Anda di halaman 1dari 49

CRITICAL JURNAL REVIEW

Dosen Pengampu

Deni Adriani,S.Pd.,M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 7

 Jodianto Pasaribu (7172141012)


 Silvya Wardani (7171141022)
 Tessalonika Dolok Saribu (7171141024)

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunianya tugas Critical Jurnal Review ini dapat tersusun hingga selesai.
Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Deni Adriani,S.Pd.,M.Pd.
Selaku dosen mata kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah
membimbing saya dalam penyelesaian tugas ini.

Penulis berharap semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, umtuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi critical jurnal review ini agar lebih baik
lagi. Penulis juga menyadari bahwa penulisan maupun pelaporan tugas
ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik dari
pembaca yang membangun sangat penulis harapkan guna
menyempurnakan tugas ini. Semoga para pembaca mendapatkan
informasi dari tugas ini dan dapat bermanfaat untuk kami juga pada para
pembaca sekalian.
IDENTITAS JURNAL

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN


GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR
Judul
FISIKA SISWA SMPN 2 SECANGGANG
KABUPATEN LANGKAT

Jurnal JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Download
http://digilib.unimed.ac.id/683/

Nomor 02

Volume 09

Halaman 141-158

Tahun Desember 2012

Penulis Abdul Halim

Reviewer Silvya Wardani

Tanggal 27 Maret 2018


REVIEW JURNAL

Penelitian ini dikembangkan berdasarkan teori


dari Gagne (1979) mendefinisikan bahwa belajar
adalah suatu proses yang mana organisme
mengalami perubahan perilaku sebagai akibat
dari pengalaman. Untuk mengukur perubahan ini
tentunya harus dibandingkan cara berprilaku
organisme sebelum dan setelah organisme
Landasan Teori tersebut mengalami proses belajar.

Gredler dalam Warsita (2008: 62)


mengemukakan konsep belajar sebagai suatu
upaya atau proses perubahan tingkah laku
seseorang sebagai akibat interaksi peserta didik
dengan berbagai sumber belajar yang ada
disekitarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TPS
Tujuan Penelitian
terhadap hasil belajar fisika berdasarkan dan gaya
belajar siswa di SMP Negeri 2 Secanggang

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen


semu (quasi-experiment) dengan desain faktorial
2 x 3. Eksperimen dilaksanakan terhadap
pembelajaran fisika menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas
Metode penelitian
eksperimen, dan strategi pembelajaran
kooperatif tipe TPS pada kelas kontrol dan tiap
kelas dibagi atas tiga kelompok siswa yaitu yang
memiliki kecenderungan gaya belajar visual,
auditorial, dan kinestetik.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VII (tujuh) SMP Negeri 2 Secanggang
Kabupaten Langkat pada semester genap tahun
Subjek Penelitian ajaran 2011/2012 yang aktif sekolah yang terdiri
dari 5 (kelas) dengan jumlah keseluruhan
sebanyak 200 orang. Masing-masing kelas
berjumlah 40 orang.
Dalam penelitian ini pengambilan sampel
dilakukan secara acak (cluster random
sampling), diperoleh 2 kelas dari kelas tujuh
yang ada. Kemudian dari dua kelas tersebut
ditentukan secara acak satu kelas sebagai kelas
eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol,
maka didapat kelas VII.3 sebagai kelas
eksperimen yang berjumlah 40 orang diajar
dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe
STAD, dan kelas VII.5 sebagai kelas kontrol
Teknik pengumpulan
yang berjumlah 40 orang diajar dengan strategi
Data
pembelajaran kooperatif tipe TPS.
. Untuk memperoleh data gaya belajar digunakan
angket gaya belajar, sedangkan untuk
memperoleh data hasil belajar digunakan
instrumen tes hasil belajar yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya kemudian dilakukan
uji persyaratan analisis yaitu uji Lilliefors untuk
normalitas, serta uji F dan uji Bartlett untuk
homogenitas data.
Data yang diperoleh dianalisis dengan ANAVA
2 jalur dengan uji F pada taraf signifikansi x=
0,05.
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan
teknik analisis data dengan analisis varian
(ANAVA) dua jalur ( desain faktorial 2 x 3 )
dengan taraf signifikan α=0,05 atau 5%. Untuk
menggunakan ANAVA dua jalur perlu dipenuhi
Analisis Data beberapa persyaratan, yaitu: 1) data yang
digunakan harus berdistribusi normal, maka
dilakukan uji normalitas dengan menggunakan
uji Liliefors, dan 2) data harus memiliki varians
populasi yang homogen maka harus dilakukan
uji homogenitas varians dengan menggunakan
uji F dan uji Bartlett. Selanjutnya untuk melihat
interaksi antara kedua variabel bebas terhadap
variabel terikat dilakukan uji Scheffe.
1) Terdapat perbedaan hasil belajar fisika
siswa antara kelompok yang diajar dengan
strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan kelompok siswa yang diajar dengan
strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS.
Yaitu rata-rata hasil belajar fisika siswa yang
Hasil Penelitian diajar dengan strategi pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok siswa yang
diajar dengan strategi pembelajaran
kooperatif tipe TPS.
2) Terdapat perbedaan hasil belajar fisika
siswa yang mempunyai kecenderungan gaya
belajar
visual, auditorial, dan kinestetik. Rata-rata
hasil belajar fisika siswa yang memiliki
kecenderungan gaya belajar auditorial lebih
tinggi dari pada rata-rata hasil belajar fisika
siswa yang mempunyai kecenderungan gaya
belajar kinestetik dan visual, 3) Terdapat
interaksi antara strategi pembelajaran dan
gaya belajar terhadap hasil belajar fisika.

Penerapan strategi pembelajaran yang sesuai


dengan karakteristik siswa dan materi pelajaran
akan mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh
siswa.
 Jurnal ini cukup baik yakni dilengkapi
dengan identitas seperti nama jurnal,
volume, tahun, dan penulis
 Adanya landasan teori
 Pada bagian abstraknya sudah bagus dan
mudah dimengerti oleh pembaca.. Dari
abstrak juga sudah memenuhi syarat
bahwa abstrak sebagai gambaran dari
keseluruhan isi jurnal ini.
Kekuatan Penelitian
 Teknik analisis yang digunakan cukup
baik dengan teknik analisis data dengan
analisis varian (ANAVA) dua jalur (
desain faktorial 2 x 3 ) dengan taraf
signifikan α=0,05 atau 5%.
 Hasil Penelitian dan Pembahasan pada
jurnal telah dijelaskan dengan baik
 Jurnal ini dilengkapi dengan pustaka
acuan yang menjadi referensi bagi
pembaca untuk mengetahui lebih dalam
tentang psikologi pendidikan

 Jurnal ini belum dilengkapi dengan ISSN


Kelemahan Penelitian

JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN


GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR
FISIKA SISWA SMPN 2 SECANGGANG
KABUPATEN LANGKAT

Abdul Halim

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi


pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TPS terhadap hasil
belajar fisika berdasarkan dan gaya belajar siswa.Penelitian
ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Secanggang. Metode
penelitian yaitu quasi eksperimen dan desain faktorial 2x3.
Sebelum uji lanjut dengan uji Scheffe dilakukan uji normalitas
Lilifors serta uji homogenitas menggunakan uji F dan uji
Barlett. Temuan penelitian ini menunjukkan ada pengaruh
strategi pembelajaran terhadap hasil belajar fisika pada
α=5%, Hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan tipe
STAD lebih tinggidibandingkan tipe TPS. Ada pengaruh gaya
belajar terhadap hasil belajar fisika siswa pada α=5%. Siswa
yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial
memperoleh hasil belajar fisika lebih tinggi dibandingkan
siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik. Terdapat
interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya belajar
terhadap hasil belajar fisika siswa, Hasil uji lanjut
menggunakan uji Scheffe diketahui bahwa kelompok siswa
yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial
memperoleh hasil belajar fisika lebih tinggi dibandingkan
kelompok lainnya.

Kata kunci: Strategi Pembelajaran, Gaya Belajar, Hasil Belajar.

A. Pendahuluan

Persoalan pendidikan di banyak negara merupakan persoalan


yang pelik, namun bagaimanapun pendidikan harus dilaksanakan
sebab untuk dapat maju, membangun dan memperbaiki keadaan
masyarakat dan dunia tidak dapat dilakukan tanpa melalui pendidikan.
Masalahnya, pengemasan dan cara penyampaian pembelajaran sering
dengan cara lama yang hanya mengaktifkan guru sedangkan siswa
menerima jejalan informasi untuk dihafal. Otak anak diarahkan untuk

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 141


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

mengingat dan menimbun informasi tanpa dituntut untuk memahami


dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata kesehariannya.
Akibatnya anak hanya pintar teori namun setelah tamat sekolah
mereka sulit menerapkan atau mengaplikasikan ilmu yang
diperolehnya itu.

Kelemahan proses pendidikan yang dikembangkan guru


seperti di atas merupakan salah satu masalah yang dihadapi dunia
pendidikan kita. Proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas
dilakukan menurut selera dan kemampuan guru. Padahal tanpa
disadari sebenarnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
tidaklah sama, sesuai latar belakang pendidikan dan juga motivasi dan
kecintaan mereka terhadap profesinya. Disamping itu proses
pembelajaran berbasis kompetensi telah mengubah akan dilakukan”
sesuai pandangan belajar konstruktivisme yang beranggapan bahwa
pengetahuan itu hasil konstruksi melalui pengalaman belajar siswa.

Berdasarkan data ketuntasan siswa kelas VII SMP Negeri 2


Secanggang Kabupaten Langkat dalam mata pelajaran Fisika
terindikasi masih banyak permasalahan yang berpotensi mengganggu
pencapaian tujuan pembelajaran Fisika. Hanya 53% siswa kelas VII
yang tuntas mengikuti pelajaran fisika tanpa remedial dan 47%
selebihnya harus mengikuti pembelajaran remedial. Tabel 1
menunjukkan tingkat ketuntasan siswa SMP Negeri 2 Secanggang
Kabupaten Langkat tahun pelajaran 2009-2010 dalam mata pelajaran
fisika.

Tabel 1. Persentase ketuntasan belajar fisika SMPN2 Secanggang

Jumlah Persentase
Kelas KKM Tuntas Remedial
siswa Ketuntasan

VII. 1 40 64 21 19 52,5%

VII. 2 40 64 20 20 50,0%

VII. 3 40 64 22 18 55.0%
VII. 4 41 64 22 19 53.7%

Jumlah 161 85 76 52.8%

Berkenaan dengan mata pelajaran sains (fisika, biologi dan


kimia), Drost (1998) mengemukakan agar sains jangan hanya menjadi
pelajaran pragmatis semata yang hanya mementingkan segi kognitif
pengetahuan demi pelajaran selanjutnya atau demi tugas di
masyarakat, maka kesiapan pengajarnya juga agar menjadi perhatian

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 142


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

serius. Hal ini dikarenakan sains bukan menanyakan apa atau


bagaimana sesuatu dapat terjadi namun sains menanyakan sebab apa
(why). Contohnya, ketika newton melihat apel jatuh bukanlah yang
ditanyakannya apa yang jatuh, bukan pula ia menanyakan terbuat dari
apa itu akan tetapi ia bertanya apa yang menyebabkan apel jatuh,
hingga akhirnya ia menemukan gravitasi.

Masih banyak kelemahan terhadap pembelajaran fisika dalam


mengembangkan kemampuan bernalar dan berfikir analisis induktif
dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika guna
menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik
secara kualitatif maupun kuantitatif.

Disamping faktor guru sesungguhnya faktor siswa juga tidak


kalah penting untuk menjadi pertimbangan dalam proses
pembelajaran. Dick and Carey (1996) menyatakan bahwa seforang
guru hendaklah mampu mengenal dan mengetahui karakteristik siswa.
Sebab dengan pemahaman yang baik terhadap karakteristik siswa,
guru akan dapat menyesuaikan metode pembelajaran yang
digunakannya yang tentunya sangat mempengaruhi keberhasilan
proses belajar siswa. Karakteristik dan kemampuan awal siswa sangat
mempengaruhi cara belajarnya dan juga mempengaruhi perhatiannya
dalam pembelajaran. Informasi tentang hal tersebut diperlukan oleh
pengembang instruksional agar ia dapat mengembangkan sistem
instruksional yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut
(Suparman,1997; 113). Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran
guru hendaknya mengetahui hal tersebut agar dapat menerapkan cara
penyampaian pembelajaran yang menarik bagi siswa sehingga
selanjutnya diharapkan akan meningkatkan hasil pembelajaran.

Karakteristik siswa yang dimaksudkan dalam penelitian ini


adalah gaya belajar. DePorter dan Hernacki (2000) menyatakan bahwa
gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap,
dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Kemampuan
menyerap informasi setiap siswa cenderung berbeda berdasarkan
modalitas belajarnya. Ada siswa memiliki kecendrungan menyerap
informasi lebih maksimal melalui indra penglihatan (visual), ada juga
yang maksimal menyerap informasi melalui indra pendengaran
(auditorial), sementara yang lain maksimal menyerap informasi
melalui aktifitas fisik atau tubuh (kinestetik atau belajar somatis).
Upaya guru mengenali modalitas belajar siswa (visual, auditorial, atau
kinestetik) sangat diharapkan dalam membantu memaksimalkan

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 143


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

fungsi dominasi otak siswa sebagai bentuk kemampuan mengatur dan


mengelola informasi melalui berbagai aktifitas fisik dan mental.

Gaya belajar yang berbeda pada masing-masing siswa tentu


mempengaruhi penyerapan pelajaran demikian pula halnya dengan
strategi pembelajaran yang diterapkan guru. Siswa yang memiliki
gaya belajar auditorial dan kinestetik akan mendominasi pada strategi
pembelajaran kooperatif STAD, sedangkan siswa yang memiliki gaya
belajar visual akan lebih cenderung pada strategi pembelajaran
kooperatif TPS sebab ia harus melihat pasangannya serta saling
mengucapkan dan mendengar paparan pelajaran yang mereka
utarakan.

Dengan demikian strategi pembelajaran kooperatif diharapkan


menjadi solusi yang menarik untuk dipraktekkan di ruang-ruang kelas
dalam rangka meminimalkan berbagai hambatan belajar siswa ketika
strategi pembelajaran konvensional cenderung hanya berasosiasi pada
satu jenis modalitas belajar saja. Atas dasar pertimbangan tersebut,
peneliti memusatkan perhatian pada penerapan strategi pembelajaran
kooperatif dalam memaksimalkan modalitas belajar siswa untuk
mencapai kompetensi dasar fisika pada SMP Negeri 2 Secanggang.

B. Kajian Teoritis
1. Hasil Belajar Fisika

Belajar adalah suatu proses. Artinya kegiatan belajar terjadi


secara dinamis dan berkelanjutan, yang menyebabkan terjadinya
perubahan dalam diri anak. Perubahan yang dimaksud adalah berupa
pengetahuan (knowledge) atau perilaku (behavior). Berbagai teori
tentang belajar telah dikemukakan para ahli. Gagne (1979)
mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses yang mana
organisme mengalami perubahan perilaku sebagai akibat dari
pengalaman. Untuk mengukur perubahan ini tentunya harus
dibandingkan cara berprilaku organisme sebelum dan setelah
organisme tersebut mengalami proses belajar.
Gredler dalam Warsita (2008: 62) mengemukakan konsep
belajar sebagai suatu upaya atau proses perubahan tingkah laku
seseorang sebagai akibat interaksi peserta didik dengan berbagai
sumber belajar yang ada disekitarnya. Salah satu tanda seseorang telah
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotor), dan nilai sikap (afektif).

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 144


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

Dengan demikian belajar adalah proses orang memperoleh berbagai


kecakapan, keterampilan dan sikap.

Proses belajar pada hakikatnya terjadi dalam diri peserta didik


yang bersangkutan, walaupun prosesnya berlangsung dalam
kelompok, bersama orang lain. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006)
siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa belajar adalah


perubahan perilaku seseorang menyangkut aspek pengetahuan dan
keterampilan yang relatif baru dan bersifat permanen sebagai akibat
dari pengalamaan dan interaksi dengan lingkungan yang dapat
memotivasi siswa bekerjasama dengan siswa lain bukannya bersaing
sehingga dampak yang diharapkan adalah pembelajaran akan
meningkat pesat.

Hamalik (2007:159) menyatakan bahwa “Hasil belajar


menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan
indikator ada terdapatnya perubahan tingkah laku siswa”. Dari
berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan yang terjadi dalam individu karena usaha belajar.
Perubahan tingkah laku itu meliputi perubahan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan. Fisika adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
yang mempelajari unsur unsur alam yang didasarkan atas penelitian
dan penalaran logis, selanjutnya berdasarkan penelitian dan penalaran
logis, lalu menganalisa dan menerangkan struktur dan peristiwa alam
yang kemudian dirumuskan menjadi pengertian-pengertian (konsep
konsep), hipotesis, hukum, teori dan persamaan persamaan
matematika sebagai terjemahan dari hukum fisika.

Hasil belajar fisika adalah usaha mencapai ketuntasan belajar


sesuai kompetensi dasar yang telah diuraikan menjadi tujuan-tujuan
pembelajaran fisika dalam hal ini dibatasi pada aspek tujuan
pendidikan dalam kawasan kognitif.

2. Hakikat Strategi Pembelajaran


Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan
pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama
proses pembelajaran (Uno,2011:3), agar memudahkan siswa
menerima dan memahaminya sehingga pada akhir kegiatan
pembelajaran, tujuan pembelajaran yang dimaksudkan dapat dikuasai
siswa (Warsita,2008:268).

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 145


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

Strategi pembelajaran adalah seperangkat kebijaksanaan yang


terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang menetukan warna
atau strategi tersebut, yaitu : a.Pemilihan materi pelajaran (guru atau
siswa), b. Penyaji materi pelajaran (perorangan atau kelompok, atau
belajar mandiri), c. Cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau
deduktif, analitis atau sintesis, formal atau non formal), d. Sasaran
penerima materi pelajaran (kelompok, perorangan, heterogen, atau
homogen.

Strategi pembelajaran sangat penting karena dapat


mempermudah proses pembelajaran untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Bagi guru, strategi pembelajaran menjadi pedoman dan
acuan bertindak yang sistematis, sedangkan bagi siswa dapat
mempermudah dan mempercepat memahami isi pelajaran (Wena,
2008:3). Variable strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga,

yakni: a).strategi pengorganisasian pembelajaran, b) strategi


penyampaian pembelajaran, dan c), strategi pengelolaan pembelajaran
(Wena;2010:5).

Suparman (1997: 157) menyatakan bahwa strategi


pembelajaran merupakan cara sistematik mengkomunikasikan isi
pelajaran kepada peserta didik yang meliputi perpaduan dari
komponen; urutan kegiatan pembelajaran, metode atau cara
pengorganisasian pembelajaran ke peserta didik, media pembelajaran
yakni peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.

a. Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Pembelajaran kooperatif merupakan jenis belajar berkelompok


dengan aturan tertentu, yang mana siswa pandai mengajari siswa
kurang pandai tanpa ia dirugikan. Dan siswa kurang pandai dapat
belajar dalam suasana menyenangkan karena banyak teman membantu
dan memotivasinya. Disamping itu siswa yang sebelumnya pasif, akan
terpaksa menjadi aktif agar dapat diterima dalam kelompoknya
(Priyanto, 2007).

Pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2011:242)

merupakan strategi pembelajaran menggunakan sistem


pengelompokan/tim kecil antara empat hingga enam orang dengan
latar belakang kemapuan akademis, jenis kelamin, dan budaya yang
berbeda (heterogen).

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 146


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

Ada beberapa tipe belajar kooperatif menurut Slavin (1995),


yakni, Student Team Achievement Divisions (STAD), Team Games
Tournaments (TGT), Jigsaw, Group Investigation (GI), Think Pair
Share (TPS), dan Dyadic Metods. Penelitian ini hanya
mengujicobakan strategi belajar kooperatif Student Team
Achievement Divisions (STAD), dan strategi belajar kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS).

STAD merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif


yang populer karena penerapannya yang luas menjangkau kebanyakan
materi pelajaran dan tingkatan kelas (Jacobsen: 2009: 235). STAD
pertama kali dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas John
Hopskin USA. Guru yang menggunakan STAD juga mengacu pada
pembelajaran kelompok, menyajikan informasi akademik terlebih
dahulu baru kemudian menggunakan presentasi verbal atau teks.
Anggota team menggunakan lembar kegiatan pmbelajaran lain untuk
menuntaskan pembelajarannya, lalu saling membantu memahami
bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, maupun diskusi.

Menurut Jacobsen (2009: 235) langkah-langkah yang


dilibatkan dalam menerapkan strategi pembelajaran tipe STAD adalah
sebagai berikut: (1) Mem-pretest siswa, bisa berbentuk pretes atau
ujian aktual tentang unit-unit sebelumnya, (2).Me-ranking dari
tertinggi sampai yang terendah, (3) Membagi siswa sehingga tiap
kelompok terdiri empat hingga enam orang yang berkemampuan
tinggi, sedang, dan rendah dan kelompok-kelompok tersebut juga
beragam dalam hal gender dan etnisitas. (4) Menyajikan konten
pelajaran, (5) Membagikan lembar kerja-lembar kerja yang telah
dipersiapkan yang fokus pada konten yang akan dipelajari, (6)
Memeriksa kelompok-kelompok untuk kemajuan pembelajaran, (7)
Memberikan skor kelompok berdasarkan pada skor-skor yang
diperoleh secara perorangan.

b. Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)


Think-Pair-Share merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari
Universitas Maryland pada tahun 1985 sesuai yang dikutip Arends
(1997). Strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share),
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa (Trianto,2009:81). Struktur ini
menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 147


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

(2 - 6 anggota) dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif dari


pada penghargaan individual.

TPS (Think-Pair-Share) memiliki prosedur yang ditetapkan


secara eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih untuk berpikir,
menjawab dan saling membantu satu sama lain. Think-Pair-Share
memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon
serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru
saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai
membaca suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para siswa
untuk menyadari secara serius mengenai apa yang telah dijelaskan
oleh guru atau apa yang telah dibaca.

Dalam TPS, guru menantang dengan pertanyaan terbuka dan


memberi siswa setengah sampai satu menit untuk memikirkan
pertanyaan itu. Hal ini penting karena memberikan kesempatan siswa
untuk mulai merumuskan jawaban dengan mengambil informasi dari
memori jangka panjang. Siswa kemudian berpasangan dengan satu
anggota kelompok kolaboratif atau tetangga yang duduk di dekatnya
dan mendiskusikan ide-ide mereka tentang pertanyaan selama
beberapa menit.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share


dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) guru
menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. 2)
siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang
disampaikan guru. 3) siswa diminta berpasangan dengan teman
sebelahnya (berkelompok 2-4 orang) dan mengutarakan hasil
pemikiran masing-masing. 4) guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap
kelompok mengemukakan hasil diskusinya. 5) berawal dari kegiatan
tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan
dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
6).kesimpulan/penutup.

Think-Pair-Share memberi siswa kesempatan untuk bekerja


sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari
pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode
klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan
hasilnya untuk seluruh kelas, maka pembelajaran ini memberi
kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk
dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie,
2002).

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 148


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

3. Hakikat Gaya Belajar

Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap


pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan
ada pula yang sangat lambat. Setiap individu tidak hanya belajar
dengan kecepatan yang berbeda tetapi juga memproses informasi
dengan cara yang berbeda. Karenanya, mereka seringkali harus
menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau
pelajaran yang sama.

Cara memproses informasi yang diperoleh dikenal dengan


istilah gaya belajar. Gaya belajar merupakan karakteristik penting dari
berbagai ciri yang mempengaruhi cara siswa belajar. Menurut
DePorter dan Hernacki (2000:10) dinyatakan bahwa “Gaya belajar
adalah kombinasi dari cara seseorang dalam menyerap informasi,
kemudian mengatur informasi, dan mengolah informasi tersebut
menjadi bermakna”. Sedangkan Kemp (1994) menyatakan bahwa
“Gaya belajar adalah cara mengenali berbagai metode belajar yang
disukai yang mungkin lebih efektif bagi siswa tersebut”.

a. Gaya Belajar Visual

Siswa yang bergaya belajar visual dapat dilihat dari ciri-ciri


utama yaitu menggunakan modalitas belajar dengan kekuatan indra
mata. DePorter dan Hernacki (2000:117) menjelaskan bahwa orang
bergaya belajar visual lebih dekat dengan ciri seperti lebih suka
mencoret-coret ketika berbicara di telepon, berbicara dengan cepat,
dan lebih suka melihat peta dari pada mendengar penjelasan.

Umumnya orang bergaya visual dalam menyerap informasi


menerapkan strategi visual yang kuat dengan gambar dan ungkapan
yang berciri visual. Rose dan Nicholl (2002:136) menyatakan bahwa
strategi visual menurunkan aktivitas berciri ungkapan visual seperti
menggunakan peta konsep untuk menyatakan gagasan atau
menggambar sebuah sketsa, atau membuat charta, grafik, atau
diagram.
Ciri-ciri gaya belajar visual (DePorter dan Hernacki 2000:116)
antara lain: rapi dan teratur, bicara agak cepat, mementingkan
penampilan dalam berpakaian/presentasi, tidak mudah terganggu oleh
keributan, mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar, lebih suka
membaca dari pada dibacakan, pembaca cepat dan tekun, seringkali
mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-
kata, lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato, lebih suka

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 149


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

musik dari pada seni, mempunyai masalah untuk mengingat instruksi


verbal kecuali jika ditulis dan seringkali minta bantuan orang untuk
mengulanginya, mencoret-coret tanpa arti selama menelepon/kuliah,
suka membaca, menonton film/tv, mengisi TTS, senang
memperhatikan ekspresi orang saat berbicara. Lebih mengingat wajah
orang dibandingkan namanya, mengingat kata dengan melihat susunan
huruf pada kata.

b. Gaya Belajar Auditorial

Siswa yang bergaya belajar auditorial dapat dikenali dari ciri-


cirinya yang lebih banyak menggunakan modalitas belajar dengan
kekuatan indra pendengaran yakni telinga. DePorter dan Hernacki
(2000:117) menjelaskan bahwa orang bergaya belajar auditorial lebih
dekat dengan ciri seperti lebih suka berbicara sendiri, lebih menyukai
ceramah atau seminar dari pada membaca buku, dan atau lebih suka
berbicara dari pada menulis. De Porter dan Hernacki (2000:119)
menyatakan bahwa kata-kata khas yang digunakan oleh orang
auditorial dalam pembicaraan tidak jauh dari ungkapan “aku
mendengar apa yang kau katakan” dan kecepatan bicaranya sedang.

Dalam menyerap informasi umumnya orang bergaya belajar


auditorial menerapkan strategi pendengaran yang kuat dengan suara

dan ungkapan yang berciri pendengaran. Rose dan Nicholl (2002:136)


menyatakan bahwa strategi auditorial menurunkan aktivitas berciri
ungkapan suara atau pendengaran seperti membaca sebuah informasi
keras-keras dengan cara dramatis. Dengan mengenal ciri-ciri siswa
auditorial di kelas akan memberikan pedoman pada guru untuk
memilih strategi pembelajaran yang memberikan variasi yang bersifat
auditorial. Untuk pembelajaran fisika, guru dapat menjelaskan
penerapan hukum atau prinsip hasil ilustrasi dari langkah-langkah
fisika yang panjang serta merangkumnya dalam bentuk prosedur dan
merekam lalu kemudian menyuarakannya.
Ciri-ciri gaya belajar auditori (De Porter dan Hernacki
2000:118): Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri, mudah
terganggu oleh keributan, belajar dengan mendengarkan dan
mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat, merasa
kesulitan untuk menulis (mengarang) namun hebat dalam bercerita,
menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca, lebih suka gurauan lisan daripada komik, berbicara dalam
irama yang terpola. Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 150


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

sesuatu panjang lebar, dapat mengulangi kembali dan menirukan nada,


birama dan warna suara, suka mendengar radio, musik, sandiwara,
debat, atau diskusi, mengungkapkan emosi secara verbal (kata-kata)
melalui perubahan nada bicara atau intonasi, ingat dengan baik nama
orang, tidak melakukan kontak mata saat berbicara dengan orang lain
dan mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
Visual.

c. Gaya Belajar Kinestetik

Siswa yang bergaya belajar visual dapat dilihat dari ciri-ciri


utama yaitu menggunakan modalitas belajar melalui aktivitas fisik dan
keterlibatan langsung. DePorter dan Hernacki (2000:117) menjelaskan
bahwa orang bergaya belajar kinestetik lebih dekat dengan ciri seperti
saat berpikir lebih baik ketika bergerak atau berjalan, lebih
menggerakkan anggota tubuh ketika bicara dan merasa sulit untuk
duduk diam.

Umumnya orang bergaya belajar kinestetik dalam menyerap


informasi menerapkan strategi fisikal dan ekspresi yang berciri fisik.
Rose dan Nicholl (2002:136) menyatakan bahwa strategi kinestetik
menurunkan aktivitas berciri ekspresi fisik atau keterlibatan langsung
seperti siswa berjalan atau bergerak saat membaca atau mendengar.
Implikasi mengenal ciri dan strategi kinestetik bagi siswa-siswa di
kelas memberikan pedoman bagi guru memilih pendekatan
pembelajaran yang memberikan variasi yang bersifat fisikal. Dalam
pembelajaran fisika, guru dapat membantu siswa membuat paket-
paket informasi yang berasal dari input auditorial menjadi bentuk fisik
seperti: membuat catatan pada kartu-kartu indeks berukuran postcard
(kartu pos), belajar dalam kelompok seperti melakukan praktikum
fisika guna memahami konsep, prinsip, dan prosedur fisika, serta
mengolah paket-paket informasi dalam majalah dinding kelas melalui
kegiatan periksa dan baca ulang.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik (DePorter dan Hernacki


2000:118): Berbicara perlahan, kadang-kadang butuh waktu untuk
berhenti dan berpikir sejenak setelah satu kalimat sebelum
melanjutkan pada kalimat berikutnya. Penampilan rapi, tidak terlalu
mudah terganggu dengan situasi keributan, belajar melalui
memanipulasi dan praktek, menghafal dengan cara berjalan dan
melihat, menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca,
menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 151


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

tubuh saat membaca, menyukai permainan yang menyibukkan, tidak


dapat mengingat geografi, kecuali jika pernah berada di tempat itu,
menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka,
menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, dan tidak dapat
duduk tenang untuk waktu yang lama, serta membuat keputusan
berdasarkan perasaan.

C. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII (tujuh) SMP Negeri 2


Secanggang Kabupaten Langkat. Penelitian dilakukan selama 2 (dua)
bulan pada semester genap yaitu bulan Maret s/d April 2012 sebanyak
8 kali pertemuan dengan alokasi waktu untuk tiap-tiap pertemuan
adalah 2 x 40 menit.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek


yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang diterapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono: 2006). Selain itu Nurul Zuriah (2007) mengatakan
populasi adalah keseluruhan data yang menjadi perhatian peneliti
dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Jadi, populasi
berhubungan dengan data, bukan faktor manusianya. Jika setiap
manusia memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran
populasi akan sama dengan banyaknya manusia.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII (tujuh)


pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 yang aktif sekolah yang
terdiri dari 5 (kelas) dengan jumlah keseluruhan sebanyak 200 orang.
Masing-masing kelas berjumlah 40 orang.

Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara


acak (cluster random sampling), diperoleh 2 kelas dari kelas tujuh
yang ada. Kemudian dari dua kelas tersebut ditentukan secara acak
satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas
kontrol, maka didapat kelas VII.3 sebagai kelas eksperimen yang
berjumlah 40 orang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif
tipe STAD, dan kelas VII.5 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 40
orang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS.
Sebelum diberikan perlakuan terlebih dahulu diberikan angket gaya
belajar untuk mengklassifikasikan siswa yang termasuk kategori gaya
belajar visual, auditorial, dan kinestetik.

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 152


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi-


experiment) dengan desain faktorial 2 x 3. Eksperimen dilaksanakan
terhadap pembelajaran fisika menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen, dan strategi
pembelajaran kooperatif tipe TPS pada kelas kontrol dan tiap kelas
dibagi atas tiga kelompok siswa yaitu yang memiliki kecenderungan
gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Untuk memperoleh data
gaya belajar digunakan angket gaya belajar, sedangkan untuk
memperoleh data hasil belajar digunakan instrumen tes hasil belajar
yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya kemudian dilakukan uji
persyaratan analisis yaitu uji Lilliefors untuk normalitas, serta uji F
dan uji Bartlett untuk homogenitas data. Data yang diperoleh
dianalisis dengan ANAVA 2 jalur dengan uji F pada taraf signifikansi

 = 0,05. Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Desain Penelitian faktorial 2x3

Strategi Pembelajaran Strategi Pembelajaran


SP
Kooperatif STAD (A1) Kooperatif TPS (A2)
GB

Visual (B1) (A1B1) (A2B1)

Auditorial (B2) (A1B2) (A2B2)

Kinestetik (B3) (A1B3) (A2B3)

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik analisis


data dengan analisis varian (ANAVA) dua jalur ( desain faktorial 2 x
3 ) dengan taraf signifikan α=0,05 atau 5%. Untuk menggunakan
ANAVA dua jalur perlu dipenuhi beberapa persyaratan, yaitu: 1) data
yang digunakan harus berdistribusi normal, maka dilakukan uji
normalitas dengan menggunakan uji Liliefors, dan 2) data harus
memiliki varians populasi yang homogen maka harus dilakukan uji
homogenitas varians dengan menggunakan uji F dan uji Bartlett.
Selanjutnya untuk melihat interaksi antara kedua variabel bebas
terhadap variabel terikat dilakukan uji Scheffe.

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 153


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan.

Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa skor tes hasil
belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang paling rendah adalah 17 yang tertinggi 34,
rata-rata skor adalah 24,83. modus (Mo)=24,00 dan median (Me)
24,60. Sedangkan varians (S²) 20,76 dan standar deviasi (S) 4,56. Skor
tes hasil belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan strategi
pembelajaran kooperatif tipe TPS yang paling rendah adalah 14 yang
tertinggi 31, rata-rata skor adalah 23,3. Modus (Mo) 23,65 dan median
(Me) 23,5. Sedangkan varians (S²) 13,15 dan standar deviasi (S) 3,63.

Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa skor tes hasil
belajar fisika siswa yang memiliki kecendrungan gaya belajar visual,
yang paling rendah adalah 14 yang tertinggi 31, rata-rata skor adalah
22,6. Modus (Mo) 23,5 dan median (Me) 22,8. Sedangkan varians (S²)
13,76 dan standar deviasi (S) 3,71. Skor tes hasil belajar fisika siswa
yang memiliki kecendrungan gaya belajar auditorial, yang paling
rendah adalah 15 yang tertinggi 34, rata-rata skor adalah 25,38.
Modus (Mo) 23,57 dan median (Me) 24,9. Sedangkan varians (S²)
20,89 serta standar deviasi (S) 4,57. Skor tes hasil belajar fisika siswa
yang memiliki kecendrungan gaya belajar kinestetik, yang paling
rendah adalah 17 yang tertinggi 33, rata-rata skor adalah 24,9. Modus
(Mo) 26,5 dan median (Me) 25,5. Sedangkan varians (S²) 21,19 serta
standar deviasi (S) 4,61.

Uji normalitas data dilakukan untuk memastikan sampel


berasal dari populasi berdistribusi normal. Untuk uji normalitas data
digunakan uji Lilifors. Hasil uji normalitas seperti pada tabel berikut.

Tabel 3. Ringkasan Uji Normalitas Data

Ltabel
Kelompok N Lhitung Kesimpulan
(α = 5%)
Pembelajaran tipe STAD 40 0,078 0,140 Normal

Pembelajaran tipe TPS 40 0,100 0,140 Normal

Gaya Belajar Visual 34 0,104 0,151 Normal

Gaya Belajar Auditorial 32 0,134 0,157 Normal

Gaya Belajar Kinestetik 14 0,088 0,227 Normal

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 154


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

Pengujian homogenitas varians menggunakan teknik uji F dan


uji Barlett. Uji F digunakan untuk membandingkan data dari dua
variansdan uji Barlett digunakan untuk menguji tiga varians. Hasil

perhitungan diperoleh F hitung = 1,56 dan F tabel = 1,69, sehingga dapat


disimpulkan bahwa varians sampel adalah homogen. Selanjutnya

dengan uji Barlett, diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4. Hasil Pengujian Homogenitas Dengan Uji Barlett

Varians 2 2

gabungan (S2) B dk χ hitung χ tabel Kesimpulan

17,62 95,942 2 0,492 5,99 Homogen

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa varians dari


data tersebut homogen (relatif sama).

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians


dan hasilnya data berdistribusi normal serta homogen, maka pengujian
hipotesis dapat dilaksanakan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
teknik analisis varians (ANAVA) dua jalur dengan desain faktorial 2 x
3 pada taraf signifikansi α = 0,05. Adapun ringkasan hasil perhitungan
sebagai berikut.

Tabel 5. Rangkuman Anava 2 x 3 Untuk Masing-masing Sel

Ftabel
Sumber Varians JK dk RJK Fhitung
α=0,05
Strategi
57,8 1 57,8 4,50 3,08
Pembelajaran

Gaya Belajar 151,6 2 75,8 5,91 3,13

Interaksi 349,6 2 174,8 13,62 3,13

Kelompok 949,8 74 12,83

Total 1.508,8 79

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa Fhitung > Ftabel,


sehingga hipotesis penelitian pertama, kedua, dan ketiga dapat

diterima. Kemudian terdapat interaksi antara strategi pembelajaran


dan gaya belajar yang mempengaruhi hasil belajar fisika siswa.

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 155


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

Pola interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya belajar


dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini.

Frekuensi

30 28,62

28

A1
26 27,22

24 24,00 23,21

22

21,22 A2
20 21,2

0 . . .

B1 B2 B3
Gambar 1. Pola Interaksi Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar

Keterangan:
A1 = Strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD
A2 = Strategi pembelajaran kooperatif tipeTPS
B1 = Kecendrungan gaya belajar visual
B2 = Kecendrungan gaya belajar auditorial

B3 = Kecendrungan gaya belajar kinestetik

E. Penutup

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat


disimpulkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa
antara kelompok yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan kelompok siswa yang diajar dengan strategi
pembelajaran kooperatif tipe TPS. Yaitu rata-rata hasil belajar fisika
siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajar dengan
strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS. 2) Terdapat perbedaan hasil
belajar fisika siswa yang mempunyai kecenderungan gaya belajar

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 156


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

visual, auditorial, dan kinestetik. Rata-rata hasil belajar fisika siswa


yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial lebih tinggi dari
pada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang mempunyai
kecenderungan gaya belajar kinestetik dan visual, 3) Terdapat
interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil
belajar fisika.

Penerapan strategi pembelajaran yang sesuai dengan


karakteristik siswa dan materi pelajaran akan mempengaruhi hasil
belajar yang diperoleh siswa. Oleh karena itu dianjurkan bagi guru-
guru fisika agar mempertimbangkan karaktristik siswanya terutama
dalam hal gaya belajar sebelum memilih strategi pembelajaran yang
akan diterapkan dalam mengajarkan pokok bahasan tertentu, sebab
kecenderungan gaya belajar yang dimiliki siswa juga turut memberi
pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar fisika siswa.

Hasil belajar fisika dalam penelitian ini hanya mengukur aspek


kognitif, diharapkan agar peneliti selanjutnya lebih mengembangkan
pada aspek psikomotoris dan afektif dalam mendeskripsikan hasil
belajar fisika agar pembelajaran lebih bermakna, efisien, serta
memiliki daya tarik.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin W, et.al (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching,


and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education.
New York: Addison Wesley Logman, Inc

Arends, Richard. I, 1997, Classroom Instructional Management.


New York: The McGraw-Hill Company.

Dick, W, and L. Carey, J.O, Carey, 2005. The Systematic Design of


Instruction. New York: Logman.
Dick, W, and Reiser, R.A (1989). Planning Effective Instruction.

Boston: Allyn and Bacon.

Dimyati dan Mudjiono, P. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:


Rineka Cipta

Isjoni. (2009). Cooperative Learning. Efektifitas Pembelajaran


Kelompok. Bandung; Alfa Beta.

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 157


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.9 No.2, Desember 2012

Jasmine, J. (2007). Professional Guide: Teaching Wich Multiple


Intelligences. Alih Bahasa: Purwanto. Bandung: Nuansa.

Joyce, B. and Weil, Marsha. (1986). Models of Teaching. Third Edition. Englewood
Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall.

Kemp, JE., Morisson, GR., and Ross, S.M. 1994. Designing Effective Instruction, New
York: Macmillan College Publishing Company.

Kemp, Jerold, E 1994. The Instructional design process. Alih bahasa:

Asril Marjohan, Bandung: Penerbit ITB.

Miarso, Y. (2007), Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Sabri, A. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Quantum Teaching.

Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta


: Kencana.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya.


Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R.E. 2010.Cooperatif Learning, Teori, Riset dan Praktik.


Bandung: Nusamedia.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trianto, 2008. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana.

Wena, M. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.


Jakarta: Bumi Aksara.

Pengaruh Strategi… (Abdul Halim, 141:158) 158


IDENTITAS JURNAL

Teaching learning strategies: The role of instructional context and


Judul
teacher beliefs.

Jurnal Journal for Educational Research Online.

Nomor 01

Volume 07

Halaman 176-197 (22 halaman)

Tahun 2015

Saskia Kistner, Katrin Rakoczy, Barbara Otto, Eckhard Klieme &


Penulis
Gerhard Büttner

Reviewer Tessalonika Dolok Saribu

Tanggal 27 Maret 2018


HASIL REVIEW JURNAL

Tujuan Penelitian Menginvestigasi peran konteks pembelajaran, dengan fokus


utama pada tujuan pembelajaran dari sebuah pelajaran, dan
keyakinan guru untuk promosi strategi pembelajaran guru
di ruang kelas.
Subject Penelitian 20 guru matematika Jerman dan 538 siswa sekolah
menengah yang mana mereka secara keseluruhan dari jalur
akademik “Gimnasium” dan jalur menengah “Realschule”
(kelas 9).
Langkah-Langkah Penelitian  Setiap guru direkam untuk tiga pelajaran pada Teorema
Pythagoras (pelajaran intro-ductory) dan untuk dua
pelajaran tentang masalah kata (pelajaran praktik).
Setiap les-anak kira-kira 45 menit. Dua jenis pelajaran
mewakili konteks instruksional yang berbeda dan
berbeda sehubungan dengan tujuan instruksional
mereka.
 Menilai promosi strategi pembelajaran guru, dari video
lalu dianalisis menggunakan versi sebelumnya dari
instrumen observasi ATES (Menilai Bagaimana Guru
Meningkatkan Pembelajaran Swa-Regulasi, Dignath-
van Ewijk et al., 2013). Instrumen ini terdiri dari skema
pengkodean untuk menilai instruksi strategi guru dan
skala penilaian yang mencakup aspek lingkungan
belajar yang seharusnya memfasilitasi pembelajaran
mandiri di kalangan siswa.
 Kuesioner guru.

Metode Penelitian Mengacu pada data dari studi video Jerman-Swiss Kualitas
Instruksi, Pembelajaran, dan Pemahaman Matematika yang
menyelidiki kualitas in-structional dalam pelajaran
matematika dan efek pada pembelajaran dan motivasi siswa
(Klieme, Pauli, & Reusser, 2006; 2009; Klieme & Reusser,
2003). Dalam penelitian ini data video dianalisis kembali
dalam kerangka teoritis pembelajaran mandiri.
Hasil Penelitian Karena tidak semua pelajaran yang diamati memiliki
panjang yang sama, jumlah yang diamati untuk setiap jenis
strategi distandardisasi menjadi 45 menit. Untuk setiap
guru, jumlah strategi yang dipatuhi adalah rata-rata tiga
pelajaran (untuk pelajaran perkenalan), dan lebih dari dua
pelajaran (untuk pelajaran praktik). Usia rata-rata dari
semua lima pelajaran (ditunjukkan pada Tabel 3) digunakan
untuk menghitung korelasi dengan keyakinan guru.
Keunggulan Jurnal  Judul jurnal dengan isi relevan.
 Isi abstrak representative dengan isi artikel.
 Ide/ isu yang diangkat dalam jurnal ini relevan dan
penting.
Kelemahan Jurnal  Tujuan penelitian pada jurnal ini tidak dipaparkan
dengan jelas.
 Metode yang digunakan tidak terlalu jelas, sehingga
membuat para pembaca bingung dengan penelitian yang
dilakukan.
Kesimpulan Karakteristik guru dan, sampai taraf tertentu, fitur konteks
tampaknya penting untuk pengajaran strategi pembelajaran
di kelas. Penghasilan kembali berkontribusi pada
pemahaman kegiatan guru di ruang kelas dan menekankan
pentingnya keyakinan guru untuk praktik sehari-hari
mereka mengenai pengajaran strategi pembelajaran.
Terutama ketika melihat pendidikan guru dan
pengembangan profesi, temuan bisa relevan. Pelatihan guru
tentang promosi pembelajaran mandiri dapat tetap tidak
efektif jika keyakinan guru diabaikan. Jadi, ketika kita
bermaksud untuk mengembangkan keterampilan
pengaturan diri pada siswa, kita dapat mempertimbangkan
untuk mencoba membentuk keyakinan guru sebagai titik
awal yang memungkinkan.
REVIEW JURNAL

Judul PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN


DAN KONSEP DIRI TERHADAP HASIL
BELAJAR MATAKULIAH ILMU PENDIDIKAN
Jurnal Jurnal Strategi belajar mengajar
Download http://doaj.org
Journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/2619
Volume dan Halaman Volume 2 Nomor 3 Agustus-Oktober 2014
Tahun 2014
Penulis R. Andi Ahmad Gunadi
Reviewer Jodianto Pasaribu
Tanggal 27 maret 2018
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
strategi pembelajaran dan konsep diri terhadap hasil
belajar mahasiswa pada mata kuliah Ilmu
Pendidikan.
Subjek Penelitian Mahasiswa SMK dan Tenaga pengajar
Assesment Data Data dikumpulkan dengan angket dan observasi, serta
dianalisis secara deskriptif.
Metode penelitian Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan
desain faktorial 2x2, dilakukan di Universitas
Muhammadiyah Jakarta dengan sampel 44
mahasiswa.
Langkah Penelitian Langkah penelitian yang pertama adalah Menentukan
subjek dari penelitian,menentukan metode
penelitian,dan kemudian mengumpulkan data dengan
cara wawancara,obserasi dan dokumentasi.
Hasil Penelitian Ilmu pendidikan adalah mempelajari suasana dan
proses-proses pendidikan. Proses yang dimaksud
adalah cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh
pendidikan secara sistematis dan bertahap. Sebagai
kesimpulan, jika pendidikan adalah proses-proses
yang dilakukan dalam usaha pencarian pengetahuan
untuk pendewasaan diri manusia dalam upaya
menghadapi tugas hidupnya, maka ilmu pendidikan
adalah ilmu yang menelaah dan mempelajari tentang
situasi dan proses-proses terjadi dan terlaksananya
pendidikan.
(http://www.masbied.com/2011/03/06/pendidikan-dan-
ilmu-pendidikan)
Kekuatan Penelitian Kekuatan Penelitian langsung dilakukan terhadap
subjek melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi.Kemudian kelebihan dari jurnal ini
adalah :
Dari segi judul jurnal
1. sudah jelas karena ketika membaca judul jurnal
ini penulis sudah mengetahui inti dari jurnal.
2. Dari segi abstrak jurnal sudah memenuhi hal-hal
yang harus ada dalam sebuah abstrak yaitu
Masalah yang akan diteliti,metode yang
digunakan dalam penelitian,hasil yang diperoleh
pada penelitian,kesimpulan dan kata kunci.
3. Identitas penulis dalam jurnal ini sudah jelas
karena sudah mendikripsikan identitas penulis
mulai dari nama penulis,identitas pekerjaan
penulis,dan e-mail penulis.
4. Dari segi tujuan penelitian ini sudah dipaparkan
dengan jelas dan sesuai dengan hasil dari
penelitian.
5. Dari penyusunan daftar pustaka sudah benar
yaitu daftar pustaka lebih dari satu dan disusun
dimulai dari abjad nama pengarang atau lembaga
yang bertanggung jawab.
Kelemahan Penelitian Kelemahan dari penelitian ini adalah tidak di
paparkan alat yang digunakan selama melakukan
penelitian,sehingga keabsahan dari penelitian ini
kurang efisie.
Kesimpulan 1. Secara keseluruhan hasil belajar mahasiswa
dalam mata kuliah Ilmu Pendidikan yang
belajar dengan strategi pembelajaran
kooperatif lebih tinggi daripada hasil belajar
dapat menerapkan strategi pembelajaran
kooperatif dan meningkatkan konsep diri
mahasiswa.
2. Bagi pimpinan fakultas disarankan untuk
memberikan kesempatan dan peluang kepada
dosen untuk melakukan penelitian dalam
usaha meningkatkan hasil belajar mahasiswa
dalam semua mata kuliah antara lain dengan
mendorong dan memberikan semangat serta
dukungan kepada dosen untuk dapat
menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
3. Bagi peneliti lain yang bermaksud
melanjutkan penelitian ini dan atau
menerapkan strategi pembelajaran kooperatif
disarankan untuk memperhatikan
keterbatasan-keterbatasan yang ada pada
penelitian ini agar hasil yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan.

Anda mungkin juga menyukai