PENGERTIAN BUMD.
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki
oleh pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah daerah membentuk dan mengelola BUMD
ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah
dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.
B. SEJARAH BUMD
Badan Usaha Milik Daerah atau disingkat BUMD tidak terlepas dari perkembangan
kebijakan terkait dengan Badan Usaha Milik Negar. Pada awalnya, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) adalah perusahaan-perusahaan Negara baik yang berbentuk badan-badan
berdasarkan hukum perdata maupun yang berbentuk badan hukum berdasarkan badan hukum
publik antara lain yang berdasarkan Undang-Undang Perusahaan Indonesia/Indonesische
Bedrijvenwet, Staatsblad Tahun 1927 Nomor 419 dan perusahaan-perusahaan milik Negara
yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Kompatibilitet Indonesia (Staatsblad Nomor 419).
Perusahaan Umum (Perum) yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan UU 19 Prp.
Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara, dan Persero yang merupakan pernyataan Negara
pada perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau
KUHD (Wetboek Van Koophandel, Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23).
Seiring dengan perkembangan zaman serta dalam rangka menjamin kepastian dan
penegakan hukum mengingat terjadinya dualisme pengaturan pada Perseroan Terbatas yang
selama ini diatur dalam KUHD (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23) dan Ordinansi Maskapai
Andil Indonesia (Ordinnantie op de Indonensische Maatschappij op Aandeelen, Staatsblad
1939: 569 jo.717) Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang
perseroan Terbatas sebagai pengganti Buku Kesatu Titel Ketiga Bagian Ketiga Pasal 36
sampai dengan Pasal 56 Kitab Undang-Undang hukum Dagang (Wetboek van Koophandel,
Staatsblad 1847:23) yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas berikut segala perubahannya,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1971 dan Ordinasi Maskapai Andil
Indonesia (Ordonnantie op de Indonesische Maatschappij op Aandeelen, Staatsblad 1939: 569
jo.717).
Sejalan dengan terbitnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995, Pemerintah
menerbitkan beberapa peraturan pemerintah sebagai peraturan pelaksana Perpu Nomor 12
Tahun 1998 yaitu tentang perusahaan Umum. Namun demikian, mengingat bahwa Perpu 1
Thun 1969 dan kedua peraturan pemerintah tersebut dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman, serta didorong dengan terbitnya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negar, Pemerintah menerbitkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003
tentang badan Usaha Milik Negara yang hanya mengatur dua bentuk hukum badan usaha
Negara yaitu Perum dan Persero. Sementara Perjan, dengan terbitnya Undang-Undang ini,
harus dirubah bentuk hukumnya menjadi perum dan Persero.
Istilah terbitnya Peraturan pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 1998. Namun demikian, definisi BUMD sampai sekarang belum ditetapkan
secara baku oleh peraturan perundang-undangan. Berbeda dengan BUMN yang definisinya
telah ditetapkan Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 BUMN. Dilain pihak, istilah BUMD
telah tertuang baik dalam peraturan mendagri nomor 3 tahun 1999 tentang bentuk hukum
BUMD, tertuang dalam Undang-undang nomr 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
maupun dalam banyak Undang-undang sektoral seperti UU 1/2004 tentang Perbendaharaan
Negara, UU Kelistrikan, UU Minerba, UU Pelayaran, UU Jalan, dsb. Hal ini dapat dimaklumi
karena pendirian dan pengaturan BUMD sampai saat ini masih tunduk dengan Undang-undang
Nomor 5 tahun 1962Tentang perusaahn daerah.
F. FUNGSI BUMD
• Pelaksana kebijakan pemerintah daerah dalam bidang ekonomi dan
pembangunan.
• Pemupukan dana bagi pembiayaan pembangunan .
• Penyusun kebijakan teknis administratif di bidang ; investasi , promosi ,
kerjasama investasi, pemberdayaan BUMD serta pelayanan perijinan
terpadu.
Peran BUMD
• Mendorong peran serta masyarakat dalam bidang usaha .
• Memenuhi barang dan jasa bagi kepentingan masyarakat
• Menjadi perintis kegiatan yang kurang diminati masyarakat.
G. CONTOH BUMD
• Bank Pembangunan Daerah (BPD
• Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
• Perusahaan Daerah Angkutan Kota (bus kota)
• Perusahaan Daerah Angkutan Antarkota (bus AKDP dan AKAP), digunakan dari bulan
Oktober 1991 (UU no. 22 tahun 1991) sampai akhir 1999/awal 2000, dirubah status menjadi
PO (Perusahaan otobus) pada awal tahun 2000, sesuai Pasal 5 ayat 3 UU no. 58 tahun 2000.
Contoh: Menurut pasal 5 ayat 3 UU no. 58 tahun 2000, Perusahaan Daerah Angkutan
Antarkota (PDAAK) Haryanto dirubah statusnya menjadi PO dan diganti nama menjadi
Perusahaan Otobus (PO) Haryanto dan Perusahaaan Daerah Angkutan Antarkota (PDAAK)
Miniarta dirubah statusnya menjadi PO dan diganti nama menjadi Perusahaan Otobus (PO)
Miniarta
BUMD mempunyai beberapa ciri yaitu :
1. Pemerintah memegang hak atas segala kekayaan dan usaha
2. Pemerintah berkedudukan sebagai pemegang saham dalam pemodalan
perusahaan
3. Pemerintah memiliki wewenang dan kekuasaan dalam menetapkan kebijakan
perusahaan
4. Pengawasan dilakukan alat pelengkap negara yang berwenang
5. Melayani kepentingan umum, selain mencari keuntungan
6. Sebagai stabillisator perekonomian dalam rangka menyejahterakan rakyat
7. Sebagai sumber pemasukan negara
8. Seluruh atau sebagian besar modalnya milik negara lain, baik berupa bank
maupun nonbank
9. Direksi bertanggung jawab penuh atas BUMN, dan mewakili BUMN di
pengadilan
Fungsi dan peran BUMD dalam menunjang penyelenggaraan Pmerintah Daerah :
Melaksanakan kebijakan pemerintah daerah di bidang ekonomi dan pembangunan.
Pemupukan dana bagi pembiayaan pembangunan. Mendorong peran serta masyarakat dalam
bidang usaha. Memenuhi barang dan jasa bagi kepentingan masyarakat. Menjadi perintis
kegiatan yg tak diminati masyarakat. Kelebihan dan Kekurangan BUMD. BUMD bercirikan
birokrasi didirikan berdasarkan amanah UUD 1945 dan peraturan pemerintah, memiliki
beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan BUMD
1. Meringankan beban pengeluaran konsumsi masyarakat melalui penetapan harga produk
(barang dan harga) yang memegang hajat hidup orang benyak yang lebih murah karena
subsidi oleh pemerintah.
2. Membantu sektor swasta mengelola sektor usaha yang secara ekonomis tidak
menguntungkan, namun produknya sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
3. Menyerap tenaga kerja formal dengan seleksi tertentu sehingga dapat diperoleh sumber
daya manusia yang lebih berkualitas handal.
4. Mudah mengumpulkan modal, karena modal berasal dari kekayaan negara atau daerah
yang dipisahkan.
5. Pengelolaannya berasal dari direksi dan komisaris yang ditunjuk pemerintah dan RUPS
sehingga lebih berhati-hati dan profesional.
Kekurangan BUMD
1. Keterbatasan kemampuan dan keahlia dalam mengelola BUMN dan BUMD
menyebabkan sering menderita kerugian.
2. Pada situasi tertentu bertindak sebagai perusahaan monopoli sehingga penetapan harga
ditentukan sepihak (perusahaan), bukan melalui mekanisme pasar walaupun akhirnya
untuk kesejahteraan rakyat.
3. Pendiriannya sukar karena harus melalui peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku
BUMD dalam Pembangunan Ekonomi Daerah
Eksistensi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai lembaga bisnis yang dimiliki
dan dikelola oleh pemerintah daerah memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi
daerah. Keberadaan BUMD diyakini dapat memberikan multiplier effect yang sangat besar
bagi perekonomian masyarakat. Dengan adanya pendirian BUMD, hal itu akan membuka
lapangan kerja baru, menggerakkan sektor-sektor ekonomi produktif, serta menjadi stimulan
bagi pertumbuhan ekonomi di daerah.
Budi Ernawan, Kasubdit BUMD, Direktorat Pendapatan dan Investasi Daerah, Dirjen
Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri mengungkapkan BUMD akan mendorong
munculnya usaha-usaha baru sebagai usaha pendukung. Budi menjelaskan jika BUMD dapat
menjadi pendorong down effect ekonomi secara menyeluruh, maka secara langsung akan
menambah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui sektor pajak dan restribusi.
“BUMD lebih dari sekadar penyumbang bagi PAD, namun menjadi salah satu penggerak
ekonomi daerah.
Ciri-ciri dari BUMD :
1. Pemerintah memegang hak atas segala kekayaan dan usaha.
2. Pemerintah berkedudukan sebagai pemegang saham dalam pemodalan perusahaan.
3. Pemerintah memiliki wewenang dan kekuasaan dalam menetapkan kebijakan
Perusahaan.
4. Pengawasan dilakukan alat pelengkap negara yang berwenang.
5. Melayani kepentingan umum, selain mencari keuntungan
6. Sebagai stabillisator perekonomian dalam rangka menyejahterakan rakyat.
7. Sebagai sumber pemasukan Negara.
8. Seluruh atau sebagian besar modalnya milik Negara.
9. Modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang ''go public''.
10. Dapat menghimpun dana dari pihak lain, baik berupa bank maupun nonbank.
11. Direksi bertanggung jawab penuh atas BUMN, dan mewakili BUMN di pengadilan