Nim : 7171141024
Prodi/Jurusan : Pendidikan Ekonomi
Kelas :A
Fakultas : Fakultas Ekonomi
2) Standar Emas
Sebenarnya sangat sulit untuk memberikan gambaran tentang standar emas ini,
karena bentuk dari sistem ini bermacam-macam (berbeda antara satu negara
dengan lain). Namun secara umum dapat dikatakan bahwa suatu negara memakai
sistem standar emas apabila nilai mata uangnya, dikaitkan/didasarkan atas nilai
seberat emas tertentu. Masyarakat bebas untuk melebur mata uang emas atau
membuat emas batangan menjadi mata uang kertas serta menukarkan mata
uangnya (yang bukan emas) dengan emas atau sebaliknya dengan perbandingan
yang telah ditentukan oleh bank sentral.
Karena negara-negara lain juga mengaitkan nilai mata uangnya dengan emas
maka dapatlah diketahui perbandingan nilai mata uang mereka titik misalnya di
Amerika perbandingan dolar dengan emas adalah U$ 4/1 gram, sedang di Inggris
perbandingannya £1/1 gram, maka nilai tukar antara dolar dengan poundsterling
adalah U$ 4/£ 1. Nilai tukar ini akan stabil jika bank sentral di kedua negara
tersebut tidak mengubah perbandingan nilai mata uangnya dengan emas. Stabilitas
inilah yang merupakan salah satu keuntungan penggunaan sistem standar emas.
3) Fiat Standar
Masalah pokok yang timbul dari standar barang emas (emas dan atau perak)
adalah kurang praktis apabila transaksi yang dilakukan dalam jumlah besar titik
atas dasar alasan ini kemudian beredar surat emas/perak sebagai pengganti
emas/perak yang disimpan titik surat emas/perak ini semula dijamin 100% dengan
emas/perak yang tersimpan kemudian berangsur-angsur jaminan ini makin
berkurang. Semula memang pengeluaran surat emas ini sebagai bukti atas
kepemilikan emas yang tersimpan, dimana setiap saat si pemilik dapat mengambil
emas tersebut titik pada tahun 1900 sampai dengan 1933 Amerika Serikat
mengeluarkan sertifikat emas dijamin 100% dengan emas yang disimpan didalam
bendahara negara yang setiap saat dapat ditukarkan dengan emas tersebut titik
sertifikat ini sama (nilainya) dengan emas dan lebih mudah untuk melakukan
transaksi titik sertifikat ini yang kemudian disebut representative money. Dalam
perkembangannya sertifikat ini tidak lagi dijamin dengan 100% emas, Tetapi lebih
rendah titik seperti misalnya, di Amerika Serikat pada tahun 1945 Bank Sentral
menentukan bahwa jaminan ini sebesar 40%. Sertifikat emas yang dijamin kurang
dari 100% inilah yang sering disebut fiat standard. Bahkan dewasa ini sertifikat ini
dijamin 0% emas. Mengapa bisa diterima sebagai uang? Yang penting disini
bukanlah bentuknya tetapi apabila barang tersebut dapat memenuhi fungsi sebagai
alat tukar, penyimpanan kekayaan serta pembayaran tertunda, dapatlah disebut
uang titik oleh karena itu kertas (sertifikat) yang tidak dijamin dengan 100% emas
Itu pun apabila memenuhi fungsi-fungsi tersebut diatas dapat disebut uang.
5) Uang Kuasi
Uang kuasi terdiri atas deposito berjangka dan tabungan serta rekening valuta
asing milik swasta domestik. Apabila kriteria uang didasarkan pada fungsinya,
maka sebenarnya tabungan ini tidak masuk dalam pengertian uang. Namun, ada
yang berpendapat bahwa seseorang itu dapat mewujudkan kekayaannya dalam
berbagai bentuk seperti: tanah, rumah, uang, perhiasan dan bahkan berbentuk
tabungan. Maka memasukkan tabungan ke dalam pengertian uang dapat
dimengerti. Argumentasi lain untuk memasukkan tabungan ke dalam pengertian
uang dengan melihat Apakah ada kemungkinan saling mengganti antara tabungan
dengan uang giral. Apabila ada maka tabungan ini dapat dimasukkan ke dalam
pengertian uang titik karena kriteria ini pun belum jelas, yakni seberapa besar
angka substitutability ini dapat diterimanya tabungan sebagai uang, maka hingga
kini masalah tersebut selalu diperdebatkan.
Sebuah sistem devisa dapat disebut sebagai sistem standar emas, apabila memenuhi
syarat-syarat pokok sebagai berikut.
1) Nilai mata uang negara tersebut dinyatakan dengan emas.
2) Emas dalam jumlah yang tak terbatas bebas keluar masuk negara itu.
3) Badan moneter negara tersebut selalu bersedia membeli atau menjual emas
berdasarkan perbandingan nilai yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Judisseno, Rimsky K. 2005. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Nopirin. 2015. Ekonomi Moneter Buku I. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA
Sattar. 2017. Buku Ajar Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Deepublish