Anggota Kelompok :
1. Tri Wulan Setyo Rini (17441441)
2. Aisyah Nursyiam (17441393)
3. Yulia Fitri Nurliza (17441419)
4. Seli Anjar Pratiwi (17441401)
5. Yunitasari (16441216)
6. Nova ()
7. Deny ()
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang telah dilimpahkan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Peran Bahasa Indonesia Pada Pembentukan Karakter Bangsa” yang merupakan
salah satu tugas terstruktur mata kuliah Bahasa Indonesia pada semester empat.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai filsafat bahasa, kaitan filsafat
bahasa Indonesia dengan karakter bangsa, cara menanamkan pendidikan karakter
bangsa, hubungan bahasa dengan pendidikan karakter, dan pendidikan karakter jika
dilihat dari sudut pandang bahasa. Sehubungan dengan selesainya makalah ini, Penulis
telah banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, demi menyempurnakan tulisan ini, Penulis memerlukan sumbangan
kritik dan saran dari berbagai pihak. Penulis juga mohon maaf atas segala kesalahan
dalam penulisan makalah ini. Akhir kata, semoga karya ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Bahasa
B. Kaitan Filsafat Bahasa Indonesia dengan Karakter Bangsa
C. Cara Menanamkan Pendidikan Karakter Bangsa
D. Hubungan Bahasa dengan Pendidikan Karakter
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian filsafat bahasa?
2. Apa kaitan filsafat bahasa Indonesia dengan karakter bangsa?
3. Bagaimana menanamkan pendidikan karakter bangsa?
4. Adakah hubungan antara bahasa dengan pendidikan karakter?
C. Tujuan Penulisan
Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai, penulisan makalah ini
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Memberikan pemahaman terhadap masyarakat tentang pentingnya bahasa sebagai
salah satu faktor penanaman pendidikan karakter.
2. Memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang pentingnya bahasa sebagai
salah satu faktor penanaman pendidikan karakter.
3. Dapat mencerminkan pemakaian bahasa Indonesia sebagai penutur bahasa yang
baik dan benar.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil melalui kaitan filsafat bahasa dan karakter bangsa terbagi
atas manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis sebagai berikut.
1. Secara teoritis
Memberikan masukan pada perkembangan bahasa khususnya pada pembentukan
karakter bangsa untuk mempermudah pemahaman mahasiswa dan pengajar dalam
mempelajari perkembangan ilmu bahasa, terutama kaitan filsafat bahasa dengan
pembentukan karakter bangsa.
2. Secara Praktis
Membantu pembaca dalam mengaplikasikan pemakaian ilmu filsafat dan peranan
bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat. Ilmu ini
menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar
konseptual dan teoretis linguistik. Filsafat bahasa dibagi menjadi filsafat bahasa
ideal dan filsafat bahasa sehari-hari. Filsafat bahasa ialah teori tentang bahasa yang berhasil
dikemukakan oleh para filsuf, sementara mereka itu dalam perjalanan memahami
pengetahuan konseptual. Filsafat bahasa ialah usaha para filsuf memahami conceptual
knowledge melalui pemahaman terhadap bahasa. Dalam rangka mencari pemahaman ini, para
filsuf telah juga mencoba mendalami hal-hal lain, misalnya fisika, matematika, seni, sejarah,
dan lain-lain. Cara bagaimana pengetahuan itu diekspresikan dan dikomunikasikan di dalam
bahasa, di dalam fisika, matematika dan lain-lain itu diyakini oleh para filsuf berhubungan
erat dengan hakikat pengetahuan atau dengan pengetahuan konseptual itu sendiri. Jadi,
dengan meneliti berbagai cabang ilmu itu, termasuk bahasa, para filsuf berharap dapat
membuat filsafat tentang pengetahuan manusia pada umumnya.
Letak perbedaan antara filsafat bahasa dengan linguistik adalah linguistik bertujuan
mendapatkan kejelasan tentang bahasa. Linguistik mencari hakikat bahasa. Jadi, para sarjana
bahasa menganggap bahwa kejelasan tentang hakikat bahasa itulah tujuan akhir kegiatannya,
sedangkan filsafat bahasa mencari hakikat ilmu pengetahuan atau hakikat pengetahuan
konseptual. Dalam usahanya mencari hakikat pengetahuan konseptual itu, para filsuf
mempelajari bahasa bukan sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai objek sementara agar
pada akhirnya dapat diperoleh kejelasan tentang hakikat pengetahuan konseptual itu.
Dalam penanaman pendidikan karakter yang paling utama adalah keteladanan. Orang tua
memberikan perilaku dan contoh yang positif kepada anak-anaknya. Guru memberi contoh
kepada anak didiknya. Sementara itu, para pemimpin memberikan teladan karakter yang baik
kepada masyarakat. Penanaman pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan dengan
berbagai strategi. Strategi yang dapat dilakukan antara lain 1) memasukkan pendidikan
karakter ke dalam semua mata pelajaran di sekolah; 2) membuat slogan-slogan atau yel-yel
yang dapat menumbuhkan kebiasaan semua masyarakat sekolah untuk bertingkah laku yang
baik; 3) membiasakan perlaku yang positif di kalangan warga sekolah; 4) melakukan
pemantauan secara kontinyu; dan (5) memberikan hadiah (reward) kepada warga sekolah
yang selalu berkarakter baik.
Bahasa menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti sistem bunyi yang arbitrer yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Menurut Plato, bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran
seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) danrhemata (ucapan) yang
merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut. Berdasar penjelasan
Palto tersebut, dapat diartikan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang
keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan
komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan
komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati
bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi
mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat
komunikasi tadi masih kalah dengan bahasa. Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh
lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi.
Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya
sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau
perlambangan. Terlepas dari itu semua, prinsip pembelajaran bahasa Indonesia secara umum
ada delapan, antara lain 1) pembelajaran bahasa Indonesia harus diarahkan untuk lebih
banyak memberikan porsi kepada pelatihan berbahasa yang nyata; 2) tata bahasa diajarkan
hanya untuk memberikan kesalahan ujar siswa; 3) keterampilan berbahasa nyata menjadi
tujuan utama; 4) membaca sebagai alat untuk belajar; 5) menulis dan berbicara sebagai alat
berekspresi dan menyampaikan gagasan; 6) kelas menjadi tempat berlatih menulis, membaca,
dan berbicara dalam bahasa Indonesia; 7) penekanan pengajaran sastra pada membaca
sebanyak-banyaknya sastra Indonesia; dan 8) pengajaran kosakata diarahkan untuk
menambah kosakata siswa.
Berdasarkan hal itu, nampak bahwa pembelajaran bahasa Indonesia adalah banyak
berlatih di kelas dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi, baik yang nyata
”senyatanya’ melalui diskusi maupun yang nyata ”tidak senyatanya” melalui kegiatan
bermain peran. Melalui diskusi dan bermain peran dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
siswa dapat melakukan olah rasa, olah batin, dan olah budi secara intens sehingga secara
tidak langsung siswa memiliki perilaku dan kebiasaan positif melalui proses apresiasi dan
berkreasi melalui karya sastra. Melalui karya sastra, siswa juga akan mendapatkan
pengalaman baru dan unik yang belum tentu bisa mereka dapatkan dalam kehidupan
nyata. Melalui karya sastra siswa bisa belajar dan bergaul secara langsung tentang berbagai
karakter mulia. Cara orang-orang tua kita dahulu menanamkan nilai-nilai luhur melalui
dongeng tentang tokoh-tokoh yang memiliki karakter kuat mampu terserap ke dalam alam
logika dan hati nurani anak hingga terbawa sampai dewasa. Sikap toleran, moderat, rendah
hati, kreatif, empati, dan nilai-nilai budi pekerti lainnya sangat kuat mengakar ke dalam
memori anak dan diaplikasikan ke dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini menunjukkan
bahwa melalui pendidikan bahasa Indonesia kita dapat membentuk karakter bangsa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjabaran di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwasanya filsafat bahasa
erat kaitannya dengan pembentukan karakter bangsa. Terutama penggunaan bahasa sendiri
yang sangat vital dan dibutuhkan masyarakat luas untuk berkomunikasi antarsesama. Melalui
bahasa, kita dapat mentransfer segala pengetahuan yang ada di setiap sendi kehidupan.
Melalui bahasa kita dapat mengajarkan nilai-nilai yang terdapat di sekitar masyarakat.
Melalui bahasa pula, kebudayaan dapat dilestarikan sebagai bagian pendidikan karakter yang
coba ditanamkan terhadap anak-anak usia dini untuk mencintai bahasa juga bangsanya
sendiri. Terlepas dari bahasa, karakter seseorang condong dilakukan kepada kebiasaan sehari-
hari. Karakter bisa berupa hal yang baik maupun hal buruk. Karakter setiap individu bersifat
khas, unik, dan berbeda satu dengan lainnya. Melaui filsafat bahasa, dapat terbentuk sebuah
karakter kuat yang akan dimiliki setiap orang di suatu negara. Hal itu akan berdampak positif
untuk bangsa dalam memajukan kehidupan warga negaranya.
B. Saran
Setelah belajar tentang filsafat bahasa dan karakter bangsa, satu hal yang perlu
dibenahi adalah penanaman karakter seseorang demi maju-tidaknya suatu bangsa. Jika
karakter yang dimiliki setiap individu tidaklah tergolong kuat, bagaimana dia dapat mencintai
bangsanya sendiri. Hal itu yang patut dilakukan sesegera mungkin supaya tidak mengalami
kemunduran bangsa mengingat perkembangan zaman yang kian hari kian berkembang pesat.
DAFTAR PUSTAKA