BAB I
PENDAHULUAN
digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan
Kemudian beralih dengan kata ejaan. Maka, menilik teori dari Weda, kata
‘ejaan’ berasal dari bahasa Arab yakni hija’, lalu menjadi ‘eja’ yang mendapat
akhiran –an. Secara umum, ejaan yakni keseluruhan ketentuan yang mengatur
dilengkapi dengan penggunaan tanda baca. Sedangkan secara khusus, ejaan dapat
huruf demi huruf, serta huruf yang telah disusun menjadi kata, kelompok kata
atau kalimat. 2
Ejaan van Ophuijsen hingga Ejaan PUEBI yang berlaku saat ini. Ejaan PUEBI
dicetuskan pada tahun 2016 oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
1
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa
(Bandung: Angkasa, 2011), 60-61.
2
Weda Sasmita Atmanegara, Pedoman Umum; Ejaan Bahasa Indonesia (Yogyakarta:
Episentrum Books, 2018), 4-5.
2
Umum Ejaan Bahasa Indonesia ini untuk menggantikan PUEYD edisi ketiga. Hal
Anies Baswedan.3
Buku teks seringkali disebut dengan buku pelajaran, dan dalam bahasa
literatur asing sering diistilahkan textbook. Menilik pendapat dari Chambliss dan
Calfee yang dikutip oleh Maman bahwa definisi dari buku teks adalah alat bantu
siswa untuk memahami dunia, belajar dari hal-hal yang dibaca, serta mengubah
Nasional Nomor 11 Tahun 2005 menjelaskan bahwasanya buku teks adalah buku
yang menjadi acuan wajib di sekolah lalu berisi materi pembelajaran yang
pengetahuan dan teknologi, potensi fisik dan kesehatan yang disusun sesuai
Dapat ditarik kesimpulan dari dua definisi di atas bahwasanya buku teks
adalah buku acuan yang djadikan pegangan bagi peserta didik pada jenjang
3
Yerry Mijianti,’’Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia,’’ Universitas Muhammadiyah
Jember 03, 1 (Februari, 2018):124.
4
Maman Suryaman, “Dimensi-Dimensi Kontekstual di dalam Penulisan Buku Teks Pelajaran
Bahasa Indonesia,” Diksi 13, 2 (Juli, 2006):166.
3
tertentu, yang disusun oleh pakar dalam bidangnya masing-masing, disertai akan
penting bagi pendidik dan peserta didik. Karena tingkat kepentingan itulah buku
perihal tingkat kepemilikan peserta didik akan buku teks berkolerasi positif serta
dalam jurnal Basastra, bahan ajar merupakan salah satu penentu keberhasilan
dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan ajar yang memadai mustahil untuk
dari pendapat Sitepu bahwasanya tidak ada negara satu pun di dunia ini
Buku terbitan Kemdikbud adalah salah satu buku acuan wajib yang
merupakan buku teks berstandar yang disusun oleh tim dengan keahlian khusus
5
Ibid., 167.
6
Wulandayani Ngujer Basuki, Ani Rakhmawati, Sri Hastuti, “Analisis Isi Buku Ajar Bahasa
Indonesia Wahana Pengetahuan untuk SMP/ Mts Kelas VIII,” Basastra: Jurnal Penelitian
Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarnya 03, 2 (April, 2015): 2.
4
penggunaan bagi peserta didik. Sedangkan buku teks terbitan lain, hanya sebagai
Karena buku teks bahasa Indonesia juga berkaitan erat dengan ejaan salah
salah satu jenis kesalahan berbahasa dalam berbentuk bahasa tulis, maka hal
tersebut sangat menentukan kualitas sebuah tulisan. Jadi, jika suatu tulisan boleh
dikatakan sempurna dari segi isi, namun belum tentu dapat dikatakan baik, jika
terdapat banyak kesalahan ejaan serta tanpa memperhatikan ejaan yang benar, isi
tulisan tidak dapat disampaikan kepada pembaca secara jelas dan tepat.7
Hal tersebut juga diperkuat oleh Putrayasa bahwa kesalahan ejaan terlihat
PUEBI, kamus, dan tata bahasa. Ketepatan penggunaan pedoman ejaan bisa
penguasaan bahasa yang dimilikinya.9 Selain itu, buku teks merupakan acuan
7
Atrianing Yessi Wjayanti, “Analisis Kesalahan Penggunaan Ejaan pada Skripsi Mahasiswa
Program Studi di Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Darul Ulum Islamic Centre Sudirman GUPPI Undaris,” Media Penelitian
Pendidikan 10, 2 (2016): 186.
8
Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika) (Bandung: PT Refika
Aditama, 2007), 21.
9
Didah Nurhamidah,”Analisis Kesalahan Ejaan pada Karangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,” Pena Literasi Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Jember 01, 2 (Oktober 2018): 92- 93.
5
atau pedoman peserta didik dan dianggap guru kedua dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, apapun yang tertulis di buku teks akan dianggap benar,
termasuk penulisan ejaan dalam buku teks tersebut. Dengan kata lain, jika tidak
pembelajar, kesalahan dapat dijadikan sebagai tolok ukur dan alat untuk
B. Rumusan Masalah
3. Bagaimana bentuk kesalahan penulisan tanda baca pada buku teks bahasa
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
b. Guru agar lebih berhati-hati dan cermat dalam setiap penulisan dalam
buku teks
E. Definisi Istilah
maka penulis perlu menjelaskan istilah-istilah pokok yang ada dan kata kunci
1. Analisis Kesalahan
digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan
2. Ejaan
3. Buku teks
Buku teks atau buku pelajaran adalah alat bantu siswa memahami dan
4. Kemdikbud
Jadi, analisis kesalahan ejaan pada buku teks bahasa Indonesia terbitan
Kemendikbud kelas VII SMP adalah mencari atau meninjau ulang kesalahan-
Untuk tolok ukur dalam penelitian ini akan dicantumkan hasil penelitian
terdahulu untuk lebih memperkuat penelusuran data yang pernah penulis baca
serta menghindari dari kesamaan dalam pembahasan terhadap tugas akhir yang
pernah diteliti sebelumnya, dan sebagai bahan pertimbangan terhadap judul yang
ilmiah yang berhubungan dengan judul Analisis Kesalahan Ejaan pada Buku
beberapa tema yang sedikit mirip dengan tema yang penulis teliti diantaranya
adalah:
Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP
Hasil penelitiannya masih banyak terjadi kesalahan tanda baca pada paragraf
deskripsi yang dibuat oleh peserta didik. Sehingga dibutuhkan metode yang dapat
meningkatkan pengetahuan siswa tentang menulis tanda baca yang sesuai dengan
kaidah ejaan.. Jadi dibutuhkan perhatian dan motivasi dari guru untuk
10
Amsari, ‘’Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan
Belajar Tingkat SMP Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/
2016’’ EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik Kelas X Kurikulum 2013’’(Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017), 77.
9
menganalisis tanda baca. Dimana tanda baca termasuk komponen dari ejaan
PUEBI. Penelitian penulis berbeda dengan penelitian Amsari yang fokus meneliti
penggunaan tanda baca dalam paragraf deskripsi yang ditulis oleh peserta didik.
Sedangkan penelitian penulis fokus meneliti PUEBI pada buku teks yang
digunakan di sekolah.
penelitian mengenai ‘’Analisis Kesalahan Ejaan pada Buku Teks Mata Pelajaran
kedua buku tersebut, sehingga dibutuhkan ketelitian yang lebih untuk setiap buku
yang akan terbit. Persamaan penelitian penulis dengan penelitian milik Retno
yang fokus meneliti ejaan pada buku teks SD terbitan Yudhistira dan Erlangga,
11
Ibid., 77.
10
sedangkan penulis fokus meneliti PUEBI pada buku teks kelas VII SMP/ Mts
terbitan Kemdikbud.12
G. Kajian Pustaka
12
Retno Kurniasari Widianingsih, ‘’Analisis Kesalahan Ejaan pada Buku Teks Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia untuk Kelas VI Sekolah Dasar Terbitan Yudhistira dan Erlangga’’ (Skripsi,
Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), 60.
13
Muammar Reza Qhadafi, “Analisis Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan dalam Teks
Negoisasi Siswa SMA Negeri 3 Palu,” Jurnal Bahasa dan Sastra 03, 4 (2018): 2.
14
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru (Surabaya: Amelia Surabaya,
2003), 40.
11
antonim benar, jadi lebih condong ke arah tidak menurut aturan yang telah
merujuk kepada kamus bahasa Indonesia, kata kesalahan berasal dari kata salah
adalah prosedur kerja yang biasa digunakan peneliti dan guru bahasa, yang
dimaksud dapat terjadi pada pengucapan, cara penulisan, struktur kata, struktur
15
Muammar Reza Qhadafi, “Analisis Kesalahan Ejaan yang Disempurnakan dalam Teks
Negoisasi Siswa SMA Negeri 3 Palu,” 2.
16
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, 386.
17
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, 60-61.
18
Didah Nurhamidah,”Analisis Kesalahan Ejaan pada Karangan Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,” 93.
12
kalimat, cara pengungkapan baik lisan maupun tulisan yang menyangkut dengan
pasti setiap harinya menggunakan bahasa, dan jika dikaitkan kegiatan berbahasa
baik yang disengaja maupun tidak. Kesalahan ada dua macam jenis yaitu
kesalahan sistematis dan kesalahan yang tidak sistematis. Jika berbicara tentang
pembicara untuk menghasilkan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa yang
digunakannya. Bahasa yang dimaksud adalah yang berbentuk kata, kalimat, dan
ragam formal. Bahasa ragam formal yang dimaksudkan, misalnya bahasa yang
19
Mansoer Pateda, Analisis Kesalahan (Flores: Nusa Indah, 1989), 34.
13
dan tata bahasa. Faktor yang pertama adalah hal-hal penentu dalam kegiatan
faktor penentu dapat membuat kesalahan berbahasa. Faktor kedua adalah tata
bahasa. Kesalahan pemakaian tata bahasa dapat berakibat fatal terhadap bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan bahasa Indonesia yang tepat adalah
penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai faktor penentu komunikasi dan benar
Lain jika mengacu pada teori dari Norrish dan dikutip oleh Pateda, maka
e. Jenis-Jenis Kesalahan
20
Ibid.
21
Yerry Mijianti, ’’Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia,’’115.
22
Mansoer Pateda, Analisis Kesalahan, 67.
14
berbahasa seseorang.23 Selain itu, ada kesalahan berbahasa yang diuraikan dari
a) Kesalahan Acuan
Menurut teori Corder yang dikutip oleh Pateda, kesalahan acuan atau
referential errors diistilahkan: “…where the speaker uses a term with the
inapplicable.”
sering terjadi apa yang dibayangkan, ditunjuk, dibawa, diambil, tidak sesuai
seseorang, ‘’Bawalah kursi kuliah”, kemudian yang dibawa hanya kursi biasa.24
b) Kesalahan Register
register yaitu, “register is a term employed by some linguist to indicate the uses
Dalam bahasa Indonesia kata operasi dalam bidang kesehatan maka bermakna
23
Ibid., 38.
24
Mansoer Pateda, Analisis Kesalahan, 39.
15
tubuh yang bermasalah. Sedangkan jika kata operasi mengacu terhadap bidang
c) Kesalahan Sosial
Menurut teori Corder yang dikutip oleh Pateda, istilah kesalahan sosial
yaitu, “sosial errors, where he selects forms which are inappropriate to his social
Semisal, jika peserta didik berkata kepada guru, “Pak, kemarin aku
mendapat hadiah baju dari ibu”, penggunaan kata aku tidak tepat jika dilihat dari
sudut pandang status sosial. Karena kata aku tidak digunakan terhadap seseorang
yang status sosialnya lebih rendah (pembicara) daripada yang diajak berbicara.
26
d) Kesalahan Tekstual
diistilahkan ‘’when the speaker does not select the structurally correct form to
tafsiran yang keliru terhadap kalimat atau wacana yang didengar atau yang
dibaca.
25
Ibid., 40.
26
Mansoer Pateda, Analisis Kesalahan, 41.
16
kemungkinan tafsiran. Bisa jadi ditafsirkan ada dua, tiga dan bahkan 4 orang
e) Kesalahan Guru
Salah satu teori dari jenis-jenis kesalahan yang diungkapkan oleh Pateda,
yakni kesalahan guru. Kesalahan ini sebenarnya berkaitan erat dengan metode
pengajaran bahasa seorang guru di dalam kelas. Dimana metode atau bahan yang
diajarkan salah. Salah satu contohnya adalah ketika guru memberikan pengajaran
materi tentang sisipan –el yang dapat dilekatkan pada beberapa kata yang
guru berasal dari kata gas jika disisipkan dengan –el maka menjadi gelas. Padahal
kata gas dan gelas tidak ada kaitannya sama sekali. Kemudian peserta didik
tersebut akan terus tertanam diakibatkan oleh kesalahan penansferan ilmu sisipan
tersebut.28
2. Ejaan
a. Pengertian Ejaan
Menilik teori dari Weda, kata ‘ejaan’ berasal dari bahasa Arab yakni
hija’, lalu menjadi ‘eja’ yang mendapat akhiran –an. Secara umum, ejaan yakni
27
Ibid., 42.
28
Mansoer Pateda, Analisis Kesalahan, 46-47.
17
bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf, serta huruf yang
aturan, tata cara, kaidah, pedoman untuk menulis suatu bahasa, baik yang
tanda baca, yang wajib dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan serta
b. Fungsi EBI
Ejaan bahasa Indonesia atau yang seringkali disingkat EBI adalah ejaan
bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 2015 untuk menggantikan Ejaan
dalam penulisan karya ilmiah maupun naskah-naskah resmi lainnya antara lain:
tertulis. Dengan diterapkannya EBI, maka dapat tercapai beberapa hal berikut: 1.
29
Weda Sasmita Atmanegara, Pedoman Umum; Ejaan Bahasa Indonesia , 5-6.
18
yang baku, berarti bahasa Indonesia memiliki ejaan sistematis dan bisa dijadikan
ukuran tata bahasa maupun tata istilah, 3. Bahasa Indonesia akan menjadi sarana
Merujuk dari teori Weda perihal asal usul Ejaan van Ophuijsen. Pada
tahun 1900 sebelum ejaan tersebut dicetuskan, daerah Melayu beserta daerah
sebagai akibat dari penjajahan orang barat di tanah Melayu. Maka CV. A van
Ophujsen, yang merupakan seorang ahli bahasa dari Belanda mendapatkan titah
untuk merancang ejaan yang dapat dipakai dalam bahasa Melayu. Jika hal
yang akan segera bertindak menyusun ejaan dengan metode yang tidak terpimpin
sehingga nantinya muncul kekacauan dalam ejaan tersebut. Ejaan van Ophuijsen
disebut juga dengan Ejaan Balai Pustaka yang diterbitkan dalam sebuah buku
30
Ibid., 5.
31
Weda Sasmita Atmanegara, Pedoman Umum; Ejaan Bahasa Indonesia, 6.
19
sederhana agar mudah digunakan oleh penutur bahasa Melayu serta untuk
mengurangi pengaruh dominasi ejaan Belanda yang diwakili dalam Ejaan van
Ophuijsen. Ejaan Republik ini juga disebut dengan Ejaan Soewandi dikarenakan
yang mencanangkan dan meresmikan ejaan ini tidaklah lain yakni Mr. Soewandi
yang merupakan seorang ahli hukum dan notaris pertama bumiputera yang
menjabat menteri dalam kabinet Sjahrir I,II, dan III. Istilah Ejaan Republik
3) Ejaan Pembaharuan
dibentuk pada tanggal 19 Juli 1956 kemudian dilanjutkan kembali pada tahun
1957. Ejaan ini berawal dari polemik yang terjadi pada Kongres Bahasa
Indonesia ke-2 di Medan tahun 1954, yang diprakarsai oleh Yamin serta selaku
sebagai bentuk rasa prihatin akan kondisi bahasa Indonesia yang saat itu masih
belum mapan.
Ejaan ini digarap oleh dua orang, yakni diawali oleh Profesor Prijono,
tidak sempat melanjutkan untuk mengemban amanah awal. Maka daripada itu,
32
Yerry Mijianti, ’’Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia,’’119.
20
ejaan ini juga disebut dengan Ejaan Prijono Katoppo. Ejaan ini dibentuk pada
4) Ejaan Melindo
tahun 1954 di Medan diadakan Kongres Bahasa dan juga dihadiri oleh delegasi
Malaysia. Karena kebetulan dua negara ini juga penutur bahasa Melayu,
ejaan yang bertujuan untuk menyeragamkan ejaan. Jika dari kubu negara
Tanah Melayu (Malaysia) yaitu Syeh Nasir bin Ismail yang tergabung dalam
politik.34
Merujuk kembali pendapat dari Weda tentang sejarah Ejaan Baru atau
lebih dikenal dengan Ejaan LBK. Ejaan ini merupakan kelanjutan dari rintisan
Malaysia. Jika dari Indonesia istilah panitia perumusan ejaan ini dinamakan
panitia Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan), yang sekarang berganti
33
Weda Sasmita Atmanegara, Pedoman Umum; Ejaan Bahasa Indonesia, 7.
34
Ibid., 8.
21
Negara Malaysia pembentukan ejaan ini ditangani oleh panitia Ejaan Bahasa
Baru. Pada tanggal 23 Mei 1972, akhirnya kedua negara ini menandatangani
pernyataan untuk menerapkan ejaan yang dirumuskan oleh panitia dari kedua
Jember, bahwa EYD yang merupakan singkatan dari Ejaan yang Disempurnakan,
telah mengalami beberapa perubahan dari masa ke masa, yaitu dari tahun 1972,
1988, 2009. Ejaan 1972 merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Lembaga
Bahasa dan Kesastraan, serta hasil cikal bakal dari Ejaan Baru atau Ejaan LBK.
edisi II pada tahun 1988. Agar masyarakat semakin mahir berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar, maka PUEYD edisi ketiga dicetuskan pada tahun 2009.36
7) PUEBI
35
Weda Sasmita Atmanegara, Pedoman Umum; Ejaan Bahasa Indonesia, 8.
36
Yerry Mijianti, ’’Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia,’’121-124.
22
Menurut Erikha, yang dikutip oleh Yerry bahwa ada enam ciri khusus dari
Ejaan van Ophuijsen, yakni: 1. Untuk membedakan antara huruf i dan huruf ї
sebagai akhiran yang disuarakan tersendiri seperti diftong, contonya: mulaї dan
ramaї, dan untuk menulis huruf y, misal Soerabaїa. 2. Huruf j untuk menuliskan
kata-kata yang dieja huruf y, contohnya wajang, jang, saja. 3. Huruf oe untuk
Huruf ch yang dieja kh seperti achir, chusus, machloe’. 5. Huruf tj dieja menjadi
huruf c seperti Tjikini, tcara, pertjaya. 6. Tanda diakritis, seperti koma ain dan
tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, jum’at, ta’, dan pa’.38
2) Ejaan Republik
Menukil teori Erikha yang dikutip oleh Yerry bahwasanya Ejaan Republik
memiliki lima ciri khusus, yakni: 1. Penghapusan tanda diakritis schwa atau
e‘pepet’ (ẻ) menjadi e sehingga tidak ada lagi ada tulisan kẻnari dan kẻluarga,
tetapi keluarga dan kehadiran. 2. Kata ulang ditulis dengan angka 2 seperti pada
ditulis serangkai dengan kata yang menyertainya, contoh: dijalan, diluar, dijual,
37
Ibid.
38
Yerry Mijianti, ’’Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia,’’ 119.
23
diminum. 4. Bunyi hamzah (‘) ditulis dengan k sehingga tidak ada lagi kata ra’yat
dan ta’ tetapi menjadi rakyat dan tak. 5. Huruf oe disederhanakan menjadi u
3) Ejaan Pembaharuan
Mengacu pada teori Admin yang dikutip kembali oleh Yerry bahwasanya
huruf š. Misalnya, sjarat menjadi šarat. 4. Gabungan vokal ai, au, dan oi, menjadi
ay, aw, dan oy. Perubahan penulisan gabungan huruf vokal (diftong) dari
gabungan vokal ai, au, dan oi menjadi ay, aw, dan oy. Misalnya, balai, engkau,
4) Ejaan Melindo
Ejaan Melindo dapat dikenali dengan enam ciri yang dikutip dari pendapat
Erikha dan Admin yang dikutip oleh Yerry di dalam jurnal Universitas
39
Ibid., 120.
40
Yerry Mijianti, ’’Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia,’’120-121.
24
dengan huruf nc, sehingga menjadi huruf yang baru. 2. Kata menyapu akan
Gabungan ng pada kata ngopi ditulis menjadi ɳopi. 5. Diftong oi seperti pada
kata koboi ditulis menjadi koboy. 6. Gabungan konsonan tj pada kata tjara,
5) Ejaan Baru
Menurut Erikha yang dikutip kembali oleh Yerry bahwasanya tidak ada
perbedaan antara ejaan LBK dengan EYD, kecuali pada rincian kaidahkaidah
saja.42
6) Ejaan EYD
Menilik kembali dari pendapat Yerry yang bersumber pada Pustaka Timur,
Ejaan EYD memiliki empat ciri khusus, yakni: 1. Tanda garis miring terdapat
Bentuk kh, ng, ny, dan sy dikelompokkan menjadi gabungan huruf konsonan. 3.
Huruf diftong oi ditemukan pada posisi tengah dan posisi akhir dalam sebuah
kata, contohnya boikot dan amboi. 4. Penulisan huruf masih tetap mengatur dua
macam huruf, yaitu huruf besar atau huruf kapital dan huruf miring.43
7) PUEBI
41
Ibid., 121.
42
Yerry Mijianti, ’’Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia,’’121.
43
Ibid., 123-124.
25
perbedaan secara substansi, yaitu: (a) angka dan bilangan, (b) kata si dan sang,
(c) partikel, (d) singkatan dan akronim, (e) pemakian huruf, (f) kata ganti ku-,
kau-, ku, -mu, dan –nya; (g) kata depan. Kemudian ciri-ciri PUEBI sendiri dalam
penggunaan huruf, maka memiliki lima jenis yang bersumber dari Permendikbud
Nomor 50 tahun 2015 dan dikutip oleh Yerry Mijianti, yaitu: 1. Pada huruf
konsonan terdapat catatan penggunaan huruf q dan x yang lebih rinci, yaitu: (a)
huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu; (b) huruf x
pada posisi awal kata diucapkan [s]. 2. Pada huruf vokal, untuk pengucapan
(pelafalan) kata
yang benar digunakan diakritik yang lebih rinci, yaitu (a) diakritik (é)
dilafalkan [e] contohnya: anak-anak bermain di teras (téras); (b) diakritik (è)
dilafalkan [Ɛ] misalnya: kami menonton film seri (sèri); (c) diakritik (ê)
dilafalkan [Ə] misalnya: pertandingan itu berakhir seri (sêri). 3. Pada huruf
sedangkan pada PUEBI terdapat 13 aturan) dengan disertai catatan. 4. Pada huruf
diftong terdapat tambahan yaitu diftong ei misalnya pada akata eigendom, geiser,
dan survei. 5. Pada huruf tebal terdapat pengurangan aturan sehingga hanya dua
26
aturan, yaitu menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring dan
bersumber dari Permendikbud Nomor 50 tahun 2015 dan dikutip oleh Weda.45
Contoh:
c) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk
julukan.
Contoh:
• Nama orang:
• Julukan:
44
Yerry Mijianti, ’’Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia,’’124.
45
Weda Sasmita Atmanegara, Pedoman Umum; Ejaan Bahasa Indonesia, 16.
27
d) Huruf kapital digunakan dalam huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
Contoh:
- Ratu Elizabeth
e) Huruf kapital digunakan dalam huruf pertama nama jabatan atau nama instansi
Contoh:
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap nama agama, kitab suci,
Contoh:
- Islam
- Alkitab
- Allah
46
Ibid., 17.
28
Contoh:
- Nabi Adam
- Insinyur Soekarno
h) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
Contoh:
i) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang
Contoh:
- Newton :N
47
Weda Sasmita Atmanegara, Pedoman Umum; Ejaan Bahasa Indonesia, 18.
29
j) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama singkatan nama bangsa, suku
Contoh:
- suku Dayak
- bahasa Jawa
- bangsa Indonesia
k) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan
hari raya.
Contoh:
- hari Rabu
- Idul Fitri
- Natal
- bulan Ramadan
l) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Contoh:
- Perang Padri
- Sumpah Pemuda
30
m) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama geografi yang
Contoh:
- Pulau Flores
- Gunung Semeru
- Selat Bali
- Sungai Nil
n) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama diri geografi.
Contoh:
- Yogyakarta
- Asia Tenggara
o) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama diri atau nama geografi
Contoh:
- tari Jaipong
- sastra Melayu
- batik Pekalongan
p) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi
negara, lembaga resmi, kecuali kata tugas seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
Contoh:
48
Ibid., 19.
31
- Republik Indonesia
q) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
Contoh:
- Perserikatan Bangsa-Bangsa
- Undang-Undang Dasar
r) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk kata
ulang sempurna) dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah.
Contoh:
s) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan gelar, pangkat,
atau sapaan.
Contoh:
- Dr. : doktor
- Prof. : profesor
- Ny. : nyonya
49
Weda Sasmita Atmanegara, Pedoman Umum; Ejaan Bahasa Indonesia, 20.
32
- Nn. : nona
Contoh:
Contoh:
v) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
x) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.50
Contoh:
50
Ibid., 21.
33
polisi.
a) Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
Contoh:
- mata air
- buah tangan
Contoh:
- buku-ensiklopedia baru
- anak-cucu pejabat
Contoh:
- sukacita
- darmabakti
d) Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Contoh:
- menyamaratakan
- dilipatgandakan
34
e) Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat
Contoh:
- sebar luaskan
- sama ratakan
Contoh:
- ru-am
- bu-as
Contoh:
- ran-tai
- am-boi
c) Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan itu.
51
Weda Sasmita Atmanegara, Pedoman Umum; Ejaan Bahasa Indonesia, 33.
35
Contoh:
- tan-tangan
- la-pak
d) Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
Contoh:
- man-di
- makh-luk
e) Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-
Contoh:
- ben-trok
- in-stru-men
Contoh:
- makan-an
- ber-jalan
52
Ibid., 33-34.
36
Contoh:
- me-ma-kai
- pe-nga-rang
Contoh:
- te-lun-juk
- ge-mu-ruh
i) Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu
unsur itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.53
Contoh:
j) Nama orang, instansi hukum, atau nama diri yang terdiri atas dua unsur atau
Contoh:
53
Weda Sasmita Atmanegara, Pedoman Umum; Ejaan Bahasa Indonesia, 34.
37
k) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir
Contoh:
l) Singkatan nama diri dan gelar terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.
Contoh:
penggabungan kata, serta pemenggalan kata, jika tidak dilengkapi kaidah akan
kata depan. Kata depan seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Contoh:
pemenggalan kata, penggunaan huruf serta kata depan, haruslah kaidah partikel
a) Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Contoh:
menuntaskannya.
c) Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
Contoh:
d) Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai
54
Ibid., 37.
39
Contoh:
e. Buku Teks
Buku teks seringkali disebut dengan buku pelajaran, dan dalam bahasa
literatur asing sering diistilahkan textbook. Menilik pendapat dari Chambliss dan
Calfee yang dikutip oleh Maman Suryaman bahwa definisi dari buku teks adalah
alat bantu siswa untuk memahami dunia, belajar dari hal-hal yang dibaca, serta
adalah buku yang menjadi acuan wajib di sekolah lalu berisi materi pembelajaran
yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, budi pekerti dan
pengetahuan dan teknologi, potensi fisik dan kesehatan yang disusun sesuai
Dapat ditarik kesimpulan dari dua definisi di atas bahwasanya buku teks
adalah buku acuan yang djadikan pegangan bagi peserta didik pada jenjang
55
Maman Suryaman, ‘’Dimensi-Dimensi Kontekstual Di Dalam Penulisan Buku Teks
Pelajaran Bahasa Indonesia,’’166.
40
tertentu, yang disusun oleh pakar dalam bidangnya masing-masing, disertai akan
Jika berbicara perihal kedudukan buku teks, maka sangat berperan sangat
penting baik bagi pendidik dan peserta didik. Karena tingkat kepentingan itulah
dalam jurnal Basastra, bahan ajar merupakan salah satu penentu keberhasilan
dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan ajar yang memadai mustahil untuk
dari pendapat Sitepu bahwasanya tidak ada negara satu pun di dunia ini
Wing). To make the evaluation process more effective, there is a need to identify
56
Ibid., 167.
57
Wulandayani Ngujer Basuki, Ani Rakhmawati, Sri Hastuti, ‘’Analisis Isi Buku Ajar Bahasa
Indonesia Wahana Pengetahuan Untuk SMP/ Mts Kelas VIII,’’2.
41
Hal ini diperkuat oleh pendapat Sitepu bahwa belum tentu penulis buku
teks mengetahui unsur-unsur yang perlu dan yang harus diperhatikan dalam
kepenulisan. Selain itu, dalam proses penerbitan, editor penerbit juga terkadang
penulis kurang cermat menyunting buku itu dari aspek isi, bahasa, ilustrasi dan
menetapkan instrumen penilaian buku teks. Bahwa buku teks yang berkualitas
BSNP tersebut dijabarkan dalam bentuk indikator. Hal tersebut bertujuan untuk
memperjelas indikator buku teks yang akan dinilai sehingga siapa saja yang
menilai dapat menerapkannya. Salah satu unsur yang harus diperhatikan adalah
kelayakan isi. Isi menyangkut materi yang ada dalam buku ajar sehingga sangat
wajar apabila unsur kelayakan isi merupakan unsur utama untuk menentukan
kualitas buku. Serta menurut Muslich berpendapat perihal kelayakan isi harus
memiliki indikator, antara lain: (1) kesesuaian uraian materi dengan SK (Standar
Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar); (2) keakuratan materi; dan (3) materi
58
Ibid., 5.
59
Ibid., 2.
42
yang sesuai dengan kaidah karena hal tersebut termasuk materi yang penting bagi
f. Kemdikbud
menyusun, menyediakan buku teks bagi peserta didik yang berdasarkan pada
peraturan UU No. 33 Tahun 2017 pasal 36. Bidang Perbukuan Pusat Kurikulum
60
Ibid., 5-6.
Agita Misriani, ‘’Kualitas Buku Teks Bahas Indonesia Kelas VII Terbitan Kemdikbud
61
Kurikulum 2013 (Tinjauan Atas Aspek Kesesuaian),’’ Estetik 1, no. 1 (Juni 2018): 2.
43