PENDAHULUAN
Hasil makalah mahasiswa tersebut biasanya berbentuk karya ilmiah yang berisi
suatu penjelasan tentang sebuah persoalan. Isi yang akan disampaikan melalui makalah
akan mencapai sasarannya secara efektif apabila bahasa yang digunakan untuk
mengungkapkan isi makalah tersebut sesuai dengan penggunaan bahasa dalam karya
ilmiah, teknik penulisan ilmiah dan teknik notasi ilmiah. Bahasa sebagai alat
komunikasi dalam makalah sangat memegang peranan terpenting di samping bentuk-
bentuk nonbahasa.
Makalah pada hakikatnya adalah sebuah komposisi atau hasil dari pemikiran suatu
persoalan. Oleh karena itu, semua ketentuan mengenai komposisi berlaku juga untuk
makalah yang dibuat. Sebagai salah satu bentuk komposisi khusus, makalah terikat oleh
kaidah karya tulis. Kaidah-kaidah itu perlu diperhatikan supaya makalah itu memenuhi
syarat penulisan ilmiah dan notasi ilmiah serta dapat mencapai sasaran secara efektif
dan efisien.
Cara menghadirkan makalah dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar tidak hanya berpatokan pada ada tidaknya aturan yang mengatur, tetapi juga perlu
diketahui bagaimana sumber daya pendukung. Penulis makalah setidaknya harus
mengetahui cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penulisan
makalah terdapat potensi kesalahan yang besar dari faktor Sumber Daya Manusia
(SDM). Disebabkan oleh lemahnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
oleh sumber daya manusia khususnya dalam penulisan makalah tersebut.
1
Makalah disajikan dengan gaya dan bahasa yang lebih bebas. Diksi atau pilihan
kata cenderung lebih lentur baris demi baris. Kata-kata teknik profesional tertentu tidak
dipergunakan lagi. Walaupun demikian bahasa yang digunakan tetaplah bahasa resmi,
yaitu bahasa baku. Hasil makalah akan lebih efektif bila bahasa yang digunakan adalah
bahasa dengan ujaan yang benar, pilihan kosa kata yang baku, susunan atau struktur
kalimat yang tertib dan sistematis. Oleh karena itu, penulis makalah harus mempunyai
pengetahuan yang cukup memadai mengenai komponen-komponen kebahasaan.
Makalah atau karya ilmiah banyak ragamnya, misalnya ada yang berbentuk
laporan, artikel, jurnal, skripsi, buku-buku ilmiah dan sebagainya. Setiap ragam sudah
tentu memiliki ciri-ciri masing-masing. Oleh karena itu, sulit untuk memberikan
pengertian yang mewakili semua karya ilmiah. Brotowidjojo (dalam Amir, 2007: 105)
menyatakan bahwa karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
Selain itu, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2005: 511 )
menjelaskan mengenai karya ilmiah berupa laporan yaitu 1) sesuatu yang dilaporkan, 2)
berita. Dari semua kepentingan dituliskannya suatu karya ilmiah ada satu maksud yang
sama, yaitu berkomunikasi dengan semua orang lain tentang ilmu.
Penulis makalah yang kurang teliti atau memang kurang memahami penggunaan
bahasa Indonesia yang benar dapat dikatakan bahwa mereka kurang menyadari kaidah-
kaidah penggunaan bahasa Indonesia dalam pembuatan makalah. Oleh sebab itu, sering
penulis menemukan bahasa Indonesia yang tidak tepat dalam makalah yang dibuat oleh
beberapa mahasiswa. Penulis sebagai salah satu mahasiswa mata kuliah bahasa
Indonesia merasa terpanggil untuk memecahkan masalah dalam penulisan makalah
yang baik dan benar. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan begitu saja dan terus berlanjut.
Perlu ditegaskan bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai
dengan kaidah yang berlaku merupakan cermin dari sikap si pemakai bahasa tersebut
terhadap bahasa Indonesia yang dipakainya. Jika bahasa Indonesia yang dipakainya
acak-acakan atau serampangan, ini menunjukkan bahwa pemakai bahasa kurang
memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Analisis kesalahan bahasa
memberikan banyak keuntungan terutama yang bertalian dengan kegiatan pengajaran
bahasa. Dengan analisis tersebut, akan dapat dipahami dan dapat diungkapkan berbagai
2
kesalahan bahasa yang dibuat oleh mahasiswa dan dapat dipahami latar belakang atau
faktor penyebabnya. Sebagaimana telah dikemukakan dapat digunakan sebagai
masukan atau umpan balik dalam upaya memperbaiki kesalahan sejenis pada waktu
yang akan datang, yang pada akhirnya dapat memperbaiki atau menyempurnakan
pengajaran bahasa itu sendiri. Di samping keunggulan diatas, harus pula diakui bahwa
analisis kesalahan berbahasa mengandung beberapa kelemahan. Dulay, dkk (dalam
Suwandi, 1997: 21) berpendapat bahwa sekurang-kurangnya ada tiga kelemahan
analisis kesalahan berbahasa. Pertama, kekacauan antara aspek penjelasan dan aspek
deskriptif (proses dan produk) analisis kesalahan. Pemberian suatu kesalahan mengacu
pada produk pemerolehan bahasa, sedangkan penjelasan (explanation) suatu kesalahan
penentuan asal-usul mengacu pada bahasa dari sudut pemerolehannya. Kedua,
kurangnya ketepatan dan spesifikasi yang memadai dalam definisi kategori kesalahan.
Ketiga, pemakaian klasifikasi yang simplistic yang tidak tepat untuk menjelaskan
kesalahan.
3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.3 Tujuan
4
1.4 Manfaat
1. Praktis
2. Kritis
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kesalahan Berbahasa
6
diterbitkan Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa (2007:6-12).
Pengguanaan huruf kapital harus disesuaikan dengan aturan berikut:
(3) Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan
kitab suci, termasuk kata ganti Tuhan
(4) Huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
diikuti nama orang.
7
Contoh : Penggunaan huruf kapital “Raden Ajeng”
2. Dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau
daftar
5. Dipakai diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda Tanya atau seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka
8
(2) Tanda Koma (,)
2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu
dengan kalimat setara berikutnya yang didahului kata tetapi atau
melainkan.
3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat,
jika anak kalimat mendahului induk kalimat
4) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat mengiringi induk kalimat.
9
Dalam kata “kebijaksaan” merupakan kata dasar dari “bijaksana” kemudian
terdapat kata depan ke dan mendapat imbuhan akhiran –an.
2. Penulisan Kata Ganti -ku, kau-, -mu, dan –nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya;
sedangkan ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang diikutinya.
Contoh :
10
Kata “merumuskan” merupakan kata dasar dari “rumus” mendapat imbuhan
awalan me- dan akhiran –kan.
4. Penulisan Gabungan Kata
Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah. Gabungan kata yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
5. Penulisan Unsur Serapan
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia
dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum
sepenuhnya terserap dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock.
Unsur ini dipakai dalam bahasa Indonesia tetapi pengucapannya masih
mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan
penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Contoh:
Kata Geografis merupakan serapan kata dari bahasa inggris yaitu geographys
menjadi Geografis.
11
Ambiguitas pada tingkat ini terjadi karena membaurnya bunyi-bunyi bahasa
yang diucapkan. Terkadang kita bisa saja salah menafsirkan makna suatu kata
atau frasa karena saat percakapan frasa atau kata itu terlalu cepat diucapkan.
Contoh : :
(1) Kata ”Kapan emas kawinnya?” dapat ditafsirkan salah bila kita tidak
memperhatikan konteksnya. Apabila pengucapannya terlalu cepat, itu
bisa ditafsirkan menjadi kapan emas kawin (benda) akan diberikan
kepada pengantin misalnya atau mungkin penafsirannya ke arah kapan
seseorang yang dipanggil mas (kakak laki-laki) tersebut akan menikah.
(2) Kalimat ”Yang berdiri di depan kakak ibu”. Kalimat ini jika
pengucapannya tidak dibatasi oleh jeda akan dapat ditafsirkan yang
berdiri di depan itu kakak dari ibu (paman/bibi) atau bisa juga ditafsirkan
yang berdiri di depan kakak itu adalah ibu.
2. Ambiguitas Pada Tingkat Gramatikal
Ambiguitas gramatikal muncul ketika terjadinya proses pembentukan satuan
kebahasaan baik dalam tataran morfologi, kata, frasa, kalimat ataupun paragraf
dan wacana. Ambiguitas kata yang disebabkan karena morfologi akan hilang
dengan sendirinya ketika diletakkan dalam konteks kalimat yang benar.
Contoh :
(1) Ambiguitas yang disebabkan oleh peristiwa pembentukan kata secara
gramatikal. Misalnya kata tidur setelah mendapat awalan pe- berubah
menjadi penidur. ”Penidur”, kata ini dapat berarti orang yang suka tidur
dan dapat juga berarti obat yang menyebabkan orang tertidur.
(2) Ambiguitas pada frase. Misalnya, orang tua dalam bahasa Indonesia
dapat bermakna orang tua kita yaitu ibu dan ayah, atau orang yang sudah
tua. Untuk menghandiri ambiguitas ini, kita harus menambahkan unsur
penjelas seperti : Orang tuaku atau orang tuanya untuk frase yang
mengacu kepada ayah dan ibu. Sedangkan untuk makna yang kedua
dapat ditambahkan kata “yang” maka menjadi orang yang sudah tua.
12
Setiap kata dalam bahasa dapat memiliki makna lebih dari satu. Akibatnya,
orang sering kali keliru menafsirkan makna suatu kata. Jadi, makna suatu kata
dapat saja berbeda tergantung dari konteks kalimatnya sendiri. Seperti kata
menggali yang digunakan dalam bidang perkebunan akan berbeda maknanya
jika digunakan dalam bidang hukum atau keadilan.
Contoh dalam kalimat : “Petani sedang menggali tanah dibelakang rumahnya”.
Akan berbeda maknanya dengan kalimat “Polisi sedang berusaha menggali
informasi dari saksi mata”.
Versi baru
Versi lama
13
Penggunaan paragraf salah Penggunaan paragraf benar
14
Ketelitian saat pengetikan dengan
usaha sendiri, setiap BAB sesuai
dengan size kertas
15
Selain ejaan penulis juga harus memperhatikan dalam hal pilihan kata yang
digunakan dalam karya tulis tersebut. Apakah kata tersebut memiliki koheren dan
kohesi dengan konteks yang dibicarakan atau tidak, apakah mempunyai kesejajaran
atau tidak. Karena perkembangan dalam hal kata begitu cepat maka penulis dituntut
untuk bisa lebih menambah pengetahuannya mengenai ilmu kebahasaan.
3. kesalahan penggunaan kalimat
Kesalahan dalam penggunaan kalimat dalam hal ini mengenai kohesi, koherensi,
dan kesejajaran. Sudah diuraikan di atas mengenai kesalahan yang ditemukan
dalam penulisan karya tulis siswa dan dapat disimpulkan bahwa kesalahan
berhubungan dengan penggunaan kalimat harus mengetahui unsur-unsur yang
membangun dalam kalimat. Kalimat yang baik adalah haruslah mengandung unsur
kohesi, koherensi, dan memiliki kesejajaran.
4. Presentase Kesalahan Berbahasa
Presentase kesalahan berbahasa sama seperti yang sudah dijelaskan di atas.
5. Sumber Penyebab Terjadinya Kesalahan
Faktor pertama yang mempengaruhi kesalahan penggunaan bahasa Indonesia
dalam karya tulis siswa Mahasiswa adalah dari guru pembimbing. Guru
pembimbing hanya memperhatikan isi dari karya tulis siswa dan tidak
mempertimbangkan penggunaan bahasa serta ejaan yang sesuai kaidah. Setelah
diadakan observasi dengan mewancarai sejumlah guru di sekolah tersebut banyak
ditemukan berbagai alasan mengenai proses konsultasi maupun proses
pembimbingan penulisan karya tulis siswa tersebut. Faktor yang kedua yaitu karena
siswa tidak memperhatikan atau bahkan tidak mengetahui mengenai kaidah kaidah
kebahasaan yang benar dan hanya membuat dengan asal-asalan. Faktor yang ketiga
yaitu adanya kesalahan yang dilakukan oleh piak lain, misalnya operator rental
pengetikan tempat siswa merentalkan karya tulisnya.
16
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Ardiana, Leo Indra dan Yonohudiyono. 1998. Analisis Kesalahan Berbahasa EPNA
3302/2/2sks/modul 1-6. Jakarta: universitas terbuka.
Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sabariyanto, Dirgo. 1992. Bahasa Surat Dinas. Yogyakarta: PT. Mitra Gama Widya.
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
--------------------1993. Eksposisi dan Deskripsi: Komposisi Lanjutan II. Flores: Nusa Indah.
Wibowo, Wahyu. 2002. Enam Langkah Jitu Agar Tulisan Anda Makin Hidup dan Enak
Dibaca. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Yogyakarta: CV Indonesiatera.
19