Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENGARUH BAHASA TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:


ABU HALIM KOPONG
GLEDYS NOVITA SARI
YUSMITA VIJAYANTI
ARIFIN YEBLO
KRISTOFEL L.SADEN (tidak aktif)
JULIO M.YUMAME (tidak aktif)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunianyalah kami
dapat menyelesaikan makalah pengaruh bahasa terhadap pendidikan karakter ini dengan
penuh rasa syukur dan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhir
nanti.
Kami sangat menydari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak terutama kepada bapak
Abu Sofyan,S.Pd.,M.Pd selaku dosen Bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini dan membimbing kami dalam pembelajaran.
Akhir kata semoga makalah Pengaruh bahasa terhadap pendidikan karakter ini bermnfaat
bagi parapembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu meridhoi segala usaha kami

Sorong 06 November 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….......

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………….

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………...
B. Rumusan masalah…………………………………………………………………………..
C. Tujuan………………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHSAN…..…………………………………………………………………………

A. PengertianBahasa dan Bahasa Indonesia…………………………………………………...


B. PengertianPendidikan Karakter…………………………………………………………….
C. Cara menanamkan pendidikan karakter…………………………………………………….
D. HubunganBahasa dan pendidikan karakter…………………………………………………
E. Peran Bahasa Indonesia Terhadap Pendidikan Karakter di Lingkungan Sekolah………….
F. Penanaman karakter melalui Bahasa……………………………………………………….

BAB III PENUTUP………………………….……………………………………………………..

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam berkomunikasi bahasa merupakan suatu keharusan dan modal yang mampu
menunjukkan identitas diri. Baik dari situasi formal maupun non formal. Bahkan bahasa
yang dianggap sebagai budaya berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter.
Seseorang mulai mengenal bahasa sejak di lingkungan keluarga, kemudian berlanjut ke
lingkungan sekolah, dan masyarakat. Ini semua yang disebut lingkungan pendidikan.
Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh yang besar dalam pendidikan anak, karena
proses pendidikan selalu berlangsung dalam lingkungan tertentu yang berhubungan
dengan ruang dan waktu, karena hal tersebut lingkungan pendidikan harus diciptakan
secara efektif dan semenarik mungkin terlebih mampu memberikan kontribusi lebih
terhadap siswa. Proses pendidikan yang berlangsung diluar sekolah, tentu saja besar
pengaruhnya selain di keluarga dan sekolah. Lingkungan masyarakat merupakan
lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian seseorang sesuai
keberadaannya, lingkungan masyarakat juga mampu menyediakan pendidikan yang
berfungsi sebagai tambahan . Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas
bahwa pendidikan di setiap jenjang harus diselenggarakan secara sistematis guna
mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta
didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi
dengan masyarakat. kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola diri dan orang lain (soft skill). Pendidikan karakter itu sendiri merupakan
suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun kebangsaan. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua
komponen harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu
isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau
pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-
kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga
dan lingkungan sekolah. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran
pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-
nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan
konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak
hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata
dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Adapun batasan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh bahasa indonesia dalam pendidikan karakter?
2. Bagaimana kaitan bahasa dalam pendidikan karakter?
3. Bagaimana menanamkan pendidikan karakter
4. Bagaimana peran bahasa indonesia terhadap pendidikan karakter di lingkungan
sekolah?

C. Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yaitu untuk memberi informasi
kepada masyarakat pentingnya pendidikan karakter dalam membangun jati diri dan
kepribadian.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa dan Bahasa Indonesia


Bahasa menurut kamus besar bahasa indonesia adalah sistem lambang bunyi yang
arbiter, yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat utuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik,
tingkah laku, dan sopan santun yang baik. bahasa juga dapat diartikan sebagai simbol
atau lambang yang dihasilkan oleh ujaran manusia dalam rangka menjalankan fungsi
bahasa. sedangkan bahasa indonesia merupakan bahasa melayu yang dijadikan
sebagai bahasa resmi republik indonesia dan bahasa persatuan bangsa indonesia.
Menurut Nababan bahwa bahasa itu seperti orang bernafas yang tidak pernah
dipikirkan. manusia menggunakan bahasa manusia dalam kondisi sadar maupun saat
tertidur, ini menunjukan bahawa bahasa memegang peran luar biasa dalam alur
kehidupan manusia baik sebagai personal, anggota masyarakat, maupun sebagai
makhluk Tuhan. tidak dapat dibayangkan jika dunia tanpa bahasa pasti akan terasa
hampa. maka dari itu bahasa mempunyai fungsi dan peran sebagai berikut :
1. Sebagai alat komunikasi
2. Sebagai alat mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri
3. Sebagai alat kontrol sosial
4. Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial
5. Mewujudkan seni

B. Pengertian Pendidikan Karakter


Karakter beasal dari bahasa yunani “kasairo” yang arinya cetak biru atau format
dasar. bedasarkan asal katanya karakter dianggap sebagai sekumpulan kondisi yang
dimiliki oleh seseorang. karakter menurut kamus besar bahasa indonesia adalah sifat-
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang
lain. istilah karakter erat kaitannya dengan “personality”. pendidikan karakter juga
dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan manusia yang didalamnya terdapat suatu
tindakan yang mendidik untuk membentuk penyempurnaan individu secara terus-
menerus dan melatih kemampuan diri untuk kehidupan yang lebih baik.
Menurut John W. Santrock, pendidikan karakter merupakan pendidikan dengan
pendekatan langsung pada peserta didik dengan tujuan menanamkan nilai moral
sehingga dapat mencegah perilaku yang dilarang.
Pendidikan karakter berhubungan erat dengan psikis individu. Dengan pendidikan
karakter, dapat diajarkan pandangan tentang nilai-nilai kehidupan, contohnya
kejujuran, kepedulian, tanggung jawab, hingga keimanan.
Pendidikan karakter dalam jenjang pendidikan dasar lebih besar porsinya
dibandingkan jenjang pendidikan yang mengajarkan pengetahuan. Tepatnya, 70%
untuk sekolah dasar dan 60% untuk sekolah menengah pertama.
Religius
Karakter pertama yang berhubungan dengan iman kepada Tuhan yang Maha Esa ini
diwujudkan dalam pelaksanaan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut,
menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi toleransi terhadap pelaksanaan
ajaran agama dan kepercayaan yang berbeda, juga hidup rukun dan damai dengan
pemeluk agama lain.
Jika kamu memiliki sikap anti perundungan, mencintai kedamaian, melindungi yang
tersisih, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, membuka diri pada
persahabatan, tidak memaksakan kehendak, dan tentu saja, toleransi, berarti karakter
religius tertanam dengan baik dalam dirimu.
Nasionalis
Karakter kedua menggarisbawahi bahwa kepentingan bangsa dan negara adalah di
atas kepentingan diri dan kelompok semata. Untuk memperoleh pemahaman tersebut,
yang harus menjadi perhatian adalah cara berpikir dan bersikap, serta kepedulian.
Seseorang dengan karakter nasionalis akan mengapresiasi kebudayaan bangsanya,
kemudian menjaga dan menghormati kekayaan budaya tersebut. Di Indonesia yang
beragam budaya, suku, dan agama, karakter ini begitu penting karena mampu
menjadikanmu rela berkorban, disiplin, dan taat hukum.

Integritas
Karakter ketiga ini adalah nilai yang berdasar pada usaha seseorang memperbaiki
dirinya agar dapat menjadi orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaannya. Di samping itu, seseorang dengan karakter ini juga memiliki
komitmen serta kesetiaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan juga moral.
Kamu dapat menunjukkan karakter integritas dalam dirimu dengan cara menunjukkan
tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat kegiatan sosial, menghargai
martabat orang lain, dan menunjukkan keteladanan.

Mandiri
Karakter keempat menunjukkan sikap tidak bergantung pada orang lain.
Ketidaktergantungan ini dimaksudkan dalam mengarahkan tenaga, pikiran, dan waktu
sendiri demi mewujudkan cita-cita.
Jika kamu memiliki karakter mandiri, berarti kamu memiliki etos kerja yang baik,
ketangguhan, daya juang, profesionalitas, kreativitas, dan keberanian.

Gotong royong
Karakter terakhir terlihat dari sikap menghargai semangat kerja sama dan bahu
membahu dalam menyelesaikan masalah bersama, menjalin komunikasi dan
persahabatan, serta memberi pertolongan bagi orang yang membutuhkan.

C. Cara menanamkan pendidikan karakter


Pendidikan karakter sebaiknya di ajarkan dengan menyesuaikan sasaranya atau objek
yang akan dituju. Akan tetapi pendidikan karakter yang diinginkan ialah pendidikan
karakter yang mudah dipahami dan dimengerti, baik di kalangan pelajar maupun
masyarakat umum. Bahasa diberikan pada lingkungan pendidikan dan dimulai dari
usia anak-anak sehingga penanaman nilai-nilai yang diberikan sejak anak-anak dinilai
lebih maksimal daripada diberikan pada usia dewasa. Pendidikan karakter terbagi
menjadi 3 tahap yaitu :
a. Pengetahuan tentang kebaikan
Tahap ini ialah tahap awal dalam pembentukan karakter yang baik. Ini mudah
untuk diajarkan karena banyak sekali sumbernya, terutama buku yang
mengajarkan tentang kebaikan. Untuk sekarang ini sudah banyak yang
mengajarkan mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga perguruan
tinggi. Pengetahuan tentang kebaikan juga dapat tumbuh dengan sendirinya
seiring bertambahnya usia anak-anak yang sudah pubertas sebagian besar
sudah dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk.
b. Menumbuhkan perasaan senang dan cinta terhadap kebaikan.
Anak-anak yang sudah dewasa memang kebanyakan dapat membedakan yang
baik dan yang buruk akan tetapi belum tentu ia dapat menumbuhkan rasa
senang ataupun cinta dalam dirinya terhadap kebaikan. Maka dari itu ini
adalah tahap yang paling sulit untuk diterapkan. Syarat yang harus terpenuhi
agar tahap ini dapat terlaksana ialah pengetahuan tentang kebaikan yang ada
pada tahap pertama. Jadi, antara tahap yang pertama dan yang kedua sangat
erat kaitanya. Kesulitan dalam tahap ini karena rasa cinta terhadap kebaikan
itu akan muncul apabila kesadaranya pun juga tumbuh sehingga kita harus
menumbuhkan rasa kesadaran pentingnya kebaikan. Selain itu perlu adanya
teladan yang patut dijadikan contoh. Jika kita menyampaikan kebaikan lewat
lisan maka hanya akan diletakkan di samping telinga, jika kita menyampaikan
kebaikan lewat hati maka kebaikan itu akan masuk sampai ke hati, begitu pula
jika kita menyampaikan kebaikan lewat akal maka akan masuk sampai ke
akal.
c. Melakukan perbuatan baik, perasaan senang atau cinta terhadap kebaikan
diharapkan dapat menjadi mesin penggerak sehingga akan menjadikan
seseorang secara sukarela melakukan perbuatan yang baik. Pada tahap ini
disebut juga tahap untuk mengambil tindakan (action). Setelah seseorang
mengetahui tentang kebaikan dan sudah menyukai kebaikan maka mereka
akan terus menjaga agar kebaikan itu tidak hilang dari dirinya. Mereka
mengangap bahwa kebaikan adalah bagian dari hidup.
Dalam penanaman pendidikan karakter yang paling utama adalah keteladanan. Orang
tua memberikan perilaku dan contoh yang positif kepada anak-anaknya. Guru
memberi contoh kepada anak didiknya. Sementara itu, para pemimpin memberikan
teladan karakter yang baik kepada masyarakat. Penanaman pendidikan karakter di
sekolah dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Strategi yang dapat dilakukan
antara lain
1) memasukkan pendidikan karakter ke dalam semua mata pelajaran di sekolah;
2) membuat slogan-slogan atau yel-yel yang dapat menumbuhkan kebiasaan
semua masyarakat sekolah untuk bertingkah laku yang baik;
3) membiasakan perlaku yang positif di kalangan warga sekolah;
4) melakukan pemantauan secara kontinyu; dan
5) memberikan hadiah (reward) kepada warga sekolah yang selalu berkarakter
baik.
D. Hubungan Bahasa dan pendidikan karakter
Bahasa menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti sistem bunyi yang arbitrer
yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Menurut Plato, bahasa pada dasarnya adalah pernyataan
pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan
rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat
mulut. Berdasar penjelasan Palto tersebut, dapat diartikan bahwa bahasa adalah alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan
satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua
orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara
tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang
atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila
dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi masih kalah dengan bahasa.
Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang
dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan
bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambangan. Terlepas dari itu
semua, prinsip pembelajaran bahasa Indonesia secara umum ada delapan, antara lain
1) pembelajaran bahasa Indonesia harus diarahkan untuk lebih banyak
memberikan porsi kepada pelatihan berbahasa yang nyata;
2) tata bahasa diajarkan hanya untuk memberikan kesalahan ujar siswa;
3) keterampilan berbahasa nyata menjadi tujuan utama;
4) membaca sebagai alat untuk belajar;
5) menulis dan berbicara sebagai alat berekspresi dan menyampaikan gagasan;
6) kelas menjadi tempat berlatih menulis, membaca, dan berbicara dalam bahasa
Indonesia;
7) penekanan pengajaran sastra pada membaca sebanyak-banyaknya sastra
Indonesia; dan
8) pengajaran kosakata diarahkan untuk menambah kosakata siswa.
Berdasarkan hal itu, nampak bahwa pembelajaran bahasa Indonesia adalah banyak
berlatih di kelas dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi, baik yang
nyata ”senyatanya’ melalui diskusi maupun yang nyata ”tidak senyatanya” melalui
kegiatan bermain peran. Melalui diskusi dan bermain peran dalam pembelajaran
bahasa Indonesia, siswa dapat melakukan olah rasa, olah batin, dan olah budi secara
intens sehingga secara tidak langsung siswa memiliki perilaku dan kebiasaan positif
melalui proses apresiasi dan berkreasi melalui karya sastra. Melalui karya sastra,
siswa juga akan mendapatkan pengalaman baru dan unik yang belum tentu bisa
mereka dapatkan dalam kehidupan nyata. Melalui karya sastra siswa bisa belajar dan
bergaul secara langsung tentang berbagai karakter mulia. Cara orang-orang tua kita
dahulu menanamkan nilai-nilai luhur melalui dongeng tentang tokoh-tokoh yang
memiliki karakter kuat mampu terserap ke dalam alam logika dan hati nurani anak
hingga terbawa sampai dewasa. Sikap toleran, moderat, rendah hati, kreatif, empati,
dan nilai-nilai budi pekerti lainnya sangat kuat mengakar ke dalam memori anak dan
diaplikasikan ke dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa
melalui pendidikan bahasa Indonesia kita dapat membentuk karakter bangsa.
E. Peran Bahasa Indonesia Terhadap Pendidikan Karakter di Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan tempat yang efektif untuk membentuk karakter dan
kepribadian seseorang. Selain mendapatkan ilmu pengetahuan para peserta didik juga
memperoleh kesempatan dalam bersosialisai dan mengekspreikan diri melalui hobi
dan bakat yang dimiliki. Pendidikan karakter dengan proses pembelajaran bahasa
Indonesia memiliki hubungan satu dengan yang lain. Pendidikan karakter terkandung
dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia dan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia terdapat nilai- nilai pendidikan karakter di antaranya kejujuran,
intelektualitas, sopan santun, dan rasional. Pendidikan berbasis karakter merupakan
salah satu upaya dalam pembaharuan di dunia pendidikan, besar pengaruhnya
penanaman karakter pada anak dianggap sebagai hal pokok. Hal ini mengisyaratkan
bahwa mutu pendidikan peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma- norma agama,
hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
a. Prinsip pembelajaran bahasa Indonesia secara umum
1. Pembelajaran bahasa Indonesia harus diarahkan untuk lebih banyak
memberikan porsi kepada pelatihan berbahasa yang nyata.
2. Tata bahasa diajarkan hanya untuk memberikan kesalahan ujar siswa.
3. Keterampilan berbahasa nyata menjadi tujuan utama.
4. Membaca sebagai alat untuk belajar.
5. Menulis dan berbicara sebagai alat berekspresi dan menyampaikan gagasan.
6. Kelas menjadi tempat berlatih menulis, membaca, dan berbicara dalam bahasa
Indonesia.
7. Penekanan pengajaran sastra pada membaca sebanyak-banyaknya sastra
Indonesia.
8. Pengajaran kosakata diarahkan untuk menambah kosakata siswa.
b. Hal-hal yang harus di perhatikan seorang pendidik dalam mengajar
1. Menggunakan bahasa yang sopan dan dapat di pahami
2. Berprilaku sopan
3. Menjaga ucapan
4. Sabar dalam mengajar
c. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
1. Penguasaan bahasa yang pasif meliputi:
a) Mendengarkan, mengarahkan perhatian dengan sengaja kepada suatu
suara atau menangkap pikiran orang yang berbicara dengan alat
pendengaran kita, dengan tepat dan teratur.
b) Membaca, menangkap pikiran dan perasaan orang lain dengan
perantara tulisan.
2. Penguasaan bahasa aktif terdiri dari:
a) Bercakap-cakap, maksudnya melahirkan pikiran dan perasaan yang
teratur, dengan menggunakan bahasa lisan.
b) Mengarang atau menulis, melahirkan pikiran dan perasaan dengan cara
yang teratur, dan dituliskan dalam bahasa tulisan.

Dari hal-hal diatas nampak bahwa pembelajaran bahasa Indonesia adalah


banyak berlatih di kelas dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan
situasi, baik yang nyata ”senyatanya" misalnya melalui diskusi maupun
yang nyata ”tidak senyatanya” melalui kegiatan bermain peran. Melalui
diskusi dan bermain peran dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa
dapat melakukan olah rasa, olah batin, dan olah budi secara intens
sehingga secara tidak langsung siswa memiliki perilaku dan kebiasaan
positif melalui proses apresiasi dan berkreasi melalui karya sastra. Melalui
karya sastra, siswa juga akan mendapatkan pengalaman baru dan unik
yang belum tentu bisa mereka dapatkan dalam kehidupan nyata. Melalui
karya sastra siswa bisa belajar dan bergaul secara langsung tentang
berbagai karakter mulia. Hal ini menunjukkan bahwa melalui pendidikan
bahasa Indonesia kita dapat membentuk karakter bangsa melalui
lingkungan sekolahan.
F. Penanaman karakter melalui Bahasa
Seiring perkembangan zaman yang terus berubah, memaksa pendidikan yang dinilai
mempunyai peran besar harus pandai berinovasi, Hamidjojo mengemukakan hal – hal
yang memaksa adanya inovasi pendidikan antara lain:
1) Besarnya eksploasi pendidikan
2) Melonjaknya anspirasi dikalangan masyarakat luas, menambah makin berat
dan besarnya keperluan penduduk yang lebih baik
3) Kurangnya sumber
4) Kelemahan system
5) Belum mekarnya alat organisasi efektif
Oleh sebab perihal tersebut, adanya inovasi dalam perbaikan pendidikan di
negara kita antara lain dengan adanya pendidikan karakter, Koesuma dalam
artikelnya menyatakan tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang
terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang
dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang
pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang
selalu berubah. Dari kematangan karakter seperti inilah, kualitas seseorang secara
pribadi mampu diukur.
Pendidikan berbasisi karakter merupakan salah satu upaya dalam
pembaharuan di dunia pendidikan, besar pengaruh penanaman karakter pada anak
dianggap sebaga hal pokok. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter
peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat. Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam
pendidikan karakter,yaitu:
1) Keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai.
Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.
2) Koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip,
tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi
merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya
koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang.
3) Otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai
menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas
keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain.
4) keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna
mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi
penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Kematangan keempat karakter ini, lanjut Foerster, memungkinkan manusia
melewati tahap individualitas menuju personalitas. ”Orang-orang modern sering
mencampuradukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku
rohani, antara independensi eksterior dan interior.” Karakter inilah yang menentukan
format seorang pribadi dalam segala tindakannya. Pendapat Foerster ini semakin
mendukung program pendidikan yang tidak hanya berfungsi sebagai lembaga yang
memberdayakan anak dalam pengertian kecerdasan dan keterampilan melainkan
program pendidikan juga menyadarkan tentang pentingnya menjaga moralitas dan
peningkatan kemampuan pertimbangan rasional dalam pengambilan keputusan.
Apabila segala fenomena tentang pentingnya pendidikan tidak terealisasi dengan
baik, maka keberhasilan pemperhati pendidikan karakter akan mengalami kegagalan.
Dampak yang dinilai sangat mempengaruhi pendidikan anak adalah Lingkungan, baik
keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dan pemberian pendidikan akan tersampaikan
dengan baik jika penggunaan bahasa diberikan dengan tepat.
Bahasa yang sopan,baik dan tidak mampu membuat anak merasa tertekan.
Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial sekaligus alat adaptasi sosial,
hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa yang majemuk.
Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai pemersatu keberseragaman
tersebut. Di sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan sebagai alat integrasi sosial.
Bahasa disebut sebagai alat adaptasi sosial apabila seseorang berada di suatu tempat
yang memiliki perbedaan adat, tata krama, dan aturan-aturan dari tempatnya berasal.
Proses adaptasi ini akan berjalan baik apabila terdapat sebuah alat yang membuat satu
sama lainnya mengerti, alat tersebut disebut bahasa. Dari uraian ini dapat kita tarik
kesimpulan bahwa bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia.
Kartomiharjo (1982:1) menguraikan bahwa salah satu butir sumpah pemuda
adalah menjunjung tinggi bahasa persatuan,bahasa Indonesia. Dengan dengan
demikian bahasa dapat mengikat anggota-anggota masyarakat pemakai bahasa
menjadi masyarakat yang kuat, bersatu, dan maju. Lalu bagaimana bahasa mulai bias
dikatakan berpengaruh terhapa proses pemberian pendidikan karakter, ada lima
slogan yang dikumandangkan oleh para pengamat AM/Moulton, 1961, dalam “
International Congress of Linguistic”, yakni:
(a) Bahasa adalah Lisan, bukan tulisan
(b) Bahasa adalah seperangkat kebiasaan
(c) Yang diajarkan adalah bahasa, bukan tentang bahasa
(d) Bahasa adalah yang diajarkan oleh si penutur asli
(e) Bahasa adalah berbeda-beda
Dari slogan tersebut ada satu hal yang dianggap berpengaruh penting terhadap
pendidikan karakter yaitu bahasa adalah seperangkat kebiasaan, kebiasaan bisa
dikatakan adat, dalam situs Wikipedia menyebutkan bahwa adat ialah Adat adalah
gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan,
kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini
tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh
masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang.
Stevick dalam Sudana menyatakan maksud dari pengajaran bahasa adalah,
meningkatkan harga diri, menumbuhkan pikiran positif, meningkatkan pemahaman
diri, menumbuhkna keakraban dengan orang lain, dan mampu menemukan kelebihan
dan kelemahan diri. Dari pernyataan tersebut maksud pengjaran bahasa berorientasi
pada pemerolehan nilai nilai sesuai pendidikan karakter yaitu, menumbuhkan pikiran
positif dan menumbuhkan keakraban dengan orang lain.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjabaran di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahasa merupakan suatu hal
yang dianggap perlu untuk dilaksanakan pada lingkungan pendidikan, karena
pemerolehan bahasa dikaitkan dengan penguasaan sesuatu bahasa tanpa disadari atau
dipelajari secara langsung yaitu tanpa melalui pendidikan secara formal untuk
mempelajarinya. Sebaliknya memperolehnya dari bahasa yang dituturkan oleh ahli
masyarakat di sekitarnya. Bahasa diberikan pada lingkungan pendidikan, dan dimulai
dari usia anak-anak, sehingga penanaman nilai-nilai yang diberikan sejak anak-anak
dinilai lebih maksimal daripada diberikan pada usia dewasa. Pendidikan karakter
dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi
diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai
ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik
yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada mata pelajaran bahasa
Indonesia. Cara berbahasa yang digunakan oleh guru di sekolah pun pengaruhnya
sangat besar bagi para siswa. Sehingga untuk membentuk karakter yang baik pada
siswa di khususnya di sekolah, guru harus menggunakan tata bahasa yang baik dan
sopan karena apa yang dilihat dan didengar adalah apa yang mereka pelajari dan hal
tersebutlah yang akan dilakukan oleh siswa. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik
dan santun akan membuat lawan bicaranya berkarakter yang sopan dan santun pula.

B. Saran
Dari makalah ini, harapan untuk selalu memberikan pendidikan berbasis karakter
melalui pengajaran bahasa agar terus ditingkakan dan dijadikan suatu rutinitas dalam
segala lingkungan pendidikan. Dari cerminan tersebut perlunya pengajaran bahasa
dan kaitannya dengan pendidikan dinilai mampu memberikan hal positif dalam
pembentukan karakter seseorang melalui pendidikan berbasis karakter. Mempelajari
dan mengembangkan bahasa dalam pendidikan sangatlah perlu ditingkatkan, oleh
sebab itu kita sebagai pemerhati pendidikan mempunyai peran penting dalam
menanamkan nilai nilai positif serta pembentuka karakter seseorang melalaui bahasa
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Iskandarwassid & Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:


Rosdakarya. Kosasih, E. 2008. Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _______. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
Keempat. PT Gramedia Pustaka Utama. Junaidi. 2014. Bahasa Indonsia Untuk
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Empati Junianto. 2012. Peran Bahasa Dalam
Pendidikan Karakter. Diakses dari: http://smalajunianto.blogspot.co.id/2012/02/
https://www.quipper.com/id/blog/tips-trick/school-life/pendidikan-karakter-
pengertian-fungsi-dan-penerapan/
Made Pidarta,1997. Landasan kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
SmaLa Junianto/110126
RABU, 29 FEBRUARI 2012

Anda mungkin juga menyukai