SKRIPSI
Oleh:
Chresensia Apriliana Endang Purwaningrum
NIM: 131224096
SKRIPSI
Oleh:
Chresensia Apriliana Endang Purwaningrum
NIM: 131224096
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kedua adik, Florentina Betti Ria Wardani dan Fransiskus Asisi Welly
Riskartiawanto
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh
kepercayaan, kamu akan menerimanya.
(Matius, 21: 22)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji jenis ragam dan karakteristik ragam tuturan guru
dan siswa. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis ragam bahasa
Indonesia yang muncul pada kegiatan awal pembelajaran, inti pembelajaran, dan
akhir pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data
penelitian berupa tuturan guru dan siswa yang berwujud kata, kalimat, atau
rangkaian kalimat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
simak. Metode simak yang digunakan adalah metode simak dengan teknik dasar
sadap. Penyadapan dilakukan melalui proses perekaman dan pencatatan. Teknik
sadap yang digunakan merupakan lanjutan dari teknik sadap yaitu teknik Simak
Bebas Libat Cakap (SBLC). Teknik analisis data dilakukan melalui tahap
transkripsi, klasifikasi, koding, identifikasi, penyajian, dan menarik simpulan.
Dari hasil analisis data diambil dua simpulan. Pertama, jenis ragam yang
ditemukan yaitu, ragam resmi, ragam santai, dan ragam akrab. Dari ketiga ragam
tersebut, ragam santai paling banyak ditemukan dalam tuturan guru kepada siswa,
tuturan siswa kepada guru, dan tuturan sesama siswa. Ragam santai paling
banyak digunakan karena ragam ini dapat membangun suasana pembicaraan yang
santai sehingga proses komunikasi tidak berlangsung kaku dan pesan yang
disampaikan dapat lebih mudah dipahami. Kedua, dari semua data yang dianalisis
ditemukan 10 karakteristik ragam resmi, 12 karakteristik ragam santai, dan 4
karakteristik ragam akrab. Jumlah karakteristik yang ditemukan dalam setiap data
bervariasi. Karakteristik ketiga ragam memiliki perbedaan yang dilihat dari segi
diksi, struktur, dan tujuan. Adapun hal yang menjadi dasar pembedaan semua
jenis ragam adalah situasi pemakaian.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan saran untuk bidang
pembelajaran khususnya bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hendaknya
guru memberikan pemahaman, contoh konkret, dan melakukan pembiasaan pada
siswa terkait penggunaan ragam bahasa resmi. Bagi pengembang bidang
sosiolinguistik, hendaknya berusaha mengkaji ragam bahasa Indonesia di bidang
yang lain dalam kehidupan masyarakat. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan
dapat menindaklanjuti penelitian ini secara lebih luas karena penelitian ini baru
menjangkau penggunaan ragam bahasa di satu kelas saja. Peneliti lain dapat
melakukan penelitian dalam proses pembelajaran di beberapa kelas atau di jenjang
yang lebih tinggi misalnya, di SMA atau universitas.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa atas berkat dan cinta kasih-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Jenis Ragam
dan Karakteristik Ragam Tuturan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa
2017/2018” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
Yogyakarta.
dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, secara khusus peneliti mengucapkan
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Indonesia.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
geografis Indonesia. Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas dan
ribuan pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Kondisi ini
67) yang menyatakan bahwa bahasa dikatakan sebagai alat identitas etnik: bahasa
daerah adalah alat identitas suku. Sebagai contoh, bahasa daerah suku Betawi
adalah bahasa Betawi. Bahasa daerah suku Batak adalah bahasa Batak.
yang memiliki bahasa baku sebagai ragam tinggi dan bahasa tidak baku sebagai
ragam rendah, masyarakat bahasa juga memiliki ukuran kebakuan untuk bahasa
Krama Inggil sebagai ragam tinggi dan bahasa Ngoko sebagai ragam rendah.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
faktor sosial. Faktor sosial ini mencakup status sosial, usia, jenis kelamin,
pendidikan, nilai dan norma, serta pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pandangan
Chaer dan Agustina (2004: 62) mengenai ragam bahasa. Pertama, ragam atau
variasi bahasa dilihat sebagai akibat adanya keberagaman sosial penutur bahasa
dan keberagaman fungsi bahasa. Kedua, ragam atau variasi bahasa sudah ada
untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang
Istilah ragam bahasa dikenal pula sebagai variasi bahasa. Sejalan dengan
Nababan (1986: 12) yang menyatakan bahwa ragam bahasa adalah variasi bahasa,
bahasa yang disebabkan oleh faktor tertentu (Soeparno, 2013: 49). Utorodewo
(2010: 3) menyatakan bahwa ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terjadi
ragam. Martin Joos (dalam Alwasilah, 1990: 45) membedakan ragam bahasa
menjadi lima jenis yaitu, ragam beku (frozen style), ragam resmi (formal style),
ragam usaha (consultative style), ragam santai (casual style), dan ragam akrab
(2010), Chaer & Agustina (2004), Pateda (1990), Supardi (1988), dan Nababan
(1984). Pendapat para ahli ini dikolaborasikan untuk menemukan teori yang
Indonesia yang baik dan benar. Pembelajaran bahasa Indonesia sudah semestinya
rendah. Oleh karena itu, masyarakat menganggap bahwa kaum cendekia adalah
kalangan yang mampu menggunakan ragam baku secara fasih. Namun, pada
baik dan benar justru kurang konsisten dalam menerapkan penggunaan bahasa
baku sebagai ragam tinggi. Sebagai contoh konkret, penggunaan ragam bahasa
baku dalam kegiatan pembelajaran di kelas seringkali diabaikan bahkan pada saat
baku dianggap sulit dan terlalu kaku. Guru dan siswa cenderung memilih ragam
tidak baku seperti ragam santai atau ragam akrab yang dirasa lebih efektif untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peneliti pada saat melakukan penelitian di kelas VIII A SMP Pangudi Luhur I
bahasa Indonesia resmi secara konsisten dalam mata pelajaran lain. Baik di
sekolah yang sama maupun di sekolah yang lain. Penelitian ini penting untuk
terkait dengan kajian ragam bahasa dapat mengetahui fakta di lapangan mengenai
demikian, setiap pihak terkait dapat mengetahui kekurangan yang muncul dalam
hal kebahasaan secara khusus dalam penggunaan ragam bahasa di sekolah, serta
SMP Pangudi Luhur I Kalibawang, tahun pelajaran 2017/2018. Adapun data yang
diolah peneliti adalah data yang berupa tuturan guru dengan siswa, siswa dengan
guru, dan siswa dengan siswa. Oleh karena itu, peneliti merumuskan judul “Jenis
Ragam dan Karakteristik Ragam Tuturan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bahasa Indonesia Kelas VIII A SMP Pangudi Luhur I Kalibawang Tahun Ajaran
2017/2018”.
kelas VIII A SMP Pangudi Luhur I Kalibawang. Secara rinci masalah tersebut
1. Apa sajakah jenis ragam bahasa Indonesia yang muncul pada kegiatan
awal, inti, dan akhir pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII A SMP
awal, inti, dan akhir pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII A SMP
oleh guru dan siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur I Kalibawang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Manfaat penelitian ini secara teoritis dan praktis adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
ragam bahasa.
2. Manfaat Praktis
berbahasa Indonesia.
agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlampau luas dan melebar. Selain
itu, batasan istilah berfungsi untuk menghindari salah pengertian ataupun salah
1. Ragam Bahasa
perbedaan tingkat keresmian bahasa yang dipengaruhi oleh siapa orang yang
bertutur, situasi tutur, dan tujuan pembicaraan. Dalam hal ini ragam bahasa
2. Karakteristik Ragam
Karakteristik ragam adalah sifat khas yang dimiliki oleh jenis ragam
3. Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas belajar yang terdiri dari tahap awal, tahap inti, dan tahap penutup
yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru untuk mencapai empat
tuturan guru dan siswa yang terjadi pada saat berlangsungnya pembelajaran
Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan bab pendahuluan
Latar belakang berisi alasan peneliti melakukan penelitian dan permasalahan yang
sejalan dengan rumusan masalah. Manfaat penelitian berisi manfaat atau dampak
yang ada agar tidak terlampau luas. Ruang lingkup penelitian berisi batasan-
dan kajian teori. Penelitian yang relevan menunjukkan posisi tulisan sehingga
masalah dengan tajam dan kritis. Kajian teori menunjukkan ketajaman dan
kedalaman alat analisis. Pisau analisis yang berupa dasar teori digunakan sebagai
penelitian, data dan sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, dan teknik penyajian data. Jenis penelitian ini merupakan
pengkategorian menurut data yang diperoleh. Data adalah bahan yang dijadikan
dasar kajian. Sumber data merupakan subjek dari mana data diperoleh. Instrumen
penelitian berisi alat pengumpulan data utama. Teknik pengumpulan data adalah
Bab IV merupakan bab yang berisi hasil penelitian dan pembahasan. Bab
ini merupakan inti dan jantung karya ilmiah. Pada bagian pembahasan, masalah
yang dirumuskan pada bagian latar belakang dan rumusan masalah dibahas dan
Bab V merupakan penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran bagi peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(2) landasan teori, dan (3) kerangka berpikir. Ketiga hal tersebut diuraikan ke
dalam subbab yang berkaitan dengan jenis ragam dan karakteristik ragam berikut
ini.
serupa yang pernah dilakukan oleh peneliti lain. Selain itu, penelitian yang relevan
juga digunakan sebagai referensi untuk melengkapi teori-teori para ahli. Dalam
subbab ini juga diuraikan persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan
Ada dua penelitian terdahulu yang relevan dan berkaitan dengan analisis
yang berjudul Ragam Bahasa Indonesia Pemandu Wisata Studi Kasus di PT.
Surya Satjati Wisata Yogyakarta Periode Maret-Mei 2005. Kedua, skripsi milik
Dhany Nugrahani A. (2012) yang berjudul Variasi Bahasa Guru dalam Interaksi
karakteristik ragam bahasa Indonesia yang dipakai oleh seorang pemandu wisata.
penelitian kasus. Subjek penelitian ini adalah seorang pemandu wisata dalam
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
negeri agen tour dan travel PT. Surya Satjati Wisata bernama Yakobus Didi
Setiawan, S.Pd., usia 26 tahun. Data penelitian ini adalah tuturan pemandu wisata.
Metode analisis data penelitian ini adalah metode analitik yang diawali dengan
Y. B. Dion Rikayakto (2007) menunjukkan ada lima jenis ragam bahasa Indonesia
yang digunakan oleh pemandu wisata. Kelima ragam yang dimaksud adalah
ragam bahasa Indonesia dengan campur kode dialek Jawa, ragam bahasa cendekia
dilihat dari statusnya, ragam bahasa yang menggunakan kata-kata dalam bidang
wisata, ragam bahasa yang menggunakan media kelisanan, dan ragam bahasa
santai. Ciri-ciri ragam yang digunakan oleh pemandu wisata PT. Surya Sadjati
terlihat pada penggunaan aspek afiksasi, semantik, campur kode, diksi, unsur
serapan, tujuan, topik, isi, bentuk, dan pengucapan. Implikasi dari hasil penelitian
karena sama-sama berpusat pada proses komunikasi secara khusus dalam hal
Rikayakto adalah pemandu wisata sedangkan subjek penelitian ini adalah guru
yang berjudul Variasi Bahasa Guru dalam Interaksi Pembelajaran pada Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
ini adalah tuturan yang digunakan oleh guru-guru di SLB Negeri Pembina
(2012) adalah metode agih (distribusional) dan metode padan. Metode agih
digunakan untuk menganalisis bentuk variasi atau ragam bahasa pada tuturan guru
faktor yang menyebabkan penggunaan variasi atau ragam bahasa oleh guru pada
pembelajaran.
bahasa yang digunakan guru dalam interaksi belajar mengajar adalah ragam resmi,
ragam usaha, ragam santai, dan ragam akrab. Dari keempat ragam tersebut, ragam
usaha merupakan ragam yang paling dominan karena merupakan ragam yang
menciptakan suasana belajar yang komunikatif dan akrab; (2) faktor-faktor yang
maksud; (3) fungsi bahasa yang digunakan dalam interaksi pembelajaran pada
13
personal, heuristik dan imajinatif. Fungsi bahasa yang paling sering digunakan
Nugrahani tampak dari subjek penelitian. Subjek penelitian ini adalah guru dan
siswa SMP sementara subjek penelitian Nugrahani adalah guru SLB tunagrahita.
digunakan adalah: (1) sosiolinguistik, (2) konteks, dan (3) pembelajaran bahasa
Indonesia. Teori sosiolinguistik yang digunakan pada subbab 2.2.1 adalah konsep
2.2.1 Sosiolinguistik
antara bahasa dan masyarakat dengan tujuan memberi pemahaman yang lebih
baik tentang struktur bahasa dan bagaimana bahasa berfungsi dalam komunikasi.
Pernyataan kedua ahli tersebut menunjukkan bahwa bahasa dan masyarakat saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup pemakaian bahasa saja,
melainkan juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakai bahasa.
kebahasaan yang muncul dalam suatu kelompok masyarakat dengan kondisi sosial
tertentu. Kondisi sosial ini berpengaruh pada pemakaian bahasa oleh masyarakat.
adalah kajian atau pembahasan bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu
Sumarsono (2017: 5) menyatakan bahwa nilai selalu terkait dengan apa yang baik
(apa yang boleh) dan apa yang tidak baik (tidak diizinkan), dan ini diwujudkan
dalam kaidah-kaidah yang sebagian besar tidak tertulis tetapi dipatuhi oleh warga
interaksi dalam masyarakat. Sosiolinguistik bukan hanya melihat bahasa dari segi
masyarakat. Sosiolinguistik menaruh perhatian pada nilai dan norma yang berlaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dalam suatu masyarakat tutur, siapa yang saling bertutur, dan pada situasi apa
dalam sosiolinguistik yang harus dipahami adalah gagasan tentang bahasa dan
ragam (variasi) bahasa. Penelitian ini menggunakan dua konsep dasar dalam
sosiolinguistik yaitu teori tentang bahasa dan teori ragam bahasa yang dijelaskan
2.2.1.1 Bahasa
(2012: 32) mendefinisikan bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer dan
mengidentifikasikan diri. Dalam artian bahwa semua hal yang digunakan oleh
manusia itu merupakan suatu bahasa yang bertujuan untuk memberi pesan.
Pendapat tersebut didukung oleh Bloch dan Trager dalam Lubis (2011: 1) yang
16
a) Manusiawi
sistem bunyi untuk berkomunikasi, tetapi sistem itu bukanlah kata-kata. Dengan
demikian, binatang tidak memiliki bahasa. Manusia telah berbahasa sejak dini.
b) Dipelajari
Manusia harus sedikit demi sedikit belajar berbahasa. Bahasa diperoleh untuk
lingkungan sekitar. Dalam pengertian ini bahasa yang dipergunakan oleh manusia
tidak dapat lepas dari peran serta orang lain dan bahasa tidak dengan sendirinya
c) Sistem
Perangkat inilah yang menentukan struktur bahasa atau sering disebut grammar.
persoalan pemakaian dan kebiasaan (usage) bukan ditentukan oleh panitia atau
lembaga perumus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
d) Arbitrer
seperti itu.
e) Simbolik
Bahasa terdiri atas rentetan simbol arbitrer yang memiliki arti sehingga
masyarakat memiliki hubungan yang erat. Bahasa memiliki peran yang penting
menyampaikan gagasan-gagasannya.
49). Utorodewo (2010: 3) menyatakan bahwa ragam bahasa adalah variasi bahasa
18
ragam bahasa antara lain faktor geografis, kedudukan sosial, situasi berbahasa,
waktu, gaya, kultural, dan individual. Ragam bahasa karena faktor geografis atau
bahasanya disebut dialek. Dialek adalah suatu ragam bahasa yang memiliki
bentuk dengan penggunaan khas karena latar belakang penuturnya yang khas pula
diketahui bahwa ada kekhasan yang membedakan dialek suatu kelompok dengan
kelompok tutur. Hal ini sejalan dengan (Poedjosoedarmo, 1983: 43-44 via
Atmawati, 2003) yang menyatakan bahwa dialek dapat terbentuk karena adanya
lain-lain.
tiga, yaitu dialek regional, dialek sosial, dan dialek temporal. Dialek regional
adalah ragam bahasa yang dipakai oleh kelompok bahasawan di tempat tertentu.
Ciri dialek ini dibatasi oleh tempat, contoh yang mendukung dari ragam regional
yaitu dialek Solo, dialek Malang, dan lain-lain. Dialek sosial adalah ragam bahasa
yang dipakai oleh golongan atau kelompok sosial tertentu dari suatu kelompok
19
bahasawan yang hidup dalam masa tertentu. Fakta yang menunjukkan adanya
dialek temporal, yaitu adanya bahasa Jawa Kuno. Dari pendapat tersebut
disimpulkan bahwa dialek suatu kelompok berbeda dengan dialek kelompok lain.
laku berbahasa. Hal ini terlihat pada penutur bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan lain-
lain. Perbedaan status sosial telah menyebabkan munculnya ragam bahasa. Wujud
pemakaian bahasanya disebut sosiolek (Atmawati, 2003: 6). Contoh dari pengaruh
faktor kedudukan sosial tampak pada masyarakat Jawa. Penggunaan bahasa Jawa
Krama Inggil sebagai ragam tinggi dan penggunaan bahasa Jawa Ngoko sebagai
ragam rendah. Di lingkungan kraton, golongan darah biru berbahasa Jawa Ngoko
fungsional digunakan dalam pokok pembicaraan khusus dengan cara tertentu dan
kronolek. Perubahan maupun perbedaan karena faktor waktu dapat terjadi pada
ejaan, kata, kata serapan, maupun gaya berbahasa (Ohoiwutun, 1997: 49-60 via
Atmawati 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dalam bertutur atau menulis; pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-
efek tertentu (Kridalaksana, 1984: 57). Adapun variasi gaya merupakan ragam
according to who is using it”. Kutipan ini diartikan bahwa ragam bahasa berubah-
mitra tuturnya serta siapa penutur yang menggunakan bahasa tersebut. Pendapat
ini didukung oleh Pateda (1990: 52) yang menyatakan bahwa dalam variasi
bahasa ada pola-pola bahasa yang sama; pola-pola bahasa itu dapat dianalisis
secara deskriptif; pola-pola yang dibatasi oleh makna tersebut dipergunakan oleh
Berikut ini uraian mengenai jenis dan karakteristik ragam menurut para ahli.
21
terbagi menjadi ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan adalah bahasa yang
Ragam tulis adalah bahasa yang tertulis dan tercetak. Ragam lisan dan
tulis dapat ditemukan dalam bentuk formal dan nonformal. Ada pula ragam tulis
dan lisan yang semiformal. Artinya, tidak terlalu formal, namun tidak pula terlalu
nonformal.
menjadi ragam formal, ragam nonformal, dan ragam semiformal. Bahasa ragam
formal memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi,
kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam formal tetap luwes sehingga
(Alwi, dkk., 1998: 14 via Utorodewo, 2010). Pateda (1990, 52-76) membedakan
jenis ragam bahasa berdasarkan tempat, waktu, pemakai, situasi, dialek yang
sebagai berikut.
Sejalan dengan penelitian ini yang menganalisis jenis dan karakteristik ragam
22
bahasa. Variasi ini menghasilkan apa yang disebut dialek. Dialek adalah
ujaran dari bahasa lain yang sama dan dialek tidak harus mengambil semua
geografis dialek. Dalam hubungan ini dikenal dua bentuk, yaitu lento dan alegro.
Bentuk lento adalah bentuk bahasa yang utuh, biasanya dipakai dalam bahasa tulis
atau bahasa yang digunakan dalam situasi resmi. Bentuk alegro merupakan
kependekan misalnya, dulu kependekan dari dahulu. Tak kependekan dari tidak.
Bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai oleh penutur bahasa yang tinggal di
daerah tertentu, misalnya bahasa Jawa, bahasa Gorontalo, Kaili. Bahasa daerah
adalah bahasa lisan yang berlaku sekarang pada daerah atau wilayah tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
temporal adalah dialek yang berlaku pada kurun waktu tertentu. Misalnya, bahasa
Melayu zaman Sriwijaya berbeda dengan bahasa Melayu sebelum tahun 1922.
masyarakat pemakai bahasa. Makna, bunyi (lafal), bahkan bentuk kata dapat
Istilah pemakai yang dimaksud ialah orang atau penutur bahasa yang
bersangkutan. Variasi bahasa dilihat dari segi pemakai bahasa dapat dirinci
menjadi glosalia, idiolek, jenis kelamin, monolingual, rol, status sosial, dan umur.
dengan aksen, intonasi, dan sebagainya. Jenis kelamin turut menimbulkan variasi
bahasa. Suasana pembicaraan, topik pembicaraan, dan pemilihan kata antara laki-
laki dengan perempuan tidaklah sama. Monolingual adalah penutur bahasa yang
hanya mempergunakan satu bahasa saja. Rol adalah peranan yang dimainkan
seorang pembicara dalam interaksi sosial. Berikutnya adalah status sosial. Status
24
pendidikan dan jenis pekerjaan. Terakhir adalah faktor umur. Faktor umur
tutur sapa, dan jargon. Diglosia adalah penggunaan dua atau lebih bahasa
maupun ragam bahasa dalam situasi yang berbeda. Kreol merupakan akibat
kontak pemakaian bahasa. Bahasa lisan merupakan yang paling penting dalam
pemilihan bahasa karena faktor penilaian terhadap suatu bahasa. Bahasa standar
merupakan bahasa resmi. Bahasa tulis merupakan bahasa yang tertulis dalam
sebuah media tulis. Bahasa tutur sapa merupakan ungkapan yang dipakai dalam
sistem kata sapaan, dan merupakan jenis slang tetapi sengaja dibuat untuk
Dilihat dari segi situasinya, ragam bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu
bahasa dalam situasi resmi dan bahasa yang tidak dipakai dalam situasi resmi.
25
Bahasa resmi adalah bahasa yang secara yuridis diakui sebagai bahasa
resmi dalam suatu negara. Bahasa resmi sesuai dengan keresmiannya mempunyai
Bahasa dalam situasi resmi juga memiliki bentuk lain, yaitu ragam beku
(frozen). Disebut ragam beku karena ungkapan dan istilah yang dipakai
sedemikian tetap dan tidak memungkinkan adanya perubahan satu kata pun.
Bahkan, tekanan pelafalannya pun tidak boleh berubah sama sekali. Hal ini
terlihat dalam ungkapan yang dipakai oleh hakim, jaksa, dan pembela di dalam
standar. Bahasa dalam situasi tidak resmi biasanya ditandai oleh keintiman. Pada
situasi tidak resmi berlaku “asal orang yang diajak bicara mengerti”. Bahasa
yang dipakai pada situasi tidak resmi tampak pada bahasa yang dipakai orang
26
pembagian itu adalah bahasa ibu, bahasa negara, bahasa nasional, bahasa
Chaer dan Agustina (2004: 62-73) membagi ragam bahasa dari segi
Ragam bahasa dari segi penutur antara lain adalah idiolek. Idiolek
dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, serta susunan kalimat. Ragam
kedua adalah dialek. Dialek adalah ragam bahasa dari sekelompok penutur dan
jumlahnya relatif berbeda pada setiap tempat, wilayah, atau area tertentu. Ragam
ketiga adalah kronolek atau dialek temporal, yaitu ragam bahasa yang digunakan
oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Ragam keempat sosiolek atau dialek
sosial, yakni bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial
para penuturnya.
segi estetis, sehingga dipilihlah dan digunakanlah kosakata yang estetis, memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
eufoni, serta daya ungkap yang paling tepat. Ragam bahasa jurnalistik memiliki
ciri tertentu, yaitu bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena
menyampaikan berita secara tepat dan ringkas oleh karena keterbatasan ruang
(dalam media cetak) dan keterbatasan waktu (dalam media elektronika). Ragam
bahasa militer dikenal dengan cirinya yang ringkas dan tegas, sesuai dengan
kehidupan militer yang disiplin dan penuh instruksi. Ragam bahasa ilmiah juga
dikenal dengan cirinya yang tegas, jelas, dan bebas dari keambiguan, serta segala
macam metafora dan idiom. Bebas dari segala keambiguan karena bahasa ilmiah
harus memberikan informasi keilmuan secara jelas, tanpa keraguan makna, dan
Chaer dan Agustina (2004: 62-73) melihat jenis ragam dari segi
keformalan sejalan dengan pendapat Martin Joos (dalam Alwasilah, 1990: 45).
Uraian mengenai jenis ragam dan karakteristik ragam ini akan dipaparkan pada
poin berikutnya.
Dari segi sarana terdapat ragam lisan dan ragam tulis. Bahasa tulis lebih
menaruh perhatian pada susunan kalimat agar dapat dipahami dengan baik.
berdasarkan tingkat keformalan, yaitu ragam beku, ragam resmi, ragam usaha,
28
Ciri-ciri ragam beku yakni, (1) gaya yang digunakan dalam prosa tertulis
dan gaya orang yang tidak kita kenal, (2) tidak ada variasi pendengar yang
membuatnya mengubah gaya ujaran, (3) kaidah polanya sudah ditetapkan secara
mantap dan tidak boleh diubah, (4) susunan kalimat dalam ragam beku biasanya
panjang, biasanya kaku, kata-katanya bersifat lengkap, (5) penutur dan pendengar
Sejalan dengan teori Joos tentang ragam beku, Chaer dan Agustina
(2004: 70) memaparkan ciri-ciri ragam beku yakni, (1) struktur gramatikalnya
tidak berubah, (2) bentuk kalimatnya bersifat lebih kaku, kata-katanya lengkap,
dan struktur kalimatnya panjang, (3) kosakata yang biasa digunakan untuk
sesungguhnya, dan lain sebagainya, dan (4) menuntut sikap yang serius dari
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
29
(formal style) adalah ragam tutur yang digunakan dalam suasana tutur yang resmi.
resmi. Ciri-ciri ragam resmi adalah (1) topik pembicaraan bersifat resmi dan
serius, (2) antarorang yang berbicara saling menghormati, (3) bentuk kebahasaan
yang digunakan mentaati kaidah, (4) struktur fungtor lengkap, dan (5) tingkat
tutur sesuai dengan strata orang yang diajak bicara. Dari pendapat Joos tersebut,
Ragam resmi pada dasarnya sama dengan ragam baku atau standar yang
hanya digunakan dalam situasi resmi, dan tidak dalam situasi yang tidak resmi
(Chaer dan Agustina, 2004: 70). Supardi (1988: 38-39) juga memaparkan ciri-ciri
ragam resmi yang membedakan dengan ragam lainnya sebagai berikut: (1) kata
atau istilah yang dipakai bersifat baku atau sudah dibakukan misalnya, lelah dan
hanya, bukan capai dan cuman; (2) pemakaian afiks secara eksplisit dan konsisten
pemakaian kata tugas secara eksplisit dan konsisten misalnya, beberapa hari yang
lalu, sayang kepada anak, berjumpa dengan temannya, bukan beberapa hari lalu,
sayang anak, berjumpa temannya; (4) lafal yang dipakai bersifat baku, artinya
bukan lafal bahasa daerah atau yang tidak dibakukan misalnya, melaksanakan dan
30
daripada kepala sekolah.”; (6) memakai bentuk lengkap dan tidak disingkat baik
pada tataran kalimat maupun kata misalnya, “Akan pergi kemanakah, Ibu? Dia
tidak perlu diajak.”, bukan “Kemana? Dia ndak usah diajak saja.”; (7) memakai
kata ganti resmi misalnya, “Saya dan Anda sudah setuju, tetapi dia belum
setuju.”, bukan “Sini dan situ setuju, tetapi sana belum setuju”.
bahasa dengan ciri-ciri khusus yang dijadikan acuan. Adapun ciri-ciri tersebut
fungtor subjek dan predikat, (2) terhindar dari pengaruh struktur bahasa lain
(daerah dan asing), (3) penggunaan pola aspek modal+pelaku+kata kerja pangkal
pada bentuk pasif berlaku, (4) penggunaan afiksasi pada unsur bentukan kata
penghindaran kata-kata tidak baku seperti gimana, gini, gitu, ndak, nggak, bikin,
dan lain-lain, dan (6) penghindaran penggunaan kata-kata dari bahasa daerah yang
jelas-jelas tidak ada kata Indonesianya. Adapun ciri-ciri bahasa tidak baku adalah:
(1) penggunaan unsur-unsur daerah atau dialek yang belum berterima; (2)
penggunaan afiks yang tidak eksplisit dan konsisten; (3) penggunaan kata tugas
yang tidak eksplisit dan konsisten; (4) penggunaan pola frasa verbal aspek
yang tidak eksplisit dan konsisten; serta (6) penggunaan bentuk yang tidak
31
pada hasil atau produksi. Ciri-ciri ragam usaha adalah (1) tidak perlu ada
Chaer dan Agustina (2004: 71) menyatakan bahwa wujud ragam usaha
berada di antara ragam formal dan ragam informal atau santai. Adapun ciri-ciri
ragam usaha menurut Chaer dan Agustina antara lain: (1) dipergunakan dalam
(3) unsur dialek kedaerahan sudah tidak tampak, namun unsur idiolek kadang-
Nababan (1986: 12) menambahkan ciri-ciri lain ragam usaha yaitu: (1)
kalimat dan kata hanya berbentuk sekadar cukup supaya jelas dimengerti orang;
(2) bentuk-bentuk pendek tetapi tidak ada unsur-unsur penting yang dihilangkan.
Ragam santai adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak
santai lainnya. Ciri-ciri ragam santai adalah (1) digunakan dalam pembicaraan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
santai, akrab antara penutur dan mitra tutur, (2) bentuk kebahasaan relatif bebas
jika dibanding ragam resmi, (3) struktur kalimat sering menyelipkan fungtor
kalimat, kata-kata, dan suku kata, (4) sering menggunakan kata-kata yang
sopan santun tidak berlaku secara ketat, (7) sering digunakan interjeksi, (8)
penggunaan tingkat tutur kadangkala terabaikan dari status hubungan penutur dan
mitra tutur, (9) sering beralih kode, dan (10) topik pembicaraan tidak terarah
sebagai berikut: (1) digunakan dalam situasi tidak resmi; (2) banyak
menggunakan bentuk alegro, yaitu bentuk kata frasa, kalimat atau ujaran yang
dipendekkan; (3) kosakatanya banyak dipenuhi unsur leksikal dialek dan unsur
bahasa daerah; (4) seringkali tidak menggunakan struktur morfologi dan sintaksis
yang normatif. Karakteristik ragam santai menurut Chaer dan Agustina ini tidak
hubungannya sudah amat akrab, seperti seorang ibu dengan anak kecilnya dan
antarteman yang sudah karib. Ciri-ciri ragam akrab adalah (1) ragam ujaran tidak
pernah mengambil bahasa itu sendiri sebagai topik ujaran, (2) membicarakan
(3) ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan
dengan artikulasi yang sering tidak jelas, (4) pemakaian bentuk alegronya sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
keterlaluan sehingga tidak mungkin dimengerti oleh orang lain tanpa mengetahui
situasinya. Chaer dan Agustina (2004: 71) menambahkan ciri-ciri yang menandai
ragam akrab sebagai berikut: (1) biasa digunakan oleh penutur sudah akrab; (2)
dengan artikulasi yang sering kali tidak jelas. Hal ini terjadi karena di antara
partisipan sudah ada saling pengertian dan memiliki pengetahuan yang sama; (3)
tanpa mengetahui situasi dan latar belakang pembicaraan, orang lain yang
mendengar tidak akan mengerti maksudnya. Hal ini disebabkan dalam tingkat ini
Ditambahkan dari Utorodewo (2010: 4) bahwa ada lima ciri yang dapat
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam
formal dan ragam nonformal yang sangat menonjol. Kepada orang yang dihormati
penggunaan kata saya dalam ragam formal, aku dalam ragam semiformal, dan gue
34
perbedaan ragam formal dan nonformal. Dalam ragam nonformal akan sering
muncul kata nggak, bakal, gede, udahan, kegedean, cewek, bokap, ortu.
seperti sih, kok, deh, lho. Dalam ragam formal, bentuk-bentuk itu tidak akan
digunakan.
harus digunakan jelas dan teliti. Hanya pada kalimat perintah imbuhan dapat
merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonformal, seringkali kata sambung
35
biasa di sekolah, perusahaan, dan rapat-rapat usaha yang berorientasi kepada hasil
atau produksi; dengan kata lain, ragam ini berada pada tingkat yang paling
operasional.
teman-teman yang tidak perlu berbahasa secara lengkap dengan artikulasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
terang, tetapi cukup dengan ucapan-ucapan yang pendek. Hal ini disebabkan oleh
adanya saling pengertian dan pengetahuan satu sama lain. Dalam tingkat inilah
karakteristik ragam bahasa. Utorodewo membagi ragam bahasa menjadi tiga jenis,
ragam bahasa menjadi dua jenis, yaitu ragam resmi dan tidak resmi. Martin Joos
(1967) dalam Alwasilah (1990) membagi ragam bahasa menjadi lima jenis, yaitu
ragam beku (frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha (consultative), ragam
santai (casual), dan ragam akrab (intimate). Tiga dari kelima ragam tersebut, yaitu
ragam usaha, ragam santai, dan ragam akrab diklasifikasikan ke dalam ragam
bahasa tidak resmi dan dua diantaranya merupakan situasi resmi, yaitu ragam
Menurut Martin Joos (dalam Alwasilah, 1990), ragam resmi disebut juga
sebagai ragam formal. Sementara itu, ragam resmi disebut juga ragam baku
sejalan dengan Chaer dan Agustina (2004: 70) yang menyatakan bahwa ragam
resmi pada dasarnya sama dengan ragam baku atau standar yang hanya digunakan
dalam situasi resmi, dan tidak dalam situasi yang tidak resmi. Dapat disimpulkan
bahwa ragam resmi disebut juga ragam baku atau ragam resmi.
Di luar pendapat ketiga ahli di atas, Chaer dan Agustina (2004) serta
setuju bahwa ragam bahasa dibagi menjadi lima jenis yaitu, ragam beku (frozen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
style), ragam resmi (formal style), ragam usaha (consultative style), ragam santai
(casual style), dan ragam akrab (intimate style). Penelitian ini menggunakan teori
jenis ragam menurut Martin Joos (dalam Alwasilah, 1990: 45). Teori ini dipilih
oleh peneliti karena teori ini membedakan jenis-jenis ragam secara spesifik
ragam, peneliti menggabungkan pendapat para ahli yang relevan. Berikut ini
Ragam beku merupakan bentuk lain dari ragam bahasa. Suhardi, (2013:
64), bahasa dalam situasi resmi juga memiliki bentuk lain, yaitu ragam beku
(frozen). Disebut ragam beku karena ungkapan dan istilah yang dipakai
sedemikian tetap dan tidak memungkinkan adanya perubahan satu kata pun.
Bahkan, tekanan pelafalannya pun tidak boleh berubah sama sekali. Hal ini
terlihat dalam ungkapan yang dipakai oleh hakim, jaksa, dan pembela di dalam
antara lain, (1) gaya yang digunakan dalam prosa tertulis dan gaya orang yang
tidak kita kenal; (2) tidak ada variasi pendengar yang membuatnya mengubah
gaya ujaran; (3) kaidah polanya sudah ditetapkan secara mantap dan tidak boleh
diubah; (4) susunan kalimat dalam ragam beku biasanya panjang, biasanya kaku,
kata-katanya bersifat lengkap; (5) penutur dan pendengar ragam beku dituntut
keseriusan dan perhatian penuh; dan (6) penggunaan kata sambung (konjungsi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dan kata depan (preposisi). Dari karakteristik tersebut, ragam beku adalah ragam
yang sama sekali tidak dapat diubah dari segi manapun karena memiliki sifat
kemutlakan. Sebagai contoh, ragam beku dapat ditemukan dalam UUD 1945,
beku yakni, (1) struktur gramatikalnya tidak berubah; (2) bentuk kalimatnya
bersifat lebih kaku, kata-katanya lengkap, dan struktur kalimatnya panjang, (3)
kosakata yang biasa digunakan untuk mengawali sebuah kalimat ataupun paragraf
antara lain: bahwa, hatta, sesungguhnya, dan lain sebagainya, dan (4) menuntut
sikap yang serius dari penutur dan pendengarnya. Pendapat Utorodewo (2010) dan
kemiripan. Secara garis besar, kedua ahli mendeskripsikan sifat ragam beku yang
kemiripan, serta perbedaan keduanya untuk menemukan teori yang memadai dan
relevan dalam proses analisis data. Karakteristik ragam beku yang ditemukan
peneliti setelah menggabungkan pendapat-pendapat para ahli yakni, (1) gaya yang
digunakan dalam prosa tertulis dan gaya orang yang tidak kita kenal, (2) struktur
gramatikalnya tidak berubah, (3) kaidah polanya sudah ditetapkan secara mantap
dan tidak boleh diubah, (4) susunan kalimat bersifat kaku, kata-katanya bersifat
lengkap, dan struktur kalimatnya panjang, (5) penutur dan pendengar ragam beku
dituntut keseriusan dan perhatian penuh, dan (6) kosakata yang biasa digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
untuk mengawali sebuah kalimat ataupun paragraf antara lain: bahwa, hatta,
Ragam formal disebut juga ragam resmi. Hal ini sejalan dengan Joos
dalam Nababan (1984: 22-23) yang menyatakan bahwa ragam resmi disebut juga
ragam formal. Selain itu, ragam formal atau ragam resmi disebut juga ragam baku.
Chaer dan Agustina (2004: 70) menyatakan bahwa ragam resmi pada dasarnya
sama dengan ragam baku atau standar yang hanya digunakan dalam situasi resmi,
yaitu, (1) penggunaan kata sapaan dan kata ganti Bapak, Ibu, Saudara, Anda, atau
menyertakan jabatan, gelar, maupun pangkat untuk orang yang dihormati dan
penggunaan kata saya untuk menyebut diri sendiri, (2) menghindari penggunaan
bentuk kata nonformal, (3) penggunaan imbuhan secara jelas dan teliti, (4) hanya
pada kalimat perintah imbuhan dapat ditanggalkan dalam kata kerja (verba), (5)
penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi), dan (6)
resmi dapat ditemukan dalam situasi yang resmi. Sebagai contoh dapat ditemukan
pada saat rapat kerja di kantor, seminar ilmiah, dan presentasi tugas di sekolah.
resmi yaitu, (1) topik pembicaraan bersifat resmi dan serius, (2) antarorang yang
kaidah, (4) struktur fungtor lengkap, dan (5) tingkat tutur sesuai dengan strata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
orang yang diajak bicara. Karakteristik ini relevan dengan karakteristik milik
yakni, (1) kata atau istilah yang dipakai bersifat baku atau sudah dibakukan
misalnya, lelah dan hanya, bukan capai dan cuman, (2) pemakaian afiks secara
jalan-jalan, dikata, (3) pemakaian kata tugas secara eksplisit dan konsisten
misalnya, beberapa hari yang lalu, sayang kepada anak, berjumpa dengan
temannya, bukan beberapa hari lalu, sayang anak, berjumpa temannya, (4) lafal
yang dipakai bersifat baku, artinya bukan lafal bahasa daerah atau yang tidak
lengkap dan tidak disingkat baik pada tataran kalimat maupun kata misalnya,
“Akan pergi kemanakah, Ibu? Dia tidak perlu diajak.”, bukan “Kemana? Dia
ndak usah diajak saja?”, dan (7) memakai kata ganti resmi misalnya, “Saya dan
Anda sudah setuju, tetapi dia belum setuju.”, bukan “Sini dan situ setuju, tetapi
fungtor subjek dan predikat, (2) terhindar dari pengaruh struktur bahasa lain
(daerah dan asing), (3) penggunaan pola aspek modal+pelaku+kata kerja pangkal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
pada bentuk pasif berlaku, (4) penggunaan afiksasi pada unsur bentukan kata
menghindaran kata-kata tidak baku seperti gimana, gini, gitu, ndak, nggak, bikin,
dan lain-lain, dan (6) menghindari penggunaan kata-kata dari bahasa daerah yang
jelas-jelas tidak ada kata Indonesianya. Pendapat ini juga tidak berbeda jauh
menurut masing-masing ahli menunjukkan relevansi. Secara garis besar, para ahli
berpendapat bahwa karakteristik ragam resmi tidak dapat lepas dari kaidah-kaidah
menemukan teori yang memadai dalam proses analisis data. Karakteristik ragam
resmi yang ditemukan peneliti setelah menggabungkan pendapat para ahli sebagai
berikut: (1) topik pembicaraan bersifat resmi dan serius, (2) antarorang yang
berbicara saling menghormati, (3) memakai bentuk lengkap dan tidak disingkat
baik pada tataran kalimat maupun kata, (4) struktur fungtor lengkap, khususnya
fungtor subjek dan predikat, (5) tingkat tutur sesuai dengan strata orang yang
diajak bicara, (6) penggunaan kata sapaan dan kata ganti Bapak, Ibu, Saudara,
Anda, atau menyertakan jabatan, gelar, maupun pangkat untuk orang yang
dihormati dan penggunaan kata Saya untuk menyebut diri sendiri, (7) kata atau
istilah yang dipakai bersifat baku atau sudah dibakukan, (8) penggunaan imbuhan
secara jelas dan teliti. Hanya pada kalimat perintah imbuhan dapat ditanggalkan
dalam kata kerja (verba), (9) penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
depan (preposisi), dan (10) terhindar dari pengaruh unsur asing, bahasa daerah
karakteristik ragam usaha mencakup: (1) tidak perlu ada perencanaan yang
ekstensif tentang apa yang diungkapkan, dan sebenarnya memang tidak mungkin
mungkin pengulangan kata yang tidak perlu, salah pemilihan kosakata, atau
terlalu banyak menggunakan istilah atau kata tertentu, dan (3) kadang-kadang
usaha mencakup (1) dipergunakan dalam situasi setengah resmi, (2) dipergunakan
untuk mengkonsultasikan suatu masalah, dan (3) unsur dialek kedaerahan sudah
(1986: 22-23) berpendapat bahwa karakteristik ragam usaha yakni, (1) kalimat
dan kata hanya berbentuk sekadar cukup supaya jelas dimengerti orang dan (2)
bentuk kalimat pendek tetapi tidak ada unsur-unsur penting yang dihilangkan.
ragam usaha menurut masing-masing ahli. Secara garis besar, para ahli
kesamaan, dan perbedaannya untuk menemukan teori yang memadai dan relevan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
tidak perlu ada perencanaan yang ekstensif tentang apa yang diungkapkan, (2)
pengulangan kata yang tidak perlu, salah pemilihan kosakata, atau terlalu banyak
menggunakan istilah atau kata tertentu, (3) dipergunakan dalam situasi setengah
resmi, (4) dipergunakan untuk mengkonsultasikan suatu masalah, (5) unsur dialek
yang normatif, (7) kalimat dan kata hanya berbentuk sekadar cukup supaya jelas
dimengerti orang, dan (8)bentuk kalimat pendek tetapi tidak ada unsur-unsur
karakteristik ragam santai yakni, (1) digunakan dalam pembicaraan santai, akrab
antara penutur dan mitra tutur, (2) bentuk kebahasaan relatif bebas jika dibanding
ragam resmi, (3) struktur kalimat sering menyelipkan fungtor kalimat, kata-kata,
dan suku kata, (4) sering menggunakan kata-kata yang dipenggal sebagian
berlaku secara ketat, (7) sering digunakan interjeksi, (8) penggunaan tingkat tutur
kadangkala terabaikan dari status hubungan penutur dan mitra tutur, (9) sering
beralih kode, dan (10) topik pembicaraan tidak terarah secara mantap atau urutan
tidak runtut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
santai yakni, (1) digunakan dalam situasi tidak resmi, (2) banyak menggunakan
bentuk alegro, yaitu bentuk kata frasa, kalimat atau ujaran yang dipendekkan, (3)
kosakatanya banyak dipenuhi unsur leksikal dialek dan unsur bahasa daerah, dan
(4) seringkali tidak menggunakan struktur morfologi dan sintaksis yang normatif.
ragam santai menurut masing-masing ahli. Secara garis besar, para ahli
dalam proses analisis data. Karakteristik ragam santai yang ditemukan peneliti
pembicaraan santai, akrab antara penutur dan mitra tutur, (2) bentuk kebahasaan
relatif bebas jika dibanding ragam resmi, (3) fungtor kalimat tidak lengkap, (4)
terjadi pengulangan-pengulangan, (6) sopan santun tidak berlaku secara ketat., (7)
dari status hubungan penutur dan mitra tutur, (9) sering beralih kode, (10) topik
pembicaraan tidak terarah secara mantap atau urutan tidak runtut, (11)
kosakatanya banyak dipenuhi unsur leksikal dialek dan unsur bahasa daerah, dan
(12) banyak menggunakan bentuk alegro, yaitu bentuk kata frasa, kalimat atau
45
karakteristik ragam akrab mencakup: (1) ragam ujaran tidak pernah mengambil
bahasa itu sendiri sebagai topik ujaran, (2) membicarakan grammar (misalnya),
otomatis akan memporak-porandakan ujaran gaya intim ini, (3) ditandai dengan
sering tidak jelas, dan (4) pemakaian bentuk alegronya sudah keterlaluan
sehingga tidak mungkin dimengerti oleh orang lain tanpa mengetahui situasinya.
akrab yakni, (1) biasa digunakan oleh penutur sudah akrab, (2) ditandai dengan
yang sering kali tidak jelas. Hal ini terjadi karena di antara partisipan sudah ada
saling pengertian dan memiliki pengetahuan yang sama, dan (3) tanpa mengetahui
situasi dan latar belakang pembicaraan, orang lain yang mendengar tidak akan
mengerti maksudnya. Hal ini disebabkan dalam tingkat ini banyak digunakan
mencakup (1) tidak perlu berbahasa secara lengkap dengan artikulasi yang terang,
tetapi cukup dengan ucapan-ucapan yang pendek. Hal ini disebabkan oleh adanya
saling pengertian dan pengetahuan satu sama lain dan (2) banyak dipergunakan
46
ragam akrab menurut masing-masing ahli. Secara garis besar, para ahli
berpendapat bahwa dalam ragam akrab sering digunakan istilah-istilah khas yang
pendapat para ahli untuk menemukan teori yang memadai dan relevan untuk
proses analisis data. Karakteristik ragam akrab yang ditemukan peneliti setelah
penutur yang sudah akrab, (2) ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak
lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang sering tidak jelas, (3) maksud
pembicaraan tidak dapat dimengerti oleh orang lain tanpa mengetahui situasinya,
2.2.2 Konteks
lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta tutur untuk dapat
berinteraksi dan dapat membuat ujaran mereka dapat dipahami. Adapun konteks
yang dimaksud oleh Mey bahwa konteks merupakan situasi yang berada di luar
lingkungan yang mendukung, proses pemahaman ujaran antara penutur dan mitra
luar pengejawantahan yang jelas seperti latar fisik tempat dihasilkannya suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
yang dimaksud Cumings (2007: 5) adalah proses ujaran atau komunikasi berada
di luar studi tata bahasa tetapi mencakup konteks yang melatarbelakanginya dan
Uraian mengenai konteks dipaparkan secara lebih rinci oleh Dell Hymes
(1974) dalam jurnal berjudul Konteks dan Jembatan Komunikasi milik Annisa dan
penentu peristiwa tutur. Adapun yang dimaksud dengan teori SPEAKING adalah
Setting and scene (S), Participant (P), End (E), Act Sequences (A), Key (K),
Instrumentalities (I), Norms (N), dan Genres (G). Hymes dalam Rahardi (2001:
1). Setting and Scene, yaitu latar dan suasana. Latar (setting) bersifat fisik, yaitu
meliputi tempat dan waktu terjadinya tuturan. Sementara Scene adalah latar psikis
yang lebih mengacu pada suasana psikologis yang menyertai peristiwa tutur.
2). Participant, yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan, baik langsung
maupun tidak langsung. Hal-hal yang berkaitan dengan partisipan seperti usia,
pendidikan, latar sosial, dan sebagainya, juga menjadi perhatian. Pihak pertama
adalah penutur dan pihak kedua adalah mitra tutur. Dalam waktu dan situasi
tertentu dapat juga terjadi bahwa jumlah peserta tutur lebih dari dua, yakni dengan
48
3). End, yaitu hasil atau tanggapan dari suatu pembicaraan yang memang
diharapkan oleh penutur (ends as outcomes), dan tujuan akhir pembicaraan itu
sendiri (end in views goals). Sebuah tuturan mungkin sekali dimaksudkan untuk
menyampaikan informasi atau buah pikiran, tuturan itu dipakai untuk membujuk,
yang dimaksudkan untuk mengubah perilaku dari seseorang itu sering disebut
4). Act sequences (pesan/amanat), terdiri dari bentuk pesan (messages form) dan
5). Key, meliputi cara, nada, sikap, atau semangat dalam melakukan percakapan.
apa percakapan tersebut disampaikan, misalnya: dengan cara lisan, surat, radio,
dan sebagainya.
7). Norms merujuk pada norma atau aturan yang membatasi percakapan.
8). Genres, yaitu jenis tutur menunjuk pada jenis kategori kebahasaan yang
Poedjosudarmo, komponen tutur ada tiga belas, yakni, 1) pribadi si penutur atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dengan orang yang diajak bicara, 3) kehadiran orang ketiga, 4) maksud dan
pembicaraan, 8) urutan bicara, 9) bentuk wacana, 10) sarana tutur, 11) adegan
tutur, 12) lingkungan tutur, dan 13) norma kebahasaan lainnya. Berikut ini uraian
tuturan yang disampaikan seseorang. Berkenaan dengan hal ini terdapat dua hal
penting yang perlu di sebutkan. Pertama adalah siapakah kejatian atau identitas
orang pertama itu dan yang kedua adalah dari manakah asul-usul penutur itu.
Identitas orang pertama akan ditentukan oleh tiga hal penting yakni, (1) keadaan
2001: 37) sangat berpengaruh pada kuantitas tuturan. Sebagai contoh, seorang
balita yang baru bisa berbicara banyak mengeluarkan celoteh. Orang yang
mentalnya terganggu juga sering menuturkan sesuatu namun sangat sulit dipahami
oleh pendengarnya. Seorang warga yang bertemu dengan turis asing di lokasi
wisata dan tidak dapat berbahasa Inggris hanya menggunakan bahasa isyarat
2). Anggapan Penutur terhadap Kedudukan Sosial dan Relasinya dengan Orang
50
kelamin, daerah asal, suku, umur, golongan kelas dalam masyarakat, dan agama
golongan atas akan berbicara dengan cara yang berbeda dengan anggota
dalam peristiwa tawar-menawar yang berbahasa Jawa dalam tingkat tutur Krama
bercampur dengan Ngoko, mendadak berubah menjadi bahasa Jawa Krama tanpa
sang teman pedagang dalam peristiwa tutur itu akan menuntutnya menggunakan
pada bahasa yang digunakan. Seringkali penutur harus mengubah kode tuturannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
supaya orang yang memiliki latar belakang kebahasaan berbeda dapat terlibat
dalam komunikasi.
Faktor maksud dapat pula berpengaruh terhadap kode bahasa yang dipilih
seseorang dalam bertutur. Seorang anak yang biasanya berbicara dengan bahasa
yang penentuan hasilnya adalah pada pihak sang Ibu. Pada saat anak minta
dibelikan pakaian baru oleh ibunya, anak itu akan mengubah kodenya supaya
maksudnya tercapai.
dengan maksud tuturan. Supaya maksud tuturan dapat dipahami oleh lawan
maksud.
Terkait erat dengan faktor maksud dan kehendak dari penutur adalah
warna emosi. Penutur yang sedang gugup barangkali akan menimbulkan tuturan
yang tidak jelas ditangkap oleh mitra tutur. Ketidakjelasan itu mungkin
dikarenakan oleh banyaknya frasa yang terpenggal, banyaknya tuturan yang tidak
sebagainya.
Dalam bahasa Jawa, hal yang demikian itu dikatakan sebagai tumpang suh
yang artinya tuturan yang tidak memiliki keteraturan urutan. Faktor warna emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
ini barangkali menjadi amat jelas manakala orang sedang marah. Orang yang
sedang marah atau dalam keadaan emosi tingkat tinggi dapat dipastikan kesulitan
dalam mengontrol tuturannya. Dengan emosi yang demikian itu si penutur akan
Terkait dengan emosi adalah nada suasana bicara. Nada suasana dapat
berpengaruh terhadap perasaan dan emosi penutur dan lawan tutur sehingga
keluarga. Nada suasana yang ada pada saat itu adalah kesedihan. Suasana yang
demikian sudah barang tentu mewarnai perasaan para anggota keluarga bahkan
anggota masyarakat itu. Apabila mereka bertutur, sudah barang tentu perasaan
sedih itu tidak dapat disembunyikan. Dengan kata lain tuturan mereka pada saat
berkomunikasi dan mengadakan kontak dengan yang lain dipengaruhi oleh nada
7) Pokok Pembicaraan
Agak dekat dengan masalah nada suasana tutur adalah masalah bidang
atau masalah yang dibicarakan. Membicarakan masalah politik sudah barang tentu
berbeda dengan membicarakan masalah olah raga. Berbicara ihwal politik pasti
sedangkan berbicara masalah olah raga cenderung untuk bersifat santai dan tidak
menegangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
8) Urutan Bicara
Pada saat terjadi percakapan antara dosen dengan seorang mahasiswa yang sedang
berkonsultasi tentang penulisan tesisnya sudah barang tentu sang dosen itu akan
berbicara dengan lebih leluasa. Di lain pihak mahasiswa akan berbicara dengan
lebih hati-hati dan cenderung hanya menjawab apa yang ditanyakan oleh
sang dosen, maka urutan yang muncul dari mahasiswa itu pun cenderung terbatas.
Dari uraian di atas diketahui bahwa urutan bicara berkaitan pula dengan
status atau kedudukan sosial. Dosen merupakan orang yang dihormati oleh
9) Bentuk Wacana
sudah mapan (established speech form). Bentuk tutur orang berpidato, orang
mengandung urut-urutan tutur yang sudah hampir pasti dan selalu sama. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa bentuk tuturan dalam wacana-wacana itu sudah
mapan dan orang tidak demikian mudah mengganti urutan bentuk tuturan itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
wacana merupakan ragam tulis yang umumnya memiliki ketetapan bentuk dan
urutan.
itu kepada lawan tutur, juga menentukan tuturan yang muncul dari seseorang.
Orang berbicara dengan berhadapan langsung antara penutur dan lawan tutur tentu
berbeda dengan tuturan orang yang berbicara melalui pesawat telepon. Berbicara
disampaikan oleh penutur. Hal demikian disebabkan oleh berbagai faktor seperti
Komponen adegan tutur yang menunjuk pada aspek tempat, waktu, dan
peristiwa tutur yang juga banyak berpengaruh terhadap tuturan. Tempat terjadinya
percakapan sudah barang tentu menentukan tuturan yang akan dimunculkan oleh
55
Orang di pasar atau di pinggir jalan besar pasti akan bertutur dengan cara
dan sebagainya.
lingkungan di mana tuturan itu terjadi. Sebagai contoh tuturan yang terjadi dalam
acara kethoprak dalam televisi pasti akan menentukan tuturan yang muncul.
tertulis bahwa berbicara dengan seseorang yang lebih tua harus pelan-pelan dan
tidak boleh dengan suara yang lantang. Norma dalam masyarakat Jawa ini
56
dikenal dengan gaya bahasanya yang lembut sementara masyarakat Batak dikenal
dilakukan siswa guna mencapai hasil belajar tertentu dalam bimbingan dan arahan
serta motivasi dari seorang guru, sementara pembelajaran bahasa Indonesia adalah
berbahasa tertentu. Dari pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa guru berperan
aktivitas guru dan siswa ini harus difasilitasi dengan prinsip pembelajaran yang
berbahasa yang harus dikuasai siswa yaitu membaca, menyimak, berbicara, dan
kemampuan keilmuan yang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Abidin (2013: 3)
Artinya, baik sastra maupun bahasa yang dipadukan dengan pendidikan dan
57
porsi yang banyak sebab mata pelajaran ini dianggap penting untuk diajarkan di
yang ada dalam diri siswa (Sufanti, 2010: 12). Jadi, pembelajaran bahasa
yang akan dilaksanakan. Adapun tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia menurut:
(Sufanti, 2010: 13) yakni, (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai
dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, (2) menghargai dan
negara, (4) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
dibutuhkan komunikasi yang baik antara guru dengan siswa, siswa dengan guru,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
dan siswa dengan siswa. Komunikasi yang baik dapat terwujud apabila pesan
yang disampaikan penutur dapat dipahami oleh mitra tutur sehingga terjadi proses
timbal balik dalam komunikasi. Salah satu hal yang dapat memengaruhi terjadinya
komunikasi yang baik adalah penggunaan ragam yang tepat, sesuai dengan situasi
pembicaraan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Kerangka berpikir akan memaparkan alur atau tahapan berpikir. Alur ini
PENDEKATAN SOSIOLINGUISTIK
Utorodewo (2010)
Chaer dan Agustina (2004)
Pateda (1990)
Martin Joos (dalam Alwasilah, 1990)
Supardi (1988)
Nababan (1984)
PENGUMPULAN DATA
HASIL PENELITIAN
60
Landasan teori yang digunakan terkait dengan penggunaan ragam bahasa dan
karakteristik ragam bahasa. Landasan teori ragam bahasa dan karakteristik ragam
bahasa berisi teori-teori terkait konsep ragam bahasa yang digunakan dalam
konsep Utorodewo (2010), Chaer dan Agustina (2004), Pateda (1990), Martin
Berikutnya, analisis jenis ragam dan karakteristik ragam tuturan guru dan
siswa. Tuturan yang dimaksud meliputi tuturan antara guru dengan siswa, siswa
dengan guru, dan antarsiswa. Tuturan ini diperoleh oleh peneliti dengan
kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari jenis penelitian, data dan sumber data, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian
data. Keenam hal tersebut akan diuraikan pada subbab berikut ini.
tuturan guru dan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII A di
apa yang terdapat atau apa yang terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau
wilayah tertentu.
guru dan siswa. Oleh karena itu, hasil penelitian berupa deskripsi data dalam
Tuturan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VIII A
Data dalam penelitian ini adalah tuturan guru dengan siswa, siswa dengan
guru, dan siswa dengan siswa yang berwujud kata, kalimat, atau rangkaian
kalimat. Sumber data dalam penelitian merupakan subjek dari mana data dapat
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
diperoleh (Arikunto, 2013: 172). Hal ini sejalan dengan Sangadji (2010: 43) yang
menyatakan bahwa sumber data adalah subjek penelitian tempat data menempel.
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan guru mata
Pendapat ini didukung oleh Sugiyono (2012: 222) yang menyatakan bahwa
akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono,
penyimakan terhadap tuturan yang muncul dari guru dan siswa dalam proses
pembelajaran di kelas. Metode simak memiliki teknik dasar yang disebut teknik
63
Teknik sadap mempunyai dua teknik lanjutan yaitu teknik Simak Bebas
Libat Cakap (SBLC) dan teknik Simak Libat Cakap. Teknik Simak Bebas Libat
Cakap (SBLC) meniadakan peran peneliti untuk turut terlibat dalam peristiwa
tutur. Peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Teknik ini menjaga perilaku
berbahasa guru dan siswa sehingga tuturan yang muncul adalah tuturan yang
alami, bukan dibuat-buat. Situasi dan konteks yang tampak adalah situasi dan
konteks yang sesungguhnya sehingga data yang diperoleh adalah data alamiah.
Berikutnya adalah teknik Simak Libat Cakap yaitu, upaya penyadapan peristiwa
tutur dengan cara peneliti turut terlibat dalam peristiwa tutur tersebut. Peneliti
tidak hanya menjadi pengamat tetapi ikut menyatu atau manunggal dengan
partisipan yang hendak disimak (Mahsun, 2007: 243). Teknik ini memungkinkan
adanya stimulus dari peneliti untuk memperoleh data yang diharapkan dari peserta
tutur. Peneliti terlibat dalam tuturan dengan ikut seta menyampaikan tuturan
Penelitian ini menggunakan teknik lanjutan dari teknik sadap yaitu teknik
Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) karena peneliti hanya berperan sebagai
pengamat dalam proses pengambilan data dan tidak ambil bagian dalam
penelitian.
64
muncul. Hal ini sejalan dengan Sudaryanto, (2015: 205) yang menyatakan bahwa
menggunakan alat rekam suara (audio) dan video (audiovisual) berupa telepon
Melalui teknik rekam, peneliti menghasilkan data berupa tuturan guru dan
siswa yang berwujud kata, kalimat, atau rangkaian kalimat. Untuk melaksanakan
teknik ini memerlukan beberapa alat perekam. Alat rekam yang digunakan adalah
telepon genggam dan laptop. Hal ini sejalan dengan Sudaryanto (2015: 205) yang
canggih, alat perekam yang dimaksud dapat lebih beraneka dengan hasil yang
laku dan perbuatan lain yang mampu dilihat, baik verbal maupun non-verbal;
handycam misalnya.
tuturan-tuturan yang kemungkinan tidak terekam pada kartu data. Kartu data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif kualitatif. Bogdan & Biklen (dalam Moleong, 2014: 248)
65
dengan jalan bekerja dengan data. Sementara analisis deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan situasi diglosia yang muncul pada tuturan guru dan siswa di
kelas VIII A dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan wujud dan
fungsi ragam.
mentranskripsi tuturan dari rekaman video sesuai dengan tuturan asli yang
berlangsung, (2) mengklasifikasi data menjadi tiga bagian, yaitu bagian pembuka
reduksi data memilih data-data yang dianggap pokok dan penting dan membuang
data yang dianggap tidak sesuai tujuan penelitian yang akan dicapai, (4) peneliti
melakukan koding dengan menyusun kode 01, 02, 03 dan seterusnya untuk urutan
tuturan, kode G untuk Guru sebagai penutur, kode S1 untuk Siswa 1 sebagai
penutur, kode S2 untuk Siswa 2 sebagai penutur, dan seterusnya, kode I untuk
Ragam Beku, kode II untuk Ragam Resmi, kode III untuk Ragam Usaha, kode IV
untuk Ragam Santai, dan kode V untuk Ragam Akrab, (5) mengidentifikasi data
berdasarkan jenis ragam, karakteristik ragam, fungsi ragam, dan konteks tuturan,
(6) menyajikan hasil analisis dalam tabel analisis data tentang fenomena diglosia
pada tuturan guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII A
SMP Pangudi Luhur I Kalibawang dalam bentuk tabel dan uraian, dan (7) menarik
simpulan.
Salah satu teknik yang digunakan di akhir sebuah penelitian data adalah
teknik penyajian data. Teknik penyajian data bertujuan agar pembaca mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
memahami hasil penelitian. Pada tahap awal penelitian, peneliti memilih data dan
kalimat yang memaparkan secara panjang lebar. Hal ini sejalan dengan pendapat
Nurasti (2007: 130) yang memaparkan bahwa analisis dengan merinci dan
kalimat.
dipermudah dengan penyajian hasil analisis data dalam bentuk tabel. Berikut ini
KONTEKS PENANDA
NO. KODE JENIS RAGAM KARAKTERISTIK
TUTURAN RAGAM
RB RR RU RS RA
Keterangan:
2. RB : Ragam Beku
3. RR : Ragam Resmi
4. RU : Ragam Usaha
5. RS : Ragam Santai
6. RA : Ragam Akrab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
Bertolak dari pendapat para ahli di atas, maka data penelitian tentang
ragam bahasa pada tuturan guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia
di kelas VIII A SMP Pangudi Luhur I Kalibawang tahun ajaran 2017/2018 ini
BAB IV
Bab ini berisi uraian mengenai (1) deskripsi data, (2) analisis data, dan (3)
penutur dan mitra tutur memilih ragam bahasa tertentu serta dideskripsikan pula
karakteristiknya.
Yogyakarta. Data penelitian ini adalah tuturan guru dan siswa yang berwujud
pertemuan kedua, peneliti mengambil data awal untuk melihat secara kasar
peneliti melakukan proses pengambilan data dengan merekam tuturan guru dan
menemukan 251 tuturan. Dari 251 tuturan tidak semua tuturan dianalisis karena
ada 12 tuturan yang merupakan ragam tulis sementara penelitian ini berfokus pada
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Di samping 12 ragam tulis yang tidak dianalisis, ada 95 tuturan yang tidak
tuturan-tuturan yang muncul saat guru memeriksa daftar hadir siswa. Peneliti
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII A dan guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Berikut ini data siswa dan guru.
Kode
No. Nama Kelamin Siswa Suku
1 AGATA DWI MARWATI Perempuan S1 Jawa
2 AGUSTINUS HERJUNO Laki-laki S2 Jawa
HANDIKA PRADINTA
3 AGUSTINUS Laki-laki S3 Jawa
PRASETYA WIBAWA
4 AHMAD MAYSWARA Laki-laki S4 Betawi
AMANDA GIRI
5 ALUOSIYA GEDRUDA Perempuan S5 Papua
SEDIK
6 ANA EVANITA DIYAN Perempuan S6 Betawi
PUTRI UTAMI
7 ANCELMA YONA Perempuan S7 Jawa
YEKTIANI
8 AURELIA BUNGA Perempuan S8 Jawa
CALISTA
9 CHRISTIAN INDITO Laki-laki S9 Jawa
MURTIAJI
10 CHRISTIAN KEVIN Laki-laki S10 Jawa
11 DAVID PURBA JATI Laki-laki S11 Jawa
12 EMANUEL Laki-laki S12 Jawa
YOGISVORO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Dari data di atas diketahui bahwa jumlah murid kelas VIII A sebanyak 25
siswa yang terdiri dari 11 siswi dan 14 siswa. Peneliti membuat kode siswa yang
mewakili nama siswa mulai dari kode S1 (siswa dengan nomor urut 1) hingga
kode S25 (siswa dengan nomor urut 25) untuk mempermudah proses pengolahan
data. Dilihat dari latar belakang sosialnya, terdapat keanekaragaman suku di kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
VIII A. Mayoritas siswa adalah suku Jawa sementara yang lainnya adalah suku
Betawi, Sunda, Dayak, dan Papua. Selain siswa, sumber data penelitian ini adalah
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII A SMP Pangudi Luhur I
Jawa.
penelitian ini adalah tuturan guru dan siswa yang muncul selama berlangsungnya
proses pembelajaran. Tuturan yang dimaksud adalah tuturan yang muncul dalam
komunikasi guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa.
Tuturan diperoleh dari hasil perekaman tuturan dalam bentuk audio dan
audiovisual.
dalam rumusan masalah penelitian ini. Data yang diperoleh adalah data jenis
ragam bahasa Indonesia yang muncul pada kegiatan awal, inti, dan akhir
72
dan data karakteristik ragam bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru dan
siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur I Kalibawang. Berikut ini tabel jenis
tuturan ragam resmi, 44 tuturan ragam santai, dan 8 tuturan ragam akrab. Ragam
beku dan ragam usaha tidak ditemukan. Tabel di atas memperlihatkan bahwa
ragam santai adalah ragam bahasa yang paling banyak digunakan dalam proses
komunikasi di kelas, diikuti oleh ragam akrab kemudian yang paling jarang
dilaksanakan pada 25 April 2018. Triangulasi data dilakukan oleh dosen program
Yogyakarta, yaitu Danang Satria Nugraha, M.A. Sebelum triangulasi, data yang
oleh triangulator sebanyak 50 tuturan dan data yang tidak disetujui oleh
73
Data yang tidak disetujui adalah data nomor 20, nomor 22, nomor 27, dan
nomor 47. Keempat data tersebut tidak disetujui karena triangulator berpendapat
bahwa data-data yang dinyatakan sebagai ragam santai oleh peneliti, merupakan
ragam akrab. Data yang tidak disetujui kemudian ditindaklanjuti oleh peneliti
dengan cara melakukan analisis ulang. Setelah melakukan analisis ulang, peneliti
melakukan pembetulan terhadap analisis yang tidak tepat. Dari hasil analisis ulang
dan meninjau kembali kajian pustaka, peneliti menemukan bahwa 3 dari 4 data
yang tidak disetujui triangulator dan dinyatakan sebagai ragam akrab oleh
triangulator merupakan ragam santai. Data tersebut adalah data nomor 20, nomor
27, dan nomor 47. Ketiga data tersebut memenuhi syarat ragam santai. Sementara
itu, data nomor 22 merupakan ragam akrab karena memenuhi syarat ragam akrab.
dianalisis sesuai dengan tahap analisis data. Ada tujuh tahap analisis data dalam
Pada tahap pertama, peneliti membuat transkipsi data tuturan yang telah
direkam pada proses pengambilan data. Rekaman berupa suara (audio), video
berbagai media perekam, diharapkan data yang diperoleh adalah data yang
autentik.
yaitu, tuturan yang muncul pada tahap awal pembelajaran, tuturan yang muncul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
pada tahap inti pembelajaran, dan tuturan yang muncul pada tahap penutup
Data yang diperlukan adalah data yang memenuhi informasi untuk dianalisis.
Tahap keempat adalah koding, peneliti membuat kode atas data-data yang telah
dilakukan identifikasi untuk memastikan jenis ragam. Pada tahap ini, dianalisis
tiap tuturan. Pada tahap penyajian, analisis data ditampilkan dalam bentuk tabel
analisis. Setelah itu, peneliti melaporkan hasil analisis data dalam bentuk
deskripsi.
Analisis data penelitian ini meliputi analisis jenis ragam bahasa dan
analisis karakteristik ragam bahasa. Berikut ini analisis jenis ragam dan
karakteristik ragam tuturan guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia
menemukan tiga tuturan yang merupakan ragam resmi. Ragam resmi muncul pada
Berikut beberapa tuturan ragam resmi yang ditemukan dalam penelitian ini.
75
Data tuturan (1) merupakan bentuk penggunaan ragam resmi oleh guru
kata sapaan dan kata ganti Bapak, Ibu, Saudara, Anda, atau menyertakan jabatan,
gelar, atau pangkat untuk orang yang dihormati dan penggunaan kata saya untuk
pembicaraan dalam tuturan ini bersifat resmi dan serius terkait pembahasan judul
berita yang telah dipresentasikan oleh seorang siswi bernama Yona. Karakteristik
yang digunakan adalah kata-kata baku atau resmi. Karakterisik 3 ditandai dengan
penggunaan kata dan kalimat yang lengkap dan tidak disingkat. Karakteristik 4
ditandai dengan struktur fungtor yang lengkap, mengandung subjek, predikat, dan
objek. Apabila diuraikan menjadi demikian, Apa judul berita merupakan objek
kalimat, yang dibacakan merupakan predikat, dan oleh Yona menempati fungsi
subjek kalimat. Karakteristik 5 terkait kesesuaian tingkat tutur dengan orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
diajak bicara. Kesesuaian tingkat tutur ini ditandai dengan penggunaan kata
sapaan Yona (nama siswa) yang digunakan guru untuk menyebut siswanya.
Menyebut siswa dengan nama dianggap sesuai dengan tingkat tutur karena usia
siswa jauh lebih muda dibandingkan dengan guru dan guru merupakan orang yang
dihormati di kelas. Kata yang dipakai bersifat baku atau sudah dibakukan.
tampaknya penggunaan kata tidak baku atau yang belum dibakukan. Karakteristik
8 adalah penggunaan imbuhan secara jelas dan teliti yang tampak pada
dengan tidak hadirnya pengaruh unsur asing, bahasa daerah atau bahasa yang
tidak dibakukan.
Data tuturan (2) juga merupakan ragam resmi yang dituturkan oleh guru.
8, dan karakteristik 9.
1990: 45) ciri pertama ragam resmi adalah topik pembicaraan bersifat resmi dan
dalam tuturan ini bersifat resmi dan serius terkait penyebab terjadinya peristiwa
dalam berita yang dibacakan oleh Siswa 27 yang ditandai dengan bentuk
77
baku (formal). Karakteristik 3 yaitu kata dan kalimat bentuk lengkap ditandai
dengan tidak adanya penggunaan singkatan dalam tataran kata maupun kalimat.
tutur yang sesuai dengan orang yang diajak bicara, hal ini tampak dari penyebutan
Darma Djaja (nama siswa) yang digunakan oleh guru untuk memanggil siswanya
secara langsung. Memanggil siswa dengan nama dianggap sesuai dengan tingkat
tutur karena usia siswa lebih muda dari guru dan guru merupakan orang yang
dihormati di kelas. Karakteristik 7 adalah istilah yang dipakai bersifat baku atau
sudah dibakukan. Hal ini ditandai dengan ketidakhadiran bentuk tidak baku atau
tidak resmi. Karakteristik 10 yaitu kalimat terhindar dari pengaruh unsur asing,
Dalam penelitian ini tidak ditemukan tuturan siswa dengan guru yang
pembelajaran di kelas, hanya ragam santai yang digunakan oleh siswa kepada
guru. Ragam resmi hanya ditemukan pada ragam tulis sementara penelitian ini
78
Dalam penelitian ini, sama sekali tidak ditemukan ragam resmi dalam
tuturan sesama siswa. Siswa cenderung menggunakan ragam santai dan ragam
penelitian ini muncul secara konsisten pada semua tahap pembelajaran baik pada
tahap awal, tahap inti, maupun tahap akhir. Intensitas pemakaian ragam santai
jauh lebih tinggi dibandingkan penggunaan ragam resmi dan ragam akrab. Berikut
ini beberapa tuturan ragam santai yang ditemukan dalam penelitian ini.
untuk berkomunikasi dengan siswanya. Hal ini dibuktikan dengan temuan data
yang menunjukkan bahwa guru sering memilih ragam santai dibandingkan ragam
resmi. Berikut ini beberapa data tuturan ragam santai yang dituturkan oleh guru
kepada siswa.
(3) (G-IV01) Nah, kemarin dah belajar unsur berita. Nah, pokoknya ini
jangan sampai lupa ya, ada jembatan keledai. Ada berapa unsur?
Konteks: Tuturan terjadi di ruang kelas VIII A pada awal
berlangsungnya pembelajaran. Suasana pembicaraan berlangsung
santai. Partisipan pembicaraan adalah guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia dan siswa-siswi kelas VIII A. Guru sebagai penutur dan
siswa-siswi sebagai mitra tutur. Maksud dari pembicaraan ini adalah
guru membuka pelajaran dengan mengingatkan para siswa mengenai
materi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya terkait teori unsur
berita. Guru mengingatkan para siswa secara lisan sambil menuliskan
cara jembatan keledai di papan tulis. Jembatan keledai yang dimaksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
80
Data tuturan (3) merupakan ragam santai. Tuturan ini memenuhi 8 dari 12
kosakata yang banyak dipenuhi oleh unsur leksikal dialek, unsur bahasa daerah
pembicaraan yang berlangsung santai antara penutur (guru) dengan mitra tutur
(siswa) ditandai dengan munculnya bentuk tidak baku dah yang berasal dari
bebas ditandai dengan bentuk tidak baku dah yang berasal dari bentuk baku sudah
serta hadirnya kalimat tanya “Ada berapa unsur?” yang tidak disertai dengan kata
pokoknya ini jangan sampai lupa ya, ada jembatan keledai”. Karakteristik 4 yaitu,
pemenggalan silabel su- yang berasal dari kata sudah menjadi dah. Karakteristik 5
adalah pengulangan interjeksi Nah sebanyak dua kali pada kalimat, “Nah, kemarin
dah belajar unsur berita” dan “Nah, pokoknya ini jangan sampai lupa ya, ada
digunakan secara ketat, terbukti dengan tidak digunakannya kata ganti dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
interjeksi Nah dalam kalimat “Nah, kemarin dah belajar unsur berita” dan “Nah,
pokoknya ini jangan sampai lupa ya, ada jembatan keledai”. Munculnya alegro
dalam bentuk ujaran yang dipendekkan berikut ini: ujaran sudah dipendekkan
menjadi dah serta kalimat pendek, “Ada berapa unsur?”. Karakteristik 12 terkait
alegro dalam bentuk ujaran yang dipendekkan ditandai dengan ujaran sudah
Data tuturan (4) merupakan ragam santai. Tuturan ini memenuhi 9 dari 12
penutur (guru) dan mitra tutur (siswa-siswi) ditandai oleh pemakaian kata ganti
kalian oleh guru dalam kalimat “Nah, nanti penilaiannya seperti ini ya, setelah
dengan munculnya kata mubazir dari pada kal imat “Nah, teman yang bisa
mengoreksi kekurangan dari berita yang sudah maju, itu yang akan mendapat
kalimat yang ditandai dengan ketiadaan subjek pada kalimat, “Dah paham
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
belum?”. Karakteristik 4 ditandai oleh pemenggalan silabel su- pada kata sudah
pertama, “Nah, tugas untuk hari ini menulis tiga berita yang harus lengkap dengan
enam unsur berita” menunjukkan bahwa topik kalimat adalah penugasan menulis
berita. Berikutnya pada kalimat, “Nah, nanti penilaiannya seperti ini ya, setelah
ditandai dengan munculnya ujaran yang dipendekkan, yaitu dah yang berasal dari
dari 12 karakteristik ragam santai. Adapun karakteristik yang tidak muncul adalah
Karakteristik yang muncul antara lain, karakteristik 1 yang ditandai oleh situasi
(guru) dan mitra tutur (siswa-siswi) ditandai oleh pemakaian kata ganti kalian,
kamu, dan anak-anak yang dituturkan oleh guru terhadap siswa. Karakteristik 2
tentang kebahasaan yang bebas ditandai dengan penggunaan kata mubazir dari
83
pemenggalan silabel dari kata tetapi menjadi tapi, menulis menjadi nulis,
“Nah, misalnya nanti saya panggil Ahmad” dan interjeksi Oh dalam kalimat
unsur bahasa asing oke yang berasal dari bahasa Inggris Okay yang berarti iya,
baik, atau baiklah dan unsur bahasa Jawa ta yang berarti kan dalam kalimat,
unsur bahasa Jawa ta yang berarti kan dalam kalimat, “Belum tahu ta ya?”.
hadirnya ragam ta yang berasal dari bahasa Jawa. Karakteristik 4 ditandai oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
pemenggalan silabel i- yang berasal dari kata kata iya menjadi ya. Karakteristik 5
ditandai dengan pengulangan unsur kalimat karena apa dalam kalimat, “Karena
apa?” dan kalimat, “Karena apa peristiwa itu terjadi?”. Karakteristik 6 terkait
sapaan pada kalimat tanya yang ditujukan oleh penutur kepada mitra tutur dalam
kalimat, “Karena apa?” dan “Karena apa peristiwa itu terjadi?”. Karakteristik 7
ditandai oleh hadirnya interjeksi ta yang dalam bahasa Indonesia berarti kan.
penggunaan unsur daerah ta yang dalam bahasa Indonesia berarti kan dalam
santai. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa seluruh tuturan siswa terhadap guru
adalah tuturan ragam santai. Berikut ini beberapa data ragam santai dalam tuturan
85
Data tuturan (7) merupakan ragam santai. Tuturan ini memenuhi 6 dari 12
resmi aku yang memiliki bentuk resmi saya menandakan adanya relasi yang akrab
ditandai dengan bentuk kebahasaan yang bebas ditandai dengan hadirnya bentuk
tidak resmi aku yang berasal dari bentuk resmi saya. Karakteristik 3 terkait
dan “Bu, aku.” serta ketidakhadiran subjek dan predikat pada, “Jembatan Kreo”.
silabel i- pada kata Bu yang berasal dari kata Ibu. Karakteristik 5 terkait
pengulangan ditandai dengan pengulangan kata aku dan kata Bu. Karakteristik 6
terkait sopan santun ditandai dengan sopan santun tidak digunakan secara ketat,
terbukti dengan penggunaan bentuk tidak resmi aku yang seharusnya tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
muncul pada komunikasi resmi, terlebih mitra tutur adalah guru (orang yang
dihormati).
Data tuturan (8) merupakan ragam santai. Tuturan ini memenuhi 4 dari 12
atau unsur asing. Adapun karakteristik yang terpenuhi adalah berikut ini.
adanya kedekatan relasi antara penutur dengan mitra tutur ditandai dengan
penggunaan ragam tidak resmi gak denger yang tidak seharusnya muncul dalam
proses belajar mengajar di kelas terlebih penutur adalah siswa yang semestinya
bentuk kebahasaan yang bebas ditandai dengan hadirnya bentuk tidak resmi gak
ditandai dengan pemenggalan silabel i- pada kata bu yang berasal dari kata Ibu.
Bu. Karakteristik 6 terkait sopan santun yang kurang ketat terbukti dengan
penggunaan bentuk tidak resmi gak denger oleh siswa terhadap guru yang
seharusnya digunakan oleh siswa untuk berbicara kepada teman sebaya dalam
situasi tidak resmi. Karakteristik 8 terkait tingkat tutur ditandai dengan tingkat
tutur yang terabaikan oleh penutur (siswa) yang menggunakan ragam tidak resmi
untuk berbicara dengan orang yang dihormati (guru) dalam situasi pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
muncul pada ujaran-ujaran yang dipendekkan seperti Ibu menjadi Bu dan tidak
menjadi gak.
bahasa Jawa mengingat latar belakang siswa yang mayoritas asli suku Jawa.
Demikian pula para siswa yang berlatar belakang suku lainnya yang sudah
memiliki kemampuan berbahasa Jawa secara pasif dan mulai bisa berkomunikasi
Kemampuan berbahasa Jawa siswa berlatar belakang suku non Jawa ini
diperoleh sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar. Siswa yang berasal dari
luar daerah bertempat tinggal di panti asuhan. Para siswa tinggal di Panti Asuhan
Putra Santa Theresia Boro dan para siswi tinggal di Panti Asuhan Putri Brayat
Pinuji Boro yang keduanya terletak tidak jauh dari lingkungan sekolah. Para siswa
ini umumnya mulai tinggal di panti asuhan sejak usia sekolah dasar. Hal inilah
ditemukan pada data nomor G-IV07, G-IV13, G-IV65, G-IV70, G-IV71, S2-
88
penelitian ini muncul dengan intensitas yang sering dibandingkan dengan ragam
resmi namun dan jumlahnya tidak sebanyaknya ragam santai. Ragam akrab paling
sebanyak lima kali. Sementara itu, pada tahap awal pembelajaran, ragam ini tidak
muncul. Di tahap inti pembelajaran, ragam akrab muncul tiga kali. Berikut ini
dalam tuturan guru kepada siswa. Guru cenderung menggunakan ragam santai dan
ragam resmi dibandingkan ragam lainnya. Ragam akrab tidak dipilih oleh guru
Guru dan siswa memiliki latar belakang pengetahuan yang berbeda. Kode-
kode yang terdapat dalam ragam akrab hanya dimengerti oleh penutur dan mitra
tutur yang memiliki kelompok bergaul yang sama atau yang disebut sebagai
restricted code. Di samping itu, ragam akrab tidak cocok digunakan untuk
memiliki bentuk kebahasaan dengan ciri khas formal dan taat pada kaidah ragam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
baku meskipun pada praktiknya tidak jarang guru memilih bentuk ragam tidak
dalam tuturan siswa kepada guru. Siswa cenderung menggunakan ragam santai
ketika berkomunikasi dengan guru. Ragam akrab paling banyak muncul dalam
tertentu yang hanya dimengerti oleh kelompok yang mempunyai latar belakang
pengetahuan yang sama. Siswa dan guru tidak memiliki latar belakang yang sama,
baik dari segi tingkat tutur, usia, maupun pengetahuan. Oleh sebab itu, ragam
90
penutur dengan mitra tutur. Keakraban antara penutur dengan mitra tutur dalam
data tuturan (7) ditandai dengan penggunaan bahasa daerah (bahasa Jawa) serta
munculnya istilah Leh yang merupakan istilah tidak baku atau tidak resmi dalam
bahasa Jawa. Penggunaan bahasa Jawa dan istilah Leh ini menunjukkan bahwa
lengkap. Pada tuturan (7) tampak bahwa maksud tuturan tidak dipaparkan secara
jelas. Penutur tidak menjelaskan maksud dari kata wektune (waktunya) secara
oleh orang lain tanpa mengetahui situasinya. Karakteristik ini muncul pada tuturan
(7) yang tidak dapat diketahui maksudnya apabila mitra tutur tidak mengetahui
yang dapat menangkap bahwa makna wektune (waktunya) yang dimaksud penutur
munculnya istilah khas yang hanya dimengerti oleh penutur dan mitra tutur dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
suatu kelompok. Istilah khas yang muncul dalam tuturan sesama siswa ini adalah
istilah Leh yang hanya dimengerti oleh penutur dan mitra tutur. Istilah ini muncul
pada saat bahasa Jawa ragam Ngoko (tidak resmi) digunakan oleh para siswa.
Istilah ini dipakai sebagai kata ganti untuk memanggil atau menyebut satu sama
Data tuturan (10) merupakan ragam akrab. Data tuturan (7) memenuhi 3
(bahasa Jawa) yang menempati posisi ragam rendah apabila digunakan dalam
proses belajar mengajar dan tidak seharusnya dipakai dalam komunikasi resmi di
lengkap. Karakteristik ini tampak pada ujaran “Kok aku” dan kata pa (dibaca: po)
pada kalimat “Aku ketuane pa?” yang dalam bahasa Indonesia berarti apa.
tidak mengetahui konteks pembicaraan. Mitra tutur tidak akan mengerti ketua apa
yang dimaksud dalam kalimat, “Aku ketuane pa?” yang dalam bahasa Indonesia
Data tuturan (11) merupakan ragam akrab. Tuturan ini memenuhi 3 dari 4
92
Karakteristik 1 terkait keakraban antara penutur dengan mitra tutur. Hal ini
ditandai dengan penggunaan bahasa daerah (bahasa Jawa) yang menempati posisi
ragam rendah dalam proses komunikasi di di kelas dan semestinya tidak muncul
penutur dan mitra tutur memiliki relasi yang akrab. Karakteristik 2 terkait
penggunaan bahasa yang tidak lengkap atau pendek-pendek. Hal ini dapat dilihat
dari bentuk ujaran yang singkat dan tidak rinci pada kata bukune (bukunya). Kata
ganti –ne pada bukune atau yang dalam bahasa Indonesia adalah kata ganti -nya
pada bukunya tidak jelas ditujukan untuk siapa dan penggunaan kata ganti tersebut
yang singkat dan tidak rinci mengakibatkan tuturan hanya dapat dipahami oleh
mitra tutur yang mengetahui konteks dan terlibat langsung dalam pembicaraan.
guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Di luar analisis
data yang telah diuraikan di atas, ragam akrab juga ditemukan pada data nomor
4.3 Pembahasan
Guru dan Siswa Kelas VIII A SMP Pangudi Luhur I Kalibawang Tahun Ajaran
ragam. Peneliti menggunakan konsep dasar sosiolinguistik yang terdiri dari teori
bahasa dan ragam bahasa, teori konteks, dan teori pembelajaran bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Sasaran penelitian ini adalah tuturan guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar di kelas.
yang baik dan benar justru kurang konsisten dalam menerapkan penggunaan
bahasa baku sebagai ragam tinggi. Sebagai contoh konkret, penggunaan ragam
pada saat berlangsungnya pembelajaran bahasa Indonesia sekalipun. Hal ini juga
terbukti pada saat peneliti melakukan penelitian di kelas VIII A SMP Pangudi
Luhur I Kalibawang.
karakteristik ragam yang muncul pada tuturan guru dan siswa saat berlangsungnya
Penelitian ini menggunakan teknik lanjutan dari teknik sadap yaitu teknik Simak
Bebas Libat Cakap (SBLC) karena peneliti hanya berperan sebagai pengamat
adalah data alamiah dengan konteks yang sebenarnya. Metode simak yang
digunakan adalah metode simak dengan teknik dasar yang disebut teknik sadap.
94
Penelitian ini menggunakan teori jenis ragam menurut Martin Joos (dalam
Utorodewo (2010), Chaer dan Agustina (2004), Pateda (1990), Supardi (1988),
Nurgiyantoro (dalam Astuti 2000), Martin Joos (dalam Alwasilah 1990), dan
4.3.1 Jenis Ragam Tuturan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa
rekam dan teknik catat sebagai tahap awal pengumpulan data. Metode simak yang
bahasa dapat berupa bahasa tulis maupun bahasa lisan. Peneliti menyimak
penggunaan bahasa lisan, khususnya tuturan guru kepada siswa, siswa kepada
teknik rekam dan teknik catat. Teknik rekam merupakan salah satu cara peneliti
untuk mendapatkan data dengan merekam segala tuturan guru dan siswa di kelas
melalui alat perekam. Teknik catat merupakan salah satu cara peneliti untuk
95
(1986: 12) menyatakan bahwa ragam bahasa adalah variasi bahasa, baik variasi
according to it’s uses as well as it’s user, as it’s user, according to where it is
used and to whom, as well as according to who is using it”. Kutipan ini diartikan
tempat di mana digunakan, siapa mitra tuturnya serta siapa penutur yang
jenis-jenis ragam. Ada banyak pendapat ahli mengenai jenis ragam dan
menentukan suatu ragam. Penelitian ini menggunakan teori jenis ragam menurut
Martin Joos (dalam Alwasilah, 1990: 45). Teori ini dipilih karena teori ini
pendapat beberapa ahli yaitu, teori Utorodewo (2010), Chaer dan Agustina
(2004), Pateda (1990), Supardi (1988), Nurgiyantoro (dalam Astuti 2000), Martin
Alwasilah 1990) untuk mengetahui jenis ragam yang muncul berdasarkan tingkat
keformalan atau situasi yang melingkupi tuturan. Martin Joos (dalam Alwasilah,
1990: 45) membagi variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalan, yaitu ragam
beku, ragam resmi, ragam usaha, ragam santai, dan ragam akrab. Berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
hasil analisis data penelitian ini, peneliti menemukan tiga jenis ragam yang
muncul dalam proses belajar mengajar di kelas. Jenis ragam tersebut antara lain,
ragam resmi, ragam santai, dan ragam akrab. Ragam resmi paling jarang
ditemukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru dan siswa lebih sering
memakai ragam santai. Sementara itu, ragam akrab lebih sering muncul dalam
seperti ragam santai dan ragam akrab lebih sering digunakan dalam pembelajaran,
baik oleh guru maupun siswa. Ragam resmi yang seharusnya digunakan dalam
Indonesia justru jarang muncul. Ragam resmi hanya muncul dua kali dalam
penelitian ini. Ragam resmi ini muncul di bagian inti pembelajaran pada saat guru
dan siswa melakukan pembahasan tugas. Sementara itu, ragam santai muncul
hampir merata di setiap bagian pembelajaran, baik pada bagian awal, inti, maupun
akhir. Penerapan ragam resmi atau formal seringkali dirasa sulit baik oleh guru
maupun siswa. Ragam resmi dirasa terlalu kaku dan dapat menimbulkan jarak
yang jauh antara guru dengan siswa sehingga proses pemahaman siswa dapat
terhambat. Ragam tidak resmi seperti ragam santai dan ragam akrab lebih sering
digunakan supaya pesan guru terhadap peserta didik dapat tersampaikan dengan
baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
kelas VIII A SMP Pangudi Luhur I Kalibawang. Ketiga ragam yang dimaksud
adalah ragam resmi, ragam santai, dan ragam akrab. Setiap ragam yang ditemukan
topik pembicaraan bersifat resmi dan serius, (2) antarorang yang berbicara saling
menghormati, (3) memakai bentuk lengkap dan tidak disingkat baik pada tataran
kalimat maupun kata, (4) struktur fungtor lengkap, khususnya fungtor subjek dan
predikat, (5) tingkat tutur sesuai dengan strata orang yang diajak bicara, (6)
penggunaan kata sapaan dan kata ganti Bapak, Ibu, Saudara, Anda, atau
menyertakan jabatan, gelar, maupun pangkat untuk orang yang dihormati dan
penggunaan kata saya untuk menyebut diri sendiri, (7) kata atau istilah yang
dipakai bersifat baku atau sudah dibakukan, (8) penggunaan imbuhan secara jelas
dan teliti. Hanya pada kalimat perintah imbuhan dapat ditanggalkan dalam kata
kerja (verba), (9) penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan
(preposisi), dan (10) terhindar dari pengaruh unsur asing, bahasa daerah atau
bahasa yang tidak dibakukan. Dalam penelitian ini ditemukan 2 data tuturan yang
digunakan dalam pembicaraan santai, akrab antara penutur dan mitra tutur, (2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
bentuk kebahasaan relatif bebas jika dibanding ragam resmi, (3) fungtor kalimat
berlaku secara ketat, (7) sering digunakan interjeksi, (8) penggunaan tingkat tutur
kadangkala terabaikan dari status hubungan penutur dan mitra tutur, (9) sering
beralih kode, (10) topik pembicaraan tidak terarah secara mantap atau urutan tidak
runtut, (11) kosakatanya banyak dipenuhi unsur leksikal dialek, unsur bahasa
daerah atau unsur bahasa asing, dan (12) banyak menggunakan bentuk alegro,
yaitu bentuk kata frasa, kalimat atau ujaran yang dipendekkan. Dalam penelitian
ini ditemukan 44 tuturan yang merupakan ragam santai. Tiap tuturan yang dianalis
biasa digunakan oleh penutur yang sudah akrab, (2) ditandai dengan penggunaan
bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang sering
tidak jelas, (3) maksud pembicaraan tidak dapat dimengerti oleh orang lain tanpa
istilah (kata-kata) khas bagi suatu keluarga atau sekelompok teman akrab. Dalam
penelitian ini ditemukan 8 data tuturan yang merupakan ragam akrab. Tiap tuturan
antara penelitian yang dilakukan oleh Y. B. Dion Rikayakto (2007) dan Dhany
99
penelitian Y. B. Dion Rikayakto (2007) adalah pemandu wisata PT. Surya Satjati
Wisata Yogyakarta dan sumber data Dhany Nugrahani A. (2012) adalah guru SLB
Negeri Pembina Yogyakarta. Sementara sumber data penelitian ini adalah siswa
kelas VIII A dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII A SMP
dua rumusan masalah yaitu mencari: (1) ragam bahasa Indonesia, dan (2) ciri-ciri
menggunakan tiga rumusan masalah yaitu mencari: (1) bentuk variasi bahasa, (2)
ditemukan lima jenis ragam bahasa yaitu, ragam bahasa cendekia dilihat dari
ragam bahasa yang menggunakan media kelisanan, dan ragam bahasa yang
ditemukan dua jenis ragam tuturan guru dan siswa yakni, ragam santai dan ragam
akrab. Berbeda dengan penelitian ini yang menemukan tiga jenis ragam bahasa
pada tuturan guru dan siswa yaitu, ragam resmi, ragam santai, dan ragam akrab.
Ini artinya, ada perbedaan jenis ragam yang digunakan dalam proses pembelajaran
dengan ragam bahasa yang digunakan dalam bidang pariwisata. Penelitian Dhany
100
antara jenis ragam yang lain sementara pada penelitian Dhany Nugrahani A.
bentuk atau jenis ragam, faktor-faktor penggunaan ragam tertentu, serta fungsi
ragam yang muncul dalam tuturan guru saja. Demikian pula dengan penelitian Y.
B. Dion Rikayakto (2007) hanya berfokus pada tuturan pemandu wisata saja.
Sementara itu, penelitian ini berfokus pada jenis dan karakteristik ragam tuturan
ini dengan kedua penelitian di atas tidaklah sama. Baik dari sumber data maupun
analisis data yang dilakukan sehingga jenis dan karakteristik ragam yang
digunakan dalam penelitian ini juga melengkapi teori-teori yang digunakan pada
penelitian sebelumnya. Hal ini terlihat dari beragam pendapat ahli mengenai jenis
menemukan teori yang memadai untuk proses analisis penggunaan ragam bahasa
tidak resmi adalah pemilihan diksi. Penggunaan ragam resmi selalu diikuti oleh
penggunaan kata baku atau kata yang sudah dibakukan. Supardi (1988: 38-39)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
memaparkan penggunaan kata baku atau kata yang sudah dibakukan sebagai salah
satu ciri ragam resmi. Sementara dalam situasi tidak resmi, diksi yang digunakan
berasal dari bahasa tidak baku atau nonstandar, sejalan dengan Pateda (1990: 70-
71) yang berpendapat bahwa bahasa dalam situasi tidak resmi biasanya
dengan struktur kebahasaan dalam ragam tidak resmi. Kata dan kalimat yang
penggunaan afiks dan kata tugas yang eksplisit dan konsisten. Sementara pada
atau dialek dalam ragam resmi sangat dihindari, sementara pada ragam tidak
resmi penggunaan unsur daerah yang belum berterima sering ditemukan. Pada
ragam resmi, penggunaan bentuk yang tidak lengkap atau disingkat baik pada
tataran kata maupun kalimat sangat dihindari sementara dalam ragam tidak resmi
suatu pembicaraan. Menurut Ochs dan Winker (1979: 9) via Tarigan (1985: 15-
102
entertain) untuk menciptakan suasana pembicaraan yang nyaman dan akrab, baik
oleh siswa maupun oleh guru. Tujuan pembicaraan membujuk (to persuade) juga
yang diuraikan, dasar pembedaan yang utama dari kelima jenis ragam, baik ragam
resmi, ragam santai, ragam akrab, ragam usaha maupun ragam adalah situasi
dikaitkan dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru harus
kelas belum dikaitkan dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Penggunaan ragam bahasa hanya sebatas siswa mengerti apa yang disampaikan
oleh guru. Akibatnya, ragam tidak resmi menjadi ragam yang paling banyak
ditemukan di kelas.
Salah satu manfaat penelitian ini adalah membantu guru untuk melihat
103
penggunaan ragam. Maka dari itu, peneliti berupaya untuk membantu guru
model pembelajaran yang sangat mungkin digunakan oleh guru untuk menerapkan
proses belajar yang menempatkan peserta didik sebagai center stage performance.
tersebut, interaksi peserta didik dengan diri sendiri dan lingkungannya adalah hal
pernyataan ini. Guru perlu membantu siswa untuk menyadari bahwa interaksi
yang baik memerlukan proses komunikasi yang baik pula. Komunikasi yang baik
didapatkan apabila terjadi timbal balik. Hal ini perlu didukung dengan
penggunaan bahasa yang baik, benar, dan santun di mana ragam bahasa sangat
berpengaruh di dalamnya.
104
proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika
dunia realitas yang dihadapinya. Dari uraian ini, peserta didik dituntut untuk aktif
di kelas. Selain itu, guru juga perlu memancing keaktifan kelas. Kelas yang aktif
atas realitas yang dipelajari. Makna itu hanya bisa dicapai jika pembelajaran dapat
melalui aktivitas belajar. Dari uraian ini dipahami bahwa makna pembelajaran
harus didukung oleh fasilitas belajar. Dalam hal penerapan ragam, guru perlu
tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran ini juga harus didukung dengan media
pemikiran kritis, karena dengan pemikiran kritis seperti itulah kreativitas bisa
dengan cara baru dan tidak biasa serta menghasilkan solusi unik atas suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
problem. Dari uraian ini, guru dan siswa harus memiliki sikap kreatif. Guru harus
mampu merangsang kelas yang kreatif melalui kreativitas yang dimiliki oleh guru.
efektif. Efektivitas pembelajaran merujuk pada berdaya dan berhasil guna seluruh
peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat. Dari uraian ini, pembelajaran yang
pembelajaran.
didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang
tekanan jiwa pada dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus
akan menumbuhkan motivasi dari dalam diri peserta didik. Motivasi yang tinggi
106
dengan karakteristik peserta didiknya. Di samping itu, kreativitas guru juga sangat
diperlukan.
karena jenis dan karakteristik ragam yang ditemukan dalam penelitian ini juga
relevan dengan penelitian terdahulu. Selain itu, penelitian ini dapat menjawab
rumusan masalah dan tujuan penelitian sehingga dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak yang bersangkutan yaitu, guru bahasa Indonesia, siswa SMP kelas
BAB V
PENUTUP
Bab penutup berisi simpulan dan saran. Simpulan dan saran diuraikan
dalam dua subbab. Berikut ini paparan mengenai simpulan dan saran.
5.1 Simpulan
Jenis Ragam dan Karakteristik Ragam Tuturan Guru dan Siswa Kelas VIII A
a. Jenis Ragam
Jenis ragam yang ditemukan dalam penelitian ini ada tiga yaitu, ragam
resmi, ragam santai, dan ragam akrab. Ragam resmi ditemukan sebanyak 3 tuturan
dan ragam santai ditemukan sebanyak 44 tuturan. Sementara itu, ragam akrab
ditemukan sebanyak 8 tuturan dari total jumlah data tuturan sebanyak 54 data
Jenis ragam yang paling sering muncul dalam proses pembelajaran adalah
ragam santai. Ragam santai muncul secara merata pada tiap tahap pembelajaran
baik pada tahap awal, tahap inti, maupun tahap akhir pembelajaran. Ragam resmi
adalah ragam yang paling jarang muncul sementara ragam akrab muncul dalam
masih sangat kurang. Ragam santai paling sering digunakan karena ragam ini
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
tidak berlangsung kaku dan pesan yang disampaikan dapat lebih mudah dipahami.
b. Karakteristik Ragam
Karakteristik yang sering muncul dalam ragam resmi adalah (1) topik
pembicaraan bersifat resmi dan serius, (2) antarorang yang berbicara saling
menghormati, (3) memakai bentuk lengkap dan tidak disingkat baik pada tataran
kalimat maupun kata, (4) struktur fungtor lengkap, khususnya fungtor subjek dan
predikat, (5) tingkat tutur sesuai dengan strata orang yang diajak bicara, (6) kata
yang dipakai bersifat baku atau sudah dibakukan, (7) penggunaan imbuhan secara
jelas dan teliti, hanya pada kalimat perintah imbuhan dapat ditanggalkan dalam
kata kerja (verba), (8) penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan
(preposisi), dan (9) terhindar dari pengaruh unsur asing, bahasa daerah atau
digunakan dalam pembicaraan santai, akrab antara penutur dan mitra tutur, (2)
bentuk kebahasaan relatif bebas jika dibanding ragam resmi, (3) fungtor kalimat
interjeksi, (7) sering beralih kode, (8) topik pembicaraan tidak terarah secara
mantap atau urutan tidak runtut, (9) kosakatanya banyak dipenuhi unsur leksikal
dialek, unsur bahasa daerah atau unsur bahasa asing, dan (10) banyak
menggunakan bentuk alegro, yaitu bentuk kata frasa, kalimat atau ujaran yang
dipendekkan. Karakteristik yang sering muncul dalam ragam akrab adalah (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
biasa digunakan oleh penutur yang sudah akrab, (2) ditandai dengan penggunaan
bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang sering
tidak jelas, (3) maksud pembicaraan tidak dapat dimengerti oleh orang lain tanpa
istilah (kata-kata) khas bagi suatu keluarga atau sekelompok teman akrab.
Selain dua simpulan terkait jenis ragam dan karakteristik di atas, peneliti
membekali peserta didik dengan kemapuan berbahasa yang baik, benar, dan
santun. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah mengatasi permasalahan
kebahasaan ini melalui model pembelajaran yang sesuai, salah satunya adalah
5.2 Saran
untuk guru bahasa Indonesia, siswa kelas VIII SMP, dan peneliti lain. Saran yang
penggunaan ragam bahasa resmi dalam proses belajar mengajar di kelas supaya
2. Siswa kelas VIII khususnya siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur I
110
Indonesia, serta mau membiasakan diri menggunakan ragam resmi pada situasi
yang resmi.
3. Peneliti lain hendaknya menindaklanjuti penelitian ini secara lebih luas karena
penelitian ini baru menjangkau penggunaan ragam bahasa di satu kelas saja.
Peneliti lain dapat melakukan penelitian dalam proses pembelajaran di kelas yang
lebih tinggi atau di jenjang yang lebih tinggi misalnya, di SMA atau universitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
112
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TRIANGULASI DATA
Berikut ini tabulasi dan triangulasi data dalam proses komunikasi guru dan siswa, dari penelitian yang berjudul Jenis Ragam
dan Karakteristik Ragam Tuturan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII A SMP Pangudi Luhur I
Kalibawang Tahun Ajaran 2017/2018.
Petunjuk pengisian:
1. Triangulator dimohon untuk memberi tanda checklist (√) pada kolom YA, apabila triangulator setuju dengan jenis ragam dan
2. Triangulator dimohon untuk memberi tanda checklist (√) pada kolom TIDAK, apabila triangulator tidak setuju dengan jenis
ragam dan karakteristik ragam bahasa yang tertera.
3. Triangulator dimohon untuk menuliskan kritik ataupun saran pada kolom keterangan.
Rumusan Masalah:
1) Apa sajakah jenis ragam bahasa Indonesia yang muncul pada kegiatan awal, inti, dan akhir pembelajaran bahasa Indonesia
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2) Bagaimanakah karakteristik ragam bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru dan siswa kelas VIII A SMP Pangudi
Luhur I Kalibawang?
Keterangan:
1. Ragam Beku/Frozen Style K1. Gaya yang digunakan dalam prosa tertulis dan gaya orang yang tidak kita
kenal.
K3. Kaidah polanya sudah ditetapkan secara mantap dan tidak boleh diubah.
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
K4. Susunan kalimat bersifat kaku, kata-katanya bersifat lengkap, dan struktur
kalimatnya panjang.
K5. Penutur dan pendengar ragam beku dituntut keseriusan dan perhatian penuh.
K6. Kosakata yang biasa digunakan untuk mengawali sebuah kalimat ataupun
2. Ragam Resmi/Formal Style K1. Topik pembicaraan bersifat resmi dan serius.
K3. Memakai bentuk lengkap dan tidak disingkat baik pada tataran kalimat
maupun kata.
K5. Tingkat tutur sesuai dengan strata orang yang diajak bicara.
K6. Penggunaan kata sapaan dan kata ganti Bapak, Ibu, Saudara, Anda, atau
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
K7. Kata atau istilah yang dipakai bersifat baku atau sudah dibakukan.
K8. Penggunaan imbuhan secara jelas dan teliti. Hanya pada kalimat perintah
K10. Terhindar dari pengaruh unsur asing, bahasa daerah atau bahasa yang tidak
dibakukan.
3. Ragam Usaha/Consultative K1. Tidak perlu ada perencanaan yang ekstensif tentang apa yang diungkapkan.
Style
K2. Pembicara sering membuat kesalahan dalam pembicaraannya, mungkin
pengulangan kata yang tidak perlu, salah pemilihan kosakata, atau terlalu
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
K5. Unsur dialek kedaerahan sudah tidak tampak, namun unsur idiolek kadang-
normatif.
K7. Kalimat dan kata hanya berbentuk sekadar cukup supaya jelas dimengerti
orang.
K8. Bentuk kalimat pendek tetapi tidak ada unsur-unsur penting yang
dihilangkan.
4. Ragam Santai/Casual Style K1. Digunakan dalam pembicaraan santai, akrab antara penutur dan mitra tutur.
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
K10. Topik pembicaraan tidak terarah secara mantap atau urutan tidak runtut.
K11. Kosakatanya banyak dipenuhi unsur leksikal dialek, unsur bahasa daerah
K12. Banyak menggunakan bentuk alegro, yaitu bentuk kata frasa, kalimat atau
5. Ragam Akrab/Intimate Style K1. Biasa digunakan oleh penutur yang sudah akrab.
K3. Maksud pembicaraan tidak dapat dimengerti oleh orang lain tanpa
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengetahui situasinya.
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jembatan
keledai”.
- K4
Penanda:
Pemenggalan
silabel su- yang
berasal dari kata
sudah menjadi
dah.
- K5
Penanda:
pengulangan
interjeksi Nah
sebanyak dua
kali pada
kalimat, “Nah,
kemarin dah
belajar unsur
berita” dan
“Nah, pokoknya
ini jangan
sampai lupa ya,
ada jembatan
keledai”.
- K6
Penanda: sopan
santun tidak
digunakan
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
secara ketat,
terbukti dengan
tidak
digunakannya
kata ganti dalam
kalimat tanya,
“Ada berapa
unsur?”.
- K7
Penanda:
Munculnya
interjeksi Nah
dalam kalimat
“Nah, kemarin
dah belajar
unsur berita”
dan “Nah,
pokoknya ini
jangan sampai
lupa ya, ada
jembatan
keledai”.
- K12
Penanda:
Munculnya
alegro dalam
bentuk ujaran
yang
dipendekkan
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berikut ini:
ujaran sudah
dipendekkan
menjadi dah
serta kalimat
pendek, “Ada
berapa unsur?”.
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
S TS
2 G-IV03 - Nah, tugas Tuturan terjadi di √ - K1 √
untuk hari ruang kelas VIII A Penanda: situasi
ini menulis pada saat pembicaraan
tiga berita berlangsungnya tahap berlangsung
yang harus inti pembelajaran santai karena
lengkap Bahasa Indonesia. adanya
dengan kedekatan relasi
Suasana pembicaraan
enam unsur antara penutur
berlangsung santai.
berita. Nah, (guru) dan mitra
nanti Partisipan tutur (siswa-
penilaianny pembicaraan adalah siswi) ditandai
a seperti ini guru bahasa Indonesia oleh pemakaian
ya, setelah dan siswa-siswi kelas kata ganti kalian
kalian VIII A. Guru mata oleh guru dalam
menulis pelajaran Bahasa kalimat “Nah,
berita Indonesia sebagai nanti
kalian maju pembicara dan siswa- penilaiannya
membacaka siswi kelas VIII A seperti ini ya,
n beritanya sebagai lawan bicara. setelah kalian
lalu menulis berita
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ditandai dengan
ketiadaan subjek
pada kalimat,
“Dah paham
belum?”.
- K4
Penanda:
Pemenggalan
silabel su- pada
kata sudah
menjadi dah
dalam kalimat,
“Dah paham
belum?”.
- K5
Pengulangan
Nah sebanyak 3
kali.
- K7
Penanda:
Muncul
interjeksi Nah
sebanyak tiga
kali.
- K10
Penanda: topik
pembicaran
tidak konsisten.
Kalimat pertama
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menunjukkan
bahwa topik
kalimat adalah
penugasan
menulis berita.
Namun pada
kalimat kedua
topik
pembicaraan
beralih ke
sistem penilaian
tugas.
- K12
Penanda:
munculnya
ujaran yang
dipendekkan,
yaitu dah yang
berasal dari kata
sudah dalam
kalimat, “Dah
paham belum?”.
3 G-IV05 - Nah, Tuturan terjadi di √ - K1 √
misalnya ruang kelas VIII A Penanda: situasi
nanti saya pada saat pembicaraan
panggil berlangsungnya tahap berlangsung
Ahmad. inti pembelajaran santai karena
Ahmad Bahasa Indonesia. adanya
kamu kedekatan relasi
Suasana pembicaraan
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
apa? n fungtor
Koreksian, kalimat yang
ya. Semua ditandai dengan
anak nulis ketiadaan subjek
tiga berita. pada kalimat
Dimulai berikut, “Siap
dari menulis”.
sekarang - K4
waktunya Penanda:
30 menit, Pemenggalan
ya. silabel dari kata
Beritanya tetapi menjadi
bebas ya. tapi, menulis
Setiap menjadi nulis,
berita harus diperlukan
lengkap. menjadi perlu.
Harus - K5
lengkap Penanda:
keenam pengulangan
unsurnya. kata ya
Nanti ingat sebanyak 12
ya anak- kali.
anak, yang - K7
perlu adalah
kalian Penanda:
menyimak, Muncul
mendengark interjeksi Nah
an, dan dalam kalimat
memberi “Nah, misalnya
masukan nanti saya
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jawa ta yang
berarti kan
dalam kalimat,
“Kalian
menyimak ta
ya?”.
- K12
Penanda:
munculnya
kalimat-kalimat
yang
dipendekkan
berikut, “Ada
pertanyaan?”,
“Apa?”,
“Beritanya
bebas ya”,
“Jangan
disuruh, ya”,
dan “Koreksian,
ya”.
4 G-IV07 Beritanya Tuturan terjadi di √ - K1
mengarang ruang kelas VIII A
karena kita pada saat Penanda:
tidak berlangsungnya tahap pembicaraan
mempunyai berlangsung
inti pembelajaran
berita yang dalam suasana
Bahasa Indonesia.
sesungguhn santai dan
Suasana pembicaraan menggambarkan
ya. Syukur
berlangsung santai.
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kejadian - K4
yang bisa
dipakai Penanda:
untuk Pemenggalan
membuat silabel dari kata
berita. 30 menulis menjadi
Menit untuk nulis.
tiga berita, - K5
berarti satu
berita 10 Penanda:
menit. munculnya kata
Silakan ya sebanyak
dibuat. tujuh kali.
Siapa yang - K7
belum jelas
silakan Penanda:
bertanya. Muncul
Yang belum interjeksi Nah
jelas, ada? dalam kalimat
Ada yang “Nah, silakan
belum jelas mengarang”.
dengan - K10
perintahnya
Penanda: topik
? Kalau
pembicaraan
sudah
yang tidak
silakan
runtut. Terlihat
nulis ya.
dari topik terkait
Sekarang
penjelasan
jam 11
kefaktualan
lewat 5
berita kemudian
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mempresensi pengulangan
kehadiran siswa kata satu, ya,
sementara siswa dan sambil.
memulai tugasnya - K10
untuk menulis berita. Penanda: topik
pembicaraan
tidak terarah
secara mantap.
Pada awal
pembicaraan,
guru
menjelaskan
bahwa setiap
siswa akan
diminta
membaca satu
berita terlebih
dulu, namun
apabila siswa
berhasil
menyelesaikan
ketiga berita
maka ketiga
berita harus
dibacakan.
Topik ini
terdapat pada
kalimat, “Satu-
satu nanti
kalau satu
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
selesai baru
dua terus tiga”,
kemudian pada
kalimat
berikutnya
topik beralih,
guru meminta
siswanya
untuk
membacakan
ketiga berita,
“Semua harus
mendapat tiga
ya”.
- K12
Penanda:
munculnya
kalimat-
kalimat yang
dipendekkan
berikut,
“Semua harus
mendapat tiga
ya”, dan
“Siapa lagi?”.
6 G- - Jangan lupa! Tuturan terjadi di √ - K1
IV65 Jangan nulis ruang kelas VIII A Penanda:
judul berita pada saat pembicaraan
ya! Jangan berlangsungnya tahap berlangsung
lupa! inti pembelajaran dalam situasi
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ketidaklengkap
an fungtor
kalimat yang
ditandai
dengan
ketiadaan
subjek pada
setiap kalimat.
- K4
Penanda:
pemenggalan
silabel me-
kata menulis
menjadi nulis.
- K5
Penanda:
pengulangan
kalimat
“Jangan lupa”
sebanyak dua
kali.
- K6
Penanda:
sopan santun
tidak berlaku
ketat terlihat
dari tidak
dipakainya
kata sapaan
untuk
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memperhalus
kalimat
perintah.
- K12
Penanda:
munculnya
kalimat-
kalimat yang
dipendekkan
“Jangan
lupa!” serta
ujaran nulis
yang
dipendekkan
dari bentuk
menulis.
7 S11- - *Wah, Tuturan terjadi di √ - K1 √
IV66 kurang ruang kelas VIII A Penanda:
pirang menit pada saat penutur dan
iki wektune berlangsungnya mitra tutur
Leh? tahap inti memiliki relasi
pembelajaran yang akrab
ditandai
Bahasa Indonesia.
*Wah, dengan
Suasana
kurang penggunaan
pembicaraan bahasa daerah
berapa menit berlangsung akrab. (bahasa Jawa)
ini Partisipan serta
waktunya? pembicaraan munculnya
adalah Siswa 11 istilah Leh
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tidak dapat
menangkap
bahwa waktu
yang dimaksud
penutur adalah
waktu yang
tersisa untuk
mengerjakan
tugas.
- K4
Penanda:
munculnya
istilah Leh
yang hanya
dimengerti
oleh penutur
dan mitra
tutur. Istilah
ini muncul
pada saat
bahasa Jawa
ragam Ngoko
(tidak resmi)
digunakan oleh
para siswa.
Istilah ini
dipakai untuk
memanggil
atau menyebut
satu sama lain
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang seumuran
atau sebaya.
8 G- - Satu aja Tuturan terjadi di √ - K1
IV70 belum Bu. ruang kelas VIII A Penanda:
pada saat tuturan terjadi
berlangsungnya pada suasana
tahap inti yang santai,
pembelajaran ditandai
dengan
Bahasa Indonesia.
penggunaan
Suasana bentuk tidak
pembicaraan resmi aja yang
berlangsung merupakan
santai. Partisipan bentuk
pembicaraan nonformal dari
adalah Siswa 6 saja oleh siswa
dan guru Bahasa sebagai
Indonesia. Siswa 6 penutur kepada
sebagai pembicara guru sebagai
dan guru sebagai mitra tutur.
lawan bicara. - K2
Penanda:
Maksud dari
bentuk
pembicaraan ini
kebahasaan
adalah Siswa 6 yang relatif
merasa keberatan bebas ditandai
atas waktu dengan tidak
pengerjaan tugas tampaknya
yang diberikan penggunaan
oleh guru sebab, ragam resmi
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(siswa) yang
tampak dalam
penggunaan
bentuk
nonformal
pada kalimat
“Satu aja
belum Bu”
yang
sebenarnya
kurang tepat
apabila
dituturkan oleh
siswa kepada
guru sebagai
orang yang
dihormati.
9 G- - Tujuh menit Tuturan terjadi di √ - K1 √
IV71 lagi harus ruang kelas VIII A Penanda:
selesai. Nanti pada saat suasana
kalau berlangsungnya pembicaraan
waktunya tahap inti berlangsung
hanya tepat pembelajaran akrab ditandai
satu-satu dengan kata
Bahasa Indonesia.
maju ganti Ibu yang
Suasana
membaca dituturkan oleh
satu-satu pembicaraan penutur (guru)
yang lain berlangsung untuk
nanti santai. Partisipan menyebut
dikumpulkan pembicaraan dirinya sendiri.
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sendiri yang
satu bareng-
bareng”.
10 S2- - Bu, ada Tuturan terjadi di √ - K1
IV72 tambahan ruang kelas VIII A Penanda:
waktu pada saat penggunaan
nggak? berlangsungnya bentuk tidak
tahap inti resmi nggak
pembelajaran oleh siswa
terhadap guru
Bahasa Indonesia.
saat
Suasana berlangsungny
pembicaraan a
berlangsung pembelajaran,
santai. Partisipan menggambark
pembicaraan an adanya
adalah Siswa 2 kedekatan
dan guru Bahasa relasi.
Indonesia. Siswa 2 - K2
sebagai pembicara Penanda:
dan guru sebagai bentuk
lawan bicara. kebahasaan
yang bebas
Maksud dari
ditandai
pembicaraan ini
dengan
adalah Siswa 2 hadirnya kata
bertanya pada tidak resmi
guru apakah ada nggak yang
tambahan waktu. berasal dari
bentuk resmi
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tidak.
K4
Penanda:
Pemenggalan
silabel i- pada
kata Ibu
menjadi Bu.
- K6
Penanda:
munculnya
ragam tidak
resmi nggak
yang kurang
santun jika
dituturkan oleh
siswa terhadap
guru sebagai
orang yang
dihormati.
- K8
Penanda:
penggunaan
ragam resmi
yang
terabaikan
antara siswa
terhadap orang
yang dihormati
(guru) tampak
pada
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penggunaan
ragam tidak
resmi nggak.
- K12
Penanda:
penggunaan
ujaran yang
dipendekkan
pada kata
nggak yang
berasal dari
bentuk resmi
tidak.
11 G- - Nggak. Tidak Tuturan terjadi di √ - K1 √
IV73 ada tambahan ruang kelas VIII A Penanda:
waktu ya. pada saat suasana
berlangsungnya pembicaraan
tahap inti berlangsung
pembelajaran santai ditandai
munculnya
Bahasa Indonesia.
bentuk tidak
Suasana resmi nggak
pembicaraan yang
berlangsung menggambark
santai. Partisipan an adanya
pembicaraan kedekatan
adalah guru relasi antara
Bahasa Indonesia guru dengan
dan Siswa 6. Guru siswa.
sebagai penutur - K2
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
silabel i- pada
kata iya
menjadi ya
dalam kalimat
“Ya baik, akan
Ibu panggil
supaya maju
ke depan”.
- K7
Penanda:
munculnya
interjeksi nah
dalam kalimat,
“Nah, yang
keras”.
- K12
Penanda:
munculnya
kalimat yang
dipendekkan
pada “Nah,
yang keras”.
Maksud dari
kalimat ini
adalah guru
meminta siswa
untuk bersuara
dengan keras.
13 G- - Baik masih Tuturan terjadi di √ - K1 √
tetap di ruang kelas VIII A Penanda:
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kebakaran
rumah,
kebakaran
toko”.
- K6
Penanda:
sopan santun
tidak
digunakan
secara ketat,
terbukti
dengan tidak
digunakannya
kata sapaan
saudara/sauda
ri/anak-anak
dalam kalimat
tanya, “Tadi
judulnya
apa?”.
- K10
Penanda:
beralihnya
topik dari
topik macam-
macam
kebakaran ke
topik judul
berita.
15 G- - Belum tahu Tuturan terjadi di √ - K1 √
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- K7
Penanda
hadirnya
interjeksi ta
yang dalam
bahasa
Indonesia
adalah kan.
- K10
Penanda:
beralihnya
topik tuturan
dari topik
penulisan
judul berita ke
topik
pembahasan
unsur karena.
- K11
Penanda:
penggunaan
unsur daerah
ta yang dalam
bahasa
Indonesia
adalah kan
dalam kalimat
“Belum tahu ta
ya?”.
- K12
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penanda:
munculnya
kalimat yang
dipendekkan,
“Karena apa?”.
16 G- - Ledakan Tuturan terjadi di √ - K1 √
IV90 Tabung Gas. ruang kelas VIII A Penanda:
Di mana pada saat suasana
tepatnya berlangsungnya tahap pembicaraan
kejadian itu inti pembelajaran berlangsung
terjadi? Bahasa Indonesia. santai ditandai
Peristiwa itu dengan
Suasana pembicaraan
terjadi di… hadirnya unsur
berlangsung santai.
Sleman? Kan bahasa Jawa ta
Sleman itu Partisipan yang berarti
luas. Nah, pembicaraan adalah kan dalam
temannya guru Bahasa Indonesia kalimat, “Nah,
kalau dan para siswa. Guru temannya
memperhatik sebagai pembicara dan kalau
an pasti bisa para siswa sebagai memperhatika
bertanya ya lawan bicara. Maksud n pasti bisa
ta? Di mana dari pembicaraan ini bertanya ya
tadi Sleman- adalah Guru ta?”.
nya? mengkonfirmasi unsur - K2
Misalnya di Penanda:
di mana dalam berita
Kulon Progo. penggunaan
tentang kebakaran.
Kulon Progo bentuk
kan luas Guru mengatakan kebahasaan
sekali ya? bahwa informasi yang bebas
Berarti ini tempat dalam berita ditandai
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
n pasti bisa
bertanya ya
ta?” serta
interjeksi kan
pada kalimat,
“? Kan Sleman
itu luas”.
- K11
Penanda:
penggunaan
unsur daerah
ta? (kan?)
dalam kalimat
“Nah,
temannya
kalau
memperhatika
n pasti bisa
bertanya ya
ta?”.
- K12
Penanda:
munculnya
ujaran yang
dipendekkan
yaitu, “Lanjut”
serta kalimat
yang
dipendekkan,
“Di mana tadi
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sleman-nya?”.
17 G- - Oh, terus Tuturan terjadi di √ - K1 √
IV92 bagaimana ruang kelas VIII A Penanda:
terjadinya pada saat suasana
peristiwa berlangsungnya tahap pembicaraan
tersebut? inti pembelajaran berlangsung
Bahasa Indonesia. santai ditandai
dengan
Suasana pembicaraan
penggunaan
berlangsung santai. bentuk tidak
Partisipan resmi terus
pembicaraan adalah yang berasal
guru Bahasa Indonesia dari bentuk
dan Siswa 19. Guru resmi
sebagai pembicara dan kemudian atau
Siswa 19 sebagai lalu.
lawan bicara. Maksud - K2
dari pembicaraan ini Penanda:
adalah guru Penggunaan
melanjutkan bentuk
kebahasaan
pembahasan berita
yang bebas
tentang unsur
ditandai
bagaimana. Guru hadirnya kata
menanyakan kepada terus yang
para siswa bagaimana merupakan
kronologis terjadinya bentuk tidak
peristiwa kebakaran. resmi
kemudian kata
lalu.
166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- K6
Penanda:
ketiadaan kata
sapaan dalam
kalimat tanya,
“Oh, terus
bagaimana
terjadinya
peristiwa
tersebut?”
yang
mengurangi
kesantunan
tuturan.
- K7
Penanda:
Muncul
interjeksi Oh.
18 G- - Baik. Silakan Tuturan terjadi di √ - K1
IV95 duduk nanti ruang kelas VIII A Penanda:
kita liat. pada saat suasana
Temannya berlangsungnya tahap pembicaraan
nanti yang inti pembelajaran berlangsung
harus Bahasa Indonesia. santai diandai
memberi dengan
Suasana pembicaraan
komentar penggunaan
berlangsung santai.
bukan Ibu ya. kata sapaan
Ini tadi Partisipan ibu oleh
belum ada. pembicaraan adalah penutur (guru)
Baik, guru bahasa Indonesia untuk
167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penanda:
pengulangan
kata baik.
- K12
Penanda:
munculnya
kalimat yang
dipendekkan
berikut, “Ini
tadi belum
ada”.
169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
para siswa
supaya
memperhatika
n lalu, berali
lagi ke topik
unsur apa
berita yang
sedang
dibahas.
20 G- - Nah, di Tuturan terjadi di √ - K1 √ Ragam Akrab
IV110 sebuah ruang kelas VIII A Penanda:
kontrakan di pada saat suasana
Jakarta Utara berlangsungnya tahap pembicaraan
ya. Terus inti pembelajaran berlangsung
siapa yang Bahasa Indonesia. santai ditandai
mengalami dengan
Suasana pembicaraan
peristiwa digunakannya
berlangsung santai.
tadi? Hana. unsur bahasa
Hana... Partisipan Jawa “Njajal
*Njajal nang pembicaraan adalah nang ngarep
ngarep dewe guru Bahasa Indonesia dewe
ngrungokke dan Siswa 6(Hana). ngrungokke
ora. Tadi Guru sebagai ora”, yang
pakai inisial pembicara dan Siswa seharusnya
siapa? Ada 6 Sebagai lawan tidak muncul
yang ingat? bicara. Maksud dari dalam
Yang tuturan ini adalah guru komunikasi
belakang mengkonfirmasi resmi di kelas.
*ora - K2
bahwa lokasi
ngalamun Penanda:
penangkapan bandar
172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
alih kode ke
dalam bahasa
Jawa ditandai
hadirnya unsur
bahasa Jawa
“Njajal nang
ngarep dewe
ngrungokke
ora”.
- K11
Penanda:
munculnya
unsur bahasa
daerah pada
kalimat, “Yang
belakang ora
ngalamun
wae”.
- K12
Penanda:
ujaran
memakai yang
dipendekkan
menjadi pakai
dalam kalimat,
“Tadi pakai
inisial siapa?”.
174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keras sehingga
teman yang di
belakang
mendengar”.
- K12
Penanda:
bentuk ujaran
yang pendek-
pendek pada,
“Siapa? M. M,
ya...”.
22 S7- - Hahaha… Tuturan terjadi di √ - K1 √ Ragam Akrab
V114 Mosok ruang kelas VIII A Penanda:
arwahe pada saat penutur dan
gentayangan. berlangsungnya tahap mitra tutur
inti pembelajaran saling akrab
Bahasa Indonesia. ditandai
dengan
Suasana pembicaraan
penggunaan
berlangsung akrab. bahasa daerah
Penutur tuturan ini (bahasa Jawa)
adalah siswa 7. yang
Tuturan ditujukan menempati
kepada Siswa 3 yang posisi ragam
baru saja membacakan rendah dan
berita. Di bagian akhir tidak
berita disebutkan seharusnya
bahwa arwah korban muncul dalam
kecelakaan proses
bergentayangan. komunikasi
177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tidak
menjelaskan
maksud secara
rinci sehingga
hanya mitra
tutur yang
mengetahui
konteks
pembicaraan
yang dapat
memahami
maksud
penutur.
23 G- - Ya suka-suka Tuturan terjadi di √ - K1 √
IV115 yang menulis ruang kelas VIII A Penanda:
berita ya. pada saat kedekatan
Apa yang berlangsungnya tahap relasi antara
terjadi dalam inti pembelajaran penutur
peristiwa Bahasa Indonesia. dengan mitra
tersebut? Apa tutur yang
Suasana pembicaraan
yang terjadi? ditandai
berlangsung santai.
Apa yang dengan
terjadi Vivit? Partisipan penyebutan
Ada pembicaraan adalah nama secara
kecelakaan? guru Bahasa Indonesia sebagai kata
Di? dan Siswa 6. Guru sapaan dalam
sebagai pembicara dan kalimat, “Apa
Siswa 6 sebagai yang terjadi
sebagai lawan bicara. Vivit?”.
Maksud dari - K2
179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjadi ya
yang muncul
beberapa kali.
- K5
Penanda:
pengulangan
kalimat “Apa
yang terjadi?”
sebanyak dua
kali serta
pengulangan
kata suka.
- K12
Penanda:
bentuk ujaran
yang pendek-
pendek berikut
ini, “Ada
kecelakaan?
Di?”.
24 G- - Mengantuk Tuturan terjadi di √ - K1 √
IV124 ya ta? Ya, ruang kelas VIII A Penanda:
silakan pada saat kedekatan/kea
duduk. Tapi berlangsungnya tahap kraban antara
harus lebih inti pembelajaran guru dengan
memperhatik Bahasa Indonesia. siswa yang
an lagi ditandai
Suasana pembicaraan
supaya kalau dengan
berlangsung santai.
ditanya bisa penggunaan
menjawab Partisipan kata ibu oleh
181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membacakan ngomongnya
beritanya dengan juga harus
suara yang keras. keras”.
Setelah itu guru - K3
meminta Siswa 5 Penanda:
untuk membacakan ketidaklengkap
an fungtor
beritanya. Sebelum
yang ditandai
Siswa 5 membaca, dengan
guru kembali ketiadaan
mengingatkan siswa subjek pada
untuk benar-benar kalimat, “Ya,
memperhatikan silakan
presentasi agar ketika duduk”.
ditanya siswa dapat - K4
menjawab. Guru juga Penanda:
menegur Siswa 4 pemenggalan
(Ahmad) yang terus- silabel i- pada
menerus mengobrol kata iya
dengan temannya. menjadi ya
yang muncul
beberapa kali
dan
pemenggalan
silabel te- dari
kata tetapi
menjadi tapi
pada kalimat,
“Tetapi yang
di depan
183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
syaratnya
ngomongnya
juga harus
keras”.
- K5
Penanda:
pengulangan
kata ya.
- K7
Penanda:
Muncul
interjeksi Nah
dalam kalimat
“Nah,
selajutnya
Aluosiya”.
- K9
Penanda:
munculnya
alih kode dari
bahasa
Indonesia ke
dalam bahasa
Jawa yang
tampak pada
kalimat “Ora
omong wae”.
- K11
Penanda:
munculnya
184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
unsur bahasa
daerah yaitu
bahasa Jawa
pada kalimat,
“Mengantuk
ya ta?” yang
dalam bahasa
Indonesia
berarti,
“Mengantuk,
ya kan?”.
25 G- - Oh… Kapan Tuturan terjadi di √ - K1 √
IV134 terjadinya. ruang kelas VIII A Penanda:
Nah, ada pada saat suasana
belum kapan berlangsungnya tahap pembicaraan
terjadinya inti pembelajaran berlangsung
peristiwa itu? Bahasa Indonesia. santai ditandai
Sudah dengan kalimat
Suasana pembicaraan
belum? tanya yang
berlangsung santai.
Sudah ditujukan
belum? Partisipan langsung oleh
pembicaraan adalah penutur kepada
guru dan Siswa 5. mitra tutur
Guru sebagai tanpa
pembicara dan Siswa menggunakan
5 sebagai lawan kata sapaan
bicara. Maksud dari berikut ini,
pembicaraan ini “Nah, ada
adalah guru belum kapan
mengonfirmasi terjadinya
185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kalimat.
- K5
Penanda:
terjadi dua kali
pengulangan
kalimat tanya,
“Sudah
belum?”.
- K7
Penanda:
munculnya
interjeksi Oh
dan Nah.
- K12
Penanda:
bentuk kalimat
yang pendek-
pendek berikut
ini, “Oh…
Kapan
terjadinya”
dan “Sudah
belum?”.
26 G- - Dah ada. Tuturan terjadi di √ - K1
IV142 Coba Ahmad ruang kelas VIII A Penanda:
kamu jawab pada saat suasana
bagaimana berlangsungnya tahap pembicaraan
peristiwa itu inti pembelajaran berlangsung
terjadi? Bahasa Indonesia. santai ditandai
Coba. dengan kata
Suasana pembicaraan
187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
nonformal dari
saudara,
saudari, dan
anda dalam
kalimat “Coba
Ahmad kamu
jawab
bagaimana
peristiwa itu
terjadi?”
seharusnya
tidak muncul
dalam
komunikasi
resmi,
sehingga akan
mengurangi
kadar
kesopanan
ujaran.
- K12
Penanda:
munculnya
ujaran Dah
yang
dipendekkan
dari kata sudah
serta
munculnya
ujaran pendek
190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Coba.
27 G- - Nah, kenapa Tuturan terjadi di √ - K1 √ Ragam Akrab
IV144 kok bisa ada ruang kelas VIII A Penanda:
peristiwa di pada saat suasana
bawah berlangsungnya tahap pembicaraan
mobil? Kan inti pembelajaran berlangsung
pasti ada Bahasa Indonesia. santai ditandai
awal dengan
Suasana pembicaraan
peristiwanya munculnya
berlangsung santai.
ya. *Ora ragam bahasa
ujug-ujug wis Partisipan Jawa dalam
nang kana pembicaraan adalah kalimat, “Ora
kui tiba-tiba guru Bahasa Indonesia ujug-ujug wis
di bawah dan para siswa. Guru nang kana kui
mobil. sebagai pembicara dan tiba-tiba di
Kenapa? para siswa sebagai bawah mobil”.
lawan bicara. Maksud - K2
dari pembicaraan ini Penanda:
adalah guru ingin adanya bentuk
mengajak para siswa kebahasaan
yang bebas
berpikir lebih kritis
ditandai
untuk menemukan
dengan
unsur bagaimana penggunaan
sehingga para siswa ragam tidak
* Tidak tiba- dapat menemukan resmi kenapa
tiba sudah kronologis terjadinya yang
ada di situ”. peristiwa seorang merupakan
anak berada di bawah bentuk resmi
mobil. Guru mengapa.
191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membantu siswa - K4
untuk berpikir dengan Penanda:
pertanyaan pancingan pemenggalan
bagaimana seorang ilabel i dalam
anak dapat berada di kata iya
bawah mobil. menjadi ya
pada kalimat,
“Kan pasti ada
awal
peristiwanya
ya”.
- K7
Penanda:
pemakaian
interjeksi kan
pada kalimat,
“Kan pasti ada
awal
peristiwanya
ya” dan
interjeksi Nah
dalam kalimat
“Nah, kenapa
kok bisa ada
peristiwa di
bawah
mobil?”.
- K9
Penanda:
munculnya
192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terjadi mesti
ada awalnya
ya”.
- K7
Penanda:
munculnya
interjeksi oh
pada kalimat
“Oh, anaknya
menyeberang”
dan interjeksi
wah pada
kalimat “Wah,
coba
sekarang lebih
fokus supaya
bisa
mengoreksi”.
29 G- - Ana, Ana, Tuturan terjadi di √ - K1 √
IV150 tolong ruang kelas VIII A Penanda:
diperkeras pada saat keakraban atau
volume berlangsungnya tahap kedekatan
suaranya. inti pembelajaran yang ditandai
Tidak Bahasa Indonesia. dengan
kedengaran pemakaian
Suasana pembicaraan
dari
berlangsung santai. kata ganti –mu
belakang.
Partisipan pada kata
Nanti
temanmu gak pembicaraan adalah temanmu dan
bisa guru Bahasa Indonesia pekerjaanmu
196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tidak.
- K3
Penanda:
struktur
kalimat tidak
memiliki
kelengkapan
fungtor,
terlihat dari
kalimat “Tidak
kedengaran
dari
belakang”dan
kalimat, “yang
keras” yang
tidak memiliki
unsur subjek
dan objek.
- K5
Penanda:
pengulangan
kata sapaan
Ana.
- K12
Penanda:
munculnya
ujaran pendek,
“Yang keras”.
30 G- - Ya, baik. Tuturan terjadi di √ - K1 √
Apa yang Penanda:
198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengulangan
kalimat “Apa
yang terjadi
Natanael?”
sebanyak dua
kali.
31 G- - Longsor… Tuturan terjadi di √ - K1 √
IV154 Di mana ruang kelas VIII A Penanda:
terjadi pada saat suasana
peristiwa itu berlangsungnya tahap pembicaraan
Yusup inti pembelajaran berlangsung
Elfand? Di Bahasa Indonesia. santai ditandai
mana dengan
Suasana pembicaraan
terjadinya? hadirnya kata
berlangsung santai.
Di mana, sapaan yang
Darma Partisipan langsung
Djaja? pembicaraan adalah merujuk pada
guru Bahasa Indonesia nama mitra
dan para siswa. Siswa tutur yaitu,
15 sebagai pembicara Yusuf Elfand
dan guru sebagai dan Darma
lawan bicara. Guru Djaja
mengkonfirmasi menandakan
jawaban Siswa 15 adanya
bahwa unsur apa kedekatan
relasi antara
dalam berita yang
penutur
dibacakan oleh 2
dengan mitra
adalah peristiwa tutur.
longsor. - K2
200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penanda:
bentuk
kebahasaan
bebas ditandai
dengan
hadirnya dua
kalimat tanya
yang tidak
lengkap, “Di
mana
terjadinya?”
dan “Di mana,
Darma
Djaja?”.
- K4
Penanda:
pemenggalan
silabel –nya
pada kata
terjadi dalam
kalimat “Di
mana terjadi
peristiwa itu?”.
- K5
Penanda:
terjadi
pengulangan
kata tanya di
mana pada
ketiga kalimat
201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berikut: Di
mana
terjadinya
peristiwa itu
Yusup Elfand?
Di mana
terjadinya? Di
mana
Darmajaya?
- K12
Penanda:
munculnya
kalimatalimat
pendek
berikut, “Di
mana
terjadinya?”
dan “Di mana,
Darma
Djaja?”.
32 G- - Samigaluh. Tuturan terjadi di √ - K1 √
IV159 Ya. Kapan ruang kelas VIII A Penanda:
terjadinya pada saat suasana
peristiwa berlangsungnya tahap pembicaraan
tanah longsor inti pembelajaran berlangsung
tersebut? Bahasa Indonesia. santai ditandai
Erwin, kapan dengan
Suasana pembicaraan
terjadinya? munculnya
berlangsung santai. kalimat tanya
Partisipan dengan sapaan
202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengulangan
kapan
terjadinya
sebanyak dua
kali.
- K12
Penanda:
munculnya
ujaran-ujaran
pendek
berikut,
“Samigaluh.
Ya”.
33 S3- - *Pertigaan Tuturan terjadi di √ - K1 √
V165 Kreo ngendi? ruang kelas VIII A Penanda:
pada saat adanya
berlangsungnya tahap hubungan
* Pertigaan inti pembelajaran akrab antara
Kreo mana? Bahasa Indonesia. penutur
dengan mitra
Suasana pembicaraan
tutur (Siswa 3
berlangsung akrab. dengan Siswa
Penutur tuturan ini 7) yang
adalah siswa 3. ditandai
Tuturan ditujukan dengan
kepada Siswa 7 yang penggunaan
sedang membacakan bahasa daerah
judul berita di depan. (bahasa Jawa)
Siswa 3 merasa judul yang
berita yang dibacakan menempati
204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- K3
Penanda:
bentuk kalimat
tanya yang
singkat dan
tidak rinci
membuat
ujaran hanya
dimengerti
oleh mitra
tutur yang
mengetahui
konteks dan
terlibat
langsung
dalam
pembicaraan.
34 G- - Apa judul Tuturan terjadi di √ - K1 √ .
II167 berita yang ruang kelas VIII A Penanda: topik
dibacakan pada saat pembicaran
oleh Yona? berlangsungnya tahap serius terkait
inti pembelajaran pembahasan
Bahasa Indonesia. judul berita
yang telah
Suasana pembelajaran
dipresentasika
serius. Partisipan n.
pembicaraan adalah - K2
guru Bahasa Indonesia Penanda: antar
206
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Predikat) oleh
Yona?-
(Subjek)
- K5
Penanda:
tingkat tutur
sesuai dengan
orang yang
diajak bicara,
ditandai
dengan
penggunaan
kata sapaan
Yona (nama
siswa) yang
digunakan
guru untuk
menyebut
siswanya.
Menyebut
siswa dengan
nama dianggap
sesuai dengan
tingkat tutur
guru sebagai
orang yang
dihormati di
kelas.
- K7
Penanda: kata
208
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dipakai
bersifat baku
atau sudah
dibakukan.
- K8
Penanda:
penggunaan
imbuhan -kan
pada kata
dibacakan
secara jelas
dan teliti.
- K9.
Penggunaan
kata sambung
(konjungsi)
yang dan oleh.
- K10
Penanda: tidak
hadirnya
pengaruh
unsur asing,
bahasa daerah
atau bahasa
yang tidak
dibakukan.
35 S6- - Aku, Bu. Bu, Tuturan terjadi di √ - K1 √
IV174 aku. ruang kelas VIII A Penanda:
Jembatan pada saat suasana
kreo. berlangsungnya tahap pembicaraan
209
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
predikat pada,
“Aku, Bu” dan
“Bu, aku” serta
ketidakhadiran
subjek dan
predikat pada,
“Jembatan
Kreo”.
- K4
Penanda:
Pemenggalan
silabel i- pada
kata Bu yang
berasal dari
kata Ibu.
- K5
Penanda:
pengulangan
kata aku dan
kata Bu.
- K6
Penanda:
sopan santun
tidak
digunakan
secara ketat,
terbukti
dengan
penggunaan
bentuk tidak
211
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada kalimat
“Nah, Bunga
bacakan
beritamu”.
37 S3- - Yon... Yona, Tuturan terjadi di √ - K1 √
V178 sejak kapan ruang kelas VIII A Penanda:
Sleman nang pada saat situasi
Kulon berlangsungnya tahap pembicaraan
Progo? inti pembelajaran berlangsung
Bahasa Indonesia. santai ditandai
dengan
Suasana pembicaraan
* Yon... hadirnya unsur
berlangsung akrab.
Yona, sejak bahasa Jawa
kapan Penutur tuturan ini nang.
Sleman di adalah siswa 3. - K2
Kulon Tuturan ditujukan Penanda:
Progo? kepada Siswa 22 yang Ditandai
telah membacakan dengan bentuk
judul berita di depan. kebahasaan
Siswa 3 merasa judul yang bebas
berita yang dibacakan ditandai
oleh Siswa 22 tidak dengan
tepat. Siswa 22 hadirnya
kalimat yang
mengatakan bahwa
memiliki unsur
Sleman terletak di
tidak lengkap.
Kulon Progo - K3
sementara Penanda:
kenyataannya Sleman ketidaklengkap
dan Kulon Progo an fungtor
214
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saja.
39 G- - Baik. Ada Tuturan terjadi di √ - K1 √
IV183 yang mau ruang kelas VIII A Penanda:
koreksi? Apa pada saat suasana
yang terjadi, berlangsungnya tahap pembicaraan
Galih? Apa inti pembelajaran berlangsung
yang terjadi, Bahasa Indonesia. santai ditandai
Galih? dengan bentuk
Suasana pembicaraan
kebahasaan
berlangsung santai. yang bebas.
Partisipan - K2
pembicaraan adalah Penanda:
guru Bahasa Indonesia bentuk
dan Siswa 14. Guru kebahasaan
sebagai pembicara dan relatif bebas
Siswa 14 sebagai ditandai
lawan bicara. Maksud dengan kata
dari pembicaraan ini tanya apa yang
adalah guru meminta tidak tepat
menunjuk Siswa 14 digunakan
dalam kalimat
untuk menanggapi
tanya, “Ada
berita yang telah
yang mau
dibaca oleh Siswa 8. koreksi?”.
Guru menanyakan - K3
unsur apa pada Siswa Penanda:
8. ketidaklengkap
an fungtor
yang ditandai
dengan
217
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ketidakhadiran
objek dalam
kalimat, “Ada
yang mau
koreksi?”
- K4
Penanda:
Pemenggalan
silabel dari
kata
mengoreksi
menjadi
koreksi.
- K5
Penanda:
Terjadi
pengulangan
kalimat,”Apa
yang terjadi
Galih?”
sebanyak dua
kali.
40 G- - 2005. Wah, Tuturan terjadi di √ - K1
IV186 berapa tahun ruang kelas VIII A Penanda:
yang lalu ya pada saat suasana
itu beritanya? berlangsungnya tahap pembicaraan
Tahun 2005. inti pembelajaran berlangsung
Gak papa Bahasa Indonesia. santai ditandai
baru lahir. dengan
Suasana pembicaraan
Apa berita ini munculnya
berlangsung santai.
218
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
beritanya?”.
- K10
Penanda: topik
tidak runtut
terlihat dari
tuturan yang
diawali dengan
pembahasan
tentang unsur
kapan (waktu
terjadinya
peristiwa
dalam berita
yang dibaca
siswa)
kemudian pada
kalimat
terakhir beralih
ke topik
kelengkapan
unsur berita.
- K12
Penanda:
bentuk ujaran
yang tidak
lengkap
berikut ini,
“2005”.
41 G- - Bu, gak Tuturan terjadi di √ - K1
denger Bu. ruang kelas VIII A Penanda:
221
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hadirnya
bentuk tidak
resmi gak
denger.
- K3
Penanda:
Ketidaklengka
pan fungtor
yang ditandai
dengan
ketidakhadiran
subjek kalimat.
- K4
Penanda:
pemenggalan
silabel i- pada
kata bu yang
berasal dari
kata Ibu.
- K5
Penanda:
terjadi dua kali
pengulangan
kata Bu.
- K6
Penanda:
sopan santun
kurang ketat
terbukti
223
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan
penggunaan
bentuk tidak
resmi gak
denger oleh
siswa terhadap
guru yang
seharusnya
digunakan oleh
siswa untuk
berbicara
kepada teman
sebaya dalam
situasi tidak
resmi.
- K8
Penanda:
tingkat tutur
terabaikan oleh
penutur
(siswa) yang
menggunakan
ragam tidak
resmi untuk
berbicara
dengan orang
yang dihormati
(guru) dalam
situasi
pembelajaran
224
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang resmi di
kelas.
- K12
Penanda:
munculnya
ujaran-ujaran
yang
dipendekkan
seperti Ibu
menjadi Bu
dan tidak
menjadi gak.
42 G- - Apa yang Tuturan terjadi di √ - K1 √
IV205 terjadi? Apa ruang kelas VIII A Penanda:
Agatha? pada saat suasana
berlangsungnya tahap pembicaraan
inti pembelajaran berlangsung
Bahasa Indonesia. santai ditandai
dengan
Suasana pembicaraan
penyebutan
berlangsung santai. nama Agatha
Partisipan secara
pembicaraan adalah langsung
guru dan Siswa 1. dalam kalimat
Guru sebagai tanya, “Apa
pembicara dan Siswa Agatha?”.
1 sebagai lawan - K3
bicara. Maksud dari Penanda:
pembicaraan ini ketidakhadiran
adalah guru bertanya subjek dalam
225
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
predikat.
43 G- - Mengapa Tuturan terjadi di √ - K1 √
II209 peristiwa itu ruang kelas VIII A Penanda: topik
terjadi, pada saat pembicaran
Darma berlangsungnya tahap serius terkait
Djaja? inti pembelajaran penyebab
Bahasa Indonesia. terjadinya
peristiwa
Suasana pembicaraan
dalam berita
berlangsung serius. yang
Partisipan dibacakan oleh
pembicaraan adalah Siswa 27.
guru bahasa Indonesia - K3
dan Siswa 27. Guru Penanda:
sebagai pembicara dan memakai
Siswa 27 sebagai bentuk lengkap
lawan bicara. Maksud ditandai
dari pembicaraan ini dengan tidak
adalah guru adanya
menanyakan unsur penggunaan
mengapa. singkatan
dalam tataran
kata.
- K4
Penanda:
struktur
fongtor
lengkap,
minimal
mengandung
227
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
subjek dan
predikat.
- K5
Penanda:
tingkat tutur
sesuai dengan
orang yang
diajak bicara,
ditandai
dengan
penyebutan
Darma Djaja
(nama siswa)
yang
digunakan oleh
guru untuk
menyebut
siswanya.
Menyebut
siswa dengan
nama dianggap
sesuai dengan
tingkat tutur
guru sebagai
orang yang
dihormati di
kelas.
- K7
Penanda: Kata
atau istilah
228
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dipakai
bersifat baku
atau sudah
dibakukan.
- K10
Penanda:
terhindar dari
pengaruh
unsur asing,
bahasa daerah
atau bahasa
yang tidak
dibakukan.
44 G- - Baik supaya Tuturan terjadi di √ - K1
IV225 semua ruang kelas VIII A Penanda:
mengoreksi pada saat suasana
tolong berlangsungnya tahap pembicaraan
berikan inti pembelajaran berlangsung
beritamu Bahasa Indonesia. santai ditandai
kepada teman dengan
Suasana pembicaraan
di penggunaan
berlangsung santai.
belakangmu. kata ganti
Paling Partisipan tidak resmi
belakang pembicaraan adalah –mu dan kamu
berikan pada guru dan para siswa. yang hanya
teman yang Guru Bahasa muncul pada
paling depan. Indonesia sebagai tuturan yang
Lalu pembicara dan para ditunjukkan
dikoreksi. siswa sebagai lawan untuk orang
Diberi nama bicara. Maksud dari yang sudah
229
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada kalimat
“Sing ming
*Yang hanya nulis lengkap,
nulis lengkap,
lengkap, lengkap, tidak
lengkap, mendapat
lengkap, nilai.”
tidak - K12
mendapat Penanda:
nilai. munculnya
ujaran pendek,
“Lalu
dikoreksi”.
45 G- - Jangan Tuturan terjadi di √ - K1 √
IV229 dikembalikan ruang kelas VIII A Penanda:
dulu. Dah pada saat suasana
yang lain berlangsungnya tahap pembicaraan
duduk. inti pembelajaran berlangsung
Jangan Bahasa Indonesia. santai ditandai
dikembalikan dengan
Suasana pembicaraan
dulu. Sudah? hadirnya
berlangsung santai.
Sekarang bentuk tidak
menyimak Partisipan resmi kamu
lagi ya. Ibu pembicaraan adalah yang memiliki
akan guru dan para siswa. bentuk resmi
memanggil Guru sebagai Anda serta
seorang anak pembicara dan para bentuk tidak
yang akan siswa sebagai lawan resmi dah
membacakan bicara. Maksud dari yang berasal
berita pembicaraan ini dari bentuk
232
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ditandai
dengan
ketiadaan
subjek dan
predikat dalam
kalimat,
“Jangan
dikembalikan
dulu”.
- K4
Penanda:
Pemenggalan
silabel su- kata
sudah menjadi
dah dalam
kalimat, “Dah
yang lain
duduk”.
- K5
Penanda:
pengulangan
kalimat,
“Jangan
dikembalikan
dulu”.
- K6
Penanda:
hadirnya kata
ganti orang
234
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ketiga dia
yang
merupakan
bentuk tidak
resmi dari
beliau, bapak,
ibu, saudara,
atau saudari
pada kalimat,
“…lalu nanti
menurut dia
sudah lengkap
belum,
menurut kamu
sudah lengkap
belum”
menandakan
kesantunan
tidak berlaku
ketat.
46 G- - Nah, ya ayok Tuturan terjadi di √ - K1 √
IV231 Ferdy ruang kelas VIII A Penanda:
Saputra pada saat suasana
silakan berlangsungnya tahap pembicaraan
bacakan inti pembelajaran berlangsung
berita yang Bahasa Indonesia. santai ditandai
kamu dengan
Suasana pembicaraan
koreksi.
berlangsung santai. pemakaian
Partisipan bentuk tidak
235
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berasal dari
bentuk iya.
- K7
Penanda:
penggunaan
interjeksi nah
di awal
kalimat.
47 G- - Kamu tidak Tuturan terjadi di √ - K1 √ Ragam Akrab
IV242 usah ruang kelas VIII A Penanda:
terganggu pada saat suasana
sama situasi berlangsungnya tahap pembicaraan
di luar. *Ra inti pembelajaran berlangsung
sah noleh Bahasa Indonesia. santai ditandai
noleh njaba dengan
Suasana pembicaraan
madhep munculnya
berlangsung santai.
ngarep bentuk tidak
kabeh. Partisipan resmi sama
pembicaraan adalah yang berasal
guru Bahasa Indonesia dari bentuk
dan siswa-siswi kelas resmi dengan
VIII A. Guru sebagai dalam kalimat
pembicara dan para “Kamu tidak
siswa sebagai lawan usah terganggu
bicara. Maksud dari sama situasi
*Tidak usah pembicaraan ini di luar” yang
menoleh adalah guru meminta tidak
keluar, seharusnya
para siswa agar fokus
menghadap muncul dalam
membacakan berita
ke depan komunikasi
dan tidak perlu
237
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
usah).
- K6
Penanda:
munculnya
kata sapaan
nonformal
kamu yang
dituturkan oleh
guru terhadap
siswa sebagai
mitra tutur.
- K9
Penanda:
terjadi alih
kode dari
bahasa
Indonesia yang
tampak pada
kalimat
pertama ke
dalam bahasa
Jawa yang
tampak pada
kalimat kedua.
- K11
Penanda:
hadirnya unsur
bahasa daerah
yaitu, bahasa
Jawa pada
239
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tuturan, “Ra
sah noleh
noleh njaba
madhep
ngarep
kabeh”.
240
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penanda:
pemenggalan
silabel i- pada
kata Ibu
menjadi Bu
pada kalimat
pertama dan
kedua.
- K5
Penanda:
Terjadi
pengulangan
kalimat “Bu,
udah pulang”.
- K6
Penanda:
sopan santun
kurang berlaku
ketat ditandai
dengan
penggunaan
bentuk tidak
resmi udah
oleh siswa
kepada guru
sebagai orang
yang
dihormati.
- K8
Penanda:
242
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penutur (Siswa
mengabaikan
penggunaan
ragam formal
untuk
berbicara
kepada orang
yang dihormati
(guru) ditandai
dengan
penggunaan
bentuk
nonformal
udah.
243
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kalimat
perintah,
“Buku
dikumpulkan!”
- K6
Penanda:
sopan santun
tidak
digunakan
secara ketat,
terbukti
dengan tidak
digunakannya
kata tolong
atau mohon
untuk
memperhalus
kalimat
perintah.
- K7
Penanda:
penggunaan
interjeksi oh.
245
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terlihat dari
kata
dikumpulke
(dikumpulkan)
yang tidak
diikuti dengan
penjelasan
mengenai apa
yang harus
dikumpulkan
serta ujaran
nggon
dipendekkan
dari kata
panggon yang
berarti tempat.
- K3
Penanda:
penggunaan
bahasa yang
pendek dan
tidak rinci
membuat
tuturan hanya
dapat dipahami
maksudnya
oleh mitra
tutur yang
mengetahui
247
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
konteks dan
terlibat
langsung
dalam
percakapan.
248
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan tidak
lengkap pada
ujaran “Kok
aku” dan kata
pa pada
kalimat “Aku
ketuane pa?”
yang berasal
dari kata apa
(“opo”) yang
dalam bahasa
Indonesia
berarti apa.
- K3
Penanda:
maksud
pembicaraan
hanya dapat
dimengerti
oleh penutur
yang
mengetahui
konteks
pembicaraan
dan terlibat
langsung
dalam proses
komunikasi.
250
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
251
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berasal dari
kata apa.
- K3
Penanda:
Maksud
pembicaraan
tidak dapat
dimengerti
oleh orang lain
tanpa
mengetahui
situasinya.
- K4
Penanda:
tuturan hanya
dipahami oleh
mitra tutur
yang
mengetahui
konteks atau
memiliki
pengetahuan
awal yang
sama.
252
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
253
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kata bukune
(bukunya). –ne
atau -nya pada
bukunya tidak
jelas ditujukan
untuk siapa
dan
penggunaan
kata ganti
tersebut tidak
sesuai konteks.
- K3
Penanda:
bentuk ujaran
yang singkat
dan tidak rinci
hanya dapat
dipahami oleh
mitra tutur
yang
mengetahui
konteks dan
terlibat
langsung
dalam
pembicaraan.
254
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54 S3- - Ferdie… √ - K1 √
V251 Ferdie… Ayo Penanda:
cepet ta, Fer. adanya
hubungan
akrab antara
penutur
dengan mitra
tutur (Siswa 3
* Ferdie… dengan siswa-
Ferdie… Ayo siswi yang
cepatlah, Fer. lain) ditandai
dengan
penggunaan
bahasa daerah
(bahasa Jawa)
yang
menempati
posisi ragam
rendah dalam
proses
komunikasi di
di kelas.
- K2
Penanda:
penggunaan
kalimat yang
pendek-
pendek.
- K3
Penanda:
255
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maksud
pembicaraan
hanya
dimengerti
oleh mitra
tutur yang
mengetahui
konteks.
256
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
257
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
258
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
259
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
261
BIOGRAFI PENELITI
Chresensia Apriliana Endang Purwaningrum lahir
di Kulon Progo, pada tanggal 3 April 1994, putri
sulung dari pasangan Michael Purwanto dan Risma
Situmorang. Menempuh pendidikan tingkat dasar
di SD Pangudi Luhur I Boro dan tamat pada tahun
2006. Setelah itu melanjutkan pendidikan di SMP
Pangudi Luhur I Kalibawang dan tamat pada tahun
2009. Pada tahun 2013 menamatkan pendidikan di
SMA Negeri 1 Sentolo. Setelah itu melanjutkan
studi di perguruan tinggi S-1 Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia pada tahun 2013 dan lulus pada tahun 2018.