Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERAN BAHASA INDONESIA PADA PEMBENTUKAN KARAKTER


BANGSA

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA


DOSEN PENGAJAR NANANG CENDRIONO, S.S., M.Pd

Anggota Kelompok :
1. Tri Wulan Setyo Rini (17441441)
2. Aisyah Nursyiam (17441393)
3. Yulia Fitri Nurliza (17441419)
4. Seli Anjar Pratiwi (17441401)
5. Yunitasari (16441216)
6. Nova ()
7. Deny ()

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO


2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang telah dilimpahkan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Peran Bahasa Indonesia Pada Pembentukan Karakter Bangsa” yang merupakan
salah satu tugas terstruktur mata kuliah Bahasa Indonesia pada semester empat.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai filsafat bahasa, kaitan filsafat
bahasa Indonesia dengan karakter bangsa, cara menanamkan pendidikan karakter
bangsa, hubungan bahasa dengan pendidikan karakter, dan pendidikan karakter jika
dilihat dari sudut pandang bahasa. Sehubungan dengan selesainya makalah ini, Penulis
telah banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, demi menyempurnakan tulisan ini, Penulis memerlukan sumbangan
kritik dan saran dari berbagai pihak. Penulis juga mohon maaf atas segala kesalahan
dalam penulisan makalah ini. Akhir kata, semoga karya ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi semua pihak.

Ponorogo, Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Bahasa
B. Kaitan Filsafat Bahasa Indonesia dengan Karakter Bangsa
C. Cara Menanamkan Pendidikan Karakter Bangsa
D. Hubungan Bahasa dengan Pendidikan Karakter

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai
sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia
tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan sumber
daya manusia tersebut. Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap
jenjang, SMA, SMP sampai SD harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai
tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga
mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan
teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard
skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa
berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini
mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk
ditingkatkan.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma
atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan
dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter
tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata
dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Lalu bagaimana dengan pendidikan
bahasa Indonesia, apakah mampu mengubah karakter masyarakat Indonesia atau tidak?
Bahasa itu adalah hal yang sangat vital dalam mengubah setiap masyarakat umum maupun
pribadi, karena awal dari penyebab suatu perubahan itu pasti karena hubungan komunikasi
antar indifidu atau kelompok, dan komunikasi itu adalah bahasa, tentu bahasa itu adalah hal
yang sangat penting dalam perubahan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian filsafat bahasa?
2. Apa kaitan filsafat bahasa Indonesia dengan karakter bangsa?
3. Bagaimana menanamkan pendidikan karakter bangsa?
4. Adakah hubungan antara bahasa dengan pendidikan karakter?

C. Tujuan Penulisan
Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai, penulisan makalah ini
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Memberikan pemahaman terhadap masyarakat tentang pentingnya bahasa sebagai
salah satu faktor penanaman pendidikan karakter.
2. Memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang pentingnya bahasa sebagai
salah satu faktor penanaman pendidikan karakter.
3. Dapat mencerminkan pemakaian bahasa Indonesia sebagai penutur bahasa yang
baik dan benar.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil melalui kaitan filsafat bahasa dan karakter bangsa terbagi
atas manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis sebagai berikut.
1. Secara teoritis
Memberikan masukan pada perkembangan bahasa khususnya pada pembentukan
karakter bangsa untuk mempermudah pemahaman mahasiswa dan pengajar dalam
mempelajari perkembangan ilmu bahasa, terutama kaitan filsafat bahasa dengan
pembentukan karakter bangsa.
2. Secara Praktis
Membantu pembaca dalam mengaplikasikan pemakaian ilmu filsafat dan peranan
bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Bahasa

Filsafat bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat. Ilmu ini
menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar
konseptual dan teoretis linguistik. Filsafat bahasa dibagi menjadi filsafat bahasa
ideal dan filsafat bahasa sehari-hari. Filsafat bahasa ialah teori tentang bahasa yang berhasil
dikemukakan oleh para filsuf, sementara mereka itu dalam perjalanan memahami
pengetahuan konseptual. Filsafat bahasa ialah usaha para filsuf memahami conceptual
knowledge melalui pemahaman terhadap bahasa. Dalam rangka mencari pemahaman ini, para
filsuf telah juga mencoba mendalami hal-hal lain, misalnya fisika, matematika, seni, sejarah,
dan lain-lain. Cara bagaimana pengetahuan itu diekspresikan dan dikomunikasikan di dalam
bahasa, di dalam fisika, matematika dan lain-lain itu diyakini oleh para filsuf berhubungan
erat dengan hakikat pengetahuan atau dengan pengetahuan konseptual itu sendiri. Jadi,
dengan meneliti berbagai cabang ilmu itu, termasuk bahasa, para filsuf berharap dapat
membuat filsafat tentang pengetahuan manusia pada umumnya.

Letak perbedaan antara filsafat bahasa dengan linguistik adalah linguistik bertujuan
mendapatkan kejelasan tentang bahasa. Linguistik mencari hakikat bahasa. Jadi, para sarjana
bahasa menganggap bahwa kejelasan tentang hakikat bahasa itulah tujuan akhir kegiatannya,
sedangkan filsafat bahasa mencari hakikat ilmu pengetahuan atau hakikat pengetahuan
konseptual. Dalam usahanya mencari hakikat pengetahuan konseptual itu, para filsuf
mempelajari bahasa bukan sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai objek sementara agar
pada akhirnya dapat diperoleh kejelasan tentang hakikat pengetahuan konseptual itu.

B. Kaitan Filsafat Bahasa Indonesia dengan Karakter Bangsa


Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sifat-sifat kejiwaan ,
akhlaq atau budi pekerti. Karakter dapat diartikan sebagai tabiat yaitu perangai atau
perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan. Karakter merupakan cara berpikir dan
berperilaku yang menjadikan ciri khas setiap individu untu hidup dan bekerja sama, baik
dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa atau negara. Seperti yang diketahui bersama,
bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam hidup manusia. Manusia sudah
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi antarsesamanya sejak berabad-abad silam.
Bahasa hadir sejalan dengan sejarah sosial komunitas-komunitas masyarakat atau bangsa.
Pemahaman bahasa sebagai fungsi sosial menjadi hal pokok manusia untuk mengadakan
interaksi sosial dengan sesamanya. Keraf (1980:03) yang menyatakan bahwa bahasa apabila
ditinjau dari dasar dan motif pertumbuhannya, bahasa berfungsi sebagai (1) alat untuk
menyatakan ekspresi diri; 2) alat komunikasi; 3) alat untuk mengadakan integrasi dan
adaptasi social; dan 4) alat untuk mengadakan kontrol sosial. Empat fungsi yang diungkapkan
Keraf di atas, salah satunya menunjukkan cara yang bisa dikategorikan sebagai lingkungan
pendidikan yaitu masyarakat. Di dalam lingkungan daerah yang terisolir maupun daerah yang
jauh dari pusat kota, pendidikan di luar sekolah tentu saja yang berada dalam masyarakat
sangat dibutuhkan karena bagi daerah seperti ini lingkungan pendidikan yang menyediakan
ilmu pengetahuan, keterampilan, atau performans yang berfungsi dapat menggantikan
pendidikan dasar utama.
Pendidikan merupakan proses budaya, untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia” pendidikan berlangsung seumur hidup dan dapat dilaksanakan di dalam lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Olehkarena itu pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Perlu diketahui jika bahasa sebagai
produk sosial atau produk budaya. Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan
manusia. Sebagai produk sosial atau budaya, bahasa berfungsi sebagai wadah aspirasi sosial,
kegiatan dan perilaku masyarakat, serta sebagai wadah penyingkapan budaya termasuk
teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Pendidikan berbasis karakter
merupakan salah satu upaya dalam pembaharuan di dunia pendidikan, penanaman karakter
pada anak dianggap sebagai hal pokok. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan
karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sedikitnya terdapat empat ciri dasar dalam pendidikan karakter, yaitu 1) keteraturan
interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai dengan nilai menjadi pedoman
normatif setiap tindakan; 2) koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh
pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi
merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi
meruntuhkan kredibilitas seseorang; 3) otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan
aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas
keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain; 4) keteguhan dan kesetiaan.
Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan
kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih. Kematangan
keempat karakter ini, lebih lanjut memungkinkan manusia melewati tahap individualitas
menuju personalitas. ”Orang-orang modern sering mencampuradukkan antara individualitas
dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi eksterior dan interior.”
Karakter inilah yang menentukan format seorang pribadi dalam segala tindakannya.
Paparan di atas semakin mendukung program pendidikan yang tidak hanya berfungsi
sebagai lembaga yang memberdayakan anak dalam pengertian kecerdasan dan keterampilan
melainkan program pendidikan juga menadarkan tentang pentingnya menjaga moralitas dan
peningkatan kemampuan pertimbangan rasional dalam pengambilan keputusan. Apabila
segala fenomena tentang pentingnya pendidikan tidak terealisasi dengan baik, maka
keberhasilan pemperhati pendidikan karakter akan mengalami kegagalan. Dampak yang
dinilai sangat mempengaruhi pendidikan anak adalah lingkungan, baik keluarga, sekolah
maupun masyarakat, dan pemberian pendidikan akan tersampaikan dengan baik jika
penggunaan bahasa diberikan dengan tepat. Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi
sosial sekaligus alat adaptasi sosial. Hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki
bahasa yang majemuk. Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai pemersatu
keberseragaman tersebut. Di sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan sebagai alat integrasi
sosial. Bahasa disebut sebagai alat adaptasi sosial apabila seseorang berada di suatu tempat
yang memiliki perbedaan adat, tata krama, dan aturan-aturan dari tempatnya berasal. Proses
adaptasi ini akan berjalan baik apabila terdapat sebuah alat yang membuat satu sama lainnya
mengerti melalui sebuah alat yang disebut bahasa.
Ada pengaruh penting terhadap pendidikan karakter yaitu bahasa adalah seperangkat
kebiasaan. Kebiasaan bisa dikatakan adat, dalam situs Wikipedia menyebutkan bahwa adat
ialah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan,
kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak
dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat
setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang. Pengajaran bahasa digunakan
untuk meningkatkan harga diri, menumbuhkan pikiran positif, meningkatkan pemahaman
diri, menumbuhkna keakraban dengan orang lain, dan mampu menemukan kelebihan dan
kelemahan diri. Dari pernyataan tersebut maksud pengajaran bahasa berorientasi pada
pemerolehan nilai sesuai pendidikan karakter yaitu, menumbuhkan pikiran positif dan
menumbuhkan keakraban dengan orang lain.

C. Cara Menanamkan Pendidikan Karakter Bangsa

Pendidikan karakter sebaiknya di ajarkan dengan menyesuaikan sasaranya atau objek


yang akan dituju. Akan tetapi pendidikan karakter yang diinginkan ialah pendidikan karakter
yang mudah dipahami dan dimengerti, baik di kalangan pelajar maupun masyarakat umum.
Bahasa diberikan pada lingkungan pendidikan dan dimulai dari usia anak-anak sehingga
penanaman nilai-nilai yang diberikan sejak anak-anak dinilai lebih maksimal daripada
diberikan pada usia dewasa. Pendidikan karakter terbagi menjadi tiga tahap yaitu :

1. Pengetahuan tentang kebaikan


Tahap ini ialah tahap awal dalam pembentukan karakter yang baik. Ini mudah untuk
diajarkan karena banyak sekali sumbernya, terutama buku yang mengajarkan tentang
kebaikan. Untuk sekarang ini sudah banyak yang mengajarkan mulai dari pendidikan
anak usia dini (PAUD) hingga perguruan tinggi. Pengetahuan tentang kebaikan juga
dapat tumbuh dengan sendirinya seiring bertambahnya usia anak-anak yang sudah
pubertas sebagian besar sudah dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk,
antara yang haq dan yang bathil.
2. Menumbuhkan perasaan senang dan cinta terhadap kebaikan.
Anak-anak yang sudah dewasa memang kebanyakan dapat membedakan yang baik
dan yang buruk akan tetapi belum tentu ia dapat menumbuhkan rasa senang ataupun
cinta dalam dirinya terhadap kebaikan. Maka dari itu ini adalah tahap yang paling
sulit untuk diterapkan. Syarat yang harus terpenuhi agar tahap ini dapat terlaksana
ialah pengetahuan tentang kebaikan yang ada pada tahap pertama. Jadi, antara tahap
yang pertama dan yang kedua sangat erat kaitanya. Kesulitan dalam tahap ini karena
rasa cinta terhadap kebaikan itu akan muncul apabila kesadaranya pun juga tumbuh
sehingga kita harus menumbuhkan rasa kesadaran pentingnya kebaikan. Selain itu
perlu adanya teladan yang patut dijadikan contoh. Jika kita menyampaikan kebaikan
lewat lisan maka hanya akan diletakkan di samping telinga, jika kita menyampaikan
kebaikan lewat hati maka kebaikan itu akan masuk sampai ke hati, begitu pula jika
kita menyampaikan kebaikan lewat akal maka akan masuk sampai ke akal.
3. Melakukan perbuatan baik, perasaan senang atau cinta terhadap kebaikan diharapkan
dapat menjadi mesin penggerak sehingga akan menjadikan seseorang secara sukarela
melakukan perbuatan yang baik. Pada tahap ini disebut juga tahap untuk mengambil
tindakan (action). Setelah seseorang mengetahui tentang kebaikan dan sudah
menyukai kebaikan maka mereka akan terus menjaga agar kebaikan itu tidak hilang
dari dirinya. Mereka mengangap bahwa kebaikan adalah bagian dari hidup.

Dalam penanaman pendidikan karakter yang paling utama adalah keteladanan. Orang tua
memberikan perilaku dan contoh yang positif kepada anak-anaknya. Guru memberi contoh
kepada anak didiknya. Sementara itu, para pemimpin memberikan teladan karakter yang baik
kepada masyarakat. Penanaman pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan dengan
berbagai strategi. Strategi yang dapat dilakukan antara lain 1) memasukkan pendidikan
karakter ke dalam semua mata pelajaran di sekolah; 2) membuat slogan-slogan atau yel-yel
yang dapat menumbuhkan kebiasaan semua masyarakat sekolah untuk bertingkah laku yang
baik; 3) membiasakan perlaku yang positif di kalangan warga sekolah; 4) melakukan
pemantauan secara kontinyu; dan (5) memberikan hadiah (reward) kepada warga sekolah
yang selalu berkarakter baik.

D. Hubungan Bahasa dengan Pendidikan Karakter

Bahasa menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti sistem bunyi yang arbitrer yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Menurut Plato, bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran
seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) danrhemata (ucapan) yang
merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut. Berdasar penjelasan
Palto tersebut, dapat diartikan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang
keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan
komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan
komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati
bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi
mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat
komunikasi tadi masih kalah dengan bahasa. Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh
lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi.
Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya
sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau
perlambangan. Terlepas dari itu semua, prinsip pembelajaran bahasa Indonesia secara umum
ada delapan, antara lain 1) pembelajaran bahasa Indonesia harus diarahkan untuk lebih
banyak memberikan porsi kepada pelatihan berbahasa yang nyata; 2) tata bahasa diajarkan
hanya untuk memberikan kesalahan ujar siswa; 3) keterampilan berbahasa nyata menjadi
tujuan utama; 4) membaca sebagai alat untuk belajar; 5) menulis dan berbicara sebagai alat
berekspresi dan menyampaikan gagasan; 6) kelas menjadi tempat berlatih menulis, membaca,
dan berbicara dalam bahasa Indonesia; 7) penekanan pengajaran sastra pada membaca
sebanyak-banyaknya sastra Indonesia; dan 8) pengajaran kosakata diarahkan untuk
menambah kosakata siswa.

Berdasarkan hal itu, nampak bahwa pembelajaran bahasa Indonesia adalah banyak
berlatih di kelas dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi, baik yang nyata
”senyatanya’ melalui diskusi maupun yang nyata ”tidak senyatanya” melalui kegiatan
bermain peran. Melalui diskusi dan bermain peran dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
siswa dapat melakukan olah rasa, olah batin, dan olah budi secara intens sehingga secara
tidak langsung siswa memiliki perilaku dan kebiasaan positif melalui proses apresiasi dan
berkreasi melalui karya sastra. Melalui karya sastra, siswa juga akan mendapatkan
pengalaman baru dan unik yang belum tentu bisa mereka dapatkan dalam kehidupan
nyata. Melalui karya sastra siswa bisa belajar dan bergaul secara langsung tentang berbagai
karakter mulia. Cara orang-orang tua kita dahulu menanamkan nilai-nilai luhur melalui
dongeng tentang tokoh-tokoh yang memiliki karakter kuat mampu terserap ke dalam alam
logika dan hati nurani anak hingga terbawa sampai dewasa. Sikap toleran, moderat, rendah
hati, kreatif, empati, dan nilai-nilai budi pekerti lainnya sangat kuat mengakar ke dalam
memori anak dan diaplikasikan ke dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini menunjukkan
bahwa melalui pendidikan bahasa Indonesia kita dapat membentuk karakter bangsa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjabaran di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwasanya filsafat bahasa
erat kaitannya dengan pembentukan karakter bangsa. Terutama penggunaan bahasa sendiri
yang sangat vital dan dibutuhkan masyarakat luas untuk berkomunikasi antarsesama. Melalui
bahasa, kita dapat mentransfer segala pengetahuan yang ada di setiap sendi kehidupan.
Melalui bahasa kita dapat mengajarkan nilai-nilai yang terdapat di sekitar masyarakat.
Melalui bahasa pula, kebudayaan dapat dilestarikan sebagai bagian pendidikan karakter yang
coba ditanamkan terhadap anak-anak usia dini untuk mencintai bahasa juga bangsanya
sendiri. Terlepas dari bahasa, karakter seseorang condong dilakukan kepada kebiasaan sehari-
hari. Karakter bisa berupa hal yang baik maupun hal buruk. Karakter setiap individu bersifat
khas, unik, dan berbeda satu dengan lainnya. Melaui filsafat bahasa, dapat terbentuk sebuah
karakter kuat yang akan dimiliki setiap orang di suatu negara. Hal itu akan berdampak positif
untuk bangsa dalam memajukan kehidupan warga negaranya.

B. Saran

Setelah belajar tentang filsafat bahasa dan karakter bangsa, satu hal yang perlu
dibenahi adalah penanaman karakter seseorang demi maju-tidaknya suatu bangsa. Jika
karakter yang dimiliki setiap individu tidaklah tergolong kuat, bagaimana dia dapat mencintai
bangsanya sendiri. Hal itu yang patut dilakukan sesegera mungkin supaya tidak mengalami
kemunduran bangsa mengingat perkembangan zaman yang kian hari kian berkembang pesat.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai