagi menjadi satuan yang lebih kecil.

Data 3
P1 : hetong-hetong gak usah ngebut.
P2 : oke bosku. Santai.

(Konteks : percakapan dilakukan oleh dua pasang kekasih, percakapan tersebut


dilakukan di depan rumah. Percakapan tersebut dilakukan dengan suasana penuh
keromantisan).

Analisis:

Percakapan di atas dilakukan oleh sepasang kekasih (laki-laki dengan

laki-lak) yang sedang dimabuk asmara. Hal itu terlihat dari pecakapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

“hetong-hetong gak usah ngebut”. P1 mengucapkan kata hetong-hetong gak

usah ngebut dengan nada yang sangat lembut, dan dengan kedipan mata

genit yang ditujukan kepada kekasihnya yang sedang berada di atas motor.

P1 mengucapkan hal tersebut di depan temannya yang sedang duduk-duduk

di teras rumah, ia melakukan hal tersebut agar teman-temannya yang sedang

duduk di teras melihat dan memperhatikan kemesraannya terhadap

kekasihnya. Hal itu terlihat ketika dia sedang berbica dengan kekasihnya,

matanya tidak jarang melikir kea rah teman-temannya. Argot pada

percakapan di atas terdapat pada kata “Hetong”. Hetong tersamuk kedalam

argot dengan kategori penambahan -ong karena hetong berasal dari kata

dasar hati yang mendapat penambahan –ong. Percakapan-percakapan di atas

adalah percakapan yang dilakukan oleh anggota komunitas gay yang di

dalamnya terdapat argot bentuk kata tunggal. Percakapan di atas termasuk

dalam argot berdasarkan bentuk kata tunggal karena argot yang terdapat

pada percakapan di atas (hetong) merupaka satuan gramatik yang tidak

terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi, masing-masing tersebut merupakan

bentuk tunggal karena satuan tersebut tidak dapat dipisahkan lagi menjadi

satuan yang lebih kecil.

4.2.2.3 Analisis Data Berdasarka Bentuk Abreviasi

Argot bentuk abreviasi terjadi apabila argot pada percakapan antar

anggota komunitas gay mengalami pemendekan kata, seperti copntoh di bawah

ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Data 1 Titi dj
P1 : itu udah aku siapin ya di tas, jangan lupa nanti di ambil
P2 : iya bebi, pulang dulu ya.
P1 : oke titi dj ya, nggak usah ngebut -ngebut.
P2 : oke bosku. Santai.

(Konteks : percakapan dilakukan oleh dua pasang kekasih, percakapan tersebut


dilakukan di depan rumah. Percakapan tersebut dilakukan dengan suasana penuh
keromantisan).

Analsisi :

Percakapan-percakapan di atas adalah percakapan yang dilakukan oleh

anggota komunitas gay yang di dalamnya terdapat argot bentuk abreviasi.

Percakapan tersebut masuk dalam kategori bentuk abreviasi karena argot yang

terdapat dalam percakapan antar anggota gay tersebut mengalami pemendekan

kata, kemudian berkombinasi sehingga membentuk leksem yang berstatus kata.

Menurut (Kridalaksana 1996:156) abreviasi adalah proses penanggalan satu atau

beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang

berstatus kata.

Data 2 Ember

P1 : aku bleaching aja po ya? trus diponi depan. Biar tambah sirik. Hahah
P2 : ember kak. Pasti nanti ikut-ikutan.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yang kira-kira berumur
27 tahun, keduana sama-sama berkerja sebagai stylish rambut. Keduanya sedang
membicarakan salah satu teman mereka yang mereka anggap sebagai orang yang
sombong , sok tahu, dan suka iri dengan teman lainya).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Analsisi :

Percakapan-percakapan di atas adalah percakapan yang dilakukan oleh

anggota komunitas gay yang di dalamnya terdapat argot bentuk abreviasi.

Percakapan tersebut masuk dalam kategori bentuk abreviasi karena argot yang

terdapat dalam percakapan antar anggota gay tersebut mengalami pemendekan

kata, kemudian berkombinasi sehingga membentuk leksem yang berstatus kata.

Menurut (Kridalaksana 1996:156) abreviasi adalah proses penanggalan satu atau

beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang

berstatus kata.

4.2.2.4 Analisis Data Berdasarka Kata Asli

Ada berbagai macam argot yang terdapat dalam percakapan yang

dilakukan oleh anggota komunitas gay di kota Yogyakarta. Berikut ini adalah

percakapan-percakapan anggota gay yang di dalamnya terdapat argot yang berasal

dari bentuk kata asli.

Data 1 lekong
P1 : self service yo kene ki. Kono jupuk aku wes mesekne kok mau ki.
P2 : isin aku mas-mase cucok e.
P3 : sah manja kowe ki lanang.
P1 : ha yo to, lanang kakean drama.
P2 : aku lekong tapi hati hellokitty ih.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan di salah satu coffe shop di jalan


Palagan. percakapan tersebut dilakukan oleh salah satu anggota gay untuk
menunjukkan bahwa dirinya malu jika bertemu dengan pria ganteng).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Analisis:

Percakapan-percakapan di atas merupakan kategori argot pada bentuk kata

asli. Mengapa argot tersebut dikategorikan ke dalam argot bentuk kata asli, karena

argot tersebut berasal dari perbendaharaan asli suatu bahasa tertentu dan bukan

berasal dari kata-kata pinjaman atau serapan. Kata lekong memiliki makna

sebagai laki.

Data 2 Hetong
P1 : hetong-hetong gak usah ngebut.
P2 : oke bosku. Santai.

(Konteks : percakapan dilakukan oleh dua pasang kekasih, percakapan tersebut


dilakukan di depan rumah. Percakapan tersebut dilakukan dengan suasana penuh
keromantisan).

Analsisi :

Percakapan-percakapan di atas merupakan kategori argot pada bentuk kata

asli. Mengapa argot tersebut dikategorikan ke dalam argot bentuk kata asli, karena

argot tersebut berasal dari perbendaharaan asli suatu bahasa tertentu dan bukan

berasal dari kata-kata pinjaman atau serapan. Kata hetong memiliki makna

sebagai hati.

Data 3 Jelong
P1 : Nenek kemana e kak kok gak datang?
P2 : neng thailand to nenek ki.
P3 : ngopo e Ren nenek neng thiland
P2 : hayo jelong-jelong to kok koyo wong susah. Hahah mbenekke susu kak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

(Konteks: konteks percakapan di atas dilakukan pada acara kumpul rutin


anggota. Mereka menanyakan ketua anggota yang sedang pergi ke Thailand
untuk operasi alat vital).

Analisis :

Percakapan-percakapan di atas merupakan kategori argot pada bentuk kata

asli. Mengapa argot tersebut dikategorikan ke dalam argot bentuk kata asli, karena

argot tersebut berasal dari perbendaharaan asli suatu bahasa tertentu dan bukan

berasal dari kata-kata pinjaman atau serapan. Kata jelong memiliki makna sebagai

jalan.

Data 4 mekong
P1 : Cica dari mana kok baru datang?
P2 : mekong nek. Diajakin temen kampus tadi.
P3 : temen kampus po temen tidur ca?
P1 : iyo hayo temen opo? Ojo-ojo konco turu.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh ketua anggota kepada salah satu
anggotanya. Percakapan tersebut dilakukan dengan maksud bercandaan).

Analisis:

Percakapan-percakapan di atas merupakan kategori argot pada bentuk kata

asli. Mengapa argot tersebut dikategorikan ke dalam argot bentuk kata asli, karena

argot tersebut berasal dari perbendaharaan asli suatu bahasa tertentu dan bukan

berasal dari kata-kata pinjaman atau serapan. Kata mekong memiliki makna

sebagai makan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Data 5
P1 : bar weruh lanangan akeh paling yo ngleces.
P2 : ih sembarangan.
P1 : lha suwe je kowe ki.
P3 : kok bisa sih kak? Aku roaming
P1 : vicky kan nepsong kalau ketemu cowok-cowok.
P3 : masak sik?
P2 : ih ora ya, aku nespong pun milih-milih.

(Konteks: Percakapan di atas dilakukan beberapa anggota gay yang sedang


berada di tempat nongkorng di jalan Gejayan. Tuturan tersebut dilontarkan
dengan maksud bercanda untuk mencairkan suasana).

Analisis:

Percakapan-percakapan di atas merupakan kategori argot pada bentuk

kata asli. Mengapa argot tersebut dikategorikan ke dalam argot bentuk kata asli,

karena argot tersebut berasal dari perbendaharaan asli suatu bahasa tertentu dan

bukan berasal dari kata-kata pinjaman atau serapan. Kata nepsong memiliki

makna nafsu.

4.2.2.5 Analisis Data Berdasarkan Bentuka Kata Pinjaman

Ada berbagai macam argot yang terdapat dalam percakapan yang

dilakukan oleh anggota komunitas gay di kota Yogyakarta. Berikut ini adalah

percakapan-percakapan anggota gay yang di dalamnya terdapat argot yang berasal

dari bentuk kata pinjaman.

Data 1
P1 : nduk, nengdi?
P2 : aku di kontrakan kak, gimana?
P1 : aku numpang adus yo? Oleh kan?
P2 : iya sini aja kak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

P1 : numpang adus yo, PLN ki njelei kok ngribut-ngributi wong meh


nyambut gawe. Aku masak ki rung mateng lho wes metong sak
kabehane.
P2 : sabar kak. Wes gek mandi.
P1 : yo yo. Misi numpang yo. Sory ngrepoti
P2 : hahah santai kak.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh peneliti dengan salah satu anggota
gay, percakapan pertama dilakukan via telpone dimana penutur pertama masih
berada di rumah, sedangkan percakapan ke dua dilakukan ketika penutur
pertama sudah sampai di rumah peneliti).

Analisis:
Kata-kata di atas merupakan kata-kata serapan dari bahasa Jawa. Kata

nglecong merujuk pada kegiatan merangsang diri sendiri, yang dalam bahasa Jawa

kata nglecong berarti ngloco sedangkan dalam bahasa Indonesia kata nglecong

mempunyai arti onani. Gedong merujuk pada sifat ukuran sesuatu, gedong dalam

bahasa Jawa memiliki arti gede, dalam bahasa Indonesia kata gede mempunyai

arti besar. Kentong/kenti merujuk pada anggota tubuh manusia (laki-laki), yang

dalam bahasa jawa kentong/kenti mempunyai arti kontol, sedangkan dalam bahasa

Indonesia kata kentong/kenti mempunyai arti alat kelamin laki-laki (penis).

Kempolan merujuk pada istilah celana ketat yang biasa dipakai untuk membentuk

otot paha hingga betis saat para lelaki sedang melakukan olahraga (gym) celana

ketat biasa terbuat dari kain foam. Dalam bahasa Indonesia kata kempolan

mempunyai arti sebagai betis.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Data 2
P1 : kak aku nitip tas sikik yo kak. Meh neng kamar mandi sikik aku. Duh
tapi isin ono mas-mas
P2 : halah kemayu lek uwes.
P3 : suwi banget neng kamar mandi ngopo e vick?
P2 : bar weruh lanangan akeh paling yo ngleces.
P1 : ih sembarangan.
P3 : lha suwe je kowe ki.

(Konteks: percakapan di atas terjadi di salah satu tempat nongkrong di jalan


perumnas. Percakapan tersebut dilakukan untuk menyindir slaah satu temannya
karena dirasa terlalu lama berada di kamar mandi).

Analisis :

Kata-kata di atas merupakan kata-kata serapan dari bahasa Jawa. Kata

nglecong merujuk pada kegiatan merangsang diri sendiri, yang dalam bahasa Jawa

kata nglecong berarti ngloco sedangkan dalam bahasa Indonesia kata nglecong

mempunyai arti onani. Gedong merujuk pada sifat ukuran sesuatu, gedong dalam

bahasa Jawa memiliki arti gede, dalam bahasa Indonesia kata gede mempunyai

arti besar. Kentong/kenti merujuk pada anggota tubuh manusia (laki-laki), yang

dalam bahasa jawa kentong/kenti mempunyai arti kontol, sedangkan dalam bahasa

Indonesia kata kentong/kenti mempunyai arti alat kelamin laki-laki (penis).

Kempolan merujuk pada istilah celana ketat yang biasa dipakai untuk membentuk

otot paha hingga betis saat para lelaki sedang melakukan olahraga (gym) celana

ketat biasa terbuat dari kain foam. Dalam bahasa Indonesia kata kempolan

mempunyai arti sebagai betis.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Data 3
P1 : minggu ngarep kan G-Night to kak?
P2 : eh iyo, duh aku mlebu opo yo. Mugo ae mlebu isuk dadi iso.
P3 : njaluk ganti jadwal wae to vick.
P1 : meh dandan wedok po lanang?
P3 : kempolan wae vick.
P2 : ha yo ben do napsu.

(Konteks: percakapan dilakukan oleh dua naggota gay yang sedang


merencanakan acara G-nigt, mereka ingin tampil sexy untuk menarik perhatian
anggota gay yang lainnya).

Analisis :
Kata-kata di atas merupakan kata-kata serapan dari bahasa Jawa. Kata

nglecong merujuk pada kegiatan merangsang diri sendiri, yang dalam bahasa Jawa

kata nglecong berarti ngloco sedangkan dalam bahasa Indonesia kata nglecong

mempunyai arti onani. Gedong merujuk pada sifat ukuran sesuatu, gedong dalam

bahasa Jawa memiliki arti gede, dalam bahasa Indonesia kata gede mempunyai

arti besar. Kentong/kenti merujuk pada anggota tubuh manusia (laki-laki), yang

dalam bahasa jawa kentong/kenti mempunyai arti kontol, sedangkan dalam bahasa

Indonesia kata kentong/kenti mempunyai arti alat kelamin laki-laki (penis).

Kempolan merujuk pada istilah celana ketat yang biasa dipakai untuk membentuk

otot paha hingga betis saat para lelaki sedang melakukan olahraga (gym) celana

ketat biasa terbuat dari kain foam. Dalam bahasa Indonesia kata kempolan

mempunyai arti sebagai betis.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

Data 4
P1 : iyo ya vick, napsu wong kentine gemandul ngalor ngidul.
P2 : kak Hari mbok ra ngono kui to.
P3 : nggonmu cilik po Ren? Haha

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh dua anggota gay yangsedang duduk
santai di salah satu angkringan, percakapan tersebut dilakukan untuk menyindir
temannya yang akan menggunakan kempolan pada saat acara G-Nigt, karena
temannya dirasa tidak pantas jika menggunakan pakaian tersebut).

Data 5
P1 : mbiyen pas aku isih kuru, ireng, elik we ndekne lunga, eh kok wingi
tiba-tibaketemu neng bigo njuk komen ngajak ketumbaran. Yo sory.
P2 : kowe ra gelem kak?
P1 : ra sudilah aku. Bareng sak iki aku wes bagus njuk meh nggoleki aku.
Tidak bisa!!

(Konteks: percakapan di atss dilakukan oleh peneliti dan salah satu anggota gay.
Percakapan dilakukan dengan nada tinggi karena kekesalannya terhadap mantan
kekasinya yang dulu pernah menyia-nyiakan hanya gara-gara masalah fisik).

Data 6
P1 : oh kui kak? Awake cilik ah. Kurang lemu sitik.
P2 : eh jangan salah. Cilik-cilik ngono tapi hmmmm gedong.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua sahabat yang sedang berada di
basecamp, keduanya bertemu dengan salah satu pelanggan penutur pertama.
Pada percakapan ini penutur kedua mengejek badan pelanggan penutur pertama,
tetapi meskipun badannya kurus tetapi pelanggan penutur pertama tersebut
memiliki kelamin yang besar).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Analisis :

Kata-kata di atas merupakan kata-kata serapan dari bahasa Jawa. Kata

nglecong merujuk pada kegiatan merangsang diri sendiri, yang dalam bahasa Jawa

kata nglecong berarti ngloco sedangkan dalam bahasa Indonesia kata nglecong

mempunyai arti onani. Gedong merujuk pada sifat ukuran sesuatu, gedong dalam

bahasa Jawa memiliki arti gede, dalam bahasa Indonesia kata gede mempunyai

arti besar. Kentong/kenti merujuk pada anggota tubuh manusia (laki-laki), yang

dalam bahasa jawa kentong/kenti mempunyai arti kontol, sedangkan dalam bahasa

Indonesia kata kentong/kenti mempunyai arti alat kelamin laki-laki (penis).

Kempolan merujuk pada istilah celana ketat yang biasa dipakai untuk membentuk

otot paha hingga betis saat para lelaki sedang melakukan olahraga (gym) celana

ketat biasa terbuat dari kain foam. Dalam bahasa Indonesia kata kempolan

mempunyai arti sebagai betis.

4.2.2.6 Analisis Data Berdasarkan Bentuk Nominal

Ada berbagai macam argot yang terdapat dalam percakapan yang

dilakukan oleh anggota komunitas gay di kota Yogyakarta. Berikut ini adalah

percakapan-percakapan anggota gay yang di dalamnya terdapat argot yang berasal

dari bentuk nominal.

Data 1
P1 : self service yo kene ki. Kono jupuk aku wes mesekne kok mau ki.
P2 : isin aku mas-mase cucok e.
P3 : sah manja kowe ki lanang.
P1 : ha yo to, lanang kakean drama.
P2 : aku lekong tapi hati hellokitty ih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan di salah satu coffe shop di jalan


Palagan. percakapan tersebut dilakukan oleh salah satu anggota gay untuk
menunjukkan bahwa dirinya malu jika bertemu dengan pria ganteng).

Data 2
P1 : minggu ngarep kan G-Night to kak?
P2 : eh iyo, duh aku mlebu opo yo. Mugo ae mlebu isuk dadi iso.
P3 : njaluk ganti jadwal wae to vick.
P1 : meh dandan wedok po lanang?
P3 : kempolan wae vick.
P2 : ha yo ben do napsu.

(Konteks: percakapan dilakukan oleh dua anggota gay yang sedang


merencanakan acara G-nigt, mereka ingin tampil sexy untuk menarik perhatian
anggota gay yang lainnya).

Data 3
P1 : wolha yo karang benconggggg...
P2 : ra bengak-bengok to, koyo kowe ra bencong wae.
P1 : kok cangkeman e kowe.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh dua orang sahabat yang sedang
berdada di warung makan. Percakapan tersebut dilakukan penutur kepada mitra
tutur dengan maksud bercanda).

Analisis :
Percakapan-percakapan di atas merupakan data yang ditemukan dalam

wujud argot gay yang termasuk dalam nomina. Kata-kata yang termasuk dalam

nomina tidak dapat digabungkan Seperti yang telah diuraikan di atas, kata-kata

nomina tidak mungkin digabungkan dengan partikel tidak, seperti tidak bencong

melainkan lebih pas jika didahului dengan partikel bukan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

4.2.2.7 Analisis Data Berdasarkan Bentuk Ajektiva

Ada berbagai macam argot yang terdapat dalam percakapan yang

dilakukan oleh anggota komunitas gay di kota Yogyakarta. Berikut ini adalah

percakapan-percakapan anggota gay yang di dalamnya terdapat argot yang berasal

dari bentuk ajektiva.

Data 1 ember
P1 : aku bleaching aja po ya? trus diponi depan. Biar tambah sirik. Hahah
P2 : ember kak. Pasti nanti ikut-ikutan.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yang kira-kira berumur
27 tahun, keduana sama-sama berkerja sebagai stylish rambut. Keduanya sedang
membicarakan salah satu teman mereka yang mereka anggap sebagai orang yang
sombong , sok tahu, dan suka iri dengan teman lainya).

Analisis:

Argot di atas termasuk dalam kelas kata adjektiva karena dapat

digabungkan dengan partikel tidak, lebih dan sangat. Contohnya ada pada kata

lapangan bola. Dalam argot gay ember memiliki pengertian sebagai suatau rasa

keinginan untuk menekankan suatu kebenaran. Artinya konsep kata ember

merujuk pada keterangan suatu hal yang bersifat benar adanya.

Data 2 gedong
P1 : oh kui kak? Awake cilik ah. Kurang lemu sitik.
P2 : eh jangan salah. Cilik-cilik ngono tapi hmmmm gedong.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua sahabat yang sedang berada di
basecamp, keduanya bertemu dengan salah satu pelanggan penutur pertama.
Pada percakapan ini penutur kedua mengejek badan pelanggan penutur pertama,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

tetapi meskipun badannya kurus tetapi pelanggan penutur pertama tersebut


memiliki kelamin yang besar).

Analsisi :

Argot di atas termasuk dalam kelas kata adjektiva karena dapat

digabungkan dengan partikel tidak, lebih dan sangat. Contohnya ada pada kata

gedong. Dalam argot gay gedong memiliki pengertian sebagai suatau ukuran

Artinya konsep kata gedong merujuk pada keterangan yang bersifat bilangan.

Data 3 lapangan bola


P1 : lek ayo to cah. Mah do criwis.
P2 : sikik vick, dilit meneh lagi penak iki. Haha
P3 : iyo santai to, isih sore iki. Koyo arek cilik wae.
P2 : ora masalah isih sore, kene ki wes lapangan bola e mah do crigis ra
uwis-uwis.
P1 : wes ayo, ndak mah mutung.

(Konteks : percakapan tersebut terjadi di kost salah satu anggota gay. Suasana
percakapan tersebut sedikit ada perdebatan karena salah satu dari anggota gay
merasa lapar karena sudah lama menunggu).

Analsisi :

Argot di atas termasuk dalam kelas kata adjektiva karena dapat

digabungkan dengan partikel tidak, lebih dan sangat. Contohnya ada pada kata

lapangan bola. Dalam argot gay lapangan bola memiliki pengertian sebagai suatau

rasa keinginan untuk memasukan sesuatu kedalam mulut (makanan). Artinya

konsep kata lapangan bola merujuk pada keterangan yang bersifat ingi

melakukan/ mengerjakan suatu hal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

4.2.2.8 Analisis Data Berdasarkan Bentuk Verba

Ada berbagai macam argot yang terdapat dalam percakapan yang

dilakukan oleh anggota komunitas gay di kota Yogyakarta. Berikut ini adalah

percakapan-percakapan anggota gay yang di dalamnya terdapat argot yang berasal

dari bentuk verba.

Data 1
P1 : Cica dari mana kok baru datang?
P2 : mekong nek. Diajakin temen kampus tadi.
P3 : temen kampus po temen tidur ca?
P1 : iyo hayo temen opo? Ojo-ojo konco turu.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh ketua anggota kepada salah satu
anggotanya. Percakapan tersebut dilakukan dengan maksud bercandaan).

Analisis :

Percakapan-percakapan di atas merupakan percakapan yang dilakukan oleh

anggota gay yang di dalam percakapan tersebut terdapat argot atau kata rahasia.

Argot yang terdapat dalam percakapan di atas merupakan kategori argot dalam

bentuk verba. Verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat.

Sebagaian besar verba mewakili unsur perbuatan, keadaan, atau proses. Kelas ini

dalam bahasa Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata

tidak dan tidak mungkin diawali dengan kata sangat seperti sangat, lebih

(Kridalaksana, 2008: 254).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Data 2
P1 : lek ayo to cah. Mah do criwis.
P2 : sikik vick, dilit meneh lagi penak iki. Haha
P3 : iyo santai to, isih sore iki. Koyo arek cilik wae.
P2 : ora masalah isih sore, kene ki wes lapangan bola e mah do crigis ra
uwis-uwis.
P1 : wes ayo, ndak mah mutung.

(Konteks : percakapan tersebut terjadi di kost salah satu anggota gay. Suasana
percakapan tersebut sedikit ada perdebatan karena salah satu dari anggota gay
merasa lapar karena sudah lama menunggu).

Analisis :

Percakapan-percakapan di atas merupakan percakapan yang dilakukan

oleh anggota gay yang di dalam percakapan tersebut terdapat argot atau kata

rahasia. Argot yang terdapat dalam percakapan di atas merupakan kategori argot

dalam bentuk verba. Verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai

predikat. Sebagaian besar verba mewakili unsur perbuatan, keadaan, atau proses.

Kelas ini dalam bahasa Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali

dengan kata tidak dan tidak mungkin diawali dengan kata sangat seperti sangat,

lebih (Kridalaksana, 2008: 254).

4.2.2.9 Analisis Data Berdasarkan Bentuk Numeralia

Ada berbagai macam argot yang terdapat dalam percakapan yang

dilakukan oleh anggota komunitas gay di kota Yogyakarta. Berikut ini adalah

percakapan-percakapan anggota gay yang di dalamnya terdapat argot yang berasal

dari bentuk numeralia.

Numeralia adalah kata atau frasa yang menunjukan bilangan (Kridalaksana,

2008: 165). Berikut ini data numeralia dalam register waria.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

1. Duta : uang, jenis-jenis uang.

Duta

Pada seputaran tahun 1990an di dalam dunia permusikan Indonesia

pernah sangat populer grup band sheile on7 yang memiliki personil yang

terkenal terutama pada vocalisnya yaitu bernama Duta, oleh karena itu nama

Duta di angkat masuk kedalam argot gay sebagai pola transformasi dari kata

duwit (dalam bahasa indonesia uang) menjadi kata duta karena kedekatan

bunyi yaitu dengan cara melesapkan konsonan terakhir pada kata asal dan

penambahan.

2. Retong : ratus, satuan jumlah uang.

4.2.4.5 Analisis Data Berdasarkan Bentuk Pengistilahan

Ada berbagai macam argot yang terdapat dalam percakapan yang

dilakukan oleh anggota komunitas gay di kota Yogyakarta. Berikut ini adalah

percakapan-percakapan anggota gay yang di dalamnya terdapat argot yang berasal

dari bentuk pengistilahan.

Data 1
P1 : minggu ngarep kan G-Night to kak?
P2 : eh iyo, duh aku mlebu opo yo. Mugo ae mlebu isuk dadi iso.
P3 : njaluk ganti jadwal wae to vick.
P1 : meh dandan wedok po lanang?
P3 : kempolan wae vick.
P2 : ha yo ben do napsu.

(Konteks: percakapan dilakukan oleh dua anggota gay yang sedang


merencanakan acara G-nigt, mereka ingin tampil sexy untuk menarik perhatian
anggota gay yang lainnya).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Data 2
P1 : nggak kok, kita lagi ngobrol-ngobrol aja ya kan.
P2 : paham kok aku paham. Lagi gosipin si itu kan?
P3 : gak kelas doa sam kita. Corcoran gitu mana level.

(Kontaks: percakapan di atas di lakukan oleh tiga orang yang sedang berada di
tempat nongkrong. Ketiga pemuda tersebut sedang membincangkan sorang lain
yang tidak pernah mau berkumpul dengan anggota).

Data 3
P1 : sedih aku kak. Lagi sepi, gak ada laki
P2 : jangan sedih, masih ada temen. Rak ono lanang yo isih urip kok nduk.
P3 : sama amir Ca, hahhaa
P2 : merak-merakkan nek karo Amir.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh anggota komunitas gay yang


sedang berkumpul di tempat nongkrong. Percakapan di atas dilakukan untuk
menunjukkan bahwa mereka adalah orang yang sangat tegar walaupun tidak
meiliki kekasih).

Analisis :
Percakapan-percakapan di atas merupakan percakapan yang dilakukan

oleh anggota gay yang di dalam percakapan tersebut terdapat argot atau kata

rahasia. Argot yang terdaapat dalam percakapan di atas merupakan kategori argot

dalam bentuk pengistilahan. Mengapa disebut dengan bentuk pengistilahan karena

hal ini dilakukan untuk mendapatkan kecermatan dan ketetapan makna untuk

suatu bidang kegiatan atau keilmuan, berbeda dengan penamaan atau penyebutan

yang lebih banyak bersifat arbitrer maka pengistilahan berlangsung menurut

prosedur (Chaer). Berikut ini penjelasan makna argot dalam kategori bentuk

pengistilahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

1. Kempolan – menarik perhatian

Kempolan adalah suatu alat yang biasa dipakai oleh para gay yang

terbuat dari semacam foam dan kain keras berbentuk seperti celana

pendek senam yang sangat kekat (model ini bervariasi, ada yang

panjang, sedang, dan pendek). Kempolan ini mempunyai fungsi untuk

membentuk otot pinggul, otot paha, dan otot betis agar lebih menonjol

sehingga kesan sexy akan lebih tampak pada diri seorang gay.

2. Cor-coran – identitas diri

Dalam argot gay cor-coran memiliki makna seorang gay yang tidak

pernah ikut datang bergabung dalam acara-acara yang diadakan pada

kounitasnya tersebut. Baik acara besar maupun kecil, biasanya gay yang

jarang bergaul atau sama sekali tidak pernah bergaul itu dikarenakan masih

malu untuk bergabung di komunitas gay tersebut.

3. Merak – merakan – identitas diri

Merak-merakan adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut

anggota gay yang berperan sebagai perempuan (both) tetapi senang

bergaul/dekat dengan gay yang berperan atau berperilaku sebagai perempuan

juga. Kata merak sendiri digunakan untuk merepresentasikan suatu yang

cantik dan indah.

4.2.3 Analisis Data Berdasarkan Faktor-Faktor Penggunaan Argot

Ada berbagai macam argot yang terdapat dalam percakapan yang

dilakukan oleh anggota komunitas gay di kota Yogyakarta. Berikut ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

percakapan-percakapan anggota gay yang di dalamnya terdapat faktor-faktor yang

memepengaruhi penggunaan argot. Berikut pemaparannya.

3.2.1 Faktor Gengsi

setiap anggota menggunakan argot pada saat berkumpul karena

ingin lebih akrab dan tidak dianggap berbeda dengan anggota lainnya.

Dan bisa juga agar terlihat eksis apalagi jika seseorang itu lebih

banyak menguasai kosa kata dan bisa mengucapkannya denga nada-

nadanyang cetil atau genit karna itu menjadi modal utama untuk

menarik perhatian gay yang lainnya. Berikut data percakapan yang

menunjukkan faktor gengsi dalam menggunakan argot.

1. Jelong - Jelong
P1 : Nenek kemana e kak kok gak datang?
P2 : neng thailand to nenek ki.
P3 : ngopo e Ren nenek neng thiland
P2 : hayo jelong-jelong to kok koyo wong susah. Hahah
mbenekke susu kak.

(Konteks: konteks percakapan di atas dilakukan pada acara kumpul


rutin anggota. Mereka menanyakan ketua anggota yang sedang pergi
ke Thailand untuk operasi alat vital).
2. Adendong - gengsi
P1 : Duh aku ra isa ngubungi, sapa kene sing ana pulsa,
ditelponwae.
P2 : Aku adendong kak, handphoneku gak biasa kosong sih.
Nih(sambilmenyerahkan handphone)
P1 : oh yo kene nduk, tak silih sikik yo.
P2 : (tersenyum)

(konteks : penutur pertama dan penutur kedua adalah sepasang


teman. Suasana percakapan ini terjadi ketika mereka sedang
nongkrong. Kalimat tersebut diucapkan untuk memberitahukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

kepada teman-teman yang lain bahwa dirinya selalu menghisi pulsa


pada handphonenya).

3.2.2 Faktor Kebiasaan

Ada berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan argot pada komunitas gay di Yogyakarta. Faktor tersebut

salah satunya adalah faktor kebiasaan, berikut pemaparannya.

Data 1:
P1 : wuih, Cica mah sekarang banyak ya gandengannya.
P2 : enggak lho kak, biasa aja. Cuma temen.
P3 : gak papa yang pentng harus tau, ingat jangan mau sama

lekong yang tinta duta gitu eim".


(Jangan mau sama laki yang tidak punya uang begitu ya).

Kalimat di atas adalah kalimat yang sudah sering kali disampaikan

oleh salah anggota gay kepada teman-temannya, karena saat salah satu

anggota mengatakan lekong tinta duta maka anggota yang lain sudah

mengerti tanpa harus bertanya dulu arti lekong tinta duta. Karena argot

tersebut sudah biasa atau sering kali digunakan maka anggota yang lain

pun sudah paham arti dam maksud argot tersebut.

3.2.3 Faktor Memudahkan

Ada berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan argot pada komunitas gay di Yogyakarta. Faktor tersebut

salah satunya adalah faktor memudahkan, berikut pemaparannya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Data 1 Titi DJ
P1 : itu udah aku siapin ya di tas, jangan lupa nanti di ambil
P2 : iya bebi, pulang dulu ya.
P1 : oke titi dj ya, nggak usah ngebut -ngebut.
P2 : oke bosku. Santai.

(Konteks : percakapan dilakukan oleh dua pasang kekasih, percakapan


tersebut dilakukan di depan rumah. Percakapan tersebut dilakukan
dengan suasana penuh keromantisan).

Analisis :

Pemakaian argot dalam kategori di atas disebabkan karena para

anggota enggan menjelaskan secara berbelit-belit dan panjang lebar inti

pembicaraan yang nantinya malah membuat bingung. Oleh sebab itu,

penggunaan argot dianggap lebih efektif dan komunikatif untuk

berkomunikasi dengan sesama anggota gay. Dengan menggunakan argot

tesebut, para anggota gay merasa lebih mudah dalam berkomunikasi tanpa

harus berbelit-belit

Data 2 Ember
P1 : aku bleaching aja po ya? trus diponi depan. Biar tambah sirik.
Hahah
P2 : ember kak. Pasti nanti ikut-ikutan.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yang kira-kira


berumur 27 tahun, keduana sama-sama berkerja sebagai stylish rambut.
Keduanya sedang membicarakan salah satu teman mereka yang mereka
anggap sebagai orang yang sombong , sok tahu, dan suka iri dengan
teman lainya).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Analisis:

Pemakaian argot dalam kategori di atas disebabkan karena

para anggota enggan menjelaskan secara berbelit-belit dan panjang lebar

inti pembicaraan yang nantinya malah membuat bingung. Oleh sebab itu,

penggunaan argot dianggap lebih efektif dan komunikatif untuk

berkomunikasi dengan sesama anggota gay. Dengan menggunakan argot

tesebut, para anggota gay merasa lebih mudah dalam berkomunikasi

tanpa harus berbelit-belit.

3.2.4 Faktor Identitas Sosial

Ada berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan argot pada komunitas gay di Yogyakarta. Faktor tersebut

salah satunya adalah faktor identitas sosial, berikut pemaparannya.

Data 1
P1 : iyo ya vick, napsu wong kentine gemandul ngalor ngidul.
P2 : kak Hari mbok ra ngono kui to.
P3 : nggonmu cilik po Ren? Haha

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh dua anggota gay


yangsedang duduk santai di salah satu angkringan, percakapan tersebut
dilakukan untuk menyindir temannya yang akan menggunakan kempolan
pada saat acara G-Nigt, karena temannya dirasa tidak pantas jika
menggunakan pakaian tersebut).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Data 2
P1 : mbiyen pas aku isih kuru, ireng, elik we ndekne lunga,
eh kok wingi tiba-tibaketemu neng bigo njuk komen
ngajak ketumbaran. Yo sory.
P2 : kowe ra gelem kak?
P1 : ra sudilah aku. Bareng sak iki aku wes bagus njuk meh
nggoleki aku. Tidak bisa!!

(Konteks: percakapan di atss dilakukan oleh peneliti dan salah satu


anggota gay. Percakapan dilakukan dengan nada tinggi karena
kekesalannya terhadap mantan kekasinya yang dulu pernah menyia-
nyiakan hanya gara-gara masalah fisik).

Penggunaan argot pada anggota gay tersebut untuk

memperlihatkan dirinya sebagai orang jawa yang bisa berbahasa

Indonesia dan Asing. Mereka menggunakan bahasa Jawa untuk

menunjukkan asal-usul mereka yang berlatar belakang budaya Jawa

tetapi mereka masih tetap bisa mneggunakan bahasa asing untuk

berkomunikasi.

3.2.5 Faktor Lingkungan

Berdasarkan rumusan masalah ketiga tentang faktor

penggunaan argot pada komunitas gay. Beberapa anggota yang

diwawancarai menjelaskan bahwa faktor penyebab penggunaan argot

adalah situasi lingkungan sekitar mereka.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

3.2.6 Menutupi Identitas

Ada berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan argot pada komunitas gay di Yogyakarta. Faktor tersebut

salah satunya adalah faktor identitas sosial, berikut pemaparannya.

P1 : Peneliti
P2 : Gay
P1 : “Eh bang, sebenernya apasih alasannya, kok kebayakan dari
kalian lebih milih pakai bahasa rahasia yang berasal dari prokem
jawa dan huruf Jawa?
P2 : “Kebanyakan dari kita kan orang Jawa dek, jadi kita enggak mau
ninggalin kebudayaan di Jawa ini to. Tapi sebenernya ada alasan
lain juga selain itu”.
P1 : “Aku boleh tau enggak bang, alasan yang lain itu apa?”
P2 : “Sebenernya, bahasa yang paling aman yang kita gunakan itu ya
bahasa Jawa ini dek, selain pembentukkannya yang rumit, orang
awam juga gak banyak yang bisa paham menggunakan prokem
jawa apalagi aksara Jawa, mayoritas masyaraat diindonesia kan
pakai bahasa Indonesia, jadi kalau kita lagi punya urusan atau
omongan yang sedikit rahasia, kita aman pakai bahasa itu, orang
enggak akan ngerti sama apa yang kita omongkan to”.

Para anggota komunitas gay sering kali menggunakan argot untuk

tujuan tertentu. Pada situasi tertentu mereka menggunakan argot untuk

menutupi identitas mereka sebagai anggota gay. Terkadang di situasi

umum mereka menggunakan argot untuk berkomunikasi dengan sesama

anggotanya agar orang lain tidak memahami apa yang mereka bicarakan.

Dengan menggunakan argot gay ini mereka bisa dengan bebas dan leluasa

berbicara dengan teman sesama anggotanya. Apa lagi jika mereka sedang

berada di luar wilayah mereka, akan sangat menguntungkan bagi mereka

yang menggunakan argot tersebut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

4.3 Pembahasan

4.3.1 Wujud-wujud Argot pada Komunitas Gay di Kota Yogyakarta

Perkembangan bahasa seiring dengan perkembangan kehidupan

manusia diera moderen ini menunjukkan fenomena yang selalu berubah

antara lahin yaitu penggunaan bahasa sebagai alat mempererat pergaulan

yang disebut dengan variasi bahasa. Variasi bahasa yang muncul pada masa

kini sangat beragam, salah satu bentuk variasi bahasa yang akan dibahas

adalah ragam bahasa yang sering digunakan oleh para gay. Bahasa yang

digunakan oleh kalangan homoseksual (gay) ini termasuk dalam bentuk

slang. Slang juga dipakai oleh kelompok-kelompok sosial dan profesional

untuk komunikasi „intern‟. Jadi penggunaan slang tersebut cenderung untuk

tidak diketahui oleh pihak lain dalam masyarakat ujaran. Kaidah-kaidah

linguistik dalam pembentukan dan penyusunan kata-katanya sering diabaikan.

Hal yang sama juga dikemukan oleh Dede Oetomo yang juga seorang

aktifis gay bahkan beliau sendiri adalah seorang gay, menyatakan bahawa

ragam bahasa yang digunakan oleh kmunitas gay adalah termasuk bahasa

rahasia atau argot. Yang dimaksud dengan bahasa rahasia atau argot di sini

adalah bahasa khusus yang hanya dimengerti dan dipahami oleh orang-orang

dalam kelompok yang sama, dalam hal ini adalah kelompok atau komunitas

gay. Bahasa gay memiliki kemiripan dengan bahasa gaul yang sering

digunakan oleh anak-anak remaja jaman sekarang, tetapi bahasa gay memiliki

ciri khas pada beberapa kosakata yang terkait dengan aktivitas dan dunia gay.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Di bawah ini adalah wujud-wujud argot yang ada pada komunitas gay di kota

Yogyakarta

4.3.1 Wujud-wujud Argot Berakhiran –Ong

1. Bencong
P1 : ihhh lucu, berepong say harganya?
P2 : murah kok kak, dibawah 200ribuanlah. Mau po?
P1 : gampang, besok-besok aja.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan peneliti dan salah satu gay.


Percakapan ini dilakukan di salah satu pusat perbelanjaan di Yogyakarta.
Tuturan tersebut diucapkan dengan nada yang lembut dan manja agar mitra
tutur merasa bahwa barang yang ia miliki benar-benar lucu atau
menggemaskan).

2. Bencong
P1 : wolha yo karang benconggggg...
P2 : ra bengak-bengok to, koyo kowe ra bencong wae.
P1 : kok cangkeman e kowe.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh dua orang sahabat yang sedang
berdada di warung makan. Percakapan tersebut dilakukan penutur kepada
mitra tutur dengan maksud bercanda).

3. Gedong

P1 : oh kui kak? Awake cilik ah. Kurang lemu sitik.


P2 : eh jangan salah. Cilik-cilik ngono tapi hmmmm gedong.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua sahabat yang sedang


berada di basecamp, keduanya bertemu dengan salah satu pelanggan penutur
pertama. Pada percakapan ini penutur kedua mengejek badan pelanggan
penutur pertama, tetapi meskipun badannya kurus tetapi pelanggan penutur
pertama tersebut memiliki kelamin yang besar).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

4. Hetong

P1 : hetong-hetong gak usah ngebut.


P2 : oke bosku. Santai.

(Konteks : percakapan dilakukan oleh dua pasang kekasih, percakapan


tersebut dilakukan di depan rumah. Percakapan tersebut dilakukan dengan
suasana penuh keromantisan).

5. Lekong

P1 : self service yo kene ki. Kono jupuk aku wes mesekne kok mau ki.
P2 : isin aku mas-mase cucok e.
P3 : sah manja kowe ki lanang.
P1 : ha yo to, lanang kakean drama.
P2 : aku lekong tapi hati hellokitty ih.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan di salah satu coffe shop di jalan


Palagan. percakapoan tersebut dilakukan oleh salah satu anggota gay untuk
menunjukkan bahwa dirinya malu jika bertemu dengan pria ganteng).

6. Lempong

P1 : Hans ki gemes aku. Heh kamu kok bisa putih gitu to? Aku pengen e.
P2 : nggak putih lho kak aku.
P3 : dulu pas bikin, bikinnya pakai lempong ya hans. Hahah
P2 : kak panda bisa aja.

Konteks: percakapan di atas dilakukan pada acara G-Night di Terrace. Tujuan


percakapan di atas adalah untuk mencairkan suasana, karena Hans adalah
naggota baru di komunitas tersebut.

7. Mekong
P1 : Cica dari mana kok baru datang?
P2 : mekong nek. Diajakin temen kampus tadi.
P3 : temen kampus po temen tidur ca?
P1 : iyo hayo temen opo? Ojo-ojo konco turu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh ketua anggota kepada salah satu
anggotanya. Percakapan tersebut dilakukan dengan maksud bercandaan).

8. Metong
Ketika salah satu gay sedang menelpon saya (penulis).
P1 : nduk, nengdi?
P2 : aku di kontrakan kak, gimana?
P1 : aku numpang adus yo? Oleh kan?
P2 : iya sini aja kak.
Setelah beberapa saat P1 sampai di kontrakan penulis.
P1 : numpang adus yo, PLN ki njelei kok ngribut-ngributi wong meh
nyambut gawe. Aku masak ki rung mateng lho wes metong sak
kabehane.
P2 : sabar kak. Wes gek mandi.
P1 : yo yo. Misi numpang yo. Sory ngrepoti
P2 : hahah santai kak.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh peneliti dengan salah satu


anggota gay, percakapan pertama dilakukan via telpone dimana penutur
pertama masih berada di rumah, sedangkan percakapan ke dua dilakukan
ketika penutur pertama sudah sampai di rumah peneliti).

9. Mendong

P1 : habis ini sarapan yuk. Aku ngeleh


P2 : sarapan dimana kak?
P1 : pengen yang berkuah-kuah
P3 : angel e isuk-isuk golek berkuah.
P1 : sembarangan, soto kae berkuah. Akehhh
P3 : yo wes lek ayo, arep lek mendong.
P2 : tumben mendong?
P1 : arep nengdi adus barang ki?
P3 : kerejonglah emang situ pengangguran
P1 : eh sini kelas malam ya kerjanya. Sembarangan

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh dua teman, dua-duanya adalah


seorang pekerja, yang pertama bekerja di sebuah hotel dan yang kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

bekerja sebagai stylish rambut, pada percakapan ini mereka sedang beradu
argument tentang kesibukan-masing-masing).

10. Nepsong
P1 : bar weruh lanangan akeh paling yo ngleces.
P2 : ih sembarangan.
P1 : lha suwe je kowe ki.
P3 : kok bisa sih kak? Aku roaming
P1 : vicky kan nepsong kalau ketemu cowok-cowok.
P3 : masak sik?
P2 : ih ora ya, aku nespong pun milih-milih.

(Konteks: Percakapan di atas dilakukan beberapa anggita gay yang sedang


berada di tempat nongkorng di jalan Gejayan. Tuturan tersebut dilontarkan
dengan maksud bercanda untuk mencairkan suasana).

Percakapan di atas terdapat argot yang biasa digunakan oleh komunitas gay

di kota Yogyakarta. Pola argot pada data-data percakapan di atas memiliki proses

pembentukan dengan mengubah bunyi/huruf vokal suku kata sebelumnya dengan

[é] dan mengubah suku kata terakhir sehingga berakhir dengan –ong.

4.3.2 Wujud-wujud Argot dengan Berakhiran –es

Ada berbagai macam wujud argot yang terdapa dalam percakapan yang

dilakukan oleh anggita komunitas gay di Yogyakarta. berikut ini adalah

percakapan-percakapan pada anggota komunitas gay yang di dalamnya terdapat

argot dengan akhiran –es.

1. Centes

P1 : lho potong rambut? Keliatan fresh lho say.


P2 : nggak pantes po kak? Kelihatan tambah gendut ya?
P1 : hei enggak kok. Centesss (sambil mata genit).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh peneliti kepada salah satu


anggota gay. Percakapan tersebut dilakukan disalah satu rumah anggota gay
dengan suasana santai).

2. Endes
P1 : emoh aku nek kon mikir mangan. Aku manut wae wes. Pokoke sing
endes.
P2 : bakmi jawa yang deket altar (alun-alun utara) aja. Aku biasa disitu
kok.
P3 : oh iyo endes kui.

(Konteks : percakap di atas dilakukan oleh beberapa anggota komunitas gay.


Percakapan dilakukan ditempat parkiran sebuah salon).

3. Gengges
P1 : gak usah gengges banci.
P2 : woh iyo banci kaleng em? ndak mah rusuh mengko.
P1 : iyolah. Eh koyo adewe ra banci wae. Hahah

(Konteks: percakapan dilakukan oleh dua orang teman yang sedang duduk di
pinggiran jalan Malioboro. Saat sedang bersantai penutur pertama usil
kepada banci yang sedang lewat di depan mereka. Kemudian penutur kedua
juga mengeluarkan sindirannya kepada penutur pertama).

4. Ngleces

P1 : kak aku nitip tas sikik yo kak. Meh neng kamar mandi sikik aku. Duh
tapi isin ono mas-mas
P2 : halah kemayu lek uwes.
Setela beberapa saat.
P3 : suwi banget neng kamar mandi ngopo e vick?
P2 : bar weruh lanangan akeh paling yo ngleces.
P1 : ih sembarangan.
P3 : lha suwe je kowe ki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

(Konteks: percakapan di atas terjadi di salah satu tempat nongkrong di jalan


perumnas. Percakapan tersebut dilakukan untuk menyindir slaah satu
temannya karena dirasa terlalu lama berada di kamar mandi).

5. Peres

P1 : karang cangkeme vicky maklum kurang belaian.


P2 : yo biasa sih kak, aku kan biasa urip neng hotel, mewah, ACan, njuk
lingguhe turune ki empuk-empuk. Ra biasa nek atos-atos ki. Inget aku
cah mewah.
P3 : peressssss. *kemudian berjalan menjauh dan mengambil motor.
P2 : sah baper lho Ren. Haha
P3 : tidyak sama sekali.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh beberapa anggota gay di tempat


parkir salah satu kedai makan di kali milk. Percakapan tersebut dilakukan
dengan suasana yang sedikit panas, karena pada percakapan tersebut terdapat
sindiran yang dilakukan oleh penutur kedua kepada penutur ketiga yang tidak
bias diajak hidup sederhana).

Percakapan di atas terdapat argot yang biasa digunakan oleh komunitas gay

di kota Yogyakarta. Pola argot pada data-data percakapan di atas memiliki proses

pembentukan dengan mengubah bunyi/huruf vokal suku kata sebelumnya dengan

[é] dan mengubah suku kata terakhir sehingga berakhir dengan –es.

4.3.3 Wujud-wujud Argot Berdasarkan Istilah Baru dalam Bahasa

Indonesia

Berikut ini adalah percakapan pada komunitas Gay di kota Yogyakarta

yang di dalamnya terdapat argot yang berasal dari istilah-istilah baru yang sudah

ada dalam bahasa Indonesia. Berikut pemaparannya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

1. Adinda
P1 : Duh aku ra isa ngubungi, sapa kene sing ana pulsa, ditelpon wae.
P2 : Aku adinda kak, handphoneku gak biasa kosong sih. Nih
(sambilmenyerahkan handphone)
P1 : oh yo kene nduk, tak silih sikik yo.
P2 : (tersenyum)

(konteks : penutur pertama dan penutur kedua adalah sepasang teman.


Suasana percakapan ini terjadi ketika mereka sedang nongkrong. Kalimat
tersebut diucapkan untuk memberitahukan kepada teman-teman yang lain
bahwa dirinya selalu menghisi pulsa pada handphonenya).

2. Ya amplop
P1 : Gusti Allah, hei aku lali. Ya amplop kepiye kak, aku balik meneh
po?
P2 : heleh rausah, sesuk wae koyo ra rep ketemu meneh wae.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh dua sahabat yang baru saja
bertemu. Percakapan dilkaukan dipintu masuk suatu club malam. oleh
penutur pertama mengucapkan percakapan tersebut dengan nada yang
lantang, hal ini dilakukan untuk menarik perhatian gay lainnya).

3. Akika

P1 : Has embuhlah, benke wae ben modar sisan.


P2 : eh kok ngono sih? Sabar to sabar
P1 : Benlah, diphp terus je aku. Akika capen cin diginiin terus.

(Konteks: pada tuturan di atas menunjukkan bahwa penutur pertama merasa


kecewa dan kesal kepada "kekasihnya" karena tidak kunjung datang untuk
menjemput. Percakapan tersebut dilakukan untuk menunjukkan bahwa ia
memiliki perasaan seperti perempuan yiatu hati yang lembut).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

4. Belalang

P1 : yakin kui entek dewean? Mbok dibagi sih.


P2 : bagi? Belalang keles. Wong kok jalukan, ra modal.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh dua sahabat yang sedang duduk
bersantai. Percakapan tersebut dilakukan dilaukan dirumah salah satu
anggota gay. Percakapan ini dilakukan untuk mengejek temannya yang tidak
pernah mau bergantian membeli makanan).

5. Begindang

P1 : kepiye sih iki kok ra kena yo. Cen njelei kok.


P2 : kene to kene (mengambil benda dan mulai membenahi). Nih
begindang.
P1 : gemes e aku. Ra kena-kena je
P2 : makane nganggo perasaan ra nganggo emosi.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh dua anggota gay, percakapan


tersebut terjadi di tempat nongkrong. Pada percakapan di atas terdapat argot
yang diguanakn oleh anggota gay. Penggunaan pada tuturan di atas
dimaksudkan untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa penutur pertama
memiliki sifat yang grusa-grusu).

6. Cipika-cipiki

P1 : hmmmm udah berani ya sekarang. Udah berani dibawa ke tempat


umum.
P2 : apaan beb. Nggak ada lho
P1 : apaan-apaan. Tadi lho aku lihat lagi cipika-cipiki.
P2 : (tersipu malu)

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh du sahabat di basecamp


komunitas. Percakapan tersebut bermaksud untuk mengejek salah satu
temannya yang sudah memiliki pasangan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

7. Cacamarica

P1 : ha, Siapa bilang aku galau? Cacamarica lagi dong. Kayak nggak
laku aja.
P2 : situ oke?
P1 : jelas. Bye.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh penutur pertama di depan


teman-temannya, hal itu dilakukan penutur pertama untuk menunjukkan
bahwa dirinya tidak sakit hati ketika putus dengan kekasihnya (menunjukkan
bahwa dirinya tegar).

8. Dese

P1 : ciee yang semalam kewer ya?


P2 : gak ah wong aku sadar kok.
P3 : trus sopo sik ngrumat dekne kak?
P1 : dese lahhh sapose lagi. Hahaha

(Konteks: percakapan di atas dilakukan beberapa orang yang sedang


berkumpul disalah satu cafe, percakapan tersebut dilakukan untuk menyindir
atau mengejek salah satu temannya yang kemarin sedang mabuk).

9. Diana

P1 : dia mah kebanyakan nyinyir, apa2 dinyinyirin, kayak dia tu


palingbenar aja rasaku.
P2 : oh, diana emang gituuu. Iyain aja mah kalau dia ngomong. Pura
pura nggak tau aja.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yang kira-kira


berumur 27 tahun, keduana sama-sama berkerja sebagai stylish rambut.
Keduanya sedang membicarakan salah satu teman mereka yang mereka
anggap sebagai orang yang sombong dan sok tahu).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

10. Ember

P1 : aku bleaching aja po ya? trus diponi depan. Biar tambah sirik.
Hahah
P2 : ember kak. Pasti nanti ikut-ikutan.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yang kira-kira


berumur 27 tahun, keduana sama-sama berkerja sebagai stylish rambut.
Keduanya sedang membicarakan salah satu teman mereka yang mereka
anggap sebagai orang yang sombong , sok tahu, dan suka iri dengan teman
lainya).

11. Endes

P1 : emoh aku nek kon mikir mangan. Aku manut wae wes. Pokoke
singendes.
P2 : bakmi jawa yang deket altar (alun-alun utara) aja. Aku biasa
disitukok.
P3 : oh iyo endes kui.

(Konteks : percakap di atas dilakukan oleh beberapa anggota komunitas


gay. Percakapan dilakukan ditempat parkiran sebuah salon).

12. Gembala sapi

P1 : hai cantikkk.. Hmmm gembala sapi deh.


P2 : hahahah (kami hanya tertawa)

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh pemilik salah satu club malam
di Yogyakarta ketika bertemu dengan soerang anak kecil yang memiliki
tubuh gendut, percakapan itu dilakukan dengan nada yang lembut dan
genit, untuu menunjukkan bahwa ia benar-benar merasa gemas dengan
anak kecil tersebut).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

13. Gilingan

P1 : jangan salah. Cilik-cilik ngono tapi hmmm gedong.


P2 : wolha gilingan koe kak har.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua sahabat yang sedang


berada di basecamp, keduanya bertemu dengan salah satu pelanggan
penutur pertama. Pada percakapan ini penutur kedua mengejek badan
pelanggan penutur pertama, tetapi meskipun badannya kurus tetapi
pelanggan penutur pertama tersebut memiliki kelamin yang besar).

14. Hamida

P1 : bojo terus, rak bosen po?


P2 : ha iyo ben to, wong rak bakal hamida em.
P3 : hayo wong pedang-pedangan kok kon hamida. Gendeng po?

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan di salah satu warung makan.


Percakapan tersebut dilakukan untuk menyindir temannya yang kemana-
mana selalu bersama tidak pernah pisah).

15. Himalayang

P1 : Aku dewean kok, cica kan karo pacare


P2 : aku sama kak Darren aja, soalnya aku sendirian.
P3 : lho pacarmu nendi Ca?
P2 : Himalayang di rawa-rawa kak.
P1 : sokooorrr.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh sekelompok komunitas gay


yang sedang ingin berpergian, suasana percakapan tersebut sedikit ada
rasa kekesalan dan kekecewaan karena kekasih sakah satu anggota gay
tersebut tidak ada kabar).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

16. Iritasi.

P1 : Jare meetup e minggu ngarep ko, aku jare nenek mau.


P2 : mbok ojo minggu ngarep kak. Tanggal tuwo e kak. Iritasi
duwitku.
P1 : yo mengko ben do ngomong karo nenek.

Konteks: percakapan dilakukan oleh dua orang sahabat disalah satu burjo
di daerah selokan mataram. Percakapan ini merupaka salah satu protes
anggota kepada ketua, karena keberatan menetukan tanggal acara.

17. Jahara

P1 : hpne Rere lho digowo ambi Bita. Njuk minggat wonge.


P2 : heee kok iso?
P1 : yo mbuh wong jare meh dijilih tapi mah kabur.
P2 : woo cen jahara kok. Meh nemoni opo Bita ki.

(Konteks: percakapan dilakukan oleh salah satu anggota gay dan kakanya.
Percakapa di atas dilakukan dalam suasana kemarahan karena salah satu
temannya membawa kabur handphone peneliti).

18. Jali –jali

P1 : Nenek kemana e kak kok gak datang?


P2 : neng thailand to nenek ki.
P3 : ngopo e Ren nenek neng thiland
P2 : hayo jali-jali to kok koyo wong susah. Hahah mbenekke susu
kak.

(Konteks: konteks percakapan di atas dilakukan pada acara kumpul rutin


anggota. Mereka menanyakan ketua anggota yang sedang pergi ke
Thailand untuk operasi alat vital).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

19. Jijay

P1 : woo nek kae sak iki dandanane ngeri. Risik sak kayahe. Nganggo
eyeliner, softlensean
P2 : nganggo wig barang.
P1 : woo iyooo mah nggilani kae. Jijay pokoke.

(Konteks : percakapan di atas dilakukan oleh dua sahabat disalah satu


tempat nongkrong. Kedua sahabat tersebut sedang membicarakan salah
satu anggota gay yang sekarang berubah menjadi banci).

20. Kencana

P1 : hei, jangan kencana sembarangan, dicokot tengu mengko kui.


P2 : tengu opo kowe sing nyokot Lex?
P1 : weee ngeyel, yowes karebmu.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan di depan pintu masuk Boshe, ketika


keluar dari suatu club malam, ada salah satu gay dari komunitas lain yang
tiba-tiba ingin kencing di pinggir jalan dibwah pohon).

21. Kesindang

P1 : Cica, kowe karo Rere mengko lek siap-siap yo. Aku bali kerjo
njukcus.
P2 : kak Darren kesindang dulu em?
P1 : iyo nduk.

(Percakapan tersebut dilakukan di jalan Gejayan ketika peneliti dan


beberapa anggota gay sedang selesai makan. Percakapan di atas dilakukan
dengan nada yang sedikit lantang karena suasana berisik kendaraan
bermotor).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

22. Lapangan bola

P1 : lek ayo to cah. Mah do criwis.


P2 : sikik vick, dilit meneh lagi penak iki. Haha
P3 : iyo santai to, isih sore iki. Koyo arek cilik wae.
P2 : ora masalah isih sore, kene ki wes lapangan bola e mah do crigis
ra uwis-uwis.
P1 : wes ayo, ndak mah mutung.

(Konteks : percakapan tersebut terjadi di kost salah satu anggota gay.


Suasana percakapan tersebut sedikit ada perdebatan karena salah satu dari
anggota gay merasa lapar karena sudah lama menunggu).

23. Beranak dalam Kubur

P1 : ih sembarangan
P2 : lha suwe je kowe ki.
P1 : beranak dalam kubur eike cin. Ha mules e ket mau bali kerjo.
P3 : bar disodok po piye kok mules ki?
P1 : kak Hary ki waton lho.

(Konteks: percakapan di atas terjadi di salah satu tempat nongkrong di


jalan perumnas. Percakapan tersebut dilakukan untuk menyindir slaah satu
temannya karena dirasa terlalu lama berada di kamar mandi).

24. Lupita

P1 : astagfirullah nek, lupita. Mau ki wes tak siapke, padahal tak


cedakne tasku lho.
P2 : yo uwes ra popo vick.
P1 : Sesuk ya nek tak anter neng omahmu bali kerjo wes.
P2 : suk wae nek pas event meneh rapopo
P1 : sory tenan lho nek.
P2 : iyo.

Konteks: percakapan di ats dilakukan oleh anggota gay kepada ketua


komunitas. Percakapan tersebut memperlihatkan kekecawaan salah satu
anggota gay karena ia lupa membawa barang titipan ketuanya tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

25. Lambreta dan bambang

P1 : kak Darren kak Rere naik dulu aja, aku masih dendong.
P2 : kita neng mobil wae Re
P3 : manut.
Setelah beberapa menit akhirnya datang.
P2 : cica ki lambreta bambang.
P1 : masak sih kak? Maklum cewek. Hehe

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh peneliti dan anggota gay.


Percakapan tersebut dilakukan di dalam mobil. Percakapan tersebut
menunjukkan kekesalan penutur kedua kepada penutur pertama karena
tidak terlalu lama berdandan).

26. Tinta

P2 : tinta kak, temen kampus.


P1 : temen kampus yang berlanjut menjadi konco turu.
P3 : ih Kak Hary.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh ketua anggota kepada salah


satu anggotanya. Percakapan tersebut dilakukan dengan maksud
bercandaan dan bermaksud untuk menjelaskan bahwa ia tidak sedang pergi
dengan teman kencannya).

4.3.4 Wujud-wujud Argot Berdasarkan Bahasa Jawa

Berikut ini adalah percakapan pada komunitas Gay di kota

Yogyakarta yang di dalamnya terdapat argot yang berasal dari istilah-istilah

baru yang sudah ada dalam bahasa Indonesia. Berikut pemaparannya.

1. Cor-coran
P1 : nggak kok, kita lagi ngobrol-ngobrol aja ya kan.
P2 : paham kok aku paham. Lagi gosipin si itu kan?
P3 : gak kelas doa sam kita. Corcoran gitu mana level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

(Kontaks: percakapan di atas di lakukan oleh tiga orang yang sedang


berada di tempat nongkrong. Ketiga pemuda tersebut sedang
membincangkan sorang lain yang tidak pernah mau berkumpul dengan
anggota).

2. Gedong

P1 : oh kui kak? Awake cilik ah. Kurang lemu sitik.


P2 : eh jangan salah. Cilik-cilik ngono tapi hmmmm gedong.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua sahabat yang sedang


berada di basecamp, keduanya bertemu dengan salah satu pelanggan
penutur pertama. Pada percakapan ini penutur kedua mengejek badan
pelanggan penutur pertama, tetapi meskipun badannya kurus tetapi
pelanggan penutur pertama tersebut memiliki kelamin yang besar).

3. Merak-merakkan

P1 : sedih aku kak. Lagi sepi, gak ada laki


P2 : jangan sedih, masih ada temen. Rak ono lanang yo isih urip kok
nduk.
P3 : sama amir Ca, hahhaa
P2 : merak-merakkan nek karo Amir.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh anggota komunitas gay yang

sedang berkumpul di tempat nongkrong. Percakapan di atas dilakukan

untuk menunjukkan bahwa mereka adalah orang yang sangat tegar

walaupun tidak meiliki kekasih).

4. Kempolan
P1 : minggu ngarep kan G-Night to kak?
P2 : eh iyo, duh aku mlebu opo yo. Mugo ae mlebu isuk dadi iso.
P3 : njaluk ganti jadwal wae to vick.
P1 : meh dandan wedok po lanang?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

P3 : kempolan wae vick.


P2 : ha yo ben do napsu.

(Konteks: percakapan dilakukan oleh dua naggota gay yang sedang


merencanakan acara G-nigt, mereka ingin tampil sexy untuk menarik
perhatian anggota gay yang lainnya).

5. Ketumbaran

P1 : mbiyen pas aku isih kuru, ireng, elik we ndekne lunga, eh kok
wingi tiba-tiba ketemu neng bigo njuk komen ngajak ketumbaran.
Yo sory.
P2 : kowe ra gelem kak?
P1 : ra sudilah aku. Bareng sak iki aku wes bagus njuk meh nggoleki
aku.Tidak bisa!!

(Konteks: percakapan di atss dilakukan oleh peneliti dan salah satu


anggota gay. Percakapan dilakukan dengan nada tinggi karena
kekesalannya terhadap mantan kekasinya yang dulu pernah menyia-nyiakan
hanya gara-gara masalah fisik).

6. Kenti
P1 : iyo ya vick, napsu wong kentine gemandul ngalor ngidul.
P2 : kak Hari mbok ra ngono kui to.
P3 : nggonmu cilik po Ren? Haha

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh dua anggota gay yangsedang


duduk santai di salah satu angkringan, percakapan tersebut dilakukan
untuk menyindir temannya yang akan menggunakan kempolan pada saat
acara G-Nigt, karena temannya dirasa tidak pantas jika menggunakan
pakaian tersebut).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

7. Ngleces

P1 : kak aku nitip tas sikik yo kak. Meh neng kamar mandi sikik aku.
Duhtapi isin ono mas-mas
P2 : halah kemayu lek uwes.
Setela beberapa saat.
P3 : suwi banget neng kamar mandi ngopo e vick?
P2 : bar weruh lanangan akeh paling yo ngleces.
P1 : ih sembarangan.
P3 : lha suwe je kowe ki.

(Konteks: percakapan di atas terjadi di salah satu tempat nongkrong di


jalan perumnas. Percakapan tersebut dilakukan untuk menyindir slaah satu
temannya karena dirasa terlalu lama berada di kamar mandi).

4.3.2 Pola Pembentukan Argot

Pola pembentukan argot adalah suatu pola pembentukan istilah yang khas

dalam argot gay yang memiliki lima pola, yaitu imbuhan –ong, -ok, es, pergeseran

makna dan pemendekan. Pola pembentukan tersebut kemudian dianalisis

berdasarkan bentuk lingual, asal kata dan kelas kata. Menurut bentuk lingualnya,

argot gay dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu pola pembentukan argot bentuk

kata dan pola pembentukan argot bentuk abreviasi. Dalam analisis asal kata pola

pembentukan argot gay dibagi menjadi dua yaitu kata asli dan kata pinjaman. Dari

analisis asa kata, argot dapat dikelompokkan kedalam dua macam kelas kata,

yaitukelas kata nominal dan kelas kata ajektiva.

Dlam proses perlambangan, makna dalam argot gay dianalisis berdasaekan

proses penamaan, peristilahan, dan pendefinisian. Berdasarkan relasi makna, argot

gay dapat dibagi menjadi sinonimi, antonimi, hiponimi, dan homonimi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

4.4.2.1 Pola pembentukan argot dengan penambahan Ong

1. Dua Suku Kata

Pola pembentukan argot pada gay yang terjadi dari jenis ini merupakan

pola yang terjadi dari argot yang memiliki dua suku kata. Prosesnya adalah

menganti vokal pada suku kata pertama dengan [é] kemudian vokal pada suku

kata yang kedua diganti atau dihilangkan kemudian ditambahkan dengan fonem –

ong dengan tetap mempertahankan konsonannya. Berikut ini datanya.

1. Adendong

P1 : Duh aku ra isa ngubungi, sapa kene sing ana pulsa, ditelpon
wae.
P2 : Aku adendong kak, handphoneku gak biasa kosong sih. Nih
(sambilmenyerahkan handphone)
P1 : oh yo kene nduk, tak silih sikik yo.
P2 : (tersenyum)

(konteks : penutur pertama dan penutur kedua adalah sepasang teman.


Suasana percakapan ini terjadi ketika mereka sedang nongkrong. Kalimat
tersebut diucapkan untuk memberitahukan kepada teman-teman yang lain
bahwa dirinya selalu menghisi pulsa pada handphonenya).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata adendong, kata adendong

memiliki makna “ada”. Kata adendong dapat digunakan untuk

menggantikan kata ada, berikut polanya : aku Kak, kata

adendong memiliki pola pembentukan argot sebagai berikut : Ada →

Adendong → a + den + d + ong → adendong.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

2. Lekong

P1 : self service yo kene ki. Kono jupuk aku wes mesekne kok
mauki.
P2 : isin aku mas-mase cucok e.
P3 : sah manja kowe ki lanang.
P1 : ha yo to, lanang kakean drama.
P2 : aku lekong tapi hati hellokitty ih.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan di salah satu coffe shop di jalan


Palagan. percakapan tersebut dilakukan oleh salah satu anggota gay untuk
menunjukkan bahwa dirinya malu jika bertemu dengan pria ganteng).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Lekong kata lekong

memiliki makna “laki”. Pola pembentukan kata lekong adalah sebagai

berikut : Aku Tapi hati hello kitty. Kata lekong memiliki makna

Laki. Pola pembentukan argot lekong adalah sebagi berikut : Laki →

Lekong : la + ki → le + k + ong → lekong. Kata lekong dapat digunakan

untuk menggantikan kata laki.

3. Hetong

P1 : hetong-hetong gak usah ngebut.


P2 : oke bosku. Santai.

(Konteks : percakapan dilakukan oleh dua pasang kekasih, percakapan


tersebut dilakukan di depan rumah. Percakapan tersebut dilakukan dengan
suasana penuh keromantisan).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Hetong-hetong kata

lekong memiliki makna “Hati”. Pola pembentukan kata hetong-hetong


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

adalah sebagai berikut : gak usah ngebut. Kata hetong

memiliki pola pembentukan argot sebagi berikut : Hati→ Hetong : Ha + ti

→ he + t + ong → hetong. Kata hetong dapat digunakan untuk

menggantikan kata hati.

4. Jelong – Jelong
P1 : Nenek kemana e kak kok gak datang?
P2 : neng thailand to nenek ki.
P3 : ngopo e Ren nenek neng thiland
P2 : hayo jelong-jelong to kok koyo wong susah. Hahah mbenekke
susu kak.

(Konteks: konteks percakapan di atas dilakukan pada acara kumpul rutin


anggota. Mereka menanyakan ketua anggota yang sedang pergi ke Thailand
untuk operasi alat vital).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Jelong kata lekong

memiliki makna “Jalan”. Pola pembentukan kata jalan adalah sebagai

perikut : Hayo to kok koyo wong susah. Kata jelong

memiliki arti Jalan-jalan. Pola pembentukan argot sebagi berikut : Jalan →

Jelong: Ja + lan → je + l + ong → jelong. Kata jelong dapat

menggantikan kata jalan.

5. Mekong

P1 : Cica dari mana kok baru datang?


P2 : mekong nek. Diajakin temen kampus tadi.
P3 : temen kampus po temen tidur ca?
P1 : iyo hayo temen opo? Ojo-ojo konco turu.
(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh ketua anggota kepada salah
satu anggotanya. Percakapan tersebut dilakukan dengan maksud
bercandaan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Mekong kata lekong

memiliki makna “makan”. Pola pembentukan kata jalan adalah sebagai

perikut : Nek, diajakin temen kampus tadi. Pola pembentukan

argot pada kata mekong adalah sebagai berikut : Makan → Mekong : Ma +

kan → me + k + ong → mekong. Kata mekong dapat digunakan untuk

menggantikan kata makan.

6. Nepsong

P1 : bar weruh lanangan akeh paling yo ngleces.


P2 : ih sembarangan.
P1 : lha suwe je kowe ki.
P3 : kok bisa sih kak? Aku roaming
P1 : vicky kan nepsong kalau ketemu cowok-cowok.
P3 : masak sik?
P2 : ih ora ya, aku nespong pun milih-milih.

(Konteks: Percakapan di atas dilakukan beberapa anggota gay yang sedang


berada di tempat nongkorng di jalan Gejayan. Tuturan tersebut dilontarkan
dengan maksud bercanda untuk mencairkan suasana).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Nepsong kata lekong

memiliki makna “Napsu”. Pola pembentukan kata jalan adalah sebagai

berikut : Vicky kan kalau ketemu cowok-cowok. Pola

pembentukan argot pada kata nepsong adalah sebagai berikut : Napsu

→Nepsong : nap + su → nep + s + ong → nepsong. Kata nepsong dapat

menggantikan kata napsu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

Pola ini memiliki proses pembentukan dengan mengubah mengubah

bunyi/huruf vokal suku kata sebelumnya dengan [é] dan mengubah suku kata

terakhir sehingga berakhir dengan –ong. Para gay biasanya menyebut pola ini

dengan sebutan omong cong. Pada data yang ditemukan peneliti teori omong cong

ini mendominasi secara kuantitas hasil temuan data. Berdasarkan hasil temuan,

pola –ong pada pola pembentukan argot pada komunitas gay di kota Yogyakarta

dibagi oleh peneliti menjadi tiga jenis. Pembagian ini dilakukan oleh peneliti

dengan berdasarkan banyaknya suku kata.

3. Tiga Suku Kata

Pola pembentukan argot pada gay ini terjadi karena kata asal ( kata sebelum

ditransformasi) memiliki tiga suku kata. Prosesnya adalah menganti vokal pada

suku kata kedua dengan [ é ] kemudian vokal pada suku kata yang ketiga diganti

atau dihilangkan dengan tambahan -ong dan tetap mempertahankan konsonan

semua suku kata. Berikut adalah proses pembentukannya.

1. Berepong - kebiasaan

P1 : ihhh lucu, berepong say harganya?


P2 : murah kok kak, dibawah 200ribuanlah. Mau po?
P1 : gampang, besok-besok aja.
P3 : Rere ki ga usah di pujilah, besar kepelong eim nanti.. hahahah
P2 : ih, kak Hary mah suka gitu. Biasa aja lho kak. heheh

(Konteks: percakapan di atas dilakukan peneliti dan salah satu gay.


Percakapan ini dilakukan di salah satu pusat perbelanjaan di Yogyakarta.
Tuturan tersebut diucapkan dengan nada yang lembut dan manja agar mitra
tutur merasa bahwa barang yang ia miliki benar-benar lucu atau
menggemaskan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Berepong kata lekong

memiliki makna “Berapa”. Pola pembentukan kataberepong adalah sebagai

perikut : Ih, lucu Say harganya?. Pola pembentukan argot pada

kata berepong adalah sebagai berikut : Berapa → Berepong : Be + ra + pa

→ be + re + p + ong → berepong. Kata berepong dapat digunakan untuk

menggantikan kata “berapa”.

2. Kepelong
P1 : ihhh lucu, berepong say harganya?
P2 : murah kok kak, dibawah 200ribuanlah. Mau po?
P1 : gampang, besok-besok aja.
P3 : Rere ki ga usah di pujilah, besar kepelong eim nanti.. hahahah
P2 : ih, kak Hary mah suka gitu. Biasa aja lho kak. heheh

(Konteks: percakapan di atas dilakukan peneliti dan salah satu gay.


Percakapan ini dilakukan di salah satu pusat perbelanjaan di Yogyakarta.
Tuturan tersebut diucapkan dengan nada yang lembut dan manja agar
mitra tutur merasa bahwa barang yang ia miliki benar-benar lucu atau
menggemaskan).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Kepelong kata lekong

memiliki makna “Kepala”. Pola pembentukan kata kepala adalah sebagai

berikut: Rere ki ojo dipuji, besar eim nanti, hahah. Pola

pembentukan argot pada kata berepong adalah sebagai berikut : Kepala →

Kepelong Ke + pa + la → ke + pe + l + ong → kepelong. Kata kepelong

dapat digunakan untuk menggntikan kata kepala.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

3. Kemenong
P1 : Nenek kemenong e kak kok gak datang?
P2 : neng thailand to nenek ki.
P3 : ngopo e Ren nenek neng thiland
P2 : hayo jelong-jelong to kok koyo wong susah. Hahah mbenekke
susu kak.

(Konteks: konteks percakapan di atas dilakukan pada acara kumpul rutin


anggota. Mereka menanyakan ketua anggota yang sedang pergi ke
Thailand untuk operasi alat vital).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Kemenong kata lekong

memiliki makna “Kemana”. Pola pembentukan kata kemenong adalah

sebagai perikut : Nenek e kak, kok nggak dating?. Pola

pembentukkan argot pada kata kemenong adalah sebagai berikut : Kemana

→ Kemenong : kemana → ke + ma + na → ke + me + n + ong →

kemenong. Kata kemenong dapatdigunakan untuk menggantikan kata

kemana.

4.3.1 Pola pembentukan argot gay dengan tambahan –es.

Pola pembentukan argot gay ini menurut letak penempatannya dapat

dibagi menjadi dua pola. Pola yang pertama merupakan pola yang menggunakan

tambahan –es di akhir suku kata, sedangkan pola yang lainnya menggunakan

tambahan –es sebagai sisipan dalam suatu kata.

1. Centes
P1 : lho potong rambut? Keliatan fresh lho say.
P2 : nggak pantes po kak? Kelihatan tambah gendut ya?
P1 : hei enggak kok. Centesss (sambil mata genit).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh peneliti kepada salah satu


anggota gay. Percakapan tersebut dilakukan disalah satu rumah anggota
gay dengan suasana santai).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Centes kata centes

memiliki makna “Cantik”. Pola pembentukan kata kemenong adalah sebagai

berikut: Hei, enggak kok (sambil mata genit). Pola pembentukan

argot pada kata kemenong adalah sebagai berikut : Cantik → Centes : Can +

tik → cen + t + es →centes. Kata centes dapat menggantikan kata cantik.

2. Endes

P1 : emoh aku nek kon mikir mangan. Aku manut wae wes.
Pokoke sing endes.
P2 : bakmi jawa yang deket altar (alun-alun utara) aja. Aku biasa
disitukok.
P3 : oh iyo endes kui.

(Konteks : percakap di atas dilakukan oleh beberapa anggota komunitas


gay. Percakapan dilakukan ditempat parkiran sebuah salon).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Endes kata lekong

memiliki makna “Kemana”. Pola pembentukan kata kemenong adalah

sebagai berikut : Aku manut wae wes. Pokoke sing lho ya. Pola

pembentukan argot pada kata Enak adalah sebagai berikut : Enak → Endes :

E + nak → en + d + es → endes. Kata endes dapat digunakan untuk

menggantikan kata enak.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

3. Gengges
P1 : gak usah gengges banci.
P2 : woh iyo banci kaleng em? ndak mah rusuh mengko.
P1 : iyolah. Eh koyo adewe ra banci wae. Hahah

(Konteks: percakapan dilakukan oleh dua orang teman yang sedang duduk
di pinggiran jalan Malioboro. Saat sedang bersantai penutur pertama usil
kepada banci yang sedang lewat di depan mereka. Kemudian penutur kedua
juga mengeluarkan sindirannya kepada penutur pertama).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Gengges kata lekong

memiliki makna “Ganggu”. Pola pembentukan kata gengges adalah sebagai

perikut : Nggak usah banci?. Pola pembentukan argot pada kata

gengges adalah sebagai berikut : Ganggu → Gengges : Gang + gu → geng +

g + es → gengges. Kata gengges dapat digunakan untuk menggantikan kata

ganggu.

Proses pembentukan pola yang terjadi pada bagian ini adalah menganti

vokal pada suku kata pertama dengan [ é ] kemudian vokal pada suku kata yang

kedua dihilangkan dan diganti dengan tambahan -es dengan tetap

mempertahankan konsonannya.

1. Pola pembentukan aegot dengan Sisipan –Es

Data yang ditemukan oleh peneliti hanya satu kata yaitu dari kata

ngloconan (Onani sering di sebut rancap. Onani atau rancap adalah kebiasaan

membangkitkan nafsu seks dan memuaskannya dengan di lakukan sendiri [dengan

bantuan tangannya sendiri atau dengan bantuan busa sabun tanpa jenis kelamin

yang lain). Ngeloconan setelah melewati proses transfomasi bahasa gay kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

menjadi ngelecesan, pola penmbentukan argot yang terjadi pada proses ini dapat

dijelaskan di bawah ini.

Vokal pada suku kata pertama diganti dengan [ e] dengan konsonan

dipertahankan, pada suku kata kedua, hanya konsonan awal saja yang

dipertahankan selebihnya dihilangkan dan diganti dengan imbuhan -es. Polanya

sebagai berikut:

1. Ngleces
P1 : kak aku nitip tas sikik yo kak. Meh neng kamar mandi sikik
aku. Duhtapi isin ono mas-mas
P2 : halah kemayu lek uwes.
P3 : suwi banget neng kamar mandi ngopo e vick?
P2 : bar weruh lanangan akeh paling yo ngleces.
P1 : ih sembarangan.
P3 : lha suwe je kowe ki.

(Konteks: percakapan di atas terjadi di salah satu tempat nongkrong di


jalan perumnas. Percakapan tersebut dilakukan untuk menyindir slaah
satu temannya karena dirasa terlalu lama berada di kamar mandi).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Ngeleces kata ngeleces

memiliki makna “Ngeloco”. Pola pembentukan kata ngeleces adalah

sebagai berikut : Bar weruh wong lanang akeh paling yo . Pola

pembentukan argot pada kata gengges adalah sebagai berikut : Ngeloco →

Ngeleces: Nge + lo + co → nge + le + c + es → ngeloconan →

ngelecesan.

Kata ngelecesan merupakan transformasi dari kata asli ngeloconan,

ngeloconan sendiri merupakan kata yang telah berimbuhan ng – an. Kata

dasar dari ngeloconan adalah loco. Imbuhan ng dan -an dalam kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

ngeloconan berfungsi membentuk kata kerja. Ngelecesan memiliki maksud

sebagai sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seorang laki-laki yang

sedang mencari kepuasan batin tetapi dengan memainkan alat kelaminnya

sendiri tanpa bantuan orang lain atau alat kelamin lain. Atau lebih sering

disebut dengan onani.

Argot dalam bahasa binan (gay) dapat dibentuk melalui proses

penciptaan kata atau istilah baru atau pun pergeseran makna kata atau

istilah dalam bahasa gaul adalah plesetan yang sudah ada dalam bahasa

Jawa maupun bahasa Indonesia. Kaum gay yang dalam kehidupannya

ditandai dengan percakapan atau komunikasi santai dan akrab serta banyak

bercanda.oleh akrena hal itu peneliti mengategorikan beberapa data

penelitian ke dalam pembahasan dalam rahan ini. Berikut adalah beberapa

data argot gay.

1. Lapangan bola
P1 : lek ayo to cah. Mah do criwis.
P2 : sikik vick, dilit meneh lagi penak iki. Haha
P3 : iyo santai to, isih sore iki. Koyo arek cilik wae.
P2 : ora masalah isih sore, kene ki wes lapangan bola e mah do
crigis ra uwis-uwis.
P1 : wes ayo, ndak mah mutung.

(Konteks : percakapan tersebut terjadi di kost salah satu anggota gay.


Suasana percakapan tersebut sedikit ada perdebatan karena salah satu
dari anggota gay merasa lapar karena sudah lama menunggu).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Lapangan Bola kata

ngeleces memiliki makna “Lapar”. Pola pembentukan kata lapangan bola

adalah sebagai perikut : Ora masalah isih sore, kene ki wes


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

e malah do crigis. Lapangan bola dapat digunakan

untuk menggantikan kata lapar.

Kata lapangan dalam bahasa Indonesia menurut Kamus Umum Bahasa

Indonesi mempunyai arti ruang yang lapang ; tempat (tanah dsb) yang luas,

sedangkan lapangan bola adalah suatu area yang luas yang digunakan untuk

bermain sepal bola. Dalam bahasa gay lapangan merujuk pada konsep lapar.

Bunyi lapar, dan lapangan mempunyai modal suku kata pertama dan konsonan

suku kata kedua yang sama, sehingga terwujudlah pola pemlesetan dari kata

lapar menjadi kata lapangan. Penambahan kata bola sehingga menjadi lapangan

bola karena untuk memantapkan intonasi (agar terlihat genit ketika sedang

berkomunikasi dengan lawan bicara).

2. Tinta.

P2 : tinta kak, temen kampus.


P1 : temen kampus yang berlanjut menjadi konco turu.
P3 : ih Kak Hary.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh ketua anggota kepada salah


satu anggotanya. Percakapan tersebut dilakukan dengan maksud
bercandaan dan bermaksud untuk menjelaskan bahwa ia tidak sedang
pergi dengan teman kencannya).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Lapangan Bola kata

ngeleces memiliki makna “Lapar”. Pola pembentukan kata lapangan bola

adalah sebagai perikut : e kak, temen kampus kak. Pola

pembentukannya dengan pelesapan dan penambahan fonem/huruf.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

Tidak → ti + dak → pelesapan dan penambahan huruf/fonem →

tin + ta → tinta

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tinta memiliki arti barang cair yang

berwarna (hitam, merah, dsb) yang digunakan untuk menulis. Dalam bahasa gay

kata tinta memiliki makna sebagai tidak. Tidak dan tinta memiliki kesamaan

suku kata. Hal itulah yang menjadi modal untuk mengangkat kata tinta menjadi

representasi dari konsep tidak dalam argot gay.

3. Sutra

Dalam bahasa Indonesia sutra berarti benang halus dan lembut yang

berasal dari kepompong ulat sutra. Prosesnya pembentukannya dengan

mengalami pelesapan dan penambahan huruf/fonem. Dalam argot gay sutra

merupakan reprensentasi dari kata sudah yang berarti selesai atau telah.

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Sutra kata ngeleces

memiliki makna “Lapar”. Pola pembentukan kata lapangan bola adalah

sebagai perikut : kak, aku sutra pesen kok tadi. sudah → su + dah

→ pelesapan dan penambahan huruf/fonem → su + tra → sutra

4. Sastra

P1 : Mas, aku Cappucino cincaunya satu ya,


P2 : Ada pesanan yang lain kak?
P3 : Aku tambah chochopudingnya sastra ya mas. Hehe
P2 : Baik, kak saya ulangi lagi pesanannya ya, cappuccino cincau
satu, dan chochopudingnya satu. Mohon ditunggu ya.
Setelah ebebrapa saat
P2 : Ini pesanannya ya kak, kemudian ini billnya.
P3 : Duh mas eike gak punya duta loh mas, ngutang dulu ya.
P2 : Hehehe iya mbak boleh mbak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

(Konteks : Percakapan terjadi di kedai ChachaMilkTea di jalan Gejayan.


Percakapan tersebut dilakukan untuk menarik perhatian waiters kedai
tersebut. Karena pada saaat mengucapkan kata sastra ia sambil dengan nada
genit).
Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Sutra kata ngeleces

memiliki makna “Lapar”. Pola pembentukan kata lapangan bola adalah

sebagai perikut : Aku pesen chocopudingnya ya, mas. Pola

pembentukkan argot pada kata sastra adalah sebagi berikut: Satu → sa -

tu → pelesapan dan penambahan huruf/fonem → sas + tra → sastra

Dalam bahasa Indonesia sastra berarti bahasa (kata-kata, gaya

bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari). Dalam

argot gay sutra memiliki reprensentasi dari kata satu.

5. Mawar

P1 : ayo cepet, kamu mau pesen apa Ca?


P2 : Aku mawar pesen aqua aja deh biar fokus. Hahaha
P3 : kamu sih mikir mantan mulu, makanya gak focus. Hahah

(Konteks : percakapan di atas dilakukan oleh beberapa sahabat.


Percakapan terjadi disalah satu cafe di Yogyakarta. Suasana percakapan
tersebut sangat santai dan penuh candaan).
Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Mawar kata mawar

memiliki makna “Mau”. Pola pembentukan kata mawar adalah sebagai

berikut: aku pesen aqua aja deh, biar fokus. Pola

pembentukannya berawal dari kesamaan suku kata pertama dengan

pelesapan dan penambahan fonem/huruf. Mau → ma + u → pelesapan

dan penambahan huruf/fonem → Ma + war → mawar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

Dalam bahasa Indonesia, mawar mempunyai arti sebagai jenis

bunga. dalam argot gay kata mawar memiliki makna sebagai keinginan atau

kemauan akan sesuatu.

4.3.4 Pola pembentukan argot dengan proses abreviasi.

Argot bentuk abreviasi terjadi apabila argot pada percakapan antar

anggota komunitas gay mengalami pemendekan kata, seperti contoh di bawah ini.

TITI DJ
P1 : itu udah aku siapin ya di tas, jangan lupa nanti di ambil
P2 : iya bebi, pulang dulu ya.
P1 : oke titi dj ya, nggak usah ngebut -ngebut.
P2 : oke bosku. Santai.

(Konteks : percakapan dilakukan oleh dua pasang kekasih, percakapan tersebut


dilakukan di depan rumah. Percakapan tersebut dilakukan dengan suasana penuh
keromantisan).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata TITI DJ kata mawar memiliki

makna “Hati-hati di jalan”. Pola pembentukan kata titi dj adalah sebagai berikut :

Oke ya nggak usah ngebut. Pola pembentukan argot pada

kata titi dj adalah pemendekan dari kata Hati-Hati Di Jalan.

Data 2 ember
P1 : aku bleaching aja po ya? trus diponi depan. Biar tambah sirik. Hahah
P2 : ember kak. Pasti nanti ikut-ikutan.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yang kira-kira berumur
27 tahun, keduana sama-sama berkerja sebagai stylish rambut. Keduanya sedang
membicarakan salah satu teman mereka yang mereka anggap sebagai orang yang
sombong , sok tahu, dan suka iri dengan teman lainya).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Ember kata ember memiliki

makna “Emang bener”. Pola pembentukan kata ember adalah sebagai berikut :

kak, pasti nanti ikut-ikutan. Kata ember dapat menggantikan kata

emang bener. Ember adalah pemendekan dari kata Emang Bener.

Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau

kombinasi leksem sehingga menjadi bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain

dari abreviasi adalah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan.

(Kridalaksana, 1996: 159). Pada argot gay ternyata, ditemukan pula pola-pola

pembentukan argot yang berdasarkan pada teori kependekan akronim yang

termasuk dalam klasifikasi akronim dan kontraksi subklasifikasi pengekalan suku

pertama dari tiap komponen. Berikut ini pemaparan datanya.

1. Titi DJ : hati-hati di jalan

2. Ember : emang bener

3. Salome: satu lobang rame-rame

Tiga kata di atas merupakan hasil dari pemendekan gabungan kata yang

membentuk istilah baru.

1. Argot Kata Asli

Kata asli adalah kata yang berkembang dari perbendaharaan asli suatu

bahasa dan bukan kata pinjaman (Ramlan, 2008:110). Pada argot pada komunitas

gay yang menjadi kata asli adalah kata-kata dari bahasa Indonesia dan kata-kata

dari bahasa Jawa. Hal ini terjadi karena bahasa Indonesia merupakan bahasa

nasional yang mampu menjadi jembatan komunikasi antar daerah yang

merupakan asal dari para gay. Sebagian dari gay dalam komunitas ini merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

pendantang yang berbeda asal daerahnya. Berdasarkan uraian di atas, berikut ini

disajikan contoh temuan data pola pembentukan argot gay dalam kajian ranah ini.

Data 1 lekong
P1 : self service yo kene ki. Kono jupuk aku wes mesekne kok mau ki.
P2 : isin aku mas-mase cucok e.
P3 : sah manja kowe ki lanang.
P1 : ha yo to, lanang kakean drama.
P2 : aku lekong tapi hati hellokitty ih.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan di salah satu coffe shop di jalan


Palagan. percakapan tersebut dilakukan oleh salah satu anggota gay untuk
menunjukkan bahwa dirinya malu jika bertemu dengan pria ganteng).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Lekong kata lekong

memiliki makna “laki”. Pola pembentukan kata lekong adalah sebagai

berikut : Aku Tapi hati hello kitty. Kata lekong memiliki pola

pembentukan sebagi berikut : la + ki → le + k + ong → lekong. Kata lekong

dapat menggantikan kata laki.

Data 2 hetong
P1 : hetong-hetong gak usah ngebut.
P2 : oke bosku. Santai.

(Konteks : percakapan dilakukan oleh dua pasang kekasih, percakapan tersebut


dilakukan di depan rumah. Percakapan tersebut dilakukan dengan suasana penuh
keromantisan).
Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Hetong kata lekong

memiliki makna “Hati”. Pola pembentukan kata hetong adalah sebagai

berikut : gak usah ngebut. Kata hetong memiliki pola


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

pembentukan argot sebagi berikut : Ha + ti → he + t + ong → hetong. Kata

hetong dapat menggantikan kata hati.

Data 3 jelong
P1 : Nenek kemenong e kak kok gak datang?
P2 : neng thailand to nenek ki.
P3 : ngopo e Ren nenek neng thiland
P2 : hayo jelong-jelong to kok koyo wong susah. Hahah mbenekke susu kak.

(Konteks: konteks percakapan di atas dilakukan pada acara kumpul rutin


anggota. Mereka menanyakan ketua anggota yang sedang pergi ke Thailand
untuk operasi alat vital).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Jelong kata lekong

memiliki makna “Jalan”. Pola pembentukan kata jalan adalah sebagai

berikut : Hayo to kok koyo wong susah. Kata jelong

memiliki makna sebagai jalan-jalan. Pola pembentukan argot sebagi berikut

: Ja + lan → je + l + ong → jelong. Kata jelong dapat menggantikan kata

jalan.

Data 4 mekong
P1 : Cica dari mana kok baru datang?
P2 : mekong nek. Diajakin temen kampus tadi.
P3 : temen kampus po temen tidur ca?
P1 : iyo hayo temen opo? Ojo-ojo konco turu.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh ketua anggota kepada salah satu
anggotanya. Percakapan tersebut dilakukan dengan maksud bercandaan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Mekong kata lekong

memiliki makna “makan”. Pola pembentukan kata jalan adalah sebagai

berikut : Nek, diajakin temen kampus tadi. Pola pembentukan

argot pada kata mekong adalah sebagai berikut : Ma + kan → me + k + ong

→ mekong. Kata mekong dapat menggantikan kata makan.

Data 5 Nepsong

P1 : bar weruh lanangan akeh paling yo ngleces.


P2 : ih sembarangan.
P1 : lha suwe je kowe ki.
P3 : kok bisa sih kak? Aku roaming
P1 : vicky kan nepsong kalau ketemu cowok-cowok.
P3 : masak sik?
P2 : ih ora ya, aku nespong pun milih-milih.

(Konteks: Percakapan di atas dilakukan beberapa anggota gay yang sedang


berada di tempat nongkorng di jalan Gejayan. Tuturan tersebut dilontarkan
dengan maksud bercanda untuk mencairkan suasana).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Nepsong kata lekong

memiliki makna “Napsu”. Pola pembentukan kata jalan adalah sebagai

perikut : Vicky kan kalau ketemu cowok-cowok. Pola

pembentukan argot pada kata npsong adalah sebagai berikut :Neapsu →

Nepsong: nap + su → nep + s + ong → nepsong. Kata nepsong dapat

menggantikan kata napsu.

Kata lesbong, centong, mendong,hetong, lekong, dan dendong adalah

kata yang diambil dari kata bahasa Indonesia. Lesbong memiliki arti lesbi,

centong memiliki arti cantik, mendong memiliki arti mandi, hetong memiliki arti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

hati, lekong memiliki arti laki, dendong memiliki arti dandan, nepsong memiliki

arti nafsu dan mekong memiliki arti makan.

2. Argot Kata Pinjaman

Kata pinjaman adalah kata yang dipinjam dari bahasa lain dan sedikit

banyaknya disesuaikan dengan kaidah bahasa sendiri. Pada kasus kata pinjaman,

kedudukan bahasa Indonesia pada argot gay merupakan bahasa pinjaman. Dalam

argot gay, kata pinjaman yang terdata adalah kata dalam Jawa. Hal ini karena

lingkungan tempat mereka tinggal adalah lingkungan yang memakai bahasa Jawa.

Berikut ini kata-kata yang merupakan hasil dari penyerapan bahasa jawa pada

argot gay.

P1 : nduk, nengdi?
P2 : aku di kontrakan kak, gimana?
P1 : aku numpang adus yo? Oleh kan?
P2 : iya sini aja kak.
P1 : numpang adus yo, PLN ki njelei kok ngribut-ngributi wong meh
nyambut gawe. Aku masak ki rung mateng lho wes metong sak
kabehane.
P2 : sabar kak. Wes gek mandi.
P1 : yo yo. Misi numpang yo. Sory ngrepoti
P2 : hahah santai kak.

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh peneliti dengan salah satu anggota
gay, percakapan pertama dilakukan via telpone dimana penutur pertama masih
berada di rumah, sedangkan percakapan ke dua dilakukan ketika penutur
pertama sudah sampai di rumah peneliti).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Metong kata lekong

memiliki makna “Mati”. Pola pembentukan kata mati adalah sebagai perikut

: Aku masak rung mateng lho malah sak kabehane. Pola


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

pembentukan argot pada kata metong adalah sebagai berikut : Mati →

Metong : ma + ti → me + t + ong → metong. Kata metong dapat

menggantikan kata mati.

Data 2
P1 : kak aku nitip tas sikik yo kak. Meh neng kamar mandi sikik aku. Duh
tapi isin ono mas-mas
P2 : halah kemayu lek uwes.
P3 : suwi banget neng kamar mandi ngopo e vick?
P2 : bar weruh lanangan akeh paling yo ngleces.
P1 : ih sembarangan.
P3 : lha suwe je kowe ki.

(Konteks: percakapan di atas terjadi di salah satu tempat nongkrong di jalan


perumnas. Percakapan tersebut dilakukan untuk menyindir slaah satu temannya
karena dirasa terlalu lama berada di kamar mandi).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Ngeleces kata ngeleces

memiliki makna “Ngeloco”. Pola pembentukan kata ngeleces adalah sebagai

perikut : Bar werung wong lanang paling yo . Kata ngeleces

dapat digunakan untuk menggantikan kata ngeloco.

Data 3 Kentine
P1 : iyo ya vick, napsu wong kentine gemandul ngalor ngidul.
P2 : kak Hari mbok ra ngono kui to.
P3 : nggonmu cilik po Ren? Haha

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh dua anggota gay yangsedang duduk
santai di salah satu angkringan, percakapan tersebut dilakukan untuk menyindir
temannya yang akan menggunakan kempolan pada saat acara G-Nigt, karena
temannya dirasa tidak pantas jika menggunakan pakaian tersebut).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Kenti kata

Kentimemiliki makna “Kontol”. Pola pembentukan kata kenti adalah

sebagai perikut : Iyo ya Vick, napsu lha wong ngalor ngidul kok.

Kata kenti dapat diguanak untuk menggantikan kata kontol, dalam

percakapan ini menggunakan kata kenti untu memperhalus atau

menyamarkan kata.

Data 4
P1 : mbiyen pas aku isih kuru, ireng, elik we ndekne lunga, eh kok wingi
tiba-tibaketemu neng bigo njuk komen ngajak ketumbaran. Yo sory.
P2 : kowe ra gelem kak?
P1 : ra sudilah aku. Bareng sak iki aku wes bagus njuk meh nggoleki aku.
Tidak bisa!!

(Konteks: percakapan di atss dilakukan oleh peneliti dan salah satu anggota gay.
Percakapan dilakukan dengan nada tinggi karena kekesalannya terhadap mantan
kekasinya yang dulu pernah menyia-nyiakan hanya gara-gara masalah fisik).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Ketumbaran kata

kketumbaran memiliki makna “ketemuan”. Pola pembentukan kata mati

adalah sebagai perikut : Eh kok wingi ketemu neng Bigo njuk ngajak

kata ketumbaran dapat digunakan untuk menggantikan kata

ketemuan.

Argot pada percakapan-percakapan di atas merupakan kata-kata serapan dari

bahasa Jawa. Kata nglecong merujuk pada kegiatan merangsang diri sendiri, yang

dalam bahasa Jawa kata nglecong berarti ngloco sedangkan dalam bahasa

Indonesia kata nglecong mempunyai arti onani. Gedong merujuk pada sifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

ukuran sesuatu, gedong dalam bahasa Jawa memiliki arti gede, dalam bahasa

Indonesia kata gede mempunyai arti besar. Kentong/kenti merujuk pada anggota

tubuh manusia (laki-laki), yang dalam bahasa jawa kentong/kenti mempunyai arti

kontol, sedangkan dalam bahasa Indonesia kata kentong/kenti mempunyai arti alat

kelamin laki-laki (penis). Kempolan merujuk pada istilah celana ketat yang biasa

dipakai untuk membentuk otot paha hingga betis saat para lelaki sedang

melakukan olahraga (gym) celana ketat biasa terbuat dari kain foam. Dalam

bahasa Indonesia kata kempolan mempunyai arti sebagai betis.

3. Nominal

Nomina adalah kelas kata yang dapat berfungsi sebagai subyek atau obyek

dari klausa; kelas kata ini sering berpadanan dengan orang, benda, atau hal lain

yang dibendakan. Dalam bahasa Indonesia nomina ditandai oleh tidak dapat

bergabungnya dengan kata tidak (Kridalaksana, 2007: 68). Berikut adalah contoh

data nomina.

1. Lekong

P1 : self service yo kene ki. Kono jupuk aku wes mesekne kok
mauki.
P2 : isin aku mas-mase cucok e.
P3 : sah manja kowe ki lanang.
P1 : ha yo to, lanang kakean drama.
P2 : aku lekong tapi hati hello kitty ih.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan di salah satu coffe shop di jalan


Palagan. percakapan tersebut dilakukan oleh salah satu anggota gay untuk
menunjukkan bahwa dirinya malu jika bertemu dengan pria ganteng).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Lekong kata lekong

memiliki makna “laki”. Pola pembentukan kata lekong adalah sebagai

berikut : Aku Tapi hati hello kitty. Kata lekong memiliki pola

pembentukan sebagi berikut : la + ki → le + k + ong → lekong. Kata lekong

dapat menggantikan kata laki.

2. Kepelong

P1 : ihhh lucu, berepong say harganya?


P2 : murah kok kak, dibawah 200ribuanlah. Mau po?
P1 : gampang, besok-besok aja.
P3 : Rere ki ga usah di pujilah, besar kepelong eim nanti.. hahahah
P2 : ih, kak Hary mah suka gitu. Biasa aja lho kak. heheh

(Konteks: percakapan di atas dilakukan peneliti dan salah satu gay.


Percakapan ini dilakukan di salah satu pusat perbelanjaan di Yogyakarta.
Tuturan tersebut diucapkan dengan nada yang lembut dan manja agar
mitra tutur merasa bahwa barang yang ia miliki benar-benar lucu atau
menggemaskan).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Kepelong kata lekong

memiliki makna “Kepala”. Pola pembentukan kata kepala adalah sebagai

perikut : Rere ki ojo dipuji, besar eim nanti, hahah. Pola

pembentukan argot pada kata berepong adalah sebagai berikut : Kepala

→ Kepelong : Ke + pa + la → ke + pe + l + ong → kepelong. Kata

kepelong dapat menggnatikan kata kepala.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

3. Kenti/ Kentong

P1 : iyo ya vick, napsu wong kentine gemandul ngalor ngidul.


P2 : kak Hari mbok ra ngono kui to.
P3 : nggonmu cilik po Ren? Haha

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh dua anggota gay yangsedang


duduk santai di salah satu angkringan, percakapan tersebut dilakukan
untuk menyindir temannya yang akan menggunakan kempolan pada saat
acara G-Nigt, karena temannya dirasa tidak pantas jika menggunakan
pakaian tersebut).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Kenti kata

Kentimemiliki makna “Kontol”. Pola pembentukan kata kenti adalah

sebagai perikut : Iyo ya Vick, napsu lha wong ngalor ngidul kok.

Kata kenti dapat diguanak untuk menggantikan kata kontol, dalam

percakapan ini menggunakan kata kenti untu memperhalus atau

menyamarkan kata.

Argot pada percakapan – percakapan di atas merupakan data yang

ditemukan dalam wujud argot gay yang termasuk dalam nomina. Seperti yang

telah dijelaskan di atas, kata-kata yang teemasuk dalam nomina tidak dapat

digabungkan Seperti yang telah diuraikan di atas, kata-kata nomina tidak mungkin

digabungkan dengan partikel tidak, seperti tidak bencong melainkan lebih pas jika

didahului dengan partikel bukan.

4. Ajektiva

Ajektiva digunakan untuk menerangkan kata sifat. Dalam bahas Indonesia

ajektiva ditandai dengan ciri dapat bergabung dengan partikel tidak, sangat, lebih

dan sebagainya (Kridalaksana, 2008:4). Berikut adalah contoh data ajektiva.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

1. Lapangan bola
P1 : lek ayo to cah. Mah do criwis.
P2 : sikik vick, dilit meneh lagi penak iki. Haha
P3 : iyo santai to, isih sore iki. Koyo arek cilik wae.
P2 : ora masalah isih sore, kene ki wes lapangan bola e mah do
crigis ra uwis-uwis.
P1 : wes ayo, ndak mah mutung.

Konteks : percakapan tersebut terjadi di kost salah satu anggota gay.


Suasana percakapan tersebut sedikit ada perdebatan karena salah satu
dari anggota gay merasa lapar karena sudah lama menunggu.

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Lapangan Bola kata

ngeleces memiliki makna “Lapar”. Pola pembentukan kata lapangan bola

adalah sebagai berikut : Ora masalah isih sore, kene ki wes

e malah do crigis. Lapangan bola dapat digunakan untuk

menggantikan kata lapar.

2. Centes

P1 : lho potong rambut? Keliatan fresh lho say.


P2 : nggak pantes po kak? Kelihatan tambah gendut ya?
P1 : hei enggak kok. Centesss (sambil mata genit).

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh peneliti kepada salah satu


anggota gay. Percakapan tersebut dilakukan disalah satu rumah anggota
gay dengan suasana santai).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Centes kata centes

memiliki makna “Cantik”. Pola pembentukan kata kemenong adalah sebagai

berikut :Hei, enggak kok (sambil mata genit). Pola pembentukan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

argot pada kata kemenong adalah sebagai berikut : Cantik → Centes : Can +

tik → cen + t + es →centes. Kata centes dapat menggantikan kata cantik.

3. Ember

P1 : aku bleaching aja po ya? trus diponi depan. Biar tambah sirik. Hahah
P2 : ember kak. Pasti nanti ikut-ikutan.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yang kira-kira


berumur 27 tahun, keduana sama-sama berkerja sebagai stylish rambut.
Keduanya sedang membicarakan salah satu teman mereka yang mereka
anggap sebagai orang yang sombong , sok tahu, dan suka iri dengan teman
lainya).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Ember kata ember memiliki

makna “Emang bener”. Pola pembentukan kata ember adalah sebagai perikut :

kak, pasti nanti ikut-ikutan. Kata ember dapat menggantikan

Emang bener kata emang bener. Ember adalah pemendekan dari kata Emang

Bener.

Argot di atas termasuk dalam kelas kata adjektiva karena dapat digabungkan

dengan partikel tidak, lebih dan sangat. Contohnya ada pada kata lapangan bola.

Dalam argot gay lapangan bola memiliki pengertian sebagai suatau rasa keinginan

untuk memasukan sesuatu kedalam mulut (makanan). Artinya konsep kata

lapangan bola merujuk pada keterangan yang bersifat ingi melakukan/

mengerjakan suatu hal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

4. Verba

Verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat.

Sebagaian besar verba mewakili unsur perbuatan, keadaan, atau proses. Kelas ini

dalam bahasa Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata

tidak dan tidak mungkin diawali dengan kata sangat seperti sangat, lebih

(Kridalaksana, 2008: 254). Berikut ini dipaparkan datanya.

1. Dendong : merias penampilan, berdandan

2. Lapangan : lapar, hasrat memasukan makanan ke dalam perut

3. Kerejong : kegiatan melakukan suatu hal.

4. Mendong : kegiatan memnersihkan semua anggota tubuh

5. Mekong : hasrat memasukkan makanan ke dalam perut.

6. Nglecong : kegiatan merangsang diri sendiri.

5. Numeralia

Numeralia adalah kata atau frasa yang menunjukan bilangan (Kridalaksana,

2008: 165). Berikut ini data numeralia dalam register waria.

4. Duta : uang, jenis-jenis uang.

5. Retong : ratus, satuan jumlah uang.

6. Pengistilahan

Berbeda dengan penamaan atau penyebutan yang lebih banyak bersifat

arbitrer maka pengistilahan berlangsung menurut prosedur. Ini terjadi karena

peristilahan dilakukan untuk mendapatkan kecermatan dan ketetapan makna

untuk suatu bidang kegiatan atau keilmuan (Chaer). Berikut contoh

peristilahan dalam argot gay.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

5. Kempolan

Kempolan adalah suatu alat yang biasa dipakai oleh para gay yang

terbuat dari semacam foam dan kain keras berbentuk seperti celana

pendek senam yang sangat kekat (model ini bervariasi, ada yang

panjang, sedang, dan pendek). Kempolan ini mempunyai fungsi untuk

membentuk otot pinggul, otot paha, dan otot betis agar lebih menonjol

sehingga kesan sexy akan lebih tampak pada diri seorang gay.

6. Cor-coran

Dalam argot gay cor-coran memiliki makna seorang gay yang tidak

pernah ikut datang bergabung dalam acara-acara yang diadakan pada

kounitasnya tersebut. Baik acara besar maupun kecil, biasanya gay

yang jarang bergaul atau sama sekali tidak pernah bergaul itu

dikarenakan masih malu untuk bergabung di komunitas gay tersebut.

7. Merak – merakan

Merak-merakan adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut

anggota gay yang berperan sebagai perempuan (both) tetapi senang

bergaul/dekat dengan gay yang berperan atau berperilaku sebagai

perempuan juga. Kata merak sendiri digunakan untuk

merepresentasikan suatu yang cantik dan indah.

8. Berondong

Berondong dalam argot gay memiliki makna sebagai seorang laki-

laki muda(daun muda, anggota gay yang biasanya lebih muda).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

Konsep muda yang diwakili kata berondong karena hakikat berondong

adalah makanan yang terbuat dari jagung muda yang digoreng.

4.4.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Argot

Perkembangan bahasa pada kaum gay dilengkapi dan diperkaya

oleh lingkungan masyarakat tempat dimana mereka tinggal. Hal ini berarti

proses pembentukan karakter yang dihasilkan dari pergaulan dengan

masyarakat disekitar akan menjadi ciri khusus dalam sebuah perilaku

bahasa.

Keunikan tersebut terletak pada penciptaan bahasa gay yang

didasarkan dari bahasa dan huruf Jawa. Ada beberapa alasan yang membuat

kaum gay memiliki atau menciptakan bahasa rahasia tersendiri, dimana

bahasa tersebut hanya dimengerti oleh kalangan gay. Adapun alasan atau

faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan argot gay adalah sebagai

berikut;

1. Faktor gengsi

Interaksi antar anggota pada saat berkumpul menunjukkan adanya

argot. Argot yang terjadi saat komunitas gay berbincnag-bincang

biasanya didominasi oleh bahasa Jawa, bahasa Indonesia dan serapan

dari bahasa Asing. Situasi dalam menggunakan argot ini termasuk

kedalam situasi tidak resmi. Pembicaraan menggunakan argot pada

saat berkumpul dalam keadaan santai. Bahasa yang digunakan pada

situasi tersebut adalah argot yang sering dipakai oleh komunitas gay

dan diselingi dengan penggunaan bahasa setempat. Oleh sebab itu,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

setiap anggota menggunakan argot pada saat berkumpul karena ingin

lebih akrab dan tidak dianggap berbeda dengan anggota lainnya. Dan

bisa juga agar terlihat eksis apalagi jika seseorang itu lebih banyak

menguasai kosa kata dan bisa mengucapkannya denga nada-

nadanyang cetil atau genit karna itu menjadi modal utama untuk

menarik perhatian gay yang lainnya. Berikut ini adalah contoh

penggunaan argot untuk menunjukkan gengsi:

1. Jelong - Jelong

P1 : Nenek kemana e kak kok gak datang?


P2 : neng thailand to nenek ki.
P3 : ngopo e Ren nenek neng thailand
P2 : hayo jelong-jelong to kok koyo wong susah.
Hahah mbenekke susu kak.

(Konteks: konteks percakapan di atas dilakukan pada acara


kumpul rutin anggota. Mereka menanyakan ketua anggota
yang sedang pergi ke Thailand untuk operasi alat vital).

2. Adendong - gengsi
P1 : Duh aku ra isa ngubungi, sapa kene sing ana
pulsa, Ditelpon wae.
P2 : Aku adendong kak, handphoneku gak biasa
kosongsih. Nih(sambil menyerahkan handphone)
P1 : oh yo kene nduk, tak silih sikik yo.
P2 : (tersenyum)

(konteks : penutur pertama dan penutur kedua adalah


sepasang teman. Suasana percakapan ini terjadi ketika
mereka sedang nongkrong. Kalimat tersebut diucapkan untuk
memberitahukan kepada teman-teman yang lain bahwa
dirinya selalu menghisi pulsa pada handphonenya).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

2. Faktor Kebiasan

Interaksi antar anggota pada saat berkumpul menunjukkan adanya

argot. Penggunaan argot tersebut berkaitan dengan interaksi yang

terjadi berulang-ulang. Terkadang inti pembicaraan yang disampaikan

tetap sama, hanya kalimat untuk menjelaskannya berbeda supaya

makna yang disampaikan dapat dipahami. Berikut contok kalimat

yang disampaikan oleh salah satu anggota gay kepad temannya.

P1 : wuih, Cica mah sekarang banyak ya gandengannya.


P2 : enggak lho kak, biasa aja. Cuma temen.
P3 : gak papa yang penting harus tau, ingat jangan mau sama
lekong yang tinta duta gitu eim".
(Jangan mau sama laki yang tidak punya uang begitu ya).

Kalimat yang disampaikan oleh salah satu anggota gay

menunjukkan argot yang sering digunakan, karena saat salah satu

anggota mengatakan lekong tinta duta maka anggota yang lain sudah

mengerti tanpa harus bertanya dulu arti lekong tinta duta. Anggota

lain sudah mengerti bahwa arti lekong tinta duta adalah lelaki yang

tidak punya uang. Apabila argot tersebut jarang digunakan, anggota

lain tentu akan bertanya artinya terlebih dahulu. Oleh sebab itu argot

pada kumunitas gay akan digunakan apabila sudah sering digunakan

untuk berinteraksi.

3. Faktor Memudahkan

Anggota komunitas gay mengadopsi kata dari bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia untuk digunakan sebagai argot pada komunitasnya.

Hal tersebut dilatar belakangi oleh anggota komunitas yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

didominasi oleh mahasiswa dan karyawan-karyawan yang berdomisili

di kota Yogyakarta. Berdasarkan latar belakang anggota gay tersebut,

mereka merasa mudah untuk menyampaikan maupun memahami

maksud ketika berinteraksi.

TITI DJ
P1 : itu udah aku siapin ya di tas, jangan lupa nanti di ambil
P2 : iya bebi, pulang dulu ya.
P1 : oke titi dj ya, nggak usah ngebut -ngebut.
P2 : oke bosku. Santai.

(Konteks : percakapan dilakukan oleh dua pasang kekasih,


percakapan tersebut dilakukan di depan rumah. Percakapan
tersebut dilakukan dengan suasana penuh keromantisan).

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata TITI DJ kata

mawar memiliki makna “Hati-hati di jalan”. kata titi dj adalah

pemendekan dari kata Hati-Hati Di Jalan.

Data 2 ember

P1 : aku bleaching aja po ya? trus diponi depan. Biar tambah


sirik. Hahah
P2 : ember kak. Pasti nanti ikut-ikutan.

(Konteks: percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yang kira-


kira berumur 27 tahun, keduana sama-sama berkerja sebagai
stylish rambut. Keduanya sedang membicarakan salah satu teman
mereka yang mereka anggap sebagai orang yang sombong , sok
tahu, dan suka iri dengan teman lainya).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155

Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Ember kata

ember memiliki makna “Emang bener”.Kata ember dapat

menggantikan

kata emang bener. Ember adalah pemendekan dari kata Emang

Bener. Berdasarkan rumusan masalah tentang faktor-faktor

penggunaan argot pada komunitas gay di kota Yogyakarta, data yang

diperoleh dari hasil simak catat, narasumber mengatakan bahwa

pemakaian argot yang berasal dari dua bahasa dianggap lebih singkat

karena menghemat kata dan dianggap memudahkan lawan bicara

mengerti maksud yang disampaikan. Faktor penyebab penggunaan

argot disebabkan karena para anggota enggan menjelaskan secara

berbelit-belit dan panjang lebar inti pembicaraan yang nantinya

malah membuat bingung. Oleh sebab itu, penggunaan argot

dianggap lebih efektif dan komunikatif untuk berkomunikasi dengan

sesama anggota gay.

4. Faktor Sosial dan Identitas.

Pemakaian argot gay ini didominasi oleh kata yang berasal dari

bahasa Jawa, Indonesia dan Asing. Hal tersebut karena latar belakang

para anggota gay yang berdomisili di wilayah Yogyakarta sehingga

bahasa tersebut mudah untuk dipahami. Penggunaan argot pada

anggota gay tersebut untuk memperlihatkan dirinya sebagai orang

jawa yang bisa berbahasa Indonesia dan Asing. Mereka menggunakan

bahasa Jawa untuk menunjukkan asal-usul mereka yang berlatar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156

belakang budaya Jawa. Mereka menggunakan bahasa Indonesia

sebagai bentuk menghargai sesama anggota yang berasal dari luar

Jawa dan tidak dapat memahami bahasa Jawa, dan penggunaan bahasa

asing dikarenakan ingin menonjolkan bahwa dirinya adalah seorang

mahasiswa yang bisa dan mengerti bahasa asing. Hal tersebut

memberikan gambaran bahwa bahasa Jawa memiliki kedudukan yang

sama dengan bahasa Indonesia dan bahasa Asing. Berikut bukti

percakapannya.

P1 : iyo ya vick, napsu wong kentine gemandul ngalor


ngidul.
P2 : kak Hari mbok ra ngono kui to.
P3 : nggonmu cilik po Ren? Haha

(Konteks: percakapan di atas dilakukan oleh dua anggota gay


yangsedang duduk santai di salah satu angkringan, percakapan
tersebut dilakukan untuk menyindir temannya yang akan
menggunakan kempolan pada saat acara G-Nigt, karena
temannya dirasa tidak pantas jika menggunakan pakaian
tersebut).
Argot pada tuturan di atas terdapat pada kata Kenti kata

Kentimemiliki makna “Kontol”. Kata kenti dapat diguanak untuk

menggantikan kata kontol, dalam percakapan ini menggunakan kata kenti

untu memperhalus atau menyamarkan kata.

P1 : mbiyen pas aku isih kuru, ireng, elik we ndekne lunga,


eh kok wingi tiba-tibaketemu neng bigo njuk komen
ngajak ketumbaran. Yo sory.
P2 : kowe ra gelem kak?
P1 : ra sudilah aku. Bareng sak iki aku wes bagus njuk meh
nggoleki aku. Tidak bisa!!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157

(Konteks: percakapan di atss dilakukan oleh peneliti dan salah


satu anggota gay. Percakapan dilakukan dengan nada tinggi
karena kekesalannya terhadap mantan kekasinya yang dulu
pernah menyia-nyiakan hanya gara-gara masalah fisik).

5. Faktor Lingkungan

Berdasarkan rumusan masalah ketiga tentang faktor penggunaan

argot pada komunitas gay. Beberapa anggota yang diwawancarai

menjelaskan bahwa faktor penyebab penggunaan argot adalah situasi

lingkungan sekitar mereka.

6. Menutupi Identitas

1. Para anggota komunitas gay sering kali menggunakan argot

untuk tujuan tertentu. Pada situasi tertentu mereka menggunakan

argot untuk menutupi identitas mereka sebagai anggota gay.

Terkadang di situasi umum mereka menggunakan argot untuk

berkomunikasi dengan sesama anggotanya agar orang lain tidak

memahami apa yang mereka bicarakan. Dengan menggunakan

argot gay, mereka dapat dengan bebas mengutarakan dan

berbicara tentang hasrat-hasrat dan pengalaman-pengalaman

homoseksualitasnya tanpa khawatir orang lain dapat mengerti

apa yang mereka ucapkan. Argot gay juga berfungsi sebagai

bahasa pertahanan untuk menciptakan perasaan kepemilikan di

antara mereka. Variasi khusus inilah yang membedakan mereka

dari orang-orang yang tergolong dalam kelompok sosial di luar

mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

2. Faktor yang kedua diambil dari analisi bahasa berdasarkan kata-

kata bahasa Jawa. Dengan menggunakan argot yang berdasarkan

kata-kata bahasa Jawa, kaum gay merasa lebih aman karena

belum banyak masyarakat di luar komunitas yang mengerti

bahasa tersebut. Argot tipe ini banyak digunakan di wilayah

Yogyakarta, khususnya ketika mereka sedang berkomunikasi

dengan sesama kaum gay Yogyakarta di luar daerah

Yogyakarta. Sedangkan ketika mereka berada diwilayah

Yogyakarta, mereka akan menggunakan argot yang berdasar

pada kata-kata dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut terbukti

lewat percakapan dari peneliti kepada salah satu gay. Berikut

deskripsinya;

P1 : Peneliti
P2 : Gay
P1 : “Eh bang, sebenernya apasih alasannya, kok kebayakan
dari kalian lebih milih pakai bahasa rahasia yang berasal
dari prokem jawa dan huruf Jawa?
P2 : “Kebanyakan dari kita kan orang Jawa dek, jadi kita
enggak mau ninggalin kebudayaan di Jawa ini to. Tapi
sebenernya ada alasan lain juga selain itu”.
P1 : “Aku boleh tau enggak bang, alasan yang lain itu apa?”
P2 : “Sebenernya, bahasa yang paling aman yang kita gunakan
itu ya bahasa Jawa ini dek, selain pembentukkannya yang
rumit, orang awam juga gak banyak yang bisa paham
menggunakan prokem jawa apalagi aksara Jawa, mayoritas
masyaraat diindonesia kan pakai bahasa Indonesia, jadi
kalau kita lagi punya urusan atau omongan yang sedikit
rahasia, kita aman pakai bahasa itu, orang enggak akan
ngerti sama apa yang kita omongkan to”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

Bab ini berisi dua hal, yaitu kesimpulan dan saran. Simpulan meliputi

rangkuman atas keseluruhan penelitian ini. Saran meliputi hal-hal relevan yang

perlu diperhatikan bagi peneliti lanjutan maupun bagi pembaca.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah mengenai

wujud-wujud argot, pola pembentukan argot dan argot pada komunitas gay di

kota Yogyakarta, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada banyak sekali sisi-sisi menarik dan keragaman dari argot yang

dipakai dalam berkomunikasi oleh anggota komunitas gay yang dapat diteliti.

Wujud-wujud argot pada komunitas gay pada komunitas gay di Yogyakarta

adalah sebagai berikut, (1) Wujud argot dengan penambahan –ong, (2) Wujud-

wujud argot dengan penambahan –es, (3) Wujud-wujud argot yang berasal dari

sitilah baru yang sudah ada dalam bahasa Indonesia, (4) Wujud-wujud argot

yang berasal dari bahas Jawa.

2. Berdassarkan pola pembentukkan, argot pada gay memiliki

banyak pola pembnetukkan kata yang unik dan memiliki tingkat kerumitan

yang tinggi dengan pembentukan kaidah bunyi yang produktif. Berikut ini

adalah pola-pola pembentukkan argot pada komunitas gay di kota

Yogyakartra: Berdasarkan argot-argot di atas makan dapat dianalisis pola

159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

pembentukanya, berdasarkan analisis makna, ditemukan adanya pembentukan

perlambangan yang melalui proses penamaan, pendefinisian, dan

pengistilahan. Proses penamaan yang terdapat dalam argot pda komunitas gay

meliputi keserupaan dan pemendekan. Proses pengistilahan dilakukan untuk

mendapatkan kecermatan dan ketetapan makna untuk suatu bidang kegiatan

atau keilmuan.

Dalam pengelompokan jenis makna dihasilkan kesimpulan bahwa argot

pada komunitas gay masuk ke dalam dua jenis makna, yaitu makna leksikal

dan makna referensial. Relasi makna yang terdapat dalam argot gay memiliki

relasi makna sinonimi, contohnya kata lekong dengan kata lekes, antonimi,

contohnya kata jelong dengan kata cekong, hipomini, contohnya adalah kata

maya yang memiliki hiponim dengan kata rebong, ngulek, salome, homonimi,

contohnya adalah kata rebong. Pola pembentukan argot dalam penelitian ini,

memiliki medan makna atau keterkaitan bahasa dalam suatu “tempat” yang

sama. Contohnya adalah lekong, berondong, kentong, Kata-kata tersebut

berada dalam wilayah yang sama yaitu kepemilikan identitas laki-laki.

Kemunculan penggunaan argot pada komunitas gay di kota Yogyakarta

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut meliputi (1) faktor gengsi,

(2) faktor kebiasaan, (3) faktor memudahkan, (4) faktor sosial penutur, (5)

faktor lingkungan (6) faktor menutupi identitas.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

5.2 Saran

Penelitian mengenai wujud dan pola pembentukan argot pada komunitas

gay di kota Yogyakarta adalah penelitian dalam lingkup linguistik yang

masuk ke dalam ranah sosiolinguistik. Peneliti menyadari akan keterbatasan

yang dimiliki. Penelitian wujud dan pola pembentukan argot ini hanya

terbatas kepada wujud-wujud argot, pola pembentukan argot dan faktor

penggunaan argot saja, sehingga masih dapat dilanjutkan dengan analisis

kebahasaan yang lainnya. Artinya, peneliti berharap hasil penelitian ini

dijadikan rangsangan untuk penelitian-penelitian yang lainnya sehubungan

dengan fenomena perkembangan bahasa yang ada. Berkait dengan pengajaran

bahasa, penelitian ini dapat diolah sedemikian rupa sehingga sistematika

penyajiannya layak untuk disajikan menjadi bahan ajar kepada siswa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi(2002).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.


Jakarta: Rineka Cipta.

Debby Sahertian, 2001 Kamus Bahasa Gaul Jakarta: Sinar Harapan.

Djajasudarma, Fatimah. 1994 : Pemahaman dan Hubungan Antar Unsur.


Bandung: PT. Refika Aditama.

Hadari Nawawi. 1996. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada


Universitas Pres. Yogyakarta. Halaman 73.

Halliday, M.A.K. & Hasan, R. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek Ba-
hasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Terjemahan oleh Barori Tou.
Yog- yakarta: Gajah Mada University Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Jakarta. : Gramedia Pustaka Utama. Edisi
ke- 4.

Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukkan Kata dalam Bahasa Indonesia.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Nababan, P.W.J. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama, 2001.

Neale, J.M. Davidson, G. C., & Haaga, D. A. (1996). Exploring Abnormal


Psychology. New York: Jhon Willey & Sons.

Oetomo, Dede. 2003. Memberi Suara pada yang Bisu. Yogyakarta: Pusawa
Marwa.

Pateda, Mansyur.1987. Sosiolinguistik, Yogyakarta.

162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

Poerwadarminta, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Ramlan, M. 2001. Morfologi: Suatu Tinjauan Desktiptif : Yogyakarta Cv :


Karyono.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengatar Wahana
Kebudayaan secara Linguistik). Yogyakarta: Duta Wacana University
Press.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumarsono, Paina Partana. 2004. SOSIOLINGUISTIK Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Suwito. 1983. Pengantar Awal Sosiolinguistik Teori dan Problema. Surakarta:


Henari Offset Solo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

Identitas Narasumber Kelompok Gay

Kelompok Gay

No
Nama Usia Profesi / masakerja LokasiKerja
1. Darren 25tahun Hair Stylish (liquid) Jl.Magelang, Yogyakarta
2. Hanes 20tahun Mahasiswa Yogyakarta
3. Susmex 33tahun Co. Manager Terrace Jl. Seturan Raya Yogyakarta
4. Vicky 26tahun Karyawanhotel/5 tahun Jl. Solo Yogyakarta
5. Chicko 22tahun Mahasiswa/ semester 6 Yogyakarta
6. Harry 28tahun Karyawan Salon/ 1 tahun Jl. Seturan, Yogyakarta
7. Alex 27 tahun Karyawan Hotel Jl. Magelang, Yogyakarta
8. Simbok 35 tahun Karyawan Yogyakarta
9. Fariz 23tahun Mahasiswa Sewon, Bantul, Yogyakarta
10. Panda 28 tahun Karyawan/7 bulan Malioboro Yogyakarta

Di Kota Yogyakarta

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan sehingga data primer

penelitian adalah data utama yang ditemukan di lapangan, yaitu berupa tuturan

para gay di Yogyakarta. Adapaun data sekunder dari penelitian ini adalah

tulisan huruf Jawa. Karena penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian

lapangan maka pelaksanaannya dilakukan dengan cara rekam dan simak -

catat. Peneliti terjun langsung kelapangan, sehingga peneliti dituntut untuk ikut

serta dalam aktifitas yang dilakukan oleh komunitas gay di Yogyakarta

tersebut. Pentranskripan hasil rekaman yang peneliti lakukan sesuai dengan

ragam bahasa yang digunakan oleh para gay dan berdasarkan fakta-fakta yang

ada dilapangan yang digunakan oleh narasumber.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

Wujud – wujud Argot

Pada Komunitas Gay Di Yogyakarta

Bahasa Gay Bahasa Indonesia


1. Akika Aku
2. Ukika Kau
3. Amplop Ampun
4. Balikpapan Kembali
5. BBC Becak
6. Bodrex Bodoh
7. Ciptadent Cium
8. Ember Emang
9. Jelita Jelek
10. Lapangan Lapar
11. Makassar Makasih
12. Mawar Mau
13. Polonia Pulang
14. Samarinda Sama-sama
15. Semangka Semak
16. Sutra Sudah
17. Sutralah Sudahlah
18. Manis Menes
19. Tinta Tidak
20. Cuco‟ Cakep
21. Meres Marah
22. Jahara Jahat
23. Bencong Banci
24. Bences Banci
25. Berepong Berapa
26. Berepes Berapa
27. Dendong Dandan
28. Dendes Dandan
29. Hemong Homo
30. Hemes Homo
31. Peles Pulang
32. Lekong Lelaki
33. Lekes Laki
34. Lecong Loco (Onani)
35. Leces Loco (Onani)
36. Leci Loco (Onani)
37. Peres Pura-Pura
38. Sekong Sakit
39. Sekes Sakit
40. Terjedong Terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

41. Terjedes Terjadi


42. Binancini Banci (Waria)
43. Binerinapina Berapa
44. Dinandinan Dandan
45. Hinomino Homo
46. Linakini Lelaki
47. Linocino Loco (onani)
48. Pinurina pinurina Pura-pura
49. Sinakinit Sakit
50. Tinerjinadini Terjadi
51. Maluku Malu
52. Mandole Mandi
53. Jail-jali Jalan-jalan
54. Linesbini Lesbi
55. Gentong Ganteng
56. Gentes Ganteng
57. Centong Cantik
58. Centes Cantik
59. Menong Mana
60. Kemenong Kemana
61. Rempong Repot
62. Repes Repot
63. Mekong Makan
64. Mekes Makan
65. Metong Mati
66. Hetong Hati
67. Jelong Jalang
68. Begindang Begitu
69. Belalang Beli
70. Tidur Tedes
71. Belenjong Belanja
72. Beranak Dalam Kubur Berak
73. Sirkuit Sedikit
74. Naspro Nasi
75. Mawar Mau
76. Cacamarica Cari
77. Cumi Cium
78. Capcus Pergi
79. Diana Dia
80. Endang Enak
81. Eike Aku
82. Ember Emang
83. Lupita Lupa
84. Lepes Lupa
85. Gilingan Gila
86. Hamidah Hamil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

87. Hima Layang Hilang


88. Jali-Jali Jalan-Jalan
89. Jayus Joke-garing
90. Jijay Markijay Jijik
91. Kesindang Kesini
92. Lesbes Lesbi
93. Kemindang Kemana
94. Organ Tunggal Orang Tua
95. Pere Perempuan
96. Pertiwi Perut
97. Kencana Kencing
98. Kepelong Kepala
99. Kesandro Kesana
100. Kerejong Kerja
101. Jutek Berwajah tak ramah
102. Piur Pergi
103. Nanda Namti
104. Lambreta Lambat
105. Ajib Enak
106. Lapangan Bola Lapar
107. Maharani Mahal
108.Makarena Makan
109.Soraya Perucha Sakit Perut
110.Kanua Kamu

Pembentuka bahasa berdasarkan kata-kata bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia Bahasa Gay
1) Banci Bencong
2) Berapa Brepong
3) Dandan Dendong
4) Homo Hemong
5) Lelaki Lekong
6) Loco (Onani) Lecong
7) Sakit Sekong
8) Terjadi Terjedong
9) Belanja Belenjong
10) Kepala Kepelong
11) Kerja Kerejong
12) Lesbi Lesbong
13) Ganteng Gentong
14) Cantik Centong
15) Mana Menong
16) Kemana Kemenong
17) Repot Rempong
18) Makan Mekong
19) Mati Metong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

20) Hati Hetong


21) Jalan Jelong

Kata berakhir dengan –es


Bahasa Indonesia Bahasa Gay
1) Banci Bences
2) Sakit Sekes
3) Laki-laki Lekes
4) Lesbi Lekes
5) Pura-pura Peres
6) Makan Mekes
7) Repot Repes
8) Cantik Centes
9) Ganteng Gentes
10) Terjadi Terjedes
11) Berapa Berepes
12) Dandan Dendes
13) Homo Hemes
14) Lupa Lepes
15) Tidur Tedes
16) Marah Meres
17) Pulang Peles
18) Manis Menes

Pembentukan bahasa berdasarkan kata-kata bahasa Jawa.


Bahasa Jawa Bahawa Gay Bahasa
Indonesia
1) Banci Siban Wari
2) Wedok Siwet Wanita
3) Lanang Silan Laki-laki
4) Panas Sipan Panas
5) Bengi Sibeng Malam
6) Gering Siger Sakit
7) Loro Silor Sakit
8) Udan Sidan Hujan
9) Piro Sipir Berapa
10) Bocah Sibo Anak-anak
(berondong)
11) Gede Siget Besar
12) Mantep Siman Mantap
13) Lemu Silem Gemuk
14) Sopo Sisop Siapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

1. Pembentukan kata berdasarkan prokem bahasa Jawa

Tabel Huruf Jawa

B Huruf 1 Hurruf 2 Huruf 3 Huruf 4 Huruf 5

A Ha = A Na = N Ca = C Ra = R Ka = K

R Da = D Ta = T Sa = S Wa = W La = L

I Pa = P Dha = Dh Ja = J Ya = Y Nya = Ny

S Ma = M Ga = G Ba = B Tha = Th Nga = Ng

Bahas Jawa Proses Prokem Bahasa Prokem Jawa Bahasa

Indonesia

1) Aku a= pa, ku= nyu panyu Saya


2) Bengi ba=se, nga=Li seli Malam
3) Loro lo=ngo,ro=yo loyo Sakit
4) Udan u=pu,da=pa,n=dha pupad Hujan
5) Piro pi=hi,ro=yo hiyo Berapa
6) Mangan ma=da,nga=la,n=dha dalad Makan
7) Ora o=po,ra=ya poya Tidak
8) Sopo so=bo,po=ho boho Siapa
9) Lemu le=nge,mu=du ngedu Gemuk
10) Turu tu=gu,ru=yu guyu Tidur
11) Ngombe ngo=lo,m=d,be=se lotse Minum
12) Gede ge=te,de=me teme Besar
13) Rene re=ye,ne=dhe yede Kemari
2. Pembentukan bahasa prokem Jawa

Bahasa Jawa Bahasa Prokem Jawa Bahasa Gay Bahasa


Indonesia
1) Aku panyu sipan saya
2) Bengi seli sisel malam
3) Loro loyo silo sakit
4) Udan pupad sipup hujan
5) Piro hiyo sihi berapa
6) Mangan dalad sidal makan
7) Ora poya sipo tidak
8) Sopo boho siboh siapa
9) Lemu ngedu singed gemuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

171

10) Turu guyu sigu tidur


11) Ngombe lotse silot minum
12) Gede teme sitem besar
13) Rene yede siyed kemari

Percakapan dengan salah satu anggota gay pada saat nongkrong

P1 : Peneliti

P2 : Anggota Gay

P1 : “Eh bang, sebenernya apasih alasannya, kok kebayakan dari

kalian lebih milihpakai bahasa rahasia yang berasal dari prokem

jawa dan huruf Jawa ?”

P2 : “Kebanyakan dari kita kan orang Jawa dek, jadi kita enggak mau

ninggalin kebudayaan di Jawa ini to. Tapi sebenernya ada alasan

lain juga selain itu”.

P1 : “trus alasan lainnya itu apa kak?”

P2 : “Sebenernya, bahasa yang paling aman yang kita gunakan itu ya

bahasa Jawa ini dek, selain pembentukkannya yang rumit, orang

awam juga gak banyak yang bisa paham menggunakan prokem

jawa apalagi aksara Jawa, mayoritas masyaraat diindonesia kan

pakai bahasa Indonesia, jadi kalau kita lagi punya urusan atau

omongan yang sedikit rahasia, kita aman pakai bahasa itu, orang

enggak akan ngerti sama apa yang kita omongkan to”.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Rengganis Retno Saputri. Lahir

di Sragen pada tanggal 18 Juli 1992 dari pasangan Urip

Sriwiratno dan Partiningsih. Ayah penulis bekerja

sebagai guru SD. Penulis memiliki adik kandung

bernama Bagas Pranawa Ardi (yang saat ini sedang

menempuh pendidikan Strata 1 di fakultas Hukum

Universitas Slamet Riyadi). Penulis menempuh

pendidikan SD di SD Negeri Gondang 7. Pendidikan SMP ditempuh di SMP

Negeri 1 Gondnag. Perempuan yang memiliki hobi bernyanyi ini melanjutkan

SMA-nya di SMA Negeri 1 Gondang. Pada tahun 2010, penulis melanjutkan

kuliah di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan

dan Seni, Universitas Sanata Dharma. Penulis aktif dalam berbagai kegiatan di

kampus, seperti UKM Pengabdian Masyarakat (UKM PM) Universitas Sanata

Dharma. Penulis juga aktif di kegiatan gereja seperti Pemandu Liturgi, Worship

Leader, Usher, Kolektan, dan Singer di GKI Gejayan, serta menjadi guru sekolah

minggu di GKJ Gondang.

Anda mungkin juga menyukai