Anda di halaman 1dari 14

Perkembangan

BUMN di Indonesia

Disusun Oleh :

Kholifatul Marfuah (17)

Leny Ayu Anggraeni ( 20 )

Mayasari Hangganingrum ( 28 )

SMK TAM TAMA KARANGANYAR


TAHUN 2017
BAB I
1
PENDAHULUAN

1.1 Definisi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Terdapat beberapa definisi mengenai Badan Usaha Milik Negara, antara lain :

Badan Usaha Milik Negara atau BUMN adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh
kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. BUMN dapat pula berupa
perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Usaha_Milik_Negara)

BUMN adalah badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara, atau badan usaha
yang tidak seluruh sahamnya dimiliki negara. (http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?
menu=bmpshort_detail2&ID=154)

Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. (UU No. 19 Tahun 2003
Tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1, Ayat 1)

Pada beberapa BUMN di Indonesia, pemerintah telah melakukan perubahan mendasar


pada kepemilikannya dengan membuat BUMN tersebut menjadi perusahaan terbuka yang
sahamnya bisa dimiliki oleh publik. Contohnya adalah PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Sejak
tahun 2001 seluruh BUMN dikoordinasikan pengelolaannya oleh Kementerian BUMN, yang
dipimpin oleh seorang Menteri Negara BUMN.

1.2 Maksud dan Tujuan Pendirian BUMN

Menurut UU No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara pasal 2 ayat 1 :

Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah :

a. memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya


dan penerimaan negara pada khususnya;
b. mengejar keuntungan;

c. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang


bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;

d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor
swasta dan koperasi;

e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi
lemah, koperasi, dan masyarakat.

2
Menurut Said Sidu (Antara,2007) tujuan pendirian BUMN adalah :

a. Untuk turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
b. Meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dari berbagai laba BUMN, sementara sumber dana program kemiktraan
adalah 1 3 % dari BUMN.
c. Pemanfaatan dana Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) tahun 2008
akan diarahkan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pengangguran melalui
kerjasama dengan lembaga mikro dan berbasis dipedesaan.
d. Menyelenggarakan beasiswa nasional untuk anak-anak berprestasi namun berasal dari
kalangan keluarga kurang mampu melalui Program MUML Peduli.

1.3 Lima Faktor yang Melatar Belakangi Keberadaan BUMN


Selain itu, menurut Faisal Basri (2002) paling tidak ada lima faktor yang melatar belakangi
keberadaan BUMN, yaitu BUMN diperlukan sebagai :
1. pelopor atau perintis karena swasta tidak tertarik untuk menggelutinya.
2. pengelola bidang-bidang usaha yang strategis dan pelaksana pelayanan publik.
3. penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar.
4. sumber Pendapatan Negara.
5. hasil dari nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda.

1.4 Struktur Organisasi BUMN


Berikut adalah susunan organisasi dalam BUMN di Indonesia
Pemilik : Pemerintah RI yang diwakili oleh Menteri Keuangan dan
Menteri Negara Investasi dan BUMN
Komisaris : para petinggi yang berasal dari Departemen Keuangan,
Menteri Negara Investasi dan BUMN dan departemen lainnya
Direktur : diisi oleh orang-orang yang memiliki latar belakang
beragam
Hukum : Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU PT) dan UU
No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN

1.5 Jenis-Jenis BUMN

Perusahaan Perseroan (Persero)

Perusahaan persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas (PT) yang
modal/sahamnya paling sedikit 51% dimiliki oleh pemerintah, yang tujuannya mengejar
keuntungan. Maksud dan tujuan mendirikan persero ialah untuk menyediakan barang dan atau
jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat dan mengejar keuntungan untuk meningkatkan
nilai perusahaan.
3
Ciri-ciri Persero adalah sebagai berikut :

Pendirian persero diusulkan oleh menteri kepada presiden


Pelaksanaan pendirian dilakukan oleh mentri dengan memperhatikan perundang-
undangan
Statusnya berupa perseroan terbatas yang diatur berdasarkan undang-undang

Modalnya berbentuk saham

Sebagian atau seluruh modalnya adalah milik negara dari kekayaan negara yang
dipisahkan
Organ persero adalah RUPS, direksi dan komisaris

Menteri yang ditunjuk memiliki kuasa sebagai pemegang saham milik pemerintah

Apabila seluruh saham dimiliki pemerintah, maka menteri berlaku sebagai RUPS, jika
hanya sebagian, maka sebagai pemegang saham perseroan terbatas
RUPS bertindak sebagai kekuasaan tertinggi perusahaan

Dipimpin oleh direksi

Laporan tahunan diserahkan ke RUPS untuk disahkan

Tidak mendapat fasilitas negara

Tujuan utama memperoleh keuntungan

Hubungan-hubungan usaha diatur dalam hukum perdata

Pegawainya berstatus pegawai Negeri

Fungsi RUPS dalam persero pemerintah ialah memegang segala wewenang yang ada
dalam perusahaan tersebut. RUPS juga berwenang untuk mengganti komisaris dan direksi.
Direksi persero adalah orang yang bertanggung jawab atas pengurusan persero baik didalam
maupun diluar pengadilan. Pengangkatan dan pemberhentian dilakukan okeh RUPS. Komisaris
adalah organ persero yang bertugas dalam pengawasan kinerja persero itu, dan melaporkannya
pada RUPS.

Persero terbuka sesuai kebijakan pemerintah tentang privatisasi. Privatisasi adalah


penjualan sebagian atau seluruh saham persero kepada pihak lain untuk peningkatan kualitas.
Persero yang diprivatisasi adalah yang unsur usahanya kompetitif dan teknologinya cepat
berubah. Persero yang tidak bisa diubah ialah:

Persero yang menurut perundang-undangan harus berbentuk BUMN


Persero yang bergerak di bidang hankam negara

Persero yang diberi tugas khusus untuk kepentingan masyarakat


4
Persero yang bergerak di bidang Sumber Daya Alam yang secara tegas dilarang
diprivatisasi oleh UU

Di Indonesia sendiri yang sudah menjadi Persero adalah PT. PP (Pembangunan


Perumahan),PT Bank BNI Tbk, PT Kimia Farma Tbk, PT Indo Farma Tbk, PT Tambang Timah
Tbk, PT Indosat Tbk (pada akhir tahun 2002 41,94% saham Persero ini telah dijual kepada
Swasta sehingga perusahaan ini bukan BUMN lagi), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Perusahaan Jawatan (Perjan)

Perusahaan Jawatan (perjan) sebagai salah satu bentuk BUMN memiliki modal yang
berasal dari negara. Besarnya modal Perusahaan Jawatan ditetapkan melalui APBN. Ciri-ciri
Perusahaan Jawatan antara lain sebagai berikut:

memberikan pelayanan kepada masyarakat


merupakan bagian dari suatu departemen pemerintah

dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada menteri atau
dirjen departemen yang bersangkutan
status karyawannya adalan pegawai negeri

Perusahaan Umum (Perum)

Sejenis perusahan badan pemerintah yg mengelola sarana umum. Contohnya : Perum


Pegadaian, Perum Jasatirta, Perum DAMRI.

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Ciri-ciri BUMD adalah sebagai berikut :

Pemerintah memegang hak atas segala kekayaan dan usaha


Pemerintah berkedudukan sebagai pemegang saham dalam pemodalan perusahaan

Pemerintah memiliki wewenang dan kekuasaan dalam menetapkan kebijakan


perusahaan
Pengawasan dilakukan alat pelengkap negara yang berwenang

Melayani kepentingan umum, selain mencari keuntungan

Sebagai stabillisator perekonomian dalam rangka menyejahterakan rakyat

Sebagai sumber pemasukan negara

Seluruh atau sebagian besar modalnya milik negara

Modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang go public

5
Dapat menghimpun dana dari pihak lain, baik berupa bank maupun nonbank

Direksi bertanggung jawab penuh atas BUMN, dan mewakili BUMN di pengadilan

Tujuan pendirian BUMD :

Memberikan sumbangsih pada perekonomian nasional dan penerimaan kas negara


Mengejar dan mencari keuntungan

Pemenuhan hajat hidup orang banyak

Perintis kegiatan-kegiatan usaha

Memberikan bantuan dan perlindungan pada usaha kecil dan lemah

1.6 Kekuatan dan Kelemahan BUMN


Sebagai sebuah badan usaha tentu terdapat kekuatan dan kelemahan pada BUMN, antara
lain adalah :
Kekuatan BUMN :
Jumlah Dan nilai aset yang besar.
Posisi Dan bidang usaha yang strategis.
Akses ke kekuasaan lebih besar.
Akses ke sumber pendanaan, khususnya Bank pemerintah lebih
besar.
Perlakuan birokrasi berbeda dengan swasta.
Definisi negara sebagai pemilik dan pemerintah sebagai regulator
sulit untuk dipisahkan Dan melekat pada BUMN itu sendiri.

Kelemahan BUMN :
Keterlibatan birokrasi dengan kepentingan tertentu akan melahirkan
penyimpangan melalui penetapan policy direction yang merugikan BUMN sendiri.
Policy direction yang menyesatkan dapat lahir dari adanya kepentingan elite
BUMN dengan cara membungkus kepentingan melalui formal policy.
Birokrat yang duduk di BUMN sulit dibedakan dalam tatanan berpikir dan
bertindak, apakah yang bersangkutan berperilaku sebagai birokrat atau profesional
perusahaan. Ini jelas akan menimbulkan political cost yang sulit diukur.
Aset yang besar tidak disertai oleh utilitas yang memadai. Akibatnya terjadi over-
investment, yang berarti pemborosan yang akan membebani BUMN itu sendiri.
Kemudahan yang diterima dari negara merupakan subsidi yang diberikan negara,
yang pada akhirnya sama dengan cost bagi rakyat banyak.
Special treatment yang diterima BUMN dari negara akan melahirkan BUMN
yang tidak peka terhadap lingkungan usahanya, lemah dalam persaingan, tidak lincah

6
dalam bertindak, lamban mengambil keputusan sehingga hilangnya momentum d7an
berakhir pada kerugian.
Privileges yang diberikan oleh penguasa atau birokrasi harus dikompensasi oleh
BUMN itu, dg memberikan kemudahan kepada pihak lain melalui policy direction
yang akan menjadi political cost bagi BUMN tsb.
Keterlibatan birokrasi dalam BUMN ini telah terjadi sedemikian lama, sehingga
sering menyulitkan direksi atau pengelolanya untuk bertindak objektif. Indikatornya
adalah :
Tidak berani mengambil keputusan sebelum ada petunjuk dari birokrasi.
Keputusan yang diambil sering tidak sejalan dengan norma bisnis yang lazim.
Proyek yang tidak feasible terpaksa harus dilaksanakan kendatipun pengelolanya
tahu hal tsb merugikan BUMN itu sendiri.
Indikasi conflict of interest sering mewarnai keputusan yang dibuat.
Atasan para direksi tidak cukup komisaris dan pemegang saham, tapi secara
tersirat harus melaksanakan perintah para turunan pemegang saham seperti
birokrasi yang membawahi BUMN, holding company, Menteri Negara Investasi
dan BUMN dan departemen terkait lainnya.
1.7 Restrukturisasi dan Privatisasi
Kedua kata di atas sering kali kita dengar pada tahun-tahun belakangan ini. Apalagi
privatisasi hal ini dikarenakan beberapa kebijakan privatisasi BUMN menjadi pro-kontra
dikalangan masyarakat Indonesia. Sebagian mendukung dan sebagian lagi menolak. Beberapa
pakar ekonom tidak mendukung karena menurut mereka hanya akan merugikan negara. Tetapi
disisi lain privatisasi diperlukan untuk meningkatkan kinerja BUMN dan menutup defisit dari
APBN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pro-kontra yang ada, kita akan membahas
terlebih dahulu definisi dan tujuan dari restrukturisasi dan privatisasi.

1.7.1 Pengertian dan Tujuan Restrukturisasi

Restrukturisasi BUMN adalah upaya peningkatan kesehatan BUMN / perusahaan


dan pengembangan kinerja usaha melalui sistem baku yang biasa berlaku dalam
dunia korporasi.
Menurut UU No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara Pasal 1 ayat
13 :
Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN
yang merupakan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal
perusahaan guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan.

Tujuan Restrukturisasi BUMN :


1. Mengubah kontrol pemerintah terhadap BUMN yang semula secara langsung
(control by process) menjadi kontrol berdasarkan hasil (control by result).
Pengontrolan atas BUMN tidak perlu lagi melalui berbagai formalitas aturan,
petunjuk, perijinan dan lain-lain, akan tetapi melalui penentuan target-target
kualitatif dan kuantitatif yang harus dicapai oleh manajemen BUMN, seperti
ROE (Return On Asset), ROI (Return On Investment) tertentu dan lain-lain.

7
2. Memberdayakan manajemen BUMN (empowerment) melalui peningkatan
profesionalisme pada jajaran Direksi dan Dewan Komisaris
3. Melakukan reorganisasi untuk menata kembali kedudukan dan fungsi BUMN
dalam rangka menghadapi era globalisasi (AFTA, NAFTA, WTO) melalui
proses penyehatan , konsolidasi, penggabungan (merger), pemisahan, likuidasi
dan pembentukan holding company secara selektif.
4. Mengkaji berbagai aspek yang terkait dengan kinerja BUMN, antara lain
penerapan sistem manajemen korporasi yang seragam (tetap memperhatikan
ciri-ciri spesifik masing-masing BUMN), pengkajian ulang atas sistem
penggajian (remunerasi), penghargaan dan sanksi (reward & punishment).

1.7.2 Pengertian dan Manfaat serta Hambatan Privatisasi


Menurut UU No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara Pasal 1 ayat
12:
Privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya,
kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan,
memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan
saham oleh masyarakat.

Manfaat Privatisasi BUMN :


1. BUMN akan menjadi lebih transparan, sehingga dapat mengurangi praktek
KKN.
2. Manajemen BUMN menjadi lebih independen, termasuk bebas dari intervensi
birokrasi.
3. BUMN akan memperoleh akses pemasaran ke pasar global, selain pasar
domestik.
4. BUMN akan memperoleh modal ekuitas baru berupa fresh money sehingga
pengembangan usaha menjadi lebih cepat.
5. BUMN akan memperoleh transfer of technology, terutama teknologi proses
produksi.
6. Terjadi transformasi corporate culture dari budaya birokratis yang lamban,
menjadi budaya korporasi yang lincah.
7. Mengurangi defisit APBN, karena dana yang masuk sebagian untuk
menambah kas APBN.
8. BUMN akan mengalami peningkatan kinerja operasional / keuangan, karena
pengelolaan perusahaan lebih efisien.

Hambatan Privatisasi :

8
Privatisasi harus memperhatikan Kondisi Pasar. Karena kalau tidak harganya
bisa jatuh. Kondisi pasar bisa menjadi magnit bagi pelaku pasar untuk
membeli saham.
Menyangkut kultur dalam BUMN itu sendiri. Hampir di semua lini dan level
dalam BUMN, mulai dari tingkat menteri hingga jajaran direksi berperilaku
sebagai pemegang saham di samping fungsi-fungsi lain yang dimiliki
pemerintah sebagai regulator
BUMN terlalu banyak menggunakan tenaga konsultan yang tidak jelas
peranan dan fungsinya.

1.8 Kontroversi Kebijakan Restrukturisasi dan Privatisasi BUMN

Pihak yang setuju dengan privatisasi BUMN berargumentasi bahwa privatisasi perlu
dilakukan untuk meningkatkan kinerja BUMN serta menutup devisit APBN. Dengan adanya
privatisasi diharapkan BUMNakan mampu beroperasi secara lebih profesional lagi. Logikanya,
dengan privatisasi di atas 50%, maka kendali dan pelaksanaan kebijakan BUMN akan bergeser
dari pemerintah ke investor baru. Sebagai pemegang saham terbesar, investor baru tentu akan
berupaya untuk bekerja secara efisien, sehingga mampu menciptakan laba yang optimal, mampu
menyerap tenaga kerja yang lebih banyak, serta mampu memberikan kontribusi yang lebih baik
kepada pemerintah melalui pembayaran pajak dan pembagian dividen.
Pihak yang tidak setuju dengan privatisasi berargumentasi bahwa apabila privatisasi
tidak dilaksanakan, maka kepemilikan BUMN tetap di tangan pemerintah. Dengan demikian
segala keuntungan maupun kerugian sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Mereka
berargumentasi bahwa devisit anggaran harus ditutup dengan sumber lain, bukandari hasil
penjualan BUMN. Mereka memprediksi bahwa defisit APBN juga akan terjadi pada tahun-tahun
mendatang. Apabila BUMN dijual setiap tahun untuk menutup defisit APBN, suatu ketika
BUMN akan habis terjual dan defisit APBN pada tahun-tahun mendatang tetap akan terjadi.

Kontroversi privatisasi BUMN juga timbul dari pengertian privatisasi dalam Pasal 1 (12)
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN yang menyebutkan :

Privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak
lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara
dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat.

Pada pasal tersebut dijelaskan bahwa privatisasi yaitu pernjualan saham sebagian dan
seluruhnya, kata seluruhnya inilah yang mengandung kontroversi bagi masayarakat karena
apabila dijual saham seuruhnya kepemilkan pemerintah terhadap BUMN tersebut sudah hilang
beralih menjadi milik swasta dan beralih, namanya bukan BUMN lagi tetapi perusahaan swasta
sehingga ditakutkan pelayan publik ke masyarakatakan ditinggalkan apabila dikelola oleh pihak
swasta dan apabila diprivatisasi hendaknya hanya sebagaian maksimal 49% dan pemerintah
harus tetap sebagai pemegang saham mayoritas agar aset BUMN tidak hilang dan beralih ke
swasta dan BUMN sebagai pelayan publik tetap diperankan oleh pemerintah

Sementara itu, pemerintah sendiri terdesak untuk melakukan privatisasi guna menutup
defisit anggaran. Defisit anggaran selain ditutup melalui utang luar negeri juga ditutup melalui
9
hasil privatisasi dan setoran BPPN. Dengan demikian, seolah-olah privatisasi hanya memenuhi
tujuan jangka pendek (menutup defisit anggaran) dan bukan untuk maksimalisasi nilai dalam
jangka panjang. Jika pemerintah sudah mengambil langkah kebijakan melakukan privatisasi,
secara teknis keterlibatan negara di bidang industri strategis juga sudah tidak ada lagi dan
pemerintah hanya mengawasi melalui aturan main serta etika usahayang dibuat. Secara kongkret
pemerintah harus memisahkan fungsi-fungsi lembaga negara dan fungsi bidang usaha yang
kadang-kadang memang masih tumpang tindih dan selanjutnya pengelolaannya diserahkan
kepada swasta.

Fakta memang menunjukkan bahwa pengelolaan yang dilakukan oleh swasta hasilnya
secara umum lebih efisien. Berdasarkan pengalaman negara lain menunjukkan bahwa negara
lebih baik tidak langsung menjalankan operasi suatu industri, tetapi cukup sebagai regulatoryang
menciptakan iklim usaha yang kondusif dan menikmati hasil melalui penerimaan pajak.

Oleh karena itu, privatisasi dinilai berhasil jika dapat melakukan efisiensi, terjadi
penurunan harga atau perbaikan pelayanan. Selain itu, privatisasi memang bukan hanya
menyangkut masalah ekonomi semata, melainkan juga menyangkut masalah transformasi sosial.
Di dalamnya menyangkut landasan konstitusional privatisasi, sejauh mana privatisasi bisa
diterima oleh masyarakat, karyawan dan elite politik (parlemen) sehingga tidak menimbulkan
gejolak.

BAB II
PERKEMBANGAN SAHAM BUMN di INDONESIA
2. 1 Peran BUMN dalam Pasar Modal :

Tahun 1977, BUMN dipercaya untuk membantu pengembangan pasar


modal , yaitu melalui PT Danareksa.
Partisipasi BUMN diharapkan lebih ditingkatkan lagi dengan aktivitas
BUMN sebagai emiten. Partisipasi emiten di pasar modal akan meningkat Dan terus
meningkat sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam rangka privatisasi BUMN.
Sejalan dengan kebijakan privatisasi, khusunya melalui pasar modal
peranan yang lebih besar bagi BUMN sebagai emiten dalam pengembangan pasar modal
di masa datang, merupakan suatu kenyataan yang tidak sulit dicapai.
BUMN sebagai badan usaha mempunyai peranan yang sangat besar
dalam menciptakan likuiditas pasar mengingat pada umumnya BUMN memiliki asset
yang besar.
BUMN dapat pula mempengaruhi perkembangan pasar modal karena
faktor daya tarik BUMN bagi masyarakat.
Dengan masuknya BUMN ke pasar modal diharapkan akan berdampak
positif terhadap pengembangan pasar modal di Indonesia
Semakin banyak BUMN yang Go Public, diharapkan akan menciptakan
iklim yang semakin baik bagi pengembangan pasar modal yang pada akhirnya akan
meningktakan efisiensi ekonomi nasional.

10
2.2 Daftar BUMN yang Sudah Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
1. PT Bank Mandiri Tbk

2. PT Bank Negara Indonesia Tbk

3. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

4. PT Adhi Karya Tbk

5. PT Indofarma Tbk

6. PT Kimia Farma Tbk

7. PT Antam Tbk

8. PT Timah Tbk

9. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

10. PT Perusahaan Gas Negara Tbk

11. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

12. PT Semen Gresik Tbk

13. PT Indosat Tbk

2.3 Perkembangan Saham BUMN Saat Ini

Saat ini perkembangan saham BUMN di pasar modal cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari
saham-saham BUMN yang berada di posisi atas, misalnya PT Bank Mandiri Tbk. Dimana
menurut data tahun 2006 di Kementrian BUMN, BUMN tersebut mendapat peringkat pertama
sebagai BUMN dengan aset terbesar. Diikuti oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk kemudian PT
Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Keempat BUMN tersebut
menduduki peringkat 10 besar untuk BUMN dengan laba terbesar. Berikut data yang dapat
disajikan :

11
NO. PERUSAHAAN LABA 2006 LABA 2007

(jutaan Rp) (jutaan Rp)

1. PT. Pertamina (Persero) 12.677.770 23.726.000

2. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk 5.818.960 10.422.000

3. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk 2.008.175 4.452.000

4. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk 1.099.482 1.958.000

5. PT. Bank Negara Indonesia Tbk 837.512 1.910.000

6. PT. Bank Mandiri Tbk 815.077 1.529.000

7. PT. Semen Gresik Tbk 663.448 1.309.000

8. PT. Jamsostek 634.591 774.550

9. PT. Aneka Tambang Tbk 515.190 970.000

10. PT. Pelabuhan Indonesia II 445.023 750.860

BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan mulai bab 1 sampai dengan bab 2, dapat ditarik beberapa kesimpulan,
yang antara lain :

BUMN merupakan suatu badan usaha milik negara yang seluruh atau sebagian
modalnya dimiliki oleh negara.
BUMN terdiri dari Peeusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Jawatan (Perjan),
Perusahaan Umum (Perum), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
BUMN memiliki kekuatan dan kelemahan.
Dalam BUMN dikenal kebijakan restrukturisasi dan privatisasi. Kedua kebijakan
tersebut dilakukan untuk memperbaikki kondisi BUMN. Namun banyak mendapat pro-
kontra dari berbagai kalangan. Terutama kebijakan privatisasi. Walaupun fakta dari
negara-negara lain menunjukkan bahwa privatisasi akan membuat BUMN semakin
efisien, tetapi jika terus dilakukan lama kelamaan jumlah BUMN akan menyusut dan
habis. Jadi kebijakan restrukturisasi dan privatisasi memiliki keuntungan serta kerugian
masing-masing.

12
Selain itu ada tiga hal mendesak yang harus dilakukan pemerintah dalam masalah
restrukturisasi dan privatisasi BUMN, yaitu :
1. Mengubah orientasi pelaksanaan program privatisasi dari berjangka pendek menjadi
berjangka panjang. Artinya, pelaksanan program privatisasi tidak hanya ditujukan
untuk memancing masuknya investor asing dan tercapainya target penerimaan
anggaran negara, tetapi langsung diarahkan untuk membangun landasanyang kuat bagi
perkembangan perekonomian nasional
2. Segera menerbitkan UU Privatisasi yang dapat menjamin berlangsungnya proses
privatisasi secara demokratis dan transparan. Dalam UU Privatisasi ini hendaknya
tidak hanya diatur mengenai proses privatisasi BUMN, tetapi harus mencakup pula
proses privatisasi BUMD dan harta publik lainnya. Semua itu tidak hanya diperlukan
untuk melindungi kepentingan publik, tapi juga untuk memperjelas peranan negara
dalam pengelolaan perekonomian nasional.
3. Segera membubarkan kantor menteri Negara BUMN dan mengubahnya menjadi
sebuah badan otonom dengan nama Badan Penyehatan dan Privatisasi BUMN (BPP-
BUMN). Badan yang memiliki kedudukan sederajat dengan Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) ini, tidak hanya bertugas untuk menjual BUMN, tetapi
terutama didorong untuk mengutamakan peningkatan kinerja BUMN agar benar-benar
bermanfaat bagi masa depan perekonomian Indonesia.

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Usaha_Milik_Negara

http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?
menu=bmpshort_detail2&ID=154

http://repository.binus.ac.id/content/J0062/J006289738.doc

http://www.antara.co.id/print/1197098502

https://info.perbanasinstitute.ac.id/pdf/AUEP/AUEP01.pdf

http://peni.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7889/bumn.ppt.

http://www.bumn.go.id

13
http://putracenter.wordpress.com/2009/11/10/definisi-dan-fungsi-
privatisasi-bumn-dalam-perekonomian/

14

Anda mungkin juga menyukai