Anda di halaman 1dari 243

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ANALISIS MAJAS PERBANDINGAN, PERTAUTAN , DAN


PERTENTANGAN, DALAM NOVEL DILAN: DIA ADALAH DILANKU
TAHUN 1990 KARYA PIDI BAIQ

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh
Eliana Dewi
NIM : 141224038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONSEIA


JURUSAN PENIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ANALISIS MAJAS PERBANDINGAN, PERTAUTAN, DAN


PERTENTANGAN, DALAM NOVEL DILAN: DIA ADALAH DILANKU
TAHUN 1990 KARYA PIDI BAIQ

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh
Eliana Dewi
NIM : 141224038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONSEIA


JURUSAN PENIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan

Kepada: Tuhan Yesus Kristus

Yang telah memberikan hikmat, perlindungan, dan berkatnya kepada saya.

Kepada orang tua saya yaitu Bapak Alexius Hartono dan Ibu saya Agnes Enik

Yulianti

Yang selalu mendukung, medoakan, dan meyemangati saya agar dapat

menyelesaikan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah. (Lessing)

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita


baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.
( Evelyn Underhill)

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi


nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam
doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (Filipi 4:6)

Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah


segala rencanamu. (Amsal 16:3)

Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu,


dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan
tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan
ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya
engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam
segala yang kau tuju.
(1 Raja-Raja 2:3)

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Dewi, Eliana. 2018. Analisis Majas Perbandingan, Pertautan, Dan
Pertentangan Dalam Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990
Karya Pidi Baiq. Skripsis S1. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini menganalisis majas perbandingan, pertautan, dan


pertentangan pada novel Dilan: Dia Dilanku tahun 1990 karya Pidi Baiq. Tujuan
utama penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis majas perbandingan, pertautan,
serta pertentangan dan majas yang dominan digunakan pada novel Dilan: Dia
Dilanku tahun 1990. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah membaca, mencermati, mencatat, membuat tabel, dan
mendeskripsikan data yang diperoleh. Instrumen dalam penelitian ini yaitu
peneliti sendiri yang dibantu alat pengumpulan data. Analisis data dilakukan
dengan tahapan mengidentifikasi data hasil temuan, mengklasifikasikan data hasil
temuan, mencermati berdasarkan jenis majas perbandingan, pertautan, dan
pertentangan, serta mendeskripsikan hasil analisis data tersebut.

Hasil penelitian pada novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya
Pidi Baiq menunjukkan bahwa majas perbandingan meliputi personifikasi,
depersonifikasi, antitesis, dan perifrasis. Majas pertautan mencakup metonimia,
sinekdoke, alusi, antonomasia, dan erotesis. Adapun majas pertentangan meliputi
hiperbola, litotes, oksimoron, satire, innuendo, klimaks, antiklimaks, dan apofasis
atau preterisio. Majas yang dominan dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku
Tahun 1990 secara berturut-turut dari yang terbanyak yaitu: hiperbola, erotesis,
satire, innuendo, perifrasis, antitesis, metonimia, antonomasia, dan personifikasi.
Penelitian ini terdapat tiga saran yaitu bagi para sastrawan agar lebih kreatif lagi
dalam penggunaan majas, bagi peneliti lain agar tidak terbatas dalam penggunaan
majas, dan bagi pembaca untuk lebih mencermati pemakaian gaya bahasa agar
dapat menikmati novel.
Kata kunci: novel dan majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Dewi, Eliana. 2018. The Analysis of Comparative, Linkage, and Contradictive


Figure of Speeches in Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 novel by
Pidi Baiq. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Education Study
Program, Teaching and Education Faculty, Sanata Dharma University.

This research analyzed the comparative, linkage, and contradictive figure


of speeches in a novel entitled Dilan: Dia Dilanku tahun 1990 written by Pidi
Baiq. The aim of the research is to describe the types of the comparative, linkage,
and contradictive figure of speeches which are dominantly used in Dilan: Dia
Dilanku tahun 1990 novel. This research was included as a descriptive research
with qualitative approach. The data collection technique employed in this
research was reading, scanning, note taking, tabling, and data describing. The
research instrument was the the researcher herself helped by the data collections.
The data analysis was done by identifying the findings, classifying the findings,
analyzing the figure of speeches according to the types, and describing the
analysis results of all the data collected.

The findings of this research on Dilan: Dia Dilanku tahun 1990 novel by
Pidi Baiq showed that the figure of speeches used were personification,
depersonification, antithesis, and periphrases. The linkage included metonymy,
sinekdoke, allusion, antimony, and erotics. The contradictive figure of speech
were hyperbole, litotes, oksimoron, satire, innuendo, climax, anticlimax, and
apophasis or preterisio. The figure of speeches used in Dilan: Dia Dilanku tahun
1990 novel from the most frequent to the less one were hyperbole, erotics, satire,
innuendo, periphrasis, antithesis, metonymy, antimony, and personification. This
research study also gives suggestion to any book authors to be more creative in
using figure of speeches, to the future researchers who will work on similar
project to be more indefinite to explore more the figure of speeches, and to the
readers to be more thoroughly perceiving various figure of speeches in order to
enjoy the novel more.

Keywords : novel, the comparative, linkage, and contradictive figure of speeches

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan perlindungan-Nya untuk penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan lancar. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
dapat diselesaikan berkat dukungan dari beberapa pihak. Untuk itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Drs. J.Prapta Diharja, S.J. M.Hum., selaku dosen pembimbing pertama
yang telah memberikan bimbingan, motivasi, perhatian, dan masukan demi
kesempurnaan skripsi ini.
3. Dr. Y.Karmin, M.Pd., selaku dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, perhatian, dan masukan demi
kesempurnaan skripsi.
4. Para dosen PBSI yang telah membagikan ilmu dan pengalaman selama
penulisan menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
5. Ayah dan Ibu, Alexius Hartono dan Agnes Enik Yulianti, yang telah
memberikan dukungan, doa, dan semangat dalam meyelesaikan skripsi.
6. Kakak-kakak penulis: Endi Purnama, Armela, Erni Sulistya, dan Erik
FajarAdi Saputra yang selalu mendukung, memotivasi, dan menyemangati
kepada penulis.
7. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
8. Teman-teman dekat saya dan seluruh teman PBSI atas kerjasama dan
kebersamaan selama ini.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv

HALAMAN MOTO ........................................................................................... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ................................................................... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

ABSTRACT .......................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................ x

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 4
E. Batasan Istilah ..................................................................................... 5
F. Sistematika Penyajian ......................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 8
A. Penelitian Relevan .............................................................................. 8
B. Landasan Teori ................................................................................. 10
C. Pengertian Sastra .............................................................................. 10
D. Pengertian Novel .............................................................................. 10
E. Pengertian Majas .............................................................................. 12
F. Jenis-jenis Majas ................................................................................ 13
1. Majas Perbandingan ...................................................................... 13
2. Majas Pertautan ............................................................................ 17
3. Majas Pertentangan....................................................................... 22
4. Majas Peulangan ............................................................................ 33
G. Kerangka Berpikir ............................................................................. 34

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 37


A. Jenis Penelitian ................................................................................. 37
B. Data dan Sumber .............................................................................. 38
C. Instrumen Penelitian ......................................................................... 38
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 39
E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 40
F. Keabsahan Data ................................................................................ 41

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ........................................ 43

A. Novel ................................................................................................ 43

B. Deskripsi Data .................................................................................. 45

C. Analisis Data .................................................................................... 47

D. Hasil Analisis ................................................................................... 47

1. Jenis Majas Perbandingan di dalam novel Dilan: Dia adalah


Dilanku tahun 1990 .................................................................... 47
2. Jenis Majas Pertautan di dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku
tahun 1990 .................................................................................. 52
3. Jenis Majas Pertentangan di dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku
tahun 1990 .................................................................................. 57
4. Pembahasan ................................................................................. 65
5. Pemaknaan Majas......................................................................... 70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 76

A. Kesimpulan ..................................................................................... 76

B. Saran ................................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 79


BIODATA PENULIS ....................................................................................... 81
LAMPIRAN ...................................................................................................... 82

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah karya pengarang berdasarkan pengalaman yang

dimiliki, imajinasi, dan ide-ide yang diwujudkan dalam bentuk tulisan. Karya

sastra dapat berwujud puisi, prosa, dan drama. Karya-karya tersebut telah berada

dalam kehidupan kita sedari dulu dan menjadi salah satu tempat menuangkan

ekspresi yang paling efektif. Dalam karya sastra, kita dapat menemukan banyak

tema yang menjadi toping utama, seperti tema percintaan, sosial, budaya, politik,

dan religious (Suryanto: 2007:2). Jika membaca atau memahami suatu karya

sastra, pembaca akan memperoleh atau menambah wawasan dan pengetahuan.

Karena itu, karya sastra bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Salah satu karya sastra dalam bentuk prosa adalah novel. Novel

merupakan karangan prosa yang panjang dan mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan

watak dan sifat para tokoh. Clara Reeve berpendapat bahwa novel adalah

gambaran kehidupan dan perilaku yang nyata dari zaman saat nivel itu ditulis

(Wellek, 1989:282). Novel adalah hasil cipta, rasa, seni manusia yang dapat

dihayati dan dipelajari. Novel disukai oleh banyak orang karena menarik,

menghibur, dan dapat mengisi waktu luang.

Meskipun demikian, jarang mahasiswa mengangkat novel sebagai objek

penelitian. Pada umumnya mahasiswa lebih memilih yang lain, mungkin mereka

malas membacanya karena menurut mereka novel terlalu panjang untuk dibaca.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Oleh karena itu, peneliti hendak mengadakan analisis mengenai novel. Dalam hal

ini yang akan dianalisis adalah majas dalam novel itu. Peneliti memilih

mengalisis majas dalam novel, karena peneliti sendiri tertarik dan belum banyak

mahasiswa yang mengalisis majas di sebuah novel.

Dalam sebuah novel jika tidak ada majas di dalamnya, maka cerita dalam

novel tidak menarik. Maka setiap penulis novel akan menggunakan majas dalam

karyanya untuk membangkitkan cerita menjadi lebih menarik bagi pembaca.

Setiap pengarang memiliki ciri masing-masing dalam pemakaian majas, sehingga

setiap pengarang dalam penyampaiannya berbeda-beda.

Menurut Lexemburg dan kawan-kawan (dalam I Ketut Darma Laksana,

2010: 33) bahwa majas dibentuk berdasarkan penyimpangan makna. Pemakaian

kata, frasa, atau kalimat dengan makna yang menyimpang dimaksudkan untuk

menciptakan efek stilistik dalam berbahasa. Jika kita berbicara tentang teori majas

sekurang-kurangnya kita mengacu tiga macam teori, yaitu teori semantik, teori

pragmatik, dan teori kognitif. Menurut Bartsch (dalam I Ketut Darma Laksana,

2010: 34) mengungkapkan bahwa suatu tulisan akan lebih banyak memusatkan

perhatiannya pada teori semantik dan teori pragmatik, karena kedua teori tersebut

mengandung paham yang mendasar, yaitu dalam hal pemahaman makna, kecuali

untuk pembicaraan mengenai tema-tema ungkapan majasi akan digunakan teori

kognitif. Menurut Anton Moeliono majas adalah untuk mengongkretkan dan

menghidupkan karangan (Moeliono, 1989: 175).

2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Anton Moeliono (dalam I Ketut Darma, 2010: 35) membuat kategorisasi

majas atas tiga macam, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas

pertautan. Tarigan (dalam I Ketut Darma Laksana, 2010: 36) membuat

kategorisasi majas menjadi empat macam, yaitu majas perbandingan, majas

pertentangan, majas pertautan, dan majas perulangan. Tarigan

mencampuradukkan majas denga trope sehingga penggolongannya menjadi empat

macam. Perulangan yang dimaksudkan itu bukanlah majas (kiasan) melainkan alat

gaya bahasa seperti majas itu sendiri. Dengan demikian, peneliti akan mengacu

pada model Moeliono, karena model Moeliono memadai untuk diterapkan karena

sifatnya komprehensif. Contoh beberapa majas yaitu perumpamaan, hiperbola,

ellipsis, dan personifikasi. Majas tersebut paling banyak dikenal, baik dalam

masyarakat pada umumnya maupun dalam bidang pendidikan.

Peneliti memilih novel yang berjudul Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun

1990 karya Pidi Baiq sebagai bahan penelitiannya. Novel Dilan: Dia Adalah

Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq adalah novel yang sedang buming di

masyarakat Indonesia. Pidi Baiq menggarap novel ini sesuai dengan ingatan masa

lalunya. Novel ini terbit pada bulan Desember 2015 dan sudah dicetak sebanyak

dua puluh kali. Penerbitnya adalah Patel Books. Novel ini menceritakan

percintaan anak SMA di kota Bandung. Novel tersebut sudah pernah difilmkan

dan menjadi film romansa terlaris di masyarakat saat ini.

Majas dalam novel ini berbeda dengan novel lainnya. Majas yang

digunakan Pidi Baiq cukup unik, membuat para pembaca merasa terhibur.

Pembaca akan terpesona dengan ungkapan yang diuraikan dalam novel tersebut.

3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan menganalsis penggunaan majas

yang terdapat dalam novel yang ditampilkan oleh Pidi Baiq ini. Adapun judul

penelitian ini adalah Analisis Majas Perbandingan, Pertentangan, dan Pertautan

Dalam Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 Karya Pidi Baiq.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut.

a. Bagaimana bentuk majas perbandingan, pertentangan, dan pertautan dalam

novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq?

b. Dari macam-macam majas yang terdapat pada perbandingan, pertautan,

dan pertentangan gaya bahasa apa yang dominan dalam novel Dilan: Dia

Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini

bertujuan sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan bentuk majas perbandingan, pertentangan, dan pertautan

dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq.

b. Mendeskripsikan gaya bahasa yang dominan dari majas perbandingan,

pertautan, dan pertentangan dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku

Tahun 1990 karya Pidi Baiq.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dalam penelitian ini ada dua

macam, yaitu manafat secara teoretis dan manfaat secara praktis.

4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.4.1 Manfaat Teoretis

Manfaat secara teoretis penelitian ini memperkaya khasanah atau

menambah ilmu dalam bidang sastra khususnya dalam novel. Selain itu,

menambah banyaknya tulisan mengenai sastra khususnya dalam majas

perbandingan, pertentangan, dan pertautan dalam novel.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi peneliti

selanjutnya dan bagi pembaca. Bagi peneliti selanjutnya dapat menyumbang

sumber reverensi tentang analisis majas perbandingan, pertentangan, dan

pertautan dalam novel. Bagi pembaca dapat memberikan wawasan tentang

majas perbandingan, pertentangan, dan pertautan dalam novel.

1.5 Batasan Istilah

Sehubungan dengan judul penelitian ini, agar terdapat persamaan konsep

istilah dan agar pemanfaatan tersebut tampak jelas, perlu diberikan adanya

pembatasan istilah. Istilah yang perlu dibatasi adalah sebagai berikut.

a. Majas

Majas adalah cara melukiskan sesuatu lewat kata-kata, frasa, atau kalimat

dengan jalan menyamakan dengan sesuatu yang lain; kiasan (Kamus Bahasa

Indonesia Untuk Pelajar, 2011: 290).

Majas adalah untuk mengongkretkan dan menghidupakan karangan

(Moeliono, 1989: 175).

5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Majas Perbandingan

Majas perbandingan adalah majas yang membandingkan dua hal yang

pada hakikatnya berlainan dan sengaja kita anggap sama yang disebut

perumpamaan (I Ketut Darma, 2010: 77).

c. Majas Pertentangan

Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli, maka peneliti berpendapat bahwa

majas pertentangan adalah mengungkapkan sesuatu namun bertentangan

dengan makna yang sebenarnya.

d. Majas Pertautan

Majas pertautan adalah majas yang menggunakan nama ciri atau nama hal

yang ditautkan dengan orang, barang, atau hal lain sebagai penggantinya yang

disebut dengan metonimia (I Ketut Darma Laksana, 2010: 89).

e. Novel

Novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan

watak dan sifat setiap pelaku (Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, 2011:

362).

1.6 Sistematika Penyajian

Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab. Hal ini bertujuan untuk

mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini. Bab I adalah bab

pendahuluan. Pada bab ini, peneliti mengkaji latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penyajian. Bab II adalah landasan teori. Bab ini menguraikan penelitian yang

relevan, kajian teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang

penelitian-penelitian yang sejenis dengan topik ini, sedangkan kajian teori berisi

uraian tentang teori-teori yang menjadi kajian teori penelitian.

Bab III adalah metodelogi penelitian. Pada bab ini, peneliti membahas

seputar jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data, dan teknik keabsahan data. Bab IV adalah deskripsi data, analisis

data, dan pembahasan. Dalam bab ini peneliti mendeskripsikan data penelitian,

cara menganalisa data, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V adalah penutup

yang berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran. Selain itu, peneliti juga

menyajikan daftar pustaka yang dipergunakan untuk referensi yang menunjang

penelitian dan terdapat juga lampiran-lampiran yang mendukung penelitian.

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori Terdahulu yang Relevan

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan dua penelitian terdahulu yang

relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian Nur Rofiq Rfrajani (2012) dan Ika

Wirna (2012). Penelitian Nur Rofiq (2012) yang berjudul“Analisis Gaya Bahasa

Dalam Roman der Steppenwolf Karya Hermann Hesse” bertujuan

mendeskripsikan gaya bahasa, fungsi, dan makna yang digunakan dalam roman

karya Herman Hesse. Hasil penelitian gaya bahasa yang digunakan dalam roman

tersebut ada empat jenis, yaitu gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan,

dan perulangan. Gaya bahasa perbandingan meliputi (Perumpamaan atau Smile

(27), Metafora (30), Personifikasi (15), Depersonifikasi (3), Alegori (2), Antitesis

(27), Pleonasme dan Tautologi (4), Perifrasis (5), Koreksio (1). Gaya bahasa

pertentangan meliputi (Hiperbola (80), Litotes (1), Ironi (3), Oksimoron (10),

Paradoks (8), Klimaks (7), Antiklimaks (3), Sarkasme (10). Gaya bahasa

pertautan meliputi (Metonimia (18), Eufimisme (1), Antonomasia (9), Erotesis

(12), Paralelisme (4), Asindenton (17), Polisindeton (3) dan gaya bahasa

perulangan meliputi (Asonansi (4), Kiasmus (3), dan Anafora (4)). Selanjutnya,

mengetahui fungsi dan makna yang ada dalam roman tersebut. Fungsi dan makna

roman adalah untuk menimbulkan efek keindahan, menggambarkan suatu

keadaan, menggambarkan suatu perasaan, menggambarkan keindahan sesuatu,

mengambarkan penderitaan tokoh, memuji seseorang, mengkongkretkan gambar

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

manusia yang putus asa dalam hidupnya, menegaskan sesuatu, memberikan pesan

moral, menyindir atau mengejek seseorang, dan menekankan kebecian terhadap

seseorang atau suatu hal.

Penelitian yang kedua Ika Wirna (2012) yang berjudul “Analisis Gaya

Bahasa Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Serta Implikasi Pembelajaran

Bahasa Dan Sastra Indonesia Di SMA”. Penelitian tersebut bertujuan

mendeskripsikan gaya bahasa yang ditampilkan Andrea Hirata dalam novel

Laskar Pelangi dan mengetahui implikasi gaya bahasa dalam pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia di SMA. Hasil data gaya bahasa yang dapat diambil

adalah Alegori (13), Alusio (6), Hiperbola (28), Ironi (8), Metafora (8),

Metonimia (7), Persamaan (45), Personifikasi (34), Perumpamaan (22), Repitisi

(10). Gaya bahasa tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa repitisi dalam

novel Laskar Pelangi berjumlah sepuluh dan analisis yang dilakukan terhadap

sepuluh gaya bahasa tersebut yang paling dominan adalah gaya bahasa persamaan.

Dalam implikasi gaya bahasa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia dibagi

menjadi tiga, yaitu imlikasi teoritis, impliasi pedagogis, dan implikasi praktis.

Dari penelitian terdahulu yaitu penelitian dari Nur Rafiq yang meneliti

tentang gaya bahasa, fungsi, dan makna dalam roman der Steppenwolf karya

Hermann Hesse dan penelitian Ika Wirna yaitu analisis gaya bahasa novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hirata dan implikasi dalam pembelajaran bahasa dan Sastra

Indonesia di SMA, maka penelitian saya memiliki beberapa kesamaan dan

perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaannya adalah sama-sama

mendeskripsikan gaya bahasanya. Perbedaannya adalah penelitian terdahulu


9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

membahahas gaya bahasa keselurahan atau secara umum tidak ada

pengelompokan mana masuk dalam perbandingan, pertautan, pertentangan, dan

perulangan. Sedangkan penelitian saya membahas tentang gaya bahasa yang

terdapat dalam majas perbandinngan, pertautan, dan pertentangan serta majas

yang dominan pada novel yang berjudul DILAN: DIA DILANKU Tahun 1990

karya Pidi Baiq.

2.2 Landasan Teori

Pada landasan kajian terori ini, peneliti akan memaparkan beberapa teori

yang terkait dengan judul penelitian. Teori-teori yang akan digunakan sebagai

landasan dalam pengerjaan penelitian ini sebagai berikut.

2.2.1 Pengertian Sastra

Dalam Kamus Bahasa Indonesia: Untuk Pelajar (2010: 474) sastra

diartikan sebagai kata-kata dan gaya bahasa yang dipakai dulu dalam kitab-kitab

(bukan bahasa sehari-hari). (2) kesusastraan, karya tulis yang memiliki keaslian,

keindahan isi dan ungkapannya. Dalam Kamus Istilah Sastra (1990: 71). Panuti

Sudjiman menuliskan bahwa sastra (literature, Inggris, literature, Prancis) adalah

karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisilan,

keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.

2.2.2 Pengertian Novel

Istilah novel dalam bahasa Indonesia berasal dari kata novel dalam bahasa

Inggris. Istilah novel dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Itali, yaitu novella

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(yang dalam bahasa Jerman novella). Novella berarti sebuah barang baru yang

kecil, kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams,

198: 119). Istilah novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah

novelet (dalam bahasa Inggris novellete) yang berarti sebuah karya sastra prosa

fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang, namun tidak terlalu pendek

(Nurgiyantoro, 1995: 9). Ada juga yang mengemukakan bahwa kata novel berasal

dari kata Latin, yaitu noveltus yang diturunkan dari kata noveis yang berarti baru.

Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis sastra lainnya seperti puisi dan

drama (Tarigan, 1984: 164).

H.B. Jassin berpendapat bahwa novel adalah cerita mengenai salah satu

episode dalam kehidupan manusia, suatu kejadian yang luar biasa dalam

kehidupan itu, sebuah krisis yang memungkinkan terjadinya perubahan nasib pada

manusia (dalam Faruk, 1997: 265). Dalam Kamus Istilah Sastra, Abdul Rozak

Zaidan, Anita K.Rustapa, dan Hani’ah mengatakan bahwa novel adalah jenis

prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan

kehidupan manusia diolah dengan teknik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar

konvensi penulisan (1994: 136). Dalam Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar,

novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak

dan sifat setiap pelaku (2011: 362).

Berdasarkan berbagai macam pengertian novel di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa novel merupakan prosa yang cukup panjang yang mengandung

11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

unsur tokoh, alur, suasana, dan latar rekaan dalam suatu kejadian dalam

kehidupan.

2.2.3 Pengertian Majas

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar dikatakan bahwa majas

adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu lewat kata-kata, frasa, atau kalimat

dengan jalan menyamakan dengan sesuatu yang lain; kiasan. (Kamus Bahasa

Indonesia Untuk Pelajar, 2011: 290).

Menurut I Ketut Darma Laksana, majas adalah bahasa yang maknanya

melampaui batas yang lazim. Ketidaklaziman makna itu disebabkan oleh beberapa

hal. Pertama, pemakaian kata yang khas. Dalam menggunakan kata yang khas,

pemakai bahasa dapat lebih menghidupkan karangannya, agar orang lain atau

pembaca tersentuh perasaannya mengenai hal yang disampaikan. Kedua,

pemakaian bahasa yang menyimpang dari kelaziman. Maksudnya, dengan

menggunakan kata tertentu yang maknanya menyimpang, pengarang dapat

membuat tuturannya lebih intens untuk mempengaruhi imajinasi pendengar atau

pembaca. Ketiga, rumusannya yang jelas. Kejelasan rumusan itu lebih

dimungkinkan oleh adanya gambaran bahwa satu hal sama atau seperti,

sebanding, entah sebagian atau keseluruhan dengan hal lain (I Ketut Darma

Laksana, 2010: 4). Menurut Anton Moliono majas adalah untuk mengongkretkan

dan menghidupakan karangan (Moeliono, 1989: 175).

12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berdasarkan paparan dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa majas adalah kata-kata, frasa, atau kalimat yang memiliki makna melapaui

batas dan bisa disebut dengan suatu kiasan untuk menghidupkan sebuah karangan.

2.2.4 Jenis-jenis Majas

Majas menurut Moeliono (dalam I Ketut Darma Laksana, 2010: 6) dibagi

menjadi tiga kategori, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas

pertautan.

2.2.4.1 Majas Perbandingan

I Ketut Darma Laksana mengungkapkan bahwa majas perbandingan adalah

jenis majas yang membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan

yang sengaja dianggap sama. Perumpamaan atau persamaan itu bersifat eksplisit

dengan dimarkahi oleh pemakaian kata sebagai, seperti, ibarat, dan sejenisnya

(Ketut, 2010: 77). Henry Guntur Tarigan (2013: 9) berpendapat bahwa majas

perbandingan dibagi menjadi sepuluh jenis gaya bahasa, yaitu: Perumpamaan,

Metafora, Personifikasi, Depersonifikasi, Alegori, Antithesis, Pleonasme dan

Tautologi, Periphrasis, Antisipasi Atau Prolepsis, dan Koreksi atau Epanortosis.

a. Perumpamaan

Perumpamaan adalah asal kata simile dalam bahasa Inggris. Kata simile

berasal dari bahasa Latin yang bermakna ‘seperti’. Henry Guntur Tarigan (2013:

9) berpendapat bahwa perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada

hakikatnya berlainan dan sengaja dianggap sama dengan pemakaian kata seperti,

ibarat, bak, sebagai, seumpama, laksana, penaka, dan serupa. Berikut ini

beberapa contoh dari perumpamaan.

13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Seperti air dengan minyak


Ibarat mengejar bayangan
Bak merpati dua sejoli (Tarigan, 2013: 9).

b. Metafora

Menurut Poerwadarminta (dalam Tarigan, 2013: 15-16) metafora adalah

pemakaian kata-kata bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang

berdasaarkan persamaan atau perbandingan. Menurut Moeliono (dalam Tarigan,

2013: 15) metafora adalah perbandingan yang implisit tanpa kata sebagai di

antara dua hal yang berbeda. Berikut ini merupakan beberapa contoh dari

metafora.

Nani jinak-jinak merpati.


Ali mata keranjang.
Aku terus memburu untung (Tarigan, 2013: 16).

c. Personifiasi

Personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada

barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak (Tarigan, 2013: 17-18). Berikut

ini merupakan beberapa contoh dari majas personifikasi.

Hujan memandikan tanaman.


Mentari mencubit wajahku.
Pepohonan tersenyum riang (Tarigan, 2013: 18).

d. Depersonifikasi

Henry Guntur Tarigan (2013: 21-22) mengungkapkan bahwa depersonifikasi

adalah kebalikan dari personifikasi. Apabila personifikasi menginsankan benda-

benda, maka depersonifikasi justru membendakan manusia atau insan. Berikut

merupakan beberapa contoh dari majas depersonifikasi.

Bila kakanda menjadi darah, maka adinda menjadi daging.


Sekiranya suami menjadi ombak, maka istri menjadi pantai.
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Rupa-rupanya jikalau si Ani menjadi kembang, tentu si Ali menjadi kumbang


(Tarigan, 2013: 22).

e. Alegori

Henry Guntur Tarigan (2013: 24) megungkapkan bahwa alegori adalah cerita

yang dikisahkan dalam lambang-lambang. Biasanya alegori merupakan cerita-

cerita yang panjang dan rumit dengan maksud dan tujuan yang terselubung.

Bebeberapa contoh majas alegori.

Cerita kancil dengan kura-kura.


Cerita kancil dengan harimau.

f. Antitesis

Henry Guntur Tarigan (2013: 27) mengungkapkan bahwa antitesis adalah

gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim

yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan. Di bawah

ini merupakan contoh majas antitesis.

Dia bergembira-ria atas kegagalanku dalam ujian itu.


Segala fitnahan tetangganya dibalasnya dengan budi bahasa yang baik.
Kecantikannyalah justru yang menceelakakannya.

g. Pleonasme dan Tautologi

Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir atau berlebihan yang

sebenarnya tidak perlu (Tarigan, 2013: 29). Berikut beberapa contoh pleonasme.

Saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan saya sendiri.


Mereka mendengar fitnahan itu dengan telinga mereka sendiri.

Henry Guntur Tarigan (2013: 24-30) mengatakan bahwa suatu acuan disebut

tautologi kalau kata yang berlebihan pada dasarnya mengandung sebuah

perulangan dari sebuah kata yang lain. Berikut merupakan contoh dari tautologi.
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Orang yang meninggal itu menutup mata buat selama-lamanya.


Kegembiraanku menyenangkan hatiku (Tarigan, 2013: 30).

h. Perifrasis

Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme.

Keduanya menggunakan kata-kata yang lebih banyak dari pada yang dibutuhkann

namun yang membedakan antara keduanya yaitu dalam periphrasis kata-kata yang

berlebihan itu pada prinsipnya diganti dengan sebuah kata saja. cf.Keraf ( melalui

Tarigan 2013: 31). Berikut ini contoh perifrasis.

Ayahanda telah tidur dengan tenang dan beristirahat dengan damai buat
selama-lamanya (meninggal atau berpulang).
Pemuda itu menumpahkan segala isi hati dan segala harapan ke pada gadis
desa itu (cinta).

i. Antisipasi atau Prolepsis

Antisipasi adalah penempatan kata-kata yang mendahului tentang sesuatu

yang masih akan dikerjakan atau akan terjadi (Tarigan, 2013: 33). Berikut ini

merupakan beberapa contoh antisipasi.

Kami sangat gembira, minggu depan kami memperoleh hadiah dari Bapak
Bupati.
Jelas seluruh kerabat merasa sedih dan malu, lusa si Dogol dijebloskan ke
dalam penjara karena terlibat penjualan ganja.

j. Koreksi atau Epanortosis

Koreksi adalah sesuatu yang ingin ditegaskan kembali dengan memeriksa dan

memperbaiki atau mengoreksi mana-mana yang salah (Tarigan, 2013: 34-35).

Dia benar-benar mencintai Neng Tetty, eh bukan, Neng Terry.


Pak Tarigan memang orang Bali, ah bukan, orang Batak (Tarigan, 2013: 35).

16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2.4.2 Majas Pertautan

I Ketut Darma Laksana (2010: 89) megungkapkan bahwa majas pertautan

adalah menggunakan istilah “teracu” dan “mengacu”. Teracu adalah apa yang

diacu oleh pengacu, sedangkan mengacu ialah ungkapan yang dipakai dalam

proses pengacuan. Majas pertautan adalah kata-kata kiasan yang berhubungan

atau bertautan degan sesuatu yang ingin disampaikan. Tarigan (2010,122)

berpendapat bahwa majas pertautan dibagi menjadi tiga belas gaya bahasa, yaitu:

metonimia, sinekdoke, alusi, aufermisme, eponim, epitet, antonomasia, erotesis,

paralsisme, ellipsis, gradasi, asindeton, dan polisindeton.

a. Metonimia

Metonimia adalah sejenis gaya bahasa yang mempergunakan nama sesuatu

barang bagi sesuatu yang lain berkaitan erat dengannya (Tarigan, 2010: 122).

Anton Moeliono (dalam Tarigan, 2010:123) mengungkapkan bahwa metonimia

adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama

orang, barang, atau hal sebagai penggantinya. Kita dapat menyebut pencipta atau

pembuatnya jika yang kita maksudkan ciptaan atau buatannya atau kita menyebut

bahannya jika yang kita maksudkan barangnya. Berikut contoh metonimia.

Saya tidak dapat membaca dengan jelas kini karena kontak lensa saya jatuh
dan pecah.
Dalam prtandingan kemarin saya hanya memperoleh perunggu sedangkan
teman saya perak (Tarigan, 2013: 123).

17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Sinekdoke

Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti

nama keseluruhannya, atau sebaliknya. Majas sinekdoke dibagi menjadi dua

macam yaitu: pertama majas sinekdoke pras prototo digunakan untuk menyatakan

keseluruhan suatu objek tetapi hanya menyebutkan sebagian dari objek tersebut

(Tarigan, 2013: 124-125). Berikut contoh majas sinekdoke pras prototo.

Seekor ayam yang masuk ke dalam rumah sudah membuat ibu sangat
kewalahan.

Majas sinekdoke totem proparte adalah majas yang digunakan untuk

menyatakan bagian dari suatu objek dengan menyebutkan keseluruhan bagian atau

objek lain yang mempunyai makna luas. Berikut ini contoh dari sinekdoke

proparte.

Indonesia meraih emas dalam olimpiade matematika tahun 2016.

c. Alusi

Henry Guntur Tarigan (2013: 126-127) mengungkapkan bahwa alusi adalah

gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh

berdasarkan anggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang

dan pembaca serta adanya kemampuan para pembaca untuk menangkap

pengacuan itu. Berikut contoh ilusi.

Saya ngeri membayangkan kembali peristiwa Westerling di Sulawesi Selatan.


Tugu ini mengenangkan kembal ke peristiwa Bandung Selatan (Tarigan,2013:
127).

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Eufemisme

Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan

yang dirasa kasar atau tidak menyenangkan (Tarigan, 2013: 128-129). Berikut

beberapa contoh eufemisme.

Tunaaksara pengganti buta huruf.


Tunakarya pengganti tidak mempunyai pekerjaan.
Tunawicara pengganti tidak dapat bicara (bisu) (Tarigan, 2013: 129).

e. Eponim

Henry Guntur Tarigan (2013: 130) mengungkapkan bahwa eponim adalah

semacam gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang begitu sering

dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan

sifat. Dibawah ini contoh eponim.

Hercules menyatakan kekuuatan.


Vera menyatakan kebenaran.
Dewi Sri menyatakan kesuburan.

f. Epitet

Henry Guntur Tarigan (2013: 131) mengungkapkan bahwa epitet adalah gaya

bahasa yang mengandung acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khas

dari seseorang atau suatu hal. Berikut contoh epitet.

Lonceng pagi bersahut-sahutan di desa terpencil ini menyongsong mentari


bersinar. (lonceng pagi= ayam jantan).
Putri malam menyambut kedatangan para remaja yang sedang dimabuk
asmara. (putri malam= bulan).

19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

g. Antonomasia

Antonomasia adalah gaya bahasa yang merupakan penggunaan gelar resmi

atau jabatan sebagai pengganti nama diri (Tarigan, 2013: 132). Di bawah ini

contoh antonomasia.

Rakyat mengharapkan agar Yang Mulia dapat menghadiri upacara itu.


Pangeran menandatangani surat penghargaan itu.
Pendeta mengukuhkan perkawinan anak kami di Gereja Bethel.

h. Erotesis

Erotesis adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang digunakan

dalam tulisan atau pidato yang bertujuan untuk mencapai efek yang lebih

mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menuntut suatu

jawaban (Tarigan, 2013: 134). Berikut ini merupakan contoh erotesis.

Apakah sudah wajar bila kesalahan atau kegagalan itu ditimpakan seluruhnya
kepada para guru?
Para gurukah yang harus menanggung akibat semua kegagalan dan
kemrosotan pendidikan di Tanah Air tercinta ini?

i. Paralelisme

Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai

kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi

yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama (Tarigan, 2013: 136). Berikut

contoh paralelisme.

Baik kaum pria maupun kaum wanita mempunyai hak dan kewajiban yang
sama secara hukum.
Bukan saja para guru yang bertanggung jawab atas pendidikan para siswa,
tetapi juga harus ditunjang oleh para orang tua dengan cara mengawasi
pelajaran anak-anak di rumah.

20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

j. Ellipsis

Ellipsis adalah gaya bahasa yang di dalamnya dilaksanakan penanggalan atau

penghilangan kata atau kata-kata yang memenuhi bentuk kalimat berdasarkan tata

bahasa (Tarigan, 2013: 138). Berikut ini merupakan contoh ellipsis.

Mereka ke Jakarta minggu yang lalu. (penghilangan predikat: pergi,


berangkat).
Pulangnya membawa banyak barang berharga serta perabot rumah tangga. (
penghilangan subyek: mereka, dia, saya, kami, dan lain-lain).

k. Gradasi

Gradasi adalah gaya bahasa yang mengandung suatu rangkaian atau urutan

kata atau istilah secara sintaksis bersamaan yang mempunyai satu atau beberapa

ciri-ciri semantik secara umum dan ada diantaranya paling sedikit satu ciri iulang-

ulang dengan perubahan-perubahan bersifat kuantitatif (Tarigan, 2013: 140). Di

bawah ini contoh gradasi.

Kami berjuang dengan tekad; tekad harus maju; maju dalam kehidupan;
kehidupan yang layak dan baik; baik secara jasmani dan rohani; jasmani dan
rohani yang diridoi oleh Tuhan Yang Maha Pengasih.

l. Asindeton

Asindeton adalah semacam gaya bahasa yang berupa acuan padat dan mampat

dimana beberapa kata,frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan

kata sambung (Tarigan, 2013: 142). Berikut ini merupakan contoh asindedeton.

Ayah, ibu, anak, merupakan inti satu keluarga.


Hasil utama Tanah Karo adalah jeruk, nanas, kentang, kol, tomat, bawang,
sayur putih, jagung, padi.

21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

m. Polisindeton

Polisindeton adalah suatu gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari

asindeton (Tarigan, 2013: 143-144). Berikut ini contoh polisindeton.

Polisi menangkap pak Ogah beserta istrinya beserta anak-anaknya beserta


pembantunya dan membawanya ke penjara.
Harga padi dan jagung dan sayu mayor sangat menggembirakan para petani
tahun ini (Tarigan, 2013: 144).

2.2.4.3 Majas Pertentangan

Henry Guntur Tarigan mengungkapkan majas pertentangan adalah sesuatu

namun bertentangan dengan makna yang sesungguhnya (Tarigan, 2013: 55).

Tarigan (2013: 55) mengungkapkan bahwa majas pertentangan ini terdapat dua

puluh gaya bahasa, yaitu: Hiperbola, Litotes, Ironi, Oksimoron, Paronomasia,

Paralipsis, Zeugma (silepsis), Satire, Innuendo, Antifrasis, Paradoks, Klimaks,

Antiklimaks, Apostrof, Anastrof, Apofasis, Histeron proteron, Hipalase, Sinisme,

dan Sarkasme.

a. Hiperbola

Henry Guntur Tarigan (2013: 55) mengungkapkan bahwa hiperbola adalah

sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan

jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada

suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan

pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat (Tarigan

1985: 186). Menurut Dale dalam Tarigan (2013: 55) bahwa kata hiperbola berasal

dari bahasa Yunani yang berarti ‘pemborosan; berlebih-lebihan’ dan diturankan

dari hyper ‘melebihi’+ ballien ‘melemparkan’. Berikut ini contoh hiperbola.

22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kurus kering tiada daya kekurangan pangan buat pengganti kelaparan


Sempurna sekali, tiada kekurangan suatu apapun buat pengganti baik atau
cantik.
Tabungannya berjuta-juta, emasnya berkilo-kilo, sawahnya berhektar-hektar
sebagai pengganti dia orang kaya (Tarigan, 2013: 56).

b. Litotes

Anton Moeliono (dalam Tarigan, 2013: 58-59) mengungkapkan bahwa litotes

adalah ungkapan menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif

atau bentuk yang bertentangan. Litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan

pernyataan yang sebenarnya. Di bawah ini contoh litotes.

Hasil usahanya tidaklah mengeceakan.


Anak itu sama sekali tidak bodoh.
Icuk Sugiarto sama sekali bukan pemain jalanan.
H.B Yasin bukannya kritikus murahan.
Pancasila bukanlah merupakan falsafah negara yang rapuh yang dapat
digoyahkan begitu saja (Tarigan, 2013:59).

c. Ironi

Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan

maksud untuk mengolok-olok (Tarigan, 2013: 61-62). Berikut ini merupakan

contoh ironi.

Aduh, bersihnya kamar ini, putumh rokok dan sobekan kertas bertebaran di
lamtai.
O, kamu cepat bangun, baru pukul sembilan pagi sekarang ini.
Bukan main rajinmu, sudah lima hari kamu bolos dalam dua minggu ini
(Tarigan, 2013:62).

d. Oksimoron

Menurut Ducrot and Tororov (dalam Tarigan, 2013: 63) mengungkapkan

bahwa kata aksimoron berasal dari bahasa Latin okys ‘tajam’+moros ‘goblok,

23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gila’. Oksimoron adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung penegasan atau

pendirian suatu hubungan sintaksis – baik koordinasi maupun determinasi –

antara dua antonim. Contoh oksimoron.

Olah raga mendagi gunung memang menarik hati walaupun sangat


berbahaya.
Bahan-bahan nuklir dapat dipakai untuk kesejahteraan umat manusia tetapi
dapat juga memusnahkannya.
Mencopet merupakan suatu keterampilan yang tercela dan merugikan
(Tarigan, 2013: 62).

e. Paronomasia

Menurut Ducrot & Todorov (dalam Tarigan, 2013: 64-65) mengungkapkan

bahwa paronomasia adalah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata yang

berbunyi sama tetapi bermakna lain; kata-kata yang sama bunyinya tetapi artinya

berbeda. Berikut ini merupakan contoh paronomasia.

Waktu saya sibuk mengukur luas kamar ini dan ibu sedang mengukur kelapa
di dapur, maka terdengarlah burung balam tetangga mengukur bersahut-
sahutan.
Pada pohon paku di muka rumah kami tertancap beberapa buah paku tempat
menyangkutnya pot bunga (Tarigan, 2013: 65).

f. Paralipsis

Paralipsis adalah gaya bahasa yang merupakan suatu formula yang digunakan

sebagai sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang

tersirat dalam kalimat itu sendiri (Ducrot & Todov dalam Tarigan, 2013: 66). Di

bawah ini contoh paralipsis.

Semoga Tuhan Yang Mahakuasa menolak doa kita ini, (maaf) bukan maksud
saya mengabulkan.
Biarlah masyarakat mendengar wasiat tersebut, yang (maafkan saya) saya
maksud bukan membacanya.
Tidak ada orang yang menyenangi kamu (maaf) yang saya maksud membenci
kamu di desa ini.
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

g. Zeugma dan Silepsis

Menurut Ducrot & Todov zeugma dan silepsis (dalam Tarigan, 2013: 68)

adalah gaya bahasa yang mempergunakan dua kontruksi rapatan dengan cara

menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain yang pada

hakikatnya hanya sebuah saja yang mempunyai hubungan dengan kata yang

pertama. Walaupun begitu, terdapat perbedaan atanra zeugma dan silepsis. Dalam

zeugma terdapat gabungan gramatikal dua buah kata yang mengandung ciri-ciri

semantik yang bertentangan. Dengan kata lain dapat dirumuskan bahwa “dalam

zeugma kata yang dipakai untuk membawahi kedua kata berikutnya, sebenarnya

hanya cocok untuk salah satu daripadanya, baik secara logis maupun secara

gramatikal”. Berikut ini merupakan contoh zeugma.

Anak itu memang rajin dan malas di sekolah.


Paman saya nyata sekali bersifat sosial dan egois.
Nenek saya peramah dan pemarah.
Kami menyanyikan lagu itu dengan mulut dan mata kami.
Saya membaca buku itu dengan mata dan tangan saya.

Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 68-69) menyatakan bahwa dalam silepsis,

kontruksi yang digunakan itu secara gramatikal benar, tetapi secara semantik

salah. Berikut ini merupakan contoh silepsis.

Wanita itu kehilangan harta dan kehormatannya.


Kakaknya menerima uang dan penghargaan.
Makna dan sikap hidup (Tarigan, 2013:69).

Kontruksi yang lengkap adalah kehilangan harta dan kehilangan kehormatan;

menerima uang dan menerima peghargaan; yanga pertama (kehilangan

harta;menerima uang) mengandung makna denotatif, dan yang kedua (kehilangan


25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kehormatan;menerima penghargaan) mengandung makna majasi atau kiasan.

Begitu juga ada kontruksi makna hidup dan sikap hidup yang jelas makna

gramatikalnya berbeda (Tarigan, 2010: 69).

Makna hidup berarti ‘makna dari hidup’


Sikap hidup berarti ‘sikap terhadap hidup’ (Tarigan, 2013: 69).

h. Satire

Henry Guntur Tarigan (2013: 70) mengungkapkan bahwa satire merupakan

sejenis argumen yang beraksi secara tidak langsung, terkadang secara aneh

bahkan ada kalanya dengan cara yang cukup lucu yang menimbulkan tertawaan.

Pada umumnya, orang mengenal satire terutama sebagai suatu bentuk serangan,

orang mengharapkan satire menertawakan ketololan orang lain, masyarakat,

praktik-praktik, kebiasaan-kebiasaan serta lembaga-lembaga adat. Akan tetapi,

kalau cukup jeli memperhatikan serta memahaminya, tentu dapat menemui dalam

satire nilai-nilai yang dipromosikan secara tidak langsung. Memang, nilai-nilai itu

hanya berada sebagai sejenis tantangan yang tidak dikatakan secara gambling

terhadap praktik-praktik atau kebiasaan-kebiasaan yang menertawakan atau yang

menggelikan ataupun kepura-puraan. Seperti juga halnya bentuk-bentuk serangan

lainnya, satire pun dapat terjadi dalam berbagai suasana hati (atau moods).

Berikut ini merupakan contoh satire.

Kadang-kadang bernada ramah-ramah;

Kadang-kadang bernada pahit dan kuat; dan

Kadang-kadang bernada menusuk dan memilukan.

26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

i. Inuendo

Menurut Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 74) mengungkapkan bahwa

inuendo adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan

kenyataan yang sebenarnya. Gaya bahasa ini menyatakan kritik dengan sugesti

yang tidak langsung, dan tampaknya tidak menyakitkan hati kalau ditinjau sekilas.

Di bawah ini contoh inuendo.

Jadinya sampai kini NengSyarifah belum mendapat jodoh karena setiap ada
jejaka yang meminang ia sedikit jual mahal.
Abangku sedikit gemuk karena terlalu kebanyakan makan daging berlemak.
Pak Ogah agak kurang dipercayai orang karena selalu berohong dan tidak
pernah menepati janji.

j. Antifrasis

Henry Guntur Tarigan (2013: 76) mengungkapkan bahwa antifrasis adalah

gaya bahasa yang berupa penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya.

Perlu diingat benar-benar bahwa antifrasis akan dapat diketahui dan dipahami

dengan jelas bila pembaca atau penyimak dihadapkan ada kenyataan bahwa yang

dikatakn itu adalah sebaliknya.

Bila diketahui bahwa yang hadir adalah sesorang yang kurus, lalu dikatakan

bahwa si gendut tela hadir maka jelas gaya bahasa tersebut adalah antifrasis.

Begitu pula halnya kalau siswa yang malas yang berada di tengah-tengah teman-

temannya disebut siswa teladan. Kalau tidak diketahui secara pasti, maka gaya

bahasa itu disesbut saja ssebagai ironi yang telah kita bahas sebelumnya. Berikut

ini merupakan contoh antifrasis.

Mari kita sambut kedatangan sang Raja (maksudnya si Jongos).


Memamg engkau orang pintar!
Hadirin harap beridiri, mahasiswa teladan memasuki ruangan
Ini dia petinju ulung yang merobohkan Ellyas Pical!
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ia menerima pujian dari masyarakat sekelilingnya.

k. Paradoks

Menurut Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 77-78) bahwa paradoks adalah

semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-

fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian

karena keberaniannya. Berikut ini merupakan contoh paradoks.

Aku kesepian di tengah keramaian.


Teman akrab ada kalanya merupakan musuh sejati.
Dia kedinginan di kota Jakarta yang panas.
Mereka merasa tenang di tengah kebisingan kota Medan (Tarigan, 2013: 78).

l. Klimaks

Menurut Shadily (dalam Tarigan, 2013: 79) bahwa kata klimaks berasal dari

bahasa Yunani klimax yang berarti ‘tangga’. Klimaks adalah sejenis gaya bahasa

yang berupa susunan ungkapan yang semakin lama semakin mengandung

penekanan; kebalikannya adalah antiklimaks. Menurut Gorys Keraf (dalam

Tarigan, 2013: 79) bahwa klimaks adalah semacam gaya bahasa yang

mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat

kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Beberapa contoh klimaks.

Setiap guru yang berdiri di depan kelas harus mengetahui, memahami, serta
menguasai bahan yag diajarkan.
Seorang guru harus bertindak sebagai seorang pengajar, pembimbing,
penyuluh, pengelola, penilai, pemberi kemudahan, atau pendidik yang sesjati.
Dengan pengajaran bahasa Indonesia kita mengharapkan agar para siswa
terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, terampil menulis,
pendeknya terampil berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

m. Antiklimaks

Menurut Henry Guntur Tarigan (2013: 81) bahwa antilimaks adalah kebalikan

dari gaya bahasa klimaks. Sebagai gaya bahasa, Antilimaks merupakan suatu

acuan yang berisi gagasan-gagasan yang diurutkan dari yang terpenting berturut-

turut ke gagasan yang kurang penting. Agar perbedaan gaya bahasa antilimaks

dengan klimaks semakin jelas, perhatikan gambar berikut ini.

ANTIKLIMAKS
KLIMAKS

Gambar 3.3 Perbedaan antara klimaks dan antiklimaks

Menurut Henry Guntur Tarigan (2013:81) bahwa antiklimaks dapat digunakan

sebagai suatu istilah umum yang masih mengenal spesifikasi lebih lanjut, yaitu:

a) Dekrementum

b) Katabasis, dan

c) Batos.

Dekrementum adalah semacam antiklimaks yang berwujud menambah

gagasan yang kurang penting pada suatu gagasan yang penting

(Tarigan, 2013: 82) contoh:

29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kita hanya dapat merasakan betapa nikmatnya dan mahalnya kemerdekaan


bangsa Indonesia, apabila kita mengikuti sejarah perjuangan para pemimpin
kita serta pertumbuhan darah para prajurit kita melawan serdadu penjajah.
Mereka akan mengakui betapa besarnya jasa orang tua mereka, apabila
mereka mengenangkan pederitaan, kegigihan orang tua itu mengasuh dan
mendidik mereka (Tarigan, 2013: 82).

Henry Guntur Tarigan (2013: 82) katabasis adalah sejenis gaya bahasa

antiklimaks yang mengurutkan sejumlah gagasan yang semakin kurang penting.

Katabasis adalah kebalikan gaya bahasa anabasis yang telah dibahas sebelumnya.

Contoh:

Penataan P4 diberikan kepada para dosen Perguruan Tinggi, para guru


SMA,SMP,SD, dan TK.
Pembangunan lima tahun dilaksanakan serentak di Ibu Kota Negara, ibu kota
propinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa di seluruh nusantara ini.
Bahasa Indonesia diajarkan kepada para mahsiswa, siswa-siswi SMA, SMP,
dan murid Taman Kanak-Kanak.

Menurut Henry Guntur Tarigan (2013: 82) botos adalah sejenis gaya bahasa

antilimaks yang mengandung penukikkan tiba-tiba dari suatu gagasan yang sagat

penting ke suatu gagasan yang sama sekali tidak penting. Contoh:

Memang kamu seorang perwira yang gagah berani yang disegani anak
buahmu, seorang suami yang diperintah dan diperbudak oleh istrimu dalam
segala hal.
Dia memang raja uang di darah itu, seorang budak hawa nafsu dan
keserakahan.
Engkaulah seorang pemuda yang menjadi rebutan dan idaman para gadis di
kota ini, seorang pemuda yang takkan dapat memberi keuasan pada mereka.

n. Apostrof

Apostrof adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang

hadir kepada yang tidak hadir (Tarigan, 2013: 83-84).

30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Wahai roh-roh nenek moyang kami yang beada di negeri atas, tengah, dan di
bawah, lindungilah warga desaku.
Wahai dewa-dewa yang berada di nirwana, segralah datang dan lepaskanlah
kami dari cengkraman yang durjana.
Hai mambang, jin dan setan-setan yang berada di goa-goa terkamlah orang-
orang yang berhati jahat kepadaku (Tarigan, 2013: 84).

o. Anastrof atau Inversi

Menurut Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 85) anastrof atau inversi adalah

semacam gaya retoris yang diperoleh dalam pembalikan susunan kata yang biasa

dalam kalimat. Dengan kata lain perubahan urutan SP (subjek-predikat) menjadi

PS (predikat-subjek). Berikut ini merupakan contoh anastrof atau inversi.

Merantaulah dia ke negeri seberang tanpa meniggalkan apa-apa.


Diceraikannya istrinya tanpa setahu sanak-saudaranya.
Kehausanlah kami beberapa hari terapung-apung di atasa pelampung
diombang-abingkan ombak Samudera Hindia.
Datanglah dia, makanlah dia, lalu pulang tanpa sepatah kata.

p. Apofasis atau Preterisio

Apofasis atau disebut preterisio merupakan sebuah gaya di mana penulis atau

pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal (Tarigan, 2013:

86-87). Berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya ia

menekankan hal itu. Berpura-pura melindungi atau menyembunyikan sesuatu,

tetapi sebenarnya memamerkannya. Di bawah ini contoh apofasis.

Jika saya tidak menyadari reputasimu dalam kejujuran, maka sebenarnya saya
ingin mengatakan bahwa Anda membiarkan anda menipu diri sendiri.
Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah
menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara (Tarigan, 2013: 87).

31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

q. Histeron Proteron

Menurut Henry Guntur Tarigan (2013: 88) histeron proteron adalah semacam

gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan

dari sesuatu yang wajar, misalnya menempatakn sesuatu yang terjadi kemudian

pada awal peristiwa. Gaya bahasa histeron proteon juga bisa disebut hiperbola.

Berikut ini merupakan contoh histeron proteron.

Saudara-saudara, sudah lama terbukti bahwa Anda sekalian tidak lebih baik
sedikit pun dari para pesuruh, hal itu tampak dari anggapan yang berkembang
akhir-akhir ini.
Jendela ini telah memberi sebuah kamar padamu untuk dapat berteduh dengan
tenang.
Kereta melaju dengan cepat di depan kuda yang menariknya.
Bila ia sudah berhasil mendaki karang terjal itu, sampailah ia di tepi pantai
yang luas dengan pasirnya yang putih.

r. Hipalase

Hipalase adalah sejenis gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari suatu

hubungan alamiah antara dua komponen gagasan (Keraf, 2013: 89-90). Berikut ini

merupakan contoh hipalase.

Kami tetap menagih bekas mertuamu utang pinjaman kepada pakcikmu.


(maksudnya: Kami tetap menagih utang pinjaman bekas mertuamu kepada
pakcikmu).
Aku menarik sebuah kendaraan yang resah. (yang resah adalah aku, bukan
kendaraan).
Ia duduk pada sebuah bangku yang gelisah. (yang gelisah adalah ia, bukan
bangku).
Nenek tidur pada sebuah kasur yang nyenyak. (yang tidur nyenyak adalah
nenek, bukan kasurnya) (Tarigan, 2013: 90).

s. Sinisme

Sinisme adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk

kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.


32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sinisme adalah ironi lebih kasar sifatnya; namun kadang-kadang sukar ditarik

batas yang tegas antara keduanya (Tarigan, 2013: 91). Di bawah ini contoh

sinisme.

Tidak dapat disangkal lagi bahwa Bapaklah orangnya, sehingga keamanan dan
ketentraman di daerah ini akan ludes bersamamu!
Memang Andalah gadis tercantik di sejagat raya ini yang mampu
menundukkan segala jejaka di bawah telapak kakimu di seantero dunia ini.
Memang tidak dapat diragukan lagi bahwa Andalah yang paling kaya di dunia
yang mampu membeli kelima benua di dunia ini.

t. Sarkasme

Menurut Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 92) kata sarkasme berasal dari

bahasa Yunani sarkasmos yang diturunkan dari kata kerja sakasein yang berarti

‘merobek-robek daging seperti anjing’, ‘menggigit bibir karena marah’ atau

‘bicara dengan kepahitan’. Menurut Poerwadarminta dalam Tarigan (2013: 93)

bila dibandingkan dengan ironi dan sinisme, maka sarkasme ini lebih kasar.

Sarkasme adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung ‘olok-olok atau sindiran

pedas dan menyakitkan hati’. Ciri utama gaya bahasa sarkasme ialah selalu

mengandung kepahitan dan celaan yang getir, menyakitkan hati, dan kurang enak

didengar. Berikut ini merupakan contoh sarkasme.

Mulutmu harimaumu.
Tingkah lakumu memalukan kami.
Memang kamu tidak rakus, daging itu beserta tulang-tulangnya ludes kamu
makan.
Meminang anak gadis orang memamg mudah, memeliharanya setengah mati.

2.2.4.4 Majas Perulangan

Menurut Tarigan (2013: 173), majas perulangan adalah kiasan yang

mengandung perulangan bunyi, suku kata, kata atau frasa, ataupun bagian
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah kontes

yang sesuai. Kelompok perulangan termasuk dua belas jenis gaya bahasa

antara lain: aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes,

anaphora, eipistrofa, simploke, mesodilopsis, epanalepsis, dan anadiplos.

Berdasarkan pandangan Tarigan peneliti dapat menyimpulkan bahwa majas

perulangan adalah menyatakan penegasan utuk meningkatkan suatu kesan dan

pengaruh kepada pendengar. Salah satu contoh majas perulangan yaitu:

Antanaklasis adalah gaya bahasa yang memuat pengulangan kata akan

tetapii mempunyai makna yang berbeda. Berikut ini adalah contoh

antanaklasis:

Ibu merasa terluka karena buah hatinya menjadi buah bibr di desa karena
gossip murahan.

2.3 Kerangka Berpikir

Pada bagan ini akan dipaparkan oleh peneliti kerangka berpikir yang

digunakan dalam bentuk majas dan gaya bahasa yang dominan dalam majas

perbandingan, pertautan, dan pertentangan dalam novel Dilan: Dia Adalah

Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq. Majas merupakan cara seseorang atau

pengarang untuk mengungkapkan pikiran dengan menggunakan bahasa-bahasa

yang bersifat indah dan menarik. Dalam hal ini dalam penggunaan majas juga

dapat menambah kosakata bagi para pembaca terutama dalam sebuah karya sastra.

Penggunaan majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan pada novel novel

Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq ini bertujuan untuk

mendeskripsikan bentuk majas perbandingan, pertautan dan pertentangan dan

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gaya bahasa yang dominan dalam majas perbandingan, pertautan, serta

pertentangan. Dengan data berupa frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai majas

perbandingan, pertautan, dan pertentangan dengan sumber data yaitu novel novel

Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq. Dengan berbekal teori

dan wawasan peneliti, maka peneliti menemukan beberapa kalimat yang dicurigai

sebagai majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan.

Data yang ditemukan dalam novel novel Dilan: Dia Adalah Dilanku

Tahun 1990 karya Pidi Baiq ini, akan dideskripsikan bentuk majas dan gaya

bahasa yang dominan dalam majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan.

Setiap data akan ditafsirkan bantuk majas dan gaya bahasa yang dominan ke

dalam bahasa yang mudah dipahami, karena bahasa yang digunakan dalam novel

novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq menggunakan

bahasa yang cukup menarik artinya setiap kalimat akan ditafsirkan dengan bahasa

yang sederhana oleh peniliti dengan berbekalkan teori dan contoh. Harapannya

dengan mendeskripsikan bentuk majas dan gaya bahasa yang dominan dalam

majas perbandingan, pertautan, serta pertentangan dalam novel ini dapat

memberikan pemahaman bagi pembaca sastra.

35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kajian semantik

Majas perbandingan Majas pertautan Majas pertentangan

Gaya bahasa Gaya bahasa Gaya bahasa

Metafora Pleonasme Metonimia Antonomasia Hiperbola Satire Anastrof

Personifika Perifrrasis Litotes Inuendo Apofasis


si Sinekdoke Erotesis
Ironi Antifrasis Histeron
Antisipasi proteron
Alusi Paralelisme
Depersonifi Oksimoron Paradoks
kasi Eufemisme
Koreksi Elipsis Paronomas Klimaks Hipalase
ia
Gradasi Paralipsis Antiklimak
Alegori Antitesis Eponim s
Asindeton Zeugma Apostrof sinisme
Epitet dan silepsis
sarkasme
Polisindeton

36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul Analisis Majas Perbandingan, Pertentangan, dan

Pertautan Dalam Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 Karya Pidi Baiq

termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Arikunto (dalam Prastowo, 2014:

204) mengatakan bahwa metode penelitian deskriptif dilakukan untuk tujuan

mendeskripsikan apa adanya suatu variabel, gejala, atau keadaan, bukan untuk

menguji hipotesis. Oleh karena itu, penelitian ini menghasilkan data dengan

bsentuk deskriptif yang menggunakan uraian kata-kata dengan mendeskripsikan

hasil analisis yang diamati.

Lexy J Moleong (2014: 6) menyatakan penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Secara

holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa penelitian

dengan tujuan mendeskripsikan macam-macam majas dan mendeskripsikan majas

yang dominan dalam novel Dilan : Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi

Baiq termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti

37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mendeskripsikan data dengan uaraian kata-kata yang diperoleh dengan apa adanya

sesuai yang diamati.

3.2 Data dan Sumber Data

Data penelitian ini berupa frasa, klausa, ataupun kalimat yang

mengandung majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas pertautan.

Sumber data dalam penelitian ini adalah narasi pengarang dan percakapan atau

dialog yang terdapat dalam novel yang berjudul Dilan: Adalah Dilanku Tahun

1990 karya Pidi Baiq. Novel tersebut disunting oleh Andika Budiman, cetakan ke

XX, dan diterbitkan oleh Pastel Books pada tahun 2018 . Panjang novel adalah

348 halaman.

3.3 Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 203) intrumen penelitian adalah alat

atau fasilitas yang digunakan olaeh peneliti dalam mengumpulkan data, agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen penelitian

kualitatif adalah peneliti sendiri (Moleong, 2006 : 168). Sugiyono (2011: 222)

juga menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen

penelitian atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai

human instrument berfungsi menentukan fokus penelitian, memilih informan

sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, dan membuat kesimpulan

atas semuanya.

38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sehubungan dengan penjelasan mengenai instrumen penelitian kualitatif di

atas, peneliti dalam penelitian ini merupakan orang yang bertindak sebagai

perencana dan pelaksana, menentukan fokus penelitian, memilih sumber data

sebagai informan untuk pengumpulan data, analisis data, penafsir dan data, pada

akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Laptop, dan alat-alat tulis lainnya

juga berperan sebagai alat pembantu dalam instrumen penelitian ini. (Moleong,

2006: 168)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah membaca,

menandai, dan mencatat. Peneliti terlebih dahulu membaca novel yang berjudul

Dilan: Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq. Peneliti membaca novel

tersebut tidak hanya sekali, tetapi berulang kali untuk memperoleh data yang

akurat. Sambil membaca, peneliti menandai kalimat-kalimat yang menjadi data

dalam buku novel tersebut. Dalam menandai kalimat untuk menjadi data, peneliti

harus memahami kalimat yang mana yang masuk dalam macam-mcam majas

yang akan diteliti. Setalah menandai, penulis mencatat hasil temuan yang dibaca

dari sumber buku. Frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai majas perbandingan,

pertautan, dan pertentangan akan dicatat dalam sebuah kertas dengan membuat

perbedaan masing-masing majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan.

Selanjutnya langkah yang berikutnya adalah menginventarisasi atau mendaftar

hasil temuan-temuan berupa frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai majas

perbandingan, pertautan, dan pertentangan ke dalam penelitian ini.

39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data akan dilakukan pada saat pertama kali peneliti

mengumpulkan data. Setelah pengumpulan data, peneliti melakukan analisis data

dengan langkah sebagai berikut.

a. Megidentifikasi dan mengiventarisasi

Tahap ini peneliti akan menggidentifiasi dan mengiventarisasi data setiap

majas perbandingan, pertautan dan pertentangan dalam novel Dilan: Dia Adalah

Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq.

b. Mengidentifikasi hasil intervensi data

Dalam tahap ini peneliti akan mengklasifikasikan hasil temuan yang telah

dicatat berdasarkan jenis majas khususnya perbandingan, pertautan, dan

pertentangan.

c. Menginterpretasikan

Langkah selanjutnya yaitu peneliti menginterpretasikan atau menafsirkan

makna jenis majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan yang ditulis oleh

Pidi Baiq dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990. Interpretasi data

merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan

luas terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian

dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang

relevan dan informasi yang akurat (Moleog, 2006: 151).

40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Mendeskripsikan data

Pada tahap ini yaitu menjelaskan tentang majas perbandingan, pertautan, dan

pertentangan dalam suatu bentuk laporan penelitian. Pada bagian ini, peneliti akan

mencantumkan hasil data yang berupa frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai

majas perbandigan, pertautan, dan pertentangan dan mencantumkan makna dalam

pemakaian gaya bahasa dari majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan

dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 Dilan: Dia Adalah Dilanku

Tahun 1990 karya Pidi Baiq.

3.5 Keabsahan Data

Ghony & Fauzan (2014: 322) menyatakan bahwa triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data

itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbanding terhadap data itu. Selain

itu, Moleong dalam Prastowo (2011: 369) menyatakan triangulasi bahwa teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data

tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data

tersebut. Teknik ini dibedakan menjadi empat macam, yaitu triangulasi sumber,

teknik, waktu, penyidik, dan teori. Dengan demikian, triangulasi sangat penting

dalam penelitian untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan

yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai

kejadian dan berbagai pandangan.

Berdasarkan paparan pentingnya triangulasi dalam penelitian, pemeriksaan

keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi penyidik.


41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Moleong dalam Prastowo (2014: 270) menyatakan bahwa triangulasi penyidik

adalah cara pemeriksaan kredibilitas data yang dilakukan dengan memanfaatkan

pengamat lain untuk pengecekan drajat kepercayaan data. Oleh karena itu, peneliti

melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan satu ahli sastra yaitu Ibu Septina

Krismawati M.A.

42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Novel

Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 merupakan kisah tentang

isi hati yang diungkapkan oleh seorang wanita atau bisa disebut dengan curhat.

Kisah ini diungkapkan oleh seorang wanita kenalan Pidi Baiq (pengarang).

Wanita tersebut tidak ingin nama aslinya diungkapkan dalam novel yang akan

dibuat oleh Pidi Baiq, jadi nama penyamaran wanita tersebut adalah Milea Adnan

Husain. Maka dari itu, Pidi Baiq mengambil cerita Dilan dari kisah seorang

wanita dan dibuatlah sebuah novel. Sebelum dibuat novel, tentunya Pidi

menghubungi orang-orang yang terlibat dalam cerita dan ingin memastikan cerita

itu benar atau tidak. Jadi, Pidi tidak asal membuat novel yang akan diterbitkan,

karena Pidi Baiq sendiri adalah seorang wartawan yang tidak tertarik membuat

novel yang mengarang-ngarang. Menurut dia cerita mengarang-ngarang suka

menjadi lebay dan dia berpendapat bahwa biar orang lain saja yang melakukan.

Novel ini berceritakan tentang kisah masa muda seorang wanita saat masih

SMA dan menceritakan tentang awal mula dia dekat dengan seorang lelaki yang

sangat menarik bagi dirinya. Wanita dalam novel ini bernama Milea Adnan

Hussain. Nama belakang Milea diambil dari nama ayahnya. Ayahnya adalah

seorang prajurit TNI Angkatan Darat. Di dalam cerita Milea tidak menyebutkan

nama ayahnya dan hanya menyebutkan nama ibunya, yaitu Marissa Kusumarini.

Milea menceritakan tentang masa muda ibunya yang sebagai vocalist band dan
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lumayan dikenal di masyarakat. Nama band ibu Milea adalah Gang of Harry

Roesli. Maka dari itu, musik menjadi bagian dari keluarga Milea.

Sejak kecil Milea tinggal di Jakarta, di daerah Slipi. Pada tahun 1990, ayah

Milea dipindah tugaskan ke Bandung, jadi seluruh keluarga Milea ikut serta

bersama ayahnya. Milea tinggal di Buah Batu, tepatnya di jalan Benteng dan

rumah itu adalah milik kakek Milea. Tetapi, kakek Milea sudah meninggal dan

hanya ada neneknya saja yang ada di rumah itu. Setalah Milea tinggal di situ, tak

lama kemudian neneknya meninggal dan akhirnya rumah tersebut diwariskan

untuk ibu Milea. Rumah yang ditempati Milea tipe 70, terdapat halaman di depan

rumah Milea, terdapat berbagai bunga, dan pohon jambu.

Setelah Milea pindah rumah, Milea juga pindah sekolah. Ia pindah di

SMA Negeri. Menurut Milea sekolah itu adalah sekolah yang paling romantis. Di

sekolah Milea terdapat pohon besar, memiliki cabang yang begitu banyak, dan

menurut Milea bagus kalau dilihat saat senja. Bagi Milea sekolah itu selain bagus

dan romantis, sekolah itu juga menyimpan kenangan ketika masih SMA.

Kenangan saat remaja dan berpacaran dengan seorang pemuda yang pernah

bersamanya dan yang selalu mengisi hari-hari Milea. Seorang pemuda yang

sangat berarti itu adalah Dilan. Dilan adalah seorang pemuda yang suka usil

meramal Milea. Dilan adalah seorang lelaki yang mendekati Milea dengan cara

yang unik. Cara yang ia lakukan membuat Milea slalu penasaran dan juga merasa

kagum. Setelah merasa terbiasa dengan kehadiran Dilan, Milea merasa ingin

selalu dekat dengan Dilan, karena menurutnya Dilan yang bisa menghiburnya saat

sedih maupun susah.


44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Awal mula Milea bertemu Dilan yaitu saat berangkat sekolah. Saat Milea

berjalan sendiri, terdengar suara motor yang datang dari arah belakang. Motor itu

mulai sejajar dengan Milea dan diperlambat kecepatannya. Saat itulah awal Dilan

menyapa Milea dan meramal Milea. Awalnya Milea merasa terusik dengan cara

dan perkataan Dilan yang menurutnya itu aneh. Ramalan yang diungkapkan Dilan

tidak berhenti disitu saja, ia terus-menerusan meramal Milea. Milea penasaran

dengan Dilan, maka dia mencari informasi pada teman-temannya yang sekelas

dengan Milea. Akhirnya Milea mengetahui bahwa Dilan adalah seorang pemuda

yang memiliki geng motor yang suka tawuran dengan sekolah lain. Setelah

mengetahui Dilan orang seperti itu, awalnya Milea takut, tapi setelah apa yang

dilakukan Dilan terhadapnya dan mendengar cerita dari pihak lain yang membela

Dilan Milea tidak takut lagi. Lama-kelamaan Milea menyukai Dilan, walupun dia

sudah memiliki kekasih. Kekasih Milea adalah seorang lelaki yang tipe cemburu

dan suka berkata kasar dengan Milea. Sikap kekasih Milea itu membuat Milea

merasa geram dan akhirnya Milea putus dengan kekasihnya itu. Setelah putus

hubungan Milea dan Dilan semakin dekat dan akhirnya mereka berpacaran. Dilan

mengumandangkan peresmian bahwa mereka sudah berpacaran sangat unik, yaitu

membuat pernyataan layaknya teks proklamasi.

4.2 Deskripsi Data

Data penelitian ini berupa frasa, klausa, dan kalimat yang mengandung

ungkapan majas perbandingan, pertautan dan pertentangan dalam novel Pidi Baiq

tahun 2018. Tarigan (2013: 5) membagi menjadi empat kelompok majas yaitu

perbandingan, pertautan, prtentangan, dan perulangan. Dalam penelitian ini,


45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

peneliti membahas majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan sebagai

objek kajian makna dari itu peneliti memilih menggunakan pendapat dari Tarigan

sebagai teori yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang

sudah dilakukan, novel Pidi Baiq yang berjudul Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun

1990 ditemukan seratus enam puluh empat data yang terdapat dalam majas

perbandingan, pertautan, dan pertentangan. Jumlah data tersebut merupakan

jumlah data awal yang ditemukan peneliti.

Jumlah data tersebut masih memiliki kemungkinan berubah karena belum

dilakukan validitas data oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti menggunakan

teknik triangulasi penyidik atau peneliti lain untuk menguji keabsahan data.

Dalam upaya ini, peneliti melakukan triangulasi data dengan satu dosen

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma. Beliau adalah

Ibu Septina Krismawati M.A.

Berdasarkan hasil analisis dari triangulator, data awal yang berjumlah 164

kutipan dari majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan terdapat 158 data

yang dianggap valid atau sesuai dengan kriteria data penelitian. Oleh karena itu,

data penelitian yang dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini berjumlah 158

kutipan yang berupa frasa, klausa, dan kalimat di dalam novel yang berjudul

Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq.

46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.3 Hasil Analisis Data

4.3.1 Jenis Majas Perbandingan

Majas perbandingan menurut Tarigan yang ditemukan peneliti yaitu gaya

bahasa personifikasi, gaya bahasa depersonifikasi, gaya bahasa antitesis, dan gaya

bahasa perifrasis. Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq

menggunakan majas perbandingan sebagai salah satu gaya pengarang untuk

mengembangkan cerita. Dalam uraian ini, peneliti akan menjabarkan analisis data

dari majas perbandingan yang telah ditemukan.

4.3.1.1 Gaya Bahasa Personifikasi

Berdasarkan hasil penelitian data personifikasi dalam novel Dilan: Dia

Adalah Dilanku Tahun 1990 terdapat 9 buah. Personifikasi adalah jenis majas

yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa dan ide

abstrak (Tarigan, 2013: 17). Personifikasi yang terdapat dalam data akan

dipaparkan sebagai berikut:

1. Cahaya matahari yang menerobos dedaunan, membuat bercakan cahaya di


jalan aspal yang sedang aku lalui. (hal, 19)
2. Menelusuri trotoar di bawah naungan pohon-pohon yang daunnya
menyimpan sisa-sisa kabut. (hal, 299)
3. Angin untuk meniup rambutmu. Aku untuk mencintaimu.
Personifikasi pada contoh kalimat (1) yaitu melekatkan sifat insani pada benda

tak bernyawa. Contoh tersebut menjelaskan bahwa sebagian ada yang jalan

berkelompok, sedangkan aku berjalan sendirian, menembus kabut tipis bersama

udaranya yang dingin. Cahaya matahari yang menerobos dedaunan, membuat


47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bercakan cahaya di jalan aspal yang sedang aku lalui. Kata “menerobos”

merupakan sifat yang dimiliki manusia yaitu orang-orang yang suka menerobos

sembarangan dan tidak sabar. Dalam kalimat tersebut pengarang ingin

membandingakn benda tak bernyawa seakan hidup. Makna dari kalimat tersebut

yakni cahaya matahari menerobos dedauanan yang berlubang yang terdapat di

pohon-pohon.

Kalimat (2) di atas, mengandung personifikasi. Dapat dibuktikan melalui kata

yang digunakan yaitu “menyimpan” lebih tertuju pada perilaku manusia, namun

digunakan pada benda yang tak bernyawa yakni pada kata “sisa-sisa kabut”.

Seolah-olah pohon-pohon yang daunnya dapat menyimpan sisa-sisa kabut.

Kalimat (3) di atas, mengandung personifikasi. Dapat dibuktikan melalui kata

yang digunakan yaitu “meniup” lebih tertuju pada perilaku manusia, namun

digunakan pada benda yang tak bernyawa yakni pada kata “angin”. Kaliamat di

atas seolah-olah angina dapat meniup rambut Milea.

4.3.1.2 Gaya Bahasa Depersonifikasi

Berdasarkan hasil penelitian data depersonifikasi dalam novel Dilan: Dia

Adalah Dilanku Tahun 1990 terdapat 5 buah. Depersonifikasi adalah

membendakan manusia dengan insan. Dapat dikatakan bahwa depersonifikasi

adalah majas yang menggambarkan manusia yang memiliki sifat-sifat benda yang

tak bernyawa.

48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Aku tahu Beni, jika kukatakan, justru akan menambah masalah dari pada
berusaha menyelesaikannya. Dia itu sumbunya pendek, gampang meledak.
(hal, 57)
5. Tetapi dengan sifat Beni seperti itu, kayanya Lia harus berubah dulu jadi
mannequin. Biar bisa diem terus kalau dikasarin. Biar gak melawan kalau
diapa-apain. (hal, 157)
6. “Lia, kan suka cerita kamu. Jadi penasaran kaya gimana Dilan itu?” kata
Ibu senyum. “Kaya gini aja,” jawab Dilan. “Masih orisinil. Belum di
modif.” (hal, 278)

Pada kalimat (4) termasuk dalam depersonifikasi. Terlihat jelas pembendaan

insan antara manusia dengan benda. Kata “sumbu” merupakan suatu benda yang

dapata dicontohkan pada bom yang memiliki sumbu yang pendek jika dihidupkan

cepat meledak. Kalimat dia itu sumbunya pendek yang memiliki arti bahwa Beni

adalah orang yang mudah marah.

Pada kalimat (5) termasuk dalam depersonifikasi. Terlihat jelas pembendaan

insan antara manusia dengan patung. Kata “mannequin” merupakan sebuah

patung berbentuk manusia yang dipajang untuk memamerkan sebuah baju atau

pakaian. Dalam novel tersebut diceritakan bahwa Milea diibaratkan seperti patung

kalau diapa-apain oleh Beni diam saja tanpa gerakan sedikitpun.

4.3.1.3 Gaya Bahasa Antitesis

Berdasarkan hasil penelitian data antitesis dalam novel Dilan: Dia Adalah

Dilanku Tahun 1990 tedapat 10 buah. Antitesis adalah gaya bahasa yang

mengadakan komparasi atau perbandingan dua antonim atau kata-kata yang

mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan. Dalam novel tersebut antitesis

yang digunakan oleh pengarang yaitu:


49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Sebagian ada yang jalan berkelompok, sedangkan aku berjalan sendirian,


menembus kabut tipis bersama udaranya yang dingin. (hal, 19)
8. Aku masih diam tapi sebetulnya ingin teriak tepat dikupingnya. (hal, 36)
9. Tak ada maksud dengan ini ingin kubela Dilan, seolah hal ini kukatakan
bahwa Dilan itu malaikat dan Anhar itu setan. (hal, 88)
Pada kalimat (7) termasuk dalam antitesis. Kalimat tersebut menggunakan

antonim atau lawan kata. Arti kata “berkelompok” memiliki maksud kumpulan

yang terdiri lebih dari satu orang sedangkan kata “sendirian” memiliki arti

seorang diri tanpa ada orang lain. Dalam kalimat di atas termasuk antithesis

karena terdapat antonim pada satu kalimat.

Pada kalimat (8) termasuk dalam antitesis. Kalimat tersebut menggunakan

antonim atau lawan kata. Arti kata “diam” yaitu tanpa ada suara sedikitpun

sedangkan kata “teriak” yaitu adanya suara dengan nada yang lebih tinggi. Dalam

kalimat di atas termasuk antithesis karena terdapat antonim pada satu kalimat.

Pada kalimat (9) termasuk dalam antitesis. Kalimat tersebut menggunakan

antonim atau lawan kata. Arti kata “malaikat” yaitu seseorang yang memiliki

perilaku dan sifat baik sdangkan kata “setan” yaitu seseorang yang memiliki sifat

dan perilaku yang buruk. Dalam kalimat di atas termasuk antithesis karena

terdapat antonim pada satu kalimat.

4.3.1.4 Gaya Bahasa Perifrasis

Berdasarkan hasil penelitian data perifrasis dalam novel Dilan: Dia Adalah

Dilanku Tahun 1990 tedapat 12 buah. Perifrasis gaya bahasa dalam menggunakan

kata-kata yang lebih banyak dari pada yang dibutuhkan. Perifrasis agak mirip

50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan pleonasme, namun terdapat perbedaan yang penting antara keduanya.

Perifrasis kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti dengan

sebuah kata saja. Dalam novel tersebut perifrasis yang digunakan oleh pengarang

yaitu:

10. Sepanjang waktu selalu siap untuk nyanyi dan bersenandung di mana saja.
(hal, 14)
11. Kumasukin suratnya ke dalam tas sekolah, untuk kembali menyimak
Nandan yang banyak bicara tentang ini itu, yang lumayan membosankan.
(hal, 24)
12. Berat sekali saat ku bilang “iya” karena aku tahu sebenarnya aku bukan
mau istirahat, melainkan mau bertemu dengan orang yang akan membuat
kepalaku jadi sakit. (hal, 122)
Kalimat (10) merupakan perifrasis karena menggunakan kata-kata yang

berlebihan. Penggunaan kata tersebut dapat dibuktikan dengan pilihan kata

“nyanyi” dan “bersenandung”. Keduanya sama-sama memiliki arti bernyanyi.

Analisis ciri dari kalimat tersebut yakni pada penggunaan pilihan kata yang

berlebihan dan menggunakan sebuah kata saja yaitu nyanyi atau bersenandung.

Kalimat (11) merupakan perifrasis karena menggunakan kata-kata yang

berlebihan. Penggunaan kata-kata yang berlebihan tersebut dapat dibuktikan

dengan “banyak bicara tentang ini itu” dapat diganti dengan sabuah kata saja yaitu

“cerewet”.

Kalimat (12) merupakan perifrasis karena menggunakan kata-kata yang

berlebihan. Penggunaan kata-kata yang berlebihan tersebut dapat dibuktikan

dengan “akan membuat kepalaku jadi sakit” dapat diganti dengan sabuah kata saja

yaitu “menyebalkan”.

51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.3.2 Jenis Majas Pertautan

Majas pertautan menurut Tarigan yang ditemukan peneliti yaitu gaya

bahasa metonimia, gaya bahasa sinekdoke, gaya bahasa alusi, gaya bahasa

antonomasia, dan gaya bahasa erotesis. Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun

1990 karya Pidi Baiq menggunakan majas pertautan sebagai salah satu gaya

pengarang untuk mengembangkan cerita. Dalam uraian ini, peneliti akan

menjabarkan analisis data dari majas pertautan yang telah ditemukan.

4.3.2.1 Gaya Bahasa Metonimia

Berdasarkan hasil penelitian data metonimia dalam novel Dilan: Dia

Adalah Dilanku Tahun 1990 terdapat 10 buah. Metonimia adalah gaya bahasa

yang mempergunakan nama suatu barang bagi sesuatu yang lan kaitan erat

dengannya (Tarigan, 2013: 123). Metonimia yang terdapat dalam data akan

dipaparkan sebagai berikut:

1. Setelah semuanya itu, kami pergi bersama ibunya Dilan yang nyetir
sendiri mobil Nissan Patrolnya. Itu adalah Nissan Patrol tahun 1960
berwarna hijau tua. (hal, 183)
2. Setelah itu, Kang Adi pergi entah kemana, tak lama datang lagi, membawa
makanan beserta botol besar minuman coca cola. (hal, 235)
3. Dilan dan Mileanya lagi sibuk pacaran, berdua di atas motor CB 100,
mengarungi Jalan Batu di bawah naungan awan yang sedang mendung.
(hal, 343)

52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kalimat (1) termasuk metonimia, karena terlihat jelas dalam cerita tersebut

menyebutkan suatu benda dengan menyebutkan merek barang. Cerita di atas

menceritakan bahwa ibunya Dilan mengendari sebuah mobil. Mobil dengan

merek Nissan Patrol.

Kalimat (2) termasuk metonimia, karena terlihat jelas dalam cerita tersebut

menyebutkan suatu benda dengan menyebutkan merek barang. Cerita di atas

menceritakan Kang Adi yang membawa minuman. Minuman dengan merek coca

cola.

Kalimat (3) termasuk metonimia, karena terlihat jelas dalam cerita tersebut

menyebutkan suatu benda dengan menyebutkan merek barang. Cerita di atas

menceritakan Dilan dan Milea yang mengendarai sebuah motor saat berpacaran.

Motor dengan merek CB 100.

4.3.2.2 Gaya Bahasa Sinekdoke

Berdasarkan hasil penelitian data sinekdoke dalam novel Dilan: Dia

Adalah Dilanku Tahun 1990 terdapat 7 buah. Sinekdoke adalah gaya bahasa yang

menyebutkan nama bagian pengganti nama keseluruhannya, atau sebaliknya.

Sinekdoke yang terdapat dalam data akan dipaparkan sebagai berikut:

4. Sang Peramal itu ada di sana, berdiri di depan, menghadap kearah kami,
bersama dua kawannya. (hal, 25)
5. Kamu Dilan kan? Panglima Tempur geng motor, kan? Geng motor yang
suka bikin onar itu, kan? (hal, 36)
6. Pada waktu kami sedang ngobrol, muncul seseorang yang bilang permisi,
lalu masuk ke kelas. (hal, 23)

53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kalimat (4) termasuk sinekdoke, karena menyebutkan nama bagian pengganti

nama keseluruhan atau sebaliknya. Nama pengganti tersebut dapat dibuktikan

dengan kata “sang peramal” yang dimaksudkan adalah Dilan. Dilan yang sedang

berdiri di depan lapangan saat upacara berlangsung karena dihukum tidak

mengikuti upacara.

Kalimat (5) termasuk sinekdoke, karena menyebutkan nama bagian pengganti

nama keseluruhan atau sebaliknya. Nama pengganti tersebut dapat dibuktikan

dengan kata “panglima tempur” yang dimaksudkan adalah Dilan. Dalam cerita

Milea mengungkapkan bahwa Dilan adalah seorang anak nakal dan ketua dari

geng motor.

Kalimat (6) termasuk sinekdoke, karena menyebutkan nama bagian pengganti

nama keseluruhan atau sebaliknya. Nama bagian tersebut dapat dibuktikan dengan

kata “seorang” untuk nama keseluruahan yaitu Dilan. Dalam cerita tersebut Dilan

masuk ke kelas Milea.

4.3.2.3 Gaya Bahasa Alusi

Berdasarkan hasil penelitian data alusi dalam novel Dilan: Dia Adalah

Dilanku Tahun 1990 terdapat 7 buah. Alusi gaya bahasa yang menunjuk secara

tidak langsung ke suatu peritiwa dengan pengetahuan yang diliki pengarang. Alusi

yang terdapat dalam data akan dipaparkan sebagai berikut:

7. Aku tidak mengerti apa sebabnya seseorang sampai disebut PKI hanya
gara-gara tidak ikut upacara bendera. Entahlah. Apakah karena aku hidup
di jaman ORBA(Orde Baru). (hal, 31)

54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8. Konon, diawali oleh adanya peristiwa itu, Dilan pernah dirawat di Rumah
Sakit Borromeus. Dia masih ingat waktu itu dirawat di Ruang Yosep
kamar 1520, dan koma selama satu hari akibat terkena tusukan di
perutnya. Dicurigai sebagai balasan yang harus Dilan terima. Itu terjadi di
daerah Jalan Merdeka, Bandung. (hal, 90)
9. Tahun 2001, Ibu Rini meninggal dunia akibat kecelakaan yang terjadi di
Tanjakan maut di daerah Cisandaan, Kampung Halimu, Kecamatan
Pamulihan, Garut. (hal, 176)
Kalimat (7) termasuk alusi, karena menunjukkan ke suatu peristiwa atau

tokoh. Cerita tersebut pengarang menyebutkan atau mengaitkan ke suatu peristiwa

yang pernah terjadi yaitu menyebutkan peristiwa PKI pada zaman ORBA.

Kalimat (8) termasuk alusi, karena menunjukkan ke suatu peristiwa atau

tokoh. Cerita tersebut pengarang menyebutkan atau mengaitkan ke suatu peristiwa

tokoh yang pernah terjadi yaitu pengarang menyebutkan suatu kejadian yang

dialami Dilan saat terjadi pengeroyokan yang mengakibatkan Dilan masuk ke

rumah sakit.

Kalimat (9) termasuk alusi, karena menunjukkan ke suatu peristiwa atau

tokoh. Cerita tersebut pengarang menyebutkan atau mengaitkan ke suatu peristiwa

yang pernah terjadi yaitu tentang peristiwa Ibu Rini meninggal karena suatu

kecelakaan yang terjadi di tanjakan maut di daerah Cisandaan.

4.3.2.4 Gaya Bahasa Antonomasia

Berdasarkan hasil penelitian data alusi dalam novel Dilan: Dia Adalah

Dilanku Tahun 1990 terdapat 10 buah. Antonomasia adalah gaya bahasa yang

merupakan penggunaan nama gelar atau jabatan sebagai pengganti nama diri.

Antonomasia yang terdapat dalam data akan dipaparkan sebagai berikut:

55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10. Nama belakangku, diambil dari nama ayahku. Seorang yang aku kagumi,
dan dia adalah prajurit TNI Angkatan Darat. (hal, 13)
11. Pak Atam, guru pelajaran Bahasa Indonesia, sudah datang masuk ke kelas,
tetapi Dilan tidak pergi. Tetap saja dia duduk. (hal, 48)
12. Papan pembatas kelas itu jatuh, menimpa papan tulis dan menggulingkan
Presiden Indonesia, Soeharto, dalam bentuknya sebagai foto yang dikasi
pigura. (hal, 61)
Kalimat (10) mengandung antonomasia, karena penggunaan nama gelar.

Penggunaan nama gelar tersebut dapat dibuktikan dengan kata “prajurit TNI

Angkatan Darat”. Dalam cerita novel tersebut ayah Milea memiliki jabatan yaitu

seorang prajurit TNI Angkatan Darat.

Kalimat (11) mengandung antonomasia, karena penggunaan nama gelar atau

jabatan. Penggunaan nama jabatan tersebut dapat dibuktikan dengan kata “guru

pelajaran bahasa Indonesia”. Dalam cerita novel tersebut Bapak Atam memiliki

jabatan di sekolahnya Milea yaitu seorang guru yang khusus mengajar pelajaran

bahasa Indonesia.

Kalimat (12) mengandung antonomasia, karena penggunaan nama gelar atau

jabatan. Penggunaan nama jabatan tersebut dapat dibuktikan dengan kata

“Presiden Indonesia”. Dalam cerita novel tersebut menyebutkan nama Soeharto

dan Soeharto memiliki jabatan sebagai bapak Presiden Indonesia.

4.3.2.5 Gaya Bahasa Erotesis

Berdasarkan hasil penelitian data alusi dalam novel Dilan: Dia Adalah

Dilanku Tahun 1990 terdapat 17 buah. Erotesis adalah gaya bahasa yang berupa

56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pertanyaan dan sama sekali tidak menuntuk suatu jabatan. Erotesis yang terdapat

dalam data akan dipaparkan sebagai berikut:

13. Apa? Besok bertemu? Bukankah besok itu hari minggu? (hal, 24)
14. Dan kenapa aku harus gugup di depannya? (hal, 27)
Kalimat (13) merupakan erotesis, karena mengandung suatu pertanyaan dan

tidak wajib dijawab. Dalam kutipan tersebut membuktikan bahwa dalam hati

Milea menanyakan hari yaitu hari minggu dan seolah-olah juga menanyakan hari

minggu apa benar akan bertemu Dilan. Namun, dikalimat itu tidak meminta

jawaban dari seseorang, hanya untuk meyakinkan diri Milea.

Kalimat (14) merupakan erotesis, karena mengandung suatu pertanyaan dan

tidak wajib dijawab. Dalam kutipan tersebut membuktikan bahwa di dalam hati

Milea seperti meminta ijin apakah boleh atau tidak dia untuk bertemu dengan

Dilan. Kalimat tersebut hanya meyakinkan pada pembaca bahwa Milea hanya

sekedar ingin meilhat Dilan saja, tidak berharap lebih.

4.3.3 Jenis Majas Pertentangan

Majas pertentangan menurut Tarigan yang ditemukan peneliti yaitu gaya

bahasa hiperbola, gaya bahasa litotes, gaya bahasa oksimoron, gaya bahasa satire,

gaya bahasa innuendo, gaya bahasa klimaks, gaya bahasa antilimaks, dan gaya

bahasa apofasis atau preteresio. Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990

karya Pidi Baiq menggunakan majas pertentangan sebagai salah satu gaya

pengarang untuk mengembangkan cerita. Dalam uraian ini, peneliti akan

menjabarkan analisis data dari majas pertentangan yang telah ditemukan.

57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.3.3.1 Gaya Bahasa Hiperbola

Berdasarkan hasil penelitian data hiperbola dalam novel Dilan: Dia

Adalah Dilanku Tahun 1990 terdapat 28 buah. Hiperbola adalah gaya bahasa yang

mengandung pernytaan yang dilebih-lebihkan (Tarigan, 2013: 155). Hiperbola

yang terdapat dalam data akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Ih! Suaranya pelan, tapi rasanya seperti petir. (hal, 35)


2. Kau adalah pecundang dan harus masuk rumah sakit jiwa secepat
mungkin, atau ditendang dengan keras sampai terlempar ke luar
angkasa. (hal, 89)
3. Aku senang bisa bertemu dengan ibunya Dilan. Aku senang. Aku
senang bisa ngobrol dengannya. Aku senang berjuta-juta kali lipat.
(hal, 188)
Kalimat (1) merupakan hiperbola, karena terlihat jelas pengungkapan kata-

kata di atas dilebih-lebihkan. Dapat dibuktikan dengan penggunaan kata “seperti

petir”. Arti kata seperti petir dalam kutipan tersebut adalah terkejut. Cerita dalam

novel mengungkapkan bahwa Milea terkejut setelah mendengar bisikan dari

Dilan.

Kalimat (2) merupakan hiperbola, karena terlihat jelas pengungkapan kata-

kata di atas dilebih-lebihkan. Dapat dibuktikan dengan penggunaan kata-kata

“ditndang dengan keras sampai terlempar ke luar angkasa”. Arti dari kata-kata

tersebut adalah mengungkapkan rasa jengkel atau kekesalan. Cerita dalam novel

mengungkapkan bahwa Milea merasa kesal sekali dengan Anhar dan rasanya

ingin menyingkirkan Anhar dari hadapannya.

58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kalimat (3) merupakan hiperbola, karena terlihat jelas pengungkapan kata-

kata di atas dilebih-lebihkan. Dapat dibuktikan dengan penggunaan kata-kata “aku

senang berjuta-juta kali lipat”. Arti dari kata-kata tersebut adalah mengungkpakan

rasa senang dan bahagia. Cerita dalam novel tersebut mengungkapkan rasa

bahagia Milea yang tak terhingga ketika bertemu dengan ibunya Dilan.

4.3.3.2 Gaya Bahasa Litotes

Berdasarkan hasil penelitian data litotes dalam novel Dilan: Dia Adalah

Dilanku Tahun 1990 terdapat 1 buah saja. Litotes adalah ungkapan yang

menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk negative. Litotes yang terdapat

dalam data akan dipaparkan sebagai berikut:

4. “Maaf ini. Agak berantakan rumahnya,” kata ibuku. (hal, 189)


Kaliamt (4) merupakan litotes, karena mengungkapkan hal positif dalam

bentuk negative. Dapat dibuktikan dengan kata-kata “agak berantakan rumahnya”.

Dalam kutipan tersebut ibunya Milea merendah terhadap ibunya Dilan yang

mampir ke rumahnya.

4.3.3.3 Gaya Bahasa Oksimoron

Berdasarkan hasil penelitian data oksimoron dalam novel Dilan: Dia

Adalah Dilanku Tahun 1990 terdapat 6 buah saja. Oksimoron adalah gaya bahasa

yang mngandung penegasan dua antonim. Oksimoron yang terdapat dalam data

akan dipaparkan sebagai berikut:

5. Dia bicara lagi setelah diam beberapa saat sebelumnya. (hal, 36)

59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Mungkin dia bercanda, atau mungkin dia serius. (hal, 68)


7. Mungkin buat kamu itu gampang, tapi enggak tahu kenapa bagiku rasanya
susah. (hal, 220)
Kalimat (5) merupakan oksimoron, karena penegasan dua antonim. Dapat

dibuktikan dengan kata “berbicara” yang memiliki lawan kata “diam”. Kalimat

(6) merupakan oksimoron, karena penegasan dua antonim. Dapat dibuktikan

dengan kata “bercanda” yang memiliki lawan kata dari “serius”. Kalimat (7)

merupakan oksimoron, karena penegasan dua antonim. Dapat dibuktikan dengan

kata “gampang” yang memilikilawan kata “susah”.

4.3.3.4 Gaya Bahasa Satire

Berdasarkan hasil penelitian data satire dalam novel Dilan: Dia Adalah

Dilanku Tahun 1990 terdapat 13 buah saja. Satire adalah sejenis argument secara

tidak langsung menimbulkan trtawaan atau serangan. Satire yang terdapat dalam

data akan dipaparkan sebagai berikut:

8. “Aku ramal,” katanya. “Kamu akan segera tahu namaku.” (hal, 36)
Udah deh! Udah tahu! Kamu Dilan kan? Panglima Tempur geng motor,
kan? Geng motor yang suka bikin onar itu kan?
9. Cuma kado panda, kalau ada uangnya, semua orang juga bisa beli.
(hal, 69)
10. “Nenek yang bawa motor?” Dilan nanya ke Bibi Asih sambil
menyodorkan kunci motor.
“Gak bisa,” jawab Bibi Asih. (hal, 122)
Kalimat (8) merupakan satire, karena menimbulkan tertawaan. Dalam

kutipan tersebut terlihat jelas Milea seakan-akan menertawakan Dilan yang

mengungkapkan bahwa tidak lama lagi Milea mengetahui nama Dilan.

60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kenyataannya Milea sudah mengetahui nama Dilan dan sudah tahu bahwa Dilan

anak geng motor.

Kalimat (9) merupakan satire, karena menimbulkan tertawaan. Dalam

kutipan tersebut terlihat jelas bahwa Milea seolah-olah menertawakan hadiah

pemberian Nandan dengan bicaranya yang membuat Milea merasa geli

mendengarnya. Nandan merasa bangga bisa memberikan kado boneka pada Milea

agar bonekanya bisa dipeluk saat tidur.

Kalimat (10) merupakan satire, karena menimbulkan tertawaan. Dalam

kutipan tersebut terlihat jelas bahwa menertawakan Dilan yang meledek Bi Asih

dengan memberikan kunci motor pada Bi Asih, agar Bi Asih yang menjalankan,

padahal Bi Asih tidak bisa dan dia sudah tua.

4.3.3.5 Gaya Bahasa Inuendo

Berdasarkan hasil penelitian data satire dalam novel Dilan: Dia Adalah

Dilanku Tahun 1990 terdapat 12 buah saja. Inuendo adalah gaya bahasa yang

berupa sindirian. Inuendo yang terdapat dalam data akan dipaparkan sebagai

berikut:

11. Jangan biarkan dia melakukan apapun yang akan membuat aku dalam
kesulitan. Aku tidak ingin membuang waktu untuk mengenal anak nakal
seperti itu secara lebi jauh. (hal, 32)
12. Kalau dia ingin jadi pacarku, katakanlah begitu, aku yakin dia akan minder
setelah tahu siapa Beni. (hal, 33)
13. Sebenarnya aku risih dengan kehadiran Dilan. Tapi, mau gimana lagi?
Masa, harus kuusir. Gak enak. (hal, 47)

61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kalimat (11) merupakan innuendo, karena berupa sindiran. Dalam kutipan

tersebut dapat dibuktikan bahwa Milea tidak ingin berurusan dengan Dilan. Milea

tidak ingin mengenal Dilan secara lebih jauh dan merasa tidak ada gunanya

membuang waktu bersama Dilan.

Kalimat (12) merupakan innuendo, karena berupa sindiran. Dalam kutipan

tersebut dapat dibuktikan bahwa Milea menyindir Dilan kalau menurut Milea

Dilan akan merasa minder kalau ingin menjadi pacar Milea, karena Milea

memiliki pacar yang menurutnya lebih baik atau sempurna dari Dilan.

Kalimat (13) merupakan innuendo, karena berupa sindiran. Dalam kutipan

tersebut dapat dibuktikan bahwa Milea menyindir bahwa ia risih di dekatnya ada

Dilan. Ia ingin mengusir Dilan tapi tidak bisa karena merasa tidak enak dan

teman-teman di kelasnya juga tidak berani mengusirnya.

4.3.3.6 Gaya Bahasa Klimaks

Berdasarkan hasil penelitian data satire dalam novel Dilan: Dia Adalah

Dilanku Tahun 1990 terdapat 7 buah. Klimaks adalah gaya bahasa yang

mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat

kepentingan dari gagasan-gagasan sebelumnya. Klimaks yang terdapat dalam data

akan dipaparkan sebagai berikut:

14. Selama cuma pacaran, kukira, aku masih punya hak untuk memilih,
sampai bisa kudapati seseorang yang pantas ku nikahi! (hal, 81)
15. Pesertanya diambil dari tiap kelas, sebanyak tiga orang, yaitu mereka
yang tercatat sebagai siswa yang selalu mendapat ranking 1,2, dan 3.
(hal, 83)

62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16. Tetapi selesai babak satu, babak dua, dan tiga, hasil perhitungan nilai
menujukan group Dilan dapat posisi kedua. (hal, 84)
Kalimat (14) merupakan klimaks, karena memiliki urutan yang semakin

menigkat. Dalam kutipan tersbut membuktikan bahwa dari jalan pikiran Milea

jika selama masih pacaran, ia masih bisa memilih lelaki yang pantas untuk dia,

dan akhirnya Milea menemukan lelaki yang pas untuk ia nikahi.

Kalimat (15) merupakan klimaks, karena memiliki urutan yang semakin

menigkat. Dalam kutipan tersbut membuktikan bahwa dari urutan ranking yang

semakin meningkay yaitu dari angka satu, dua, dan ke angka tiga.

Kalimat (16) merupakan klimaks, karena memiliki urutan yang semakin

menigkat. Dalam kutipan tersbut membuktikan bahwa terlihat jelas urutan

menyebutkan suatu babak yang sudah dilewati para peserta lomba, yaitu dari

babak satu, babak dua, hingga ke babak terakhir yaitu tiga, dan sampai ditemukan

pemenangnya. Urutannya semakin meningkat.

4.3.3.7 Gaya Bahasa Antiklimaks

Berdasarkan hasil penelitian data satire dalam novel Dilan: Dia Adalah

Dilanku Tahun 1990 terdapat 1 buah saja. Antiklimaks adalah gaya bahasa

kebalikannya dari klimaks. Antiklimaks diurutkan dari yang terpenting ke kurang

penting. Antiklimaks yang terdapat dalam data akan dipaparkan sebagai berikut:

17. Sebagian besar berkumpul di ruang tengah, dan aku di situ, bergabung
bersama ayah, ibu, dan adikku. (hal, 234)
Kalimat (17) merupakan antiklimaks, karena mengandung urutan dari

terpenting ke kurang penting. Dalam kutipan tersebut jelas terbukti karena


63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menyebutkan anggota di dalam keluarga. Pertama menyebutkan seorang ayah

karena ayah adalah kepala keluarga yang mencari nafkah untuk keluarga. Ke dua

adalah ibu, ibu adalah yang mengatur semua kegiatan di rumah dari memasak,

mencuci, dan mengurus seisi rumah. Terakhir adalah adik yang sebagai anak di

dalam keluarga. Anak harus patuh kepada ayah dan ibu, karena anak adalah

urutan yang terakhir dalam keluarga kecil.

4.3.3.8 Gaya Bahasa Apofasis atau preteresio

Berdasarkan hasil penelitian data apofasis atau pretereriso dalam novel

Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 terdapat 2 buah saja. Preteresio atau

apofasis adalah gaya bahasa dimana penulis menegaskan sesseuatu, tapi

nampaknya menyangkal. Preteresio atau apofasis yang terdapat dalam data akan

dipaparkan sebagai berikut:

18. Aku tidak bisa berbuat banyak, satu-satunya jalan aku harus membuat
Dilan pergi, meskipun aku sangat suka ada Dilan di rumahku, apa lagi
sedang seru-serunya, tapi ini bukan waktu yang tepat. (hal, 121)
19. Lia ingin sama Beni, Mas, ingin jadi pacar dia, kalau perlu mungkin untuk
selama-lamanya, tapi dengan sifat Beni seperti itu, kayanya Lia harus
berubah dulu jadi mannequin. Biar bisa diem terus kalau dikasarin. (hal,
132)
Kalimat (18) merupakan apofasis atau pretererio, karena menegaskan

sesuatu namun menyangkal. Dalam kutipan terbukti jelas terlihat bahwa Milea

menyangkal untuk tidak ingin Dilan pergi. Dalam kutipan tersebut Milea

menyuruh Dilan untuk pergi dari rumahnya karena suatu keadaan yaitu Milea

tidak ingin Dilan bertemu dengan Beni. Padahal Milea merasa terhibur dengan

64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kedatangan Dilan. Hanya saja waktunya tidak tepat jadi mau tidak mau Dilan

harus pergi dari rumah Milea.

Kalimat (19) merupakan apofasis atau pretererio, karena menegaskan

sesuatu namun menyangkal. Dalam kutipan terbukti jelas terlihat bahwa

penyangkalan Milea yang ingin berpacaran dengan Beni untuk selamanya,

namun dengan sikap Beni terhadap Milea yang kurang baik jadi Milea tidak

ingin bersama dengan Beni selama-lamanya.

4.4 Pembahasan

Penelitian berjudul analisi majan perbandingan, pertautan, dan

pertentangan dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi

Baiq ini bertujuan utuk mendeskripsikan bentuk majas perbandingan, pertautan

serta pertentangan dan gaya bahasa yang dominan pada majas perbandingan,

pertautan, dan pertentangan dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990

karya Pidi Baiq. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan teori

majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan menurut Tarigan.

Pada sub bab ini, peneliti menjelaskan temuan data-data hasil penelitian

yang secara keseluruhan diambil dari proses analisis data sebelumnya. Penjelasan

sub ini berhubungan dengan temuan data-data hasil penelitian yang sudah sesuai

dengan teori-teori yang dipaparkan peneliti. Kesesuaian teori ini dengan temuan

data-data hasil penelitian tersebut berhubungan dengan teori majas perbandingan,

pertautan, dan pertentangan menurut Tarigan. Tarigan (2013: 9) majas

perbandingan memiliki 10 gaya bahasa, namun peneliti hanya menemuka 4 gaya


65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahasa dalam majas perbandingan yaitu gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa

depersonifikasi, gaya bahasa antitesis, dan gaya bahasa perifrasis. Tarigan (2013:

122) majas pertautan memiliki 13 gaya bahasa, namun peneliti hanya menemukan

5 gaya bahasa pertautan yaitu gaya bahasa metonimia, gaya bahasa sinekdoke,

gaya bahasa alusi, gaya bahasa antonomasia, dan gaya bahasa erotesis. Tarigan

(2013: 55) majas pertentangan memiliki 20 gaya bahasa, namun peneliti hanya

menemukan 8 gaya bahasa yaitu gaya bahasa hiperbola, gaya bahasa litotes, gaya

bahasa oksimoron, gaya bahasa satire, gaya bahasa inuendo, gaya bahasa klimaks,

gaya bahasa antiklimaks, dan gaya bahasa apofasis atau preteresio.

Selanjutnya, pembahasan akan didasarkan pada dua rumusan masalah

yang diangkat dalam penelitian ini untuk melihat kesesuaian teori yang sudah

dipaparkan di atas dengan hasil temuan data-data hasil penelitian. Kedua rumusan

masalah tersebut meliputi mendeskripsikan bentuk majas perbandingan, pertautan

serta pertentangan dan gaya bahasa yang dominan pada majas perbandingan,

pertautan, dan pertentangan dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990

karya Pidi Baiq. Pembahasan kedua rumusan masalah tersebut sebagai berikut:

4.4.1 Bentuk Majas Perbandingan


Jenis majas perbandingan menurut Tarigan (2013: 9), dapat

dikelompokkan menjadi 10 jenis gaya bahasa, yaitu: perumpamaan, metafora,

perosnifikasi, depersonifikasi, alegori, antithesis, pleonasme, perfrasis, prolepsis,

dan koreksio. Peneliti memaparkan temuan gaya bahasa yang ada dalam novel

Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq yang terdapat pada majas

perbandingan, yaitu personifikasi, depersonifikasi, antitesis, dan perifrasis.


66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada

barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak (Tarigan, 2013: 17-18). Henry

Guntur Tarigan (2013: 21-22) mengungkapkan bahwa depersonifikasi adalah

kebalikan dari personifikasi. Henry Guntur Tarigan (2013: 27) mengungkapkan

bahwa antitesis adalah gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau

perbandingan antara dua antonim yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri

semantik yang bertentangan. Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang mirip

dengan pleonasme. Keduanya menggunakan kata-kata yang lebih banyak dari

pada yang dibutuhkann namun yang membedakan antara keduanya yaitu dalam

periphrasis kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya diganti dengan sebuah

kata saja. cf.Keraf ( melalui Tarigan 2013: 31).

4.4.2 Bentuk Majas Pertautan


Jenis majas pertautan menurut Tarigan (2013: 122), dapat dikelompokkan

menjadi 13 jenis gaya bahasa, yaitu: matonimia, sinekdoke, alusi, aeufemisme,

eponim, epitet, antonomomasia, erotesis, ellipsis, gradasi, asindeton, dan

polisindeton. Peneliti memaparkan temuan gaya bahasa yang ada dalam novel

Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq yang terdapat pada majas

pertautan, yaitu metonimia, sinkdoke, alusi, antonomasia, dan erotesis.

Metonimia adalah sejenis gaya bahasa yang mempergunakan nama sesuatu

barang bagi sesuatu yang lain berkaitan erat dengannya (Tarigan, 2010: 122).

Anton Moeliono (dalam Tarigan, 2010:123) mengungkapkan bahwa metonimia

adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama

orang, barang, atau hal sebagai penggantinya. Kita dapat menyebut pencipta atau
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pembuatnya jika yang kita maksudkan ciptaan atau buatannya atau kita menyebut

bahannya jika yang kita maksudkan barangnya. Sinekdoke adalah majas yang

menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya, atau

sebaliknya. Majas sinekdoke dibagi menjadi dua macam yaitu: pertama majas

sinekdoke pras prototo digunakan untuk menyatakan keseluruhan suatu objek

tetapi hanya menyebutkan sebagian dari objek tersebut (Tarigan, 2013: 124-125).

Henry Guntur Tarigan (2013: 126-127) mengungkapkan bahwa alusi

adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau

tokoh berdasarkan anggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh

pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan para pembaca untuk

menangkap pengacuan itu. Antonomasia adalah gaya bahasa yang merupakan

penggunaan gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama diri (Tarigan, 2013:

132). Erotesis adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang digunakan

dalam tulisan atau pidato yang bertujuan untuk mencapai efek yang lebih

mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menuntut suatu

jawaban (Tarigan, 2013: 134).

4.4.3 Bentuk Majas Pertentangan


Jenis majas pertentangan menurut Tarigan (2013: 55), dapat

dikelompokkan menjadi 20 jenis gaya bahasa, yaitu: hiperbola, litotes, ironi,

oksimoron, paronomasia, paralipsis, zeugma, satire, innuendo, antifrasis,

paradoks, klimaks, antiklimaks, apostrof, anastrof, apofasis, hysteron proteron,

hipalassen sinisme, dan sarkasme. Peneliti memaparkan temuan gaya bahasa yang

ada dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq yang
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terdapat pada majas pertentangan, yaitu hiperbola, litotes, oksimoron, satire,

innuendo, klimaks, antiklimaks, dan apofasis atau preteresio.

Henry Guntur Tarigan (2013: 55) mengungkapkan bahwa hiperbola

adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan

jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada

suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan

pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat (Tarigan

1985: 186). Menurut Dale dalam Tarigan (2013: 55) bahwa kata hiperbola berasal

dari bahasa Yunani yang berarti ‘pemborosan; berlebih-lebihan’ dan diturankan

dari hyper ‘melebihi’+ ballien ‘melemparkan’.

Anton Moeliono (dalam Tarigan, 2013: 58-59) mengungkapkan bahwa

litotes adalah ungkapan menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang

negatif atau bentuk yang bertentangan. Litotes mengurangi atau melemahkan

kekuatan pernyataan yang sebenarnya. Menurut Ducrot and Tororov (dalam

Tarigan, 2013: 63) mengungkapkan bahwa kata aksimoron berasal dari bahasa

Latin okys ‘tajam’+moros ‘goblok, gila’. Oksimoron adalah sejenis gaya bahasa

yang mengandung penegasan atau pendirian suatu hubungan sintaksis – baik

koordinasi maupun determinasi – antara dua antonim.

Henry Guntur Tarigan (2013: 70) mengungkapkan bahwa satire

merupakan sejenis argumen yang beraksi secara tidak langsung, terkadang secara

aneh bahkan ada kalanya dengan cara yang cukup lucu yang menimbulkan

tertawaan. Menurut Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 74) mengungkapkan

69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahwa inuendo adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran dengan

mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Gaya bahasa ini menyatakan kritik

dengan sugesti yang tidak langsung, dan tampaknya tidak menyakitkan hati kalau

ditinjau sekilas. Menurut Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 79) bahwa klimaks

adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap

kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya.

Menurut Henry Guntur Tarigan (2013: 81) bahwa antilimaks adalah

kebalikan dari gaya bahasa klimaks. Sebagai gaya bahasa, Antilimaks merupakan

suatu acuan yang berisi gagasan-gagasan yang diurutkan dari yang terpenting

berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Apofasis atau disebut preterisio

merupakan sebuah gaya di mana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu,

tetapi tampaknya menyangkal (Tarigan, 2013: 86-87).

4.5 Pemaknaan Majas Perbandingan

4.5.1 Majas Perbandingan

Makna majas perbandingan dapat dilihat pada pengertian majas

perbandingan yang sudah tercantumkan. Perumpamaan adalah mengumpamakan

perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan sengaja dianggap sama

dengan pemakaian kata seperti, ibarat, bak, sebagai, seumpama, laksana, penaka,

dan serupa. (Tarigan, 2013: 9-10). Makna metafora adalah pemakaian kata yang

bukan sebenarnya (Tarigan, 2013: 15). Makna personifikasi adalah jenis majas

yang melekatkan sifat-sifat manusia kepada barang yang tidak bernyawa dan ide

yang abstrak (Tarigan, 2013: 17-18). Makna depersonifikasi adalah membendakan


70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

manusia atau insan (Tarigan. 2013: 21). Makna antitesis adalah perbandingan

antara dua antonim (Tarigan, 2013: 27). Makna pleonasme adalah pemakaian kata

yang berlebihan yang sebenarnya tidak perlu (Tarigan, 2013: 29). Makna

perifrasis adalah penggunanaan kata-kata yang berlebihan dapat diganti dengan

sebuah kata (Tarigan, 2013: 31). Makna antisipasi adalah penempatan kata-kata

yang mendahului tentang sesuatu yang masih akan dikerjakan (Tarigan, 2013: 33).

Makna koreksio aalah mengoreksi mana-mana yang salah (Tarigan, 2013: 34).

4.5.2 Majas Pertautan

Makna majas pertautan dapat dilihat pada pengertian majas pertautan yang

sudah tercantumkan. Makna metonimia adalah mempergunakan nama sesuatu

barang bagi sesuatu yang lain berkaitan erat dengannya (Tarigan, 2010: 122).

Makna sinkdoke adalah menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama

keseluruhannya (Tarigan, 2013: 124-125). Makna alusi adalah menunjuk secara

tidak langsung ke suatu peristiwa berdasarkan anggapan adanya pengetahuan

yang dimiliki oleh pengarang (Tarigan, 2013: 126).

Makna eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti

ungkapan yang dirasa kasar (Tarigan, 2013: 128). Makna eponim adalah

mengandung nama seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat

(Tarigan, 2013: 130). Makna epitet adalah menyatakan suatu sifat atau ciri yang

khas dari seseorang atau suatu hal (Tarigan, 2013: 131). Makna antonomasia

adalah penggunaan gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama diri (Tarigan,

2013: 132). Makna erotesis adalah berupa pertanyaan yang tidak harus dijawab

71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(Tarigan, 2013: 134). Makna paralelisme adalah mencapai kesejajaran dalam

pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama (Tarigan,

2013: 136). Makna ellipsis adalah penghilangan kata atau kata-kata berdasarkan

tata bahasa (Tarigan, 2013: 138).

Makna gradasi adalah atau urutan kata atau istilah secara sintaksis

bersamaan yang mempunyai satu atau beberapa ciri-ciri semantik secara umum

dan ada diantaranya paling sedikit satu ciri iulang-ulang dengan perubahan-

perubahan bersifat kuantitatif (Tarigan, 2013: 140). Makna asindeton beberapa

kata,frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung

(Tarigan, 2013: 142). Makna polisindeton adalah kebalikan dari asindeton

(Tarigan, 2013: 143-144).

4.5.3 Majas Pertentangan

Makna majas pertentangan dapat dilihat pada pengertian majas

pertentangan yang sudah tercantumkan. Makna hiperbola adalah pernyataan yang

dilebih-lebihkan (Tarigan, 2013: 55). Makna litotes adalah menyatakan sesuatu

yang positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk yang bertentangan (Tarigan,

2013: 58). Makna makna yang bertentangan dengan maksud untuk mengolok-olok

(Tarigan, 2013: 61).

Makna oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung penegasan atau

pendirian suatu hubungan sintaksis (Tarigan, 2013: 63). Makna paronomasia

adalah kata-kata yang sama bunyinya tetapi artinya berbeda (Tarigan, 2013: 64).

Makna paralipsis adalah sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak


72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri (Ducrot & Todov dalam

Tarigan, 2013: 66). Makna zeugma dan silepsis adalah mempergunakan dua

kontruksi rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih

kata lain (Tarigan, 2013: 68).

Makna satire adalah suatu argumen yang menertawakan sesuatu (Tarigan,

2013:70). Makna innuendo adalah berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan

yang sebenarnya (Tarigan, 2013: 74). Makna antifrasis adalah penggunaan sebuah

kata dengan makna kebalikannya (Tarigan, 2013: 76). Makna paradoks adalah

gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang

ada Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 77).

Makna klimaks adalah mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali

semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya Gorys

Keraf (dalam Tarigan, 2013: 79). Makna antiklimaks adalah gagasan-gagasan

yang diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang

penting (Tarigan, 2013: 81). Makna apostrof adalah berupa pengalihan amanat

dari yang hadir kepada yang tidak hadir (Tarigan, 2013: 83). Makna anastrof atau

inversi adalah gaya retoris yang diperoleh dalam pembalikan susunan kata yang

biasa dalam kalimat (Tarigan, 2013: 85).

Makna apofasis atau preterisio adalah menegaskan sesuatu, tetapi

tampaknya menyangkal (Tarigan, 2013: 86). Makna histeron proteron adalah

kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar (Tarigan,

2013: 88). Makna hipalase adalah merupakan kebalikan dari suatu hubungan

73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

alamiah antara dua komponen gagasan Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 89).

Makna sinisme adalah ironi lebih kasar sifatnya; namun kadang-kadang sukar

ditarik batas yang tegas antara keduanya (Tarigan, 2013: 91). Makna sarkasme

adalah sebuah olok-olok atau sindiran pedas dan menyakitkan hati (Tarigan, 2013:

93).

Dari hasil analisis data yang diperoleh peniliti, jumlah penggunaan majas

perbandingan dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 , yakni:

personifikasi sebanyak 9 buah, depersonifikasi sebanyak 5 buah, antitesis

sebanyak 10 buah, dan perifrasis sebanyak 12 buah. Jumlah penggunaan majas

pertautan yakni: metonimia sebanyak 10 buah, sinekdoke sebanyak 7 buah, alusi

sebanyak 7 buah, antonomasia sebanyak 10 buah, dan erotesis sebanyak 17 buah.

Jumlah penggunaan majas pertentangan yakni: hiperbola sebanyak 28

buah, litotes sebanyak 1 buah, iksimoron sebanyak 6 buah, satire sebanyak 13

buah, innuendo senamyak 12 buah, klimaks sebanyak 7 buah, antiklimaks

sebanyak 1 buah, dan apofasis atau preterisio sebanyak 3 buah. Hasil penelitian

ketiga majas tersebut memperlihatkan bahwa novel Dilan: Dia Adalah Dilanku

Tahun 1990 lebih dominan menggunakan majas personifikasi, antitesis, perifrasis,

metonimi, antonomasia, erotesis, hiperbola, satire, dan innuendo, kemudian

diikuti dengan penggunaan jenis yang lain.

Tujuan penggunaan majas tersebut yaitu untuk menarik pembaca dengan

menyatakan sesuatu yang unik dengan adanya kelakuan suatu benda bisa

melakukan pergerakan layaknya manusia, adanya suatu kata yang berlawanan

74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

atau antonim, adanya penggunaan kata yang berlebihan padahal bisa dipersingkat,

adanya penggunaan nama suatu barang atau bisa disebut merek, adanya

penggunaan nama gelar atau jabatan, adanya suatu pertanyaan namun tidak

meminta suatu jawaban dari pembaca atau pendengar, adanya suatu kalimat yang

dilebih-lebihkan untuk menarik pembaca, adanya suatu kalimat sebagai bahan

tertawaan yang dirasakan oleh tokoh utama layaknya seperti menyindir, dan

terdapat suatu sindiran yang dilakukan tokoh utama pada tokoh lain yang berbeda

dengan karya yang lain. Pengaruh majas yang dominan bagi novel itu sendiri

adalah kesesuaian cerita yang ditokohi oleh Milea dan Dilan dalam penggunaan

gaya bahasa yang nyentrik yang berbeda dengan karya orang lain.

75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada penelitian yang berjudul “Analisis Majas Perbandingan, Pertautan,

dan Pertentangan dalam Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi

Baiq” ini peneliti memaparkan dua hal penting, pertama bentuk majas

perbandingan, pertautan, dan pertentangan dalam novel Dilan: Dia Adalah

Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq dan yang kedua gaya bahasa yang dominan

dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq.

Bentuk majas yang digunakan dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku

Tahun 1990 karya Pidi Baiq ada 158 gaya bahasa yang terdiri dari dari gaya

bahasa perumpamaan (1), gaya bahasa personifikasi (9), gaya bahasa

depersonifikasi (5), gaya bahasa antitesis (10), gaya bahasa perifrrasis (12), gaya

bahasa metonimia (10), gaya bahasa sinekdoke (7), gaya bahasa alusi (7), gaya

bahasa antonomasia (10), gaya bahasa erotesis (17), gaya bahasa hiperbola (28),

gaya bahasa litotes (1), gaya bahasa oksimoron (6), gaya bahasa satire (13), gaya

bahasa innuendo (12), gaya bahasa klimaks (7), gaya bahasa antiklimaks (1), dan

gaya bahasa apofasis atau preterisio (3).

Kemudian, gaya bahasa yang tidak ditemukan dalam penelitian ini yaitu

majas perbandingan (metonimia, alegori, pleonasme, prolepsis antisipasi, dan

koreksio), majas pertautan ( eufemisme, eponym, epitet, paralelisme, ellipsis,

76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

asyndeton, dan polisindeton), majas pertentangan (ironi, paronomasia, paralipsis,

zeugma dan silepsis, antifrasis, paradoks, apostrof, anastrof atau inversi, histeron

proteron, hipalase, sinisme, dan sarkasme).

Gaya bahasa yang dominan digunakan dalam novel Dilan: Dia Adalah

Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq adalah gaya bahasa personifikasi, antitesis,

perifrasis, metonimi, antonomasia, erotesis, hiperbola, satire, dan inuendo.

Pemakaian gaya bahasa personifikasi sembilan buah, antiesis sepuluh buah,

perifrasis dua belas buah, metonimia sepuluh buah, antonomasia sepuluh buah,

erotesis tujuh belas buah , hiperbola dua puluh delapan buah, satire tiga belas

buah, dan inuendo dua belas buah. Dari gaya bahasa yang dominan terebut, maka

ditarik yang paling dominan diantara yang lain adalah hiperbola yaitu berjumlah

28 buah. Tujuan majas dalam Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi

Baiq adalah agar pembaca mengetahui majas perbandingan, pertautan serta

pertentangan dan memahami gaya bahasa yang terdapat dalam novel tersebut.

Majas memiliki peranan yang sangat penting dalam cerita novel Dilan:

Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq karena majas menjadi saran

penulisan, memberikan penekanan tertentu trhadap persoalan yang ingin

disampaikan oleh penulis, memperkuat kesan pembaca terhadap suatu peristiwa

atau karakter tokoh dalam cerita, menghidupkan sebuah cerita, dan memperindah

cerita.

77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5.2 Saran

Peneliti menyampaikan beberapa saran kepada para sastrawan, peneliti

lain, dan para pembaca. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kepentingan-

kepentingan terkait. Kedua saran tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

Bagi sastrawan dalam pengkajian analisis majas perbandingan, pertautan,

dan pertentangan dalam Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq

semoga dapat menarik para sastrawan untuk lebih kreatif dan beragam dalam

penggunaan gaya bahasa, khususnya dalam menciptakan bahasa yang menarik

dalam novel.

Bagi peneiliti lain yaitu penelitian ini masih terbatas pada majas

perbandingan, pertautan, dan pertentangan dalam novel yang dianalisis, maka dari

itu peneliti selanjutnya diharapkan tidak hanya terbatas pada satu atau tiga majas

sehingga akan lebih banyak gaya bahasa yang ditemukan dalam suatu objek

penelitian. Bagi para pembaca yaitu untuk lebih mencermati pemakaian gaya

bahasa sehingga dapat menikmati novel.

78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2015. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung


Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta:
Rajawali Pers.

Ahmadi, Rulam. 2014. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: AR-Ruzz


Media.

Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajeman Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Baiq, Pidi. 2018. Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990. Bandung: Pastel
Books.

Ghony, M. Djunaidi, & Fauzan Almanshur. 2014. Metode Penelitian


Kualitatif.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Ign. Sukasworo & C. Sartini. 1990. Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia: untuk
SMA 3. Yogyakarta: Kanisius.

Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia.

Laksana, I Ketut Darma. 2010. Majas dalam Bahasa Pers: Analisis Tajuk
Berita/Artikel secara Stilistik dan Gramatikal. Bali: Udayana University
Press.

Moeliono. M Anton. 1989. Kembara Bahasa Kumpulan Karangan Tersebar.


Jakarta: PT. Gramedia.

Moleong, Lexy J. 1989. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Ramadja


Karya CV.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Prastowo, Andi. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan


Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Prastowo, Andi. 2014. Memahami metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan


Teoritis dan Praksis. Yoyakarta: Ar-Ruzz.

79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Qodratillah, Meity Taqdir, dkk. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia: untuk
pelajar. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Rafsanjani, Nur Rofiq. 2012. Analisis Gaya Bahasa Dalam Roman Der
Steppenwolf Karya Hermann Hesse. Skripsi. Program Sarjana Universitas
Negeri Yogyakarta.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.

Sayuti, Suminto. A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama


Media.

Suryanto, Alex. 2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA
dan MA Kelas XII. Jakarta: 2007.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa


Bandung.

Tarigan, Henry Guntur. 2013. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: CV Angkasa.

Tim Dunia Cerdas. 2013. Peribahasa Majas Pantun. Jakarta: Dunia Cerdas.

Waluyo, J Herman. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta:


Sebelas Maret University Press.

Widoyoko, S. Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wirna, Ika. 2012. Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar Pelangi Karya Andrea
Hirata Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
di SMA. Skripsi. Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.

80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIODATA PENULIS

Yohana Eliana Dewi, putri keenam dari pasangan

Bapak Alexsius Hartono dan Ibu Agnes Enik Yulianti. Ia

lahir di Covalima tanggal 12 Juli 1994, bersekolah di Taman

Kanak-kanak Siswa-Siswi Muntilan, Jawa Tengah.

Pendidikan Sekolah Dasar yang sudah dilalui di SD Sedayu

2 Muntilan, kemudian melanjutkan di SMP Kanisius Muntilan. Menempuh

pendidikan SMA di SMA Marsudirini Muntilan. Setelah lulus SMA, melanjutkan

pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan tercatat sebagai

mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, program studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2014. Masa pendidikan di Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir

dengan judul Analisis Majas Perbandingan, Pertautan, dan Pertentangan Dalam

Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 Karya Pidi Baiq.

81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TRIANGULASI DATA DAN HASIL PENELITIAN

SKRIPSI DENGAN JUDUL “ANALISI MAJAS DALAM NOVEL DILAN : DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1990 KARYA
PIDI BAIQ”

Eliana Dewi (141224038)

Dosen Pembimbing 1: Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum.

Dosen Pembimbing 2 : Dr. Y. Karmin, M.Pd.

Petunjuk Triangulasi

1. Triangulator memberi tanda centang () pada kolom Setuju/Tidak Setuju yang sesuai dengan penelitian yang diperoleh.
2. Triangulator memberi catatan pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran data yang diperoleh.
3. Triangulator membubuhkan tanda tangan pada kolom bagian akhir yang disediakan.

Triangulasi
No Data Majas Keterangan pakar Keterangan Pakar
Setuju Tidak
Setuju

1 Aku senyum Perbandingan Kata-kata yang


melihat cara Dilan (Perumpamaan) bercetak miring  Keterangan analisis
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menghormat Ibu tersebut seharusnya dibuat yang


Sri, dia tegak membandingkan dua lebih mendalam yang
badannya, lalu hal yang berlainan. menampakkan adanya
tangannya ia ciri majas prumpamaan,
tempelkan di jidat. yaitu adanya kata
Itu benar-benar “seperti”. Hal inilah yang
jadi seperti hormat harus ditonjolkan.
kepada komandan,
atau seperti kepada
bendera.
2 Cahaya matahari Perbandingan Kata-kata yang
yang menerobos (Personofikasi) bercetak miring
dedaunan, tersebut melekatkan
membuat bercakan sifat insani pada kata
cahaya di jalan cahaya matahari 
aspal yang sedang yang menerobos
aku lalui. dedaunan yang
merupakan benda
mati.

83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3 Aku hanya berpikir Perbandingan Kata-kata yang


dia adalah salah (Personofikasi) bercetak miring
satu dari anak nakal tersebut melekatkan
di dunia, yang suka sifat insani pada kata
menggoda wanita di pikiranku 
jalan. Pikiranku mengembara
mengembara. merupakan benda
mati.
4 Hujan teruslah Perbandingan Kata-kata yang
turun, mari temani (Personofikasi) bercetak miring
air mataku. tersebut melekatkan
sifat insani pada kata 
hujan teruslah turun,
mari temani air
mataku merupakan
benda mati.
5 Air yang datang Perbandingan Kata-kata yang
dari mataku (Personofikasi) bercetak miring
membuat sungai tersebut melekatkan 

84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kecil dipipiku. sifat insani pada kata


Air yang datang dari
mataku membuat
sungai merupakan
benda mati.
6 Menelusuri trotoar Perbandingan Kata-kata yang
di bawah naungan (Personofikasi) bercetak miring
pohon-pohon yang tersebut melekatkan
daunnya sifat insani pada kata
menyimpan sisa- pohon-pohon yang 
sisa kabut. daunnya menyimpan
sisa-sisa kabut
merupakan benda
mati.
7 Suaraku terdengar Perbandingan Kata-kata yang
seperti hati-hati. (Personofikasi) bercetak miring
tersebut melekatkan
sifat insani pada kata 
suaraku terdengar

85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seperti hati-hati
merupakan benda
mati.
8 Angin untuk Perbandingan Kata-kata yang
meniup rambutmu. (Personofikasi) bercetak miring
Aku untuk tersebut melekatkan 
mencintaimu. sifat insani pada kata
angina untuk meniup
rambutmu
merupakan benda
mati.
9 Aku lekas masuk Perbandingan Kata-kata yang
kamar bersama (Personofikasi) bercetak miring
piring makan tersebut melekatkan 
malamku dan sifat insani pada kata
bersama perasaanku bersama piring
yang langsung tak makan malamku dan
karuan, bersama perasaanku
merupakan benda

86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mati.
10 Papan pembatas Perbandingan Kata-kata yang
kelas itu jatuh, (Personofikasi) bercetak miring
menimpa papan tersebut melekatkan
tulis dan sifat insani pada kata
menggulingkan Papan pembatas
Presiden Indonesia, kelas itu jatuh, 
Soeharto, dalam menimpa papan tulis
bentuknya sebagai dan menggulingkan
foto yang dikasi Presiden Indonesia,
pigura. Soeharto merupakan
benda mati.
11 Aku tahu Beni, jika Perbandingan Kata-kata yang
kukatakan, justru (Depersonifikasi) bercetak miring Dia
akan menambah itu sumbunya pendek,
masalah dari pada gampang meledak 
berusaha yaitu
menyelesaikannya. membandingkan sifat
Dia itu sumbunya manusia dengan sifat

87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pendek, gampang benda.


meledak.
12 Tetapi dengan sifat Perbandingan Kata-kata yang
Beni seperti itu, (Depersonifikasi) bercetak miring
kayanya Lia harus kayanya Lia harus
berubah dulu jadi berubah dulu jadi
mannequin. Biar mannequin yaitu 
bisa diem terus membandingkan sifat
kalau dikasarin. manusia dengan sifat
Biar gak melawan benda.
kalau diapa-apain.
13 Sebagian dari diriku Perbandingan Kata-kata yang
hangus rasanya, (Depersonifikasi) bercetak miring apa
dibakar api lagi ditambah oleh
cemburu yang api amarah ke Beni
semakin siang yang belum padam 
semakin menyala, sepenuhnya yaitu
apa lagi ditambah membandingkan sifat
oleh api amarah ke manusia dengan sifat

88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Beni yang belum benda.


padam sepenuhnya.
14 Aku diam sambil Perbandingan Kata-kata yang
memandangnya (Depersonifikasi) bercetak miring Aku
dengan tajam. diam sambil
memandangnya
dengan tajam yaitu 
membandingkan sifat
manusia dengan sifat
benda.
15 “Lia, kan suka Perbandingan Kata-kata yang
cerita kamu. Jadi (Depersonifikasi) bercetak miring
penasaran kaya Masih orisinil. Belum
gimana Dilan itu?” di modif yaitu
kata Ibu senyum. membandingkan sifat 
“Kaya gini aja,” manusia dengan sifat
jawab Dilan. benda.
“Masih orisinil.
Belum di modif.”

89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16 Tempat tumbuh Perbandingan Kata-kata yang


berbagai bunga dan (Antitesis) bercetak miring suka
satu pohon jambu, kesel perbandingan
yaitu jambu batu, atara dua antonim.
yang ibuku suka 
kesel kalau sudah
mulai banyak
ulatnya.
17 Sebagian ada yang Perbandingan Kata-kata yang
jalan berkelompok, (Antitesis) bercetak miring
sedangkan aku “sebagian ada yang
berjalan sendirian, jalan berkelompok,
menembus kabut sedangkan aku 
tipis bersama berjalan sendirian”
udaranya yang perbandingan atara
dingin. dua antonim.
18 Langsung kusimpan Perbandingan Kata-kata yang Kurang begitu tampak
surat itu di dalam (Antitesis) bercetak miring adanya dua hal yang
laci meja belajar, “langsung pergi ke  berbeda yang

90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sambil senyum- kamar mandi, dibandingkan. Lebih


senyum sendirian, menemui sepatuku” condong personifikasi
dan langsung pergi perbandingan atara “menemui sepatuku”.
ke kamar mandi, dua antonim.
menemui sepatuku.
19 Aku masih diam Perbandingan Kata-kata yang
tapi sebetulnya (Antitesis) bercetak miring “Aku
ingin teriak tepat masih diam tapi
dikupingnya. sebetulnya ingin
teriak tepat 
dikupingnya.”
perbandingan atara
dua antonim.
20 Aku tahu Perbandingan Kata-kata yang
seharusnya aku (Antitesis) bercetak miring “Aku
bersikap biasa-biasa tahu seharusnya aku
saja, tapi entah bersikap biasa-biasa 
gimana, saat itu saja, tapi entah
secara reflex aku gimana, saat itu

91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menjadi salah secara reflex aku


tingkah. menjadi salah
tingkah.”
perbandingan atara
dua antonim.
21 Tak ada maksud Perbandingan Kata-kata yang
dengan ini ingin (Antitesis) bercetak miring
kubela Dilan, “Dilan itu malaikat
seolah hal ini dan Anhar itu setan” 
kukatakan bahwa perbandingan atara
Dilan itu malaikat dua antonim.
dan Anhar itu setan.
22 Lia setuju, dia juga Perbandingan Kata-kata yang
manusia, memiliki (Antitesis) bercetak miring
kekurangan dan kekurangan dan
kelebihan. kelebihan 
perbandingan atara
dua antonim.
23 Lia selalu merasa Perbandingan Kata-kata yang

92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

nyaman jika berada (Antitesis) bercetak miring “Lia


di dekatnya dan selalu merasa nyaman
rindu jika jauh. jika berada di
dekatnya dan rindu
jika jauh.” 
perbandingan atara
dua antonim.
24 Aku juga pernah Perbandingan Kata-kata yang
pacaran dan putus. (Antitesis) bercetak miring “Aku
juga pernah pacaran
dan putus.” 
perbandingan atara
dua antonim.
25 Oleh karena itu aku Perbandingan Kata-kata yang
langsung jadi was- (Antitesis) bercetak miring
was, meskipun “meskipun belum ada
belum ada kepastian apakah itu 
kepastian apakah benar atau salah.”
itu benar atau salah. perbandingan atara

93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dua antonim.
26 Dia pergi ke Perbandingan Kata-kata yang
kamarnya, lalu (Antitesis) bercetak miring “Dia
datang kembali pergi ke kamarnya,
dengan membawa lalu datang kembali
selimut. dengan membawa 
selimut”
perbandingan atara
dua antonim.
27 Sepanjang waktu Perbandingan Menggunakan kata-
selalu siap untuk (Perifrasis) kata lebih banyak dari
nyanyi dan pada yang
bersenandung di dibutuhkan.
mana saja. “Sepanjang waktu 
selalu siap untuk
nyanyi dan
bersenandung di
mana saja.
“(=menyanyi)

94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28 Sehingga untuk bisa Perbandingan Menggunakan kata-


sampai di sekolah, (Perifrasis) kata lebih banyak dari
aku harus mau pada yang
berjalan sespanjang dibutuhkan.
kira-kira 300 meter. “Sehingga untuk bisa
sampai di sekolah, 
aku harus mau
berjalan sespanjang
kira-kira 300 meter.”
(= jalan kaki)
29 Bagiku, selain Perbandingan Menggunakan kata-
bagus dan romantis, (Perifrasis) kata lebih banyak dari
sekolah itu adalah pada yang
tempat khusus yang dibutuhkan. “Bagiku,
menyimpan selain bagus dan 
kenangan masa romantis, sekolah itu
laluku ketika masih adalah tempat khusus
SMA. yang menyimpan
kenangan masa laluku

95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ketika masih SMA.”


(=kenangan)
30 Kumasukin Perbandingan Menggunakan kata-
suratnya ke dalam (Perifrasis) kata lebih banyak dari
tas sekolah, untuk pada yang
kembali menyimak dibutuhkan.
Nandan yang “Kumasukin suratnya
banyak bicara ke dalam tas sekolah, 
tentang ini itu, yang untuk kembali
lumayan menyimak Nandan
membosankan. yang banyak bicara
tentang ini itu, yang
lumayan
membosankan.”(=
cerewet).
31 Berat sekali saat ku Perbandingan Menggunakan kata-
bilang “iya” karena (Perifrasis) kata lebih banyak dari
aku tahu pada yang 
sebenarnya aku dibutuhkan. “Berat

96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bukan mau istirahat, sekali saat ku bilang


melainkan mau “iya” karena aku tahu
bertemu dengan sebenarnya aku bukan
orang yang akan mau istirahat,
membuat kepalaku melainkan mau
jadi sakit. bertemu dengan
orang yang akan
membuat kepalaku
jadi
sakit.”(=menyebalan).
32 Sekarang informasi, Perbandingan Menggunakan kata- Tidak begitu tampak
Bi Asih meninggal (Perifrasis) kata lebih banyak dari adanya penggunaan kata-
dunia pada tahun pada yang kata yang lebih banyak
1998. dibutuhkan.  dari yang dibutuhkan.
“Sekarang informasi,
Bi Asih meninggal
dunia pada tahun
1998.”(= wafat)
33 Kau tahu, rasanya Perbandingan Menggunakan kata-

97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

apa? Menekan (Perifrasis) kata lebih banyak dari


perasaan dan air pada yang
yang datang dari dibutuhkan. “Kau
mataku membuat tahu, rasanya apa?
sungai kecil di Menekan perasaan 
pipiku. dan air yang datang
dari mataku membuat
sungai kecil di
pipiku.”(= menangis).
34 Mungkin buat kamu Perbandingan Menggunakan kata-
itu gampang, tapi (Perifrasis) kata lebih banyak dari
engga tahu kenapa pada yang
bagiku itu rasanya dibutuhkan.
susah. “Mungkin buat kamu 
itu gampang, tapi
enggak tahu kenapa
bagiku itu rasanya
susah.”(= sulit).
35 Tadi waktu aku di Perbandingan Menggunakan kata-

98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sekolah, aku benar- (Perifrasis) kata lebih banyak dari


benar merasa gak pada yang
semangat, soalnya dibutuhkan. “Tadi
gak ada Dilan. waktu aku di sekolah,
aku benar-benar 
merasa gak semangat,
soalnya gak ada
Dilan.”(= lesu).
36 Pada saat Perbandingan Menggunakan kata- Kertas yang penuh
bersamaan aku lihat (Perifrasis) kata lebih banyak dari coretan dalam koleksi ini
Dilan menyerahkan pada yang belum tentu surat. Harus
kertas yang penuh dibutuhkan. “Pada dipastikan lagi.
coretan kepada saat bersamaan aku 
kawannya itu. lihat Dilan
menyerahkan kertas
yang penuh coretan
kepada kawannya
itu.”(= surat).
37 Mendadak Perbandingan Menggunakan kata-

99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perasaanku seperti (Perifrasis) kata lebih banyak dari


dilanda sesuatu pada yang
yang sungguh sulit dibutuhkan.
kuungkapkan. “Mendadak
perasaanku seperti 
dilanda sesuatu yang
sungguh sulit
kuungkapkan.”(=
bingung).
38 Kedua tangannya Perbandingan Menggunakan kata-
masih memegang (Perifrasis) kata lebih banyak dari
kedua tanganku. pada yang
Dia lakukan dengan dibutuhkan. “Dia
sikap seolah-olah lakukan dengan sikap
dirinya seorang seolah-olah dirinya 
anak yang sedang seorang anak yang
memohon bantuan. sedang memohon
bantuan.”(= minta
tolong).

100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39 Saat itu, Perbandingan Menggunakan kata-


perasaanaku bagai (Perifrasis) kata lebih banyak dari
melambung ke pada yang
angkasa yang dibutuhkan. “Saat itu,
sangat luas dan perasaanaku bagai
penuh oleh aneka melambung ke 
macam warna angkasa yang sangat
kesukaan. luas dan penuh oleh
aneka macam warna
kesukaan.”(=
bahagia).
40 Meluk boneka, mau Pertautan Kalimat yang
bentuknya panda, (Metonimia) bercetak miring
mau bentuknya menggunakan nama
monyet, mau semut, merk/label suatu
mau kuman, barang/benda yang 
bagaimana bisa berkaitan erat
kurasakan seolah dengannya.
aku sama dengan

101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memeluk orang
yang memberinya?
Mungkin ada yang
bisa seperti iitu, tapi
aku tidak, kecuali
boneka itu
bikinannya sendiri.
41 Dengan rasa Pertautan Kalimat yang
penasaran, pelan- (Metonimia) bercetak miring
pelan kusobek menggunakan nama 
ujung dari merk/label suatu
pembungkus kado barang/benda yang
itu. Dan, baiklah, berkaitan erat
langsung uberi tahu dengannya.
apa isinya: buku
TTS!!!
42 Nama Susiana, Pertautan Kalimat yang
biasa dipanggil (Metonimia) bercetak miring
Susi, atau Susi menggunakan nama 

102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Black karena hitam, merk/label suatu


tapi kukira dia barang/benda yang
manis dan cantik. berkaitan erat
Dia anak kelas 2 dengannya.
Sosial 2. Anak
pemilik toko mas
Indah Jaya yang
punya outlet di
Parahyangan
Plaza.
43 Kata Rani, Susi Pertautan Kalimat yang
suka main ke Studio (Metonimia) bercetak miring
East di Cihampelas, menggunakan nama
atau ke Lipstick merk/label suatu 
Roller Disko barang/benda yang
bersama teman- berkaitan erat
temannya di dengannya.
Palaguna Plaza
(daerah Alun-Alun

103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bandung).
44 Sestelah semuanya Pertautan Kalimat yang
itu, kami pergi (Metonimia) bercetak miring
bersama ibunya menggunakan nama
Dilan yang nyetir merk/label suatu 
sendiri mobil barang/benda yang
Nissan Patrolnya. berkaitan erat
Itu adalah Nissan dengannya.
Patrol tahun 1960
berwarna hijau tua.
45 “Pas ulang tahun, Pertautan Kalimat yang
dulu ayahnya, kan, (Metonimia) bercetak
ngasih hadiah menggunakan nama
Tafsir Al-Azhar,” merk/label suatu
kata Bunda. barang/benda yang 
“Langgsung dia berkaitan erat
baca semuanya. Itu dengannya.
buku tafsir karya
Hamka.”

104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46 Setelah itu, Kang Pertautan Kalimat yang


Adi pergi entah (Metonimia) bercetak
kemana, tak lama menggunakan nama
datang lagi, merk/label suatu
membawa makanan barang/benda yang 
beserta botol besar berkaitan erat
minuman coca cola. dengannya.
47 Setelah mandi dan Pertautan Kalimat yang
ganti pakaian, (Metonimia) bercetak miring
akhirnya aku pergi menggunakan nama
dengan Kang Adi merk/label suatu
ke ITB dengan naik barang/benda yang 
mobil Coralla DX- berkaitan erat
nya. dengannya.
48 Itu cuma satu buku Pertautan Kalimat yang
TTS, Kang Adi, (Metonimia) bercetak miring
kata ku dalam hati, menggunakan nama
bukan handycraft merk/label suatu 
yang indah dan barang/benda yang

105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

unik atau mahal, berkaitan erat


tapi bagiku, dengannya.
nyatanya itu lebih
unik karena sudah
pasti berbeda dari
yang lain.
49 Dilan dan Mileanya Pertautan Kalimat yang
lagi sibuk pacaran, (Metonimia) bercetak miring
berdua di atas menggunakan nama
motor CB 100, merk/label suatu 
mengarungi Jalan barang/benda yang
Batu di bawah berkaitan erat
naungan awan yang dengannya.
sedang mendung.
50 Di kelas, sebelum Pertautan Kalimat yang
pelajaran dimulai, (Sinekdoke) bercetak miring
aku cerita ke Rani menyebutkan nama Keseluruhan apa yang
dan Nandan tentang sebagian sebagai  digantikan?
ada seorang anak pengganti nama

106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SMA bermotor yang keseluruhan.


tadi mau
meramalkku.
51 Pada waktu kami Pertautan Kalimat yang
sedang ngobrol, (Sinekdoke) bercetak miring
muncul seseorang menyebutkan nama  Keseluruhan apa yang
yang bilang sebagian sebagai digantikan
permisi, lalu masuk pengganti nama
ke kelas. keseluruhan.
52 Aslinya sih hanya Pertautan Kalimat yang
anak nakal,yang (Sinekdoke) bercetak miring
suka iseng menyebutkan nama
menggoda sebagian sebagai 
perempuan. pengganti nama
keseluruhan.
53 Sang Peramal itu Pertautan Kalimat yang
ada di sana, berdiri (Sinekdoke) bercetak miring
di depan, menyebutkan nama 
menghadap kearah sebagian sebagai

107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kami, bersama dua pengganti nama


kawannya. keseluruhan.
54 Aku bingung harus Pertautan Kalimat yang
gimana dan (Sinekdoke) bercetak miring
berusaha menyebutkan nama
memastikan bahwa sebagian sebagai 
kawan-kawanku pengganti nama
diangkot, tidak keseluruhan.
mendegar aa yang
dikatakan.
55 Kamu Dilan kan? Pertautan Kalimat yang
Panglima Tempur (Sinekdoke) bercetak miring
geng motor, kan? menyebutkan nama
Geng motor yang sebagian sebagai 
suka bikin onar itu, pengganti nama
kan? keseluruhan.
56 “Tuh angkotnya,” Pertautan Kalimat yang
kata ku menunjuk (Sinekdoke) bercetak miring
angkot yang akan menyebutkan nama 

108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lewat. sebagian sebagai


pengganti nama
keseluruhan.
57 Waktu itu, kawan- Pertautan Kalimat yang
kawanku sibuk (Sinekdoke) bercetak miring
dengan dirinya menyebutkan nama
sendiri, seolah-olah sebagian sebagai
tidak merasa pengganti nama 
reganggu oleh keseluruhan.
kehadiran Dilan,
meskipun aku yakin
mereka pasti tidak
suka.
58 Dia memang bilang Pertautan Kalimat yang
ke aku bahwa dia (Sinekdoke) bercetak miring
mau jadi guideku. menyebutkan nama  Keseluruhan apa yang
Katanya biar aku sebagian sebagai digantikan?
bisa lebih tahu pengganti nama
Bandung. keseluruhan.

109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59 Aku tidak mengerti Pertautan Menunjukkan secara


apa sebabnya (Alusi) tidak langsung ke
seseorang sampai suatu peristiwa atau
disebut PKI hanya tokoh berdasarkan
gara-gara tidak ikut peranggapan adanya
upacara bendera. pengetahuan yang 
Entahlah. Apakah dimiliki pengarang
karena aku hidup di dan pembaca/ suatu
jaman ORBA(Orde hal di masa lalu.
Baru).
60 Sebetulnya yang Pertautan Menunjukkan secara
disebut warung Bu (Alusi) tidak langsung ke
Eem itu, adalah suatu peristiwa atau
berupa rumah tokoh berdasarkan
zaman baheula, peranggapan adanya
yaitu rumah antik pengetahuan yang 
peninggalan orang dimiliki pengarang
yang lumayan kaya dan pembaca/ suatu
di zaman dulu. hal di masa lalu.

110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Rumah itu tidak


keurus karena
suami Bu Eem
sebagai
keturunannya,
secara ekonomis
tidak senasib
dengan leluhurnya,
bahkan suami Bu
Eem berstatus
pengagguran.
61 Konon, diawali oleh Pertautan Menunjukkan secara
adanya peristiwa (Alusi) tidak langsung ke
itu, Dilan pernah suatu peristiwa atau
dirawat di Rumah tokoh berdasarkan
Sakit Borromeus. peranggapan adanya 
Dia masih ingat pengetahuan yang
waktu itu dirawat di dimiliki pengarang
Ruang Yosep dan pembaca/ suatu

111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kamar 1520, dan hal di masa lalu.


koma selama satu
hari akibat terkena
tusukan di perutnya.
Dicurigai sebagai
balasan yang harus
Dilan terima. Itu
terjadi di daerah
Jalan Merdeka,
Bandung.
62 Tahun 2001, Ibu Pertautan Menunjukkan secara
Rini meninggal (Alusi) tidak langsung ke
dunia akibat suatu peristiwa atau
kecelakaan yang tokoh berdasarkan 
terjadi di Tanjakan peranggapan adanya
maut di daerah pengetahuan yang
Cisandaan, dimiliki pengarang
Kampung Halimu, dan pembaca/ suatu
Kecamatan hal di masa lalu.

112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pamulihan, Garut.
63 Cobalah ke Pertautan Menunjukkan secara
Bandung pada (Alusi) tidak langsung ke
tahun seribu suatu peristiwa atau
sembilan ratus tokoh berdasarkan
sembilan puluh, peranggapan adanya
atau lebih mundur pengetahuan yang 
lagi sepuluh tahun dimiliki pengarang
dari itu, kau akan dan pembaca/ suatu
segera kecewa hal di masa lalu.
dengan keadaan
Bandung yang
sekarang.
64 Diantara kedua Pertautan Menunjukkan secara
poster itu ada (Alusi) tidak langsung ke
sebuah tulisan suatu peristiwa atau
dengan hurufnya tokoh berdasarkan
yang cukup besar: peranggapan adanya 
“BARANG SIAPA pengetahuan yang

113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

YANG INGIN dimiliki pengarang


DAMAI, dan pembaca/ suatu
BERSIAPLAH hal di masa lalu.
UNTUK
PERANG” (Ronald
Reagan). Ronald
Reagan adalah
Presiden Amerika
ke-40, yang
menjabat sampai
tahun 1989.
65 Demikianlah kisah Pertautan Menunjukkan secara
cintaku dengan (Alusi) tidak langsung ke
Dilan, ketika aku suatu peristiwa atau
tinggal di Bandung tokoh berdasarkan
dulu! Duluuu peranggapan adanya 
sekali, bertahun- pengetahuan yang
tahun yang lalu, dimiliki pengarang
meski aku dan pembaca/ suatu

114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

merasanya seolah- hal di masa lalu.


olah hal itu baru
terjadi kemarin.
66 Nama belakangku, Pertautan Penggantian nama
diambil dari nama (Antonomasia) diri atau gelar resmi,
ayahku. Seorang atau jabatan untuk
yang aku kagumi, menggantikan nama 
dan dia adalah diri.
prajurit TNI
Angkatan Darat.
67 Aku dijemput Pertautan Penggantian nama
pamankku. Dia itu (Antonomasia) diri atau gelar resmi,
adik dari ayahku, atau jabatan untuk Apa mahasiswa
mahasiswa jurusan menggantikan nama  menunjukkan
Arsitektur tingkat diri. gelar/jabatan?
akhir di perguruan
tinggi swasta yang
ada di Bandung,
namanya Fariz.

115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68 Dia berdiri di sana Pertautan Penggantian nama


di bawa oleh guru (Antonomasia) diri atau gelar resmi,
BP (Bimbingan atau jabatan untuk
Penyuluhan), menggantikan nama
setelah berhasil diri.
ditemukan dari 
tempat sembunyi,
untuk menghindar
ikut upacara
bendera.
69 Pak Atam, guru Pertautan Penggantian nama
pelajaran Bahasa (Antonomasia) diri atau gelar resmi,
Indonesia, sudah atau jabatan untuk
datang masuk ke menggantikan nama 
kelas, tetapi Dilan diri.
tidak pergi. Tetap
saja dia duduk.
70 Ibuku juga di sana, Pertautan Penggantian nama
sibuk dengan (Antonomasia) diri atau gelar resmi, 

116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bukunya, yaitu atau jabatan untuk


buku kegiatan menggantikan nama
anggota PERSIT diri.
AD ‘Kartika
Chandra
Kirana’(PERSIT
adalah akronim dari
persatuan istri
tentara.
71 Papan pembatas Pertautan Penggantian nama
kelas itu jatuh, (Antonomasia) diri atau gelar resmi,
menimpa papan atau jabatan untuk
tulis dan menggantikan nama 
menggulingkan diri.
Presiden Indonesia,
Soeharto, dalam
bentuknya sebagai
foto yang dikasi
pigura.

117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72 Aku kenal Mas Ato Pertautan Penggantian nama


sebagai seorang (Antonomasia) diri atau gelar resmi,
pengacara di atau jabatan untuk
Jakarta (bahkan saat menggantikan nama 
ini aku sering lihat diri.
dia di tv).
73 Mang Uung adalah Pertautan Penggantian nama
penjaga sekolah, (Antonomasia) diri atau gelar resmi,
dia langsung atau jabatan untuk 
menutup gerbang. menggantikan nama
diri.
74 Beberapa polisi Pertautan Penggantian nama
masuk ke ruang (Antonomasia) diri atau gelar resmi,
guru, mungkin atau jabatan untuk 
utnuk meminta menggantikan nama
keterangan. diri.
75 Benar saja, tepat Pertautan Penggantian nama
pada waktu Kepala (Antonomasia) diri atau gelar resmi,
Sekolah sedang atau jabatan untuk 

118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pidato, Pak Suripto menggantikan nama


datang menegurnya. diri.
76 Diantara kedua Pertautan Penggantian nama
poster itu ada (Antonomasia) diri atau gelar resmi,
sebuah tulisan atau jabatan untuk
dengan hurufnya menggantikan nama
yang cukup besar: diri.
“BARANG SIAPA
YANG INGIN
DAMAI, 
BERSIAPLAH
UNTUK
PERANG”(Ronald
Reagan). Ronald
Reagan adalah
Presiden Amerika
ke-40, yang
menjabat sampai
tahun 1989.

119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77 Apa? Besok Pertautan Pertanyaan yang


bertemu? Bukankah (Erotesis) digunakan dalam
besok itu hari tulisan untuk
minggu? mencapai efek lebih
dalam dan penekanan 
yang wajar serta tidak
menuntut suatu
jawaban.
78 Bagaimana bisa Pertautan Pertanyaan yang
bertemu, kalau (Erotesis) digunakan dalam
tidak di sekolah? tulisan untuk
mencapai efek lebih 
dalam dan penekanan
yang wajar serta tidak
menuntut suatu
jawaban.
79 Dan kenapa aku Pertautan Pertanyaan yang
harus gugup di (Erotesis) digunakan dalam
depannya? tulisan untuk 

120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mencapai efek lebih


dalam dan penekanan
yang wajar serta tidak
menuntut suatu
jawaban.
80 Tapi, kenapa dia Pertautan Pertanyaan yang
tidak (Erotesis) digunakan dalam
membahasnya? tulisan untuk
Membahas soal mencapai efek lebih 
ramalan itu? Atau dalam dan penekanan
sengaja? Ah, yang wajar serta tidak
entahlah. menuntut suatu
jawaban.
81 Aduhh, siapa sih, Pertautan Pertanyaan yang
dia itu? (Erotesis) digunakan dalam
tulisan untuk
mencapai efek lebih 
dalam dan penekanan
yang wajar serta tidak

121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menuntut suatu
jawaban.
82 Kenapa dia tidak Pertautan Pertanyaan yang
memberitahu (Erotesis) digunakan dalam
namanya di saat tulisan untuk
pertama kali jumpa mencapai efek lebih 
itu? dalam dan penekanan
yang wajar serta tidak
menuntut suatu
jawaban.
83 Mungkin ingin lihat Pertautan Pertanyaan yang
saja. Tidak lebih (Erotesis) digunakan dalam
dari itu. Boleh, kan? tulisan untuk
mencapai efek lebih 
dalam dan penekanan
yang wajar serta tidak
menuntut suatu
jawaban.
84 Apakah karena aku Pertautan Pertanyaan yang

122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

hidup di jaman (Erotesis) digunakan dalam


ORBA (Orde tulisan untuk
Baru)? mencapai efek lebih
dalam dan penekanan 
yang wajar serta tidak
menuntut suatu
jawaban.
85 Haruskah teerus Pertautan Pertanyaan yang
terang, aku bilang (Erotesis) digunakan dalam
ke Dilan, tulisan untuk
sebagaimana dia mencapai efek lebih
begitu mudahnya dalam dan penekanan
berterus terang, yang wajar serta tidak 
bahwa aku sudah menuntut suatu
punya pacar? jawaban.
Haruskah terus
terang, aku bilang
ke Dilan, sebelum
dia tahu sendiri, dan

123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lalu kecewa bahwa


aku sudah punya
pacar?
86 Atau haruskah aku Pertautan Pertanyaan yang
bilang ke Beni, (Erotesis) digunakan dalam
bahwa ada orang, di tulisan untuk
Bandung, satu mencapai efek lebih 
sekolah denganku, dalam dan penekanan
namanya Dilan, yang wajar serta tidak
sedang berusaha menuntut suatu
mendekatiku? jawaban.
87 Mungki dia sakit, Pertautan Pertanyaan yang
mungkin dia (Erotesis) digunakan dalam
diskors. Aku tidak tulisan untuk
tahu dan aku ingin mencapai efek lebih 
tahu kemana. Tapi dalam dan penekanan
bngung harus yang wajar serta tidak
bertanya kepada menuntut suatu
siapa? jawaban.

124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88 Kamu harus Pertautan Pertanyaan yang


mengerti terutama (Erotesis) digunakan dalam
menyangkut tulisan untuk
masalah yang aku mencapai efek lebih
alami di Jakarta dalam dan penekanan
tempo hari, yang yang wajar serta tidak
sudah membuat aku menuntut suatu 
merasa kehilangan jawaban.
harga diri, yang
sudah membuat aku
tak berhenti
menangis di
bus,yang sudah
membuat aku malu
pada teman-teman.
Mengapa dia
memperlakukan aku
seperti aku sudah
berbuat buruk

125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kepadanya?
89 Kalau Dilan mau Pertautan Pertanyaan yang
sama dia, silakan, (Erotesis) digunakan dalam
apa hak aku tulisan untuk
melarangnya? mencapai efek lebih
Ambillah, tapi aku dalam dan penekanan 
akan pergi, tak akan yang wajar serta tidak
lagi meladeni menuntut suatu
apapun yang Dilan jawaban.
lakukan padaku.
Dan kalau Susi mau
Dilan, silakan
ambil, dia itu Cuma
playboy kacangan!
90 Sunyi menjadi kuat, Pertautan Pertanyaan yang
menguasaiku. Kau (Erotesis) digunakan dalam
tahu rasanya apa? tulisan untuk 
Menekan perasaan. mencapai efek lebih
dalam dan penekanan

126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang wajar serta tidak


menuntut suatu
jawaban.
91 Kau tahu mau apa Pertautan Pertanyaan yang
dia nelpon? Ya, itu (Erotesis) digunakan dalam
dia, Cuma ngebahas tulisan untuk
nyamuk yang dikasi mencapai efek lebih 
nama Boni dan dalam dan penekanan
Kinka! yang wajar serta tidak
menuntut suatu
jawaban.
92 Dilan yang dulu Pertautan Pertanyaan yang
pernah mengirim Bi (Erotesis) digunakan dalam
Asih untuk memijit tulisan untuk
aku agar lekas bisa mencapai efek lebih 
pulihdari sakit. Ah, dalam dan penekanan
bentuk perhatian yang wajar serta tidak
macam apa yang menuntut suatu
bisa menyamai itu? jawaban.

127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sederhana, tidak
semewah Taj
Mahal, tetapi begitu
keren, setidaknya
itu lebih baik
daripada sekedar
omong doang.
93 Sanksi apa yang Pertautan Pertanyaan yang
akan sekolah (Erotesis) digunakan dalam
berikan ke Dilan tulisan untuk
setelah dia mencapai efek lebih 
berantem dengan dalam dan penekanan
Anhar? Nanti, yang wajar serta tidak
nanti! Soal itu dan menuntut suatu
soal-soal yang jawaban.
lainnya aku bahas
nanti saja.
94 Aku hanya berpikir Pertentangan Kata yang bercetak
dia adalah salah (Hiperbola) miring tersebut 

128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

satu dari anak menggambarkan


nakal di dunia, keadaan yang
yang suka melebih-lebihkan.
menggoda
perempuan di jalan.
95 Aku hanya berpikir Pertentangan Kata yang bercetak
dia adalah salah (Hiperbola) miring tersebut
satu dari anak nakal menggambarkan
di dunia, yang suka keadaan yang 
menggoda melebih-lebihkan.
perempuan di jalan.
Pikiranku
mengembara.
96 Setelah aku baca Pertentangan Kata yang bercetak
surat itu, aku tak (Hiperbola) miring tersebut
mengerti mengapa menggambarkan 
aku langsung keadaan yang
merasa tak ingin melebih-lebihkan.
pergi dari atas

129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kasurku, aku benar-


benar seperti orang
yang sedang
ditawan oleh rasa
penasaran karena
ingin tahu siapa dia
itu sebenarnya.
97 Kata Rani, di kelas, Pertentangan Kata yang bercetak
setelah upacara (Hiperbola) miring tersebut
bendera, Dilan itu menggambarkan
anak kelas 2 Fisika keadaan yang 
1 dan anggota geng melebih-lebihkan.
motor yang terkenal
di Bandung,
jabatannya adalah
Panglima Tempur.
98 Ih! Suaranya pelan, Pertentangan Kata yang bercetak
tapi rasanya seperti (Hiperbola) miring tersebut
petir. menggambarkan 

130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

keadaan yang
melebih-lebihkan.
99 Ya, aku bingumg Pertentangan Kata yang bercetak
gak ada jalan lain (Hiperbola) miring tersebut
rasanya.aku Cuma menggambarkan 
bisa berharap aku keadaan yang
akan tahu dengan melebih-lebihkan.
sendirinya.
100 Aku tidur dalam Pertentangan Kata yang bercetak
gelombang (Hiperbola) miring tersebut
perasaan yang menggambarkan 
kosong. keadaan yang
melebih-lebihkan.
101 Aku sempat Pertentangan Kata yang bercetak
menduga segera (Hiperbola) miring tersebut
habis itu, kawan- menggambarkan
kawan di kelas akan keadaan yang 
memberi siulan atau melebih-lebihkan.
apalah semacam

131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sorakan, nyatanya
tidak, nyatanya
tetap sunyi, seolah-
olah semua kawan
di kelas dibikinnya
bisu.
102 Kau adalah Pertentangan Kata yang bercetak
pecundang dan (Hiperbola) miring tersebut
harus masuk rumah menggambarkan
sakit jiwa secepat keadaan yang 
mungkin, atau melebih-lebihkan.
ditendang dengan
keras sampai
terlempar ke luar
angkasa.
103 Gerimis tidak besar, Pertentangan Kata yang bercetak
cuma berupa (Hiperbola) miring tersebut
arsiran kecil. Aku menggambarkan 
bisa melihatnya dari keadaan yang

132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sini, dari dalam melebih-lebihkan.


ruang tamu.
104 Seolah-olah dengan Pertentangan Kata yang bercetak
itu, dia sedang (Hiperbola) miring tersebut
sengaja menggambarkan
menggabungkan keadaan yang 
dirinya dengan aku melebih-lebihkan.
untuk membuat
kekuatan melawan
Dilan.
105 Berat sekali saat Pertentangan Kata yang bercetak
bilang “Ya” karena (Hiperbola) miring tersebut
aku tahu menggambarkan
sebenarnya aku keadaan yang 
bukan mau istirahat, melebih-lebihkan.
melainkan mau
bertemu dengan
orang yang akan
membuat kepalaku

133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

jadi sakit.
106 Lia ingin sama Pertentangan Kata yang bercetak
Beni, Mas, ingin (Hiperbola) miring tersebut
jadi pacar dia, kalau menggambarkan
perlu mungkin keadaan yang 
untuk selama- melebih-lebihkan.
lamanya, tapi
dengan sifat Beni
seperti itu,
kayaknya Lia harus
berubah dulu jadi
mannequin, biar
bisa diem terus
kalau dikasarin.
107 Sebagian diriku Pertentangan Kata yang bercetak
bagai hangus (Hiperbola) miring tersebut
rasanya, dibakar menggambarkan 
api cemburu yang keadaan yang
makin siang makin melebih-lebihkan.

134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

nyala, apalagi
ditambah oleh api
amarah ke Beni
yang belum padam
sepenuhnya.
108 Sunyi menjadi kuat, Pertentangan Kata yang bercetak
meguasaiku. Kau (Hiperbola) miring tersebut
tahu rasanya apa? menggambarkan
Menekan perasaan. keadaan yang 
Dan, air yang melebih-lebihkan.
datang dari mataku
membuat sungai
kecil di pipiku.
109 Aku senang bisa Pertentangan Kata yang bercetak
bertemu dengan (Hiperbola) miring tersebut
ibunya Dilan. Aku menggambarkan
senang. Aku senang keadaan yang 
bisa ngobrol melebih-lebihkan.
dengannya. Aku

135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

senang berjuta-juta
kali lipat.
110 Sekilas tadi, aku Pertentangan Kata yang bercetak
melihat Kang Adi (Hiperbola) miring tersebut
memandangku menggambarkan
dengan pandangan keadaan yang
yang heran, karena melebih-lebihkan. 
hari itu dia pasti
melihat aku sedikit
berbeda. Aku yang
hari itu adalah aku
yang gembira,
betul-betul bagai
orang baru saja
dapat lotre.
111 Aku duduk di sofa Pertentangan Kata yang bercetak
panjang untuk (Hiperbola) miring tersebut
meladeni Kang Adi menggambarkan 
dengan perasaan keadaan yang

136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seperti sedang melebih-lebihkan.


menghadapi Debt
Collector, karena
tujuan dia ke rumah
memang untuk
menagih, mau nagih
janjuku untuk ikut
ke ITB.
112 Aku beridiri dan Pertentangan Kata yang bercetak
pamit pada mereka, (Hiperbola) miring tersebut
lalu pergi ke ruang menggambarkan 
tengah di susul oleh keadaan yang
Kang Adi, rasanya melebih-lebihkan.
aku merasa
bahagia bebas dari
penjara.
113 Tiba-tiba tangan Pertentangan Kata yang bercetak
kananya, (Hiperbola) miring tersebut
memegang tangan menggambarkan 

137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kiriku. Ia tatap keadaan yang


mataku dan melebih-lebihkan.
senyum. Aku juga
begitu kepadanya.
Lalu, aku merasa
sedang ditarik ke
dalam pusaran
yang begitu manis
rasanya.
114 Mendengar apa Pertentangan Kata yang bercetak
yang sudah (Hiperbola) miring tersebut
dikatakan Si Bibi menggambarkan
ke Dilan di telepon, keadaan yang 
serta merta melebih-lebihkan.
membuat seluruh
tubuhku jatuh
lemas.
115 Jantungku berdebar Pertentangan Kata yang bercetak
hebat dipenuhi rasa (Hiperbola) miring tersebut 

138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

cemas oleh risiko menggambarkan


buruk yang akan keadaan yang
kudapatkan. melebih-lebihkan.
116 Saat itu aku merasa Pertentangan Kata yang bercetak
lebih baik tidak (Hiperbola) miring tersebut
pernah ada di bumi menggambarkan 
dari pada keadaan yang
dilahirkan tetapi melebih-lebihkan.
harus mendapatkan
ersoalan macam ini.
117 “ada Dilan, Pertentangan Kata yang bercetak
Bunda?” tanyaku (Hiperbola) miring tersebut
dengan suara yang menggambarkan
kupaksa bisa keadaan yang 
terdengar biasa, melebih-lebihkan.
walau sebenarnya
jauh di dalam diriku
sedang menahan
tangisan, sedang

139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menahan gejolak
perasaan yang
rusuh dan pikiran
yang kalut.
118 Ya, runtuh, sebetul- Pertentangan Kata yang bercetak
betulnya runtuh, (Hiperbola) miring tersebut
menimbunku dalam menggambarkan
keadaan masih keadaan yang 
hidup untuk bisa melebih-lebihkan.
berkata: “Dilan,
Dilanku, wajar
kalau kau marah,
tetapi jangan, ya,
Dilan, biar bisa kau
maafkan.
119 Saat itu, Pertentangan Kata yang bercetak
perasaanku bagai (Hiperbola) miring tersebut
melambung ke menggambarkan 
angkasa yang keadaan yang

140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sangat luas dan melebih-lebihkan.


penuh oleh aneka
macam warna
kesukaan.
120 “Nyari Dilan!” kata Pertentangan Kata yang bercetak
Anhar yang duduk (Hiperbola) miring tersebut
dekat Susi, dia menggambarkan
bicara seraya keadaan yang
makan kue dan melebih-lebihkan. 
tidak
memandangku.
Nada suaranya gak
enak didengar,
membangkitkan
imajinasi untuk
ingin merobek
mulutnya.
121 Aku peluk Dilan Pertentangan Kata yang bercetak
dengan erat sekali. (Hiperbola) miring tersebut

141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Aku memeluknya menggambarkan 


seperti kepada keadaan yang
harta karun. melebih-lebihkan.
122 “Maaf ini. Agak Pertentangan Kata yang bercetak
berantakan (Litotes) miring tersebut
rumahnya,” kata mengungkapkan atau 
ibuku. menyatakan sesuatu
yang positif dengan
bentuk yang negatif.
123 Dia bicara lagi Pertentangan Kata yang bercetak
setelah diam (Oksimoron) miring tersebut
beberapa saat mengandung 
sebelumnya. pertentangan dengan
menggunakan kata-
kata yang berlawanan
dalam frase yang
sama.
124 Aku tahu harusnya Pertentangan Kata yang bercetak
aku bersikap biasa (Oksimoron) miring tersebut

142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

saja, tapi entah mengandung 


gimana, saat itu pertentangan dengan
secara reflex aku menggunakan kata-
menjadi salah kata yang berlawanan
tingkah. dalam frase yang
sama.
125 Mungkin dia Pertentangan Kata yang bercetak
bercanda, atau (Oksimoron) miring tersebut
mungkin dia serius. mengandung 
pertentangan dengan
menggunakan kata-
kata yang berlawanan
dalam frase yang
sama.
126 Dia menyapa Pertentangan Kata yang bercetak
orang-orang yang (Oksimoron) miring tersebut
ada di luar, dan mengandung 
langsung masuk ke pertentangan dengan
dalam. menggunakan kata-

143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kata yang berlawanan


dalam frase yang
sama.
127 Gerimisnya tidak Pertentangan Kata yang bercetak
besar, Cuma berupa (Oksimoron) miring tersebut
seperti arsiran kecil. mengandung
pertentangan dengan 
menggunakan kata-
kata yang berlawanan
dalam frase yang
sama.
128 Mungkin buat kamu Pertentangan Kata yang bercetak
itu gampang, tapi (Oksimoron) miring tersebut
enggak tahu kenapa mengandung 
bagiku rasanya pertentangan dengan
susah. menggunakan kata-
kata yang berlawanan
dalam frase yang
sama.

144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129 Enak aja, belum Pertentangan Kata-kata yang


kenal sudah (Satire) mengungkapkan
mengajak semotor. penolakan atau
Bagaimana bisa menertawakan
begitu mudah sesuatu. 
baginya? Aku tidak
bisa mengerti.
130 “Aku ramal,” Pertentangan Kata-kata yang
katanya. “Kamu (Satire) mengungkapkan
akan segera tahu penolakan atau
namaku.” menertawakan
Udah deh! Udah sesuatu. 
tahu! Kamu Dilan
kan? Panglima
Tempur geng
motor, kan? Geng
motor yang suka
bikin onar itu kan?
131 Cuma kado panda, Pertentangan Kata-kata yang

145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kalau ada uangnya, (Satire) mengungkapkan


semua orang juga penolakan atau
bisa beli. menertawakan 
sesuatu.
132 “jangan mentang- Pertentangan Kata-kata yang
mentang anak (Satire) mengungkapkan
kalong, lah! Biasa penolakan atau 
aja! Gak takut!” menertawakan
sesuatu.

133 “Nenek yang bawa Pertentangan Kata-kata yang


motor?” Dilan (Satire) mengungkapkan
nanya ke Bibi Asih penolakan atau
sambil menertawakan 
menyodorkan kunci sesuatu.
motor.
“Gak bisa,” jawab
Bibi Asih.
134 Kalau dia sayang, Pertentangan Kata-kata yang
dia harus (Satire) mengungkapkan

146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

membuktikannya penolakan atau 


dengan perbuatan. menertawakan
Kalau Cuma sesuatu.
ngomong doang
semua orang juga
bisa!
135 “Gue butuh laki- Pertentangan Kata-kata yang
laki yang bisa (Satire) mengungkapkan
nolong gue, bukan penolakan atau 
laki-laki yang menertawakan
meminta tolong.” sesuatu.
136 “Maksud lu, gue Pertentangan Kata-kata yang
harus nerima lu apa (Satire) mengungkapkan
adanya? Nerima elu penolakan atau 
yang bilang gue menertawakan
pelacur?”. “Udah, sesuatu.
jangan bahas itu
lagi. Gue nyessel.”
137 “Tidak mencintai, Pertentangan Kata-kata yang

147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tidak berarti (Satire) mengungkapkan


membencinya.” penolakan atau
menertawakan 
sesuatu.
138 “Kalau harus hati- Pertentangan Kata-kata yang
hati, termasuk ke (Satire) mengungkapkan
Kang Adi juga penolakan atau 
dong? He he he” menertawakan
sesuatu.
139 “Guru itu digugu Pertentangan Kata-kata yang
dan ditiru, kalau dia (Satire) mengungkapkan
mengajariku penolakan atau 
menampar, aku juga menertawakan
akan menampar.” sesuatu.
140 “Masuk, yuk?” Pertentangan Kata-kata yang
kuajak Dilan. “Iya.” (Satire) mengungkapkan
“Gak enak penolakan atau 
nganggurin monyet, menertawakan
ha ha ha ha,”kataku. sesuatu.

148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141 “ Yaaa, kan orang Pertentangan Kata-kata yang


bisa sandiwara, Lia. (Satire) mengungkapkan
Namanya penolakan atau
pendekatan, ya, menertawakan
pasti gitulah.” sesuatu. 
“Kang Adi baik ke
Lia, ngasih novel,
ngasih sweater,
sandiwara bukan?”
142 Dia tampan, Pertentangan Kata-kata yang
meskipun tidak (Inuendo) mengungkapkan
tampan-tampan sindiran dengan 
amat, tapi cukup mengecilkan
dan kukira dia baik. kenyataan
sebenarnya.
143 Jangan biarkan dia Pertentangan Kata-kata yang
melakukan apapun (Inuendo) mengungkapkan
yang akan membuat sindiran dengan 
aku dalam mengecilkan

149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kesulitan. Aku tidak kenyataan


ingin membuang sebenarnya.
waktu untuk
mengenal anak
nakal seperti itu
secara lebi jauh.
144 Kalau dia ingin jadi Pertentangan Kata-kata yang
pacarku, katakanlah (Inuendo) mengungkapkan
begitu, aku yakin sindiran dengan 
dia akan minder mengecilkan
setelah tahu siapa kenyataan
Beni. sebenarnya.
145 Sebenarnya aku Pertentangan Kata-kata yang
risih dengan (Inuendo) mengungkapkan
kehadiran Dilan. sindiran dengan 
Tapi, mau gimana mengecilkan
lagi? Masa, harus kenyataan
kuusir. Gak enak. sebenarnya.
146 Menurutku, Pertentangan Kata-kata yang

150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

andaikan saja (Inuendo) mengungkapkan


semua anggota sindiran dengan
geng motor macam mengecilkan
Dilan, mungkin tak kenyataan
ada anggota geng sebenarnya.
motor seperti
Anhar. Maksudku, 
meskipun keduanya
anak berandal, tapi
Dilan pintar dan
selalu mendapat
ranking pertama di
kelasnya.
Sedangkan Anhar
pernah tidak naik
kelas.

147 Tak ada maksud Pertentangan Kata-kata yang


dengan ini ingin (Inuendo) mengungkapkan

151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

membela Dilan, sindiran dengan 


seolah hal ini mengecilkan
kukatakan bahwa kenyataan
Dilan itu malaikat sebenarnya.
dan Anhar itu setan.
148 Itulah Pertentangan Kata-kata yang
pendapatku tentang (Inuendo) mengungkapkan
Anhar sebagai anak sindiran dengan 
geng motor yang mengecilkan
paling pecundang di kenyataan
dunia yang sebenarnya.
membuatku kecewa
karena justru malah
banyak Anhar-
Anhar lain yang
bermunculan di
zaman sekarang ini.
149 Lia ingin pacaran Pertentangan Kata-kata yang
dengan orang yang (Inuendo) mengungkapkan

152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dia tahu yang Lia sindiran dengan 


sukai tanpa perlu mengecilkan
Lia beritahu, yang kenyataan
membuktikan ke sebenarnya.
Lia bahwa cinta itu
ada tetapi bukan
oleh apa yang
dikatakannya
melainkan oleh
sikap dan
perbuatannya
150 “iya. Maksud Kang Pertentangan Kata-kata yang
Adi berkawan, sih, (Inuendo) mengungkapkan
boleh, tapi jangan sindiran dengan 
terlalu bebas, apa mengecilkan
lagi laki-laki.” kenyataan
sebenarnya.
151 “Siapapun dia, biar Pertentangan Kata-kata yang
guru juga, kalau (Inuendo) mengungkapkan

153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gak menghargai sindiran dengan 


orang lain, gak akan mengecilkan
dihargai.” kenyataan
sebenarnya.
152 Aku merasa seperti Pertentangan Kata-kata yang
menjadi Milea yang (Inuendo) mengungkapkan
ikut campur sindiran dengan 
urusannya. Menjadi mengecilkan
Milea yang kenyataan
mengatur-ngatur sebenarnya.
hidupnya.

153 “Kamu cemburu Pertentangan Kata-kata yang


aku pergi dengan (Inuendo) mengungkapkan
Kang Adi?” sindiran dengan 
kutanya. mengecilkan
“Ah, cemburu itu kenyataan
hanya untuk orang sebenarnya.
yang enggak

154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

percaya diri.”
“Jadi?” tanyaku.
“Dan sekarang, aku
sedang tidak
percaya diri.”
154 Aku ceritakan Pertentangan Kata-kata yang
semuanya dari (Klimaks) mengandung urut-
mulai awal bertemu urutan pikiran yang 
Dilan, sampai semakin meningkat
tentang banyak hal kepentingannya dari
yang sudah ia gagasan sebelumnya.
usahakan untuk
melakukan
pendekatan.
155 Selama Cuma Pertentangan Kata-kata yang
pacaran, kukira, aku (Klimaks) mengandung urut-
masih punya hak urutan pikiran yang 
untuk memilih, semakin meningkat
sampai bisa kepentingannya dari

155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kudapati seseorang gagasan sebelumnya.


yang pantas ku
nikahi!
156 Pesertanya diambil Pertentangan Kata-kata yang
dari tiap kelas, (Klimaks) mengandung urut-
sebanyak tiga urutan pikiran yang 
orang, yaitu mereka semakin meningkat
yang tercatat kepentingannya dari
sebagai siswa yang gagasan sebelumnya.
selalu mendapat
ranking 1,2, dan 3.
157 Satu sesi Pertentangan Kata-kata yang
menampilkan tiga (Klimaks) mengandung urut-
group. Group A,B, urutan pikiran yang 
dan C. semakin meningkat
kepentingannya dari
gagasan sebelumnya.
158 Tetapi selesai Pertentangan Kata-kata yang
babak satu, babak (Klimaks) mengandung urut

156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dua, dan tiga, hasil urutan pikiran yang 


perhitungan nilai semakin meningkat
menujukan group kepentingannya dari
Dilan dapat posisi gagasan sebelumnya.
kedua.
159 Tahun 2001, Ibu Pertentangan Kata-kata yang
Rini meninggal (Klimaks) mengandung urut-
dunia akibat urutan pikiran yang 
kecelakaan yang semakin meningkat
terjadi di Tanjakan kepentingannya dari
maut di daerah gagasan sebelumnya.
Cisandaan,
Kampung Halimu,
Kecamatan
Pamulihan, Garut.
160 “SD,SMP,saya Pertentangan Kata-kata yang
amah bareng sama (Klimaks) mengandung urut-
Dilan terus.” Kata urutan pikiran yang 
Piyan. semakin meningkat

157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kepentingannya dari
gagasan sebelumnya.
161 Sebagian besar Pertentangan Gagasan yang
berkumpul di ruang (Antiklimaks) diurutkan dari
tengah, dan aku di terpenting ke gagasan 
situ, bergabung kurang penting.
bersama ayah, ibu,
dan adikku.
162 Aku tidak bisa Pertentangan Berpura-pura
berbuat banyak, (Apofasis atau menyembunyikan
satu-satunya jalan Preterisio) atau merahasiakan
aku harus membuat sesuatu, tetapi
Dilan pergi, sebetulnya 
meskipun aku memamerkan.
sangat suka ada
Dilan di rumahku,
apa lagi sedang
seru-serunya, tapi
ini bukan waktu

158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang tepat.
163 Lia ingin sama Pertentangan Berpura-pura
Beni, Mas, ingin (Apofasis atau menyembunyikan
jadi pacar dia, kalau Preterisio) atau merahasiakan 
perlu mungkin sesuatu, tetapi
untuk selama- sebetulnya
lamanya, tapi memamerkan.
dengan sifat Beni
seperti itu, kayanya
Lia harus berubah
dulu jadi
mannequin. Biar
bisa diem terus
kalau dikasarin.

159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 1

Hasil analisis majas dalam novel “Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990

Karya Pidi Baiq”

Berikut ini merupakan hasil analisis majas dalam novel Dilan: Dia Adalah

Dilanku Tahun 1990 Karya Pidi Baiq”. Analisis yang dilakukan pada novel

Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 Karya Pidi Baiq” ditemukan beberapa

majas di dalamnya yaitu perumpamaan satu kalimat, personifikasi sembilan

kalimat, depersonifikasi lima kalimat, antitesis sebelas kalimat, perifrasis tiga

belas kalimat, metonimia sepuluh kalimat, sinekdoke sembilan kalimat, alusi tujuh

kalimat, antonomasia sebelas kalimat, erotesis tujuh belas kalimat, hiperbola dua

puluh delapan kalimat, litotes satu kalimat, oksimoron enam kalimat, satire tiga

belas kalimat, innuendo dua belas kalimat, klimaks tujuh kalimat, antiklimaks satu

kalimat, apofasis atau preteresio tiga kalimat.

No Data Majas Keterangan Halaman

1 Aku senyum Perbandingan Kata-kata yang 61

melihat cara Dilan (Perumpamaan) bercetak miring

menghormat Ibu tersebut

Sri, dia tegak membandingkan

badannya, lalu dua hal yang

tangannya ia berlainan.

161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tempelkan di jidat.

Itu benar-benar

jadi seperti hormat

kepada komandan,

atau seperti

kepada bendera.

2 Cahaya matahari Perbandingan Kata-kata yang 19

yang menerobos (Personofikasi) bercetak miring

dedaunan, tersebut melekatkan

membuat bercakan sifat insani pada

cahaya di jalan kata cahaya

aspal yang sedang matahari yang

aku lalui. menerobos

dedaunan yang

merupakan benda

mati.

3 Aku hanya berpikir Perbandingan Kata-kata yang 20

dia adalah salah (Personofikasi) bercetak miring

satu dari anak tersebut melekatkan

nakal di dunia, sifat insani pada

yang suka kata pikiranku

menggoda wanita mengembara

di jalan. Pikiranku merupakan benda

162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengembara. mati.

4 Hujan teruslah Perbandingan Kata-kata yang 135

turun, mari temani (Personofikasi) bercetak miring

air mataku. tersebut melekatkan

sifat insani pada

kata hujan teruslah

turun, mari temani

air mataku

merupakan benda

mati.

5 Air yang datang Perbandingan Kata-kata yang 150

dari mataku (Personofikasi) bercetak miring

membuat sungai tersebut melekatkan

kecil dipipiku. sifat insani pada

kata Air yang

datang dari mataku

membuat sungai

merupakan benda

mati.

6 Menelusuri trotoar Perbandingan Kata-kata yang 299

di bawah naungan (Personofikasi) bercetak miring

pohon-pohon yang tersebut melekatkan

daunnya sifat insani pada

163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menyimpan sisa- kata pohon-pohon

sisa kabut. yang daunnya

menyimpan sisa-

sisa kabut

merupakan benda

mati.

7 Suaraku terdengar Perbandingan Kata-kata yang 340

seperti hati-hati. (Personofikasi) bercetak miring

tersebut melekatkan

sifat insani pada

kata suaraku

terdengar seperti

hati-hati

merupakan benda

mati.

8 Angin untuk Perbandingan Kata-kata yang 343

meniup rambutmu. (Personofikasi) bercetak miring

Aku untuk tersebut melekatkan

mencintaimu. sifat insani pada

kata angina untuk

meniup rambutmu

merupakan benda

mati.

164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9 Aku lekas masuk Perbandingan Kata-kata yang 50

kamar bersama (Personofikasi) bercetak miring

piring makan tersebut melekatkan

malamku dan sifat insani pada

bersama kata bersama piring

perasaanku yang makan malamku

langsung tak dan bersama

karuan, perasaanku

merupakan benda

mati.

10 Papan pembatas Perbandingan Kata-kata yang 61

kelas itu jatuh, (Personofikasi) bercetak miring

menimpa papan tersebut melekatkan

tulis dan sifat insani pada

menggulingkan kata Papan

Presiden Indonesia, pembatas kelas itu

Soeharto, dalam jatuh, menimpa

bentuknya sebagai papan tulis dan

foto yang dikasi menggulingkan

pigura. Presiden Indonesia,

Soeharto

merupakan benda

mati.

165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11 Aku tahu Beni, jika Perbandingan Kata-kata yang 57

kukatakan, justru (Depersonifikasi) bercetak miring Dia

akan menambah itu sumbunya

masalah dari pada pendek, gampang

berusaha meledak yaitu

menyelesaikannya. membandingkan

Dia itu sumbunya sifat manusia

pendek, gampang dengan sifat benda.

meledak.

12 Tetapi dengan sifat Perbandingan Kata-kata yang 132

Beni seperti itu, (Depersonifikasi) bercetak miring

kayanya Lia harus kayanya Lia harus

berubah dulu jadi berubah dulu jadi

mannequin. Biar mannequin yaitu

bisa diem terus membandingkan

kalau dikasarin. sifat manusia

Biar gak melawan dengan sifat benda.

kalau diapa-apain.

13 Sebagian dari Perbandingan Kata-kata yang 148

diriku hangus (Depersonifikasi) bercetak miring apa

rasanya, dibakar lagi ditambah oleh

api cemburu yang api amarah ke Beni

semakin siang yang belum padam

166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

semakin menyala, sepenuhnya yaitu

apa lagi ditambah membandingkan

oleh api amarah ke sifat manusia

Beni yang belum dengan sifat benda.

padam

sepenuhnya.

14 Aku diam sambil Perbandingan Kata-kata yang 247

memandangnya (Depersonifikasi) bercetak miring

dengan tajam. Aku diam sambil

memandangnya

dengan tajam yaitu

membandingkan

sifat manusia

dengan sifat benda.

15 “Lia, kan suka Perbandingan Kata-kata yang 278

cerita kamu. Jadi (Depersonifikasi) bercetak miring

penasaran kaya Masih orisinil.

gimana Dilan itu?” Belum di modif

kata Ibu senyum. yaitu

“Kaya gini aja,” membandingkan

jawab Dilan. sifat manusia

“Masih orisinil. dengan sifat benda.

Belum di modif.”

167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16 Tempat tumbuh Perbandingan Kata-kata yang 16

berbagai bunga dan (Antitesis) bercetak miring

satu pohon jambu, suka kesel

yaitu jambu batu, perbandingan atara

yang ibuku suka dua antonim.

kesel kalau sudah

mulai banyak

ulatnya.

17 Sebagian ada yang Perbandingan Kata-kata yang 19

jalan berkelompok, (Antitesis) bercetak miring

sedangkan aku “sebagian ada yang

berjalan sendirian, jalan berkelompok,

menembus kabut sedangkan aku

tipis bersama berjalan sendirian”

udaranya yang perbandingan atara

dingin. dua antonim.

18 Langsung Perbandingan Kata-kata yang 28

kusimpan surat itu (Antitesis) bercetak miring

di dalam laci meja “langsung pergi ke

belajar, sambil kamar mandi,

senyum-senyum menemui sepatuku”

sendirian, dan perbandingan atara

langsung pergi ke dua antonim.

168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kamar mandi,

menemui sepatuku.

19 Aku masih diam Perbandingan Kata-kata yang 36

tapi sebetulnya (Antitesis) bercetak miring

ingin teriak tepat “Aku masih diam

dikupingnya. tapi sebetulnya

ingin teriak tepat

dikupingnya.”

perbandingan atara

dua antonim.

20 Aku tahu Perbandingan Kata-kata yang 44

seharusnya aku (Antitesis) bercetak miring

bersikap biasa- “Aku tahu

biasa saja, tapi seharusnya aku

entah gimana, saat bersikap biasa-

itu secara reflex biasa saja, tapi

aku menjadi salah entah gimana, saat

tingkah. itu secara reflex aku

menjadi salah

tingkah.”

perbandingan atara

dua antonim.

21 Tak ada maksud Perbandingan Kata-kata yang 88

169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan ini ingin (Antitesis) bercetak miring

kubela Dilan, “Dilan itu malaikat

seolah hal ini dan Anhar itu

kukatakan bahwa setan”

Dilan itu malaikat perbandingan atara

dan Anhar itu dua antonim.

setan.

22 Lia setuju, dia juga Perbandingan Kata-kata yang 132

manusia, memiliki (Antitesis) bercetak miring

kekurangan dan kekurangan dan

kelebihan. kelebihan

perbandingan atara

dua antonim.

23 Lia selalu merasa Perbandingan Kata-kata yang 133

nyaman jika berada (Antitesis) bercetak miring

di dekatnya dan “Lia selalu merasa

rindu jika jauh. nyaman jika berada

di dekatnya dan

rindu jika jauh.”

perbandingan atara

dua antonim.

24 Aku juga pernah Perbandingan Kata-kata yang 231

pacaran dan putus. (Antitesis) bercetak miring

170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Aku juga pernah

pacaran dan

putus.”

perbandingan atara

dua antonim.

25 Oleh karena itu aku Perbandingan Kata-kata yang 243

langsung jadi was- (Antitesis) bercetak miring

was, meskipun “meskipun belum

belum ada ada kepastian

kepastian apakah apakah itu benar

itu benar atau atau salah.”

salah. perbandingan atara

dua antonim.

26 Dia pergi ke Perbandingan Kata-kata yang 271

kamarnya, lalu (Antitesis) bercetak miring

datang kembali “Dia pergi ke

dengan membawa kamarnya, lalu

selimut. datang kembali

dengan membawa

selimut”

perbandingan atara

dua antonim.

27 Sepanjang waktu Perbandingan Menggunakan kata- 14

171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

selalu siap untuk (Perifrasis) kata lebih banyak

nyanyi dan dari pada yang

bersenandung di dibutuhkan.

mana saja. “Sepanjang waktu

selalu siap untuk

nyanyi dan

bersenandung di

mana saja.

“(=menyanyi)

28 Sehingga untuk Perbandingan Menggunakan kata- 17

bisa sampai di (Perifrasis) kata lebih banyak

sekolah, aku harus dari pada yang

mau berjalan dibutuhkan.

sespanjang kira- “Sehingga untuk

kira 300 meter. bisa sampai di

sekolah, aku harus

mau berjalan

sespanjang kira-kira

300 meter.” (= jalan

kaki)

29 Bagiku, selain Perbandingan Menggunakan kata- 17

bagus dan (Perifrasis) kata lebih banyak

romantis, sekolah dari pada yang

172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

itu adalah tempat dibutuhkan.

khusus yang “Bagiku, selain

menyimpan bagus dan romantis,

kenangan masa sekolah itu adalah

laluku ketika masih tempat khusus yang

SMA. menyimpan

kenangan masa

laluku ketika masih

SMA.”

(=kenangan)

30 Kumasukin Perbandingan Menggunakan kata- 24

suratnya ke dalam (Perifrasis) kata lebih banyak

tas sekolah, untuk dari pada yang

kembali menyimak dibutuhkan.

Nandan yang “Kumasukin

banyak bicara suratnya ke dalam

tentang ini itu, tas sekolah, untuk

yang lumayan kembali menyimak

membosankan. Nandan yang

banyak bicara

tentang ini itu, yang

lumayan

membosankan.”(=

173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

cerewet).

31 Berat sekali saat ku Perbandingan Menggunakan kata- 122

bilang “iya” karena (Perifrasis) kata lebih banyak

aku tahu dari pada yang

sebenarnya aku dibutuhkan. “Berat

bukan mau sekali saat ku

istirahat, bilang “iya” karena

melainkan mau aku tahu

bertemu dengan sebenarnya aku

orang yang akan bukan mau

membuat kepalaku istirahat, melainkan

jadi sakit. mau bertemu

dengan orang yang

akan membuat

kepalaku jadi

sakit.”(=menyebalk

an).

32 Sekarang Perbandingan Menggunakan kata- 124

informasi, Bi Asih (Perifrasis) kata lebih banyak

meninggal dunia dari pada yang

pada tahun 1998. dibutuhkan.

“Sekarang

informasi, Bi Asih

174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

meninggal dunia

pada tahun

1998.”(= wafat)

33 Kau tahu, rasanya Perbandingan Menggunakan kata- 150

apa? Menekan (Perifrasis) kata lebih banyak

perasaan dan air dari pada yang

yang datang dari dibutuhkan. “Kau

mataku membuat tahu, rasanya apa?

sungai kecil di Menekan perasaan

pipiku. dan air yang datang

dari mataku

membuat sungai

kecil di pipiku.”(=

menangis).

34 Mungkin buat Perbandingan Menggunakan kata- 220

kamu itu gampang, (Perifrasis) kata lebih banyak

tapi engga tahu dari pada yang

kenapa bagiku itu dibutuhkan.

rasanya susah. “Mungkin buat

kamu itu gampang,

tapi enggak tahu

kenapa bagiku itu

rasanya susah.”(=

175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sulit).

35 Tadi waktu aku di Perbandingan Menggunakan kata- 229

sekolah, aku benar- (Perifrasis) kata lebih banyak

benar merasa gak dari pada yang

semangat, soalnya dibutuhkan. “Tadi

gak ada Dilan. waktu aku di

sekolah, aku benar-

benar merasa gak

semangat, soalnya

gak ada Dilan.”(=

lesu).

36 Pada saat Perbandingan Menggunakan kata- 247

bersamaan aku (Perifrasis) kata lebih banyak

lihat Dilan dari pada yang

menyerahkan dibutuhkan. “Pada

kertas yang penuh saat bersamaan aku

coretan kepada lihat Dilan

kawannya itu. menyerahkan kertas

yang penuh coretan

kepada kawannya

itu.”(= surat).

37 Mendadak Perbandingan Menggunakan kata- 281

perasaanku seperti (Perifrasis) kata lebih banyak

176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dilanda sesuatu dari pada yang

yang sungguh sulit dibutuhkan.

kuungkapkan. “Mendadak

perasaanku seperti

dilanda sesuatu

yang sungguh sulit

kuungkapkan.”(=

bingung).

38 Kedua tangannya Perbandingan Menggunakan kata- 282

masih memegang (Perifrasis) kata lebih banyak

kedua tanganku. dari pada yang

Dia lakukan dibutuhkan. “Dia

dengan sikap lakukan dengan

seolah-olah dirinya sikap seolah-olah

seorang anak yang dirinya seorang

sedang memohon anak yang sedang

bantuan. memohon

bantuan.”(= minta

tolong).

39 Saat itu, Perbandingan Menggunakan kata- 316

perasaanaku bagai (Perifrasis) kata lebih banyak

melambung ke dari pada yang

angkasa yang dibutuhkan. “Saat

177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sangat luas dan itu, perasaanaku

penuh oleh aneka bagai melambung

macam warna ke angkasa yang

kesukaan. sangat luas dan

penuh oleh aneka

macam warna

kesukaan.”(=

bahagia).

40 Meluk boneka, mau Pertautan Kalimat yang 69

bentuknya panda, (Metonimia) bercetak miring

mau bentuknya menggunakan nama

monyet, mau merk/label suatu

semut, mau kuman, barang/benda yang

bagaimana bisa berkaitan erat

kurasakan seolah dengannya.

aku sama dengan

memeluk orang

yang memberinya?

Mungkin ada yang

bisa seperti iitu,

tapi aku tidak,

kecuali boneka itu

bikinannya sendiri.

178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41 Dengan rasa Pertautan Kalimat yang 74

penasaran, pelan- (Metonimia) bercetak miring

pelan kusobek menggunakan nama

ujung dari merk/label suatu

pembungkus kado barang/benda yang

itu. Dan, baiklah, berkaitan erat

langsung kuberi dengannya.

tahu apa isinya:

buku TTS!!!

42 Nama Susiana, Pertautan Kalimat yang 147

biasa dipanggil (Metonimia) bercetak miring

Susi, atau Susi menggunakan nama

Black karena merk/label suatu

hitam, tapi kukira barang/benda yang

dia manis dan berkaitan erat

cantik. Dia anak dengannya.

kelas 2 Sosial 2.

Anak pemilik toko

mas Indah Jaya

yang punya outlet

di Parahyangan

Plaza.

43 Kata Rani, Susi Pertautan Kalimat yang 147

179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

suka main ke (Metonimia) bercetak miring

Studio East di menggunakan nama

Cihampelas, atau merk/label suatu

ke Lipstick Roller barang/benda yang

Disko bersama berkaitan erat

teman-temannya di dengannya.

Palaguna Plaza

(daerah Alun-Alun

Bandung).

44 Sestelah semuanya Pertautan Kalimat yang 183

itu, kami pergi (Metonimia) bercetak miring

bersama ibunya menggunakan nama

Dilan yang nyetir merk/label suatu

sendiri mobil barang/benda yang

Nissan Patrolnya. berkaitan erat

Itu adalah Nissan dengannya.

Patrol tahun 1960

berwarna hijau tua.

45 “Pas ulang tahun, Pertautan Kalimat yang 205

dulu ayahnya, kan, (Metonimia) bercetak

ngasih hadiah menggunakan nama

Tafsir Al-Azhar,” merk/label suatu

kata Bunda. barang/benda yang

180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Langgsung dia berkaitan erat

baca semuanya. Itu dengannya.

buku tafsir karya

Hamka.”

46 Setelah itu, Kang Pertautan Kalimat yang 235

Adi pergi entah (Metonimia) bercetak

kemana, tak lama menggunakan nama

datang lagi, merk/label suatu

membawa barang/benda yang

makanan beserta berkaitan erat

botol besar dengannya.

minuman coca

cola.

47 Setelah mandi dan Pertautan Kalimat yang 302

ganti pakaian, (Metonimia) bercetak miring

akhirnya aku pergi menggunakan nama

dengan Kang Adi merk/label suatu

ke ITB dengan barang/benda yang

naik mobil Coralla berkaitan erat

DX-nya. dengannya.

48 Itu cuma satu buku Pertautan Kalimat yang 305

TTS, Kang Adi, (Metonimia) bercetak miring

kata ku dalam hati, menggunakan nama

181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bukan handycraft merk/label suatu

yang indah dan barang/benda yang

unik atau mahal, berkaitan erat

tapi bagiku, dengannya.

nyatanya itu lebih

unik karena sudah

pasti berbeda dari

yang lain.

49 Dilan dan Pertautan Kalimat yang 343

Mileanya lagi (Metonimia) bercetak miring

sibuk pacaran, menggunakan nama

berdua di atas merk/label suatu

motor CB 100, barang/benda yang

mengarungi Jalan berkaitan erat

Batu di bawah dengannya.

naungan awan

yang sedang

mendung.

50 Di kelas, sebelum Pertautan Kalimat yang 22

pelajaran dimulai, (Sinekdoke) bercetak miring

aku cerita ke Rani menyebutkan nama

dan Nandan sebagian sebagai

tentang ada pengganti nama

182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seorang anak SMA keseluruhan.

bermotor yang tadi

mau meramalkku.

51 Pada waktu kami Pertautan Kalimat yang 23

sedang ngobrol, (Sinekdoke) bercetak miring

muncul seseorang menyebutkan nama

yang bilang sebagian sebagai

permisi, lalu masuk pengganti nama

ke kelas. keseluruhan.

52 Aslinya sih hanya Pertautan Kalimat yang 25

anak nakal,yang (Sinekdoke) bercetak miring

suka iseng menyebutkan nama

menggoda sebagian sebagai

perempuan. pengganti nama

keseluruhan.

53 Sang Peramal itu Pertautan Kalimat yang 31

ada di sana, berdiri (Sinekdoke) bercetak miring

di depan, menyebutkan nama

menghadap kearah sebagian sebagai

kami, bersama dua pengganti nama

kawannya. keseluruhan.

54 Aku bingung harus Pertautan Kalimat yang 35

gimana dan (Sinekdoke) bercetak miring

183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berusaha menyebutkan nama

memastikan sebagian sebagai

bahwa kawan- pengganti nama

kawanku diangkot, keseluruhan.

tidak mendegar apa

yang dikatakan.

55 Kamu Dilan kan? Pertautan Kalimat yang 36

Panglima Tempur (Sinekdoke) bercetak miring

geng motor, kan? menyebutkan nama

Geng motor yang sebagian sebagai

suka bikin onar itu, pengganti nama

kan? keseluruhan.

56 “Tuh angkotnya,” Pertautan Kalimat yang 37

kata ku menunjuk (Sinekdoke) bercetak miring

angkot yang akan menyebutkan nama

lewat. sebagian sebagai

pengganti nama

keseluruhan.

57 Waktu itu, kawan- Pertautan Kalimat yang 48

kawanku sibuk (Sinekdoke) bercetak miring

dengan dirinya menyebutkan nama

sendiri, seolah-olah sebagian sebagai

tidak merasa pengganti nama

184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

reganggu oleh keseluruhan.

kehadiran Dilan,

meskipun aku

yakin mereka pasti

tidak suka.

58 Dia memang Pertautan Kalimat yang 223

bilang ke aku (Sinekdoke) bercetak miring

bahwa dia mau jadi menyebutkan nama

guideku. Katanya sebagian sebagai

biar aku bisa lebih pengganti nama

tahu Bandung. keseluruhan.

59 Aku tidak mengerti Pertautan Menunjukkan 31

apa sebabnya (Alusi) secara tidak

seseorang sampai langsung ke suatu

disebut PKI hanya peristiwa atau

gara-gara tidak ikut tokoh berdasarkan

upacara bendera. peranggapan

Entahlah. Apakah adanya

karena aku hidup pengetahuan yang

di jaman dimiliki pengarang

ORBA(Orde dan pembaca/ suatu

Baru). hal di masa lalu.

60 Sebetulnya yang Pertautan Menunjukkan 43

185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

disebut warung Bu (Alusi) secara tidak

Eem itu, adalah langsung ke suatu

berupa rumah peristiwa atau

zaman baheula, tokoh berdasarkan

yaitu rumah antik peranggapan

peninggalan orang adanya

yang lumayan kaya pengetahuan yang

di zaman dulu. dimiliki pengarang

Rumah itu tidak dan pembaca/ suatu

keurus karena hal di masa lalu.

suami Bu Eem

sebagai

keturunannya,

secara ekonomis

tidak senasib

dengan leluhurnya,

bahkan suami Bu

Eem berstatus

pengagguran.

61 Konon, diawali Pertautan Menunjukkan 90

oleh adanya (Alusi) secara tidak

peristiwa itu, Dilan langsung ke suatu

pernah dirawat di peristiwa atau

186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Rumah Sakit tokoh berdasarkan

Borromeus. Dia peranggapan

masih ingat waktu adanya

itu dirawat di pengetahuan yang

Ruang Yosep dimiliki pengarang

kamar 1520, dan dan pembaca/ suatu

koma selama satu hal di masa lalu.

hari akibat terkena

tusukan di

perutnya. Dicurigai

sebagai balasan

yang harus Dilan

terima. Itu terjadi

di daerah Jalan

Merdeka,

Bandung.

62 Tahun 2001, Ibu Pertautan Menunjukkan 176

Rini meninggal (Alusi) secara tidak

dunia akibat langsung ke suatu

kecelakaan yang peristiwa atau

terjadi di Tanjakan tokoh berdasarkan

maut di daerah peranggapan

Cisandaan, adanya

187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kampung Halimu, pengetahuan yang

Kecamatan dimiliki pengarang

Pamulihan, Garut. dan pembaca/ suatu

hal di masa lalu.

63 Cobalah ke Pertautan Menunjukkan 222

Bandung pada (Alusi) secara tidak

tahun seribu langsung ke suatu

sembilan ratus peristiwa atau

sembilan puluh, tokoh berdasarkan

atau lebih mundur peranggapan

lagi sepuluh tahun adanya

dari itu, kau akan pengetahuan yang

segera kecewa dimiliki pengarang

dengan keadaan dan pembaca/ suatu

Bandung yang hal di masa lalu.

sekarang.

64 Diantara kedua Pertautan Menunjukkan 276

poster itu ada (Alusi) secara tidak

sebuah tulisan langsung ke suatu

dengan hurufnya peristiwa atau

yang cukup besar: tokoh berdasarkan

“BARANG SIAPA peranggapan

YANG INGIN adanya

188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAMAI, pengetahuan yang

BERSIAPLAH dimiliki pengarang

UNTUK dan pembaca/ suatu

PERANG” hal di masa lalu.

(Ronald Reagan).

Ronald Reagan

adalah Presiden

Amerika ke-40,

yang menjabat

sampai tahun 1989.

65 Demikianlah kisah Pertautan Menunjukkan 345

cintaku dengan (Alusi) secara tidak

Dilan, ketika aku langsung ke suatu

tinggal di Bandung peristiwa atau

dulu! Duluuu tokoh berdasarkan

sekali, bertahun- peranggapan

tahun yang lalu, adanya

meski aku pengetahuan yang

merasanya seolah- dimiliki pengarang

olah hal itu baru dan pembaca/ suatu

terjadi kemarin. hal di masa lalu.

66 Nama belakangku, Pertautan Penggantian nama 13

diambil dari nama (Antonomasia) diri atau gelar

189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ayahku. Seorang resmi, atau jabatan

yang aku kagumi, untuk

dan dia adalah menggantikan nama

prajurit TNI diri.

Angkatan Darat.

67 Aku dijemput Pertautan Penggantian nama 24

pamankku. Dia itu (Antonomasia) diri atau gelar

adik dari ayahku, resmi, atau jabatan

mahasiswa jurusan untuk

Arsitektur tingkat menggantikan nama

akhir di perguruan diri.

tinggi swasta yang

ada di Bandung,

namanya Fariz.

68 Dia berdiri di sana Pertautan Penggantian nama 31

di bawa oleh guru (Antonomasia) diri atau gelar

BP (Bimbingan resmi, atau jabatan

Penyuluhan), untuk

setelah berhasil menggantikan nama

ditemukan dari diri.

tempat sembunyi,

untuk menghindar

ikut upacara

190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bendera.

69 Pak Atam, guru Pertautan Penggantian nama 48

pelajaran Bahasa (Antonomasia) diri atau gelar

Indonesia, sudah resmi, atau jabatan

datang masuk ke untuk

kelas, tetapi Dilan menggantikan nama

tidak pergi. Tetap diri.

saja dia duduk.

70 Ibuku juga di sana, Pertautan Penggantian nama 50

sibuk dengan (Antonomasia) diri atau gelar

bukunya, yaitu resmi, atau jabatan

buku kegiatan untuk

anggota PERSIT menggantikan nama

AD ‘Kartika diri.

Chandra

Kirana’(PERSIT

adalah akronim

dari persatuan istri

tentara.

71 Papan pembatas Pertautan Penggantian nama 61

kelas itu jatuh, (Antonomasia) diri atau gelar

menimpa papan resmi, atau jabatan

tulis dan untuk

191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menggulingkan menggantikan nama

Presiden diri.

Indonesia,

Soeharto, dalam

bentuknya sebagai

foto yang dikasi

pigura.

72 Aku kenal Mas Ato Pertautan Penggantian nama 125

sebagai seorang (Antonomasia) diri atau gelar

pengacara di resmi, atau jabatan

Jakarta (bahkan untuk

saat ini aku sering menggantikan nama

lihat dia di tv). diri.

73 Mang Uung adalah Pertautan Penggantian nama 151

penjaga sekolah, (Antonomasia) diri atau gelar

dia langsung resmi, atau jabatan

menutup gerbang. untuk

menggantikan nama

diri.

74 Beberapa polisi Pertautan Penggantian nama 154

masuk ke ruang (Antonomasia) diri atau gelar

guru, mungkin resmi, atau jabatan

utnuk meminta untuk

192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

keterangan. menggantikan nama

diri.

75 Benar saja, tepat Pertautan Penggantian nama 173

pada waktu Kepala (Antonomasia) diri atau gelar

Sekolah sedang resmi, atau jabatan

pidato, Pak Suripto untuk

datang menggantikan nama

menegurnya. diri.

76 Diantara kedua Pertautan Penggantian nama 276

poster itu ada (Antonomasia) diri atau gelar

sebuah tulisan resmi, atau jabatan

dengan hurufnya untuk

yang cukup besar: menggantikan nama

“BARANG SIAPA diri.

YANG INGIN

DAMAI,

BERSIAPLAH

UNTUK

PERANG”(Ronald

Reagan). Ronald

Reagan adalah

Presiden Amerika

ke-40, yang

193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menjabat sampai

tahun 1989.

77 Apa? Besok Pertautan Pertanyaan yang 24

bertemu? (Erotesis) digunakan dalam

Bukankah besok tulisan untuk

itu hari minggu? mencapai efek lebih

dalam dan

penekanan yang

wajar serta tidak

menuntut suatu

jawaban.

78 Bagaimana bisa Pertautan Pertanyaan yang 24

bertemu, kalau (Erotesis) digunakan dalam

tidak di sekolah? tulisan untuk

mencapai efek lebih

dalam dan

penekanan yang

wajar serta tidak

menuntut suatu

jawaban.

79 Dan kenapa aku Pertautan Pertanyaan yang 27

harus gugup di (Erotesis) digunakan dalam

depannya? tulisan untuk

194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mencapai efek lebih

dalam dan

penekanan yang

wajar serta tidak

menuntut suatu

jawaban.

80 Tapi, kenapa dia Pertautan Pertanyaan yang 27

tidak (Erotesis) digunakan dalam

membahasnya? tulisan untuk

Membahas soal mencapai efek lebih

ramalan itu? Atau dalam dan

sengaja? Ah, penekanan yang

entahlah. wajar serta tidak

menuntut suatu

jawaban.

81 Aduhh, siapa sih, Pertautan Pertanyaan yang 29

dia itu? (Erotesis) digunakan dalam

tulisan untuk

mencapai efek lebih

dalam dan

penekanan yang

wajar serta tidak

menuntut suatu

195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

jawaban.

82 Kenapa dia tidak Pertautan Pertanyaan yang 29

memberitahu (Erotesis) digunakan dalam

namanya di saat tulisan untuk

pertama kali jumpa mencapai efek lebih

itu? dalam dan

penekanan yang

wajar serta tidak

menuntut suatu

jawaban.

83 Mungkin ingin Pertautan Pertanyaan yang 30

lihat saja. Tidak (Erotesis) digunakan dalam

lebih dari itu. tulisan untuk

Boleh, kan? mencapai efek lebih

dalam dan

penekanan yang

wajar serta tidak

menuntut suatu

jawaban.

84 Apakah karena aku Pertautan Pertanyaan yang 31

hidup di jaman (Erotesis) digunakan dalam

ORBA (Orde tulisan untuk

Baru)? mencapai efek lebih

196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dalam dan

penekanan yang

wajar serta tidak

menuntut suatu

jawaban.

85 Haruskah teerus Pertautan Pertanyaan yang 56

terang, aku bilang (Erotesis) digunakan dalam

ke Dilan, tulisan untuk

sebagaimana dia mencapai efek lebih

begitu mudahnya dalam dan

berterus terang, penekanan yang

bahwa aku sudah wajar serta tidak

punya pacar? menuntut suatu

Haruskah terus jawaban.

terang, aku bilang

ke Dilan, sebelum

dia tahu sendiri,

dan lalu kecewa

bahwa aku sudah

punya pacar?

86 Atau haruskah aku Pertautan Pertanyaan yang 57

bilang ke Beni, (Erotesis) digunakan dalam

bahwa ada orang, tulisan untuk

197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

di Bandung, satu mencapai efek lebih

sekolah denganku, dalam dan

namanya Dilan, penekanan yang

sedang berusaha wajar serta tidak

mendekatiku? menuntut suatu

jawaban.

87 Mungki dia sakit, Pertautan Pertanyaan yang 63

mungkin dia (Erotesis) digunakan dalam

diskors. Aku tidak tulisan untuk

tahu dan aku ingin mencapai efek lebih

tahu kemana. Tapi dalam dan

bngung harus penekanan yang

bertanya kepada wajar serta tidak

siapa? menuntut suatu

jawaban.

88 Kamu harus Pertautan Pertanyaan yang 129

mengerti terutama (Erotesis) digunakan dalam

menyangkut tulisan untuk

masalah yang aku mencapai efek lebih

alami di Jakarta dalam dan

tempo hari, yang penekanan yang

sudah membuat wajar serta tidak

aku merasa menuntut suatu

198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kehilangan harga jawaban.

diri, yang sudah

membuat aku tak

berhenti menangis

di bus,yang sudah

membuat aku malu

pada teman-teman.

Mengapa dia

memperlakukan

aku seperti aku

sudah berbuat

buruk kepadanya?

89 Kalau Dilan mau Pertautan Pertanyaan yang 148

sama dia, silakan, (Erotesis) digunakan dalam

apa hak aku tulisan untuk

melarangnya? mencapai efek lebih

Ambillah, tapi aku dalam dan

akan pergi, tak penekanan yang

akan lagi meladeni wajar serta tidak

apapun yang Dilan menuntut suatu

lakukan padaku. jawaban.

Dan kalau Susi

mau Dilan, silakan

199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ambil, dia itu

Cuma playboy

kacangan!

90 Sunyi menjadi Pertautan Pertanyaan yang 150

kuat, menguasaiku. (Erotesis) digunakan dalam

Kau tahu rasanya tulisan untuk

apa? Menekan mencapai efek lebih

perasaan. dalam dan

penekanan yang

wajar serta tidak

menuntut suatu

jawaban.

91 Kau tahu mau apa Pertautan Pertanyaan yang 169

dia nelpon? Ya, itu (Erotesis) digunakan dalam

dia, Cuma tulisan untuk

ngebahas nyamuk mencapai efek lebih

yang dikasi nama dalam dan

Boni dan Kinka! penekanan yang

wajar serta tidak

menuntut suatu

jawaban.

92 Dilan yang dulu Pertautan Pertanyaan yang 272

pernah mengirim (Erotesis) digunakan dalam

200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bi Asih untuk tulisan untuk

memijit aku agar mencapai efek lebih

lekas bisa pulihdari dalam dan

sakit. Ah, bentuk penekanan yang

perhatian macam wajar serta tidak

apa yang bisa menuntut suatu

menyamai itu? jawaban.

Sederhana, tidak

semewah Taj

Mahal, tetapi

begitu keren,

setidaknya itu lebih

baik daripada

sekedar omong

doang.

93 Sanksi apa yang Pertautan Pertanyaan yang 343

akan sekolah (Erotesis) digunakan dalam

berikan ke Dilan tulisan untuk

setelah dia mencapai efek lebih

berantem dengan dalam dan

Anhar? Nanti, penekanan yang

nanti! Soal itu dan wajar serta tidak

soal-soal yang menuntut suatu

201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lainnya aku bahas jawaban.

nanti saja.

94 Aku hanya berpikir Pertentangan Kata yang bercetak 20

dia adalah salah (Hiperbola) miring tersebut

satu dari anak menggambarkan

nakal di dunia, keadaan yang

yang suka melebih-lebihkan.

menggoda

perempuan di

jalan.

95 Aku hanya berpikir Pertentangan Kata yang bercetak 20

dia adalah salah (Hiperbola) miring tersebut

satu dari anak menggambarkan

nakal di dunia, keadaan yang

yang suka melebih-lebihkan.

menggoda

perempuan di

jalan. Pikiranku

mengembara.

96 Setelah aku baca Pertentangan Kata yang bercetak 28

surat itu, aku tak (Hiperbola) miring tersebut

mengerti mengapa menggambarkan

aku langsung keadaan yang

202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

merasa tak ingin melebih-lebihkan.

pergi dari atas

kasurku, aku

benar-benar

seperti orang yang

sedang ditawan

oleh rasa penasaran

karena ingin tahu

siapa dia itu

sebenarnya.

97 Kata Rani, di kelas, Pertentangan Kata yang bercetak 32

setelah upacara (Hiperbola) miring tersebut

bendera, Dilan itu menggambarkan

anak kelas 2 Fisika keadaan yang

1 dan anggota geng melebih-lebihkan.

motor yang

terkenal di

Bandung,

jabatannya adalah

Panglima Tempur.

98 Ih! Suaranya Pertentangan Kata yang bercetak 35

pelan, tapi rasanya (Hiperbola) miring tersebut

seperti petir. menggambarkan

203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

keadaan yang

melebih-lebihkan.

99 Ya, aku bingumg Pertentangan Kata yang bercetak 64

gak ada jalan lain (Hiperbola) miring tersebut

rasanya.aku Cuma menggambarkan

bisa berharap aku keadaan yang

akan tahu dengan melebih-lebihkan.

sendirinya.

100 Aku tidur dalam Pertentangan Kata yang bercetak 70

gelombang (Hiperbola) miring tersebut

perasaan yang menggambarkan

kosong. keadaan yang

melebih-lebihkan.

101 Aku sempat Pertentangan Kata yang bercetak 73

menduga segera (Hiperbola) miring tersebut

habis itu, kawan- menggambarkan

kawan di kelas keadaan yang

akan memberi melebih-lebihkan.

siulan atau apalah

semacam sorakan,

nyatanya tidak,

nyatanya tetap

sunyi, seolah-olah

204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

semua kawan di

kelas dibikinnya

bisu.

102 Kau adalah Pertentangan Kata yang bercetak 89

pecundang dan (Hiperbola) miring tersebut

harus masuk rumah menggambarkan

sakit jiwa secepat keadaan yang

mungkin, atau melebih-lebihkan.

ditendang dengan

keras sampai

terlempar ke luar

angkasa.

103 Gerimis tidak Pertentangan Kata yang bercetak 117

besar, cuma berupa (Hiperbola) miring tersebut

arsiran kecil. Aku menggambarkan

bisa melihatnya keadaan yang

dari sini, dari melebih-lebihkan.

dalam ruang tamu.

104 Seolah-olah Pertentangan Kata yang bercetak 119

dengan itu, dia (Hiperbola) miring tersebut

sedang sengaja menggambarkan

menggabungkan keadaan yang

dirinya dengan aku melebih-lebihkan.

205
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk membuat

kekuatan melawan

Dilan.

105 Berat sekali saat Pertentangan Kata yang bercetak 122

bilang “Ya” karena (Hiperbola) miring tersebut

aku tahu menggambarkan

sebenarnya aku keadaan yang

bukan mau melebih-lebihkan.

istirahat,

melainkan mau

bertemu dengan

orang yang akan

membuat kepalaku

jadi sakit.

106 Lia ingin sama Pertentangan Kata yang bercetak 132

Beni, Mas, ingin (Hiperbola) miring tersebut

jadi pacar dia, menggambarkan

kalau perlu keadaan yang

mungkin untuk melebih-lebihkan.

selama-lamanya,

tapi dengan sifat

Beni seperti itu,

kayaknya Lia

206
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

harus berubah

dulu jadi

mannequin, biar

bisa diem terus

kalau dikasarin.

107 Sebagian diriku Pertentangan Kata yang bercetak 148

bagai hangus (Hiperbola) miring tersebut

rasanya, dibakar menggambarkan

api cemburu yang keadaan yang

makin siang makin melebih-lebihkan.

nyala, apalagi

ditambah oleh api

amarah ke Beni

yang belum padam

sepenuhnya.

108 Sunyi menjadi Pertentangan Kata yang bercetak 150

kuat, meguasaiku. (Hiperbola) miring tersebut

Kau tahu rasanya menggambarkan

apa? Menekan keadaan yang

perasaan. Dan, air melebih-lebihkan.

yang datang dari

mataku membuat

sungai kecil di

207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pipiku.

109 Aku senang bisa Pertentangan Kata yang bercetak 188

bertemu dengan (Hiperbola) miring tersebut

ibunya Dilan. Aku menggambarkan

senang. Aku keadaan yang

senang bisa melebih-lebihkan.

ngobrol

dengannya. Aku

senang berjuta-juta

kali lipat.

110 Sekilas tadi, aku Pertentangan Kata yang bercetak 188

melihat Kang Adi (Hiperbola) miring tersebut

memandangku menggambarkan

dengan pandangan keadaan yang

yang heran, karena melebih-lebihkan.

hari itu dia pasti

melihat aku sedikit

berbeda. Aku yang

hari itu adalah aku

yang gembira,

betul-betul bagai

orang baru saja

dapat lotre.

208
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111 Aku duduk di sofa Pertentangan Kata yang bercetak 198

panjang untuk (Hiperbola) miring tersebut

meladeni Kang Adi menggambarkan

dengan perasaan keadaan yang

seperti sedang melebih-lebihkan.

menghadapi Debt

Collector, karena

tujuan dia ke

rumah memang

untuk menagih,

mau nagih janjuku

untuk ikut ke ITB.

112 Aku beridiri dan Pertentangan Kata yang bercetak 239

pamit pada mereka, (Hiperbola) miring tersebut

lalu pergi ke ruang menggambarkan

tengah di susul keadaan yang

oleh Kang Adi, melebih-lebihkan.

rasanya aku

merasa bahagia

bebas dari penjara.

113 Tiba-tiba tangan Pertentangan Kata yang bercetak 289

kananya, (Hiperbola) miring tersebut

memegang tangan menggambarkan

209
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kiriku. Ia tatap keadaan yang

mataku dan melebih-lebihkan.

senyum. Aku juga

begitu kepadanya.

Lalu, aku merasa

sedang ditarik ke

dalam pusaran

yang begitu manis

rasanya.

114 Mendengar apa Pertentangan Kata yang bercetak 312

yang sudah (Hiperbola) miring tersebut

dikatakan Si Bibi menggambarkan

ke Dilan di keadaan yang

telepon, serta merta melebih-lebihkan.

membuat seluruh

tubuhku jatuh

lemas.

115 Jantungku Pertentangan Kata yang bercetak 312

berdebar hebat (Hiperbola) miring tersebut

dipenuhi rasa menggambarkan

cemas oleh risiko keadaan yang

buruk yang akan melebih-lebihkan.

kudapatkan.

210
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116 Saat itu aku Pertentangan Kata yang bercetak 312

merasa lebih baik (Hiperbola) miring tersebut

tidak pernah ada di menggambarkan

bumi dari pada keadaan yang

dilahirkan tetapi melebih-lebihkan.

harus mendapatkan

ersoalan macam

ini.

117 “ada Dilan, Pertentangan Kata yang bercetak 313

Bunda?” tanyaku (Hiperbola) miring tersebut

dengan suara yang menggambarkan

kupaksa bisa keadaan yang

terdengar biasa, melebih-lebihkan.

walau sebenarnya

jauh di dalam

diriku sedang

menahan tangisan,

sedang menahan

gejolak perasaan

yang rusuh dan

pikiran yang kalut.

118 Ya, runtuh, Pertentangan Kata yang bercetak 315

sebetul-betulnya (Hiperbola) miring tersebut

211
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

runtuh, menggambarkan

menimbunku dalam keadaan yang

keadaan masih melebih-lebihkan.

hidup untuk bisa

berkata: “Dilan,

Dilanku, wajar

kalau kau marah,

tetapi jangan, ya,

Dilan, biar bisa kau

maafkan.

119 Saat itu, Pertentangan Kata yang bercetak 316

perasaanku bagai (Hiperbola) miring tersebut

melambung ke menggambarkan

angkasa yang keadaan yang

sangat luas dan melebih-lebihkan.

penuh oleh aneka

macam warna

kesukaan.

120 “Nyari Dilan!” Pertentangan Kata yang bercetak 322

kata Anhar yang (Hiperbola) miring tersebut

duduk dekat Susi, menggambarkan

dia bicara seraya keadaan yang

makan kue dan melebih-lebihkan.

212
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tidak

memandangku.

Nada suaranya gak

enak didengar,

membangkitkan

imajinasi untuk

ingin merobek

mulutnya.

121 Aku peluk Dilan Pertentangan Kata yang bercetak 344

dengan erat sekali. (Hiperbola) miring tersebut

Aku memeluknya menggambarkan

seperti kepada keadaan yang

harta karun. melebih-lebihkan.

122 “Maaf ini. Agak Pertentangan Kata yang bercetak 189

berantakan (Litotes) miring tersebut

rumahnya,” kata mengungkapkan

ibuku. atau menyatakan

sesuatu yang positif

dengan bentuk yang

negatif.

123 Dia bicara lagi Pertentangan Kata yang bercetak 36

setelah diam (Oksimoron) miring tersebut

beberapa saat mengandung

213
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebelumnya. pertentangan

dengan

menggunakan kata-

kata yang

berlawanan dalam

frase yang sama.

124 Aku tahu harusnya Pertentangan Kata yang bercetak 44

aku bersikap biasa (Oksimoron) miring tersebut

saja, tapi entah mengandung

gimana, saat itu pertentangan

secara reflex aku dengan

menjadi salah menggunakan kata-

tingkah. kata yang

berlawanan dalam

frase yang sama.

125 Mungkin dia Pertentangan Kata yang bercetak 68

bercanda, atau (Oksimoron) miring tersebut

mungkin dia mengandung

serius. pertentangan

dengan

menggunakan kata-

kata yang

berlawanan dalam

214
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

frase yang sama.

126 Dia menyapa Pertentangan Kata yang bercetak 114

orang-orang yang (Oksimoron) miring tersebut

ada di luar, dan mengandung

langsung masuk ke pertentangan

dalam. dengan

menggunakan kata-

kata yang

berlawanan dalam

frase yang sama.

127 Gerimisnya tidak Pertentangan Kata yang bercetak 117

besar, Cuma (Oksimoron) miring tersebut

berupa seperti mengandung

arsiran kecil. pertentangan

dengan

menggunakan kata-

kata yang

berlawanan dalam

frase yang sama.

128 Mungkin buat Pertentangan Kata yang bercetak 220

kamu itu (Oksimoron) miring tersebut

gampang, tapi mengandung

enggak tahu pertentangan

215
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kenapa bagiku dengan

rasanya susah. menggunakan kata-

kata yang

berlawanan dalam

frase yang sama.

129 Enak aja, belum Pertentangan Kata-kata yang 22

kenal sudah (Satire) mengungkapkan

mengajak semotor. penolakan atau

Bagaimana bisa menertawakan

begitu mudah sesuatu.

baginya? Aku tidak

bisa mengerti.

130 “Aku ramal,” Pertentangan Kata-kata yang 36

katanya. “Kamu (Satire) mengungkapkan

akan segera tahu penolakan atau

namaku.” menertawakan

Udah deh! Udah sesuatu.

tahu! Kamu Dilan

kan? Panglima

Tempur geng

motor, kan? Geng

motor yang suka

bikin onar itu kan?

216
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131 Cuma kado panda, Pertentangan Kata-kata yang 69

kalau ada uangnya, (Satire) mengungkapkan

semua orang juga penolakan atau

bisa beli. menertawakan

sesuatu.

132 “jangan mentang- Pertentangan Kata-kata yang 89

mentang anak (Satire) mengungkapkan

kalong, lah! Biasa penolakan atau

aja! Gak takut!” menertawakan

sesuatu.

133 “Nenek yang bawa Pertentangan Kata-kata yang 122

motor?” Dilan (Satire) mengungkapkan

nanya ke Bibi Asih penolakan atau

sambil menertawakan

menyodorkan sesuatu.

kunci motor.

“Gak bisa,” jawab

Bibi Asih.

134 Kalau dia sayang, Pertentangan Kata-kata yang 140

dia harus (Satire) mengungkapkan

membuktikannya penolakan atau

dengan perbuatan. menertawakan

217
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kalau Cuma sesuatu.

ngomong doang

semua orang juga

bisa!

135 “Gue butuh laki- Pertentangan Kata-kata yang 140

laki yang bisa (Satire) mengungkapkan

nolong gue, bukan penolakan atau

laki-laki yang menertawakan

meminta tolong.” sesuatu.

136 “Maksud lu, gue Pertentangan Kata-kata yang 140

harus nerima lu apa (Satire) mengungkapkan

adanya? Nerima penolakan atau

elu yang bilang gue menertawakan

pelacur?”. “Udah, sesuatu.

jangan bahas itu

lagi. Gue nyessel.”

137 “Tidak mencintai, Pertentangan Kata-kata yang 161

tidak berarti (Satire) mengungkapkan

membencinya.” penolakan atau

menertawakan

sesuatu.

138 “Kalau harus hati- Pertentangan Kata-kata yang 170

hati, termasuk ke (Satire) mengungkapkan

218
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kang Adi juga penolakan atau

dong? He he he” menertawakan

sesuatu.

139 “Guru itu digugu Pertentangan Kata-kata yang 179

dan ditiru, kalau (Satire) mengungkapkan

dia mengajariku penolakan atau

menampar, aku menertawakan

juga akan sesuatu.

menampar.”

140 “Masuk, yuk?” Pertentangan Kata-kata yang 289

kuajak Dilan. (Satire) mengungkapkan

“Iya.” “Gak enak penolakan atau

nganggurin menertawakan

monyet, ha ha ha sesuatu.

ha,”kataku.

141 “ Yaaa, kan orang Pertentangan Kata-kata yang 311

bisa sandiwara, (Satire) mengungkapkan

Lia. Namanya penolakan atau

pendekatan, ya, menertawakan

pasti gitulah.” sesuatu.

“Kang Adi baik ke

Lia, ngasih novel,

ngasih sweater,

219
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sandiwara bukan?”

142 Dia tampan, Pertentangan Kata-kata yang 29

meskipun tidak (Inuendo) mengungkapkan

tampan-tampan sindiran dengan

amat, tapi cukup mengecilkan

dan kukira dia kenyataan

baik. sebenarnya.

143 Jangan biarkan dia Pertentangan Kata-kata yang 32

melakukan apapun (Inuendo) mengungkapkan

yang akan sindiran dengan

membuat aku mengecilkan

dalam kesulitan. kenyataan

Aku tidak ingin sebenarnya.

membuang waktu

untuk mengenal

anak nakal seperti

itu secara lebi jauh.

144 Kalau dia ingin Pertentangan Kata-kata yang 33

jadi pacarku, (Inuendo) mengungkapkan

katakanlah begitu, sindiran dengan

aku yakin dia akan mengecilkan

minder setelah tahu kenyataan

siapa Beni. sebenarnya.

220
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145 Sebenarnya aku Pertentangan Kata-kata yang 47

risih dengan (Inuendo) mengungkapkan

kehadiran Dilan. sindiran dengan

Tapi, mau gimana mengecilkan

lagi? Masa, harus kenyataan

kuusir. Gak enak. sebenarnya.

146 Menurutku, Pertentangan Kata-kata yang 87

andaikan saja (Inuendo) mengungkapkan

semua anggota sindiran dengan

geng motor macam mengecilkan

Dilan, mungkin tak kenyataan

ada anggota geng sebenarnya.

motor seperti

Anhar. Maksudku,

meskipun

keduanya anak

berandal, tapi

Dilan pintar dan

selalu mendapat

ranking pertama di

kelasnya.

Sedangkan Anhar

pernah tidak naik

221
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kelas.

147 Tak ada maksud Pertentangan Kata-kata yang 88

dengan ini ingin (Inuendo) mengungkapkan

membela Dilan, sindiran dengan

seolah hal ini mengecilkan

kukatakan bahwa kenyataan

Dilan itu malaikat sebenarnya.

dan Anhar itu

setan.

148 Itulah Pertentangan Kata-kata yang 91

pendapatku tentang (Inuendo) mengungkapkan

Anhar sebagai sindiran dengan

anak geng motor mengecilkan

yang paling kenyataan

pecundang di dunia sebenarnya.

yang membuatku

kecewa karena

justru malah

banyak Anhar-

Anhar lain yang

bermunculan di

222
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

zaman sekarang

ini.

149 Lia ingin pacaran Pertentangan Kata-kata yang 133

dengan orang yang (Inuendo) mengungkapkan

dia tahu yang Lia sindiran dengan

sukai tanpa perlu mengecilkan

Lia beritahu, yang kenyataan

membuktikan ke sebenarnya.

Lia bahwa cinta itu

ada tetapi bukan

oleh apa yang

dikatakannya

melainkan oleh

sikap dan

perbuatannya

150 “iya. Maksud Kang Pertentangan Kata-kata yang 170

Adi berkawan, sih, (Inuendo) mengungkapkan

boleh, tapi jangan sindiran dengan

terlalu bebas, apa mengecilkan

lagi laki-laki.” kenyataan

sebenarnya.

151 “Siapapun dia, biar Pertentangan Kata-kata yang 177

guru juga, kalau (Inuendo) mengungkapkan

223
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gak menghargai sindiran dengan

orang lain, gak mengecilkan

akan dihargai.” kenyataan

sebenarnya.

152 Aku merasa seperti Pertentangan Kata-kata yang 295

menjadi Milea (Inuendo) mengungkapkan

yang ikut campur sindiran dengan

urusannya. mengecilkan

Menjadi Milea kenyataan

yang mengatur- sebenarnya.

ngatur hidupnya.

153 “Kamu cemburu Pertentangan Kata-kata yang 296

aku pergi dengan (Inuendo) mengungkapkan

Kang Adi?” sindiran dengan

kutanya. mengecilkan

“Ah, cemburu itu kenyataan

hanya untuk orang sebenarnya.

yang enggak

percaya diri.”

“Jadi?” tanyaku.

“Dan sekarang, aku

224
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sedang tidak

percaya diri.”

154 Aku ceritakan Pertentangan Kata-kata yang 77

semuanya dari (Klimaks) mengandung urut-

mulai awal urutan pikiran yang

bertemu Dilan, semakin meningkat

sampai tentang kepentingannya

banyak hal yang dari gagasan

sudah ia usahakan sebelumnya.

untuk melakukan

pendekatan.

155 Selama Cuma Pertentangan Kata-kata yang 81

pacaran, kukira, (Klimaks) mengandung urut-

aku masih punya urutan pikiran yang

hak untuk memilih, semakin meningkat

sampai bisa kepentingannya

kudapati seseorang dari gagasan

yang pantas ku sebelumnya.

nikahi!

156 Pesertanya diambil Pertentangan Kata-kata yang 83

dari tiap kelas, (Klimaks) mengandung urut-

sebanyak tiga urutan pikiran yang

orang, yaitu semakin meningkat

225
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mereka yang kepentingannya

tercatat sebagai dari gagasan

siswa yang selalu sebelumnya.

mendapat ranking

1,2, dan 3.

157 Satu sesi Pertentangan Kata-kata yang 84

menampilkan tiga (Klimaks) mengandung urut-

group. Group A,B, urutan pikiran yang

dan C. semakin meningkat

kepentingannya

dari gagasan

sebelumnya.

158 Tetapi selesai Pertentangan Kata-kata yang 84

babak satu, babak (Klimaks) mengandung urut

dua, dan tiga, hasil urutan pikiran yang

perhitungan nilai semakin meningkat

menujukan group kepentingannya

Dilan dapat posisi dari gagasan

kedua. sebelumnya.

159 Tahun 2001, Ibu Pertentangan Kata-kata yang 176

Rini meninggal (Klimaks) mengandung urut-

dunia akibat urutan pikiran yang

kecelakaan yang semakin meningkat

226
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terjadi di Tanjakan kepentingannya

maut di daerah dari gagasan

Cisandaan, sebelumnya.

Kampung Halimu,

Kecamatan

Pamulihan, Garut.

160 “SD,SMP,saya Pertentangan Kata-kata yang 230

amah bareng sama (Klimaks) mengandung urut-

Dilan terus.” Kata urutan pikiran yang

Piyan. semakin meningkat

kepentingannya

dari gagasan

sebelumnya.

161 Sebagian besar Pertentangan Gagasan yang 234

berkumpul di (Antiklimaks) diurutkan dari

ruang tengah, dan terpenting ke

aku di situ, gagasan kurang

bergabung penting.

bersama ayah, ibu,

dan adikku.

162 Aku tidak bisa Pertentangan Berpura-pura 121

berbuat banyak, (Apofasis atau menyembunyikan

satu-satunya jalan Preterisio) atau merahasiakan

227
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

aku harus membuat sesuatu, tetapi

Dilan pergi, sebetulnya

meskipun aku memamerkan.

sangat suka ada

Dilan di rumahku,

apa lagi sedang

seru-serunya, tapi

ini bukan waktu

yang tepat.

163 Lia ingin sama Pertentangan Berpura-pura 132

Beni, Mas, ingin (Apofasis atau menyembunyikan

jadi pacar dia, Preterisio) atau merahasiakan

kalau perlu sesuatu, tetapi

mungkin untuk sebetulnya

selama-lamanya, memamerkan.

tapi dengan sifat

Beni seperti itu,

kayanya Lia harus

berubah dulu jadi

mannequin. Biar

bisa diem terus

kalau dikasarin.

164 Yes, motor itu Pertentangan Berpura-pura 144

228
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sudah di sampigku, (Apofasis atau menyembunyikan

tapi nyatanya tidak Preterisio) atau merahasiakan

seperti yang ku sesuatu, tetapi

duga, dia terus saja sebetulnya

maju, melewatiku, memamerkan.

seolah-olah dia

tidak pernah

melihatku.

229

Anda mungkin juga menyukai