Anda di halaman 1dari 205

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TIPE-TIPE KESALAHAN BERBAHASA DALAM BUKU TEKS


PELAJARAN BAHASA INDONESIA
EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK KELAS X
KURIKULUM 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Elisabeth Iga Woro Palupi Puspaningrum


101224028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Bapa
pembimbing dan penopang segala langkahku,

Antonius Hendra Saputra dan Fermina Suprihatin


orangtua yang super,

Albertus Anung Bangun Wicaksono


Adik yang hebat,

sahabat-sahabat terhebatku
dalam mereka, kutemui kasih-Nya nyata dalam hidupku.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“You can make many plans, but the Lord’s purpose will prevail”
Proverbs, 19:21

“Lalu bagaimana kalo ternyata apa yang kita cari selama ini sebagai
ketidaklengkapan sebenarnya hanya rectoverso belaka? Yang artinya
kita tidak perlu kemana-mana. Yang artinya lagi untuk merasa utuh
kita hanya perlu mengubah perspektif kita. Ketika kita berhasil
mengambil jarak dari benih-benih pemecah belah dalam pikiran kita,
maka rectoverso akan tampil. Yang artinya lagi (dan lagi), apa yang
Anda ingin cari tidak berada di luar sana sebaliknya sangat dekat tak
berjarak.”
Dewi Lestari

“Narima Ing Pandum (menerima segala rintangan dengan ikhlas)”


Pepatah Jawa

“Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin. Dia membiarkan


dirinya jauh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.
Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Tak peduli
lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak
masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.

Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin


merengkuhnya, membawa pergi entah ke mana.”
Tere Liye

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah dalam


bentuk skripsi yang saya susun ini tidak memuat karya atau bagian karya orang
lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana
layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Februari 2015


Penulis,

Elisabeth Iga Woro Palupi Puspaningrum

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Puspaningrum, Elisabeth Iga Woro Palupi. 2015. Tipe-Tipe Kesalahan


Berbahasa dalam Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi
Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Skripsi. Yogyakarta:
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kualitatif. Tujuan penelitian


ini adalah untuk mendeskripsikan (1) tipe-tipe kesalahan berbahasa yang terdapat
dalam buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum
2013, (2) sebab-sebab kesalahan berbahasa dalam buku penunjang pelajaran
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. Data yang dianalisis
berupa ejaan dan kalimat yang mengandung kesalahan. Kesalahan ejaan dianalisis
menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
sedangkan kesalahan kalimat dianalisis berdasarkan keefektifan kalimatnya.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam buku Ekspresi Diri dan
Akademik Kelas X Kurikulum 2013 terdapat 4 tipe kesalahan ejaan dan 4 tipe
kesalahan kalimat. Kesalahan ejaan itu meliputi a) kesalahan pemakaian huruf, b)
kesalahan penulisan kata, c) kesalahan penulisan unsur serapan, dan d) kesalahan
pemakaian tanda baca. Adapun kesalahan kalimat menurut ciri kalimat efektif
yang terkumpul meliputi a) kesalahan kalimat menurut ciri kesepadanan struktur,
b) kesalahan kalimat menurut ciri kehematan kata, c) kesalahan kalimat menurut
ciri kecermatan dan kesantunannya, dan d) kesalahan kalimat menurut ciri
kepaduan maknanya. Penyebab terjadinya kesalahan kebahasaan yang ditemukan
adalah karena faktor a) interferensi, b) ketidakcermatan dalam penulisan sehingga
terjadi kesalahan-kesalahan tulis dalam buku, dan c) ketidakpahaman
penulis/editor mengenai kaidah kebahasaan. Jadi, berdasarkan hasil itu dapat
dikatakan bahwa kesalahan penggunaan ejaan dan kalimat dalam buku masih
cukup banyak.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran pada guru
bahasa Indonesia, mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, dan peneliti
lain. Dalam mengajar dan membahas buku, guru harus lebih cermat agar siswa
tidak meniru kesalahan berlarut-larut. Guru juga harus meningkatkan pengajaran
soal ejaan dan kalimat dalam setiap proses belajarnya. Prodi diharapkan juga
mampu meningkatkan pengajaran menyunting agar kelak mahasiswa calon guru
dapat meminimalkan penggunaan-penggunaan kesalahan bahasa pada siswanya.
Penerbit buku, dalam hal ini Kemendikbud dan juga editor harus lebih teliti dalam
penerbitan dan penulisan buku sehingga kesalahan-kesalahan kebahasaan itu
dapat dihindari. Seorang editor juga harus memahami kaidah-kaidah kebahasaan
dalam penulisan. Penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna,
maka penulis berharap akan ada penelitian lebih lanjut yang dapat memperkuat
penelitian ini supaya penelitian ini lebih sempurna.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Puspaningrum, Elisabeth IgaWoroPalupi. 2015.The Types of Language Errorsin


Indonesian Language Text Book Ekspresi Diri dan Akademik Grade X
Curriculum 2013. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Literature
Study Program, Teachers’ Training Faculty, Sanata Dharma University.

This research was a descriptive qualitative research. It was aimed to


describe (1) the types of language errors in Indonesian language text book
Ekspresi Diri dan Akademik Grade X based on Curriculum 2013, (2) the causes of
the language errors in Indonesian language text book Ekspresi Diri dan Akademik
Grade X. The data analyzed were in the forms of incorrect spelling and incorrect
sentences. The spelling errors were analyzed using Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, while the sentence errors were analyzed
based on the sentence effectiveness.
The results of the analysis showed that there were 4 types of spelling
errors and 4 types of sentence errors in the book Ekspresi Diri dan Akademik
Grade X Curriculum 2013. The spelling errors were a) the errors in the use of
letters, b) the errors in the writing of words, c) the errors in the writing of
absorption words, and d) the errors in the use punctuations. The sentence errors
analyzed based on the characters of effective sentences were a) the errors in the
sentence structure, b) the errors in the word frugality, c) the errors in the accuracy
and politeness, and d) the errors in the meanings. There were several factors that
caused the errors. They were a) interference, b) inaccuracy when writing that
cause mistakes in the text book, and c) writer or editor’s misunderstanding on
linguistic rules. Thus, based on the results, it could be concluded that there were a
lot of spelling and sentence errors in the text book.
Based on the research results, the researcher would like to give some
suggestions to Indonesian language teachers, students of Indonesian Language
and Literature Education, other researchers and book publisher. When teaching
and discussing the material in the text book, the teacher must be more careful so
that the students do not learn the same errors continuously. Teachers should
improve the spelling and sentence teaching in the teaching learning process. The
department should select the material carefully for teachers to avoid errors when
teaching. The publisher, in this case Minister of Education and Culture and the
editor, should be more careful in publishing and editing the book to avoid the
error. An editor must also understand the rules of language in writing. The
researcher realized that it was not a perfect research. the researcher hoped there
would be other research to support this research and to make this research better.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN


PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

nama : Elisabeth Iga Woro Palupi Puspaningrum

nomor mahasiswa : 101224028

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“TIPE-TIPE KESALAHAN BERBAHASA DALAM BUKU TEKS


PELAJARAN BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK
KELAS XKURIKULUM 2013”

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata


Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
memublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta izin dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 12 Februari 2015
Yang menyatakan,

Elisabeth Iga Woro Palupi Puspaningrum

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas karunia-Nya yang
senantiasa ada sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul Tipe-
Tipe Kesalahan Berbahasa dalam Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Penulisan skripsi ini
merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu,
membimbing, dan mengarahkanpenulis. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan juga
triangulator II dalam uji keabsahan data dalam penelitian ini, yang selalu
memberi masukan-masukan, memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis dengan sabar.
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang
dengan sabar telah membimbing, menuntun, memberi banyak petunjuk,
dan memberi motivasi pada penulis.
4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang
dengan bijaksana membimbing, mendukung, dan memberi masukan
kepada penulis dalam proses pembuatan skripsi.
5. Dr. Y. Karmin, M.Pd. selaku triangulator I yang selalu sabar mengikuti
perkembangan peneliti dalam menganalisis data-data kebahasaan.
6. Seluruh dosen PBSI yang sudah membimbing dan memberi banyak
‘bekal’ kepada penulis selama belajar di Prodi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Karyawan sekretariat PBSI, Robertus Marsidiq yang selalu sabar


memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam
menyelesaikan kuliah di PBSI sampai penyusunan skripsi ini selesai.
8. Keluarga tercinta penulis, Bapak Antonius Hendra Saputra, S.H. dan Ibu
Fermina Suprihatin yang senantiasa memberi doa dan juga Anung, adik
yang memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Endy Santoso, S.S., sahabat sekaligus motivator penulis yang tidak kalah
luar biasanya membimbing dan menyemangati penulis selama studi hingga
penyelesaian skripsi ini.
10. Teman-teman dekat penulis, Brigita Familia, Fransiska Rani, Fransiska
Budi Fitriani, Ester Lestari, Restituta Devi, Rengganis, Natalia Astra.
11. Teman-teman PBSI angkatan 2010 yang telah sama-sama berjuang.
12. Semuapihak yang terlibat dalam proses penulisan skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna yang


disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis. Walaupun demikian, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Yogyakarta, 12 Februari 2015


Penulis

Elisabeth Iga Woro Palupi Puspaningrum

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... . iv

MOTTO .......................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

ABSTRACT .................................................................................................... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
E. Batasan Istilah ...................................................................................... 6
1. Kesalahan Berbahasa ..................................................................... 6
2. Kekeliruan ...................................................................................... 7
3. Efektif ............................................................................................. 7

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Tipe Kesalahan ............................................................................... 7


5. Sebab-sebab Kesalahan .................................................................. 7
6. Buku Teks Pelajaran ...................................................................... 8
F. Sistematika Penyajian .......................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 10


A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................................................... 10
B. Kajian Teori ......................................................................................... 12
1. Kesalahan Berbahasa ..................................................................... 13
2. Daerah Kesalahan Berbahasa ......................................................... 14
3. Ejaan ............................................................................................... 16
4. Jenis Kesalahan Ejaan .................................................................... 17
5. Sintaksis ......................................................................................... 25
6. Kalimat ........................................................................................... 25
7. Kalimat Efektif ............................................................................... 31
8. Tipe Kesalahan ............................................................................... 38
9. Sebab-sebab Kesalahan .................................................................. 38
10. Kriteria Penuisan Buku Pelajaran .................................................. 41
C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 48


A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 48
B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................ 49
C. Sumber Data dan Data Penelitian ........................................................ 50
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 50
E. Instrumen Penelitian.............................................................................. 51
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 51
G. Triangulasi ............................................................................................ 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 55


A. Deskripsi Data ...................................................................................... 55
B. Hasil Analisis dan Pembahasan ........................................................... 57

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Tipe Kesalahan ............................................................................... 59


a. Kesalahan Ejaan ....................................................................... 59
a) Pemakaian Huruf ................................................................ 59
b) Penulisan Kata .................................................................... 61
c) Penulisan unsur Serapan .................................................... 63
d) Pemakaian Tanda Baca ...................................................... 64
b. Kesalahan dalam Kalimat Efektif ............................................ 66
a) Kesalahan dalam Hal Kesepadanan Struktur ..................... 67
b) Kesalahan dalam Hal Kehematan Kata .............................. 70
c) Kesalahan dalam Hal Kecermatan dan Kesantunan ........... 72
d) Kesalahan dalam Hal Kepaduan Makna ............................ 74
2. Sebab-Sebab Kesalahan ................................................................. 76
a. Interferensi ............................................................................... 76
b. Ketidakcermatan ...................................................................... 77
c. Ketidakpahaman Penulis Terhadap Kaidah Kebahasaan ......... 79

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 82


A. Kesimpulan .......................................................................................... 82
B. Saran ..................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87

LAMPIRAN .................................................................................................... 90

BIODATA .........................................................................................................187

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 47

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 1.1 Triangulasi Data Tipe Kesalahan Ejaan dan Kalimat ........................ 90

Tabel 1.2 Triangulasi Sebab Kesalahan Ejaan ................................................ 114

Tabel 1.3 Triangulasi Sebab Kesalahan Kalimat Efektif ................................ 131

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Cover Buku ............................................................................... 169

Gambar 1.2 Kesalahan Ejaan Tipe Pemakaian Huruf .................................... 170

Gambar 1.3 Kesalahan Ejaan Tipe Penulisan Kata ........................................ 171

Gambar 1.4 Kesalahan Ejaan Tipe Penulisan Kata ........................................ 172

Gambar 1.5 Kesalahan Ejaan Tipe Penulisan Kata ....................................... 173

Gambar 1.6 Kesalahan Ejaan Tipe Penulisan Kata ........................................ 174

Gambar 1.7 Kesalahan Ejaan Tipe Pemakaian Tanda Baca .......................... 175

Gambar 1.8 Kesalahan Ejaan Tipe Pemakaian Tanda Baca .......................... 176

Gambar 1.9 Kesalahan Ejaan Tipe Pemakaian Tanda Baca .......................... 177

Gambar 1.10 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kesepadaan Struktur .. 178

Gambar 1.11 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kesepadanan Stuktur . 179

Gambar 1.12 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kesepadanan Struktur .. 180

Gambar 1.13 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kehematan Kata ........ 181

Gambar 1.14 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kehematan Kata ........ 182

Gambar 1.15 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kehematan Kata ........ 183

Gambar 1.16 Kesalahan dalam Kalimat Efektif

Tipe Kecermatan dan Kesantunan ............................................ 184

Gambar 1.17 Kesalahan dalam Kalimat Efektif

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tipe Kecermatan dan Kesantunan ............................................ 185

Gambar 1.18 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kepaduan Makna ....... 186

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.

Tak hanya untuk berkomunikasi, bahasa juga merupakan sebuah alat pikir dan alat

ekspresi. Berbahasa bukan sekadar berkomunikasi (asal mengerti/pokoknya

mengerti), tetapi berbahasa perlu menaati kaidah atau aturan bahasa yang berlaku

(Sugono, 2009:21). Dengan demikian, bahasa memiliki peranan penting dalam

kehidupan sehari-hari.

Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa nasional

dan bahasa negara. Berdasarkan fungsi tersebut, tidak mengherankan jika bahasa

Indonesia sebagai alat komunikasi yang dipakai dalam berbagai keperluan itu

menjadi tidak seragam atau berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisinya.

Dengan kata lain, bahasa Indonesia dalam praktik pemakaiannya pada dasarnya

adalah berbeda-beda. Keanekaragaman pemakaian bahasa itulah yang dinamakan

ragam bahasa.

Setyawati (2010) dalam bukunya Analisis Kesalahan Berbahasa

mengelompokkan bahasa menjadi beberapa ragam. Berdasarkan sarana

pemakaiannya, ragam bahasa dibedakan atas ragam bahasa lisan dan ragam

bahasa tulis. Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dituturkan oleh seorang

penutur, sedangkan ragam bahasa tulis adalah bahasa yang hanya digunakan

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2

dalam konteks tertulis. Dilihat dari segi suasananya, ragam bahasa Indonesia

dibedakan menjadi ragam resmi atau ragam formal dan ragam tidak resmi atau

ragam tidak formal. Ragam bahasa resmi (lisan maupun tulisan) digunakan pada

saat situasi resmi atau formal dan ditandai dengan adanya pemakaian unsur-unsur

kebahasaan yang memiliki tingkat kebakuan yang tinggi, sedangkan ragam tidak

resmi atau tidak formal (lisan maupun tulisan) digunakan saat situasi tidak resmi.

Dijelaskan pula menurut Setyawati (2010), berdasarkan norma

pemakaiannya, ragam bahasa dibedakan menjadi ragam baku dan ragam tidak

baku. Ragam baku ialah ragam bahasa yang pemakaiannya sesuai dengan kaidah

yang berlaku, sedangkan ragam bahasa tidak baku ialah ragam bahasa yang

pemakaiannya menyimpang dari kaidah yang berlaku. Lebih lanjut, jika ditinjau

berdasarkan bidang penggunaannya, ragam bahasa dibedakan atas ragam bahasa

ilmu, sastra, hukum, jurnalistik, dan sebagainya.

Pada sebuah karya tulis, apalagi karya yang sudah diterbitkan, seperti

buku pelajaran, tentu saja bahasa yang dipakai adalah bahasa tulis baku, yang

diharapkan sudah memenuhi kaidah-kaidah yang berlaku karena sudah melewati

proses penyuntingan. Namun pada kenyataannya, masih terdapat beberapa karya

tulis yang belum memenuhi standar kebakuan bahasa. Kesalahan masih kerap

muncul pada buku-buku terbitan, seperti kesalahan pada ejaan dan kalimat. Masih

banyak karya tulis dan buku terbitan memakai kalimat-kalimat yang mubazir

hingga ada yang menimbulkan salah tafsir dan sebagainya. Hal semacam itu

menyangkut soal keefektifan kalimat dalam buku. Kalimat yang efektif mampu

membuat isi atau maksud yang disampaikannya itu tergambar lengkap dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3

pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa yang disampaikan (Razak,

1990). Pada sebuah karya tulis, kalimat yang baik justru bisa dengan mudah

mengantarkan pembaca pada maksud yang dipaparkan penulisnya. Melihat

kenyataan itu, peneliti berinisiatif mengadakan penelitian tentang keefektifan

kalimat pada pada buku terbitan pemerintah.

Buku terbitan yang akan diteliti adalah buku pelajaran Bahasa Indonesia

Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Peneliti memilih buku ini

karena buku ini merupakan buku pendukung atau penunjang pelajaran bahasa

Indonesia yang disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sendiri dan dipergunakan dalam tahap

awal penerapan kurikulum 2013 sebagai pegangan siswa di beberapa sekolah.

Buku ini disusun dengan berbasis teks dengan memuat enam bab dan berjumlah

256 halaman. Seharusnya, buku terbitan pemerintah sudah memenuhi standar

kebakuan ejaan dan keefektifan kalimat.

Terdapat dua jenis kesalahan yang dimaksud dalam hal ini, yakni

kesalahan kompetensi dan kesalahan performansi. Chomsky, pada tahun 1965

(dalam Tarigan, 1987) memperkenalkan istilah kompetensi (competent) yang

mengacu pada pengetahuan mengenai kaidah kebahasaan yang dimiliki seseorang.

Kesalahan yang terjadi akibat kurangnya kompetensi kebahasaan seseorang

dikenal dengan istilah kesalahan kompetensi (errors), sedangkan kesalahan yang

terjadi akibat ketidakcermatan seseorang dalam menggunakan bahasa disebut

kesalahan performansi (mistakes) atau kekeliruan. Sebab-sebab kesalahan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4

berbahasa pada buku teks pelajaran ini akan dikaji mengacu pada kedua hal

tersebut.

Klasifikasi kesalahan berbahasa yang diteliti dibatasi hanya pada tataran

ejaan dan sintaksis dengan penjabaran tipe-tipe kesalahan berbahasa yang terdapat

pada buku itu. Tataran kesalahan ejaan yang diteliti meliputi kesalahan pemakaian

huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur

serapan, dan pemakaian tanda baca, sedangkan kesalahan tataran sintaksis yang

akan diteliti terbatas pada kesalahan kalimat, yakni ciri-ciri kalimat efektif yang

meliputi kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan

kata, kecermatan dan kesantunan, kepaduan makna, dan kelogisan makna.

Pada penelitian ini, peneliti ingin mendeskripsikan apakah masih ada

kesalahan, khususnya kesalahan ejaan dan kalimat, pada buku terbitan pemerintah

ini atau tidak. Kesalahan-kesalahan yang ditemukan nantinya akan ditipe-tipekan

sesuai dengan klasifikasi kesalahan kebahasaannya.

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya tentang kesalahan

kebahasaan, penelitian ini juga disertai dengan analisis sebab terjadinya kesalahan

berbahasa. Buku yang digunakan sebagai objek penelitian juga ialah buku

kurikulum terbaru terbitan pemerintah sendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diperoleh

adalah sebagai berikut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5

1. Apa sajakah tipe-tipe kesalahan berbahasa yang terdapat pada buku

pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X

Kurikulum 2013?

2. Apa sajakah sebab-sebab kesalahan berbahasa yang terdapat pada buku

pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X

Kurikulum 2013?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan

tipe-tipe kesalahan berbahasa yang terdapat dalam buku penunjang pelajaran

bahasa Indonesia, Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X

Kurikulum 2013, melalui upaya berupa tahapan pengenalan atas kesalahan

berbahasa, identifikasi, klasifikasi, dan tipe kesalahan berbahasa. Setelah itu,

penelitian ini akan mendeskripsikan sebab-sebab kesalahan berbahasa dalam buku

penunjang pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada mahasiswa

calon guru, khususnya calon guru mata pelajaran Bahasa Indonesia bahwa masih

banyak kesalahan ejaan dan sintaksisdalam buku teks pelajaran bahasa Indonesia

saat ini. Mahasiswa diharapkan lebih jeli melihat kasus-kasus kebahasaan dalam

buku paket sehingga bisa mengantisipasi kesalahan berbahasa pada calon anak

didiknya kelak. Penelitian ini juga diharapkan memberi informasi bagi guru-guru

bahasa dan sastra Indonesia bahwa dalam buku pedoman masih terdapat beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6

kesalahan, sehingga mereka harus lebih cermat menggunakan buku pedoman

ketika mengajar dan memberi pembetulan pada bagian-bagian yang salah yang

terdapat dalam buku paket. Guru diharapkan dapat mencegah terjadinya

penggunaan kesalahan yang sama dalam KBM agar siswa didik dapat

menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Manfaat lain dari penelitian iniialah bagi peneliti lain yang sedang

melakukan penelitian-penelitian sejenis. Hasil peneltian ini diharapkan bisa

dimanfaatkan sebagai sarana laporan yang mengorganisasi kesalahan-kesalahan

yang telah dikumpulkan oleh peneliti sehingga dapat menjadi sumber informasi

bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian-penelitian yang sejenis.

E. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman, peneliti memberi batasan-

batasan istilah yang dirasa penting untuk penelitian. Istilah-istilah yang perlu

dibatasi pengertiannya adalah sebagai berikut.

1. Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan

maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau

menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa

Indonesia (Setyawati, 2010:13). Chomsky, pada tahun 1965 (dalam Tarigan,

1987) memperkenalkan istilah kesalahan kompetensi yang mengacu pada

kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai

kaidah kebahasaan. Kesalahan seperti ini dikenal dengan istilah errors.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7

2. Kekeliruan

Kekeliruan (mistakes) dalam berbahasa dikenal dengan performance atau

performansi. Istilah ini juga dikenalkan oleh Chomsky (1965). Kekeliruan ini

tidak sepenuhnya mencerminkan kompetensi kebahasaan seseorang. Kekeliruan

bisa terjadi akibat kekurangcermatan atau kurangnya ketelitian dari seorang

pengguna bahasa dalam memperformansikan kebahasaannya.

3. Efektif

Efektif adalah berhasil guna. Jika dilihat dari makna kata-katanya, dapat

dikatakan bahwa makna kalimat efektif ialah kalimat yang berhasil guna (Rahardi,

2010).

4. Tipe Kesalahan

Tipe menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah model, sedangkan

tipe bahasa diartikan sebagai jenis bahasa yang oleh klasifikasi tipologis dianggap

mempunyai kemiripan struktural, lepas dari sejarah dan lokasi pemakaiannya

(KBBI, 2008:1471).

5. Sebab-Sebab Kesalahan

Berkenaan dengan sebab-sebab kesalahan berbahasa, penelitian ini

mengambil penjelasan teori sebab kesalahan berbahasa dari Hubbard, Hywel

Jones, Barbara Thornton, dan Rod Wheeler (1979) di dalam buku mereka yang

berjudul A Training Course for TEFL. Mereka menyebut tiga sebab kesalahan

dalam berbahasa, yakni (1) interferensi bahasa ibu, (2) overgeneralisasi, dan (3)

materi dan metode mengajar bahasa yang lemah atau keliru.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8

Pakar lain mendefinisikan kesalahan berbahasa adalah akibat dari (1)

terpengaruh oleh bahasa yang lebih dulu dikuasainya, (2) kekurangpamahaman

pemakaian bahasa terhadap bahasa yang dipakainya, (3) pengajaran bahasa yang

kurang tepat atau kurang sempurna. Hal ini dijelaskan Setyawati (2010) dalam

bukunya, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia.

6. Buku Teks Pelajaran

Dalam pembelajaran, diperlukan adanya buku teks pelajaran. Adanya

buku teks pelajaran tersebut membantu siswa dan guru dalam memahami

pelajaran yang akan disampaikan. Buku teks pelajaran sendiri, menurut Sitepu

(2012:8) adalah buku acuan wajib yang dipakai di sekolah memuat materi

pembelajaran dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan

kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan

dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan

standar nasional pendidikan. Perkembangan kurikulum menuntut usaha perbaikan

mutu pengajaran bahasa Indonesia yang harus ditopang dengan buku-buku teks

pelajaran yang baik dan sesuai kurikulum.

F. Sistematika Penyajian

Proposal penelitian ini terdiri dari tiga bab. Bab I berisi pendahuluan

yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II mengenai kajian

pustaka. Kajian pustaka ini meliputi penelitian terdahulu dan kajian teori. Bab III

memaparkan metodologi penelitian. Metodologi penelitian berisi jenis penelitian,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9

subjek dan objek penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpulan

data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan triangulasi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian mengenai kesalahan berbahasa sebelumnya sudah dilakukan

oleh beberapa peneliti terdahulu, seperti yang dilakukan Purwaningrum pada

tahun 1988. Ia mengadakan penelitian dengan judul Kesalahan Berbahasa Siswa

Kelas I dan II SMA Katolik di Kotamadya Yogyakarta. Dari hasil penelitian,

Purwaningrum (1988) menemukan beberapa hal, yaitu kesalahan berbahasa

tataran kata, frasa, klausa, dan kalimat pada karangan siswanya.

Donatus Doweng Kumanireng (2003) dalam penelitiannya yang berjudul

Analisis Kesalahan Berbahasa Siswa Kelas II SMA Frater Disamakan Makassar,

Tahun Ajaran 2004/2005 dalam menggunakan Kata berimbuhan Me- menemukan

149 kesalahan berbahasa siswa kelas II SMA Frater Disamakan Makassar.

Kesalahan-kesalahan itu meliputi: kesalahan penggunaan variasi bentuk afiks me-,

kesalahan penggunaan makna afiks me-, dan kesalahan pemenggalan kata

berimbuhan me-.

Kumalasari (2004) meneliti kesalahan sintaksis dalam karangan

argumentasi. Penelitiannya itu berjudul Kesalahan Berbahasa Bidang Sintaksis

pada Karangan Argumentasi Kelas II Kejar Paket C di Kecamatan Kotagede

Yogyakarta Tahun Ajaran 2003/2004 (Sebuah Studi Kasus). Dari hasil

penelitiannya, Kumalasari menemukan 123 kesalahan berbahasa yang meliputi

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11

117 kesalahan kekurangan unsur kalimat, 1 kesalahan urutan kesalahan unsur

kalimat, 5 kesalahan urutan kata dalam frasa.

Penelitian kesalahan struktur kalimat pernah dilakukan oleh Sulistiani

pada tahun 2010. Penelitiannya itu berjudul Analisis Struktur Kalimat pada Latar

Belakang Masalah Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi

Lulusan Tahun 2008 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasilnya, ia

menemukan 222 kalimat yang mempunyai kesalahan struktur.

Penelitian relevan lainnya tentang kesalahan berbahasa ialah Kesalahan

Berbahasa dalam Karangan yang Ditulis oleh Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1

Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010, dilakukan oleh Milka Esteryati

Simanjuntak pada tahun 2011. Dalam penelitian itu diperoleh 18 jenis kesalahan

ejaan, 7 jenis kesalahan pilihan kata, dan 2 jenis kesalahan bentuk kalimat.

Tahun 2013, Binedigta Yuni Puji Lestari juga melakukan penelitian

tentang kesalahan berbahasa. Dalam penelitiannya yang berjudul Analisis

Kesalahan Berbahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah

Dasar Kelas VI itu Benedigta menemukan 63 kesalahan ejaan yang terdiri atas

enam kesalahan pemakaian huruf, 5 kesalahan pemakaian huruf kapital, 2

kesalahan pemakaian huruf miring, 16 kesalahan penulisan kata, 3 kesalahan

penulisan unsur serapan, dan 31 kesalahan pemakaian tanda baca. Selain itu,

ditemukan juga 55 kesalahan berbahasa di bidang sintaksis dalam buku pelajaran

Bahasa Indonesia untuk kelas VI yang disusun oleh Sukini & Iskandar tersebut,

yakni berupa 25 kesalahan kekurangan unsur kalimat, 7 kalimat yang tidak logis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12

6 kalimat yang ambigu, 6 penggunaan konjungsi yang berlebihan, 7 kesalahan

pilihan kata, dan 4 pemborosan kata.

Dari beberapa penelitian di atas, peneliti melihat telah banyak penelitian

mengenai kesalahan berbahasa. Namun, masih sedikit penelitian yang meneliti

kesalahan berbahasa dalam buku pelajaran. Oleh karena itu, peneliti berinisiatif

untuk meneliti buku pelajaran yang menjadi pegangan bagi siswa di tingkat

sekolah menengah atas. Penelitian tentang buku teks pelajaran yang terakhir

adalah penelitian buku teks pelajaran untuk siswa sekolah dasar kelas 6. Buku

yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah buku pelajaran Bahasa Indonesia

Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Peneliti mengambil buku

ini sebagai bahan karena buku ini merupakan buku teks penunjang kurikulum

2013 yang disusun sendiri di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.

B. Kajian Teori

Pada bagian ini akan diuraikan teori-teori untuk memecahkan

permasalahan yang dibahas pada penelitian ini, yakni mengenai kesalahan

berbahasa, daerah kesalahan berbahasa, ejaan, jenis kesalahan ejaan, sintaksis,

kalimat, ciri kalimat efektif, tipe kesalahan berbahasa, sebab-sebab kesalahan

berbahasa, dan kriteria penulisan buku pelajaran. Uraiannya adalah sebagai

berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13

1. Kesalahan Berbahasa

Setyawati (2010) mendefinisikan kesalahan sebagai sinonim dari

penyimpangan, pelanggaran, dan kekhilafan yang kempatnya dapat dideskripsikan

sebagai berikut.

a) Kata salah diantonimkan sebagai betul, artinya apa yang dilakukan

tidak betul, tidak menurut norma, tidak menurut aturan yang

ditentukan.

b) Penyimpangan dapat diartikan menyimpang dari norma yang telah

ditetapkan. Pemakai bahasa menyimpang karena tidak mau, enggan,

malas mengikuti norma yang ada. Kemungkinan lain penyimpangan

disebabkan oleh keinginan yang kuat yang tidak dapat dihindari

karena satu dan hal lain. Sikap berbahasa ini cenderung menuju ke

pembentukan kata, istilah, slang, jargon, bisa juga prokem.

c) Pelanggaran terkesan negatif karena pemakai bahasa dengan penuh

kesadaran tidak mau menurut norma yang telah ditentukan, sekalipun

dia mengetahui bahwa yang dilakukan berakibat tidak baik.

d) Kekhilafan merupakan proses psikologis yang dalam hal ini menandai

seseorang khilaf menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada

dirinya, khilaf mengakibatkan sikap keliru memakai.

Senada dengan Setyawati, Tarigan (1987) menjelaskan bahwa kesalahan

berbahasa ialah suatu komposisi yang menyimpang dari aturan baku. Penggunaan

bahasa yang tidak sesuai dengan norma kemasyarakatan bukanlah bahasa

Indonesia yang baik. Berbahasa Indonesia yang menyimpang dari kaidah atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14

aturan tata bahasa Indonesia juga bukan bahasa yang benar. Pada bahasan

mengenai kesalahan berbahasa ini, peneliti merujuk pada pendapat Setyawati

yang menyebutkan bahwa kesalahan berbahasa ialah penggunaan bahasa baik

secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu

berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang

dari kaidah tata bahasa Indonesia.

2. Daerah Kesalahan Berbahasa

Setyawati (2010) membagi kesalahan berbahasa dalam beberapa daerah:

a. Daerah kesalahan tataran fonologi

Kesalahan berbahasa tataran fonologi ini mencangkup kesalahan

pelafalan karena perubahan fonem, kesalahan pelafalan karena penghilangan

fonem, dan kesalahan pelafalan karena penambahan fonem.

b. Daerah kesalahan tataran morfologi

Kesalahan berbahasa tataran morfologi mencangkup penghilangan afiks,

bunyi yang seharusnya luluh tidak diluluhkan, peluluhan bunyi yang seharusnya

diluluhkan, penggantian morf., penyingkatan Morf mem-, men-, meng-, meny-,

dan menge-, penggunaan afiks yang tidak tepat, penentuan bentuk dasar yang

tidak tepat, penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata, dan

pengulangan kata majemuk yang tidak tepat.

c. Daerah kesalahan berbahasa tataran sintaksis

Daerah ini meliputi kesalahan bidang frasa dan kalimat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15

d. Daerah kesalahan berbahasa tataran semantik

Daerah kesalahan ini meliputi kesalahan karena pasangan yang seasal,

kesalahan karena pasangan yang terancukan, dan kesalahan karena pilihan kata

yang tidak tepat.

e. Daerah kesalahan tataran wacana

Daerah kesalahan ini meliputi kesalahan dalam kohesi dan koherensi.

f. Kesalahan berbahasa penerapan kaidah buku Pedoman Umum Bahasa

Indonesia Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Kesalahan berbahasa penerapan kaidah Pedoman Umum Bahasa

Indonesia Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ini meliputi ejaan,

kesalahan penulisan huruf kapital, penulisan huruf miring, penulisan kata,

pemenggalan kata, penulisan lambang bilangan, unsur serapan, dan tanda baca.

Tarigan (1987) mengklasifikasikan kesalahan berbahasa menjadi empat

taksonomi, yakni taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan,

taksonomi komparatif, dan taksonomi efek komunikatif. Taksonomi kategori

linguistik mencakup fonologi, sintaksis dan morfologi, semantik dan leksikon, dan

wacana. Taksonomi siasat permukaan menyoroti bagaimana cara struktur

permukaan berubah. Taksonomi komparatif menyoroti pada perbandingan-

perbandingan antara struktur kesalahan B2 dan tipe konstruksi tertentu lainnya.

Taksonomi efek komunikatif memusatkan perhatian pada aspek-aspek kesalahan

itu sendiri, maka taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi

kesalahan-kesalahan dari perspektif terhadap penyimak atau pembaca.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16

Penelitian ini berfokus pada klasifikasi kesalahan berbahasa tataran ejaan

dan sintaksis saja. Pada kesalahan tataran ejaan yang akan diteliti, peneliti

menggunakan kesalahan berbahasa penerapan kaidah Pedoman Umum Bahasa

Indonesia Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan seperti yang disebutkan

Setyawati di atas, sedangkan untuk kategori sintaksis, peneliti membatasi

penelitian hanya pada kalimat, khususnya kesalahan pada kalimat efektif.

3. Ejaan

Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan

kaidah tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna. Ejaan

dalam bahasa Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan-

perubahan itu dimaksudkan untuk menyempurnakan penggunaan ejaan bahasa

Indonesia sendiri. Adapun sejarah ejaan bahasa Indonesia secara singkat dapat

kita lihat pada buku Pedoman Umum Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Berikut ulasannya.

Pada tahun 1901, terjadi pembakuan ejaan pertama kali oleh Charles van

Ophuysen dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad

Taib Soetan Ibrahim yang menghasilkan ejaan yang dikenal dengan Ejaan van

Ophuysen. Penggunaan ejaan ini berlangsung sampai tahun 1947.

Penyempurnaan ejaan kembali dilakukan pada tahun 1947 oleh

Soewandi, Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan pada masa itu.

Penyempurnaan dilakukan dengan maksud membuat ejaan yang lama menjadi

lebih sederhana. Ejaan baru itu dikenal masyarakat dengan sebutan Ejaan

Republik. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuysen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17

Soewandisaat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan

Kebudayaan RI yang meresmikan Ejaan Republik sehingga ejaan ini juga

dinamakan sebagai Ejaan Soewandi.

Kongres Bahasa Indonesia II yang diselenggarakan di Medan pada tahun

1954 mempermasalahkan kembali masalah ejaan pada pertemuan kali itu.

Kongres itu mengambil keputusan supaya ada badan yang menyusun peraturan

ejaan yang praktis bagi bahasa Indonesia. Akhirnya pada tahun 1959

dihasilkannyalah konsep ejaan yang bernama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia)

tetapi perkembangan politik selama bertahun-tahun berikutnya mengurungkan

peresmian Ejaan Melindo ini.

Pada tahun 1975, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sudah

beberapa kali berganti nama dan pada akhirnya saat ini menjadi Pusat Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa, menyusun program pembakuan bahasa Indonesia

secara menyeluruh. Setelah melalui proses yang cukup lama akhirnya pada tahun

1972, dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 20

Mei 1972, No. 03/A.I/72, di hari Proklamasi Kemerdekaan diresmikanlah aturan

ejaan baru dengan nama Ejaan yang Disempurnakan. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Umum Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan sebagai patokan pemakaian ejaan.

4. Jenis Kesalahan Ejaan

Pada pembahasan jenis kesalahan ejaan ini, peneliti memakai buku

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD)

sebagai acuan untuk menganalisis jenis-jenis kesalahan ejaan dalam buku


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18

pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum

2013. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mengatur

lima hal dalam ejaan yang menjadi pedoman peneliti menentukan jenis kesalahan

ejaan yang akan diteliti dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan

Akademik Kelas X. Kelima hal tersebut ialah:

a. Pemakaian Huruf

Pedoman ejaan mengenai pemakaian huruf ini meliputi pemakaian huruf

abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan-huruf konsonan, dan

pemenggalan kata. Dari enam persoalan penggunaan pemakaian huruf ini yang

sering ditemui adalah persoalan pemenggalan kata yang tidak sesuai. Seperti yang

terdapat pada contoh berikut.

(1) Dia duduk termangu di tepi dana-u.


(2) Kasih itu saling me-ngampuni.
(3) Mereka berkumpul di a-ula.

Kalimat (1) dan (2), dan (3) mempunyai permasalahan yang sama, yakni

pemenggalan kata. Pada pemenggalan kalimat (1) itu kurang tepat karena

pemenggalan tepat mengenai huruf diftong au pada kata danau. Pemenggalan

kalimat (2) juga kurang tepat karena pemenggalan dilakukan pada imbuhan kata

ampun. Kalimat (3) juga kurang tepat pemenggalannya karena pemenggalan

berada pada huruf diftong au. Berikut pembenarannya.

(1a) Dia termangu di tepi da-nau.


(2a) Kasih itu saling meng-ampuni.
(3a) Mereka berkumpul di au-la.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19

b. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

1) Huruf Kapital

Terdapat lima belas ketentuan penggunaan huruf kapital dalam Pedoman

Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Huruf kapital dipakai

sebagai huruf pertama pada awal kalimat, petikan langsung, ungkapan yang

berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk

Tuhan, nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama

orang. Huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan

pangkat yang diiukuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama

orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat, huruf pertama unsur-unsur nama

orang, huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa, huruf pertama nama

tahun, bulan hari raya dan peristiwa sejarah, huruf pertama nama geografi, huruf

pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan,

serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan, huruf pertama setiap unsur

bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan

ketatanegaraan serta dokumen resmi, huruf pertama semua kata (termasuk semua

unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul

karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak

pada posisi awal, huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan

sapaan,huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu,

saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan,

dan huruf pertama kata ganti Anda. Perhatikan contoh berikut.

(4) Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Antonius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20

Alamat : Jember, Jawa Timur


(5) Aku pergi ke arah Timur.
(6) Menurut Undang-Undang yang berlaku, ....
(7) Ibu membeli gula Jawa di pasar.

Kesalahan pada kalimat (4) yakni menggunakan huruf kapital di tengah kalimat.

Adanya tanda hubung titik dua (:) adalah penanda bahwa kalimat itu belum

selesai. Maka, penggunaan huruf kapital pada kata nama dan alamat adalah

kurang tepat. Pembenaran penggunaan huruf kapital pada contoh (4) ialah sebagai

berikut.

(4a) Yang bertanda tangan di bawah ini:


nama : Antonius
alamat : Jember, Jawa Timur

Pada kalimat (5) terjadi kesalahan penggunaan huruf kapital penggunaan nama

geografi. Huruf kapital memang dipakai sebagai huruf pertama nama geografi,

tetapi tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi

unsur nama diri. Pembenaran kalimat (5) adalah sebagai berikut.

(5a) Aku pergi ke arah timur.

Kalimat (6) melanggar ketentuan dalam buku PUEYD soal penggunaan huruf

kapital yang dipakai pada unsur negara. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf

pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan

ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi seperti kalimat (6).

Pembenaran kalimat (6) ialah sebagai berikut.

(6a) Menurut undang-undang yang berlaku, ....

Kesalahan kalimat (7) hampir mirip dengan kalimat (5), yakni menggunakan

huruf kapital pada istilah geografi tetapi dalam hal ini ialah istilah geografi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21

digunakan sebagai nama jenis. Gula jawa pada kalimat (7) menerangkan jenis

gula, bukan nama geografi, sehinggga pembenarannya menjadi sebagai berikut.

(7a) Ibu membeli gula jawa di pasar.

2) Huruf Miring

Terdapat tiga ketentuan dalam penggunaan huruf miring yakni sebagai

berikut.

(a) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,

dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

(b) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan

huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

(c) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau

ungkapan asing kecuali telah disesuaikan ejaannya.

c. Penulisan Kata

Peraturan penulisan kata dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan terbagi dalam sepuluh klasifikasi, yakni (a) kata

dasar, (b) kata turunan, (c) bentuk ulang, (d) gabungan kata, (e) kata ganti ku, kau,

mu, dan nya, (f) kata depan di, ke, dan dari, (g) kata si dan sang, (h) partikel, (i)

singkatan dan akronim, (j) angka dan lambang bilangan.

Perhatikan contoh berikut.

(8) Garisbawahi kata-kata berikut ini!


(9) Kepala yayasan menyerahkan rumah itu padanya untuk di kelola
sebaik mungkin.
(10) Sekolah itu menawarkan berbagai kegiatan ekstra kurikuler yang
bisa diikuti oleh masing-masing siswa.
(11) Aku pergi dengan bus antar kota.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22

Contoh-contoh di atas adalah kesalahan yang paling banyak kita jumpai.

Kesalahan penggunaan kata pada kalimat (8) terletak pada penggunaan kata

garisbawahi. Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan pada bagian penulisan kata dijelaskan beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam penulisan kata, salah satunya adalah penulisan kata turunan

seperti garis bawahi. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau

akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau

mendahuluinya, maka penulisannya dipisah, bukan disambung. Berikut

pembenarannya.

(8a) Garis bawahi kata-kata berikut!

Berbeda jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata itu mendapat awalan dan

akhiran sekaligus, penulisannya ditulis serangkai. Seperti contoh berikut.

(8b) Aku menggarisbawahi kata-kata yang belum kumengerti.

Kesalahan kalimat (9) terletak pada penulisan di kelola. Di kelola berasal dari kata

dasar kelola yang mendapat imbuhan di-, sehingga kata dasar yang mendapat

imbuhan itu penulisannya harus dirangkai.

(9a) Kepala yayasan menyerahkan rumah itu padanya untuk dikelola


sebaik mungkin.

Ketentuan lain tentang penggunaan kata turunan ialah jika salah satu unsur

gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka gabungan kata itu ditulis

serangkai, misalnya dalam kalimat (10) pada kata ekstra kurikuler. Penulisan

model ekstra kurikuler ini sering muncul dalam brosur yang dibuat sekolah yang

bersangkutan untuk disebarkan. Namun, sebenarnya penulisan ekstra kurikuler

seperti itu adalah tidak tepat. Berikut penulisan gabungan kata yang tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23

(10a) Sekolah itu menawarkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang


bisa diikuti oleh masing-masing siswa.

Kesalahan sejenis juga terdapat pada kalimat (11). Antar kota dalam kalimat itu

seharusnya dirangkai penulisannya.

(11a) Aku pergi dengan bus antarkota.

d. Penulisan Unsur Serapan

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia

dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum

sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock,

dsb. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan

dengan kaidah bahasa Indonesia.Berikut contoh yang sering ditemukan dalam

unsur serapan.

Standard (dari bahasa Inggris standard) seharusnya standar

Kwalitas (dari bahasa Belanda kwaliteit) seharusnya kualitas

Teoritis seharusnya teoretis

China seharusnya Cina

Dalam pemakaian kebahasaan sering muncul permasalahan-permasalahan seperti

contoh di atas. Penggunaan kata standar menjadi standard adalah pemakaian kata

yang paling sering ditemukan dan dipakai sampai saat ini. Bentuk standar diserap

dari bahasa Inggris standard yang kemudian menjadi standardization. Bentuk

standar inilah yang juga menjadi alasan pembenaran pembentukan kata

standarisasi yang seharusnya standardisasi. Sama halnya dengan bentuk kata

kualitas yang berasal dari bahasa Belanda kwaliteit. Banyak ditemukan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24

kerancuan tentang hal ini sehingga sering dijumpai kwaliteit dalam bahasa

Belanda ini ditulis menjadi kwalitas dalam bahasa Indonesia.

e. Pemakaian Tanda Baca

Dalam hal pemakaian tanda baca, ada lima belas aturan, yakni pemakaian

tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda hubung

(-), tanda pisah ( – ), tanda elipsis (...), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda

kurung ((...)), tanda kurung siku ([...]), tanda petik (“...”), tanda petik tunggal

(‘...’), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat atau apostrof (‘).

Perhatikan contoh berikut.

(12) Aturan penulisan kata dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan terdapat pada halaman 27-39.
(13) Pelayanan bagi penumpang lebih diutamakan, karena mereka
adalah ‘raja’. (KR, 9 Januari 2014, hlm. 3)
(14) Alangkah indahnya pemandangan ini.
(15) Aku membaca Bola Lampu dalam buku “Dari suatu Masa,dari
Suatu Tempat”.

Pada kalimat (12), terdapat penggunaan tanda hubung (-) di antara angka 27 dan

39. Seharusnya tanda hubung itu diganti dengan tanda pisah (--) karena maksud

dari kalimat tersebut adalah menyatakan sampai. Penggunaan tanda koma (,) yang

kurang tepat terdapat pada kalimat (13). Tanda koma tidak dipakai untuk

memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi

induk kalimatnya. Penggunaan tanda titik (.) pada kalimat (14) untuk mengakhiri

kalimat tersebut kurang tepat. Penggunaan tanda titik seharusnya digantikan oleh

penggunaan tanda seru (!) di akhir kalimat (14) karena kalimat itu berupa seruan

yang menggambarkan kesungguhan. Dalam kalimat (15) terdapat kutipan judul

dalam sebuah buku. Seharusnya kutipan judul yang berada di dalam sebuah buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25

diberi tanda petik (“...”), bukan ditulis dengan huruf miring, sedangkan pemberian

tanda petik pada judul buku seharusnya diganti dengan penulisan huruf miring

pada judul buku. Berikut pembenaran dari contoh-contoh di atas.

(12a) Aturan penulisan kata dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan terdapat pada halaman 27–39.
(13a) Pelayanan bagi penumpang lebih diutamakan karena mereka adalah
‘raja’.
(14a) Alangkah indahnya pemandangan ini!
(15a) Aku membaca “Bola Lampu” dalam buku Dari suatu Masa, dari
Suatu Tempat.

5. Sintaksis

Ramlan (2005) mendefinisikan sintaksis sebagai bagian atau cabang dari

ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.

Fungsi sintaksis yaitu menjelaskan subjek, predikat, objek, dan pelengkap agar

gagasan dalam sebuah kalimat mudah dipahami pembaca. Kesalahan dalam

tataran sintaksis dalam penelitian ini adalah kesalahan dalam bidang kalimat saja.

6. Kalimat

Ramlan (2005) menjelaskan bahwa kalimat adalah susunan kata-kata

yang menyatakan suatu maksud atau buah pikiran. Sebagai satuan, kalimat

ditentukan bukan berdasarkan arti, melainkan berdasarkan formalitas bahasa,

yaitu berdasarkan intonasinya. Oleh karena itu, definisi kalimat ialah satuan

gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun

atau naik.

Pengertian kalimat lainnya ditulis oleh Hasan Alwi, dkk. (2003) dalam

bukunya Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Alwi, dkk. menyatakan bahwa

kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26

mengungkapkan pikiran yang utuh. Kalimat juga merupakan dasar wacana, yang

berarti bahwa wacana hanya akan terbentuk jika ada dua kalimat, atau lebih, yang

letaknya berurutan dan berdasarkan kaidah kewacanaan. Disebutkan juga oleh

Alwi, sebuah kalimat dapat mengandung satu klausa atau lebih.

Menurut Rahardi (2010), satuan kebahasaan dapat dikatakan sebagai

kalimat jika ia memiliki predikat. Jadi, dapat dikatakan bahwa predikat

merupakan alat penguji kalimat yang paling utama. Sejalan dengan pendapat

Rahardi, Sugono (2009) menyebutkan syarat pokok yang perlu diperhatikan

dalam pembentukan kalimat ialah adanya unsur predikat dan permutasi unsur

kalimat. Dua hal itu yang menjadi alat pengetes apakah suatu pernyataan dapat

dikatakan sebagai kalimat atau bukan. Dari pendapat Rahardi dan Sugono, bisa

dengan jelas disimpulkan bahwa syarat utama kalimat ialah adanya predikat.

Dengan kata lain, jika suatu pernyataan sudah mengandung predikat, maka

pernyataan itu merupakan kalimat, sedangkan suatu untaian kata yang tidak

memiliki predikat disebut sebagai frasa (Sugono, 2009).

Dari paparan tersebut, peneliti merujuk pada pendapat Rahardi dan

Sugono di atas. Kedua ahli menyebutkan bahwa dalam kalimat harus ada unsur

predikat di dalamnya. Hal kedua yang bisa menguji suatu pernyataan itu kalimat

atau bukan ialah dengan teknik permutasi.

Permutasi atau perubahan urutan dikenakan pada subjek dan predikat

dalam kalimat. Jika perubahan subjek dan predikat tidak memunculkan makna

baru, maka pernyataan itu merupakan kalimat. Misalnya:

Katak itu melompat.


S P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27

Pada contoh di atas terdapat predikat, yakni melompat. Pernyataan di atas akan

diuji dengan teknik permutasi, menjadi seperti di bawah ini.

Melompat katak itu.

Jika dilihat dan diberi tanda jeda, pernyataan di atas akan menjadi seperti berikut.

Katak itu // melompat.


Melompat // katak itu.

Setelah mengubah urutan subjek dan predikat pada pernyataan di atas, makna

yang dihasilkan tidaklah berubah. Artinya, uji permutasi di atas membuktikan

bahwa pernyataan di atas merupakan sebuah kalimat.

Sebuah kalimat yang benar juga bisa dilihat dari kelengkapan unsur-

unsurnya. Kelengkapan unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap,

dan keterangan menandakan apakah kalimat yang kita hasilkan memenuhi syarat

kaidah tata bahasa atau belum. Berikut dikemukakan beberapa ciri unsur kalimat

oleh Sugono.

a. Subjek

Subjek merupakan unsur paling pokok di dalam sebuah kalimat. Letak

subjek selalu di samping unsur predikat. Subjek juga memiliki ciri-ciri atau unsur

yang membentuknya.

1) Jawaban Apa atau Siapa

Untuk penentuan subjek kalimat yang berupa insan (manusia), biasanya

digunakan kata tanya siapa atau apa. Misalnya pada kalimat berikut.

Iga tertawa.

Pernyataan di atas adalah sebuah kalimat karena mengandung unsur

predikat (tertawa). Untuk menentukan subjek, kita bisa menggunakan pertanyaan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28

(untuk manusia) siapa yang tertawa. Jawabannya adalah Iga. Oleh karena itu,

subjek kalimat di atas ialah Iga.

Uji kedua menggunakan kata tanya apa. Uji menggunakan kata tanya apa

digunakan untuk mencari subjek yang merupakan benda. Seperti contoh berikut.

Pesawat itu dinyatakan hilang kemarin sore.

Subjek kalimat di atas dapat dicari dengan menanyakan apa yang telah

dinyatakan hilang? Jawabannya ialah pesawat itu.

2) Disertai Kata Itu

Uji subjek yang kedua adalah menyertakan kata itu. kebanyakan subjek

dalam bahasa Indonesia takrif (definite). Kata itu digunakan karena subjek

merujuk pada sesuatu yang pasti. Seperti contoh berikut.

Lukisan itu indah.

Subjek kalimat itu ialah lukisan itu (ada penanda kata itu). Tetapi,

pemindahan kata itu di belakang indah bisa membuat unsur di atas menjadi satu

satuan yang mengisi satu unsur gramatikal kalimat; dalam konteks kalimat di atas

ialah menjadi subjek. Seperti contoh berikut.

Lukisan itu indah.


Lukisan indah itu sangat mahal.

Pada kalimat pertama, subjeknya adalah lukisan itu, sedangkan pada kalimat

kedua, subjeknya adalah lukisan indah itu.

3) Didahului Kata Bahwa

Dalam kalimat pasif, kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang

menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Kebanyakan bentuk

pasif menempatkan subjek di belakang predikat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29

Telah dibuktikan // bahwa dia tidak bersalah.

4) Mempunyai Keterangan Pewatas yang

Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih

lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan

pewatas. Seperti contoh berikut.

Tim yang didiskualifikasi itu bergegas keluar dari area perlombaan.

Penempatan pewatas yang dalam kalimat itu menandakan tim yang

didiskualifikasi itu adalah sebagai subjek kalimat.

5) Tidak Didahului Preposisi

Ciri yang terakhir adalah subjek tidak pernah didahului preposisi (dari,

dalam, di, ke, kepada, pada).

b. Predikat

Predikat adalah unsur terpenting dalam kalimat. Predikat dapat

ditemukan dengan beberapa cara, seperti di bawah ini.

1) Mengajukan pertanyaan mengapa atau bagaimana.

Perhatikan contoh berikut.

Tio baik-baik saja.

Predikat kalimat di atas ditentukan dengan cara menanyakan bagaimana

Tio dan baik-baik saja merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana Tio.

2) Kata Adalah atau Ialah

Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Namun, jika subjek

kalimat berupa unsur yang pendek, batas antara unsur subjek dan pelengkap

begitu jelas, predikat (adalah atau ialah) itu dapat tidak dipakai. Contoh: Tika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30

(adalah) anak pertama dari dua bersaudara. Kata adalah dalam kalimat Tika anak

pertama dari dua bersaudara tidak wajib disisipkan.

3) Dapat Diingkarkan

Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang

diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk

predikat yang berupa verba atau adjektiva. Contoh dalam kalimat seperti berikut.

Ani tidak gemuk.


Predikat kalimat di atas adalah tidak gemuk. Ini merupakan gabungan dari

pengingkaran (tidak)+adjektiva.

4) Dapat Disertai Kata-Kata Aspek dan Modalitas

Penentuan predikat bisa juga melalui penyertaan kata-kata aspek, seperti

telah, sudah, belum, akan, dan sedang. Kata-kata itu terletak di depan verba atau

adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat disertai

modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti mau,

ingin, dan hendak.

c. Objek

Objek termasuk unsur yang wajib hadir hanya dalam susunan kalimat

yang berpredikat verba aktif, yang pada umumnya berawalan me- (aktif transitif).

Cirilain objek ialah berada langsung di belakang predikat. Selain ciri itu, ada ciri

lain, yakni objek dapat menjadi subjek pada kalimat pasif. Ciri yang terakhir ialah

objek tidak didahului preposisi atau kata depan.

d. Pelengkap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31

Pelengkap dan objek memiliki kesamaan, yakni kedua kalimat ini (1)

bersifat pasif (harus ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat), (2)

menempati posisi belakang predikat, dan (3) tidak didahului preposisi.

Perbedaannya terletak pada oposisi kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek

dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap di belakang predikat

kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.

e. Keterangan

Keterangan merupakan unsur kalimat yang bersifat memberikan

informasi. Berbeda dengan subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan

merupakan unsur tambahan yang kehadirannya tidak bersifat wajib. Keterangan

juga tidak terikat pada posisi. Ia mempunyai kebebasan tempat. Keterangan dapat

berada diawal ataupun diakhir kalimat, di antara subjek dan predikat, dapat juga

menempati posisi di antara predikat dan objek jika objek berupa anak kalimat.

7. Kalimat Efektif

Definisi tentang kalimat efektif dikemukakan oleh beberapa pakar, salah

satunya yakni Rahardi. Menurut Rahardi, kalimat efektif tidak hanya sekadar

bangunan kebahasaan yang terdiri atas unsur subjek dan predikat atau sekadar

sebagai suatu kebahasaan terkecil untuk mengungkapkan ide, tetapi sebuah

kalimat harus dapat dipahami sebagai entitas kebahasaan yang mampu

menimbulkan kembali gagasan atau ide yang ada dalam diri penulis, persis sama

dengan ide atau gagasan yang dimiliki pembacanya (Rahardi, 2010:93).

Ada sejumlah ciri yang menandai keefektifan kalimat menurut Rahardi

(2009), antara lain kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32

kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.

Ketujuh ciri tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Kesepadanan Struktur

Ciri kalimat efektif yang pertama adalah adanya kesepadanan struktur.

Kesepadanan struktur ialah keseimbangan antara gagasan atau pikiran dan struktur

bahasa yang digunakan. Prinsip kesepadanan struktur terlihat dari (a) adanya

kejelasan subjek, (b) tidak adanya subjek ganda, (c) tidak adanya kesalahan dalam

pemanfaatan konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat, dan (d) adanya

kejelasan predikat kalimat. Kejelasan subjek juga dapat dilihat dari tidak

ditempatkannya preposisi atau kata depan di depan subjek kalimat (Rahardi,

2010). Seperti contoh berikut.

(16) Bagi para mahasiswa, dimohon untuk menyelesaikan semua


kewajiban keuangan pada akhir bulan ini.
(17) Adik kecil yang menangis.
(18) Meskipun sudah diingatkan, tetapi saya masih saja lupa membawa
buku itu.

Kalimat (16) merupakan bentuk kebahasaan yang salah dan menyalahi aturan

kesepadanan struktur karena subjek kalimat tersebut kabur. Adanya kekaburan itu

disebabkan oleh hadirnya preposisi di depan subjek kalimat. Kalimat (17) juga

merupakan kalimat yang tidak efektif. Hal itu disebabkan oleh adanya bentuk

yang di depan predikat (menangis), yang menyebabkan predikat kalimat menjadi

kabur atau tidak jelas. Dengan demikian, konstruksi kalimat seperti itu tidak

efektif. Kesepadanan struktur juga dapat dilihat dari hadirnya konjungsi pada

sebuah kalimat. Kalimat (18) tidak efektif karena terdapat dua konjungsi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33

satu kalimat, yakni konjungsi meskipun dan tetapi. Pembenaran kalimat-kalimat

di atas adalah sebagai berikut.

(16a) Para mahasiswa dimohon untuk menyelesaikan semua kewajiban


keuangan pada akhir bulan ini.
(17a) Adik kecil yang menangis itu...
(17b) Adik kecil itu menangis.
(18a) Meskipun sudah diingatkan, saya masih saja lupa membawa buku
itu.
(18b) Sudah diingatkan, tetapi saya masih saja lupa membawa buku itu.

b. Keparalelan Bentuk

Ciri kalimat efektif yang kedua adalah keparalelan bentuk. Keparalen

bentuk adalah kesamaan bentuk kata atau frasa yang digunakan dalam sebuah

kalimat. Artinya, dalam sebuah kalimat, jika digunakan bentuk nomina, bentuk

kedua, ketiga, dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Berikut contoh

kasus terkait keparalelan bentuk.

(19) Angin yang bertiup kencang kemarin membuat pohon-pohon


tumbang, menghancurkan beberapa rumah, dan banyak fasilitas
penerangan yang rusak.

Masalah keparalelan bentuk pada kalimat (19) dapat dilihat dari bentuk pohon-

pohon tumbang, menghancurkan beberapa rumah, dan banyak fasilitas

penerangan yang rusak. Konstruksi kalimat di atas adalah nomina-verba-nomina.

Seharusnya kalimat (19) menjadi seperti ini.

(19a) Angin yang bertiup kencang kemarin menumbangkan pohon-


pohon, menghancurkan beberapa rumah, dan merusak banyak
fasilitas penerangan.

c. Ketegasan Makna

Prinsip ketiga dari keefektifan kalimat ialah ketegasan makna. Kalimat

efektif harus mengandung makna yang tegas supaya menjadi jelas.dengan kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34

lain, gagasan yang hendak ditonjolkan itu harus diletakkan pada posisi depan

sebuah kalimat. Setidaknya ada lima cara yang dapat dilakukan untuk

menegaskan sebuah makna menurut Rahardi, yakni: 1) meletakkan bagian yang

hendak ditonjolkan itu ke bagian depan kalimat; 2) membuat urutan kata-kata

yang bertahap; 3) membuat pengulangan secara proporsional; (4) membuat

pertentangan atas ide atau pikiran yang ditonjolkan; 5) menggunakan beberapa

partikel penegas/penekan. Sebuah kalimat dibuat efektif di antaranya dengan

menonjolkan bagian-bagian yang penting terlebih dahulu.

d. Kehematan Kata

Ciri kalimat efektif yang keempat ialah kehematan kata. Kalimat efektif

adalah kalimat yang hemat, tidak berbelit-belit, tidak rumit, dan mudah dipahami.

Beberapa cara untuk menghemat kata dalam sebuah kalimat, antara lain dengan 1)

menghilangkan pengulangan subjek, 2) menghilangkan superordinat, dan (3)

menghindari kesinoniman.

(20) Buku ini saya sudah membacanya.


(21) Anak-anak itu saya sudah memperingatkan.
(22) Saat ini, Iga memakai baju berwarna kuning.
(23) Perhatikan contoh di atas itu.
(24) Banyak orang-orang berhamburan keluar rumah.
(25) Istilah selfie saat ini tengah marak di kalangan remaja.

Keenam kalimat tersebut sama sekali tidak efektif karena melanggar prinsip

kehematan kata. Ketidakefektifan kalimat (20) terdapat pada kehadiran subjek

ganda, buku ini dan saya. Begitu juga dengan kalimat (21) yang mempunyai

subjek ganda. Kedua kalimat itu seharusnya bisa menjadi efektif jika salah satu

subjek dihilangkan menjadi seperti ini.

(20a) Saya sudah membaca buku ini.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35

(20b) Buku ini sudah saya baca.


(21a) Sudah saya peringatkan anak-anak itu.
(21b) Saya sudah memperingatkan anak-anak itu.

Penghilangan superordinat bisa terlihat dari contoh kalimat (22). Bentuk warna

memiliki subordinat merah, kuning, hijau, dan seterusnya. Jadi, bentuk warna

biru, warna merah, warna kuning adalah bentuk kebahasaan yang salah.

Pembenaran kalimat (22) adalah sebagai berikut.

(22a) Saat ini, Iga memakai baju kuning.

Kalimat (23), (24), dan (25) masalah yang sama dalam hal penghematan kata.

Kesalahan kalimat (23) adalah pada bentuk di atas dan itu yang hadir bersamaan,

padahal secara semantis, hal itu menunjuk pada hal yang sama sehingga kata-kata

bersinonim seperti itu lebih baik dihindari untuk memenuhi prinsip kehematan

kata. Begitu juga bentuk banyak dan orang-orang yang mengalami pengulangan

sehingga membuat kalimat (24) menjadi mubazir. Kehadiran saat ini dan tengah

pada kalimat (25) juga membuat kalimat menjadi mubazir atua lewah.

Pembenaran kalimat-kalimat tersebut adalah sebagai berikut.

(23a) Perhatikan contoh di atas.


(23b) Perhatikan contoh itu.
(24a) Banyak orang berhamburan keluar rumah.
(24b) Orang-orang berhamburan keluar rumah.
(25a) Istilah selfie saat ini marak di kalangan remaja.
(25b) Istilah selfie tengah marak di kalangan remaja.

e. Kecermatan dan Kesantunan

Kalimat efektif juga harus memerhatikan masalah kecermatan dan

kesantunan di dalam pemakaian bentuk-bentuk kebahasaanya. Adapun yang

dimaksud dengan kecermatan bahasa itu adalah kehati-hatian dalam menyusun

kalimat dan bentuk-bentuk kebahasaan yang lain sehingga hasilnya tidak akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36

menimbulkan tafsir ganda. Bentuk-bentuk kebahasaan yang memiliki tafsir ganda

itu biasanya adalah bentuk-bentuk kebahasaan yang memiliki makna ambigu atau

makna yang lebih dari satu. Selain itu, massalah pemilihan kata atau diksi bisa

menentukan santun tidaknya bahasa yang dipakai seseorang. Adapun contoh

ketidakcermatan dalam kalimat sehingga menimbulkan penafsiran yang ganda

adalah sebagai berikut.

(26) Pidato guru yang terakhir itu mampu membangkitkan semangat


murid-murid.

Kalimat di atas menjadi ambigu karena maknanya tidak jelas. Pada kalimat (26),

apakah (a) pidato guru yang terakhir atau (b) pidato guru yang terakhir yang

dimaksud belum bisa dijelaskan. Agar tidak ambigu, kalimat tersebut ditulis

seperti ini.

(26a) Pidato dari guru yang terakhir itu mampu membangkitkan


semangat murid-murid.
(26b) Pidato yang terakhir dari guru itu mampu membangkitkan
semangat murid-murid.

f. Kepaduan Makna

Ciri berikutnya yang menandai keefektifan sebuah kalimat ialah

kepaduan makna. Yang dimaksud padu ialah bersatu. Bentuk kebahasaan yang

padu adalah bentuk kebahasaan yang tidak terpecah-pecah. Bentuk kebahasaan

yang padu juga bisa dilihat dari bentuk kebahasana yang susunannya tidak

bertele-tele. Selain itu, kesalahan kebahasaan lain yang juga berkenaan dengan

masalah kepaduan bentuk dan makna kebahasaan ini adalah konstruksi yang di

tengah-tengahnya disela oleh kata daripada atau tentang antara kata kerja dan

objek, seperti contoh di bawah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37

(27) Buku yang kubeli minggu lalu menjelaskan tentang cara membuat
pupuk jagung dengan memanfaatkan ampas tahu.
(28) Banyak orang belum menyadari akan pentingnya kesehatan
lingkungan.

Dalam kalimat aktif transitif, yaitu kalimat yang memiliki objek, verba transitif

tidak perlu diikuti oleh preposisi sebagai pengantar objek. Dengan kata lain,

antara predikat dan objek tidak perlu disisipi preposisi, seperti atas, tentang, atau

akan. Perbaikan kalimat-kalimat di atas adalah sebagai berikut.

(27a) Buku yang kubeli minggu lalu menjelaskan cara membuat pupuk
jagung dengan memanfaatkan ampas tahu.
(28a) Banyak orang belum menyadari pentingnya kesehatan lingkungan.

Minto Rahayu berpendapat, kepaduan makna akan rusak oleh empat faktor, yakni

1) letak kalimat yang tidak sesuai dengan pola kalimat; 2) salah menggunakan

kata depan dan kata hubung; 3) pemakaian kata yang tumpang tindih; 4) salah

menggunakan keterangan aspek.

g. Kelogisan Makna

Ciri kalimat efektif yang terakhir adalah tentang kelogisan makna.

Kalimat yang logis adalah kalimat yang bernalar, yang ide atau gagasannya

sejalan dengan nalar yang benar dan berlaku universal, seperti contoh berikut.

(29) Untuk mempersingkat waktu, kita lanjutkan acara ini.


(30) Kepada penyaji, waktu dan tempat dipersilakan.
(31) Selamat Hari Ulang Tahun RI ke-64.
(32) Mantan Presiden Soeharto, ....

Ketidaklogisan bisa terjadi karena penulis tidak hati-hati. Pada kalimat (29)

ketidaklogisan terdapat pada makna mempersingkat waktu. Kita tidak bisa

mempersingkat atau memendekkan waktu. Kata yang tepat untuk menggantikan

kata yang maknanya sama dalam kalimat tersebut ialah menghemat.

Ketidaklogisan pada kalimat (30) terdapat pada waktu dan tempat dipersilakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38

Maksud dari kalimat ini adalah mempersilakan penyaji untuk melakukan sesuatu

sehingga yang seharusnya dipersilakan adalah penyaji, bukan waktu dan tempat.

Seringkali kita membaca tulisan Selamat Hari Ulang Tahun RI ke-64

setiap tanggal 17 Agustus. Maksud dari tulisan itu adalah mengucapkan selamat

untuk Indonesia yang merayakan ulang tahun ke-64, bukan mengucapkan selamat

untuk Indonesia ke-64 (urutan ke-). Kalimat (32) juga mempunyai masalah yang

hampir sama dengan kalimat (31). Tidak ada nama negara Soeharto. Logikanya,

presiden adalah sebutan untuk kepala negara, sedangkan nama Soeharto di

belakangnya menjelaskan kepala negara Soeharto. Penambahan nama negara dan

pembubuhan tanda baca koma di antara presiden dan Soeharto bisa membantu

meniadakan ketidaklogisan kalimat itu. Jika diperbaiki, kalimat-kalimat di atas

akan menjadi seperti berikut.

(29a) Untuk menghemat waktu, kita lanjutkan acara ini.


(30a) Penyaji kami persilakan.
(31a) Selamat Hari Ulang Tahun ke-64 RI.
(32a) Mantan Presiden RI, Soeharto, ....

8. Tipe Kesalahan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tipe disebut sebagai model. Yang

dimaksud model dalam penelitian ini adalah tipe atau jenis kesalahan yang

terdapat dalam buku yang diteliti. Jenis kesalahan ini diambil setelah tahapan

pengklasifikasian kesalahan berbahasa dilakukan setelah tahap pengenalan

kesalahan dan identifikasi kesalahan.

9. Sebab-Sebab Kesalahan

Beberapa pakar, seperti dijelaskan Tarigan (1987) membedakan sebab

kesalahan berbahasa menjadi dua jenis, yakni:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39

a) kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan,

dan kurangnya perhatian yang disebut mistakes (Chomsky, 1965).

b) kesalahan-kesalahan yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan

mengenai kaidah-kaidah bahasa yang disebut oleh Chomsky sebagai

kesalahan kompetensi yang disebut errors (Corder, 1967).

Poedjosoedarmo (Setiyaningsih, dkk, dalam Jurnal Kependidikan yang

diterbitkan oleh Widya Dharma, 2014) menyebutkan kesalahan berbahasa adalah

karena (1) adanya pemahaman yang keliru, (2) interferensi, (3) perilaku berbahasa

yang tidak cermat, (4) logika yang belum matang, dan (5) hiperkoreksi.

Sejalan dengan pendapat di atas, S. Pit Corder, (Setiyaningsih, dkk,

dalam Jurnal Kependidikan yang diterbitkan oleh Widya Dharma, 2014)

menyebut adanya tiga alasan bagi terjadinya kesalahan berbahasa, yakni (1)

kesalahan dalam pentransferan, (2) kesalahan analogis, dan (3) kesalahan yang

diinduksi dari pengajaran yang lemah atau keliru.

Setyawati (2010) juga menjelaskan penyebab kesalahan berbahasa

sebagai berikut.

a) Terpengaruh bahasa yanglebih dahulu dikuasainya

b) Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya

atau sering disebut sebagai kesalahan intrabahasa yang bisa

disebabkan oleh (a) penyamarataan berlebihan, (b) ketidaktahuan

pembatasan kaidah, (c) penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan

(d) salah menghipotesiskan konsep.

c) Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40

Teori-teori analisis kesalahan berbahasa menurut para pakar di atas

digunakan untuk menganalisis data kebahasaan yang dikumpulkan dari buku teks

Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Dari

beberapa uraian tentang sebab-sebab kesalahan berbahasa yang dijelaskan para

pakar di atas, peneliti menyimpulkan sebab-sebab kesalahan sebagai berikut.

(1) Interferensi atau Pengaruh Bahasa Ibu

Ini berarti bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh bahasa pertama

(B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang dipelajari pembelajar. Kesalahan

ini merupakan kesalahan yang mencerminkan struktur bahasa ibu atau bahasa asli

pemakai bahasa.

(2) Overgeneralisasi

Kesalahan ini disebabkan oleh perluasan kaidah-kaidah bahasa sasaran

pada konteks-konteks yang tidak tepat. Dengan kata lain, terdapat upaya

melakukan generalisasi yang keterlaluan terhadap kaidah-kaidah bahasa yang

justru membuat pemakai bahasa gagal memberi perhatian kepada pengecualian-

pengecualian (Tarigan, 1987).

(3) Ketidakcermatan atau Perilaku Berbahasa yang Tidak Cermat

Ketidakcermatan dalam hal ini menyinggung tentang kesalahan (errors)

dan kekeliruan (lapses). Kesalahan berakibat dari upaya sang pembelajar

mengikuti kaidah-kaidah yang diyakininya, benar atau tepat, tetapi sebenarnya

salah dalam beberapa hal, sedangkan kekeliruan disebabkan oleh kegagalan

mengikuti kaidah, biasanya karena kelalaian. (Tarigan, 1987:36).

Ketidakcermatan dalam hal ini, peneliti simpulkan sebagai akibat dari


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41

ketidaktelitian pemakai bahasa dalam menerapkan kebahasaan. Ketidaktelitian itu

menyebabkan kesalahan-kesalahan kecil muncul dalam penulisan buku teks ini.

Penulis mengerti tentang kaidah suatu kebahasaan, tetapi kurang teliti dalam

menerapkannya ke dalam bentuk tulisan.

(4) Ketidakpahaman atau Kekurangpahaman Pemakai Bahasa Mengenai

Kaidah Kebahasaan

Ketidakpahaman ini akhirnya menyebabkan si pemakai bahasa

merefleksikan ciri-ciri umum kaidah kebahasaan yang dipelajarinya dengan tidak

tepat. Dengan kata lain, si pengguna bahasa salah atau keliru dalam menerapkan

kaidah bahasa. Penyamarataan berlebihan, ketidaktahuan pembatasan kaidah,

penerapan kaidah yang tidak sempurna dan salah menghipotesiskan konsep bisa

menyebabkan pemakai bahasa dinilai tidak memahami kaidah kebahasaan yang

sedang dipakainya. (Setyawati, 2010)

(5) Pengajaran yang Kurang Tepat

Penyebab lain kesalahan berbahasa adalah adanya pengajaran yang

kurang tepat atau kurang sempurna. Bisa juga, guru memberikan kaidah-kaidah

yang salah pada pembelajar yang akhirnya pembelajar menginduksi kebahasaan

yang salah dari pengajaran yang salah itu dan dipakai terus-menerus oleh siswa.

10. Kriteria Penulisan Buku Teks Pelajaran

Pengertian buku teks telah disampaikan oleh beberapa pakar, salah

satunya adalah Sitepu. Dalam bukuya yang berjudul Penulisan Buku Teks

Pelajaran, ia menjelaskan definisi buku teks pelajaran seperti berikut.

Buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib yang dipakai di sekolah
memuat materi pembelajaran dalam meningkatkan keimanan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42

ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu


pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik
dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan
(Sitepu, 2012:8).

Dalam penelitian ini akan dijelaskan bagaimana penulisan dari sebuah buku teks

yang baik. Terdapat tiga kriteria yang ditulis Sitepu dalam bukunya mengenai

pemakaian kaidah bahasa yang dipakai dalam buku teks pelajaran. Berikut

penjelasannya.

a. Kelengkapan Kalimat

Kalimat itu setidak-tidaknya memiliki pokok kalimat (subjek) dan

sebutan kalimat (predikat).

(33) Ibu menanak.

Kalimat yang lengkap terdiri atas subjek, predikat, dan pelengkap penderita,

seperti contoh berikut.

(33a) Ibu menanak nasi.

Kalimat di atas juga bisa dikembangkan lagi dengan menambahkan keterangan

sebutan, tempat, dan waktu, misalnya:

(33b) Ibu menanak nasi di dapur tadi pagi.

Di samping itu terdapat juga kalimat yang terdiri atas serangkaian gagasan utuh,

tetapi mempunyai hubungan satu sama lain. Kalimat tersebut disebut kalimat

majemuk.

(33c) Tadi pagi ibu menanak nasi dan saya mengiris wortel.

Di samping susunan kata dalam kalimat, perlu diperhatikan pula

penggunaan kata ganti atau kata keterangan yang dapat bermakna ganda dan

membingungkan, misalnya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43

(34) Mobil tetangga saya yang baru itu berwarna merah.

Kata keterangan yang baru dalam kalimat dapat membingungkan pembaca karena

bisa berarti mobil baru atau tetangga baru. Oleh karena itu, penggunaan kata

ganti atau kata keterangan hendaknya dihindari. Kalimat di atas dapat ditulis

sebagai berikut.

(34a) Mobil tetangga saya baru. Mobil itu berwarna merah.


(34b) Tetangga saya baru. Mobilnya berwarna merah.

b. Susunan Kata

Penyusunan kata dalam bahasa Indonesia menggunakan hukum DM

(Diterangkan dan Menerangkan). Artinya, kata kedua menerangkan/menjelaskan

kata di depannya, misalnya.

Mobil baru: mobil yang baru.


Lelaki tampan: lelaki yang parasnya tampan.

c. Penulisan Ejaan

Dalam buku ini dijelaskan aturan penulisan ejaan yang hanya mencakup

penulisan huruf, kata, dan tanda baca. Penulisan huruf termasuk penggunaan

huruf besar dan kecil. Penggunaan huruf besar dan kecil dewasa ini masih sangat

membingungkan. Masih saja perbedaan penggunaan huruf kapital, misalnya pada

kata pemerintah, universitas, bapak, ibu, dan sebagainya yang merupakan kata

bermakna khusus, tertentu, dan terbatas itu menggunakan huruf kecil, misalnya

pada contoh berikut.

(35) Sebentar lagi ia akan menjadi bapak.


(36) Apakah Bapak akan pergi?
(37) Saya sependapat bahwa tidak semua lulusan sekolah menengah atas
harus melanjutkan pendidikannya ke universitas.
(38) Kakak saya lulusan Universitas ternama di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44

Sangat jelas perbedaan antara pemakaian huruf kapital pada kata bapak kalimat

pertama dan kata bapak kalimat kedua. Pada kalimat pertama, kata bapak dipakai

untuk sebuah silsilah atau keturunan sehingga tidak perlu memakai huruf kapital.

Berbeda dengan kalimat pertama, kalimat kedua memakai kata bapak sebagai kata

sapaan. Kata sapaan harus menggunakan huruf kapital. Pada kalimat berikutnya

terdapat kata universitas yang artinya tidak merujuk pada sebuah tempat tertentu

sehingga tidak perlu memakai huruf kapital. Berbeda dengan kalimat terakhir,

universitas pada kalimat terakhir mengacu pada salah satu tempat tertentu di

Indonesia sehingga harus memakai huruf kapital.

d. Penulisan Kata Majemuk

Penulisan yang kerap kali membingungkan adalah kata yang dilengkapi

dengan awalan, akhiran, atau keduanya, misalnya penulisan kata garis bawah

yang sering kita jumpai. Jika dikenai awalan, akhiran, atau keduanya, penulisan

kata itu adalah sebagai berikut.

1) Garis bawah
2) Garis bawahi
3) Menggarisbawahi
4) Digarisbawahi

e. Penulisan Kata Depan

Dalam bahasa Indonesia, penulisan kata depan seperti di, ke, dan dari

dipisah dari kata yang mengikutinya. Di samping itu, kata di dan ke dapat juga

digunakan sebagai sebuah awalan dan penulisannya dirangkai dengan kata yang

mengikutinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45

f. Kata Berulang

Kata berulang dituliskan terpisah dengan menggunakan garis pemisah (-)

dan tanpa diberi spasi. Kata berulang ini biasanya menyatakan banyaknya suatu

hal. Misalnya:

rumah-rumah: banyak rumah.

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini menggunakan teori dari Depdiknas (2005), Tarigan (1987),

Setyawati (2010), Rahardi (2010), Sugono (2009), dan Sitepu (2012). Dari teori

beberapa pakar, peneliti membuat uraian kerangka berpikir seperti berikut.

Peneliti mengumpulkan data dengan membaca cermat buku teks dan

menggarisbawahi dan menandai bagian yang mengandung unsur kesalahan

berbahasa, kemudian peneliti menjelaskan atau menguraikan bagian yang salah

tersebut. Setelah itu, peneliti memasukkan pengelompokan atau pengklasifikasian

kesalahan-kesalahan kebahasaan ke dalam tabel data kesalahan berbahasa dan

menganalisis penyebab kesalahan berbahasa, dilihat dari frekuensi pemakaian

kesalahan kebahasaan penulis.

Masalah ejaan akan diteliti dengan acuan buku Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa dan

diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta pada tahun 2005. Ejaan akan membahas

lima masalah, antara lain pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital, penulisan

kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.

Masalah sintaksis yang dibatasi hanya sampai pada tataran kalimat akan

menggunakan teori dari Rahardi (2009 dan 2010), Sitepu (2012), dan Sugono
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46

(2009). Kedua teori sama-sama membahas tentang kalimat. Hanya saja, terdapat

perbedaan pada ketiganya, yakni teori dari Rahardi yang dipakai adalah tentang

keefektifan kalimat, sedangkan teori dari Sugono dan Sitepu yang dipakai adalah

teori tentang unsur-unsur kalimat yang nantinya akan melengkapi teori dari

Rahardi. Ketiga teori itu saling melengkapi dan mendukung dalam penelitian ini.

Keefektifan kalimat meliputi kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan

makna, kehematan kata, kecermatan dan kesantunan, kepaduan makna, dan

kelogisan makna.

Sebab-sebab kesalahan pada buku yang diteliti menggunakan teori dari

Tarigan (1987) dan Setyawati (2010). Kedua pakar menyebutkan beberapa sebab

kesalahan bentuk kebahasaan yang kemudian dapat dikelompokkan menjadi

interferensi,overgeneralisasi, ketidakcermatan, ketidakpahaman pemakai terhadap

kaidah bahasa yang dipakai, dan pengajaran yang kurang tepat atau

keliru.Selanjutnya, kesalahan-kesalahan tersebut akan ditipe-tipekan menurut

klasifikasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TIPE-TIPE DAN SEBAB


KESALAHAN BERBAHASA

Kesalahan Ejaan Kesalahan Kalimat Sebab –Sebab Kesalahan

Rahardi (2009) Sugono (2009)

Tarigan (1987) Setyawati (2010)


Kalimat Efektif Unsur-Unsur Kalimat

Kese Kepara Keteg Kehe Kecermat Kepad Kelogi


Pusat Bahasa Departemen Interferensi
pada lelan asan matan an dan uan san
Pendidikan Nasional
nan Bentuk Makna Kata Kesantun Makna Makna
Struk an Overgeneralisasi
tur
Ketidakcermatan

Ketidakpahaman
Kaidah Kebahasaan
Pemakai Pemakaian Penu Penulisa Pemak
an Huruf lisan n Unsur aian
Huruf Miring dan Kata Serapan Tanda Metode Pengajaran
Huruf Baca yang Keliru
Kapital

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir

47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan

berbahasa ejaan dan kalimat pada buku pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri

dan Akademik Kelas X yang digunakan sebagai pegangan siswa. Pada metodologi

penelitian ini terdapat lima subbab. Kelima subbab tersebut ialah jenis penelitian,

subjek dan objek penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpulan

data, instrumen penelitian, teknik analisis data,dan triangulasi.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Arikunto

memaparkan sebuah pengertian dari penelitian deskriptif. Dalam bukunya yang

berjudul Manajemen Penelitian (2005:234), Arikunto menjelaskan bahwa

penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi

hanya menggambarkan apa adanya suatu variabel, gejala, atau keadaan. Seperti

halnya penelitian ini, penelitian ini tidak memberikan kontrol atau perlakuan apa-

apa terhadap objek sehingga penelitian ini dikatakan sebagai penelitian deskriptif.

Penelitian tentang kesalahan ejaan dan kalimat ini akan menggambarkan apa

adanya keadaan ejaan dan kalimat dalam buku teks pelajaran. Penelitian ini juga

tidak bermaksud membuktikan dugaan atau uji hipotesis.

Penelitian ini juga termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang

48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49

apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah (Moleong, 2007:6). Penelitian ini termasuk jenis

penelitian kualitatif karena bermaksud memahami fenomena kesalahan berbahasa

dalam buku pelajaran siswa (dalam hal ini penyebab kesalahan kebahasaan) dan

mendeskripsikannya dalam bentuk kata-kata dan bahasa.

Ada beberapa jenis penelitian yang dapat dikategorikan sebagai

penelitian deskriptif, seperti penelitian survei, studi kasus, penelitian

perkembangan, penelitian tindak lanjut, analisis dokumen, dan penelitian

korelasional. Penelitian ini juga bisa sebagai penelitian analisis dokumen atau

analisis isi karena memiliki tujuan untuk mengetahui kecenderungan banyaknya

kesalahan ejaan di dalam buku-buku yang sedang beredar di pasaran (Arikunto,

2005:244).

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang, tempat data penelitian

melekat dan dipermasalahkan (Arikunto, 2003). Subjek penelitian ini adalah buku

pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum

2013. Objek penelitian adalah benda yang dijadikan sasaran untuk diteliti. Objek

penelitian ini adalah ejaan dan kalimat pada buku Bahasa Indonesia Ekspresi

Diri dan Akademik Kelas X yang mengandung kesalahan. Ejaan dan kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50

tersebut akan ditemukan pada setiap bacaan dan kalimat dalam tugas untuk setiap

pelajaran dalam buku.

C. Sumber Data dan Data Penelitian

Lofland dan Lofland menyebutkan sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain (Moleong, 2006:157). Sumber data itu sendiri terbagi

dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik. Walaupun

sumber data tambahan seperti dokumen dikatakan Lofland sebagai sumber data

kedua, hal itu tidak bisa diabaikan. Sumber data berupa buku termasuk di dalam

sumber data tertulis. Buku penerbitan resmi pemerintah merupakan sumber

tertulis.

Data dari penelitian ini diperoleh dari sumber tertulis.Sumber data

penelitian ini adalah buku pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan

Akademik Kelas X, sedangkan data dari penelitian ini adalah hasil pencatatan

peneliti tentang objek penelitian. Data yang dihasilkan berupa kata-kata; kalimat-

kalimatdalam buku pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik

Kelas X yang mengandung kesalahan ejaan dan kalimat.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dipakai pada penelitian ini adalah

teknik pustaka. Teknik pustaka ialah teknik yang menggunakan sumber-sumber

tertulis untuk memperoleh data (Sabroto, 1992:42). Sumber dalam penelitian ini

adalah buku pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X

sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51

E. Instrumen Penelitian

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan

berperan serta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan

skenarionya (Moleong, 2006). Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri.

Menurut Moleong, yang dimaksud dengan peneliti sendiri atau manusia sebagai

instrumen penelitian adalah peneliti bertindak menjadi peneliti sekaligus

merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan

pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya.

Dalam penelitian ini, peneliti menempatkan diri sebagai intrumen

penelitian dengan mendasarkan diri atas pengetahuan yang didapat sebelumnya.

Peneliti membuat suatu kerangka yang berisi masalah-masalah utama pada ejaan

dan kalimat dalam bentuk tabel instrumen penelitian. Selama peneliti

mengumpulkan data, tanpa disadari, peneliti telah melakukan kegiatan lapangan

dengan bekal pengetahuan yang peneliti dapatkan sebelumnya. Dasar-dasar

pengetahuan inilah yang membimbing peneliti sewaktu bekerja di lapangan

penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen (1982) seperti yang dikutip Moleong dalam bukunya

yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif mengemukakan pengertian

analisis data sebagai berikut.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,


2006:248).

Analisis data itu sendiri dijelaskan Moleong (2006) ialah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data. Dari dua rumusan tersebut dapat disimpulkan

bahwa analisis data dimulai dari pengorganisasian data kemudian dikelola untuk

dapat menentukan tema.

Seiddel pada tahun 1998 (dalam Moleong, 2006) memaparkan sebuah

proses dari analisis data kualitatif sebagai berikut.

1. Mencatat hasil catatan lapangan dengan memberi kode agar sumber

datanya tetap dapat ditelusuri

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,

membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya

3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai

makna, mencari, dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan

membuat temuan-temuan umum.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analitik. Cara kerja metode ini mula-mula menyusun semua data yang terkumpul,

menjelaskannya kemudian menganalisisnya (Surakhmad, 1980:140). Analisis data

penelitian ini dilakukan dengan identifikasi kesalahan-kesalahan berbahasa.

Setelah diidentifikasi, kesalahan-kesalahan berbahasa tersebut diklasifikasikan

dalam kelompok-kelompok tertentu sehingga akan terlihat kesalahan-kesalahan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53

berbahasa yang sering dilakukan oleh pembelajar. Dari penjelasan tersebut,

peneliti mengambil langkah jalannya penelitian seperti berikut.

1. Memahami kajian tentang kaidah kebahasaan (kalimat efektif dan

ejaan).

2. Membaca cermat, menggarisbawahi, dan menandai kesalahan-

kesalahan ejaan maupun kalimat yang dijumpai dalam buku

pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas

X(kesalahan ejaan dianalisis dengan berpedoman pada buku

Pedoman Umum Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,

sedangkan kesalahan kalimat dibatasi dianalisis dengan

berpedoman pada teori kalimat efektif yang dikemukakan oleh

Rahardi, 2010).

3. Menjelaskan atau menguraikan kesalahan-kesalahan yang

ditemukan.

4. Memasukkan pengelompokan atau pengklasifikasian kesalahan-

kesalahan kebahasaan ke dalam tabel data kesalahan berbahasa.

5. Peneliti menganalisis penyebab kesalahan tersebut.

6. Diskusi mendalam (triangulasi).

G. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006:330). Denzin dalam

Moleong (2006) menyebutkan terdapat empat teknik dalam triangulasi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54

1. Triangulasi Sumber

2. Triangulasi Metode

3. Triangulasi Penyidik

4. Triangulasi Teori

Peneliti memanfaatkan triangulasi penyidik untuk pemeriksaan

keabsahan data penelitian yang dilakukan. Triangulasi penyidik ini bekerja

dengan cara memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan

pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Fungsi pengamat lainnya dalam hal

ini ialah untuk membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data.

Teknik ini dilakukan dengan cara mengkonfirmasikan hasil analisis kepada pakar,

dalam hal ini pakar ejaan dan kalimat, yaitu Dr. Y. Karmin, M.Pd., sedangkan

analisis sebab-sebab kesalahan berbahasa oleh Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian mengenai dua hal, yaitu deskripsi data, hasil analisis

dan pembahasan. Pada bagian deskripsi data, peneliti memaparkan semua data

yang diteliti. Selanjutnya, pada hasil analisis dan pembahasan, peneliti

menguraikan hasil analisis data disertai dengan analisis penyebab kesalahan pada

data.

A. Deskripsi Data

Data penelitian ini berasal dari buku teks pelajaran bahasa Indonesia

pegangan siswa yang berjudul Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik

Kelas X. Buku ini diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Buku ini disusun dengan berbasis teks dan memuat enam bab, 256 halaman.

Data yang dikumpulkan berupa kalimat-kalimat yang mengandung

kesalahan tipe ejaan dan kesalahan tipe kalimat, yang terdapat dalam bacaan dan

tugas dalam teks, kecuali teks yang memuat percakapan secara langsung. Telah

didapat beberapa kalimat dengan jumlah 4 tipe kesalahan ejaan, 4 tipe kesalahan

bentuk kalimat dan 3 sebab kesalahan dalam buku teks.

Jumlah kesalahan pada ejaan yakni 4 tipe, yakni kesalahan pemakaian

huruf, kesalahan penulisan kata, kesalahan penulisan unsur serapan, dan kesalahan

pemakaian tanda baca dengan rincian 9 kesalahan pemakaian huruf kapital dan

huruf miring, 9 kesalahan penulisan kata, 4 kesalahan penulisan unsur serapan,

dan 11 kesalahan pemakaian tanda baca. Masing-masing tipe kesalahan ejaan

55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56

tersebut masih mengandung beberapa kesalahan, di antaranya 9 kesalahan

pemakaian huruf kapital dan huruf miring itu meliputi 6 kesalahan pemakaian

huruf kapital dan 3 kesalahan pemakaian huruf miring. Sembilan kesalahan

pemakaian penulisan kata meliputi 2 kesalahan pemakaian kata dasar, 1 kesalahan

penulisan kata turunan, 1 kesalahan penulisan partikel, dan 5 kesalahan penulisan

angka dan lambang bilangan. Berikutnya, 4 kesalahan penulisan unsur serapan

meliputi kesalahan penulisan unsur asing yang belum terserap ke dalam bahasa

Indonesia yang tidak dicetak miring, sedangkan 11 kesalahan pemakaian tanda

baca meliputi 2 kesalahan pemakaian tanda titik, 4 kesalahan pemakaian tanda

koma, 1 kesalahan pemakaian tanda titik dua, 1 kesalahan pemakaian tanda tanya,

1 kesalahan pemakaian tanda seru, 1 kesalahan pemakaian tanda kurung, dan 1

kesalahan pemakaian tanda petik tunggal.

Pada kalimat efektif, terdapat 7 ciri yang akan dijadikan acuan untuk

menganalisis kesalahan kalimat. Ketujuh ciri tersebut ialah kesepadanan struktur,

keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan dan

kesantunan, kepaduan makna, dan kelogisan makna. Dari tujuh ciri pada kalimat

efektif, hanya ditemukan 4 ciri kalimat yang belum memenuhi standar keefektifan

kalimat, di antaranya kesepadanan struktur, kehematan kata, kecermatan dan

kesantunan, dan kepaduan makna. Tipe kesalahan kalimat yang ditemukan dalam

buku berjumlah 4, yakni kesalahan kalimat efektif dalam hal kesepadanan

struktur, kesalahan kalimat efektif dalam hal kehematan kata, kesalahan kalimat

efektif dalam hal kecermatan dan kesantunan, dan kesalahan kalimat dalam hal

kepaduan makna. Kesalahan pada kalimat efektif berjumlah 65 kesalahan dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57

jumlah kesalahan berbeda pada tiap-tiap tipenya. Adapun kesalahan kalimat

menurut ciri kesepadanan struktur berjumlah 31 kesalahan, pada kehematan kata

berjumlah 18 kesalahan, kecermatan berjumlah 8 kesalahan, dan kepaduan makna

berjumlah 8 kesalahan.

Sebab-sebab kesalahan berbahasa yang ditemukan dalam buku meliputi

kesalahan interferensi bahasa ibu, kesalahan berbahasa karena ketidakcermatan

penulis, dan kesalahan berbahasa karena ketidakpahaman pemakai bahasa

mengenai kaidah-kaidah bahasa. Adapun kesalahan berbahasa karena interferensi

bahasa ibu pada tipe ejaan berjumlah 34 dengan 12 kesalahan ejaan yang

disebabkan oleh ketidakcermatan dan 22 kesalahan ejaan yang disebabkan oleh

ketidakpahaman penulis mengenai kaidah kebahasaan kaidah ejaan yang dipakai.

Pada kalimat efektif, ditemukan 64 kalimat dengan 2 kesalahan kalimat karena

interferensi, 4 kesalahan kalimat karena ketidakcermatan penulis, dan 58

kesalahan kalimat karena ketidakpahaman penulis tentang kaidah penulisan

kalimat efektif.

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kesalahan ejaan dan

kalimat, sesuai dengan tipe kesalahannya dan menjelaskan sebab-sebab kesalahan.

Klasifikasi kesalahan kebahasaan yang diteliti adalah kesalahan ejaan dan

kesalahan pada kalimat. Untuk menjawab masalah kesalahan ejaan yang terdapat

pada buku teks tersebut, peneliti menggunakan buku Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan milik Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, sedangkan klasifikasi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58

kesalahan kalimat pada kalimat efektif, peneliti menggunakan beberapa teori dari

Rahardi, yakni kalimat efektif dan teori dari Sugono untuk melengkapi teori

Rahardi tentang struktur kalimat, sebagaimana ditulis dalam kajian teori, sebagai

acuan pengklasifikasian kesalahan kebahasaan dalam kalimat. Selanjutnya,

masalah penyebab kesalahan kebahasaan itu juga akan dibahas dalam penelitian

ini dengan mengacu pada teori beberapa pakar tentang penyebab kesalahan

kebahasaan, salah satunya ialah teori dari Setyawati.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 33 jenis kesalahan ejaan dan 65

jenis kesalahan kalimat dalam buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan

Akademik Kelas X Kurikulum 2013 terbitan Kemendikbud. Pada kesalahan ejaan

penulisan buku teks terdapat sebanyak 35kesalahan dengan rincian 6 kesalahan

pemakaian huruf kapital, 3 kesalahan pemakaian huruf miring, 2 kesalahan

penulisan kata dasar, 1 kesalahan penulisan kata turunan, 1 kesalahan penulisan

partikel, 4 kesalahan penulisan unsur serapan, dan 11 kesalahan pemakaian tanda

baca.

Pada tataran kalimat, ditemukan 65 kalimat yang tidak mengandung

unsur keefektifan kalimat. Kesalahan kalimat yang paling sering ditemukan

adalah masalah kesepadanan struktur yang berjumlah 31 kesalahan. Urutan kedua

ada pada 18 masalah kehematan kata, 8 masalah kecermatan dalam penulisan

kata, dan 8 masalah kepaduan makna.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59

1. Tipe Kesalahan

Data dianalisis berdasarkan klasifikasi kesalahan kebahasaannya,

kemudian ditipifikasikan menurut jenis kesalahannya. Berikut tipe-tipe data

kesalahan kebahasaan dalam buku beserta pembetulannya.

a. Kesalahan Ejaan

Kesalahan ejaaan yang dimaksud adalah penggunaan ejaan yang tidak

sesuai dengan pedoman. Kesalahan ejaan yang ditemukan dalam buku Bahasa

Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik terbitan Kemendikbud meliputi kesalahan

pemakaian huruf kapital dan huruf miring, kesalahan penulisan kata, kesalahan

penulisan unsur serapan, dan kesalahan pemakaian tanda baca.

a) Pemakaian Huruf

Beberapa contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemakaian huruf

adalah sebagai berikut.

(1) Lalu, kalian akan membuat teks tentang Bahasa A yang perlu
dijaga dan dikembangkan agar tidak punah. (hlm. 187)
(2) Setelah itu, Gunakan bagian pegangan pada kartrid toner untuk
memasukkan kartrid secara perlahan ke dalam printer dan
sesuaikan tab pada sisi kartrid dengan alur yang ada di dalam
printer, sehingga kartrid toner berada di posisi yang benar sampai
terkunci di tempatnya semula. (hlm. 188)
(3) Seorang kerabat si Tukang Pedati mengadukan seorang pembuat
jembatan kepada yang mulia hakim karena jembatan yang
dibuatnya runtuh yang menyebabkan si Tukang Pedati terjatuh ke
sungai dan kehilangan pedati beserta barang dagangannya. (hlm.
121)

Kesalahan pada kalimat (1) sering terdapat dalam ragam tulis di media

cetak. Kesalahan terletak pada penulisan huruf kapital pada Bahasa A yang bukan

merupakan judul dalam teks. Sesuai dengan PUEYD, huruf kapital dipakai

sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Untuk itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60

penulisan bahasa dalam teks itu tidak perlu menggunakan huruf kapital.

Kalimatnya menjadi seperti berikut.

(1a) Lalu, kalian akan membuat teks tentang bahasa A yang perlu
dijaga dan dikembangkan agar tidak punah.

Pada kalimat (2) terdapat kesalahan pada tipe penggunaan huruf kapital

dan huruf miring menurut PUEYD (2005), khususnya penulisan huruf kapital.

Huruf kapital yang tidak tepat terdapat pada kata gunakan yang berada setelah

tanda baca koma. Seharusnya, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata di

awal kalimat, bukan di tengah kalimat yang didahului tanda baca koma.

Pembetulan kalimat (2) adalah sebagai berikut.

(2a) Setelah itu, gunakan bagian pegangan pada kartrid toner untuk
memasukkan kartrid secara perlahan ke dalam printer dan
sesuaikan tab pada sisi kartrid dengan alur yang ada di dalam
printer, sehingga kartrid toner berada di posisi yang benar sampai
terkunci di tempatnya semula.

Pada kalimat (3), nama diri dalam teks ditulis dengan huruf kapital.

Namun, ada bagian teks yang juga memuat nama diri tidak menggunakan huruf

kapital, yakni penulisan nama diri pembuat jembatan dan yang mulia hakim.

Dalam PUEYD, kesalahan ini termasuk dalam tipe kesalahan dalam pemakaian

huruf kapital dan huruf miring, khususnya pemakaian huruf kapital atau huruf

besar. Penggunaan huruf kapital dirasa perlu karena dalam teks, sebutan nama diri

ialah untuk menunjuk nama orang yang bersangkutan. Penulisan nama diri yang

benar menurut PUEYD adalah sebagai berikut.

(3a) Seorang kerabat si Tukang Pedati mengadukan seorang Pembuat


Jembatan kepada Yang Mulia Hakim karena jembatan yang
dibuatnya runtuh yang menyebabkan si Tukang Pedati terjatuh ke
sungai dan kehilangan pedati beserta barang dagangannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61

b) Penulisan Kata

Terdapat empat tipe kesalahan penulisan kata dalam buku teks yang

diteliti. Kesalahan tersebut meliputi kesalahan penulisan kata dasar, kesalahan

penulisan kata turunan, kesalahan penulisan partikel, dan kesalahan penulisan

angka dan lambang bilangan. Beberapa kalimat yang mengandung kesalahan

penulisan kata ialah sebagai berikut.

(4) Lalu, tadi pagi terdapat sebuah mobil diparkir di depan jalan ke
luar kami. (hlm. 130)
(5) Terakhir, tutuplah penutup bagian depan printer dan pastikan
tertutup secara sempurna. Dan printerpun siap untuk digunakan
kembali. (hlm. 188)
(6) Carilah buku yang berisi hasil perundingan antar negara. (hlm.
134)
(7) Terdapat 4 butir pada teks tersebut. (hlm. 59)
(8) Selain 11 binatang paling langka di Indonesia, masih terdapat
hewan-hewan langka lainnya yang oleh IUCN Redlist dimasukkan
ke dalam status konservasi (terancam punah). Satu tingkat di bawah
kritis. (hlm. 169)

Tipe kesalahan penulisan kata, khususnya kata dasar terdapat pada

kalimat (4). Kata ke luar dalam konteks itu adalah lawan dari kata masuk, bukan

menuju pada suatu tempat. Sehingga, penulisan ke luar yang tepat adalah

disambung, bukan dipisah karena ke luar dalam kalimat itu merupakan kata

dasar(Rahardi). Sesuai dengan PUEYD, kata yang berupa kata dasar ditulis

sebagai satu kesatuan. Pembetulan kalimat menjadi seperti berikut.

(4a) Lalu, tadi pagi terdapat sebuah mobil diparkir di depan jalan
keluar kami.

Kalimat (5) mengandung tipe kesalahan penulisan kata, khususnya

partikelpun. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62

tertera dalam PUEYD, pada kalimat (5), partikel pun seharusnya ditulis menjadi

seperti berikut.

(5a) Terakhir, tutuplah penutup bagian depan printer dan pastikan


tertutup secara sempurna. Printer pun siap untuk digunakan
kembali.

Kesalahan pada tipe penulisan kata, khususnya kata turunan terdapat

pada kalimat (6), pada kata antar. Menurut PUEYD, jika salah satu unsur

gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis

serangkai. Seperti pada kalimat (6), penulisan antar negaradalam kalimat pun

seharusnya ditulis serangkai.

(6a) Carilah buku yang berisi hasil perundingan antarnegara.

Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata

ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan,

seperti dalam pemaparan dan pemerincian (PUEYD, 2005). Pada kalimat (7) dan

(8), tidak ada pemerincian ataupun pemaparan, sehingga angka dan lambang

bilangan di atas harusnya ditulis dengan huruf. Kalimat (7) mengandung tipe

kesalahan penulisan kata, khususnya penulisan angka dan lambang bilangan.

Begitu juga dengan kalimat (8). Ketentuan dalam PUEYD, lambang bilangan

yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika

beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan. Maka, pembetulan kalimat

(7) dan (8) adalah sebagai berikut.

(7a) Terdapat empat butir pada teks tersebut.


(8a) Selain sebelas binatang paling langka di Indonesia, masih terdapat
hewan-hewan langka lainnya yang oleh IUCN Redlist dimasukkan
ke dalam status konservasi (terancam punah). Satu tingkat di bawah
kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63

c) Penulisan Unsur Serapan

Kata serapan yang ada pada buku teks yang diteliti ini merupakan unsur

yang dipinjam dari bahasa asing, baik dari bahasa daerah maupun bahasa Inggris,

yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Unsur-unsur ini

dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti

cara asing. Berikut kata-kata serapan tersebut.

(9) Melihat potensi yang sedemikian besar, dalam beberapa side


meeting sidang IMF yang sempat saya ikuti, para investor asing
mengharapkan makin banyak pilihan investasi di Indonesia. (hlm.
82)
(10) Pada malam Jumat, paling banyak ditemukan politisi melakukan
blusukan, termasuk Darman (maaf bukan nama sebenarnya dan
bukan sebenarnya nama). (hlm. 122)

Tipe kesalahan penulisan unsur yang diserap dari bahasa asing terlihat

pada kalimat (9), yakni pada penulisan side meeting yang tidak dicetak miring

dalam kalimat tersebut. Side meeting merupakan istilah dari bahasa Inggris yang

dipakai untuk menggantikan ungkapan ‘pertemuan sampingan’, yang belum

terserap penuh ke dalam bahasa Indonesia. Dalam PUEYD, dibahas mengenai

istilah serapan seperti ini yang dipakai dalam bahasa Indonesia, tetapi

pengucapannya masih mengikuti cara asing. Jadi, seharusnya istilah itu dicetak

dengan huruf miring. Kalimatnya menjadi seperti berikut.

(9a) Melihat potensi yang sedemikian besar, dalam beberapa side


meeting sidang IMF yang sempat saya ikuti, para investor asing
mengharapkan makin banyak pilihan investasi di Indonesia.

Kalimat (10) juga mengandung kesalahan dalam tipe penulisan

unsurserapan; pada kata serapan blusukan. Mirip dengan kalimat sebelumnya,

terdapat istilah asing dalam kalimat ini, yakni kata blusukan yang dalam bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64

Jawa berarti blesek atau masuk. Jadi, pembetulan kalimat itu adalah sebagai

berikut.

(10a) Pada malam Jumat, paling banyak ditemukan politisi melakukan


blusukan, termasuk Darman (maaf bukan nama sebenarnya dan
bukan sebenarnya nama).

d) Pemakaian Tanda Baca

Tipe-tipe kesalahan pemakaian tanda baca meliputi kesalahan pemakaian

tanda titik, kesalahan pemakaian tanda koma, kesalahan pemakaian tanda titik

dua, kesalahan pemakaian tanda tanya, kesalahan pemakaian tanda seru,

kesalahan pemakaian tanda kurung, dan kesalahan pemakaian tanda petik tunggal.

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemakaian tanda baca adalah

sebagai berikut.

(11) Selain itu, kalian juga bisa menambahkan ukuran dan keadaan
kandangnya (luas atau tidak, bersih atau tidak) (hlm. 171)
(12) Tulislah satu kalimat untuk setiap tahap, dan usahakan kalimat itu
telah mencakupi isi pada tahap yang dimaksud! (hlm. 16)
(13) Saya kira mereka masih tertidur karena mereka berpesta pora
sampai larut malam sehingga saya ketuk-ketuk terus dengan keras:
pintu, jendela, dan apa pun yang dapat saya ketuk dalam
jangkauan. (hlm. 130)
(14) Jelaskan tata organisasi yang ada di sebuah perusahaan? (hlm. 137)
(15) Judul apakah yang menurut kalian tepat! (hlm. 131)
(16) Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah
menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah
kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah kejuruan MAK karena telah
berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya di sekolah
menengah pertama. (hlm. 38)
(17) Tanda “^” berarti ‘diikuti oleh. (hlm. 6)

Kalimat (11) mengandung tipe kesalahan dalam pemakaian tanda baca,

khususnya tanda baca titik. Sesuai dengan ketentuan penggunaan tanda baca

dalam PUEYD, kalimat tersebut merupakan kalimat berita yang seharusnya

diakhiri dengan tanda baca titik, sedangkan pada kalimat tersebut, tidak terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65

tanda baca apa pun untuk mengakhirinya. Seharusnya, kalimat tersebut diakhiri

dengan tanda baca titik. Kalimat (12) mengandung tipe kesalahan pemakaian

tanda baca, khususnya tanda baca koma. Tanda koma yang hadir di depan kata

penghubung dan tersebut kurang tepat pemakaiannya sehingga tanda baca koma

yang ada sebaiknya dihilangkan saja. Kesalahan pemakaian tanda titik dua

terdapat pada kalimat (13). Pada kalimat tersebut, tanda titik dua hadir untuk

membatasi pernyataan dengan pemerian yang dapat diketukoleh saya. Namun,

dalam kalimat itu, perian merupakan pelengkap atau rangkaian yang mengakhiri

pernyataan. Sesuai dengan PUEYD, tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian

atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Jadi,

seharusnya tanda titik dua tidak perlu hadir dalam kalimat itu. Tipe kesalahan

ejaan dalam kalimat (14) adalah kesalahan pemakaian tanda baca, khususnya

tanda baca seru di akhir kalimat. Tanda baca yang seharusnya mengakhiri kalimat

perintah adalah tanda baca seru, bukan tanda tanya. Kalimat (15) merupakan

kebalikan dari kalimat (14). Tanda baca yang seharusnya digunakan untuk

mengakhiri kalimat tanya tersebut ialah tanda tanya, bukan tanda seru. Tipe

kesalahan pada kalimat (16) terletak pada tanda kurung yang seharusnya mengapit

setiap singkatan tetapi justru tidak ada pada singkatan madrasah aliyah kejuruan

atau MAK, padahal, setiap singkatan dalam kalimat itu diapit oleh tanda kurung.

Tanda petik tunggal seharusnya hadir di depan dan di belakang untuk mengapit

makna atau penjelasan lain. Kesalahan seperti ini sangat jelas terlihat pada kalimat

(17). Kesalahan pada kalimat (17) termasuk dalam tipe kesalahan pemakaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66

tanda baca, khususnya pemakaian tanda petik tunggal (‘...’). Pada kalimat itu,

tanda petik tunggal hanya ada di depan kata.

Pembetulan kalimat di atas menurut aturan Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Inonesia yang Disempurnakan(2005) adalah sebagai berikut.

(11a) Selain itu, kalian juga bisa menambahkan ukuran dan keadaan
kandangnya (luas atau tidak, bersih atau tidak).
(12a) Tulislah satu kalimat untuk setiap tahap dan usahakan kalimat itu
telah mencakupi isi pada tahap yang dimaksud!
(13a) Saya kira mereka masih tertidur karena berpesta-pora sampai larut
malam sehingga saya ketuk-ketuk dengan keras pintu, jendela, dan
apapun yang dapat saya ketuk dalam jangkauan.
(14a) Jelaskan tata organisasi yang ada di sebuah perusahaan!
(15a) Judul apakah yang menurut kalian tepat?
(16a) Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah
menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah
kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah kejuruan (MAK) karena
telah berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya di sekolah
menengah pertama.
(17a) Tanda “^” berarti ‘diikuti oleh’.

b. Kesalahan dalam Kalimat Efektif

Kesalahan dalam kalimat efektif yang dimaksud ialah penggunaan

kebahasan dalam buku yang tidak sesuai dengan ciri-ciri kalimat efektif yang

dikemukakan oleh Rahardi (2009) dalam bukunya yang berjudul Penyuntingan

Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang, yaitu kesepadanan kalimat

mengenai struktur kalimat (kejelasan subjek dan predikat, tidak adanya konjungsi

intrakalimat yang digunakan dalam kalimat tunggal, dan tidak adanya ‘yang’ di

depan predikat), keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata,

kecermatan dan kesantunan, kepaduan makna, serta kelogisan makna dalam

kalimat. Dalam buku yang diteliti, masih ada penggunaan-penggunaan kalimat

yang mubazir, bertele-tele, atau tidak mempunyai struktur kalimat dengan benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67

Adapun hasil yang didapat dari penelitian ini adalah masalah pada kesepadanan

struktur, kehematan kata, kecermatan, dan kepaduan makna. Berikut akan

diuraikan beberapa kalimat yang memiliki kecenderungan tidak efektif.

a) Kesalahan dalam Hal Kesepadanan Struktur

Ciri kalimat efektif menurut Rahardi (2009) yang pertama ialah

kesepadanan struktur. Yang dimaksud kesepadanan struktur adalah keseimbangan

antara ide atau gagasan dan struktur bahasa yang digunakan dalam membentuk

kalimat. Hal itu bisa dilihat dari kejelasan subjek dan predikat kalimat, tidak

adanya subjek ganda, tidak adanya konjungsi intrakalimat yang digunakan dalam

kalimat tunggal, dan tidak adanya ‘yang’ di depan predikat. Berikut beberapa

contoh yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan itu.

(18) Baliklah definisi itu |agar dapat menguji kebenarannya. (hlm. 26)
P S K
( P O )

(19) Kenyataan bahwa di sekolah dan di perguruan tinggi, orang hanya


‘mempelajari’ teori, sedangkan di masyarakat orang betul-betul
S
belajar untuk hidup melalui beraneka ragam pengalaman. (hlm.
104)
(20) Kenyataan bahwa sebagian di antara kita tidak dapat berbahasa
S
Indonesia dengan baik dan benar. (hlm. 183)
(21) Sebagai warga yang baik, bagi yang sudah memenuhi syarat,
K S
hendaknya mempunyai KTP. (hlm. 61)
Ket. Modalitas P O

(22) Teks yang berjudul “Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus
Mempunyai Pendidikan Formal yang Tinggi”.(hlm. 103)
S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68

Kesalahan keefektifan kalimat tipe kesepadanan struktur terdapat pada kalimat

(18), (19), (20), (21),dan (22). Ketidakefeektifan kalimat (18) terdapat pada

struktur kalimatnya. Kalimat itu terdiri dari dua klausa. Subjek dalam klausa anak

kalimat tersebut belum jelas. Pada klausa anak, jika diuji dengan uji subjek

menurut teori Sugono (2009), pertanyaan yang muncul adalah siapa yang dapat

menguji kebenarannya? Kemungkinan jawaban dari pertanyaan itu adalah kalian,

kau, kami, saya, dan kita. Maka, dapat disimpulkan bahwa klausa dalam kalimat

tersebut belum memiliki subjek. Berikut pembetulannya, dilihat dari teori Rahardi

pada buku Penyuntingan Bahasa Indonesia dan teori Sugono tentang subjek

kalimat.

(18a) Baliklah definisi itu agar kalian dapat menguji kebenarannya.


(18b) Baliklah definisi itu agar kaudapat menguji kebenarannya.
(18c) Baliklah definisi itu agar kita dapat menguji kebenarannya.
(18d) Baliklah definisi itu agar saya dapat menguji kebenarannya.

Tipe kesalahan pada kalimat (19) dan (20) masih tentang kesepadanan struktur.

Kalimat-kalimat tersebut mempunyai struktur yang tidak lengkap, yakni

kekurangan unsur predikat dalam kalimat. Adapun ciri-ciri hadirnya predikat

menurut Sugono (2009) adalah dengan adanya kata adalah atau ialah, dapat

diingkarkan, dan dapat menjawab pertanyaan mengapa atau bagaimana. Kedua,

kata bahwa dalam kalimat (19) dan (20) menandakan bahwa itu adalah subjek

(Sugono, 2009). Kekurangan unsur predikat mengakibatkan ketidakjelasan

bagaimana dan mengapa subjeknya. Unsur predikat yang mungkin untuk kedua

kalimat tersebut adalah dengan ditambahkannya ialah. Alternatif lain adalah

dengan menambahkan pada di awal kalimat, menambahkan akhiran –nya pada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69

kenyataan, dan menghilangkan bentuk bahwa sehingga kalimat tersebut menjadi

seperti berikut.

(19a) Kenyataan bahwa di sekolah dan di perguruan tinggi, orang hanya


‘mempelajari’ teori, sedangkan di masyarakat orang betul-betul
belajar untuk hidup melalui beraneka ragam pengalaman adalah
S P
benar.

(20a) Kenyataan bahwa sebagian di antara kita tidak dapat berbahasa


Indonesia dengan baik dan benar ialah .........
S P
(20b) Pada kenyataannya, sebagian di antara kita tidak dapat berbahasa
K S P
Indonesia dengan baik dan benar.

Dalam kalimat (21), subjek yang dimaksud sebenarnya adalah warga yang baik

dan yang sudah memenuhi syarat. Namun, subjek kalimat tidak boleh didahului

oleh preposisi sehingga kehadiran bagi membuat subjek kalimat menjadi kabur.

Untuk membuat subjek dalam kalimat itu, perlu dihilangkannya kata depan bagi

(Sugono, 2009).

(21a) Sebagai warga yang baik dan yang sudah memenuhi syarat,
K
mereka hendaknya mempunyai KTP.
S Ket. modalitas P O
(21b) Warga yang baik dan memenuhi syarat, hendaknya mempunyai
S Ket. modalitas P
KTP.
O

Pada contoh kalimat yang terakhir, (22), juga terdapat kesalahan yang menjadikan

kalimat tidak efektif. Kesalahan itu terletak pada hadirnya kata yang di depan

predikat kalimat. Dengan kehadiran yang di depan predikat kalimat, berubahlah

status kalimat itu menjadi frasa. Penempatan pewatas yang menandakan bahwa

bentuk (22) adalah subjek (Sugono, 2009). Untuk membenahinya, lengkapi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70

kalimat tersebut dengan menambahkan kata baru sebagai penjelas predikat

kalimat itu.

(22a) Teks itu berjudul “Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus
S P
Mempunyai Pendidikan Formal yang Tinggi”.

(22b) Teks yang berjudul “Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus
Mempunyai Pendidikan Formal yang Tinggi” itu ....

b) Kesalahan dalam Hal Kehematan Kata

Tipe kesalahan dalam kalimat efektif berikutnya ialah tentang kehematan

kata. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang ‘hemat kata’. Namun, tidak selalu

yang hemat kata atau pendek bentuknya juga pasti bersifat efektif. Di sini, yang

dimaksud kehematan kata ialah ketercukupan dalam pemakaian bentuk-bentuk

kebahasaan seperti penghilangan pengulangan subjek, penghilangan superordinat,

dan penghindaran kesinoniman. Di bawah ini adalah beberapa contoh kalimat

yang tidak efektif menurut prinsip kehematan kata yang dikemukakan oleh

Rahardi.

(23) Vertebrata bertulang belakang meliputi manusia, burung, anjing,


katak, dan lain-lain, sedangkan invertebrata tidak bertulang
belakang meliputi ubur-ubur, kupu-kupu, dan laba-laba. (hlm. 6)
(24) Tanpa disangka-sangka, tiba-tiba datang petugas dan menegur
Azam. (hlm. 125)
(25) Bahkan, Einstein tidak mempunyai reputasi pendidikan formal
yang bagus, tetapi melalui usahanya untuk belajar dan melakukan
penelitian sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli fisika
yang sangat termashyur di dunia. (hlm. 104)
(26) Pada puisi tersebut terdapat pengandaian yang disampaikan dengan
metafora, yaitu antara lain “Negeri kita ini negeri sampah”. (hlm.
129)
(27) Tujuan negosiasi adalah untuk mengurangi perbedaan posisi
setiap pihak. (hlm. 135)

Kalimat efektif yang tidak sesuai dengan prinsip penghilangan

kesinoniman pada tipe kehematan kata terdapat pada kalimat (23). Di kalimat itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71

terdapat kata vertebrata yang disusul dengan bertulang belakang. Artinya, dua

kata yang bermakna sama ada pada satu kalimat. Dalam KBBI, vertebrata

mempunyai arti hewan bertulang belakang, jadi, tidak diperlukan penjelasan

bertulang belakang lagi di belakang kata vertebrata. Hal ini serupa dengan

bentuk invertebrata tidak bertulang belakang yang dipakai juga dalam kalimat

itu. Selanjutnya, kalimat (24), ketidakefektifan kalimat itu terdapat pada

penggunaan situasi yang datang secara tiba-tiba atau tidak disangka sebelumnya.

Hal ini terlihat dari pemakaian tanpa disangka-sangka dan tiba-tiba. Namun,

kedua kata tersebut memiliki makna yang sama, yakni secara mendadak, jadi,

sangat berlebihan jika dalam kalimat itu digunakan dua-duanya. Kesalahan yang

juga sering terjadi adalah penggunaan bentuk ter-yang berarti paling, yang masih

disertai kata sangat seperti dalam kalimat (25). Penggunaan bentuk ter- sudah

mengandung arti palingdan menekankan keadaan yang sangat, sehingga tidak

perlu dihadirkan dua-duanya dalam satu kalimat karena itu menimbulkan kesan

yang boros. Bentuk tidak efektif pada kalimat (26) ditandai dengan hadirnya yaitu

dan antara lain secara bersamaan (Rahardi). Pada kalimat (27), kesalahan

terdapat pada kata tujuan dan untuk yang digunakan bersamaan. Seharusnya,

gunakan saja salah satu dari kata itu karena tujuan sudah memiliki arti untuk.

Pembetulan kalimat-kalimat di atas menurut Rahardi dalam buku Penyuntingan

Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

(23a) Vertebrata meliputi manusia, burung, anjing, katak, sedangkan


invertebrata meliputi ubur-ubur, kupu-kupu, dan laba-laba.
(23b) Vertebrata atau bertulang belakang meliputi manusia, burung,
anjing, katak, sedangkan invertebrata atau tidak bertulang belakang
meliputi ubur-ubur, kupu-kupu, dan laba-laba.
(24a) Tanpa disangka-sangka, datang petugas dan menegur Azam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72

(24b) Tiba-tiba, datang petugas dan menegur Azam.


(25a) Bahkan, Einstein tidak mempunyai reputasi pendidikan formal
yang bagus, tetapi melalui usahanya untuk belajar dan melakukan
penelitian sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli fisika
yang sangat mashyur di dunia.
(25b) Bahkan, Einstein tidak mempunyai reputasi pendidikan formal
yang bagus, tetapi melalui usahanya untuk belajar dan melakukan
penelitian sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli fisika
yang termashyur di dunia.
(26a) Pada puisi tersebut terdapat pengandaian yang disampaikan dengan
metafora, yaitu “Negeri kita ini negeri sampah”.
(26b) Pada puisi tersebut terdapat pengandaian yang disampaikan dengan
metafora, antara lain “Negeri kita ini negeri sampah”.
(27a) Tujuan negosiasi adalah mengurangi perbedaan posisi setiap
pihak.
(27b) Negosiasi adalah untuk mengurangi perbedaan posisi setiap pihak.

c) Kesalahan dalam Hal Kecermatan dan Kesantunan

Yang dimaksud dengan kecermatan bahasa adalah kehati-hatian dalam

menyusun kalimat dan bentuk-bentuk kebahasan yang lain sehingga hasilnya

tidak akan menimbulkan tafsir ganda atau makna yang lebih dari satu (Rahardi,

2009). Di sini penulis hanya akan membahas tentang kecermatan. Masalah

kecermatan juga menyangkut soal diksi bahasa. Berikut contoh-contoh kalimat

yang di dalamnya belum memiliki kecermatan dalam penulisan.

(28) Tema-tema itu sangat luas dan hampir semua aspek makhluk hidup
di bumi dapat dimasukkan di sini. (hlm. 33)
(29) Newsletter resmi yang dibagikan IMF kepada seluruh peserta
sidang mengangkat satu topik khusus mengenai Indonesia. (hlm.
82)
(30) Buatlah anekdot yang menggambarkan situasi lucu, konyol,
frustasi, dan tidak nyaman di salah satu tempat tersebut. (hlm. 132)
(31) Tentunya pilihan ada di tangan kita semua saat ini. (hlm. 83)
(32) ... adalah benda hitam yang lunak yang tersusun oleh atom yang
berbentuk heksagonal pada lembaran-lembaran yang sejajar yang
terikat secara terpisah-pisah.(hlm. 26)

Kesalahan di tipe kecermatan terdapat pada kalimat (28). Penggunaan

kata penunjuk itu dan di sini yang menunjuk pada hal yang sama tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73

menggunakan penunjuk yang berbeda. Penggunaan itu dan di sini bermaksud

menunjuk pada tema-tema itu. Penggunaan kata di sini kurang tepat karena di

awal kalimat, tema-tema yang dimaksud menggunakan penunjuk itu sehingga itu

seharusnya berpasangan dengan penunjuk jarak jauh juga, seperti di sana atau di

dalamnya. Sehingga, kalimat di atas menjadi seperti berikut.

(28a) Tema-tema itu sangat luas dan hampir semua aspek makhluk hidup
di bumi dapat dimasukkan di dalamnya.

Kalimat (29) mengandung kesalahan dalam penggunaan diksi atau

pilihan kata. Pilihan kata yang tepat untuk menggantikan newsletter yang diambil

dari bahasa asing adalah surat kabar. Kalimatnya menjadi seperti berikut.

(29a) Surat kabar resmi yang dibagikan IMF kepada seluruh peserta
sidang mengangkat satu topik khusus mengenai Indonesia.

Contoh kesalahan kalimat padatipe kecermatan yang kerap terjadi dalam

bahasa lisan maupun tulis ialah penggunaan kata frustrasimenjadi frustasi.

Dalam KBBI, kata itu ditulis frustrasi, bukan frustasi seperti pada kalimat (30).

Kalimat yang benar adalah sebagai berikut.

(30a) Buatlah anekdot yang menggambarkan situasi lucu, konyol,


frustrasi, dan tidak nyaman di salah satu tempat tersebut.

Jika dilihat sekilas, tidak ada kesalahan pada kalimat (31). Namun

ternyata ada penggunaan kata yang terpengaruh oleh penggunaan bahasa daerah,

yakni tentunya. Tentunya diambil dari bahawa Jawa tentune. Maka, penggunaan

kata tentunya itu kurang tepat. Dalam bahasa Indonesia, tentunya diganti dengan

tentu saja (Rahardi, 2009). Pembenaran dari kesalahan kalimat dengan tipe

kecermatan pada kalimat (31) adalah sebagai berikut.

(31a) Tentu saja pilihan ada di tangan kita semua saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74

Masalah pada tipe kecermatan pada kalimat (32) adalah masalah yang juga sering

terjadi. Yang hadir berkali-kali pada kalimat itu sehingga menyebabkan kalimat

menjadi terasa panjang. Hal itu membuat kalimat itu menjadi ambigu. Yang

terikat secara terpisah-pisah itu lembaran-lembaran yang sejajar ataukah benda

hitam yang lunak yang sedang dibicarakan itu? Yang berbentuk heksagonal itu

benda hitam yang sedang dibicarakan ataukah atomnya? Rahardi menyatakan,

ketidakhati-hatian semacam inilah yang akan menimbulan tafsir ganda seperti

pada kalimat (32). Untuk itu, kalimat tersebut harus dibenahi.

(32a) ... adalah benda hitam yang lunak, yang tersusun oleh atom
berbentuk heksagonal pada lembaran-lembaran sejajar yang terikat
secara terpisah-pisah.

d) Kesalahan dalam Hal Kepaduan Makna

Tipe kesalahan kalimat keempat dalam buku menurut keefektifannya

adalah kepaduan makna. Kalimat yang efektif juga harus memiliki ciri-ciri

kepaduan makna. Makna yang padu adalah makna yang tidak terpecah-pecah dan

utuh. Rahardi menyatakan bahwa sebuah kalimat dikatakan padu jika susunannya

tidak panjang dan bertele-tele. Berikut contoh-contoh kalimat yang tidak padu.

(33) Selain jawaban dari teks, carilah informasi lain dari sumber-sumber
lain untuk menjawab pertanyaan ini. (hlm. 28)
(34) Kalian diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk
menyampaikan satu tema dengan jenis-jenis teks yang berbeda-
beda secara berganti-ganti dan kemampuan untuk menggunakan
campuran dari beberapa jenis teks dalam menyampaikan sesuatu.
(hlm. 166)
(35) Setelah para karyawan sebuah perusahaan di bidang elektronika
melakukan aksi mogok kerja dengan melakukan demonstrasi di
depan kantor perusahaan, akhirnya wakil perusahaan itu menerima
wakil para karyawan untuk berdialog. (hlm. 138)
(36) Teks yang demikian itu mengandung penjelasan tentang sesuatu itu
berada dalam keadaan seperti yang kita lihat sekarang. (hlm. 175)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75

Tidak padunya kalimat (33) disebabkan oleh kata lain yang digunakan

berkali-kali. Jika bentuk carilah informasi dari sumber lain saja sudah cukup

untuk bisa menerangkan sebuah maksud, tidak perlu harus digunakan kalimat

yang panjang dan diulang-ulang seperti carilah informasi lain dari sumber-

sumber lain. Begitu juga dengan kalimat (34) yang menggunakan kata yang

diulang-ulang sehingga menimbulkan jenuh dalam membacanya. Penulisan

bentuk panjang yang bertele-tele itu terlihat dalam penulisan jenis-jenis teks yang

berbeda-beda secara berganti-ganti yang seharusnya bisa disingkat saja menjadi

jenis-jenis teks yang berbeda secara berganti-ganti. Pembetulan kalimat (33) dan

(34) sesuai dengan yang dikemukakan Rahardi (2009) dalam bukunya,

Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang adalah sebagai

berikut.

(33a) Selain jawaban dari teks, carilah informasi dari sumber-sumber lain
untuk menjawab pertanyaan ini.
(34a) Kalian diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk
menyampaikan satu tema dengan jenis-jenis teks yang berbeda
secara berganti-ganti dan kemampuan untuk menggunakan
campuran dari beberapa jenis teks dalam menyampaikan sesuatu.

Contoh kalimat yang bertele-tele terdapat pada kalimat (35) sehingga

kalimat tersebut dirasa kurang padu. Bentuk singkat kalimat itu adalah sebagai

berikut.

(35a) Akhirnya, wakil perusahaan di bidang elektronika itu menerima


wakil para karyawan yang berdemonstrasi di depan kantor untuk
berdialog.
Kalimat (35) menjadi lebih singkat tanpa menghilangkan makna bahwa

wakil perusahaan tersebut akhirnya menemui para karyawannya yang sedang

melakukan demo di depan kantornya. Kalimat (36) menjelaskan isi teks yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76

menjelaskan keadaan sesuatu seperti yang bisa dilihat sekarang. Namun, kalimat

tersebut masih bertele-bertele dalam menyampaikan maksud yang terkandung

dalam teks itu. Rahardi menjelaskan bahwa kaimat akan dikatakan padu jika

susunannya tidak bertele-tele. Jika diperbaiki, kalimat (36) menjadi seperti

berikut.

(36a) Teks yang demikian itu mengandung penjelasan tentang


keberadaan sesuatu seperti yang kita lihat sekarang.

2. Sebab-Sebab Kesalahan Berbahasa

Sebab-sebab kesalahan kebahasaan dalam buku ini dapat dianalisis

dengan teori dari beberapa pakar, yakni Tarigan (1987) dan Setyawati (2010).

Telah diketahui, penyebab kesalahan berbahasa bermacam-macam dan bisa

digolongkan menjadi interferensi atau pengaruh bahasa ibu, overgeneralisasi,

ketidakcermatan, ketidakpahaman atau kekurangpahaman pemakai bahasa

terhadap bahasa yang dipakainya, dan metode pengajaran yang lemah atau keliru.

Dalam buku ini, ditemukan beberapa sebab kesalahan pada masing-

masing tipe dan klasifikasi kebahasaan (kalimat dan ejaan). Sebab-sebab

kesalahan itu antara lain karena interferensi, ketidakcermatan, dan

ketidakpahaman pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan. Berikut adalah

contoh dari beberapa sebab-sebab kesalahan tersebut.

a. Interferensi

Interferensi merupakan penyebab kesalahan yang mencerminkan struktur

bahasa ibu atau bahasa asli atau bahasa daerah tercampur dalam bahasa Indonesia

yang sedang dipakai. Berikut contoh dari interferensi yang terdapat dalam buku

pembelajaran yang sedang diteliti ini.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77

(37) Tentunya, pilihan ada di tangan kita semua saat ini. (hlm. 83)

Kalimat di atas memang tampak tidak bermasalah. Namun, jika diteliti,

penggunaan tentunya yang sering dipakai ini adalah kata dari tentune dalam

bahasa Jawa. Kesalahan seperti ini bisa terjadi jika pemakai bahasa menggantikan

–ne pada tentune dalam bahasa Jawa dengan –nya dalam bahasa Indonesia

(Rahardi, 2009). Dalam bahasa Indonesia, kalimat tersebut seharusnya menjadi

seperti berikut.

(37a) Tentu saja, pilihan ada di tangan kita semua saat ini.

b. Ketidakcermatan

Ketidakcermatan dalam hal ini, disebut oleh Tarigan (1987),

menyinggung tentang kesalahan dan kekeliruan. Namun, dalam penelitian ini,

ketidakcermatan difokuskan pada kekeliruan. Kesalahan penulisan akibat tidak

cermat dalam menulis, tidak teliti, dan lalai dalam penulisan. Beberapa contoh

kesalahan karena ketidakcermatan adalah sebagai berikut.

(38) Tanda “^” berarti ‘diikuti oleh. (hlm. 6)


(39) Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah
menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah
kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah kejuruan MAK karena telah
berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya di sekolah
menengah pertama. (hlm. 38)
(40) Judul apakah yang menurut kalian tepat! (hlm. 131)
(41) Selain itu, kalian juga bisa menambahkan ukuran dan keadaan
kadangnya (luas atau tidak, bersih atau tidak) (hlm. 171)
(42) Polisi penguji menyatakan bahwa orang yang pengalaman
mengendarai sepeda motor kurang dari 1 tahun sering gagal dalam
ujian. (hlm. 58)

Kalimat di atas merupakan kesalahan-kesalahan akibat tidak cermatnya penulis

dalam pengetikan atau penulisan sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78

yang seharusnya bisa dihindari. Seperti pada kalimat (38), ketidaktelitian

penulisan menyebabkan kesalahan dalam penggunaan tanda petik tunggal yang

seharusnya mengapit kata di awal dan akhir tetapi hanya mengapit di awal kata.

Kesalahan seperti ini bisa dihindari jika penulis lebih teliti dalam penulisan. Hal

serupa terjadi pada kalimat (39). Seharusnya, tanda kurung juga hadir mengapit

MAK karena sebelumnya tanda kurung selalu hadir mengapit singkatan-singkatan

dalam kalimat itu. Kesalahan pada kalimat (40) juga bisa dihindari jika penulis

lebih teliti lagi dalam penulisan. Kesalahan seperti ini bukanlah merupakan

kesalahan kompetensi ataupun pengetahuan penulis, tetapi hanya merupakan

ketidakcermatan penulis dalam penulisan. Penyebab kesalahan pada kalimat (41)

jelas karena penulis tidak teliti atau kurang cermat dalam membubuhkan tanda

baca di akhir kalimatnya. Pada kalimat (42), kesalahan terjadi dalam tataran

kalimat, yakni mengenai kecermatan pemilihan kata. Dalam kalimat itu,

penggunaan pengalaman adalah sesuatu yang kurang tepat. Pemilihan kata

pengalaman seharusnya menjadi berpengalaman. Diduga, penulis tidak teliti

dalam menggunakan kata-kata sehingga menimbulkan kesalahan seperti itu.

Pembetulan kalimat-kalimat di atas adalah sebagai berikut.

(38a) Tanda “^” berarti ‘diikuti’ oleh.


(39a) Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah
menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah
kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah kejuruan (MAK) karena
telah berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya di sekolah
menengah pertama.
(40a) Judul apakah yang menurut kalian tepat?
(41a) Selain itu, kalian juga bisa menambahkan ukuran dan keadaan
kadangnya (luas atau tidak, bersih atau tidak).
(42a) Polisi penguji menyatakan bahwa orang yang berpengalaman
mengendarai sepeda motor kurang dari 1 tahun sering gagal dalam
ujian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79

c. Ketidakpahaman Penulis terhadap Kaidah Kebahasaan

Kesalahan ejaan maupun kalimat oleh karena tidak pahamnya pemakai

bahasa terhadap bahasa yang dipakainya ini dijelaskan oleh beberapa pakar,

seperti Setyawati (2010) dalam Analisis Kesalahan Berbahasa dan Tarigan

(1987). Adapun beberapa contoh kesalahan ejaan dan kalimat yang disebabkan

oleh ketidakpahaman kaidah kebahasaan ini adalah sebagai berikut.

(43) Saya kira mereka masih tertidur karena mereka berpesta-pora


sampai larut malam sehingga saya ketuk-ketuk terus dengan keras:
pintu, jendela, dan apa pun yang dapat saya ketuk dalam
jangkauan. (hlm. 130)

Pada kalimat di atas terdapat dua tipe kesalahan sekaligus, yakni kesalahan ejaan

tipe pemakaian tanda titik dua dan kesalahan dalam kalimat efektif mengenai

kehematan kata. Pada tataran ejaan, kesalahan penggunaan tanda baca titik dua

disebabkan oleh ketidakpahaman pemakai bahasa terhadap kaidah kebahasaan

yang benar, dalam hal ini kaidah penggunaan tanda titik dua yang seharusnya ada

dalam pemerian, sedangkan dalam kalimat itu, pintu, jendela, dan apa yang dapat

saya ketuk dalam jangkauan bukanlah termasuk pemerian, melainkan kelanjutan

atau bagian dari kalimat itu sendiri. Pemakai bahasa tidak paham akan fungsi

tanda titik dua itu sendiri dengan jelas sehingga salah menempatkan tanda baca

yang tidak diperlukan itu. Jika dibenahi menurut kaidah ejaan dan kalimat dengan

benar, kalimat di atas menjadi seperti berikut.

(43a) Saya kira mereka masih tertidur karena berpesta-pora sampai larut
malam sehingga saya ketuk terus dengan keras pintu, jendela, dan
apapun yang dapat saya ketuk dalam jangkauan.

Kalimat berikut ini juga disebabkan oleh ketidakpahaman pemakai bahasa

terhadap kaidah-kaidah kebahasaan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80

(44) Misalnya, pada subkelas ikan, kalian dapat menambahkan jenis-


jenis ikan yang kalian ketahui. (hlm. 6)
(45) Misalnya, gajah diburu untuk diambil gadingnya, harimau diburu
untuk diambil kulitnya, kura-kura diburu untuk diambil
cangkangnya. (hlm. 176)
(46) Misalnya, konjungsi dan digunakan untuk menambahkan sifat-sifat
untuk anggota kelas yang sama, seperti terlihat pada kalimat (a).
(hlm. 11)
(47) Tujuan negosiasi adalah untuk mengurangi perbedaan posisi setiap
pihak. (hlm. 135)
(48) Khusus untuk SIM C, di daerah lain pembuat SIM baru harus
mengikuti 3 ujian, yaitu ujian praktik, ujian jalan raya, dan ujian
tulis. (hlm. 59)
(49) Lalu, tadi pagi terdapat sebuah mobil diparkir di depan jalan ke luar
kami. (hlm. 130)
(50) Tulisan ini bertujuan untuk berbagi pengalaman dalam mengurus
SIM C dengan jalan yang benar. (hlm. 56)
Kalimat-kalimat di atas mengandung kesalahan kalimat dalam kesepadanan

struktur. Kesalahan kalimat dalam hal kesepadanan struktur, khususnya peletakan

konjungsi kalimat yang salah seperti pada kalimat (44), (45), dan (46) sangat

banyak ditemukan dalam buku ini, sehingga peneliti menyimpulkan bahwa

kesalahan seperti ini adalah akibat dari ketidakpahaman penulis atau editor

tentang kaidah peletakan konjungsi yang benar. Tidak pahamnya penulis akan

penggunaan bentuk yang tidak hemat seperti pada kalimat (47) dan (50) juga tidak

jarang ditemukan pada buku ini. Penulis tidak paham bahwa penggunaan bentuk

tujuan dan untuk yang hadir bersamaan adalah bentuk yang mubazir atau tidak

hemat.Kalimat (48) mengandung kesalahan pada makna kalimatnya yang kurang

padu dan masih berbelit-belit. Peneliti mencoba mengurangi beberapa kata agar

kalimat tersebut bisa sedikit padu. Pada kalimat (49), terjadi kesalahpahaman

yang dimaksud oleh penulis dengan yang ditulisnya. Ke luar yang ditulis oleh

penulis mempunyai makna sebagai tempat tujuan luar, sedangkan dalam kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81

itu, yang dimaksud ialah keluar sebagai lawan dari kata masuk. Pembetulan

kalimat-kalimat akibat ketidakpahaman kaidah kebahasaan seperti kalimat di atas

adalah sebagai berikut.

(44a) ..., misalnya pada subkelas ikan, kalian dapat menambahkan jenis-
jenis ikan yang kalian ketahui.
(45a) ..., misalnya, gajah diburu untuk diambil gadingnya, harimau
diburu untuk diambil kulitnya, kura-kura diburu untuk diambil
cangkangnya.
(46a) ..., misalnya konjungsi dan digunakan untuk menambahkan sifat-
sifat untuk anggota kelas yang sama, seperti terlihat pada kalimat
(a).
(46b) Kalian dapat menambahkan jenis-jenis ikan yang kalian ketahui,
misalnya, pada subkelas ikan.
(47a) Tujuan negosiasi adalah mengurangi perbedaan posisi setiap pihak.
(47b) Negosiasi adalah untuk mengurangi perbedaan posisi setiap pihak.
(48a) Di daerah lain, pembuatan SIM Cbaru harus mengikuti 3 ujian,
yaitu ujian praktik, ujian jalan raya, dan ujian tulis.
(49a) Lalu, tadi pagi terdapat sebuah mobil diparkir di depan jalan keluar
kami.
(50a) Tulisan ini bertujuan berbagi pengalaman dalam mengurus SIM C
dengan jalan yang benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini akan dipaparkan hasil akhir analisis data berupa kesimpulan dan

saran.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai kesalahan

berbahasa pada buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X

Kurikulum 2013, dapat ditarik dua kesimpulan, yakni:

1) Berikut ini disimpulkan tipe-tipe kesalahan dalam buku Bahasa Indonesia

Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013.

a) Kesalahan ejaan

Dalam buku itu terdapat dua klasifikasi kesalahan berbahasa, yakni

kesalahan ejaan dan kesalahan dalam kalimat yang jumlahnya tidak

sedikit. Tipe kesalahan ejaan yang ditemukan berjumlah 4, yakni

kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring, kesalahan

penulisan kata, kesalahan penulisan unsur serapan, dan kesalahan

pemakaian tanda baca. Kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf

miring meliputi 6 kesalahan pemakaian huruf kapital, dan 3

pemakaian huruf miring. Kesalahan penulisan kata meliputi 2

pemakaian kata dasar, 1 pemakaian kata turunan, 1 kesalahan

pemakaian partikel, dan 5 kesalahan pemakaian angka dan lambang

bilangan. Kesalahan penulisan pemakaian unsur serapan berjumlah 4

82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83

kesalahan, sedangkan kesalahan pemakaian tanda baca meliputi 2

kesalahan pemakaian tanda baca titik (.), 4 kesalahan pemakaian

tanda koma (,), 1 kesalahan pemakaian tanda titik dua (:), 1

kesalahan pemakaian tanda tanya (?), 1 kesalahan pemakaian tanda

seru (!), 1 kesalahan pemakaian kurung ((...)), dan 1 kesalahan

pemakaian tanda petik tunggal. Totalnya, kesalahan ejaan berjumlah

33 kesalahan.

b) Kesalahan dalam kalimat efektif

Selain kesalahan ejaan, ditemukan pula 4 tipe kesalahan dalam

tataran kalimat efektif, yakni kesalahan kalimat mengenai

kesepadaan struktur yang berjumlah 31, kesalahan kalimat dalam hal

kehematan kata yang berjumlah 18, 8 kesalahan kalimat dalam hal

kecermatan dalam penulisan kata, dan 8 kesalahan dalam hal

kepaduan makna. Dapat dilihat bahwa kesalahan terbanyak terdapat

pada tipe struktur kalimat kemudan diikuti masalah pemborosan

kata/kehematan kata.

2) Berikut ini adalah hasil analisis penyebab kesalahan dalam buku Bahasa

Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013.

Melalui hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan-

kesalahan itu bisa terjadi karena faktor interferensi, ketidakcermatan dalam

penulisan sehingga terjadi kesalahan-kesalahan tulis dalam buku, dan

ketidakpahaman mengenai kaidah kebahasaan yang dapat dilihat dari sering

tidaknya/frekuensi kesalahan-kesalahan itu muncul dalam penulisan. Adapun


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84

kesalahan berbahasa karena interferensi bahasa ibu pada tipe ejaan berjumlah 34

dengan 12 kesalahan ejaan yang disebabkan oleh ketidakcermatan dan 22

kesalahan ejaan yang disebabkan oleh ketidakpahaman penulis mengenai kaidah

kebahasaan kaidah ejaan yang dipakai. Pada kalimat efektif, ditemukan 64 kalimat

dengan 2 kesalahan kalimat karena interferensi, 4 kesalahan kalimat karena

ketidakcermatan penulis, dan 58 kesalahan kalimat karena ketidakpahaman

penulis tentang kaidah penulisan kalimat efektif.

B. Saran

Peneliti mengemukakan saran bagi guru bahasa Indonesia, program studi

bahasa dan sastra Indonesia, dan peneliti lain menanggapi kasus kebahasaan

seperti di atas. Berikut saran-saran dar peneliti.

1. Guru Bahasa dan Sastra Indonesia

Persoalan kebahasaan yang terdapat dalam buku teks selanjutnya adalah

tanggung jawab para guru pada siswanya. Jika guru masih tidak peduli dengan

persoalan kebahasaan yang ada, murid pun tidak akan menanggapi secara serius

masalah kebahasaan itu. Yang terjadi ialah ‘kebiasaan salah’ yang terbentuk itu

akan terbawa murid sampai pada berikutnya. Untuk itu, tugas guru ialah lebih

cermat dalam soal kebahasaan pada buku teks agar siswa tidak meniru kesalahan

berlarut-larut. Guru juga harus meningkatkan pengajaran soal ejaan dan kalimat

dalam setiap proses belajarnya.

2. Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Penelitian ini memberikan informasi tentang kesalahan kebahasaan yang

ada dalam buku teks siswa. Telah disimpulkan bahwa dalam buku terbitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85

Kemendikbud sendiri masih ditemukan kesalahan-kesalahan mengenai ejaan dan

kalimat, maka, tidak menutup kemungkinan mahasiswa program studi bahasa dan

sastra Indonesia juga melakukan kesalahan yang serupa. Untuk itu, peneliti

menyarankan pada prodi untuk lebih meningkatkan pengajaran menyunting ini

agar kelak mahasiswa calon guru dapat meminimalkan penggunaan-penggunaan

kesalahan bahasa pada siswanya.

3. Penerbit Buku

Penelitian ini menggunakan buku terbitan Kemendikbud. Telah

disimpulkan bahwa dalam buku terbitan Kemendikbud sendiri masih ditemukan

kesalahan-kesalahan mengenai ejaan dan kalimat. Peneliti memberi masukan

untuk penerbit sendiri agar lebih memerhatikan kompetensi yang dimiliki editor

dalam mengetik atau menulis naskah dalam buku.. Peneliti juga memberi

masukan untuk editor agar lebih cermat dalam pengetikan sehingga kesalahan-

kesalahan kecil bisa dihindari.

4. Bagi Peneliti Lain

Peneliti menyarankan pada peneliti lain yang ingin meneliti hal serupa

dengan penelitian ini untuk lebih memperluas tataran penelitiannya. Karena dalam

penelitian ini hanya mengangkat soal ejaan dan kalimat, bisa dilakukan penelitian

tentang morfologi atau wacana dalam buku teks serupa oleh peneliti lain.

Kemungkinan masih ditemukannya kesalahan-kesalahan kebahasaan dalam

tataran yang berbeda juga pasti ada. Hasilnya nanti semoga bisa memberikan

sumbangan positif bagi para guru maupun keberhasilan penulisan buku teks yang

selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86

Para mahasiswa calon guru bahasa Indonesia merupakan kunci penting

dalam hal ini. Baik mahasiswa calon guru maupun guru hendaknya tidak langsung

menerima dan menyerap isi dalam buku, tetapi juga harus lebih jeli dan teliti

untuk masalah kebahasaan dalam buku itu karena siswa akan selalu bergantung

pada apa yang diajarkan guru dalam hal ini. Siswa cenderung suka meniru apa

yang ada dan mereka dapat sebelumnya. Guru akan sangat membantu jika

masalah kompetensi kebahasaan pada siswa teratasi lebih awal agar tidak terbawa

oleh siswa lebih lama, bahkan sampai pada perguruan tinggi. Jadi, peran guru

sangatlah penting untuk lebih mencerna masalah kebahasaan dalam buku untuk

kembali mengajarkannya pada peserta didik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Arifin, E. Zaenal. 1987. Berbahasa Indonesialah dengan Benar. Petunjuk Praktis


untuk Pelajar, Mahasiswa, dan Guru. Jakarta: Medyatama Sarana
Perkasa.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit PT Rineka


Cipta.

Badudu. 1980. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.

Binedigta Yuni Puji Lestari. 2013. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Buku
Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Skripsi.
Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma.

Hastuti, Sri. 1989. Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:


Mitra Gama Widya.

Hubbard, Peter, dkk. 1979. A Training Course for TEFL. New York: Oxford
University Press.

Kumalasari, Diana Anggreani. 2004. Kesalahan Berbahasa Bidang Sintaksis pada


Karangan Argumentasi Kelas II Kejar Paket C di Kecamatan Kotagede
Yogyakarta Tahun Ajaran 2003/2004 (Sebuah Studi Kasus). Skripsi.
Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma.

Kumanireng, Donatus Doweng. 2003. Analisis Kesalahan Berbahasa Siswa Kelas


II SMA Frater Disamakan Makassar, Tahun Ajaran 2004/2005 dalam
Menggunakan Kata Berimbuhan Me-. Skripsi. Yogyakarta: PBSID,
Universitas Sanata Dharma.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Purwaningrum, Imakulata Sri. 1988. Kesalahan Berbahasa Siswa Kelas I dan II


SMA Katolik di Kotamdya Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman Umum Ejaan


Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88

Rahardi, R. Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-


Mengarang. Jakarta: Penerbit Erlangga.

______________. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Penerbit Erlangga.

Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.

Ramlan, M.. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.

Razak, Abdul. 1990. Kalimat Efektif: Struktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta:
Penerbit PT Gramedia.

Setiyaningsih, dkk. 2014. Tipifikasi Kesalahan Kebahasaan dalam Penulisan


Skripsi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma dan Strategi
Minimalisasinya sebagai Upaya Pemartabatan Bahasa Indonesia. Jurnal
Kependidikan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Sanata
Dharma.

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan


Praktik. Surabaya: Yuma Pustaka.

Simanjuntak, Milka Esteryati. 2011. Kesalahan Berbahasa dalam Karangan


yang Ditulis oleh Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2009/2010. Skripsi. Yogyakarta: PBSID. Universitas Sanata
Dharma.

Sitepu. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: Rosda.

Soewandi, A.M. Slamet. 2007. Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra


Indonesia. Handout. Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma.

. 2010. Sintaksis Bahasa Indonesia. Handout. Yogyakarta: PBSID,


Universitas Sanata Dharma.

Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Sukini. 2010. Sintaksis: Sebuah Panduan Praktis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Surakhmad, Winarno. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan


Teknik. Bandung: Penerbit Tarsito.

Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan
Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung:


Angkasa Bandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89

. 1989. Pengajaran Remedi Bahasa. Bandung: Angkasa Bandung.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
Keempat. Jakarta. Balai Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TRIANGULASI PENYIDIK

Penyidik diminta untuk memeriksa dan mengecek kembali data yang diperoleh peneliti utuk keperluan keabsahan data. Penyidik
yang ditunjuk oleh peneliti untuk melakukan pengecekan kembali data ialah pakar bidang ejaan dan kalimat, yaitu Dr. Y. Karmin,
M.Pd.
Tabel 1.1 Data Tipe Kesalahan Ejaan dan Kalimat
ANALISIS KESALAHAN

NO. DATA Kalimat Keterangan


Ej
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7
1. Kehematan kata: vertebrata = bertulang
belakang; invertebrata = tidak bertulang
belakang dan sangat boros jika digunakan
Vertebrata bertulang belakang
bersamaan.
meliputi manusia, burung,
anjing, katak, dan lain-lain,
2. K. Struktur: konjungsi misalnya merupakan
sedangkan invertebrata tidak
1. √ √ konjungsi pemerinci sekaligus membatasi.
bertulang belakang meliputi
Tidak bisa hadir bersamaan dengan dan lain-
ubur-ubur, kupu-kupu, dan
lain
laba-laba.
(hlm. 6)
Vertebrata meliputi manusia, burung, anjing,
katak, sedangkan invertebrata meliputi ubur-ubur,
kupu-kupu, dan laba-laba.
Ejaan: Tanda baca petik tunggal mengapit
penjelasan kata. Selalu dipakai di awal kata dan
Tanda “^” berarti ‘diikuti oleh.
2. √ juga di akhir kata
(hlm. 6)
Tanda “^” berarti ‘diikuti oleh’.

90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

K. Struktur: Konjungsi misalnya adalah konjungsi


intrakalimat, tidak boleh hadir dalam kalimat
tunggal, dan tidak boleh diletakkan di awal
Misalnya, pada subkelas ikan, kalimat.
kalian dapat menambahkan
3. jenis-jenis ikan yang kalian √ ..., misalnya pada subkelas ikan, kalian dapat
ketahui. menambahkan jenis-jenis ikan yang kalian
(hlm. 6) ketahui.

Kalian dapat menambahkan jenis-jenis ikan yang


kalian ketahui, misalnya, pada subkelas ikan.
K. Struktur: Konjungsi misalnya adalah konjungsi
Misalnya, verba mungkin intrakalimat yang tidak bisa hadir dalam kalimat
berubah menjadi nomina atau tunggal.
4. √
kelompok nomina.
(hlm. 11) ..., misalnya verba mungkin berubah menjadi
nomina atau kelompok nomina.
Kehematan kata: telah dan tadi mempunyai
makna bahwa kejadian itu sudah berlangsung.
Jika digunakan secara bersama-sama, kalimat
Identifikasikanlah konjungsi
tersebut akan menjadi boros
yang digunakan dalam teks
5. laporan yang telah kalian √
Identifikasikanlah konjungsi yang digunakan
pelajari tadi.
dalam teks laporan yang telah kalian pelajari.
(hlm. 11)
Identifikasikanlah konjungsi yang digunakan
dalam teks laporan yang kalian pelajari tadi.
Misalnya, konjungsi dan K. Struktur: tidak adanya konjungsi intrakalimat
digunakan untuk pada kalimat tunggal; misalnyamerupakan
6. √
menambahkan sifat-sifat untuk konjungsi intrakalimat yang tidak boleh
anggota kelas yang sama, diletakkan di awal kalimat

91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seperti terlihat pada kalimat


(a). ..., misalnya konjungsi dan digunakan untuk
(hlm. 11) menambahkan sifat-sifat untuk anggota kelas
yang sama, seperti terlihat pada kalimat (a).
K. Struktur: kekurangan unsur subjek sehingga
Amatilah dengan cermat! tidak jelas apa yang akan diamati.
7. √
(hlm. 13)
Amatilah kalimat di atas dengan cermat!
Ejaan: kesalahan pemakaian tanda baca koma
Tulislah satu kalimat untuk
yang diletakkan di depan dan
setiap tahap, dan usahakan
8. kalimat itu telah mencakupi isi √
Tulislah satu kalimat untuk setiap tahap dan
pada tahap yang dimaksud!
usahakan kalimat itu telah mencakupi isi pada
(hlm. 16)
tahap yang dimaksud!
... adalah benda hitam yang Kecermatan: penggunaan yang yang terlalu
lunak yang tersusun oleh atom banyak membuat kalimat menjadi ambigu
yang berbentuk heksagonal
9. pada lembaran-lembaran yang √ ... adalah benda hitam yang lunak, tersusun oleh
sejajar yang terikat secara atom berbentuk heksagonal pada lembaran-
terpisah-pisah. lembaran sejajar yang terikat secara terpisah-
(hlm. 26) pisah.
K. struktur: kekurangan unsur subjek; “siapa yang
akan dapat menguji kebenarannya?”
Baliklah definisi itu agar dapat
Baliklah definisi itu agar dapat diuji
10. menguji kebenarannya. √
kebenarannya.
(hlm. 26)
Baliklah definisi itu agar kalian dapat menguji
kebenarannya.
Misalnya, makanan dalam K. Struktur: tidak boleh terdapat konjungsi
11. √
kemasan sering disertai intrakalimat pada kalimat tunggal; misalnya =

92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

keterangan tentang komposisi konjungsi intrakalimat dan tidak boleh diletakkan


kandungan gizi yang ada di di awal kalimat
dalamnya.
(hlm. 27) ...., misalnya dalam kemasan sering disertai
keterangan tentang komposisi kandungan gizi
yang ada di dalamnya.
Kepaduan makna: Kata “lain” yang diulang-ulang
Selain jawaban dari teks, menjadikan kalimat itu tidak padu dan tidak
carilah informasi lain dari efektif
12. sumber-sumber lain untuk √
menjawab pertanyaan ini. Selain jawaban dari teks, carilah informasi dari
(hlm. 28) sumber-sumber lain untuk menjawab pertanyaan
ini.
K. Struktur: tidak boleh terdapat konjungsi
intrakalimat pada kalimat tunggal; misalnya =
Misalnya, mula-mula kalian
konjungsi intrakalimat dan tidak boleh diletakkan
mengemukakan definisi
13. √ di awal
karbon.
(hlm. 28)
..., misalnya mula-mula kalian mengemukakan
definisi karbon.
Kehematan kata: secara rata-rata dan sekitar
menunjukkan makna yang sama
Panjang komodo secara rata-
rata adalah sekitar 2,5 meter Panjang komodo secara rata-rata adalah 2,5 meter
14. √
dengan berat 91 kg. dengan berat 91 kg.
(hlm. 32)
Panjang komodo adalah sekitar 2,5 meter dengan
berat 91 kg.
Komodo hampir punah yang, 1. Ejaan: pemakaian tanda baca koma setelah
15. antara lain, disebabkan oleh √ √ antara lain
kematian sebagai akibat dari

93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perkelahian. 2. K. struktur: peletakan yang yang kurang tepat


(hlm. 32)
Komodo hampir punah, antara lain disebabkan
oleh kematian sebagai akibat dari perkelahian.
Kecermatan: bermaksud menunjuk pada objek
Tema-tema itu sangat luas dan yang sama tetapi dengan menggunakan pilihan
hampir semua aspek makhluk kata tunjuk yang berbeda
16. hidup di bumi dapat √
dimasukkan di sini. Tema-tema itu sangat luas dan hampir semua
(hlm. 33) aspek makhluk hidup di bumi dapat dimasukkan
di dalamnya.
K. kata: kalian dan masing-masing sama-sama
merupakan subjek.
Sebagai tugas terakhir pada
pelajaran ini, kalian masing-
Sebagai tugas terakhir pada pelajaran ini, kalian
masing diminta untuk
diminta untuk membuat sebuah bentuk puisi lama
17. membuat sebuah bentuk puisi √
yang sering disebut pantun.
lama yang sering disebut
pantun.
Sebagai tugas terakhir pada pelajaran ini, setiap
(hlm. 36)
anak diminta untuk membuat sebuah bentuk puisi
lama yang sering disebut pantun.
Kalian sekarang melanjutkan
Ejaan: Penulisan tanda kurung untuk mengapit
tahap pendidikan ke sekolah
singkatan yang kurang cermat
menengah atas (SMA),
madrasah aliyah (MA),
Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke
sekolah menengah kejuruan
18. √ sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah
(SMK), atau madrasah aliyah
(MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), atau
kejuruan MAK karena telah
madrasah aliyah kejuruan (MAK) karena telah
berhasil menempuh tahap
berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya
pendidikan sebelumnya di
di sekolah menengah pertama.
sekolah menengah pertama.

94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(hlm. 38)

K. Struktur: Tidak adanya predikat dalam kalimat


Dari teks tersebut, cobalah
itu
mencari contoh-contoh kalimat
19. imperatif, kalimat deklaratif, √
Dari teks tersebut, cobalah kalian cari contoh-
dan kalimat interogatif.
contoh kalimat imperatif, kalimat deklaratif, dan
(hlm. 43)
kalimat interogatif.
Misalnya, dari kalimat K. struktur: tidak boleh terdapat konjungsi
imperatif diubah menjadi intrakalimat pada kalimat tunggal.
20. kalimat deklaratif atau kalimat √
interogatif. ..., misalnya dari kalimat imperatif diubah menjadi
(hlm. 43) kalimat deklaratif atau kalimat interogatif.
Kepaduan makna: penulisan kata “langkah-
Sering sebuah prosedur terdiri
langkah” yang berulang menyebabkan kalimat
atas banyak langkah dan
tersebut kurang padu
langkah-langkah itu berjenjang
21. √
dengan sublangkah pada setiap
Sering sebuah prosedur terdiri atas banyak
langkahnya.
langkah yang berjenjang dengan sublangkah pada
(hlm. 46)
setiap langkahnya.
Tulisan ini bertujuan untuk Kehematan kata: kehadiran bertujuan dan untuk
berbagi pengalaman dalam bersamaan
22. mengurus SIM C dengan jalan √
yang benar. Tulisan ini bertujuan berbagi pengalaman dalam
(hlm. 56) mengurus SIM C dengan jalan yang benar.
K. Struktur: kekaburan predikat
Anda yang berada di daerah
lain bisa jadi uang yang
Bisa jadi, uang yang Anda perlukan lebih kecil
23. diperlukan lebih kecil atau √
atau lebih besar jika Anda berada di daerah lain.
lebih besar.
(hlm. 57)
Bisa jadi, di daerah lain, uang yang Anda perlukan

95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lebih kecil atau lebih besar.

Ejaan 1: kesalahan penulisan angka


Polisi penguji menyatakan
bahwa orang yang pengalaman
Kecermatan: pemilihan bentuk kata pengalaman
mengendarai sepeda motor
24. √ √
kurang dari 1 tahun sering
Polisi penguji menyatakan bahwa orang yang
gagal dalam ujian.
berpengalaman mengendarai sepeda motor kurang
(hlm. 58)
dari satu tahun sering gagal dalam ujian.
Ejaan: penulisan angka dan lambang bilangan
Khusus untuk SIM C, di
daerah lain pembuat SIM baru
Kepaduan makna: Kalimat masih berbelit.
harus mengikuti 3 ujian, yaitu
25. √ √
ujian praktik, ujian jalan raya,
Di daerah lain, pembuatan SIM C baru harus
dan ujian tulis.
mengikuti tiga ujian, yaitu ujian praktik, ujian
(hlm. 59)
jalan raya, dan ujian tulis.
Terdapat 4 butir pada teks Ejaan: penulisan angka dan lambang bilangan
26. tersebut. √
(hlm. 59) Terdapat empat butir pada teks tersebut.
Akan tetapi, konjungsi jika Ejaan: penulisan huruf kata jika dan apabila yang
atau apabila yang menjadi seharusnya dicetak miring
pedoman lain untuk
27. menentukan kompleksitas itu √ Akan tetapi, konjungsi jika atau apabila yang
tidak ditemukan pada teks menjadi pedoman lain untuk menentukan
tersebut. kompleksitas itu tidak ditemukan pada teks
(hlm. 59) tersebut.
K. struktur: penggunaan kata depan bagi membuat
Sebagai warga yang baik, bagi
subjek menjadi kabur
yang sudah memenuhi syarat,
28. √
hendaknya mempunyai KTP.
Sebagai warga yang baik dan yang sudah
(hlm. 61)
memenuhi syarat, mereka hendaknya mempunyai

96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KTP.

Untuk itu, usahakan teks yang K. struktur: kekaburan predikat


kalian buat itu berstruktur teks
yang baik dan unsur-unsur Untuk itu, usahakan teks yang kalian buat itu
29. kebahasaan yang mendukung √ mempunyai struktur teks yang baik dan
langkah-langkah yang harus mengandung unsur-unsur kebahasan yang
ditempuh. mendukung langkah-langkah yang harus
(hlm. 62) ditempuh.
K. Struktur: tidak boleh terdapat penggunaan
Misalnya, cara membuat roti konjungsi intrakalimat misalnya pada kalimat
panggang, cara membuat kopi tunggal
30. tubruk, atau cara memasak √
nasi goreng. ..., misalnya cara membuat roti panggang, cara
(hlm. 64) membuat kopi tubruk, atau cara memasak nasi
goreng.
K. struktur: ketidaktepatan penggunaan bentuk
“praktikkanlah untuk membaca”
Setelah itu, praktikkanlah
untuk membaca puisi yang Setelah itu, praktikkanlah pembacaan puisi yang
31. √
berjudul “Aku”. berjudul “Aku”.
(hlm. 66)
Setelah itu, praktiklah membaca puisi yang
berjudul “Aku”.
Setujukah kalian bahwa Kehematan kata: penulisan kata secara terus-
pendidikan sekolah yang menerus dan sedang bersamaan; boros kata
sekarang diselenggarakan di
32. negara tercinta ini secara terus- √ Setujukah kalian bahwa pendidikan sekolah yang
menerus sedang sekarang diselenggarakan di negara ini
mengembangkan kesempatan mengembangkan kesempatan untuk berpendapat
untuk berpendapat bagi siswa? bagi siswa?

97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(hlm. 80)
Setujukah kalian bahwa pendidikan sekolah yang
diselenggarakan di negara ini secara terus-
menerus mengembangkan kesempatan untuk
berpendapat bagi siswa?
Kehematan kata: pemborosan penggunaan bentuk
untuk memilih
Sebagai siswa, apakah kalian
merasa bebas atau tidak untuk Sebagai siswa, apakah kalian merasa bebas untuk
33. √
berpendapat di sekolah? berpendapat di sekolah?
(hlm. 81)
Sebagai siswa, kalian merasa bebas atau tidak
untuk berpendapat di sekolah?
Ejaan 1: penulisan “International Monetery Fund”
dan “World Bank” yang seharusnya dicetak
Indonesia menjadi buah bibir miring
pada saat pelaksanaan Sidang
Tahunan International Ejaan 2: penggunaan tanda baca koma pada kata
34. Monetery Fund (IMF)/World √ sebelum nama kota
Bank (WB) 2012 Tokyo, 9—
14 Oktober 2012 lalu. Indonesia menjadi buah bibir pada saat
(hlm. 82) pelaksanaan Sidang Tahunan International
Monetery Fund (IMF)/World Bank (WB) 2012,
Tokyo, 9—14 Oktober 2012 lalu.
Newsletter resmi yang
Kecermatan: pemilihan kata “newsletter”
dibagikan IMF kepada seluruh
35. peserta sidang mengangkat
√ Surat kabar resmi yang dibagikan IMF kepada
satu topik khusus mengenai
seluruh peserta sidang mengangkat satu topik
Indonesia.
khusus mengenai Indonesia.
(hlm. 82)

98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kehematan kata: penulisan kata diperkirakan dan


sekitar secara bersamaan
Indonesia diperkirakan
memiliki sekitar 90 juta orang
Indonesia diperkirakan memiliki 90 juta orang
36. yang berada di kelompok √
yang berada di kelompok consuming class.
consuming class.
(hlm. 82)
Indonesia memiliki sekitar 90 juta orang yang
berada di kelompok consuming class.
Melihat potensi yang Ejaan: kesalahan penulisan unsur serapan;
sedemikian besar, dalam penulisan istilah asing “side meeting” yang
beberapa side meeting sidang seharusnya dicetak miring
IMF yang sempat saya ikuti,
37. √
para investor asing Melihat potensi yang sedemikian besar, dalam
mengharapkan makin banyak beberapa side meeting sidang IMF yang sempat
pilihan investasi di Indonesia. saya ikuti, para investor asing mengharapkan
(hlm. 82) makin banyak pilihan investasi di Indonesia.
Kecermatan: pemilihan kata tentunya yang kurang
Tentunya pilihan ada di tangan tepat dalam bahasa Indonesia
38. kita semua saat ini. √
(hlm. 83) Tentu saja pilihan ada di tangan kita semua saat
ini.
Kesepadanan struktur: kekaburan predikat dalam
Keunggulan obat tradisional
kalimat
jika dibandingkan dengan obat
39. modern lebih aman dan √
Keunggulan obat tradisional jika dibandingkan
ekonomis.
dengan obat modern ialah lebih aman dan
(hlm. 90)
ekonomis.
Terdapat 4 argumentasi yang Ejaan: penulisan kata; angka dan bilangan
disampaikan oleh penulis
40. √ √
mengenai kepercayaan bahwa Kehematan kata: penyampaian maksud akan tetap
jamu tradisional masih sama jika yang disampaikan oleh

99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengungguli obat-obatan penulisdihilangkan


modern.
(hlm. 90) Terdapat empat argumentasi mengenai
kepercayaan bahwa jamu tradisional masih
mengungguli obat-obatan modern.
Di Uni Eropa untuk memasuki
pintu gerbang budaya setiap Ejaan: penulisan tanda baca koma yang
negara, semua orang tentu seharusnya terdapat di belakang keterangan yang
telah mengenal kebijakan berada di awal kalimat
EuropassLanguage Passport
yang dikeluarkan oleh the Di Uni Eropa, untuk memasuki pintu gerbang
41. √
Council of Europe dengan budaya setiap negara, semua orang tentu telah
dokumen teknis Common mengenal kebijakan EuropassLanguage Passport
European Framework of yang dikeluarkan oleh the Council of Europe
Reference (CEFR) for dengan dokumen teknis Common European
Languages. Framework of Reference (CEFR) for Languages.
(hlm. 92)
Teks tersebut memiliki Kehematan kata: pemborosan kata pada teks
struktur teks yang sama seperti tersebut memiliki struktur teks yang sama
teks eksposisi pada umumnya,
tetapi pada tahap argumentasi Teks tersebut memiliki struktur yang sama seperti
42. √
tedapat penjelas-penjelas yang teks eksposisi pada umumnya, tetapi pada tahap
berfungsi untuk memperkuat argumentasi tedapat penjelas-penjelas yang
argumentasi yang dimaksud. berfungsi untuk memperkuat argumentasi yang
(hlm. 93) dimaksud.
Selain berguna untuk Ejaan: penulisan “Cetak Biru Komunitas Sosial
penghormatan atas adanya Budaya Asean” yang seharusnya dicetak miring
perbedaan bahasa kebangsaan
43. √
negara anggota Asean, Selain berguna untuk penghormatan atas adanya
sebagaimana disebutkan dalam perbedaan bahasa kebangsaan negara anggota
Cetak Biru Komunitas Sosial Asean, sebagaimana disebutkan dalam Cetak Biru

100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Budaya Asean, kebijakan ini Komunitas Sosial Budaya Asean, kebijakan ini
juga .... juga ....
(hlm. 93)
K. struktur: kehadiran yang membuat predikat
menjadi kabur
Teks yang berjudul “Pemimpin
Teks yang berjudul “Pemimpin Sosial dan Politik
Sosial dan Politik Tidak Harus
Tidak Harus Mempunyai Pendidikan Formal yang
44. Mempunyai Pendidikan √
Tinggi” itu... .
Formal yang Tinggi”.
(hlm. 103)
Teks itu berjudul “Pemimpin Sosial dan Politik
Tidak Harus Mempunyai Pendidikan Formal yang
Tinggi”.
K. Struktur: kekaburan predikat
Kenyataan bahwa di sekolah
dan di perguruan tinggi, orang Kenyataan bahwa di sekolah dan di perguruan
hanya ‘mempelajari’ teori, tinggi, orang hanya ‘mempelajari’ teori,
sedangkan di masyarakat, sedangkan di masyarakat, orang betul-betul
45. √
orang betul-betul belajar untuk belajar untuk hidup melalui beraneka ragam
hidup melalui beraneka ragam pengalaman adalah benar.
pengalaman.
(hlm. 104) Pada kenyataannya, di sekolah dan di perguruan
tinggi orang hanya...
Bahkan, Einstein tidak Kehematan kata: penggunaan awalan ter- sudah
mempunyai reputasi mengartikan paling.
pendidikan formal yang bagus,
tetapi melalui usahanya untuk Bahkan, Einstein tidak mempunyai reputasi
46. √
belajar dan melakukan pendidikan formal yang bagus, tetapi melalui
penelitian sendiri di usahanya untuk belajar dan melakukan penelitian
masyarakat, ia terbukti sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli
menjadi ahli fisika yang sangat fisika termasyhur di dunia.

101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

termasyhur di dunia.
(hlm. 104) Bahkan, Einstein tidak mempunyai reputasi
pendidikan formal yang bagus, tetapi melalui
usahanya untuk belajar dan melakukan penelitian
sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli
fisika yang sangat masyhur di dunia.
K. struktur: dalam kalimat tunggal, tidak boleh
Misalnya, kalian dapat
muncul konjungsi intrakalimat, apalagi diletakkan
membuat teks eksposisi
di awal kalimat.
tentang pentingnya pendirian
47. √
koperasi sekolah atau perlunya
..., misalnya kalian dapat membuat teks eksposisi
pengaturan ekonomi keluarga.
tentang pentingnya pendirian koperasi sekolah
(hlm. 106)
atau perlunya pengaturan ekonomi keluarga.
K. struktur: penyatuan antara ide dan struktur
kalimat kurang tepat dengan kehadiran konjungsi
Pak dosen tidak menjawab
“tidak... melainkan” .
sendiri, melainkan
Konjungsi “melainkan” berpasangan dengan
48. melemparkannya kepada √
“bukan”; “tidak... tetapi”
Ahmad.
(hlm. 112)
Pak dosen tidak menjawab sendiri, tetapi
melemparkannya kepada Ahmad.
K. struktur: penggunaan bentuk di- yang kurang
“Saudara Ahmad, coba
tepat
dijawab pertanyaan Saudara
49. √
Ali tadi,”
“Saudara Ahmad, coba kamu jawab pertanyaan
(hlm. 112)
Saudara Ali tadi,”
Pembuat jembatan itu itu harus Kecermatan: penulisan kata “itu” yang berulang
50. dihukum. √
(hlm. 119) Pembuat jembatan itu harus dihukum.
Seorang kerabat si Tukang Ejaan: kesalahan penggunaan huruf kapital pada
51. √
Pedati mengadukan seorang nama diri; pembuat jembatandan yang mulia

102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pembuat jembatan kepada hakim.


yang mulia hakim karena
jembatan yang dibuatnya Seorang kerabat si Tukang Pedati mengadukan
runtuh yang menyebabkan si seorang Pembuat Jembatan kepada Yang Mulia
Tukang Pedati terjatuh ke Hakim karena jembatan yang dibuatnya runtuh
sungai dan kehilangan pedati yang menyebabkan si Tukang Pedati terjatuh ke
beserta barang dagangannya. sungai dan kehilangan pedati beserta barang
(hlm. 121) dagangannya.
Pada malam Jumat, paling Ejaan: kesalahan penggunaan istilah “blusukan”
banyak ditemukan politisi yang seharusnya dicetak miring
melakukan blusukan, termasuk
52. Darman (maaf bukan nama √ Pada malam Jumat, paling banyak ditemukan
sebenarnya dan bukan politisi melakukan blusukan, termasuk Darman
sebenarnya nama). (maaf bukan nama sebenarnya dan bukan
(hlm. 122) sebenarnya nama).
Ejaan: penggunaan istilah “blusukan” yang
Bacalah teks anekdot yang
seharusnya dicetak miring
berjudul “Politisi Blusukan
53. √
Banjir” berikut ini.
Bacalah teks anekdot yang berjudul “Politisi
(hlm. 122)
Blusukan Banjir” berikut ini.
Ejaan: penggunaan istilah “blusukan” yang
Semuanya dia kenal, para seharusnya dicetak miring
54. politisi sedang blusukan. √
(hlm. 122) Semuanya dia kenal, para politisi sedang
blusukan.
Ejaan: penggunaan istilah “blusukan” yang
Tulis ulanglah anekdot
seharusnya dicetak miring
“Politisi Blusukan Banjir”
55. tersebut dengan menyisipkan √
Tulis ulanglah anekdot “Politisi Blusukan Banjir”
beberapa dialog.
tersebut dengan menyisipkan beberapa dialog.
(hlm. 123)

103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kehematan kata: penggunaan kata tanpa


disangka-sangka dan tiba-tiba yang bermakna
Tanpa disangka-sangka, tiba- sama secara bersamaan
tiba datang petugas dan
56. menegur Azam dengan suara √ Tiba-tiba datang petugas dan menegur Azam
tegas. dengan suara tegas.
(hlm. 125)
Tanpa disangka-sangka, datang petugas dan
menegur Azam dengan suara tegas.
Ejaan: kesalahan penggunaan huruf kapital pada
“Tidak tahu. Apa gerangan
kata Jawab
yang telah saya perbuat?”
57. √
Jawab Azam.
“Tidak tahu. Apa gerangan yang telah saya
(hlm. 125)
perbuat?” jawab Azam.
Kehematan kata: kehadiran konjungsi yaitu dan
antaralain secara bersamaan
Pada puisi tersebut terdapat
pengandaian yang Pada puisi tersebut terdapat pengandaian yang
disampaikan dengan metafora, disampaikan dengan metafora, yaitu “Negeri kita
58. √
yaitu antara lain “Negeri kita ini negeri sampah”.
ini negeri sampah”.
(hlm. 129) Pada puisi tersebut terdapat pengandaian yang
disampaikan dengan metafora, antara lain “Negeri
kita ini negeri sampah”.
Ejaan: khususnya penulisan kata ke luar sebagai
Lalu, tadi pagi terdapat sebuah
lawan dari kata masuk
mobil diparkir di depan jalan
59. √
ke luar kami.
Lalu, tadi pagi terdapat sebuah mobil diparkir di
(hlm. 130)
depan jalan keluar kami.
Saya kira mereka masih 1. Ejaan: penggunaan tanda titik dua
60. √ √
tertidur karena mereka

104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berpesta-pora sampai larut 2. Kehematan kata: “ketuk-ketuk” berarti


malam sehingga saya ketuk- mengetuk secara terus-menerus. Jika
ketuk terus dengan keras: dihadirkan terus di belakangnya, bentuk itu
pintu, jendela, dan apa pun menjadi boros/tidak hemat
yang dapat saya ketuk dalam
jangkauan. Saya kira mereka masih tertidur karena berpesta-
(hlm. 130) pora sampai larut malam sehingga saya ketuk
terus dengan keras pintu, jendela, dan apapun
yang dapat saya ketuk dalam jangkauan.
Kehematan kata: penggunaan kata di sisi dan
sebelah bersamaan
Rumah susun ini terbagi
menjadi dua sisi dan itu adalah Rumah susun ini terbagi menjadi dua sisi dan itu
61. pesta orang yang tinggal di sisi √ adalah pesta orang yang tinggal di sisi belakang.
sebelah belakang.
(hlm. 130) Rumah susun ini terbagi menjadi dua sisi dan itu
adalah pesta orang yang tinggal di sebelah
belakang.
Ejaan: kesalahan penulisan kata ke luar sebagai
Saya masih belum tahu mobil
lawan dari kata masuk.
siapa yang menghalangi jalan
62. √
ke luar kami itu.
Saya masih belum tahu mobil siapa yang
(hlm. 130)
menghalangi jalan keluar kami itu.
Judul apakah yang menurut Ejaan: penggunaan tanda seru yang tidak tepat
63. kalian tepat! √
(hlm. 131) Judul apakah yang menurut kalian tepat?
Misalnya, pelakunya adalah K. struktur: misalnya merupakan
orang yang kalian kenal, konjungsiintrakalimat yang tidak mungkin hadir
64. tempat kejadianya adalah √ di awal kalimat dan kalimat tunggal.
lingkungan yang kalian
ketahui, dan persoalannya ..., misalnya pelakunya adalah orang yang kalian

105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

adalah persoalan sehari-hari kenal, tempat kejadianya adalah lingkungan yang


yang biasa kita hadapi semua. kalian ketahui, dan persoalannya adalah persoalan
(hlm. 131) sehari-hari yang biasa kita hadapi semua.
Buatlah anekdot yang
Kecermatan: kesalahan penulisan kata frustrasi
menggambarkan situasi lucu,
konyol, frustasi, dan tidak
65. √ Buatlah anekdot yang menggambarkan situasi
nyaman di salah satu tempat
lucu, konyol, frustrasi, dan tidak nyaman di salah
tersebut.
satu tempat tersebut.
(hlm. 132)
Buatlah anekdot yang
Kecermatan: kesalahan penulisan kata frustrasi
menggambarkan situasi lucu,
konyol, frustasi, dan tidak
66. √ Buatlah anekdot yang menggambarkan situasi
nyaman di lingkungan sekolah
lucu, konyol, frustrasi, dan tidak nyaman di
kalian.
lingkungan sekolah kalian.
(hlm. 132)
Ejaan: kesalahan penulisan kata antar
Carilah buku yang berisi hasil
67. perundingan antar negara. √
Carilah buku yang berisi hasil perundingan
(hlm. 134)
antarnegara.
Kehematan kata: penggunaan tujuan dan untuk
bersamaan
Tujuan negosiasi adalah untuk
mengurangi perbedaan posisi Tujuan negosiasi adalah mengurangi perbedaan
68. √
setiap pihak. posisi setiap pihak.
(hlm. 135)
Negosiasi adalah untuk mengurangi perbedaan
posisi setiap pihak.
Ejaan: Penggunaan tanda tanya yang tidak tepat
Jelaskan tata organisasi yang
69. ada di sebuah perusahaan? √
Jelaskan tata organisasi yang ada di sebuah
(hlm. 137)
perusahaan!

106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Setelah para karyawan sebuah


perusahaan di bidang Kepaduan makna: penggunaan kata yang berbelit-
elektronika melakukan aksi belit dan tidak padu
mogok kerja dengan
melakukan demonstrasi di
70. √ Akhirnya, wakil perusahaan di bidang
depan kantor perusahaan,
elektronika itu menerima wakil para
akhirnya wakil perusahaan itu
menerima wakil para karyawan yang berdemonstrasi di depan
karyawan untuk berdialog. kantor untuk berdialog.
(hlm. 138)
Kalian telah tahu bahwa Kehematan kata: Bentuk negosiasi adalah bentuk
negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencari
interaksi sosial yang berfungsi penyelesaian bersama di antara pihak-pihak yang
untuk mencari penyelesaian mempunyai perbedaan kepentingan yang diulang-
71. √
bersama di antara pihak-pihak ulang dalam satu bacaan, menjadi kejenuhan bagi
yang mempunyai perbedaan pembaca dan membuat kalimat menjadi panjang.
kepentingan.
(hlm. 146) Telah kalian ketahui definisi negosiasi.
K. struktur: misalnya merupakan konjungsi
Misalnya, transaksi terjadi
intrakalimat yang tidak mungkin hadir di awal
antara orang Indonesia dan
kalimat dan pada kalimat tunggal
orang Indonesia atau antara
72. orang Indonesia dan orang √
..., misalnya, transaksi terjadi antara orang
asing yang berasal dari lebih
Indonesia dan orang Indonesia atau antara orang
dari satu negara.
Indonesia dan orang asing yang berasal dari lebih
(hlm. 152)
dari satu negara.
Bayangkan, calon pengimpor Kepaduan makna: penggunaan bentuk “ surat
itu dapat berbahasa Indonesia yang ditulis dengan bahasa Indonesia”
73. sehingga pengusaha tersebut √
menawarkan barangnya lewat Bayangkan, calon pengimpor itu dapat berbahasa
surat yang ditulis dengan Indonesia sehingga pengusaha tersebut

107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahasa Indonesia. menawarkan barangnya lewat surat berbahasa


(hlm. 157) Indonesia.
Kepaduan makna: penggunaan bentuk dalam
Saya berharap kita dapat waktu yang tidak terlalu lama terlalu panjang dan
bekerja sama dalam waktu bisa ditulis langsung dalam waktu dekat
74. √
yang tidak terlalu lama.
(hlm. 158) Saya berharap kita dapat bekerja sama dalam
waktu dekat.
Kalian diharapkan memiliki Kepaduan makna: penulisan bentuk panjang jenis-
kemampuan untuk jenis teks yang berbeda-beda secara berganti-
menyampaikan satu tema ganti dapat ditulis langsung dengan jenis teks
dengan jenis-jenis teks yang yang berbeda secara berganti-ganti.
berbeda-beda secara berganti-
75. √
ganti dan kemampuan untuk Kalian diharapkan memiliki kemampuan untuk
menggunakan campuran dari menyampaikan satu tema dengan jenis-jenis teks
beberapa jenis teks dalam yang berbeda secara bergantian dan kemampuan
menyampaikan sesuatu. untuk menggunakan campuran dari beberapa jenis
(hlm. 166) teks dalam menyampaikan sesuatu.
Selain 11 binatang paling
Ejaan: penulisan kata; angka dan lambang
langka di Indonesia, masih
bilangan
terdapat hewan-hewan langka
lainnya yang oleh IUCN
Selain sebelas binatang paling langka di
76. Redlist dimasukkan ke dalam √
Indonesia, masih terdapat hewan-hewan langka
status konservasi (terancam
lainnya yang oleh IUCN Redlist dimasukkan ke
punah). Satu tingkat di bawah
dalam status konservasi (terancam punah). Satu
kritis.
tingkat di bawah kritis.
(hlm. 169)
Selain itu, kalian juga bisa Ejaan: tidak adanya penggunaan tanda baca titik
menambahkan ukuran dan di akhir kalimat
77. √
keadaan kandangnya (luas atau
tidak, bersih atau tidak) Selain itu, kalian juga bisa menambahkan ukuran

108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(hlm. 171) dan keadaan kandangnya (luas atau tidak, bersih


atau tidak).
Kehematan kata: bentuk antara lain dan adalah
sama-sama bertugas sebagai pemerinci jadi tidak
Beberapa langkah yang harus
perlu digunakan bersamaan.
dilakukan dalam usaha
pelestarian binatang langka,
78. √ Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam
antara lain, adalah sebagai
usaha pelestarian binatang langka, antara lain:
berikut.
(hlm. 172)
Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam
usaha pelestarian binatang adalah sebagai berikut.
Tidak melakukan perburuan K. struktur: ketidakjelasan predikat kalimat
binatang langka dan
melaporkan setiap aktivitas Tidak melakukan perburuan binatang langka dan
79. √
perburuan langka tersebut melaporkan setiap aktivitas perburuan langka
kepada pihak berwajib. tersebut kepada pihak berwajib akan efektif jika
(hlm. 173) ada kesadaran ....
Kepaduan makna: penulisan kalimat tentang
Teks yang demikian itu
sesuatu itu berada dalam keadaan seperti yang
mengandung penjelasan
kita lihat sekarang itu terlalu berbelit-belit
tentang sesuatu itu berada
80. √
dalam keadaan seperti yang
Teks yang demikian itu mengandung penjelasan
kita lihat sekarang.
tentang keberadaan sesuatu seperti yang kita lihat
(hlm. 175)
sekarang.
K. struktur: misalnya merupakan konjungsi
Misalnya, gajah diburu untuk
intrakalimat yang tidak mungkin hadir di awal
diambil gadingnya, harimau
kalimat dan pada kalimat tunggal
diburu untuk diambil kulitnya,
81. √
kura-kura diburu untuk
..., misalnya gajah diburu untuk diambil
diambil cangkangnya.
gadingnya, harimau diburu untuk diambil
(hlm. 176)
kulitnya, kura-kura diburu untuk diambil

109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

cangkangnya.

Jadi, melalui teks, kita Kepaduan makna: bentuk kebahasaan tersebut


menjalani hidup. Melalui teks, masih terpecah-pecah.
82. kita berkomunikasi dengan √
sesama. Jadi, melalui teks, kita menjalani hidup dan
(hlm. 176) berkomunikasi dengan sesama.
Program Akselerasi sangat
Ejaan: penulisan huruf kapital
dibutuhkan oleh pelajar yang
83. mempunyai ritme belajar √
Program akselerasi sangat dibutuhkan oleh pelajar
cepat.
yang mempunyai ritme belajar cepat.
(hlm. 177)
Kehematan kata: bentuk kebahasaan dari
Pelajaran 3 tentang ekposisi sudah menjelaskan
bahwa pelajaran itu sudah berlangsung, jadi tidak
Dari Pelajaran 3 tentang perlu hadir sebelumnya setelah bentuk itu.
eksposisi sebelumnya, kalian
84. √
mengetahui tahap .... Dari Pelajaran 3 tentang eksposisi, kalian
(hlm. 179) mengetahui tahap ....

Dari pelajaran tentang eksposisi sebelumnya,


kalian mengetahui tahap ....
K. struktur: ketidakjelasan predikat
Kenyataan bahwa sebagian di
Pada kenyataannya, sebagian di antara kita tidak
antara kita tidak dapat
dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
85. berbahasa Indonesia dengan √
baik dan benar.
Kenyataan bahwa sebagian di antara kita tidak
(hlm. 183)
dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar
itu benar.

110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lalu, kalian akan membuat


Ejaan: penulisan huruf kapital pada “Bahasa”
teks tentang Bahasa A yang
perlu dijaga dan
86. √ Lalu, kalian akan membuat teks tentang bahasa A
dikembangkan agar tidak
yang perlu dijaga dan dikembangkan agar tidak
punah.
punah.
(hlm. 187)
Dengan demikian, kalian akan
Ejaan: penulisan huruf kapital pada “Bahasa”
menghasilkan teks eksposisi
yang berisi usulan mengenai
Dengan demikian, kalian akan menghasilkan teks
87. upaya yang harus dilakukan √
eksposisi yang berisi usulan mengenai upaya yang
agar Bahasa A tersebut tidak
harus dilakukan agar bahasa A tersebut tidak
punah.
punah.
(hlm. 187)
Kemudian keluarkanlah kartrid
Ejaan: kesalahan penggunaan tanda baca titik
toner baru dari kemasannya.
88. lalu lepaskan pita kemasan √
Kemudian keluarkanlah kartrid toner baru dari
kartrid.
kemasannya lalu lepaskan pita kemasan kartrid.
(hlm. 188)
1. Ejaan: kesalahan penulisan partikel pun
Terakhir, tutuplah penutup 2. K. Struktur: Penggunaan konjungsi
bagian depan printer dan intrakalimat dan pada kalimat tunggal dan di
pastikan tertutup secara awal kalimat
89. √ √
sempurna. Dan printerpun siap
untuk digunakan kembali. Terakhir, tutuplah penutup bagian depan printer
(hlm. 188) dan pastikan tertutup secara sempurna dan printer
pun siap untuk digunakan kembali.
Setelah itu, Gunakan bagian Ejaan: penulisan huruf kapital yang tidak tepat
pegangan pada kartrid toner
90. untuk memasukkan kartrid √ Setelah itu, gunakan bagian pegangan pada kartrid
secara perlahan ke dalam toner untuk memasukkan kartrid secara perlahan
printer dan sesuaikan tab pada ke dalam printer dan sesuaikan tab pada sisi

111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sisi kartrid dengan alur yang kartrid dengan alur yang ada di dalam printer,
ada di dalam printer, sehingga sehingga kartrid toner berada di posisi yang benar
kartrid toner berada di posisi sampai terkunci di tempatnya semula.
yang benar sampai terkunci di
tempatnya semula.
(hlm. 188)
K. struktur: penggunaan konjungsi intrakalimat
Atau, kalian dapat meminta
tapi di awal kalimat
izin untuk mengamati alat
91. pencetak yang ada di sekolah √
... atau kalian dapat meminta izin untuk
kalian.
mengamati alat pencetak yang ada di sekolah
(hlm. 189)
kalian.

112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Catatan:

1. Tanda (√) digunakan untuk menandai tipe kesalahan data


2. Kode K1 dipakai untuk menandai kesalahan kalimat dalam kesepadanan struktur
3. Kode K2 dipakai untuk menandai kesalahan kalimat dalam keparalelan bentuk
4. Kode K3 dipakai untuk menandai kesalahan kalimat dalam ketegasan makna
5. Kode K4 dipakai untuk menandai kesalahan kalimat dalam kehematan kata
6. Kode K5 dipakai untuk menandai kesalahan kalimat dalam kecermatan dan kesantunan
7. Kode K6 dipakai untuk menandai kesalahan kalimat dalam kepaduan makna
8. Kode K7 dipakai untuk menandai kesalahan kalimat dalam kelogisan makna

Data di atas telah diperiksa dan dicek keabsahannya oleh pakar dalam bidang ejaan dan kalimat, yaitu Dr. Y. Karmin, M.Pd. Data
untuk triangulasi diserahkan pada penyidik pada tanggal 16 Juli 2014 dan diserahkan kembali pada peneliti pada Senin, 21 Juli 2014
untuk diperbaiki.

Mengetahui,

Yogyakarta, 8 Agustus 2014


Triangulator

Dr. Y. Karmin, M.Pd

113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TRIANGULASI DATA

Di bawah ini merupakan analisis data sebab-sebab kesalahan berbahasa dari penelitian yang berjudul “Tipe-Tipe Kesalahan
Berbahasa dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013”. Penyidik diminta untuk
memeriksa dan mengecek kembali data yang diperoleh peneliti untuk keperluan keabsahan sebab-sebab kesalahan berbahasa dalam
Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013. Penyidik yang ditunjuk oleh peneliti untuk
melakukan pengecekan kembali ini data ialah pakar bidang kalimat, Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd.

Jenis sebab-sebab kesalahan:

(1) Kesalahan interferensi bahasa ibu


(2) Overgeneralisasi
(3) Ketidakcermatan
(4) Penerapan kaidah kebahasaan yang tidak sempurna karena kurangnya pengetahuan atau ketidakpahaman pemakai bahasa
mengenai kaidah-kaidah bahasa
(5) Materi dan metode mengajar bahasa yang lemah/keliru,

114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 1.2 Data Sebab Kesalahan Ejaan

PENYIDIK
NO. DATA TIPE KESALAHAN PEMBETULAN SEBAB
SETUJU TIDAK
Perilaku berbahasa
yang tidak cermat
Kesalahan
Tanda “^” berarti ‘diikuti Kurangnya tanda
pemakaian tanda Tanda “^” berarti
1. oleh. petik tunggal yang √
baca: pemakaian ‘diikuti oleh’.
(hlm. 6) mengapit kata. Hal
tanda petik tunggal
ini disebabkan oleh
ketidakcermatan
dalam penulisan.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
Tulislah satu kalimat untuk Tulislah satu kalimat kebahasaan
setiap tahap, dan usahakan Kesalahan untuk setiap tahap dan
kalimat itu telah mencakupi pemakaian tanda usahakan kalimat itu Kehadiran tanda
2. √
isi pada tahap yang baca: pemakaian telah mencakupi isi koma di depan dan
dimaksud! tanda koma pada tahap yang adalah bentuk yang
(hlm. 16) dimaksud! tidak tepat.
Kesalahan seperti
ini diakibatkan oleh
kekeliruan

115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menerapkan
kebahasaan.
Ketidakcermatan
dalam penulisan

Komodo hampir punah yang, Semua tanda koma


Kesalahan Komodo hampir punah,
antara lain, disebabkan oleh dalam kalimat itu
pemakaian tanda antara lain disebabkan
3. kematian sebagai akibat dari kurang tepat √
baca: pemakaian oleh kematian sebagai
perkelahian. peletakannya. Hal
tanda koma akibat dari perkelahian.
(hlm. 32) ini disebabkan oleh
penulis yang tidak
cermat meletakkan
tanda baca koma.
Ketidakcermatan
Kalian sekarang
dalam penulisan
melanjutkan tahap
Kalian sekarang melanjutkan
pendidikan ke sekolah
tahap pendidikan ke sekolah Pemakaian tanda
menengah atas (SMA),
menengah atas (SMA), kurung seharusnya
madrasah aliyah (MA),
madrasah aliyah (MA), konsisten. Setiap
Kesalahan sekolah menengah
sekolah menengah kejuruan singkatan harus
pemakaian tanda kejuruan (SMK), atau
4. (SMK), atau madrasah aliyah diapit tanda √
baca: pemakaian madrasah aliyah
kejuruan MAK karena telah kurung.
tanda kurung kejuruan (MAK) karena
berhasil menempuh tahap Hal ini disebabkan
telah berhasil
pendidikan sebelumnya di oleh
menempuh tahap
sekolah menengah pertama. ketidakcermatan
pendidikan sebelumnya
(hlm. 38) dalam penulisan
di sekolah menengah
akibat faktor
pertama.
kurangnya

116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perhatian atau
kelalaian.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
Polisi penguji kebahasaan
Polisi penguji menyatakan
menyatakan bahwa
bahwa orang yang
Kesalahan penulisan orang yang Penulisan angka
pengalaman mengendarai
kata: penulisan berpengalaman dalam kalimat
5. sepeda motor kurang dari 1 √
angka dan lambang mengendarai sepeda tersebut belum
tahun sering gagal dalam
bilangan motor kurang dari satu memenuhi kaidah
ujian.
tahun sering gagal dalam PUEYD.
(hlm. 58)
dalam ujian. (tidak semua
penulisan angka dan
lambang bilangan
dalam buku salah)
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
Khusus untuk SIM C, di Di daerah lain, kebahasaan
daerah lain pembuat SIM Kesalahan penulisan pembuatan SIM C baru
baru harus mengikuti 3 ujian, kata: penulisan harus mengikuti tiga Penulisan angka
6. √
yaitu ujian praktik, ujian jalan angka dan lambang ujian, yaitu ujian dalam kalimat
raya, dan ujian tulis. bilangan praktik, ujian jalan belum memenuhi
(hlm. 59) raya, dan ujian tulis. aturan dalam
PUEYD. Hal ini
disebabkan oleh
penerapan kaidah

117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kebahasaan yang
tidak sempurna
oleh penulis.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan

Penulisan angka
Kesalahan penulisan
Terdapat 4 butir pada teks dalam kalimat
kata: penulisan Terdapat empat butir
7. tersebut. belum memenuhi √
angka dan lambang pada teks tersebut.
(hlm. 59) aturan dalam
bilangan
PUEYD. Hal ini
disebabkan oleh
penerapan kaidah
kebahasaan yang
tidak sempurna
oleh penulis.
Perilaku berbahasa
yang tidak cermat
Akan tetapi, konjungsi jika Akan tetapi, konjungsi
atau apabila yang menjadi Kesalahan jika atau apabila yang
Ketidakcermatan
pedoman lain untuk pemakaian huruf menjadi pedoman lain
mengakibatkan
8. menentukan kompleksitas itu kapital dan huruf untuk menentukan √
penulis lalai untuk
tidak ditemukan pada teks miring: pemakaian kompleksitas itu tidak
mencetak miring
tersebut. huruf miring ditemukan pada teks
kata yang
(hlm. 59) tersebut.
ditekankan dalam
kalimat.

118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Perilaku berbahasa
yang tidak cermat
Indonesia menjadi buah
Indonesia menjadi buah bibir
bibir pada saat
pada saat pelaksanaan Sidang Tanda baca koma
Kesalahan pelaksanaan Sidang
Tahunan International seharusnya hadir di
pemakaian tanda Tahunan International
9. Monetery Fund (IMF)/World antara tahun dan √
baca: pemakaian Monetery Fund
Bank (WB) 2012 Tokyo, 9— kota. Hal ini
tanda koma (IMF)/World Bank
14 Oktober 2012 lalu. merupakan suatu
(WB) 2012, Tokyo, 9—
(hlm. 82) ketidakcermatan
14 Oktober 2012 lalu.
yang dilakukan
penulis.
Perilaku berbahasa
yang tidak cermat
Indonesia menjadi buah
Indonesia menjadi buah bibir
bibir pada saat
pada saat pelaksanaan Sidang Kesalahan Ketidakcermatan
pelaksanaan Sidang
Tahunan International pemakaian huruf menyebabkan
Tahunan International
10. Monetery Fund (IMF)/World kapital dan huruf penulis lalai untuk √
Monetery Fund
Bank (WB) 2012 Tokyo, 9— miring: pemakaian mencetak miring
(IMF)/World Bank
14 Oktober 2012 lalu. huruf miring kata yang
(WB) 2012, Tokyo, 9—
(hlm. 82) seharusnya tercetak
14 Oktober 2012 lalu.
miring falam
kalimat.
Melihat potensi yang Melihat potensi yang Ketidakpahaman
sedemikian besar, dalam sedemikian besar, pemakai bahasa
beberapa side meeting sidang Kesalahan penulisan dalam beberapa side mengenai kaidah
11. √
IMF yang sempat saya ikuti, unsur serapan meeting sidang IMF kebahasaan
para investor asing yang sempat saya ikuti,
mengharapkan makin banyak para investor asing Side

119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pilihan investasi di Indonesia. mengharapkan makin meetingmerupakan


(hlm. 82) banyak pilihan investasi istilah asing yang
di Indonesia. belum diserap
sempurna. Oleh
karena itu,
penulisannya harus
dicetak miring.
Dalam buku,
penulisan istilah
asing seperti itu
belum tercetak
miring.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
Terdapat 4 argumentasi yang kebahasaan
Terdapat empat
disampaikan oleh penulis
Kesalahan penulisan argumentasi mengenai
mengenai kepercayaan bahwa Penulisan angka
kata: penulisan kepercayaan bahwa
12. jamu tradisional masih belum memenuhi √
angka dan lambang jamu tradisional masih
mengungguli obat-obatan aturan PUEYD.
bilangan mengungguli obat-
modern. Hal ini disebabkan
obatan modern.
(hlm. 90) penulis kurang
sempurna
menerapkan kaidah
kebahasaan
Di Uni Eropa untuk Kesalahan Di Uni Eropa, untuk Ketidakpahaman
13. memasuki pintu gerbang pemakaian tanda memasuki pintu pemakai bahasa √
budaya setiap negara, semua baca: pemakaian gerbang budaya setiap mengenai kaidah

120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

orang tentu telah mengenal tanda koma negara, semua orang kebahasaan
kebijakan Europass tentu telah mengenal
Language Passport yang kebijakan Europass Tanda koma
dikeluarkan oleh the Council Language Passport seharusnya hadir
of Europe dengan dokumen yang dikeluarkan oleh membatasi bentuk
teknis Common European the Council of Europe keterangan dalam
Framework of Reference dengan dokumen teknis kalimat. Kesalahan
(CEFR) for Languages. Common European ini akibat penulis
(hlm. 92) Framework of kurang paham
Reference (CEFR) for tentang aturan
Languages. peletakan tanda
koma.
Selain berguna untuk
Selain berguna untuk Ketidakpaham
penghormatan atas
penghormatan atas adanya mengenai kaidah
adanya perbedaan
perbedaan bahasa kebangsaan Kesalahan
bahasa kebangsaan
negara anggota Asean, pemakaian huruf Ketidakcermatan
negara anggota Asean,
14. sebagaimana disebutkan kapital dan huruf penulis dalam √
sebagaimana
dalam Cetak Biru Komunitas miring: pemakaian penulisan terlihat
disebutkan dalam Cetak
Sosial Budaya Asean, huruf miring dalam kata yang
Biru Komunitas Sosial
kebijakan ini juga .... luput dicetak
Budaya Asean,
(hlm. 93) miring.
kebijakan ini juga ....
Seorang kerabat si Tukang Seorang kerabat si Ketidakpahaman
Kesalahan
Pedati mengadukan seorang Tukang Pedati pemakai bahasa
pemakaian huruf
pembuat jembatan kepada mengadukan seorang mengenai kaidah
15. kapital dan huruf √
yang mulia hakim karena Pembuat Jembatan kebahasaan
miring: pemakaian
jembatan yang dibuatnya kepada Yang Mulia
huruf kapital
runtuh yang menyebabkan si Hakim karena jembatan Penyebutan nama

121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tukang Pedati terjatuh ke yang dibuatnya runtuh diri seharusnya


sungai dan kehilangan pedati yang menyebabkan si menggunakan
beserta barang dagangannya. Tukang Pedati terjatuh huruf kapital.
(hlm. 121) ke sungai dan Kekurangpahaman
kehilangan pedati penulis tentang
beserta barang kaidah
dagangannya. menyebabkan
sebagian nama diri
dalam teks tidak
ditulis dengan
huruf kapital.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan
Pada malam Jumat,
Pada malam Jumat, paling Blusukan diserap
paling banyak
banyak ditemukan politisi dari bahasa Jawa
ditemukan politisi
melakukan blusukan, dan seharusnya
Kesalahan penulisan melakukan blusukan,
16. termasuk Darman (maaf tercetak miring. √
unsur serapan termasuk Darman (maaf
bukan nama sebenarnya dan Blusukan yang
bukan nama sebenarnya
bukan sebenarnya nama). belum tercetak
dan bukan sebenarnya
(hlm. 122) miring tersebut
nama).
dikarenakan
penulis tidak
menerapkan kaidah
secara sempurna
dalam penulisan.

122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ketidakpahaman
Bacalah teks anekdot yang Bacalah teks anekdot
pemakai bahasa
berjudul “Politisi Blusukan Kesalahan penulisan yang berjudul “Politisi
17. mengenai kaidah √
Banjir” berikut ini. unsur serapan Blusukan Banjir”
kebahasaan
(hlm. 122) berikut ini.
Ketidakpahaman
Semuanya dia kenal, para Semuanya dia kenal,
Kesalahan penulisan pemakai bahasa
18. politisi sedang blusukan. para politisi sedang √
unsur serapan mengenai kaidah
(hlm. 122) blusukan.
kebahasaan
Penerapan kaidah
kebahasaan yang
tidak sempurna
Tulis ulanglah anekdot Tulis ulanglah anekdot
Penulisan kata
“Politisi Blusukan Banjir” “Politisi Blusukan
Kesalahan penulisan bahasa Jawa
19. tersebut dengan menyisipkan Banjir” tersebut dengan √
unsur serapan seharusnya dicetak
beberapa dialog. menyisipkan beberapa
miring karena
(hlm. 123) dialog.
belum terserap
sepenuhnya ke
dalam bahasa
Indonesia
Ketidakpahaman
Kesalahan pemakai bahasa
“Tidak tahu. Apa gerangan “Tidak tahu. Apa
pemakaian huruf mengenai kaidah
yang telah saya perbuat?” gerangan yang telah
20. kapital dan huruf kebahasaan √
Jawab Azam. saya perbuat?” jawab
miring: pemakaian
(hlm. 125) Azam.
huruf kapital Kata jawab
seharusnya tidak

123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perlu menggunakan
huruf kapital.
Kesalahan seperti
ini adalah akibat
penulis tidak
paham kaidah
penulisan huruf
kapital.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan

Lalu, tadi pagi terdapat Lalu, tadi pagi terdapat Dalam hal ini ke
Kesalahan penulisan
sebuah mobil diparkir di sebuah mobil diparkir luar yang
21. kata: penulisan kata √
depan jalan ke luar kami. di depan jalan keluar dimaksud ialah
dasar keluar
(hlm. 130) kami. lawan dari kata
masuk, jadi
penulisannya harus
disambung karena
keluar merupakan
kata dasar
Saya kira mereka masih Saya kira mereka masih Ketidakpahaman
tertidur karena mereka Kesalahan tertidur karena pemakai bahasa
berpesta-pora sampai larut pemakaian tanda berpesta-pora sampai mengenai kaidah
22. √
malam sehingga saya ketuk- baca: pemakaian larut malam sehingga kebahasaan
ketuk terus dengan keras: tanda titik dua saya ketuk terus dengan
pintu, jendela, dan apa pun keras pintu, jendela, Penulis belum

124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang dapat saya ketuk dalam dan apapun yang dapat paham mengenai
jangkauan. saya ketuk dalam kaidah penggunaan
(hlm. 130) jangkauan. titik dua yang
bertugas untuk
memerinci dan
tidak digunakan
jika yang diperinci
merupakan bagian
dari kalimat seperti
kalimat tersebut.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan

Saya masih belum tahu mobil Saya masih belum tahu


Dalam hal ini ke
Kesalahan penulisan
siapa yang menghalangi jalan mobil siapa yang
luar yang
23. kata: penulisan kata √
ke luar kami itu. menghalangi jalan
dimaksud ialah
dasar keluar
(hlm. 130) keluar kami itu. lawan dari kata
masuk, jadi
penulisannya harus
disambung karena
keluar merupakan
kata dasar.
Kesalahan Perilaku berbahasa
Judul apakah yang menurut
pemakaian tanda Judul apakah yang yang tidak cermat
25. kalian tepat! √
baca: pemakaian menurut kalian tepat?
(hlm. 131)
tanda seru Kesalahan seperti

125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

itu menunjukkan
penulis tidak
cermat dalam
menggunakan
tanda baca dalam
kalimat.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan

Penulisan antar
seharusnya
Carilah buku yang berisi hasil Kesalahan penulisan Carilah buku yang
dirangkai dengan
26. perundingan antar negara. kata: penulisan kata berisi hasil perundingan √
kata berikutnya.
(hlm. 134) turunan antarnegara.
Pengajaran selama
ini kurang
menekankan hal itu
sehingga penulisan
seperti ini banyak
ditemukan dalam
bahasa tulis.
Perilaku berbahasa
Kesalahan yang tidak cermat
Jelaskan tata organisasi yang Jelaskan tata organisasi
pemakaian tanda
27. ada di sebuah perusahaan? yang ada di sebuah √
baca: pemakaian Tidak telitinya
(hlm. 137) perusahaan!
tanda tanya penulis
menyebabkan

126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kesalahan
penggunaan tanda
baca pada kalimat
perintah. Tidak
semua penggunaan
tanda baca dalam
kalimat salah,
sehingga kesalahan
seperti ini bisa
terjadi jika penulis
tidak teliti
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan
Selain sebelas binatang
Selain 11 binatang paling
paling langka di
langka di Indonesia, masih Penulisan angka
Indonesia, masih
terdapat hewan-hewan langka yang belum sesuai
Kesalahan penulisan terdapat hewan-hewan
lainnya yang oleh IUCN kaidah
kata: penulisan langka lainnya yang
28. Redlist dimasukkan ke dalam menunjukkan √
angka dan lambang oleh IUCN Redlist
status konservasi (terancam penulis tidak
bilangan dimasukkan ke dalam
punah). Satu tingkat di bawah menerapkan kaidah
status konservasi
kritis. secara sempurna.
(terancam punah). Satu
(hlm. 169) Tidak semua
tingkat di bawah kritis.
penulisan dalam
buku ini salah. Hal
ini menunjukkan
bahwa penulis

127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebenarnya
mengetahui kaidah
penulisan angka,
tetapi tidak
sempurna dalam
menerapkannya.

Selain itu, kalian juga Perilaku berbahasa


bisa menambahkan yang tidak cermat
Selain itu, kalian juga bisa ukuran dan keadaan
Kesalahan
menambahkan ukuran dan kandangnya (luas atau Kurangnya tanda
pemakaian tanda
29. keadaan kandangnya (luas tidak, bersih atau tidak). titik di akhir √
baca: pemakaian
atau tidak, bersih atau tidak) kalimat terjadi
tanda titik
(hlm. 171) karena penulis
kurang cermat
dalam pengetikan.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan
Program Akselerasi sangat Kesalahan Program akselerasi
dibutuhkan oleh pelajar yang pemakaian huruf sangat dibutuhkan oleh
Dalam hal ini
30. mempunyai ritme belajar kapital dan huruf pelajar yang √
akselerasi bukan
cepat. miring: pemakaian mempunyai ritme
merupakan judul
(hlm. 177) huruf kapital belajar cepat.
sehingga tidak
perlu ditulis dengan
huruf kapital.
Kesalahan ini bisa

128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terjadi jika penulis


kurang paham
mengenai kaidah
ini.
Lalu, kalian akan membuat Lalu, kalian akan
Kesalahan
teks tentang Bahasa A yang membuat teks tentang Ketidakpahaman
pemakaian huruf
perlu dijaga dan bahasa A yang perlu pemakai bahasa
31. kapital dan huruf √
dikembangkan agar tidak dijaga dan mengenai kaidah
miring: pemakaian
punah. dikembangkan agar kebahasaan
huruf kapital
(hlm. 187) tidak punah.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan

Dengan demikian, Bahasa A bukan


Dengan demikian, kalian
kalian akan merupakan judul,
akan menghasilkan teks Kesalahan
menghasilkan teks sehingga bahasa
eksposisi yang berisi usulan pemakaian huruf
eksposisi yang berisi tidak perlu
32. mengenai upaya yang harus kapital dan huruf √
usulan mengenai upaya menggunakan
dilakukan agar Bahasa A miring: pemakaian
yang harus dilakukan huruf kapital.
tersebut tidak punah. huruf kapital
agar bahasa A tersebut Terdapat tiga
(hlm. 187)
tidak punah. penulisan serupa.
Hal ini terjadi
karena penulis
kurang paham akan
kaidah ini.

129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Perilaku berbahasa
Kemudian keluarkanlah Kemudian keluarkanlah yang tidak cermat
Kesalahan
kartrid toner baru dari kartrid toner baru dari
pemakaian tanda
33. kemasannya. lalu lepaskan kemasannya lalu Ketidakcermatan √
baca: pemakaian
pita kemasan kartrid. lepaskan pita kemasan penulis terlihat dari
tanda titik
(hlm. 188) kartrid. hadirnya tanda titik
di tengah kalimat.
Perilaku berbahasa
Terakhir, tutuplah penutup Terakhir, tutuplah yang tidak cermat
bagian depan printer dan penutup bagian depan
Kesalahan
pastikan tertutup secara printer dan pastikan Hadirnya tanda
pemakaian tanda
34. sempurna. Dan printerpun tertutup secara titik di tengah √
baca: pemakaian
siap untuk digunakan sempurna dan printer kalimat merupakan
tanda titik
kembali. pun siap untuk akibat dari
(hlm. 188) digunakan kembali. ketidakcermatan
penulis.
Kesalahan Setelah itu, gunakan
Setelah itu, Gunakan bagian
pemakaian huruf bagian pegangan pada Perilaku berbahasa
pegangan pada kartrid toner
kapital dan huruf kartrid toner untuk yang tidak cermat
untuk memasukkan kartrid
miring: pemakaian memasukkan kartrid
secara perlahan ke dalam
huruf kapital secara perlahan ke Huruf kapital yang
printer dan sesuaikan tab pada
dalam printer dan dipakai pada
35. sisi kartrid dengan alur yang √
sesuaikan tab pada sisi gunakan
ada di dalam printer, sehingga
kartrid dengan alur menandakan
kartrid toner berada di posisi
yang ada di dalam ketidakcermatan
yang benar sampai terkunci di
printer, sehingga kartrid penulis dalam
tempatnya semula.
toner berada di posisi pengetikan.
(hlm. 188)
yang benar sampai

130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terkunci di tempatnya
semula.

131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 1.3 Data Sebab Kesalahan dalam Kalimat Efektif

PENYIDIK
NO. DATA TIPE KESALAHAN PEMBETULAN SEBAB
SETUJU TIDAK

Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan
Vertebrata bertulang Kesalahan pada
belakang meliputi kehematan kata:
Vertebrata meliputi
Penggunaan kata
manusia, burung, anjing, penggunaan
manusia, burung, anjing,
vertebrata diikuti
katak, dan lain-lain, vertebrata dan
katak, sedangkan
artinya secara
1. sedangkan invertebrata bertulang belakang √
invertebrata meliputi ubur-
bersamaan
tidak bertulang belakang bersamaan juga
ubur, kupu-kupu, dan laba-
merupakan hal
meliputi ubur-ubur, kupu- invertebrata dan
laba. yang boros. Penulis
kupu, dan laba-laba. tidak bertulang
dianggap tidak
(hlm. 6) belakang bersamaan
paham tentang arti
dari kata
‘vertebrata’ itu
sendiri
Vertebrata bertulang Kesalahan pada Vertebrata meliputi Ketidakpahaman
2. belakang meliputi kesepadanan manusia, burung, anjing, pemakai bahasa √
manusia, burung, anjing, struktur: katak, sedangkan mengenai kaidah

132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

katak, dan lain-lain, penggunaan bentuk invertebrata meliputi ubur- kebahasaan


sedangkan invertebrata meliputi... dan lain- ubur, kupu-kupu, dan laba-
tidak bertulang belakang lain laba. Penggunaan bentuk
meliputi ubur-ubur, kupu- meliputi... dan lain-
kupu, dan laba-laba. lain sangat banyak
(hlm. 6) ditemukan. Namun,
tidak semua
penggunaan bentuk
meliputi dalam
buku ini diikuti
dengan dan lain-
lain.Ketidakpaham
an penulis akan hal
ini menyebabkan
penulis tidak
sempurna dalam
menerapkan kaidah
di atas.
..., misalnya pada subkelas Kurangnya
ikan, kalian dapat pengetahuan
menambahkan jenis-jenis mengenai kaidah-
Misalnya, pada subkelas Kesalahan pada
ikan yang kalian ketahui. kaidah bahasa
ikan, kalian dapat kesepadanan
3. menambahkan jenis-jenis struktur: peletakan √
Kalian dapat Misalnya
ikan yang kalian ketahui. konjungsi misalnya
menambahkan jenis-jenis merupakan
(hlm. 6) pada awal kalimat
ikan yang kalian ketahui, konjungsi
misalnya, pada subkelas intrakalimat, bukan
ikan. antarkalimat.

133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kesalahan ini
sangat banyak
ditemukan dalam
buku, sehingga ini
merupakan
kesalahan dari
penulis yang tidak
paham tentang
kaidah kebahasaan
ini.
Kesalahan pada
Misalnya, verba mungkin ..., misalnya verba Kurangnya
kesepadanan
berubah menjadi nomina mungkin berubah menjadi pengetahuan
4. struktur: peletakan √
atau kelompok nomina. nomina atau kelompok mengenai kaidah-
konjungsi misalnya
(hlm. 11) nomina. kaidah bahasa
di awal kalimat
Ketidakpahaman
Kesalahan pada
pemakai bahasa
kehematan kata: Identifikasikanlah
mengenai kaidah
telah dan tadi konjungsi yang digunakan
kebahasaan
Identifikasikanlah mempunyai makna dalam teks laporan yang
konjungsi yang digunakan bahwa kejadian itu telah kalian pelajari.
Tidak pahamnya
5. dalam teks laporan yang sudah berlangsung. √
penulis terlihat dari
telah kalian pelajari tadi. Jika digunakan Identifikasikanlah
penggunaan kata
(hlm. 11) secara bersama- konjungsi yang digunakan
telah dan tadi yang
sama, kalimat dalam teks laporan yang
sama-sama
tersebut akan kalian pelajari tadi.
menjelaskan waktu
menjadi boros
yang sudah berlalu.

134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kurangnya
pengetahuan
mengenai kaidah-
kaidah bahasa

Misalnya
merupakan
Misalnya, konjungsi dan
..., misalnya konjungsi dan konjungsi
digunakan untuk Kesalahan pada
digunakan untuk intrakalimat, bukan
menambahkan sifat-sifat kesepadanan
menambahkan sifat-sifat antarkalimat.
6. untuk anggota kelas yang struktur: peletakan √
untuk anggota kelas yang Kesalahan ini
sama, seperti terlihat pada konjungsi misalnya
sama, seperti terlihat pada sangat banyak
kalimat (a). di awal kalimat
kalimat (a). ditemukan dalam
(hlm. 11)
buku, sehingga ini
merupakan
kesalahan dari
penulis yang tidak
paham tentang
kaidah kebahasaan
ini.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
Kesalahan pada
mengenai kaidah
kesepadanan
Amatilah dengan cermat! Amatilah kalimat di atas kebahasaan
7. struktur: belum √
(hlm. 13) dengan cermat!
bisa menjawab apa
Penulis tidak
yang harus diamati?
cermat dalam
membuat sebuah

135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kalimat sehingga
menyebabkan
kalimat itu tidak
lengkap
strukturnya.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan

... adalah benda hitam Kalimat menjadi


yang lunak yang tersusun Kesalahan pada .. adalah benda hitam yang tidak jelas karena
oleh atom yang berbentuk kecermatan: lunak, tersusun oleh atom penggunaan kata
heksagonal pada penggunaan yang berbentuk heksagonal pada yang yang terlalu
8. √
lembaran-lembaran yang yang terlalu banyak lembaran-lembaran sejajar banyak. Hal ini
sejajar yang terikat secara membuat kalimat yang terikat secara disebabkan karena
terpisah-pisah. menjadi ambigu terpisah. penulis tidak
(hlm. 26) paham akan apa
yang ditulisnya
sehingga
menghadirkan
bentuk yang terlalu
banyak.
Kesalahan pada Baliklah definisi itu agar Ketidakpahaman
Baliklah definisi itu agar
kesepadanan dapat diuji kebenarannya. pemakai bahasa
dapat menguji
9. struktur: mengenai kaidah √
kebenarannya.
kekurangan unsur Baliklah definisi itu agar kebahasaan
(hlm. 26)
subjek; siapa yang kalian dapat menguji

136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

akan dapat menguji kebenarannya. Kalimat tersebut


kebenarannya? belum memenuhi
kaidah
kebahasaan. Ini
disebabkan oleh
penulis tidak
paham tentang
kaidah subjek
predikat dalam
kalimat.
Kurangnya
pengetahuan
mengenai kaidah-
kaidah
kebahasaan/ketidak
pahaman mengenai
Misalnya, makanan dalam kaidah kebahasan
Kesalahan pada ...., misalnya dalam
kemasan sering disertai
kesepadanan kemasan sering disertai
keterangan tentang Misalnya
10. struktur: peletakan keterangan tentang √
komposisi kandungan gizi merupakan
konjungsi misalnya komposisi kandungan gizi
yang ada di dalamnya. konjungsi
di awal kalimat yang ada di dalamnya.
(hlm. 27) intrakalimat, bukan
antarkalimat.
Kesalahan ini
sangat banyak
ditemukan dalam
buku, sehingga ini
merupakan

137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kesalahan dari
penulis yang tidak
paham tentang
kaidah kebahasaan
ini.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
Kesalahan pada mengenai kaidah
Selain jawaban dari teks, kepaduan makna: kebahasaan
Selain jawaban dari teks,
carilah informasi lain dari kata “lain” yang
carilah informasi dari
11. sumber-sumber lain untuk diulang-ulang ketidakpahaman √
sumber-sumber lain untuk
menjawab pertanyaan ini. menjadikan kalimat penulis membuat
menjawab pertanyaan ini.
(hlm. 28) itu tidak padu dan kalimat
tidak efektif menggunakan kata
lain yang diulang-
ulang.
Kurangnya
pengetahuan
mengenai kaidah-
Kesalahan pada kaidah
Misalnya, mula-mula kesepadanan bahasa/ketidakpah
..., misalnya mula-mula
kalian mengemukakan struktur: aman kaidah
12. kalian mengemukakan √
definisi karbon. peletakan konjungsi kebahasaan
definisi karbon.
(hlm. 28) misalnya di awal
kalimat Misalnya
merupakan
konjungsi
intrakalimat, bukan

138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

antarkalimat.
Kesalahan ini
sangat banyak
ditemukan dalam
buku, sehingga ini
merupakan
kesalahan dari
penulis yang tidak
paham tentang
kaidah kebahasaan
ini.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
Panjang komodo secara
kebahasaan
Kesalahan pada rata-rata adalah 2,5 meter
Panjang komodo secara
kehematan kata: dengan berat 91 kg.
rata-rata adalah sekitar 2,5 Penulis kurang
13. penggunaan kata √
meter dengan berat 91 kg. paham dalam
rata-rata dan sekitar Panjang komodo adalah
(hlm. 32) menggunakan kata-
bersamaan sekitar 2,5 meter dengan
kata yang memiliki
berat 91 kg.
makna yang sama
seperti rata-rata
dan sekitar.
Komodo hampir punah Kesalahan pada Ketidakpahaman
Komodo hampir punah,
yang, antara lain, kesepadanan pemakai bahasa
antara lain disebabkan oleh
14. disebabkan oleh kematian struktur: mengenai kaidah √
kematian sebagai akibat
sebagai akibat dari peletakan yang yang kebahasaan
dari perkelahian.
perkelahian. tidak tepat

139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(hlm. 32) Penulis tidak


paham dalam
menulis kalimat.
Peletakan yang
yang kurang tepat
membuat kalimat
menjadi kacau.
Perilaku berbahasa
Kesalahan pada
yang tidak cermat
Tema-tema itu sangat luas kecermatan: Tema-tema itu sangat luas
dan hampir semua aspek penggunaan dan hampir semua aspek
Ketidakcermatan
15. makhluk hidup di bumi penunjukitu dan di makhluk hidup di bumi √
penulis terlihat
dapat dimasukkan di sini. sini untuk menunjuk dapat dimasukkan di
pada penggunaan
(hlm. 33) hal ketiga (tema- dalamnya.
kata petunjuk itu
tema)
dan ini.
Sebagai tugas terakhir Ketidakpahaman
pada pelajaran ini, kalian pemakai bahasa
diminta untuk membuat mengenai kaidah
Kesalahan pada
Sebagai tugas terakhir sebuah bentuk puisi lama kebahasaan
kehematan kata:
pada pelajaran ini, kalian yang sering disebut
Penggunaan kata
masing-masing diminta pantun. Penggunaan kalian
kalian dan masing-
16. untuk membuat sebuah dan masing-masing √
masing adalah
bentuk puisi lama yang Sebagai tugas terakhir merupakan bentuk
mubazir karena
sering disebut pantun. pada pelajaran ini, setiap yang salah. Hal ini
menunjuk pada hal
(hlm. 36) anak diminta untuk disebabkan penulis
yang sama
membuat sebuah bentuk tidak paham
puisi lama yang sering menggunakan dan
disebut pantun. memilih kata.

140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
Dari teks tersebut, cobalah Kesalahan pada kebahasaan
Dari teks tersebut, cobalah
mencari contoh-contoh kesepadanan kalian cari contoh-contoh
kalimat imperatif, kalimat Penulis belum
17. struktur: tidak kalimat imperatif, kalimat √
deklaratif, dan kalimat paham tentang
adanya predikat deklaratif, dan kalimat
interogatif. aturan subjek
dalam kalimatitu interogatif.
(hlm. 43) predikat. Hal itu
menyebabkan
kalimat menjadi
kurang lengkap.
Kurangnya
pengetahuan
mengenai kaidah-
kaidah bahasa

Kesalahan pada Misalnya


Misalnya, dari kalimat
kesepadanan ..., misalnya dari kalimat merupakan
imperatif diubah menjadi
struktur: imperatif diubah menjadi konjungsi
18. kalimat deklaratif atau √
peletakan konjungsi kalimat deklaratif atau intrakalimat, bukan
kalimat interogatif.
misalnya pada awal kalimat interogatif. antarkalimat.
(hlm. 43)
kalimat Kesalahan ini
sangat banyak
ditemukan dalam
buku, sehingga ini
merupakan
kesalahan dari

141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penulis yang tidak


paham tentang
kaidah kebahasaan
ini.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan
Kesalahan pada
Sering sebuah prosedur kepaduan makna: Penulis hanya tidak
terdiri atas banyak langkah penulisan langkah- Sering sebuah prosedur paham dengan
dan langkah-langkah itu langkah yang terdiri atas banyak langkah bahasa yang
19. berjenjang dengan berulang yang berjenjang dengan dipakainya dalam √
sublangkah pada setiap menyebabkan sublangkah pada setiap membuat kalimat
langkahnya. kalimat masih langkahnya. sehingga
(hlm. 46) terpecah/kurang menyebabkan
padu kalimat terasa
kurang padu
dengan hadirnya
langkah-langkah
yang berulang.
Ketidakpahaman
Tulisan ini bertujuan untuk Kesalahan pada pemakai bahasa
Tulisan ini bertujuan
berbagi pengalaman dalam kehematan kata: mengenai kaidah
berbagi pengalaman dalam
20. mengurus SIM C dengan penggunaan kata kebahasaan √
mengurus SIM C dengan
jalan yang benar. bertujuan dan untuk
jalan yang benar.
(hlm. 56) bersamaan Penggunaan
bertujuan dan

142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk merupakan
bentuk yang kurang
tepat tetapi banyak
orang
menggunakannya.
Ini disebabkan oleh
ketidakpahaman
penulis mengenai
penulisan
bertujuan untuk
yang digunakan
terus-menerus
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
Bisa jadi, uang yang Anda mengenai kaidah
perlukan lebih kecil atau kebahasaan
Anda yang berada di lebih besar jika Anda
Kesalahan pada
daerah lain bisa jadi uang berada di daerah lain. Kekaburan predikat
kesepadanan
21. yang diperlukan lebih seperti itu bisa √
struktur: kekaburan
kecil atau lebih besar. Bisa jadi, di daerah lain, dihindari jika
predikat
(hlm. 57) uang yang Anda perlukan penulis benar-benar
lebih kecil atau lebih paham kaidah
besar. penulisan kalimat.

Polisi penguji menyatakan Kesalahan pada Polisi penguji menyatakan Perilaku berbahasa
22. bahwa orang yang kecermatan: bahwa orang yang yang tidak cermat √
pengalaman mengendarai pemilihan bentuk berpengalaman

143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sepeda motor kurang dari kata pengalaman mengendarai sepeda motor Ketidakcermatan
1 tahun sering gagal dalam kurang dari satu tahun penulis dalam
ujian. sering gagal dalam ujian. kalimat terlihat
(hlm. 58) pada pemilihan
kata pengalaman
yang digunakan
penulis. Faktor
letih atau tidak
teliti juga bisa
menyebabkan
kesalahan seperti
ini.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan
Khusus untuk SIM C, di
Penulis masih
daerah lain pembuat SIM Di daerah lain, pembuatan
Kesalahan pada menggunakan
baru harus mengikuti 3 SIM C baru harus
kepaduan makna: kalimat yang
23. ujian, yaitu ujian praktik, mengikuti tiga ujian, yaitu √
kalimat masih berbelit-belit. Hal
ujian jalan raya, dan ujian ujian praktik, ujian jalan
berbelit-belit ini bisa terjadi
tulis. raya, dan ujian tulis.
karena penulis
(hlm. 59)
kurang paham
dalam membuat
kalimat, khususnya
kalimat yang
efektif mengenai

144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kepaduan makna.

Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan

Kata bagi di depan


subjek selalu
Sebagai warga yang baik, Kesalahan pada membuat subjek
Sebagai warga yang baik
bagi yang sudah kesepadanan menjadi kabur. Hal
dan yang sudah memenuhi
memenuhi syarat, struktur: ini banyak terjadi
24. syarat, mereka hendaknya √
hendaknya mempunyai penggunaan bagi dan digunakan
mempunyai KTP.
KTP. membuat subjek terus-menerus oleh
(hlm. 61) kabur para pemakai
bahasa. Tidak
pahamnya penulis
akan kaidah
bahasa ini menjadi
faktor penyebab
kesalahan seperti
itu.
Untuk itu, usahakan teks Untuk itu, usahakan teks Perilaku berbahasa
yang kalian buat itu Kesalahan pada yang kalian buat itu yang tidak cermat
berstruktur teks yang baik kesepadanan mempunyai struktur teks
25.
dan unsur-unsur struktur: kekaburan yang baik dan Ketidacermatan
kebahasaan yang predikat mengandung unsur-unsur penulis terlihat
mendukung langkah- kebahasan yang pada struktur

145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

langkah yang harus mendukung langkah- kalimat yang masih


ditempuh. langkah yang harus kurang tepat.
(hlm. 62) ditempuh.
Kurangnya
pengetahuan
mengenai kaidah-
kaidah
bahasa./ketidakpah
aman mengenai
kaidah kebahasaan

Misalnya
Misalnya, cara membuat Kesalahan pada merupakan
..., misalnya cara membuat
roti panggang, cara kesepadanan konjungsi
roti panggang, cara
26. membuat kopi tubruk, atau struktur: peletakan intrakalimat, bukan √
membuat kopi tubruk, atau
cara memasak nasi goreng. konjungsi misalnya antarkalimat.
cara memasak nasi goreng.
(hlm. 64) di awal kalimat Kesalahan ini
sangat banyak
ditemukan dalam
buku, sehingga ini
merupakan
kesalahan dari
penulis yang tidak
paham tentang
kaidah kebahasaan
ini.
Setelah itu, praktikkanlah Kesalahan pada Setelah itu, praktikkanlah Ketidakpahaman
27. √
untuk membaca puisi yang kesepadanan pembacaan puisi yang pemakai bahasa

146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berjudul “Aku”. struktur: berjudul “Aku”. mengenai kaidah


(hlm. 66) ketidaktepatan kebahasaan
penggunaan bentuk Setelah itu, praktiklah
“praktikkanlah untuk membaca puisi yang Ketidakpahaman
membaca” berjudul “Aku”. penulis tentang
kalimat membuat
membuat bentuk
kalimat masih
berstruktur seperti
dalam bahasa
inggris (to read).
Ketidakpahaman
Setujukah kalian bahwa pemakai bahasa
pendidikan sekolah yang mengenai kaidah
sekarang diselenggarakan kebahasaan
Setujukah kalian bahwa di negara ini
pendidikan sekolah yang Kesalahan pada mengembangkan Penulis kurang
sekarang diselenggarakan kehematan kata: kesempatan untuk paham dalam
di negara tercinta ini penggunaan kata berpendapat bagi siswa? membuat kalimat
28. secara terus-menerus yang menerangkan efektif dengan √
sedang mengembangkan kondisi secaraterus- Setujukah kalian bahwa prinsip kehematan
kesempatan untuk menerus dan sedang pendidikan sekolah yang kata sehingga
berpendapat bagi siswa? secara bersamaan diselenggarakan di negara membuat kalimat
(hlm. 80) ini secara terus-menerus dengan kata-kata
mengembangkan yang boros seperti
kesempatan untuk menghadirkan
berpendapat bagi siswa? secara terus-
menerus dan

147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sedang bersamaan
dalam satu kalimat.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan
Sebagai siswa, apakah
kalian merasa bebas untuk
Sebagai siswa, apakah Kesalahan pada Penulis tidak
berpendapat di sekolah?
kalian merasa bebas atau kehematan kata: paham dalam
29. tidak untuk berpendapat di penggunaan bentuk membuat kalimat √
Sebagai siswa, kalian
sekolah? kata pemilihan yang yang hemat, yang
merasa bebas atau tidak
(hlm. 81) berlebihan bersifat ‘memilih’
untuk berpendapat di
sehingga memakai
sekolah?
pertanyaan
berlebihan (apakah
sekaligus pilihan
jawabannya).
Interferensi

Newsletter resmi yang Interferensi dalam


Surat kabar resmi yang
dibagikan IMF kepada kalimat itu
Kesalahan pada dibagikan IMF kepada
seluruh peserta sidang merupakan istilah
30. kecermatan: seluruh peserta sidang
mengangkat satu topik dalam bahasa √
pemilihan kata mengangkat satu topik
khusus mengenai Inggris yang
newsletter khusus mengenai
Indonesia. sebenarnya bisa
Indonesia.
(hlm. 82) digantikan oleh
istilah dalam
bahasa Indonesia,

148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yakni surat kabar.


Bisa jadi, penulis
lebih terbiasa
memakai istilah
newsletter
dibanding surat
kabar sendiri.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan
Indonesia diperkirakan
memiliki 90 juta orang
Indonesia diperkirakan Kesalahan Ketidakpahaman
yang berada di kelompok
memiliki sekitar 90 juta padakehematan penulis dalam
consuming class.
orang yang berada di kata: penggunaan pembuatan kalimat
31. √
kelompok consuming diperkirakan dan efektif yang hemat
Indonesia memiliki sekitar
class. sekitar secara kata terlihat pada
90 juta orang yang berada
(hlm. 82) bersamaan penggunaan kata
di kelompok consuming
diperkirakan dan
class.
sekitar secara
bersamaan, padahal
menunjuk pada
maksud yang sama.
Interferensi
Kesalahan pada
Tentunya pilihan ada di
kecermatan: Tentu saja pilihan ada di
32. tangan kita semua saat ini. Tentunya √
pemilihan kata tangan kita semua saat ini.
(hlm. 83) merupakan kata
tentunya
dari bahasa Jawa

149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tentune. Kesalahan
ini disebabkan oleh
penggunaan bahasa
ibu penulis yang
masih dibawa ke
dalam bahasa
Indonesia.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
Keunggulan obat kebahasaan
Keunggulan obat
tradisional jika Kesalahan pada
tradisional jika
dibandingkan dengan obat kesepadanan Penulis kurang
33. dibandingkan dengan obat √
modern lebih aman dan struktur: kekaburan paham kaidah
modern ialah lebih aman
ekonomis. predikat sehingga lupa
dan ekonomis.
(hlm. 90) menyisipkan ialah
sebagai penegas
‘predikat’ kalmat
itu.
Ketidakpahaman
Terdapat 4 argumentasi
Kesalahan pada pemakai bahasa
yang disampaikan oleh Terdapat empat
kehematan kata: mengenai kaidah
penulis mengenai argumentasi mengenai
penyampaian kebahasaan
kepercayaan bahwa jamu kepercayaan bahwa jamu
34. maksud akan tetap √
tradisional masih tradisional masih
sama jika yang Kalimat tersebut
mengungguli obat-obatan mengungguli obat-obatan
disampaikan oleh akan lebih singkat
modern. modern.
penulis dihilangkan jika yang
(hlm. 90)
disampaikan oleh

150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penulis
dihilangkan.
Penghilangan itu
juga tidak akan
mengubah maksud
kalimat. Penulis
kurang paham
dalam menajdikan
kalimat itu sebagai
kalimat yang hemat
kata.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
Teks tersebut memiliki mengenai kaidah
Teks tersebut memiliki
struktur teks yang sama kebahasaan
Kesalahan pada struktur yang sama seperti
seperti teks eksposisi pada
kehematan kata: teks eksposisi pada
umumnya, tetapi pada Pengulangan kata
penggunaan kata- umumnya, tetapi pada
tahap argumentasi tedapat teks membuat
35. kata yang boros pada tahap argumentasi tedapat √
penjelas-penjelas yang kalimat menjadi
teks tersebut memiliki penjelas-penjelas yang
berfungsi untuk sedikit boros.
struktur teks yang berfungsi untuk
memperkuat argumentasi sama
Penulis tidak
memperkuat argumentasi
yang dimaksud. paham dalam
yang dimaksud.
(hlm. 93) membuat kalimat
efektif yang hemat
kata.
Teks yang berjudul Kesalahan pada Teks yang berjudul Penerapan kaidah
36. “Pemimpin Sosial dan kesepadanan “Pemimpin Sosial dan kebahasaan yang √
Politik Tidak Harus struktur: tidak Politik Tidak Harus tidak sempurna

151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Mempunyai Pendidikan adanya predikat Mempunyai Pendidikan


Formal yang Tinggi”. kalimat Formal yang Tinggi” itu... Penulis kurang
(hlm. 103) . tepat menerapkan
kaidah kebahasaan
Teks itu berjudul sehingga tidak
“Pemimpin Sosial dan disadari oleh
Politik Tidak Harus penulis bahwa
Mempunyai Pendidikan kalimat itu belum
Formal yang Tinggi”. selesai (tidak
berpredikat/buntun
g)
Kenyataan bahwa di
Penerapan kaidah
sekolah dan di perguruan
Kenyataan bahwa di kebahasaan yang
tinggi, orang hanya
sekolah dan di perguruan tidak sempurna
‘mempelajari’ teori,
tinggi, orang hanya
sedangkan di masyarakat,
‘mempelajari’ teori, Kesalahan pada Penulis kurang
orang betul-betul belajar
sedangkan di masyarakat, kesepadanan tepat menerapkan
37. untuk hidup melalui √
orang betul-betul belajar struktur: tidak kaidah sehingga
beraneka ragam
untuk hidup melalui adanya predikat kalimat tidak
pengalaman adalah benar.
beraneka ragam memiliki predikat.
pengalaman. Hal serupa terjadi
Pada kenyataannya, di
(hlm. 104) berkali-kali dalam
sekolah dan di perguruan
buku.
tinggi orang hanya...
Bahkan, Einstein tidak Kesalahan pada Bahkan, Einstein tidak Ketidakpahaman
mempunyai reputasi kehematan kata: mempunyai reputasi pemakai bahasa
38. √
pendidikan formal yang penggunaansangat pendidikan formal yang mengenai kaidah
bagus, tetapi melalui dan ter- bersamaan bagus, tetapi melalui kebahasaan

152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

usahanya untuk belajar usahanya untuk belajar


dan melakukan penelitian dan melakukan penelitian Penggunaan ter-
sendiri di masyarakat, ia sendiri di masyarakat, ia dan sangat
terbukti menjadi ahli fisika terbukti menjadi ahli fisika bersamaan
yang sangat termasyhur di termasyhur di dunia. merupakan bentuk
dunia. yag kurang tepat.
(hlm. 104) Bahkan, Einstein tidak Ini karena penulis
mempunyai reputasi tidak pahamtentang
pendidikan formal yang maksud dari
bagus, tetapi melalui termashyur itu
usahanya untuk belajar sendiri.
dan melakukan penelitian
sendiri di masyarakat, ia
terbukti menjadi ahli fisika
yang sangat masyhur di
dunia.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
Misalnya, kalian dapat
..., misalnya kalian dapat kebahasaan
membuat teks eksposisi Kesalahan pada
membuat teks eksposisi
tentang pentingnya kesepadanan
tentang pentingnya Misalnya
39. pendirian koperasi sekolah struktur: peletakan √
pendirian koperasi sekolah merupakan
atau perlunya pengaturan konjungsi misalnya
atau perlunya pengaturan konjungsi
ekonomi keluarga. di awal kalimat
ekonomi keluarga. intrakalimat, bukan
(hlm. 106)
antarkalimat.
Kesalahan ini
sangat banyak

153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ditemukan dalam
buku, sehingga ini
merupakan
kesalahan dari
penulis yang tidak
paham tentang
kaidah kebahasaan
ini.
Kesalahan pada Ketidakpahaman
kesepadanan mengenai kaidah
Pak dosen tidak menjawab
struktur: penyatuan Pak dosen tidak menjawab
sendiri, melainkan
antara ide dan sendiri, tetapi Diduga, penulis
40. melemparkannya kepada √
struktur kalimat melemparkannya kepada tidak tahu kaidah
Ahmad.
kurang tepat dengan Ahmad. tentang penulisan
(hlm. 112)
kehadiran konjungsi tidak... melainkan
“tidak... melainkan” dan bukan... tetapi.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan
Kesalahan pada
“Saudara Ahmad, coba
kesepadanan “Saudara Ahmad, coba
dijawab pertanyaan Lebih pantas
41. struktur: penggunaan kaujawab pertanyaan √
Saudara Ali tadi,” menggunakan
bentuk di- yang Saudara Ali tadi,”
(hlm. 112) bentuk kau
kurang tepat
daripada di dalam
kata dijawab.
Kalimat “Saudara
Ahmad, coba

154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kaujawab
pertanyaan Saudara
Ali tadi,”
Perilaku berbahasa
yang tidak cermat

Pembuat jembatan itu itu Kesalahan pada Kesalahan kecil


Pembuat jembatan itu
42. harus dihukum. kecermatan: seperti itu bisa √
harus dihukum.
(hlm. 119) pengulangan kata itu dihindari jika
penulis lebih teliti
lagi dalam
pengetikan.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
Tiba-tiba datang petugas kebahasaan
Kesalahan pada
dan menegur Azam
Tanpa disangka-sangka, kehematan kata:
dengan suara tegas. Kesalahan pada
tiba-tiba datang petugas penggunaan kata
kalimat tersebut
43. dan menegur Azam tanpa disangka- √
Tanpa disangka-sangka, terjadi karena
dengan suara tegas. sangka dan tiba-tiba
datang petugas dan penulis kurang
(hlm. 125) yang bermakna sama
menegur Azam dengan paham kata-kata
secara bersamaan
suara tegas. yang ditulisnya
sehingga membuat
bentuk yang boros
kata.
Pada puisi tersebut Kesalahan pada Pada puisi tersebut Ketidakpahaman
44. √
terdapat pengandaian yang kehematan kata: terdapat pengandaian yang pemakai bahasa

155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

disampaikan dengan kehadiran konjungsi disampaikan dengan mengenai kaidah


metafora, yaitu antara lain yaitu dan antaralain metafora, yaitu “Negeri kebahasaan
“Negeri kita ini negeri secara bersamaan kita ini negeri sampah”.
sampah”. Maksud penulis
(hlm. 129) Pada puisi tersebut ialah menghadirkan
terdapat pengandaian yang antara lain yang
disampaikan dengan juga bisa
metafora, antara lain digantikan dengan
“Negeri kita ini negeri yaitu. Namun,
sampah”. penulis tidak
paham jika kedua
bentuk itu tidak
bisa hadir
bersamaan.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
Saya kira mereka masih Kesalahan pada mengenai kaidah
Saya kira mereka masih
tertidur karena mereka kehematan kata: kebahasaan
tertidur karena berpesta-
berpesta-pora sampai larut “ketuk-ketuk” berarti
pora sampai larut malam
malam sehingga saya mengetuk secara Pemborosan kata
sehingga saya ketuk terus
45. ketuk-ketuk terus dengan terus-menerus. Jika dalam kalimat itu √
dengan keras pintu,
keras: pintu, jendela, dan dihadirkan terus di terjadi karena
jendela, dan apapun yang
apa pun yang dapat saya belakangnya, bentuk penulis tidak
dapat saya ketuk dalam
ketuk dalam jangkauan. itu menjadi paham prinsip
jangkauan.
(hlm. 130) boros/tidak hemat kehematan kata
dalam kalimat
efektif.

156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ketidakpahaman
pemakai bahasa
Rumah susun ini terbagi mengenai kaidah
menjadi dua sisi dan itu kebahasaan
Rumah susun ini terbagi adalah pesta orang yang
Kesalahan pada
menjadi dua sisi dan itu tinggal di sisi belakang. Ketidakpahaman
kehematan kata:
adalah pesta orang yang penulis tentang
46. penggunaan kata di √
tinggal di sisi sebelah Rumah susun ini terbagi kaidah kalimat
sisi dan sebelah
belakang. menjadi dua sisi dan itu efektif terlihat pada
bersamaan
(hlm. 130) adalah pesta orang yang kata di sisi dan
tinggal di sebelah sebelah yang hadir
belakang. secara bersamaan
dan menyebabkan
boros kata.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
Misalnya, pelakunya
..., misalnya pelakunya kebahasaan
adalah orang yang kalian
adalah orang yang kalian
kenal, tempat kejadianya Kesalahan pada
kenal, tempat kejadianya Misalnya
adalah lingkungan yang kesepadanan
adalah lingkungan yang merupakan
47. kalian ketahui, dan struktur: peletakan √
kalian ketahui, dan konjungsi
persoalannya adalah konjungsi misalnya
persoalannya adalah intrakalimat, bukan
persoalan sehari-hari yang di awal kalimat
persoalan sehari-hari yang antarkalimat.
biasa kita hadapi semua.
biasa kita hadapi semua. Kesalahan ini
(hlm. 131)
sangat banyak
ditemukan dalam
buku, sehingga ini

157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

merupakan
kesalahan dari
penulis yang tidak
paham tentang
kaidah kebahasaan
ini.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan

Kata frustrasi yang


sering ditulis
frustasi merupakan
Buatlah anekdot yang bentuk salah yang
Buatlah anekdot yang
menggambarkan situasi Kesalahan pada umum terjadi.
menggambarkan situasi
lucu, konyol, frustasi, dan kecermatan: Diduga, hal itu
48. lucu, konyol, frustrasi, dan √
tidak nyaman di salah satu penulisan kata terjadi karena
tidak nyaman di salah satu
tempat tersebut. frustrasi yang salah penulis tidak
tempat tersebut.
(hlm. 132) cermat atau tidak
paham. Namun,
dalam buku,
ditemukan
kesalahan dalam
setiap penulisan
frustrasi. Jadi,
kesalahan itu
dianggap karena

158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penulis tidak
paham tentang
penulisan kata itu.
Buatlah anekdot yang
Buatlah anekdot yang
menggambarkan situasi Kesalahan pada Ketidakpahaman
menggambarkan situasi
lucu, konyol, frustasi, dan kecermatan: pemakai bahasa
49. lucu, konyol, frustrasi, dan √
tidak nyaman di penulisan kata mengenai kaidah
tidak nyaman di
lingkungan sekolah kalian. frustrasi yang salah kebahasaan
lingkungan sekolah kalian.
(hlm. 132)
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan

Penggunaan tujuan
Tujuan negosiasi adalah
dan untuk
Tujuan negosiasi adalah Kesalahan pada mengurangi perbedaan
merupakan bentuk
untuk mengurangi kehematan kata: posisi setiap pihak.
yang kurang tepat
50. perbedaan posisi setiap penggunaan kata √
tetapi banyak orang
pihak. tujuan dan untuk Negosiasi adalah untuk
menggunakannya.
(hlm. 135) secara bersamaan mengurangi perbedaan
Ini disebabkan oleh
posisi setiap pihak.
ketidakpahaman
penulis tentang
penggunaan bentuk
bertujuan
untukyang
berlangsung terus.

159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ketidakpahaman
pemakai bahasa
Setelah para karyawan mengenai kaidah
sebuah perusahaan di kebahasaan
bidang elektronika
Akhirnya, wakil
melakukan aksi mogok Kesalahan pada Ketidakpahaman
perusahaan di bidang
kerja dengan melakukan kepaduan makna: penulis tentang
elektronika itu menerima
51. demonstrasi di depan penggunaan kata prinsip kepaduan √
wakil para karyawan yang
kantor perusahaan, yang berbelit-belit makna dalam
berdemonstrasi di depan
akhirnya wakil perusahaan dan tidak padu sebuah kalimat
kantor untuk berdialog.
itu menerima wakil para menyebabkan
karyawan untuk berdialog. kalimat yang ditulis
(hlm. 138) kurang padu dan
masih berbelit-
belit.
Kesalahan pada Ketidakpahaman
kehematan kata: pemakai bahasa
Kalian telah tahu bahwa bentuk negosiasi mengenai kaidah
negosiasi adalah bentuk adalah bentuk kebahasaan
interaksi sosial yang interaksi sosial yang
berfungsi untuk mencari berfungsi untuk Telah Dalam satu bagian
kalian ketahui
52. penyelesaian bersama di mencari teks, kalimat √
definisi negosiasi.
antara pihak-pihak yang penyelesaian tersebut ditulis
mempunyai perbedaan bersama di antara berulang-ulang
kepentingan. pihak-pihak yang sehingga
(hlm. 146) mempunyai menyebabkan
perbedaan jenuh pada
kepentingan yang pembaca. Penulis

160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diulang-ulang dalam urang paham


satu bacaan, menjadi mengenai kaidah
kejenuhan bagi kehematan kata
pembaca dan sehingga
membuat kalimat menuliskan kalimat
menjadi panjang. seperti itu yang
berulang-ulang.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan
bahasa/ketidakpah
aman mengenai
kaidah kebahasaan
Misalnya, transaksi terjadi ..., misalnya, transaksi
antara orang Indonesia dan Kesalahan pada terjadi antara orang Misalnya
orang Indonesia atau kesepadanan Indonesia dan orang merupakan
53. antara orang Indonesia dan struktur: peletakan Indonesia atau antara konjungsi √
orang asing yang berasal konjungsi misalnya orang Indonesia dan orang intrakalimat, bukan
dari lebih dari satu negara. di awal kalimat asing yang berasal dari antarkalimat.
(hlm. 152) lebih dari satu negara. Kesalahan ini
sangat banyak
ditemukan dalam
buku, sehingga ini
merupakan
kesalahan dari
penulis yang tidak
paham tentang

161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kaidah kebahasaan
ini.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
Bayangkan, calon
kebahasaan
pengimpor itu dapat Kesalahan Bayangkan, calon
berbahasa Indonesia padakepaduan pengimpor itu dapat
Peneliti kurang
sehingga pengusaha makna: penggunaan berbahasa Indonesia
paham mengenai
54. tersebut menawarkan bentuksurat yang sehingga pengusaha √
prinsip kepaduan
barangnya lewat surat ditulis dengan tersebut menawarkan
makna dalam
yang ditulis dengan bahasa bahasa Indonesia barangnya lewat surat
membuat kalimat
Indonesia. berbahasa Indonesia.
sehingga
(hlm. 157)
menyebabkan
kalimat menjadi
lebih panjang.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
Kesalahan pada mengenai kaidah
kepaduan makna: kebahasaan
Saya berharap kita dapat penggunaan bentuk
Saya berharap kita dapat
bekerja sama dalam waktu dalam waktu yang Penulis tidak
55. bekerja sama dalam waktu √
yang tidak terlalu lama. tidak terlalu lama dekat. menyampaikan
(hlm. 158) terlalu panjang dan maksud dalam
bisa ditulis langsung kalimat secara
dalam waktu dekat langsung. Hal itu
dikarenakan
penulis kurang

162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

paham mengenai
prinsip kepaduan
makna.
Penggunaan dalam
waktu yang tidak
terlalu lama
dianggap masih
bertele-tele.
Ketidakpahaman
Kalian diharapkan Kesalahan pada Kalian diharapkan pemakai bahasa
memiliki kemampuan
untuk menyampaikan satu kepaduan makna: memiliki kemampuan mengenai kaidah
penulisan bentuk untuk menyampaikan satu kebahasaan
tema dengan jenis-jenis
panjang jenis-jenis tema dengan jenis-jenis
teks yang berbeda-beda
teks yang berbeda- teks yang berbeda secara Ketidakpahaman
secara berganti-ganti dan
56. beda secara bergantian dan penulis dalam √
kemampuan untuk
berganti-ganti dapat kemampuan untuk prinsip kepaduan
menggunakan campura
ditulis langsung menggunakan campuran makna terlihat dari
dari beberapa jenis teks
dengan jenis teks dari beberapa jenis teks penggunaan kata-
dalam menyampaikan
yang berbeda secara dalam menyampaikan kata yang diulang-
sesuatu.
berganti-ganti. sesuatu. ulang pada kalimat
(hlm. 166)
itu.
Kesalahan pada Beberapa langkah yang Ketidakpahaman
Beberapa langkah yang
harus dilakukan dalam kehematan kata: harus dilakukan dalam pemakai bahasa
bentuk antara lain usaha pelestarian binatang mengenai kaidah
usaha pelestarian binatang
57. dan adalah sama- langka, antara lain: kebahasaan √
langka, antara lain, adalah
sebagai berikut. sama bertugas
(hlm. 172) sebagai pemerinci Beberapa langkah yang Maksud penulis
jadi tidak perlu harus dilakukan dalam ialah menghadirkan

163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

digunakan usaha pelestarian binatang antara lain yang


bersamaan. adalah sebagai berikut. juga bisa
digantikan dengan
yaitu. Namun,
penulis tidak
paham jika kedua
bentuk itu tidak
bisa hadir
bersamaan.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan
Tidak melakukan Tidak melakukan
perburuan binatang langka Kesalahan pada perburuan binatang langka Ketidakpahaman
dan melaporkan setiap kesepadanan dan melaporkan setiap penulis mengenai
58. aktivitas perburuan langka struktur: aktivitas perburuan langka kaidah √
tersebut kepada pihak ketidakjelasan tersebut kepada pihak kesepadanan
berwajib. predikat kalimat berwajib akan efektif jika struktur dalam
(hlm. 173) ada kesadaran .... kalimat efektif
membuat kalimat
tersebut tidak
lengkap/tidak
berpredikat.
Teks yang demikian itu Kesalahan pada Teks yang demikian itu Ketidakpahaman
59.
mengandung penjelasan kepaduan makna: mengandung penjelasan pemakai bahasa

tentang sesuatu itu berada penulisan tentang tentang keberadaan mengenai kaidah
dalam keadaan seperti sesuatu itu berada sesuatu seperti yang kita kebahasaan

164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang kita lihat sekarang. dalam keadaan lihat sekarang.


(hlm. 175) seperti yang kita Penulis tidak
lihat sekarang itu paham dalam
masih berbelit membuat kalimat
sehingga kalimat
masih berbeli-belit
dan tidak padu.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan

Misalnya
merupakan
Misalnya, gajah diburu
..., misalnya gajah diburu konjungsi
untuk diambil gadingnya, Kesalahan pada
untuk diambil gadingnya, intrakalimat, bukan
harimau diburu untuk kesepadanan
harimau diburu untuk antarkalimat.
60. diambil kulitnya, kura- struktur: peletakan √
diambil kulitnya, kura- Kesalahan ini
kura diburu untuk diambil konjungsi misalnya
kura diburu untuk diambil sangat banyak
cangkangnya. di awal kalimat
cangkangnya. ditemukan dalam
(hlm. 176)
buku, sehingga ini
merupakan
kesalahan dari
penulis yang tidak
paham tentang
kaidah kebahasaan
ini.

165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ketidakpahaman
pemakai bahasa
Jadi, melalui teks, kita Kesalahan pada
Jadi, melalui teks, kita mengenai kaidah
menjalani hidup. Melalui kepaduan makna:
menjalani hidup dan kebahasaan
61. teks, kita berkomunikasi bentuk kebahasaan √
berkomunikasi dengan
dengan sesama. tersebut masih
sesama. Kalimat tersebut
(hlm. 176) terpecah-pecah.
masih terpisah dan
tidak padu.
Ketidakpahaman
Kesalahan pada pemakai bahasa
kehematan kata: Dari Pelajaran 3 tentang
mengenai kaidah
bentuk kebahasaan kebahasaan
eksposisi, kalian
Dari Pelajaran 3 tentang dari Pelajaran 3
mengetahui tahap ....
eksposisi sebelumnya, tentang ekposisi Penulis tidak
62. kalian mengetahui tahap sudah menjelaskan paham tentang √
Dari pelajaran tentang
.... bahwa pelajaran itu prinsip kehematan
eksposisi sebelumnya,
(hlm. 179) sudah berlangsung, kata sehingga
kalian mengetahui tahap
jadi tidak perlu hadir menggunakan kata-
....
sebelumnya setelah kata yang
bentuk itu. berlebihan/mubazir
.
Pada kenyataannya, Penerapan kaidah
Kenyataan bahwa sebagian Kesalahan pada sebagian di antara kita kebahasaan yang
di antara kita tidak dapat kesepadanan tidak dapat berbahasa tidak sempurna
63. berbahasa Indonesia struktur: Indonesia dengan baik dan √
dengan baik dan benar. ketidakjelasan benar. Penulis kurang
(hlm. 183) predikat tepat dalam
Kenyataan bahwa sebagian menerapkan kaidah

166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

di antara kita tidak dapat kebahasaan.


berbahasa Indonesia Kalimat tersebut
dengan baik dan benar itu belum selesai
benar. karena tidak
memiliki
penjelasan apa-apa.
Ketidakpahaman
pemakai bahasa
mengenai kaidah
kebahasaan
Terakhir, tutuplah penutup
Kesalahan pada Terakhir, tutuplah penutup
bagian depan printer dan Hadirnya dan di
kesepadanan bagian depan printer dan
pastikan tertutup secara awal kalimat
struktur: pastikan tertutup secara
64. sempurna. Dan printerpun merupakan bentuk √
penggunaan sempurna dan printer pun
siap untuk digunakan yang tidak sesuai
konjungsi dan di siap untuk digunakan
kembali. kaidah. Ini terjadi
awal kalimat kembali.
(hlm. 188) hanya karena
penulis kurang
paham dalam
membuat kalimat
dengan.
Ketidakpahaman
Atau, kalian dapat Kesalahan pemakai bahasa
... atau kalian dapat
meminta izin untuk kesepadanan mengenai kaidah
meminta izin untuk
65. mengamati alat pencetak struktur: peletakan kebahasaan
mengamati alat pencetak
yang ada di sekolah kalian. konjungsi atau di
yang ada di sekolah kalian.
(hlm. 189) awal kalimat Hadirnya atau di
awal kalimat

167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

merupakan bentuk
yang tidak sesuai
kaidah. Hal ini
serupa dengan
hadirnya dan di
awal kallimat
sebelumnya,
sehingga diduga
hal ini disebabkan
oleh penulis kurang
paham tentang
penulisan
konjungsi.

Mengetahui
Yogyakarta, Januari 2015

Triangulator

Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd

168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169

Gambar 1.1 Cover Buku


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170

Gambar 1.2 Kesalahan pada Ejaan Tipe Pemakaian Huruf


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171

Gambar 1.3 Kesalahan Ejaan Tipe Penulisan Kata


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172

Gambar 1.4 Kesalahan Ejaan Tipe Penulisan Kata


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173

Gambar 1.5 Kesalahan Ejaan Tipe Penulisan Kata


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174

Gambar 1.6 Kesalahan Ejaan Tipe Penulisan Kata


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175

Gambar 1.7 Kesalahan Ejaan Tipe Pemakaian Tanda Baca


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176

Gambar 1.8 Kesalahan Ejaan Tipe Pemakaian Tanda Baca


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177

Gambar 1.9 Kesalahan Ejaan Tipe Pemakaian Tanda Baca


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178

Gambar 1.10 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kesepadanan Struktur


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179

Gambar 1.11 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kesepadanan Struktur


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180

Gambar 1.12 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kesepadanan Struktur


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181

Gambar 1.13 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kehematan Kata


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182

Gambar 1.14 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kehematan Kata


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183

Gambar 1.15 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kehematan Kata


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184

Gambar 1.16 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kecermatan dan Kesantunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185

Gambar 1.17 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kecermatan dan Kesantunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186

Gambar 1.18 Kesalahan dalam Kalimat Efektif Tipe Kepaduan Makna


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 187

BIODATA PENULIS

Elisabeth Iga Woro Palupi Puspaningrum lahir di

Situbondo, 31 Mei 1992, dua bersaudara dari pasangan

Bapak Antonius Hendra Saputra dan Fermina Suprihatin.

Pendidikan dasar ditempuh di SD Katolik Fransiscus

Xaverius Situbondo tahun 1998 – 2004. Tahun 2004 –

2007 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah

Pertama Katolik Santo Elias Situbondo. Sekolah menengah atas ditempuh di SMA

Negeri 1 Situbondo tahun 2007 – 2010. Iga melanjutkan pendidikan di Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta dan tercatat sebagai mahasiswa program studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2010. Masa pendidikannya di

Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi berjudul Tipe-Tipe

Kesalahan Berbahasa dalam Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi

Diri dan Akademik Kelas X Kurikulum 2013.

Anda mungkin juga menyukai