BUMN di Indonesia
Disusun Oleh :
Mayasari Hangganingrum ( 28 )
Terdapat beberapa definisi mengenai Badan Usaha Milik Negara, antara lain :
Badan Usaha Milik Negara atau BUMN adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh
kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. BUMN dapat pula berupa
perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Usaha_Milik_Negara)
BUMN adalah badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara, atau badan usaha
yang tidak seluruh sahamnya dimiliki negara. (http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?
menu=bmpshort_detail2&ID=154)
Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. (UU No. 19 Tahun 2003
Tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1, Ayat 1)
Menurut UU No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara pasal 2 ayat 1 :
d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor
swasta dan koperasi;
e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi
lemah, koperasi, dan masyarakat.
2
Menurut Said Sidu (Antara,2007) tujuan pendirian BUMN adalah :
a. Untuk turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
b. Meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dari berbagai laba BUMN, sementara sumber dana program kemiktraan
adalah 1 3 % dari BUMN.
c. Pemanfaatan dana Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) tahun 2008
akan diarahkan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pengangguran melalui
kerjasama dengan lembaga mikro dan berbasis dipedesaan.
d. Menyelenggarakan beasiswa nasional untuk anak-anak berprestasi namun berasal dari
kalangan keluarga kurang mampu melalui Program MUML Peduli.
Perusahaan persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas (PT) yang
modal/sahamnya paling sedikit 51% dimiliki oleh pemerintah, yang tujuannya mengejar
keuntungan. Maksud dan tujuan mendirikan persero ialah untuk menyediakan barang dan atau
jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat dan mengejar keuntungan untuk meningkatkan
nilai perusahaan.
3
Ciri-ciri Persero adalah sebagai berikut :
Sebagian atau seluruh modalnya adalah milik negara dari kekayaan negara yang
dipisahkan
Organ persero adalah RUPS, direksi dan komisaris
Menteri yang ditunjuk memiliki kuasa sebagai pemegang saham milik pemerintah
Apabila seluruh saham dimiliki pemerintah, maka menteri berlaku sebagai RUPS, jika
hanya sebagian, maka sebagai pemegang saham perseroan terbatas
RUPS bertindak sebagai kekuasaan tertinggi perusahaan
Fungsi RUPS dalam persero pemerintah ialah memegang segala wewenang yang ada
dalam perusahaan tersebut. RUPS juga berwenang untuk mengganti komisaris dan direksi.
Direksi persero adalah orang yang bertanggung jawab atas pengurusan persero baik didalam
maupun diluar pengadilan. Pengangkatan dan pemberhentian dilakukan okeh RUPS. Komisaris
adalah organ persero yang bertugas dalam pengawasan kinerja persero itu, dan melaporkannya
pada RUPS.
Perusahaan Jawatan (perjan) sebagai salah satu bentuk BUMN memiliki modal yang
berasal dari negara. Besarnya modal Perusahaan Jawatan ditetapkan melalui APBN. Ciri-ciri
Perusahaan Jawatan antara lain sebagai berikut:
dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada menteri atau
dirjen departemen yang bersangkutan
status karyawannya adalan pegawai negeri
Modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang go public
5
Dapat menghimpun dana dari pihak lain, baik berupa bank maupun nonbank
Direksi bertanggung jawab penuh atas BUMN, dan mewakili BUMN di pengadilan
Kelemahan BUMN :
Keterlibatan birokrasi dengan kepentingan tertentu akan melahirkan
penyimpangan melalui penetapan policy direction yang merugikan BUMN sendiri.
Policy direction yang menyesatkan dapat lahir dari adanya kepentingan elite
BUMN dengan cara membungkus kepentingan melalui formal policy.
Birokrat yang duduk di BUMN sulit dibedakan dalam tatanan berpikir dan
bertindak, apakah yang bersangkutan berperilaku sebagai birokrat atau profesional
perusahaan. Ini jelas akan menimbulkan political cost yang sulit diukur.
Aset yang besar tidak disertai oleh utilitas yang memadai. Akibatnya terjadi over-
investment, yang berarti pemborosan yang akan membebani BUMN itu sendiri.
Kemudahan yang diterima dari negara merupakan subsidi yang diberikan negara,
yang pada akhirnya sama dengan cost bagi rakyat banyak.
Special treatment yang diterima BUMN dari negara akan melahirkan BUMN
yang tidak peka terhadap lingkungan usahanya, lemah dalam persaingan, tidak lincah
6
dalam bertindak, lamban mengambil keputusan sehingga hilangnya momentum d7an
berakhir pada kerugian.
Privileges yang diberikan oleh penguasa atau birokrasi harus dikompensasi oleh
BUMN itu, dg memberikan kemudahan kepada pihak lain melalui policy direction
yang akan menjadi political cost bagi BUMN tsb.
Keterlibatan birokrasi dalam BUMN ini telah terjadi sedemikian lama, sehingga
sering menyulitkan direksi atau pengelolanya untuk bertindak objektif. Indikatornya
adalah :
Tidak berani mengambil keputusan sebelum ada petunjuk dari birokrasi.
Keputusan yang diambil sering tidak sejalan dengan norma bisnis yang lazim.
Proyek yang tidak feasible terpaksa harus dilaksanakan kendatipun pengelolanya
tahu hal tsb merugikan BUMN itu sendiri.
Indikasi conflict of interest sering mewarnai keputusan yang dibuat.
Atasan para direksi tidak cukup komisaris dan pemegang saham, tapi secara
tersirat harus melaksanakan perintah para turunan pemegang saham seperti
birokrasi yang membawahi BUMN, holding company, Menteri Negara Investasi
dan BUMN dan departemen terkait lainnya.
1.7 Restrukturisasi dan Privatisasi
Kedua kata di atas sering kali kita dengar pada tahun-tahun belakangan ini. Apalagi
privatisasi hal ini dikarenakan beberapa kebijakan privatisasi BUMN menjadi pro-kontra
dikalangan masyarakat Indonesia. Sebagian mendukung dan sebagian lagi menolak. Beberapa
pakar ekonom tidak mendukung karena menurut mereka hanya akan merugikan negara. Tetapi
disisi lain privatisasi diperlukan untuk meningkatkan kinerja BUMN dan menutup defisit dari
APBN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pro-kontra yang ada, kita akan membahas
terlebih dahulu definisi dan tujuan dari restrukturisasi dan privatisasi.
7
2. Memberdayakan manajemen BUMN (empowerment) melalui peningkatan
profesionalisme pada jajaran Direksi dan Dewan Komisaris
3. Melakukan reorganisasi untuk menata kembali kedudukan dan fungsi BUMN
dalam rangka menghadapi era globalisasi (AFTA, NAFTA, WTO) melalui
proses penyehatan , konsolidasi, penggabungan (merger), pemisahan, likuidasi
dan pembentukan holding company secara selektif.
4. Mengkaji berbagai aspek yang terkait dengan kinerja BUMN, antara lain
penerapan sistem manajemen korporasi yang seragam (tetap memperhatikan
ciri-ciri spesifik masing-masing BUMN), pengkajian ulang atas sistem
penggajian (remunerasi), penghargaan dan sanksi (reward & punishment).
Hambatan Privatisasi :
8
Privatisasi harus memperhatikan Kondisi Pasar. Karena kalau tidak harganya
bisa jatuh. Kondisi pasar bisa menjadi magnit bagi pelaku pasar untuk
membeli saham.
Menyangkut kultur dalam BUMN itu sendiri. Hampir di semua lini dan level
dalam BUMN, mulai dari tingkat menteri hingga jajaran direksi berperilaku
sebagai pemegang saham di samping fungsi-fungsi lain yang dimiliki
pemerintah sebagai regulator
BUMN terlalu banyak menggunakan tenaga konsultan yang tidak jelas
peranan dan fungsinya.
Pihak yang setuju dengan privatisasi BUMN berargumentasi bahwa privatisasi perlu
dilakukan untuk meningkatkan kinerja BUMN serta menutup devisit APBN. Dengan adanya
privatisasi diharapkan BUMNakan mampu beroperasi secara lebih profesional lagi. Logikanya,
dengan privatisasi di atas 50%, maka kendali dan pelaksanaan kebijakan BUMN akan bergeser
dari pemerintah ke investor baru. Sebagai pemegang saham terbesar, investor baru tentu akan
berupaya untuk bekerja secara efisien, sehingga mampu menciptakan laba yang optimal, mampu
menyerap tenaga kerja yang lebih banyak, serta mampu memberikan kontribusi yang lebih baik
kepada pemerintah melalui pembayaran pajak dan pembagian dividen.
Pihak yang tidak setuju dengan privatisasi berargumentasi bahwa apabila privatisasi
tidak dilaksanakan, maka kepemilikan BUMN tetap di tangan pemerintah. Dengan demikian
segala keuntungan maupun kerugian sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Mereka
berargumentasi bahwa devisit anggaran harus ditutup dengan sumber lain, bukandari hasil
penjualan BUMN. Mereka memprediksi bahwa defisit APBN juga akan terjadi pada tahun-tahun
mendatang. Apabila BUMN dijual setiap tahun untuk menutup defisit APBN, suatu ketika
BUMN akan habis terjual dan defisit APBN pada tahun-tahun mendatang tetap akan terjadi.
Kontroversi privatisasi BUMN juga timbul dari pengertian privatisasi dalam Pasal 1 (12)
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN yang menyebutkan :
Privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak
lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara
dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat.
Pada pasal tersebut dijelaskan bahwa privatisasi yaitu pernjualan saham sebagian dan
seluruhnya, kata seluruhnya inilah yang mengandung kontroversi bagi masayarakat karena
apabila dijual saham seuruhnya kepemilkan pemerintah terhadap BUMN tersebut sudah hilang
beralih menjadi milik swasta dan beralih, namanya bukan BUMN lagi tetapi perusahaan swasta
sehingga ditakutkan pelayan publik ke masyarakatakan ditinggalkan apabila dikelola oleh pihak
swasta dan apabila diprivatisasi hendaknya hanya sebagaian maksimal 49% dan pemerintah
harus tetap sebagai pemegang saham mayoritas agar aset BUMN tidak hilang dan beralih ke
swasta dan BUMN sebagai pelayan publik tetap diperankan oleh pemerintah
Sementara itu, pemerintah sendiri terdesak untuk melakukan privatisasi guna menutup
defisit anggaran. Defisit anggaran selain ditutup melalui utang luar negeri juga ditutup melalui
9
hasil privatisasi dan setoran BPPN. Dengan demikian, seolah-olah privatisasi hanya memenuhi
tujuan jangka pendek (menutup defisit anggaran) dan bukan untuk maksimalisasi nilai dalam
jangka panjang. Jika pemerintah sudah mengambil langkah kebijakan melakukan privatisasi,
secara teknis keterlibatan negara di bidang industri strategis juga sudah tidak ada lagi dan
pemerintah hanya mengawasi melalui aturan main serta etika usahayang dibuat. Secara kongkret
pemerintah harus memisahkan fungsi-fungsi lembaga negara dan fungsi bidang usaha yang
kadang-kadang memang masih tumpang tindih dan selanjutnya pengelolaannya diserahkan
kepada swasta.
Fakta memang menunjukkan bahwa pengelolaan yang dilakukan oleh swasta hasilnya
secara umum lebih efisien. Berdasarkan pengalaman negara lain menunjukkan bahwa negara
lebih baik tidak langsung menjalankan operasi suatu industri, tetapi cukup sebagai regulatoryang
menciptakan iklim usaha yang kondusif dan menikmati hasil melalui penerimaan pajak.
Oleh karena itu, privatisasi dinilai berhasil jika dapat melakukan efisiensi, terjadi
penurunan harga atau perbaikan pelayanan. Selain itu, privatisasi memang bukan hanya
menyangkut masalah ekonomi semata, melainkan juga menyangkut masalah transformasi sosial.
Di dalamnya menyangkut landasan konstitusional privatisasi, sejauh mana privatisasi bisa
diterima oleh masyarakat, karyawan dan elite politik (parlemen) sehingga tidak menimbulkan
gejolak.
BAB II
PERKEMBANGAN SAHAM BUMN di INDONESIA
2. 1 Peran BUMN dalam Pasar Modal :
10
2.2 Daftar BUMN yang Sudah Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
1. PT Bank Mandiri Tbk
5. PT Indofarma Tbk
7. PT Antam Tbk
8. PT Timah Tbk
Saat ini perkembangan saham BUMN di pasar modal cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari
saham-saham BUMN yang berada di posisi atas, misalnya PT Bank Mandiri Tbk. Dimana
menurut data tahun 2006 di Kementrian BUMN, BUMN tersebut mendapat peringkat pertama
sebagai BUMN dengan aset terbesar. Diikuti oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk kemudian PT
Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Keempat BUMN tersebut
menduduki peringkat 10 besar untuk BUMN dengan laba terbesar. Berikut data yang dapat
disajikan :
11
NO. PERUSAHAAN LABA 2006 LABA 2007
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan mulai bab 1 sampai dengan bab 2, dapat ditarik beberapa kesimpulan,
yang antara lain :
BUMN merupakan suatu badan usaha milik negara yang seluruh atau sebagian
modalnya dimiliki oleh negara.
BUMN terdiri dari Peeusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Jawatan (Perjan),
Perusahaan Umum (Perum), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
BUMN memiliki kekuatan dan kelemahan.
Dalam BUMN dikenal kebijakan restrukturisasi dan privatisasi. Kedua kebijakan
tersebut dilakukan untuk memperbaikki kondisi BUMN. Namun banyak mendapat pro-
kontra dari berbagai kalangan. Terutama kebijakan privatisasi. Walaupun fakta dari
negara-negara lain menunjukkan bahwa privatisasi akan membuat BUMN semakin
efisien, tetapi jika terus dilakukan lama kelamaan jumlah BUMN akan menyusut dan
habis. Jadi kebijakan restrukturisasi dan privatisasi memiliki keuntungan serta kerugian
masing-masing.
12
Selain itu ada tiga hal mendesak yang harus dilakukan pemerintah dalam masalah
restrukturisasi dan privatisasi BUMN, yaitu :
1. Mengubah orientasi pelaksanaan program privatisasi dari berjangka pendek menjadi
berjangka panjang. Artinya, pelaksanan program privatisasi tidak hanya ditujukan
untuk memancing masuknya investor asing dan tercapainya target penerimaan
anggaran negara, tetapi langsung diarahkan untuk membangun landasanyang kuat bagi
perkembangan perekonomian nasional
2. Segera menerbitkan UU Privatisasi yang dapat menjamin berlangsungnya proses
privatisasi secara demokratis dan transparan. Dalam UU Privatisasi ini hendaknya
tidak hanya diatur mengenai proses privatisasi BUMN, tetapi harus mencakup pula
proses privatisasi BUMD dan harta publik lainnya. Semua itu tidak hanya diperlukan
untuk melindungi kepentingan publik, tapi juga untuk memperjelas peranan negara
dalam pengelolaan perekonomian nasional.
3. Segera membubarkan kantor menteri Negara BUMN dan mengubahnya menjadi
sebuah badan otonom dengan nama Badan Penyehatan dan Privatisasi BUMN (BPP-
BUMN). Badan yang memiliki kedudukan sederajat dengan Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) ini, tidak hanya bertugas untuk menjual BUMN, tetapi
terutama didorong untuk mengutamakan peningkatan kinerja BUMN agar benar-benar
bermanfaat bagi masa depan perekonomian Indonesia.
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Usaha_Milik_Negara
http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?
menu=bmpshort_detail2&ID=154
http://repository.binus.ac.id/content/J0062/J006289738.doc
http://www.antara.co.id/print/1197098502
https://info.perbanasinstitute.ac.id/pdf/AUEP/AUEP01.pdf
http://peni.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7889/bumn.ppt.
http://www.bumn.go.id
13
http://putracenter.wordpress.com/2009/11/10/definisi-dan-fungsi-
privatisasi-bumn-dalam-perekonomian/
14