Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Perkembangan Uang

Pengertian uang
Dalam ekonomi tradisional, pengertian uang didefinisikan sebagai alat tukar.
Tidak hanya uang seperti sekarang ini, benda lain seperti emas, perak,
bahkan garam pun bisa dijadikan uang barang. Syaratnya ialah benda itu
diterima secara umum oleh seluruh masyarakat setempat.

Ilmu ekonomi modern mendefinisikan pengertian uang lebih luas lagi. Bukan
hanya sebagai alat pembayaran jual beli barang, jasa, dan kekayaan lain,
melainkan juga pembayaran utang. Beberapa ahli menyebutkan fungsi uang
sebagai alat penunda pembayaran.

Sejarah uang
Jangankan uang kerts dan logam sekarang, pertukaran barang secara barter
pun dulu belum dikenal manusia. Kehidupan saat itu tidak sekompleks
sekarang. Manusia memenuhi kebutuhan sendiri-sendiri dengan sangat
sederhana

Mereka pergi berburu jika lapar. Butuh pakaian tinggal membuat dengan
bahan kulit binatang ataupun pohon. Ingin makan makanan lain, pergi ke
hutan untuk mencari dan memetik buah yang diinginkan. Begitu seterusnya.

Namun seiring waktu berjalan, kebutuhan hidup manusia tambah banyak. Apa
yang mereka peroleh tidak bisa memenuhi kebutuhan sendiri secara
menyeluruh.maka dicarilah cara tukar-menukar barang antara individu satu
dengan yang lain. Cara ini dikenal sebagai sistem barter.

Sistem barter
Sistem barter digunakan cukup lama, hingga berabad-abad. Sampai akhirnya
manusia mendapati kendala pada sistem tersebut karena kehidupan lebih
kompleks lagi.

Kendala pada sistem barter misalnya sulit ketemunya dua orang pemilik
barang yang saling membutuhkan satu sama lain. Misal, Si A punya buah dan
butuh ikan, ketemunya dengan B yang punya ikan tetapi butuhnya bukan
buah, melainkan pakaian.

Uang barang
Menghadapi masalah seperti di atas, manusia memikirkan lagi hingga
menemukan solusi baru. Yaitu menggunakan benda-benda tertentu sebagai
alat tukar. Benda yang ditetapkan biasanya yang dapat diterima secara
umum. Contohnya pada orang Romawi zaman dulu menggunakan garam.

Kalau diilustrasikan pada si A dan B di atas, maka seperti ini. A menemui


penghasil garam dan menukarnya dengan buah. Setelah garam dimiliki,
barulah menemui B yang memiliki ikan. Meskipun butuhnya pakaian, B
menerima garam karena sudah ditetapkan sebagai uang barang. Sehingga B
pun akan lebih mudah lagi menukarnya dengan orang lain yang memiliki
pakaian.

Meski lebih mudah dari sistem barter, seiring perkembangan kehidupan


manusia yang lebih kompleks, sistem uang barang memiliki kelemahan juga.
Hal ini karena uang barang tidak mempunyai pecahan kecil sehingga
kesulitan menentukan nilai, penyimpan dan pengangkutan yang susah, dan
mudah hancur atau tidak tahan lama.

Akhirnya dicarilah benda yang mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:

 Diterima secara umum


 Lebih mudah dibawa, dan tahan lama

Benda tersebut ialah uang logam yang bahan pembuatannya dari emas dan
perak.
Pada waktu itu pemilik uang logam berhak penuh atas uang tersebut. Ia
bebas menimbun sebanyak-banyaknya bahkan menempa untuk dijadikan
perhiasan pun tak ada larangan. Hingga muncul ketakutan pedagangan makin
maju tidak bisa dilayani oleh uang logam. Hal ini mengingat jumlah emas dan
perak yang terbatas.

Lagi pula, uang logam juga akan menemui kendala lain jika dalam transaksi
tukar-menukar menukar berskala besar. Jumlah yang dibutuhkan makin
banyak tentu akan menyulitkan dipindahtangankan. Sampai akhirnya
terciptalah uang kertas.

Namun, jangan salah. Uang kertas yang beredar saat itu adalah bukti
kepemilikan emas atau perak. Kertas-kertas itu dijamin seratus persen oleh
emas dan perak yang tersimpan pada pandai. Sewaktu-waktu uang ini dapat
ditukar kembali dengan jaminannya secara penuh.

Pada perkembangan selanjutnya, inilah yang menjadi cikal bakal uang yang
kita pakai seperti sekarang ini. Orang-orang tidak lagi menggunakan emas
secara langsung untuk transaksi. Mereka lebih suka memakai kertas-kertas
bukti tersebut.
Fungsi uang
Sudah dijelaskan di atas, fungsi uang sebagai perantara pertukaran barang
dengan barang, menghindari sistem barter yang banyak menemui kendala,
sehingga diharapkan transaksi perdagangan menjadi lebih mudah. Namun,
secara lebih rinci dibedakan menjadi dua. Yaitu fungsi asli dan fungsi turunan.

Fungsi asli dibagi menjadi tiga:


1. Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang
dapat mempermudah pertukaran
2. Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) :
Menunjukan nilai barang/ jasa (alat penunjuk harga), dan sebagai
satuan hitung yang mempermudah pertukaran.
3. Selain itu, uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai (valuta).
4.
Fungsi turunan dibagi menjadi:
1. Uang sebagai alat pembayaran yang sah.
2. Uang sebagai alat pembayaran utang.
3. Uang sebagai alat penimbun kekayaan.
4. Uang sebagai alat pemindah kekayaan.
5. Uang sebagai alat pendorong kegiatan ekonomi

Syarat-syarat uang
Suatu benda dapat dijadikan sebagai uang jika memenuhi syarat-syarat
berikut:

1. Benda itu harus diterima secara umum (acceptability)


2. Untuk memenuhi kriteria poin 1, benda tersebut harus bernilai tinggi
atau setidaknya dijamin oleh pemerintah
3. Terbuat dari bahan yang bisa tahan lama (durability)
4. Kualitasnya sama (uniformity)
5. Jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang tersebut
6. Tidak mudah dipalsukan (scarcity)
7. Mudah dibawa (portable)
8. Mudah dibagi tanpa mengurangi nilai (divisibility)
9. Memiliki cenderung stabil dari waktu ke waktu (stability of value).

Jenis uang
Berdasarkan jenisnya, uang dibagi menjadi dua. Yaitu uang kartal dan uang
giral.

 Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib digunakan oleh
masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli sehari-hari (common
money).
 Uang giral adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk
simpanan (deposito) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan, contoh cek.

Uang menurut bahan pembuatannya


 Uang logam
Adalah uang yang terbuat dari logam. Dipilih menggunakan logam karena
bisa tahan lama. Pada awal kemunculannya dibuat dengan bahan emas atau
perak. Semakin tinggi kadarnya semakin tinggi pula daya tukarnya. Dengan
begitu uang seperti ini memiliki tiga nilai: Nilai intrinsik, yaitu nilai bahannya.
Nilai nominal, yaitu nilai yang tercetak/tercantum pada uang tersebut. Nilai
tukar, yaitu nilai daya tukarnya. Misal Rp500.00 nilai tukarnya dapat permen,
Rp10.000.00 nilai tukarnya bisa dapat sepiring nasi.
 Uang kertas
Yaitu uang yang terbuat dari bahan kertas. Uang jenis ini hanya memiliki nilai
nominal dan nilai tukar yang tinggi, sedangkan nilai intrinsiknya tidak. Begitu
juga pada zaman sekarang, uang logam dibuat dengan logam biasa sehingga
nilai intrinsiknya tidak sebanding dengan nilai nominal.

Menurut nilainya uang dibedakan menjadi dua:


 Uang penuh (full bodied money). Nilai uang dikatakan sebagai uang
penuh apabila nilai yang tertera di atas uang tersebut sama nilainya
dengan bahan yang digunakan. Dengan kata lain, nilai nominal yang
tercantum sama dengan nilai intrinsik yang terkandung dalam uang
tersebut.
 Uang tanda (token money). Uang tanda adalah apabila nilai yang
tertera pada uang lebih tinggi daripada nilai bahan yang digunakan
untuk membuatnya. Dengan kata lain nilai nominal lebih besar daripada
nilai intrinsik. Misal, untuk membuat uang Rp1.000,00 pemerintah
mengeluarkan biaya Rp750,00.

Teori nilai uang


Teori nilai uang dibagi menjadi dua. Yaitu teori uang statis dan teori uang
dinamis.

 Teori uang statis


Teori ini disebut statis karena tidak mempersoalkan perubahan nilai uang
yang diakibatkan perkembangan ekonomi. Teori ini dibuat dengan tujuan
untuk menjawab pertanyaan seperti: apakah sebenarnya uang? Mengapa
uang itu ada harganya? Mengapa uang itu sampai beredar?
Teori ini meliputi:

1. Teori metalisme. Teori yang hampir sama dengan pengertian nilai


intrinsik.
2. Teori konvensi. Teori yang menyatakan uang bisa diterima secara
umum di masyarakat karena atas dasar perjanjian/mufakat.
3. Teori nominalisme. Teori ini menyatakan diterimanya uang berdasarkan
nilai daya belinya.
4. Teori negara. Teori ini menyatakan bahwa uang adalah benda yang
ditetapkan oleh negara yang berfungsi sebagai alat tukar dan alat
bayar. Jadi nilainya pun ditetapkan oleh pemerintah yang diatur oleh
undang-undang.
 Teori uang dinamis
Kalau teori diatas tidak mempersoalkan perubahan nilai uang, maka teori
uang dinamis ini adalah sebaliknya.

Teori ini meliputi:

1. Teori kuantitas. Pada teori ini David Ricardo menyatakan kuat atau
lemahnya nilai uang sangat tergantung pada jumlah uang yang beredar.
Kemudian Irving Fisher menyempurnakan teori diatas dengan
menyatakan tidak hanya tergantung pada jumlah saja, melainkan juga
pada kecepatan peredaran uang, barang dan jasa sebagai faktor yang
memengaruhi nilai uang.
2. Teori persediaan kas. Teori ini menyatakan bahwa perubahan nilai
uang tergantung dari jumlah uang yang tidak dibelikan barang-barang.
3. Teori ongkos produksi. Teori ini menyatakan nilai uang dalam
peredaran yang berasal dari logam dan uang itu dapat dipandang
sebagai barang.

Anda mungkin juga menyukai