Perum Damri
Perum PPD
Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia
Perum Percetakan Uang Republik Indonesia atau disingkat Perum PERURI
BAB III
PERJAN(PERUSAHAAN JAWATAN)
A. Latar Belakang
Seringkali kita mendengar tentang Perjan, akan tetapi kita tidak mengetahuinya. Perjan
adalah bentuk badan usaha milik negara yang seluruh modalnya di miliki
pemerintah.Besarnya modal Perusahaan Jawatan ditetapkan melalui APBN.Perusahaan
jawatan beriorentasi pada pelayanan masyarakat sehingga selalu merugi. Sekarang
perusahaan BUMN yang mengunakan model Perjan sudah tidak ada, karena besarnya biaya
untuk memelihara perjan-perjan tersebut.sesuai dengan Undang Undang (UU) Nomor 19
tahun 2003 tentang BUMN. Contoh Dulu PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api)
merupakan perjan, tetapi Sekarang berganti menjadi PT.KAI (Persero).Perusahaan Jawatan
Pegadaian bernaung di bawah Departemen Keuangan. Pada saat ini,Perusahaan Jawatan
Pengadaian berubah nama menjadi Perum Penggadaian Dan Menjadi Pergadaian
Persero.Perjan Kehutanan diubah menjadi Perum Perhutani.
Perusahaan negara ada yang seluruh modalnya berasal dari kekayaan negara yang
disalurkan melalui suatu departemen tertentu.Negara bertanggung-jawab penuh atas utang-
utang dan pengelolaan perusahaan tersebut.Usahanya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat umum.Oleh karena itu, perusahaan ini tidak semata-mata
mencari keuntungan (laba).
Kekayaan perjan merupakan kekayaan negara yang dilimpahkan pada departemen yang
bersangkutan.Jika terjadi kerugian, untuk menutup kerugian dan untuk penambahan
modalnya bisa dianggarkan dari APBN melalui departemen yang bersangkutan. Oleh karena
itu kerugiannya selalu ditanggung oleh pemerintah,.Akibatnya, sejak tahun 1998 bentuk
perusahaan negara ini sudah tidak diselenggarakan lagi oleh pemerintah.Banyak perjan yang
kemudian diubah bentuknya menjadi perum atau Persero.
3 Contoh perjan :
2. Perjan Pergadaian
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan perumusan
masalah sebagai berikut :
2.Perjan Pergadaian
Perusahaan negara jawatan (perjan) adalah perusahaan milikn negara yang ditunjukan
untuk melayani kepentingan masyarakat dengan memperhatikan segi efisiensinya. Besarnya
modal perusahaan jawatan ditetapkan melalui APBN
Perusahaan jawatan adalah BUMN yang seluruh modalnya termasuk dalam anggaran
belanja negara yang menjadi hak dari departemen yang bersangkutan . Tujuan perjan adalah
pengabdian dan melayani kepentingan masyarakat yang ditujukan untuk kesejahteraan
umum, dengan tidak mengabaikan syarat efisiensi , efektivitas, dan ekonomis serta pelayanan
yang memuaskan.
Terdapat kebatasan dalam hal anggaran pemerintah untuk mengisi formasi yang ada
diperjan
Pihak lain dilarang turut campur dalam urusan pengolahan perjan kecuali direksi
Waktu kepengurusan dan pengelolahan perjar dibatasi dengan undang-undang yang
berlaku(terikat)atau tidak bebas dalam mengelolah perjan
Semua biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas Dewan Pengawas
dibebankan pada perjan.
BAB IV
PERUSAHAAN DAERAH
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Badan usaha milik negara yang dikelola oleh pemerintah daerah disebut
badan usaha milik daerah (BUMD). Perusahaan daerah adalah perusahaan yang didirikan
oleh pemerintah daerah yang modalnya sebagian besar / seluruhnya adalah milik
pemerintah daerah. Tujuan pendirian perusahaan daerah untuk pengembangan dan
pembangunan potensi ekonomi di daerah yang bersangkutan. Contoh perusahaan daerah
antara lain: perusahaan air minum (PDAM) dan Bank Pembangunan Daerah (BPD). Badan
Usaha Milik Daerah ( BUMD ) memiliki kedudukan sangat panting dan strategis dalam
menunjang pelaksanaan otonomi.
1.3 Tujuan
BAB 2
PEMBAHASAN
9.Modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang go public
10.Dapat menghimpun dana dari pihak lain, baik berupa bank maupun nonbank
11.Direksi bertanggung jawab penuh atas BUMN, dan mewakili BUMN di pengadilan
2.4 Kelebihan dan Kekurangan BUMD
Kelebihan BUMD
2. Membantu sektor swasta mengelola sektor usaha yang secara ekonomis tidak
menguntungkan, namun produknya sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
3. Menyerap tenaga kerja formal dengan seleksi tertentu sehingga dapat diperoleh sumber
daya manusia yang lebih berkualitas handal.
4. Mudah mengumpulkan modal, karena modal berasal dari kekayaan negara atau daerah
yang dipisahkan.
5. Pengelolaannya berasal dari direksi dan komisaris yang ditunjuk pemerintah dan RUPS
sehingga lebih berhati-hati dan profesional.
Kekurangan BUMD
1.Keterbatasan kemampuan dan keahlia dalam mengelola BUMN dan BUMD menyebabkan
sering menderita kerugian
2.Pada situasi tertentu bertindak sebagai perusahaan monopoli sehingga penetapan harga
ditentuka sepihak (perusahaan), bukan melalui mekanisme pasar walaupun akhirnya untuk
kesejahteraan rakyat
3.Pendiriannya sukar karena harus melalui peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
d. Perusahaan Daerah Angkutan Antarkota (bus AKDP dan AKAP), digunakan dari bulan
Oktober 1991 (UU no. 22 tahun 1991) sampai akhir 1999/awal 2000, dirubah status
menjadi PO(Perusahaan otobus) pada awal tahun 2000, sesuai Pasal 5 ayat 3 UU no. 58
tahun 2000. Contoh: Menurut pasal 5 ayat 3 UU no. 58 tahun 2000, Perusahaan Daerah
Angkutan Antarkota (PDAAK) Haryanto dirubah statusnya menjadi PO dan diganti nama
menjadi Perusahaan Otobus (PO) Haryantodan Perusahaaan Daerah Angkutan
Antarkota (PDAAK) Miniarta dirubah statusnya menjadi PO dan diganti nama
menjadi Perusahaan Otobus (PO) Miniarta.
A. LATAR BELAKANG
Badan usaha milik daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki
oleh pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah daerah membentuk dan mengelola
BUMD ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.
CONTOH TIGA PERUSAHAAN DAGANG DI INDONESIA
B. RUMUSAN MASALAH
Dapat memahami perkembangan dan masalah dalam tiga contoh perusahaan Daerah di
Indonesia
4. PD PASAR JAYA
Perusahaan Daerah Pasar Jaya didirikan berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukota Jakarta No. lb.3/2/15/66 pada tanggal 24 Desember 1966.Kemudian pengesahan oleh
Menteri Dalam Negeri lewat Keputusan No.Ekbang 8/8/13-305 tanggal 23 Desember 1967.
Selanjutnya untuk meningkatkan status dan kedudukan hukum serta penyesuaian dengan
perkembangan Ibukota Jakarta, maka Keputusan Gubernur tersebut ditingkatkan dengan Peraturan
Daerah No. 7 Tahun 1982 tentang Perusahaan Daerah Pasar Jaya Provinsi DKI Jakarta. Perda tersebut
disahkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 511.231-181 tanggal 19 April 1983 dan telah
diumumkan dalam Lembaran Daerah DKI Jakarta No. 34 Tahun 1983 Seri D No. 33.
Dalam upaya peningkatan peranan Pasar Jaya sebagai perusahaan daerah yang lebih profesional
serta mengantisipasi tuntutan perkembangan bisnis perpasaran di DKI Jakarta yang makin kompetitif
dan untuk meningkatkan fungsi dan peranannya maka Pasar Jaya, pada tanggal 30 Desember 1999,
ditetapkan kembali dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 12 Tahun 1999 tentang Perusahaan
Daerah Pasar Jaya Provinsi DKI Jakarta, yang telah diumumkan dalam Lembaran Daerah Provinsi DKI
Jakarta No. 35 Tahun 1999.
Dengan bergulirnya waktu, pasar terus berkembang.Pada mulanya pasar merupakan tempat
bertemunya pedagang dan pembeli dan terjadinya transaksi langsung, seiring berjalannya waktu dan
tuntutan konsumen pasar yang terus berubah maka pasar tidak hanya sekedar menjadi tempat
bertemunya pedagang dan konsumen.Pasar sudah merupakan entitas bisnis yang lengkap dan
kompleks dimana kenyamanan dan kepuasan pelanggan (consumer satisfaction) yang menjadi
tujuan utama.
Saat ini PD Pasar Jaya mengelola 151 pasar yang tersebar di seluruh
wilayah DKI Jakarta. Total nilai asset perusahaan lebih dari 3 triliun Rupiah.
Tanah Abang, Pasar Senen, Pasar Jatinegara, Pasar Burung, Pasar Pramuka, Pasar Induk
Kramat Jati, Pasar Pagi, Pasar Blok M, Pasar Cipulir, Pasar Mayestik danpuluhan pasar
milik PD. Pasar Jaya lainnya.
Pasar Jaya terbagi atas 20 area yang masing-masing dipimpin oleh seorang
Manajer.
PDAM atau Perusahaan Daerah Air Minum merupakan salah satu unit usaha milik daerah,
yang yang bergerak dalam distribusi air bersih bagi masyarakat umum.PDAM terdapat di
setiap provinsi, kabupaten, dan kotamadya di seluruh Indonesia.PDAM merupakan
perusahaan daerah sebagai sarana penyedia air bersih yang diawasi dan dimonitor oleh
aparataparat eksekutif maupun legislatif daerah.
Perusahaan air minum yang dikelola negara secara modern sudah ada sejak zaman
penjajahan Belanda pada tahun 1920an dengan namaWaterleidingsedangkan pada
pendudukan Jepang perusahaan air minum dinamai Suido Syo
Kurun 1400an
Pada tahun 1443 terekam adanya bukti tertulis sebagaimana dilaporkan bahwa pada masa
itu air yang merupakan minuman sehari-hari orang Asia Tenggara dialirkan dari gunung
mengalir kerumah-rumah penduduk dengan pipa bambu.
Kurun 1600an
Air minum disalurkan langsung ke Istana Aceh sedangkan sumur diperuntukan bagi daerah
yang jauh dari sungai seperti dilaporkan terjadi pada tahun 1613.
Dimulailah penjajahan Belanda melalui misi dagangnya yang terkenal VOC (mulanya pada
tahun 1613 VOC menyewa mendirikan loji tidak permanen dengan sewa
1.200 rijkdaader atau 3.000 gulden tapi kemudian mereka dengan liciknya membuat
bangunan tembok permanen dengan bahan batu dan beton dan dijadikan benteng
pertahanan mereka), kemudian mereka membumi hanguskan Bandar Sunda Kelapa dan
mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia, resmilah Belanda menjajah Indonesia dengan
diselingi oleh penjajah Perancis ( 1808-1811) dan penjajahan Inggris (1811-1816) penduduk
Jakarta waktu itu sekitar 15.000 jiwa dan air minum masih sangat sederhana dengan
memanfaatkan sumber air permukaan (sungai) yang pada masa itu kualitasnya masih baik.
Di Asia Tenggara kebiasaan penduduk untuk mengendapkan air sungai dalam gentong atau
kendi selama 3 minggu atau satu bulan telah dilakukan untuk mendapatkan air minum yang
sehat.
Kurun 1800an
Di Pulau Jawa sebagaimana dilaporkan oleh Raffles pada tahun 1817 penduduk selalu
memasak air terlebih dulu dan diminum hangat-hangat untuk menjamin kebersihan dan
kesehatan dan dilaporkan bahwa orang Belanda mulai mengikuti kebiasaan ini terutama di
Kota Banjarmasin yang airnya keruh.
Pada tahun 1818 salah satu syarat penting untuk pemilihan pusat kota serta Istana Raja
ditentukan oleh faktor tersedianya air minum.
Di Jakarta tahun 1882 tercatat keberadaan air minum di Tanah Abang yang mempunyai
kualitas jernih dan baik yang dijual oleh pemilik tanah den gan harga F 1,5 per drum,
sedangkan untuk air sungai dijual 2-3 sen per pikul (isi dua kaleng minyak tanah).
Pada masa pra-kemerdekaan, Dinas Pengairan Hindia Belanda (1800 - 1890) membangun
saluran air sepanjang 12 kilometer dan bendungan yang mengalirkan air dari Sungai Elo ke
pusat kota Magelang untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan mengairi sawah di wilayah
Magelang.
Mata air Umbulan pada tahun 1915-1916
Pemerintah Penjajahan Hindia Belanda di Surabaya, tahun 1890, memberikan hak konsesi
kepada pengusaha Belanda warga Kota Surabaya, Mouner dan Bernie, yang dinilai berjasa
merintis penyediaan air bersih di Surabaya. Konsesi ini berupa pengelolaan mata air
Umbulan, Pasuruan, untuk dialirkan ke Kota Surabaya dengan memasang pipa sepanjang 20
kilometer selama dua tahun. Tahun 1900, pemerintah mendirikan perusahaan air minum
dan instalasinya diresmikan tiga tahun kemudian.Untuk memberikan proteksi pada
perusahaan tersebut, pemerintah mewajibkan penghuni rumah mewah untuk menjadi
pelanggan.Tiga tahun setelah berdirinya perusahaan air minum itu, sambungan instalasi air
minum di Surabaya mencapai 1.588 pelanggan. Status perusahaan air minum pada bulan
Juli 1906 dialihkan dari pemerintah pusat menjadi dinas air minum kotapraja (kini PDAM
Kota Surabaya).
Kurun 1900-1945
Pada tahun 1905 terbentuklah Pemerintah Kota Batavia dan pada tahun 1918 berdiri PAM
Batavia dengan sumber air bakunya berasal dari Mata Air Ciomas, pada masa itu penduduk
kurang menyukai air sumur bor yang berada di Lapangan Banteng karena bila dipakai
menyeduh teh menjadi berwarna hitam (kandungan Fe/besi nya tinggi).
Kurun 1945-1965
Urusan ke-Cipta Karya-an masih sekitar pembanguan, perbaikan dan perluasan Gedung
Gedung Negara.Pemerintah Pusat belum menangani air minum dikarenakan keterbatasan
keuangan serta tenaga ahli dibidang air minum. Tahun 1953 dimulailah pembangunan Kota
Baru Kebayoran di Jakarta, pada saat itu dilakukan pelimpahan urusan air minum ke
pemerintah Provinsi Pulau Jawa dan Sumatera. Pada tahun 1955 diadakan Pemilu yang
pertama.
Pada tahun 1959 terbentuklah Djawatan Teknik Penjehatan yang mulai mengurusi air
minum, dimulai pembangunan air minum di kota Jakarta (3.000 l/dt), Bandung (250 l/dt),
Manado (250 l/dt), Banjarmasin (250 l/dt), Padang (250 l/dt) dan Pontianak (250 l/dt)
dengan sistem “turn key project” loan dari Pemerintah Perancis. Terbitlah UU no. 5 Tahun
1962 tentang Perusahaan Daerah dan mulailah dibentuk PDAM sampai sekarang.
Kurun 1965-1969
Melalui SK Menteri PUTL no 3/PRT/1968 lahir Direktorat Teknik Penyehatan, Ditjen Cipta
Karya.
Tiga waduk yang dibangun di wilayah Jawa Barat dengan membendung Sungai Citarum,
yaitu Waduk Jatiluhur (1966), Waduk Cirata (1987), dan Waduk Saguling (1986) menandai
era dimulainya penanganan sumberdaya air secara terpadu. Waduk Jatiluhur, seluas sekitar
8.300 hektare, dimanfaatkan untuk mengairi sekitar 240.000 hektare sawah di empat
kabupaten di utara Jawa Barat. Air waduk juga digunakan untuk pembangkit listrik tenaga
air (PLTA) dengan kapasitas terpasang 150 MW dan sebagai sumber air baku untuk air
minum Jakarta (sekitar 80% kebutuhan air baku untuk Jakarta dipasok dari waduk ini
melalui Saluran Tarum Barat).
Pembangunan sistem air minum secara lebih terencana mulai dilaksanakan pada periode
pembangunan lima tahunan (Pelita). Dalam Pelita I (1969 - 1973), kebijaksanaan
pembangunan air minum dititikberatkan pada rehabilitasi maupun perluasan sarana-sarana
yang telah ada, serta peningkatan kapasitas produksi melalui pembangunan baru dan
seluruhnya didanai oleh APBN. Target pembangunan sebesar 8.000 l/detik.Pembangunan
air minum melalui pinjaman OECF (overseas economic cooperation fund) di kota-kota
Jambi, Purwekerto, Malang, Banyuwangi dan Samarinda.
Pada Pelita II (1974 - 1978) pemerintah mulai menyusun rencana induk air bersih,
perencanaan rinci dan pembangunan fisik di sejumlah kota Pada saat itu Pemerintah mulai
menyusun Rencana Induk (master plan) Air Minum bagi 120 kota, DED untuk 110 kota dan
RAB untuk 60 kota, dan pengembangan institusi Pemerintah mengambil langkah-langkah
untuk memperbaiki pengelolaan air minum dengan mendorong dilakukannya peralihan
status dari Jawatan/Dinas menjadi Perusahaan Daerah Air Minum.
Periode berikutnya (Pelita III, 1979 - 1983), pembangunan sarana air minum diperluas
sampai kota-kota kecil dan ibu kota kecamatan (IKK), melalui pendekatan kebutuhan dasar.
Pada awal tahun 1981 pula diperkenalkan “dekade air minum” (Water Decade) yang
dideklerasikan oleh PBB.
Pada Pelita IV (1984 - 1988) pembangunan sarana air minum mulai dilaksanakan sampai ke
perdesaan Target perdesaan 14 juta jiwa di 3.000 desa. Diawal era 90-an terjadi perubahan
organisasi yang tadinya berbasis sektoral, menjadi berbasis “wilayah”. Dimulai
didengungkannya program KPS (kerjasama pemerintah dan swasta) di sektor air minum,
contohnya mulai digarap Air Minum “Umbulan” Kabupaten Pasuruan sayang belum bisa
terealisir karena adanya kendala “tarif air minum-nya” serta masalah kebijakan Pemda
lainnya.
Pembangunan pada periode berikutnya (Pelita VI, 1994 - 1998) merupakan pinjakan
landasan baru bagi pemerintah untuk memulai periode PJP II, akan tetapi krisis moneter
yang berlanjut menjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang disertai dengan
pergantian pemerintahan beberapa kali, telah mempengaruhi perkembangan air minum di
Indonesia, banyak PDAM yang mengalami kesulitan, baik karena beban utang dari program
investasi pada tahun-tahun sebelumnya, maupun akibat dari dampak krisis ekonomi yang
terjadi.
Pada tahun terbit Permen OTDA No.8/2000 tentang Pedoman Sistim Akuntasi PDAM yang
berlaku sampai sekarang. Program WSSLIC I dilanjutkan pada tahun ini dengan nama
WSLIC II (Water and Sanitation for Low Income Community),
Pada tahun 2002 Terbit Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, yang akan menjadikan pedoman dalam
monitoring kualitas air minum yang diproduksi oleh PDAM. Dalam rangka meningkatkan
kinerja PDAM dan pembangunan sistem penyediaan air minum, dilakukan upaya
perumusan kebijakan melalui Komite Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur
(KKPPI), untuk merumuskan kebijakan dan strategi percepatan penyehatan PDAM melalui
peningkatan kerjasama kemitraan dengan pihak swasta/investor.
Dimulai tahun 2004 inilah merupakan tonggak terbitnya peraturan dan perundangan yang
memayungi air minum yaitu dimulai dengan terbitnya UU no 7 Tahun 2004 tentang SDA
(sumber daya air). Setelah 60 tahun Indonesia merdeka pada tahun ini Indonesia baru
memiliki peraturan tertinggi disektor air minum dengan terbitnya PP (peraturan
pemerintah) No 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM (sistem penyediaan air
minum). Dengan dimulainya kembali pembinaan Air Minum dari yang semula berbasis
“wilayah” menjadi berbasis “sektor” lahir kembali Direktorat Jenderal Cipta Karya dan
Direktorat Pengembangan Air Minum keluarlah kebijakan “Penyehatan PDAM” yang
dimulai dengan dilakukannya Bantek Penyehatan PDAM.
Tahun 2009 adanya gagasan 10 juta SR (Sambungan Rumah) dimana Direktorat Jenderal
Cipta Karya,Dep PU telah menghitung dana yang dibutuhkan sekitar Rp 78,4 trilyun, yang
terdiri dari kebutuhan pembangunan unit air baku 85.000 l/detik sebesar Rp 7,4 trilyun,
peningkatan unit produksi 65.000 l/detik sebesar Rp. 17 trilyun, dan peningkatan unit
distribusi dan sambungan rumag sebesar Rp. 54 trilyun Pembangunan IKK yang telah
dimulai kembali tahun 2007 juga dilanjutkan dengan membangun 150an IKK (bp).
Address: Jl. Pejompongan Raya No.2, RT.10/RW.6, Bend. Hilir, Tanah Abang, Kota Jakarta
Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Phone:(021) 5706756
Pada tahun 2000 indonesia mengikuti forum air dunia dan konferensi tingkat menteri yang
dilakukan di belanda. Pada konferensi ini Indonesia menandatangani Deklarasi The
Hague.Isi dari deklarasi ini adalah menjadikan air sebagai sebuah kebutuhan komiditi bukan
lagi sebagai hak asasi manusia. Pada tahun ini semakin banyak keputusan pemerintah yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas perusahaan daerah air minum untuk mengelola
kesediaan air di Indonesia. Misalnya Kemendagri no 34 tahun 2000 mengenai pedoman
kepegawaian perusahaan daerah air minum, UU no 7 Tahun 2004 mengenai sumber daya
air, PP no 16 tahun 2005 mengenai pengembangan system penyediaan air minum,
Permendagri no 23 tahun 2006 mengenai pedoman teknis dan tata cara pengaturan tarif air
minum pada perusahaan daerah air minum dan permendagri no 2 tahun 2007 mengenai
organ dan kepegawaian perusahaan daerah air minum.
Sampai sekarang persediaan air di Indonesia masih di pegang oleh perusahaan daerah air
minum. Walaupun masih tetap melakukan kerjasama dengan perusahaan air
minum swasta.Beberapa tahun ini perusahaan daerah air minum melakukan proyek
pengembangan sumber penyediaan air minum di setiap daerah. Ini akan
membantu tersediaannya air minum di beberapa daerah terpencil. Sehingga tidak akan ada
lagi daerah yang kekurangan air minum bersih. Tetapi kita sebagai masyarakat juga harus
selalu bijak dalam menggunakan air minum.Gunakan air minum sewajarnya dan jangan
boros.Matikan air jika tidak diperlukan bisa menjadi kampanye penghemat air bersih.
Bank DKI pertama kali didirikan di Jakarta dengan nama “PT Bank Pembangunan
Daerah Djakarta Raya” sebagaimana termaktub dalam Akta Pendirian Perseroan Terbatas
Perusahaan Bank Pembangunan Daerah Djakarta Raya (PT Bank Pembangunan Daerah
Djakarta Raya) No. 30 tanggal 11 April 1961 dibuat oleh dan di hadapan Eliza Pondaag S.H.,
Notaris di Jakarta, yang telah memperoleh penetapan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A.5/31/13 tanggal 11 April 1961 dan telah
didaftarkan dalam buku register di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta No. 1274 tanggal 26
Juni 1961 serta telah diumumkan dalam Tambahan No. 206 Berita Negara Republik
Indonesia No. 41 tanggal 1 Juni 1962.
1978
Perubahan Bentuk Badan Hukum dan Nama Menjadi PD BPD Jaya
1999
Perubahan Bentuk Badan Hukum dan Nama Menjadi PT. BPD DKI Jakarta
Pada tanggal 1 Februari 1999, Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta selaku
Pemegang Saham menerbitkan Peraturan Daerah Propinsi DKI Jakarta No. 1 tahun 1999
tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta dari
Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta,
sehingga bentuk Badan Hukum Perusahaan yang semula Perusahaan Daerah (PD) berubah
menjadi Perseroan Terbatas (PT) dengan modal dasar sebesar Rp700.000.000.000
sebagaimana tercantum dalam Akta No. 4 tanggal 6 Mei 1999 tentang Akta Pendirian
Perseroan Terbatas yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris Harun Kamil, S.H., di Jakarta
dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman berdasarkan Surat Keputusan No. C-
8270.HT.01.01.Th. 99 tanggal 7 Mei 1999 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 45,
Tambahan No. 3283 tanggal 4 Juni 1999.
2008
Perubahan Bentuk Badan Hukum Dan Nama Menjadi PT. Bank DKI
Sebagaimana tercantum dalam Akta No. 09 tanggal 5 November 2012 tentang Pernyataan
Keputusan Rapat PT. Bank DKI yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris Nanette Cahyanie Handari
Adi Warsito, S.H., Notaris di Jakarta, telah dilakukan penambahan modal dasar yang semula
Rp1.500.000.000.000 menjadi Rp3.500.000.000.000 dan telah mendapatkan Persetujuan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-
57968.AH.01.02 tahun 2012 tanggal 13 November 2012.
Perubahan modal dasar ini telah didudukkan dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 8
Tahun 2012.
Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau Bank DKI adalah sebuahbank di Indonesia.
Bank ini didirikan pada 30 April 1961 dan berkantor pusat diJakarta Pusat.
Bank DKI didirikan dengan maksud dan tujuan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan
perekonomian dan pembangunan Daerah di segala bidang serta salah satu sumber pendapatan
daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Pada saat pendirian, pemegang saham
adalah Pemerintah Daerah DKI Jakarta sebanyak 200 lembar saham dan 50 lembar saham dimiliki
oleh PT. Asuransi Jiwa Bumi Poetra 1912, dengan jumlah modal disetor sebesar Rp 2.500.000,00
(dua juta lima ratus ribu rupiah).
Pada tanggal 30 November 1992, Bank DKI resmi menjadi Bank Devisa.Pada tahun 1999, Bank DKI
berubah bentuk badan hukum dari Perusahaan Daerah menjadiPerseroan Terbatas.
BAB V
A. Latar Belakang
Perum dipimpin dan dikelola oleh direksi yang diangkat dan diberhentikan oleh
pemerintah.Direksi bebas mengelola perusahaan dalam batas kewenangan yang diatur
dalam anggaran dasar perum dan peraturan setiap Departemen yang
bersangkutan.Pegawainya diangkat oleh direksi dan berstatus sebagai pegawai perusahaan
negara yang diatur dengan peraturan pemerintah yang khusus mengatur karyawan
perusahaan milik negara.
1. DAMRI
B. RUMUSAN MASALAH
3. DAMRI
Perum DAMRI merupakan perpanjangan sejarah warisan dari perusahaan angkutan semasa
pendudukan Jepang di Indonesia pada kurun tahun sekitar 1943, yaitu dari semulanya bernama Jawa
Unyu Zigyosha-sebuah perusahaan angkutan barang dengan truk dan cikar dipulau jawa serta
Zidosha Sokyoku adalah sebuah perusahaan angkutan penumpang bus.
Pada saat kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 kedua
perusahaan angkutan tersebut direbut paksa oleh para pejuang Indonesia dan diserahterimakan
kepada Pemerintah Republik Indonesia yang kemudian mengelolanya dibawah fungsi Depertemen
Perhubungan. Oleh pemerintah Republik Indonesia, kedua perusahaan angkutan warisan jepang
tersebut diubah namanya menjadi "Djawatan Pengangkutan Untuk Angkutan Barang" dan
"Djawatan Angkutan Darat Untuk Angkutan Penumpang". Pada tanggal 25 November 1946,
berdasarkan maklumat Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 01/DM/46, kedua
perusahaan tersebut disatukan dan diberi nama "Djawatan Angkoetan Motor Republik Indonesia"
atau disingkat DAMRI.
Berdasarkan maklumat tersebut maka fungsi utama DAMRI adalah menyelenggarakan angkutan
darat bagi kepentingan masyarakat dengan menggunakan truk, bus serta jenis angkutan motor
lainnya. Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1984, sebagaimana
telah diubah berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor :31 Tahun 2002 status
DAMRI diubah menjadi Perusahaan Umum DAMRI dengan lapangan usaha berupa angkutan bus
kota, angkutan perintis, angkutan antar wilayah, angkutan wisata serta jenis angkutan lainnya yang
dimungkinkan oleh peraturan perundangan yang berlaku.
E-mail : humas@damri.co.id
Namun sejak pendudukan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga tahun 1945 BVMNV
diubah menjadi Djakarta Shinden Jakarta Tram (ジャカルタ市電 Jakarta Shiden?)yang
hanya mengoperasikan tram kota saja. Bus-bus kota eks BVMNV digunakan Jepang untuk
kepentingan lain.
Sebagai tindak lanjut nasionalisasi tersebut, dengan akte notaris Mr. Raden Suwandi No. 76
tanggal 30 Juni 1954 dan No.82 tanggal 21 Desember 1954, BVMNV diubah bentuk
hukumnya menjadi Perusahaan Umum dengan nama ”Perum Pengangkut Penumpang
Djakarta”.
Alamat : Jalan Mayjen D.I Panjaitan No.1 Cawang Jakarta Timur Indonesia - 13410
E-mail : info@perumpdd.co.id
Berangkat dari kondisi riil perkembangan koperasi yang masih cukup tertinggal
dibandingkan dengan dua pelaku ekonomi lainnya (BUMN dan Swasta), Pemerintah
mendirikan Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK) pada tahun 1970 yang dalam
perkembangannya diubah menjadi Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan
Koperasi (Perum PKK) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 51 tanggal 23 Desember 1981,
yang kemudian disempurnakan dengan PP No. 27 tanggal 31 Mei 1985.
Seiring berjalannya waktu dan terkait dengan keberhasilan pelaksanaan fungsi dan tugas
Perum PKK dalam mengembangkan koperasi melalui kegiatan Penjaminan Kredit,
Pemerintah memperluas jangkauan pelayanan Perum PKK, menjadi tidak hanya terbatas
hanya pada koperasi, tetapi juga meliputi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah melalui PP No.
95 tanggal 7 November Tahun 2000 dan sekaligus mengubah nama Perum PKK
menjadi Perusahaan Umum (Perum) Sarana Pengembangan Usaha (SPU). Perluasan
sasaran dan lingkup usaha tersebut diwujudkan melalui kegiatan penjaminan
kredit bank atau non bank, penjaminan atas pembiayaan sewa guna usaha, anjak piutang,
pembiayaan konsumen dan pembiayaan pola bagi hasil, penjaminan atas pembelian barang
secara angsuran, penjaminan atas transaksi kontrak jasa, pemberian pinjaman dengan pola
bagi hasil, bantuan manajemen dan konsultasi, penerbitan surety bond dan kegiatan lain
yang dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan perusahaan.
Selanjutnya pada bulan Mei 2008, melalui Peraturan Pemerintah No. 41 tanggal 19 Mei
2008 Perusahaan Umum (Perum) Sarana Pengembangan Usaha kembali diubah namanya
menjadi Perusahaan Umum (Perum) Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo).
Perubahan nama perusahaan tersebut terkait dengan perubahan bisnis perusahaan yang
tidak lagi memberikan pinjaman secara langsung kepada UMKMK melalui pola bagi hasil,
tetapi hanya terfokus pada bisnis penjaminan kredit UMKMK. Pada tahun 2008 juga,
Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden No. 2 tanggal 26 Januari 2008 tentang
Lembaga Penjaminan.Untuk melaksanakan Peraturan Presiden tersebut, Pemerintah dalam
hal ini Departemen Keuangan, mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
222/PMK.010/2008 tanggal 16 Desember 2008 tentang Perusahaan Penjaminan Kredit dan
Perusahaan Penjaminan Ulang Kredit.Dengan regulasi dimaksud maka Perum Jamkrindo
wajib memiliki izin usaha sebagai Perusahaan Penjaminan Kredit. Menindaklanjuti PMK
tersebut, Menteri Keuangan menerbitkan Keputusan Menteri Nomor: KEP-77/KM.10/2009
tanggal 22 April 2009 yang menetapkan izin usaha Perum Jamkrindo sebagai perusahaan
Penjaminan Kredit.
1.2.1 b. Kantor Pusat Pinjaman Kredit Indonesia dulu dan sampai sekarang
Alamat : Jalan Angkasa Blok B-9 Kavling 6 Kota Baru Bandar Kemayoran, Jakarta Pusat Indonesia
E-mail : info@jamkrindo.com
Website : www.jamkrindo.com
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang contoh Perusahaan yang masih campur tangan Dengan
Negara maka diambil kesimpulan :
2. Sektor Ekonomi yang Menguasai Hajad Hidup orang banyak dikelola dan dilindungi
Negara
6.2 Saran
Dengan mendorong lebih Banyak perusahaan Negara (BUMN, Persero, Perjan, PD, Perum)
menjadi Perusahaan terbuka (go public), Hal tersebut akan mengarahkan perusahaan
negara menjadi lebih kompetitif, orientasi ‘laba’ dan efisien.
Penulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Jika memang dilakukan penelitian tentang hal
ini kembali maka perlu dilakukan dengan lebih dalam lagi.