NUZULPUTRA 173112340450033
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih juga Maha Penyayang, saya
haturkan puji serta syukur kepadaNya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya
sehingga saya dapat menyelesaikan Quiz mata kuliah Perencanaan dan Pengelolaan Destinasi
Parwisata.
Quiz yang di buat masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan penulis dalam
menjabarkan yang lebih dalam mengenai SDGs ini. namun saya sudah berusaha dengan
baik. saya harapkan saran dan kritik yang membangun, sebagai yang penulis harapkan demi
kesempurnaan Quiz ini.
Saya juga berharap Tugas ini akan memberikan manfaat bagi para pembaca.
Setidaknya untuk memberi pengetahuan yang lebih dalam mengenai dunia Pariwisata.
Demikian Quiz ini semata untuk dunia kepariwisataan.
2
Bab I Pendahuluan
I. Latar Belakang
SDGs adalah kesepakatan pembangunan baru yang mendorong perubahan-perubahan kearah
pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong
pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. SDGs diberlakukan dengan prinsip-
prinsip universal, integrasi dan inklusif untuk meyakinkan bahwa tidak akan ada seorang pun
yang terlewatkan atau "No-one Left Behind". Jika MDGs sudah memberikan kontribusi yang
signifikan dari kurun waktu 15 tahun, maka SDGs ini juga dicanangkan untuk 15 tahun
kedepan yakni sampai tahun 2030.
Secara singkat, Sustainable Development Goals (SDGs) ini adalah pembaharuan tujuan serta
indikator yang menjadi target universal yang disepakati oleh negara yang menjadi anggota
PBB. Jadi, program SDGs ini bukan hanya akan melanjutkan program MDGs sebelumnya
melainkan juga bentuk pengembangan dan penyempurnaan. Maka, sudah barang tentu SDGs
ini memiliki nilai lebih serta tentunya memiliki latar belakang masalah yang lebih luas lagi.
Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan global sebelumnya yaitu MDGs atau Milennium
Development Goals, Peserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada Bulan September 2015
meluncurkan SDGs atau Suistanable Development Goals yang merupakan agenda global
yang melanjutkan upaya dan capaian agenda global sebelumnya yaitu MDGs yang sudah
banyak merubah wajah dunia 15 tahun kearah yang lebih baik.
SDGs Dirancang Secara Partisipatif. Berbeda dari pendahulunya juga, SDGs dirancang
dengan melibatkan seluruh aktor pembangunan, baik itu Pemerintah, Civil Society
Organization (CSO), sektor swasta, akademisi, dan sebagainya. Kurang lebih 8,5 juta suara
warga di seluruh dunia juga berkontribusi terhadap Tujuan dan Target SDGs.
Tidak Meninggalkan Satu Orangpun (Leave No One Behind). Tidak Meninggalkan Satu
Orangpun merupakan Prinsip utama SDGs. Dengan prinsip tersebut setidaknya SDGs harus
bisa menjawab dua hal yaitu, Keadilan Prosedural yaitu sejauh mana seluruh pihak terutama
yang selama ini tertinggal dapat terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan dan
3
Keadilan Subtansial yaitu sejauh mana kebijakan dan program pembangunan dapat atau
mampu menjawab persoalan-persoalan warga terutama kelompok tertinggal.
4
Bab II Pembahasan
I. Analisis SDGs Sebelum Pandemi
A. Kesiapan Indonesia
Indonesia telah menyusun mekanisme koordinasi pelaksanaan dan pemantauan SDGs
secara bersama untuk empat kelompok pelaku SDG, yaitu:
Ø Pemerintah dan pemerintah daerah,
Ø Perguruan tinggi dan think-tank,
Ø Lembaga swadaya masyarakat dan media massa,
Ø Bisnis dan filantropis.
Pengelompokan ini penting agar pelaksanaan SDGs inklusif dan agar koordinasi oleh
Sekretariat SDGs yang berada di Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas dapat bekerja efektif. Dengan pengalaman pelaksanaan MDGs
dan kesiapan melaksanakan SDGs, Indonesia memiliki beberapa poin penting untuk
disampaikan dalam pertemuan Majelis Umum PBB pada bulan September 2016.
Ketiga, peran keseluruhan pelaku difasilitasi secara inklusif sesuai peran dan
kontribusinya. Kelompok universitas sudah mulai membentuk pusat di Universitas
Padjadjaran dan diikuti perintisan di Universitas Indonesia. Kelompok filantropis
sudah menjadi pelaku penting dalam platform filantropis global.
5
Pekerjaan rumah besar Meskipun demikian, Indonesia juga masih perlu bekerja keras.
Pertama, masih banyak target SDGs yang perlu diterjemahkan ke indikator yang
relevan untuk konteks Indonesia, didukung sistem pendataan dengan standar baik dan
selaras dengan indikator global. Kedua, memilih dan menentukan kebijakan dan
program yang efektif mencapai target SDGs. Ketiga, penajaman mekanisme kerja
sama dan pembagian peran antarpelaku agar tidak terjadi tumpang tindih sehingga
sumber daya digunakan efisien dan pencapaian SDGs menjangkau setiap individu
warga negara (no one left behind). Selanjutnya, tantangan ke depan adalah
menjadikan SDGs sebagai agenda pembangunan yang transformasional, melalui
pelaksanaan sasaran dan target dalam SDGs secara integratif. Setiap sasaran SDGs
tidak berdiri sendiri, tetapi harus secara terpadu dilaksanakan.
6
Pemetaan ketersediaan indikator SDGs di Indonesia telah diinisiasi oleh Sekretariat
SDGs/ Bappenas sejak tahun 2015. Proses pemetaan berdasarkan indikator-indikator
SDGs yang telah ditetapkan oleh UN telah selesai dilakukan pada 2016. Pemetaan
indikator SDGs mencakup berbagai aspek seperti ketersediaan data dan sumber data,
kementerian/lembaga yang bertanggung jawab terhadap masing-masing indikator
SDGs, level disagregasi, jenis disagregasi, dan periode ketersediaan datanya.
Informasi lengkap terkait dengan indikator SDGs beserta definisi operasionalnya akan
disajikan secara khusus oleh Sekretariat Nasional SDGs/Bappenas.Pemetaan indikator
SDGs diklasifikasikan menurut ketersediaan sumber data dan ketersediaan data yang
sudah ada di Indonesia. Secara umum ketersediaan indikator SDGs di Indonesia
dikelompokkan menjadi 3 kelompok yakni indikator nasional yang sesuai dengan
indikator global, indikator nasional sebagai proksi terhadap indikator glonal dan
indikator global yang harus dikembangkan (karena data belum tersedia). Penjelasan
detil terkait dengan pengelompokkan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Indikator nasional yang sesuai dengan indikator global yaitu indikator nasional
yang konsep dan cara pengukurannya merupakan proksi untuk menjawab
metadata indikator global.
Contoh:
Ø Angka Kematian Ibu.
Ø Jumlah Luas Kawasan Konservasi Perairan.
7
Ø Bauran Energi Terbarukan
2. Indikator nasional sebagai proksi indikator global yaitu indikator nasional
yang konsep dan cara pengukurannya merupakan proksi untuk menjawab
metadata indikator global.
Contoh:
Ø Proporsi penduduk dengan akses terhadap layanan air minum layak
sebagai proksi indikator proporsi penduduk dengan akses terhadap
layanan air minumyang aman.
Ø Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai proksi indikator global
kebijakan fiskal, upah, dan perlindungan sosial
Ø Jumlah limbah B3 yang terkelola dan proporsi limbah B3 yang diolah
sesuai peraturan perundangan
3. Indikator global yang harus dikembangkan yaitu indikator global yang belum
dimiliki Indonesia dan belum ada proksinya di nasional karena metadata
global belum tersedia.
Contoh:
Ø Proporsi penduduk yang percaya pada pengambilan keputusan yang
inklusif dan responsif.
Ø Indeks Kemiskinan Multidimensi
Ø Rata-rata keasaman Laut (pH) yang diukur pada jaringan stasiun
sampling yang disetujui dan memadai
Ø Jumlah kesepakatan kerja sama program-program di bidang sains
dan/atau teknologi antarnegara menurut tipe kerja samanya
Hasil pemetaan ketersediaan indikator SDGs di Indonesia diperoleh sebanyak 85
indikator nasional yang telah sesuai dengan indikator global, sementara sebanyak 71
indikator global akan diukur dengan indikator proksi. Sisanya sebanyak 85 indikator
global belum tersedia datanya dan harus dikembangkan di masa mendatang. Informasi
ini menunjukkan bahwa dari sebanyak 241 indikator SDGs, hanya sekitar sepertiga
dari total indikator global tersebut yang bisa digunakan oleh Indonesia untuk
keterbandingkan internasional dalam memonitor perkembangan capaian SDGs.
8
B. Tujuan SDGs
2. Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta
meningkatkan pertanian berkelanjutan.
Tujuan 2 mengupayakan penyelesaian berkelanjutan untuk mengakhiri segala jenis
kelaparan pada tahun 2030 dan mengupayakan ketahanan pangan. Tujuannya untuk
menjamin setiap orang di manapun ia berada, memiliki ketahanan pangan yang baik
untuk menuju kehidupan sehatnya. Pencapaian tujuan ini membutuhkan akses yang
lebih baik terhadap pangan dan ajakan budidaya pertanian secara luas berkelanjutan.
Hal tersebut mencakup pengembangan produktivitas dan pemasukan petani kecil
dengan mendorong kesamaan luas lahan, teknologi dan penjualan, sistem produksi
pangan yang berkelanjutan, dan budidaya yang terus menerus. Hal ini membutuhkan
peningkatan investasi melalui kerjasama internasional untuk mendukung kapasitas
produksi pertanian negara berkembang.
9
3. Menjamin Kehidupan yang Sehat dan Meningkatkan Kesejahteraan Seluruh
Penduduk Semua Usia.
10
dunia berkomitmen untuk mendukung penelitian dan pengembangan, meningkatkan
pembiayaan kesehatan, dan memperkuat kapasitas semua negara untuk mengurangi
dan mengelola risiko kesehatan.
Tujuan 4 bertujuan untuk menjamin dan memastikan bahwa semua orang memiliki
akses terhadap pendidikan yang berkualitas dan memiliki kesempatan belajar yang
merata selama hidupnya. Tujuan ini berfokus pada perolehan keterampilan dasar dan
tinggi di semua jenjang pendidikan; akses yang lebih besar dan lebih adil terhadap
pendidikan berkualitas di semua jenjang, termasuk pendidikan teknis dan kejuruan;
dan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dibutuhkan untuk berfungsi dan
berkontribusi dengan baik dalam kehidupan sosial.
11
yang lainnya. Dengan begitu, kaum perempuan memiliki kesempatan untuk
mendapatkan kesehatan seksual dan hak bereproduksi. Selain itu, pembangunan yang
adil dan berkelanjutan ini juga harus menjamin akses perempuan ke sumber daya
produktif dan hak partisipasi yang setara dengan laki-laki dalam kehidupan politik,
ekonomi, bermasyarakat, serta memiliki hak membuat keputusan dalam bidang publik
dan swasta.
6. Menjamin Ketersediaan serta Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi yang Berkelanjutan
untuk Semua.
Air minum layak dan bersih adalah air minum yang terlindung meliputi air ledeng
(keran), keran umum, hydrant umum, terminal air, penampungan air hujan (PAH)
atau mata air dan sumur terlindung, sumur bor atau sumur pompa, yang jaraknya
minimal 10 meter dari pembuangan kotoran, penampungan limbah dan pembuangan
sampah. Tidak termasuk air kemasan, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui
tanki, air sumur dan mata air tidak terlindung.Indikator ini mengukur persentase
penduduk perkotaan dan perdesaan yang mengakses pelayanan dasar untuk air minum
yang aman, seperti yang didefinisikan oleh Joint Monitoring Programme (Program
Pemantauan Gabungan) WHO/UNICEF. Indikator ini menjelaskan keadaan air
minum yang lebih rinci dibandingkan indikator “air minum dasar” yang telah
dirancang sebelumnya dengan menggabungkan penilaian terhadap kualitas dan
keamanan air yang digunakan masyarakat. Dalam laporan ini indikator air minum
aman belum bisa disajikan karena masalah ketersediaan data. Sebagai proksi
digunakan indikator air minum layak.
12
7. Menjamin Akses Energi yang Terjangkau, Andal, Berkelanjutan dan Modern Untuk
Semua.
Perencanaan energi perlu dilakukan supaya dapat menjamin ketersediaan energi
dengan harga yang terjangkau untuk jangka panjang. Kebutuhan energi masyarakat
akan terus tumbuh seiring pertumbuhan penduduk, pertambahan sarana transportasi
seperti kereta api dan angkutan masal Mass Rapid Transit/MRT (BPPT, 2014).
13
bahwa hal tersebut menuntut respon yang koheren dan komprehensif. Oleh karena itu,
perlu berkomitmen untuk bekerja sama secara internasional untuk memastikan
migrasi yang aman, tertib dan teratur. Tujuan 10 ini juga membahas masalah-masalah
yang berkaitan dengan representasi dari negara-negara berkembang dalam
pengambilan keputusan global dan bantuan pembangunan.
11. Menjadikan Kota dan Permukiman Inklusif, Aman, Tangguh, dan Berkelanjutan.
Saat ini, lebih dari setengah populasi dunia tinggal di kota. Pada tahun 2030,
diproyeksikan bahwa 6 dari 10 orang merupakan penduduk kota. Meskipun banyak
tantangan perencanaan, kota menawarkan ekonomi yang lebih efisien dari skala pada
berbagai tingkatan, termasuk penyediaan barang, jasa dan transportasi. Dengan suara,
perencanaan dan manajemen risiko-informasi, kota bisa menjadi inkubator untuk
inovasi, pertumbuhan, dan driver dari pembangunan berkelanjutan.
14
C. Pariwisata dan SDGs
Pariwisata menjadi sektor yang sangat strategis dalam mengimplementasikan tujuan
pembangunan berkelanjutan, karena pariwisata memiliki peran penting dalam pelestarian
budaya, perlindungan lingkungan, perdamaian dan keamanan, menciptakan pekerjaan,
pertumbuhan ekonomi, pembangunan, menyumbang 1,6 triliun dari sektor ekspor,10% dari
PDB dunia, 7% dari ekspor dunia, 30% dari ekspor jasa.
Prinsip berkelanjutan dalam pariwisata juga menjadi penting dalam mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan yakni pariwisata yang
memperhitungkan sepenuhnya dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan untuk saat ini dan
masa depan, memperhatikan kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan, dan masyarakat
sekitar. (UNWTO, 2013, p. 15). Adapun tujuan pariwisata berkelanjutan yaitu: “economic
viability, local prosperity, employment quality, social equity, visitor fulfilment, local control
community wellbeing, cultural richness, physical integrity, biological diversity, resource
efficiency, environmental purity.” (UNWTO, 2013, p. 16). Tujuan ini serupa dengan
Sustainable Development Goals (SDGs) untuk melaksanakan pembangunan yang berdampak
positif untuk saat ini dan masa depan. Sehingga pariwisata dan pembangunan tidak dapat
dipisahkan, dua instrumen ini saling menguntungkan. Penerimaan dari sektor pariwisata
dapat berkontribusi yang baik untuk pembangunan, dan tentunya pembangunan dapat
berdampak positif dalam memajukan sektor pariwisata.Pariwisata memiliki peran penting
dalam ekonomi dunia karena berdampak ekonomi, lingkungan, dan sosial. Pemerintah
sebagai aktor utama dalam mengembangkan wisata harus berorientasi dalam mewujudkan
SDGs dan konsep wisata bersifat berkelanjutan, selain pemerintah pelaku industri pariwisata
dan masyarakat sekitar harus berorientasi pada pembangunan berkelanjutan. (Jones, Hillier,&
Comfort, 2017). Dorin Paul juga menyatakan ada tiga pendekatan yang dapat dilihat dalam
pembangunan berkelanjutan, yakni:
Ø Ekonomi, yakni memaksimalkan pendapatan secara konstan dan meningkatkan
sebagai modal
Ø Ekologis, yakni memperhatikan biologis dan fisik
Ø Sosial – budaya, yakni menjaga stabilitas sistem sosial dan budaya.
15
D. Analisis SWOT
Ø Strength (Kekuatan)
§ SDGs menjadi kekuatan baru untuk menyempurnakan Millenium Development Goals
(MDGs).
§ SDGs dirancang dengan melibatkan seluruh aktor pembangunan, baik itu Pemerintah,
Civil Society Organization (CSO), sektor swasta, akademisi, dan sebagainya.
§ Merupakan agenda global yang melanjutkan upaya dan capaian agenda global
sebelumnya yaitu MDGs yang sudah banyak merubah wajah dunia 15 tahun kearah
yang lebih baik.
§ Tidak Meninggalkan Satu Orangpun (Leave No One Behind).
§ Memiliki 4 pilar penyangga utama keberhasilan SDGs yaitu Pemerintah, Masyarakat
Sipil (CSO), akademisi dan sektor bisnis.
Ø Weakness (Kelemahan)
§ 17 tujuan dengan 169 target, menjadi angka pesimis karena dinilai terlalu banyak
sehingga membuat pemangku yang menjalankan kurang fokus.
§ kesiapan sektor untuk saling bekerjasama dalam mewujudkan tujuan dan targetnya.
Ø Opportunity (Peluang)
§ Masih banyak Pandangan positif yang memiliki target SDGs akan lebih baik, kareana
dari setiap tujuan sudah ada sektor yang bertanggung jawab dan fokus untuk
menangani masing-masing sektor.
Ø Threat (Ancaman)
§ Adanya ketidakselarasan antara Negara PBB sehingga menimbulkan
perpecahan.
§ Adanya ketimpangan antara masyarakat dan Pemerintah sehingga
menyebabkan situasi tidak terkontrol yang menimbulkan kericuhan.
16
II. Kebijakan SDGs Pasca Pandemi
Pandemi Covid-19 tak hanya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi juga
berdampak terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable
Development Goals (TPB/SDGs). Deputi Bidang Kemaritiman dan SDA Kementerian
PPN/Bappenas Arifin Rudiyanto mengatakan, penyebaran virus ini menyebabkan
penyesuaian strategi dan upaya mencapai target SDGs. “Sebelumnya, kita sudah
mempersiapkan rencana pelaksanaan SDGs pada 2020 hingga 2030, namun waktu itu kita
tidak menyangka akan ada pandemi Covid-19 sehingga perlu draf baru untuk mengubah
rencana pelaksanaan SDGs di Indonesia,”.
Langkah antisipatif terus dilakukan sebagai mitigasi atas terdampaknya sejumlah target
TPB/SDGs akibat pandemi Covid-19, seperti Tujuan:
1: Tanpa Kemiskinan karena pandemi ini menurunkan pendapatan kelompok rentan dan
miskin. Lebih jauh, Arifin mengatakan kelompok menengah juga memerlukan bantuan agar
tidak turun menjadi kelompok miskin.
2: Tanpa Kelaparan juga terdampak karena logistik pangan terganggu akibat PSBB serta
akses terhadap pangan menurun akibat PHK.
3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera yang menyasar sektor kesehatan juga perlu pembenahan
baik dari segi akses, pelayanan, dan alat kesehatan. “Ke depan, kita mempersiapkan dengan
reformasi kesehatan nasional. Jadi, kita bisa mengantisipasi kalau ada pandemi lagi kita bisa
menanganinya,”. Covid-19 juga menyebabkan pola belajar-mengajar di sekolah berubah.
4: Pendidikan Berkualitas terutama terkait kesiapan guru mengajar secara daring,
infrastruktur TIK yang perlu dioptimalkan, dan perluasan teknologi internet bagi keluarga
miskin dan rentan. “Risiko yang akan terjadi sudah harus kita antisipasi, seperti tingkat drop-
out bisa meningkat, kemampuan membaca dan berhitung bisa menurun, dan pendidikan dasar
akan terganggu.
5: Kesetaraan Gender pun mengalami perubahan.
6: Layanan kesehatan produksi terganggu dan beban kerja perempuan di rumah tangga
menjadi meningkat. Sektor ekonomi pun tentu sangat terdampak Covid-19.
7: Energi Bersih dan Terjangkau menghadapi tantangan akibat penurunan harga komoditas
energi fosil. “Tapi kita upayakan jangan sampai pengembangan energi terbarukan ini terhenti.
17
Untuk itu, perlu kebijakan yang kuat untuk memastikan target energi terbarukan bisa
tercapai,”.
Untuk Tujuan 8 dan 9, laju pertumbuhan Indonesia diperkirakan akan turun akibat turunnya
pertumbuhan sektor industri. Dibandingkan tahun lalu, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan
akan turun menjadi 2,3 persen.
A. Kebijakan Ekonomi
18
19
B. Kebijakan Sosial
20
C. Kebijakan Lingkungan
Antisipasi Dampak Limbah Medis Penanganan COVID-19
•Limbah Infeksius dari fasilitas pelayanan Kesehatan :
- Disimpan dalam kemasan tertutup maksimal 2 hari sejak dihasilkan.
- Mengangkut dan/atau memusnahkan melalui incinerator dengan suhu 800C
atau autoclave yang dilengkapi pencacah (shredder).
- Residu hasil pembakaran atau hasil cacahan, dikemas dan diberi tanda
“Beracun” dan selanjutnya disimpan di tempat penyimpanan sementara (TPS)
untuk selanjutnya diserahkan pada pengelola limbah B3.
KENDALA PELAKSANAAN:
- Baru 106 RS yang memiliki incinerator berizin dan 4 RS untuk autoclave
shredder berizin (sumber : KLHK) Mayoritas RS memanfaatkan pihak ketiga
dalam pengolahan limbah B3 RS-nya.
- RS dapat menyediakan sarana pengolah limbah B3 namun dibutuhkan
penegasan aturan KLHK yang mengijinkan pembuangan residu pengolah yang
dihasilkan. (Catatan selama ini hasil autoclave dan cacahan shredder, sudah di
akui sebagai limbah tidak berbahaya, tetapi tetap tidak boleh dibuang di TPA.
- pengawasan agar pihak ketiga pengelola limbah B3 COVID-19 tidak
membuang secara terbuka dan sembarangan sehingga menjamin keamanan
prosesnya.
21
D. Kebijakan Hukum dan Tata Kelola
Konsekuensi Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan darurat Sipil serta
Dampaknya di bidang Hukum.Pandemi dapat mengganggu stabilitas negara salah satunya
dibidang hukum, dan peradilan. Untuk menangani pandemi ini memerlukan langkah-langkah
yang tepat dan beberapa alternatif kebijakan.
22
E. Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan 2030
INTERCONECTED SDGS
● Ekonomi
Membangun Biosphere dan Society landasan pencapaian Tujuan/ goals
ekonomi terkait secara langsung pada industri, inovasi, infrastruktur,
berkurangnya kesenjangan, konsumsi dan produksi yang bertanggungjawab,
pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.
● Sosial
Tujuan untuk mengatasi isu sosial, perhatian yg mendalam tentang
penghapusan kemiskinan,peningkatan keadilan sosial, perdamaian dan
kehidupan sehat.kesehatan. Pembangunan sosial bergantung pada Biosphere
yg dilindungi. Selain itu, Tujuan/ Goals pada Energi Bersih, Tanpa
Kemiskinan, Tanpa Kelaparan, Perdamaian dan Keadilan, Kota berkelanjutan,
pendidikan, Kesetaraan Gender, Kehidupan sehat adalah landasan untuk
pencapaian goal terkait ekonomi.
● Biospehere
Perlindungan pada biosphere merupakan hal yang esensial prakondisi untuk
keadilan sosial dan pembangunan ekonomi. Jika kita tidak mencapai goals/
Tujuan terkait dengan Clean Water dan Sanitasi, life on land dan climate
action, maka Dunia akan gagal untuk mencapai goals/ tujuan lainnya.
23
Bab III Penutup
I. Kesimpulan
SDGs adalah kesepakatan pembangunan baru yang mendorong perubahan-perubahan kearah
pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong
pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. Sustainable Development Goals
(SDGs) ini adalah pembaharuan tujuan serta indikator yang menjadi target universal yang
disepakati oleh negara yang menjadi anggota PBB. Tidak Meninggalkan Satu Orangpun
merupakan Prinsip utama SDGs. SDGs Dirancang Secara Partisipatif.
Mekanisme koordinasi pelaksanaan dan pemantauan SDGs secara bersama untuk empat
kelompok pelaku SDG, yaitu:
§ Pemerintah dan pemerintah daerah,
§ Perguruan tinggi dan think-tank,
§ Lembaga swadaya masyarakat dan media massa,
§ Bisnis dan filantropis.
Pengelompokan ini penting agar pelaksanaan SDGs inklusif dan agar koordinasi oleh
Sekretariat SDGs yang berada di Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas dapat bekerja efektif.
Langkah antisipatif terus dilakukan sebagai mitigasi atas terdampaknya sejumlah target
TPB/SDGs akibat pandemi Covid-19, seperti Tujuan:
1: Tanpa Kemiskinan karena pandemi ini menurunkan pendapatan kelompok rentan dan
miskin. Lebih jauh, Arifin mengatakan kelompok menengah juga memerlukan bantuan agar
tidak turun menjadi kelompok miskin.
2: Tanpa Kelaparan juga terdampak karena logistik pangan terganggu akibat PSBB serta
akses terhadap pangan menurun akibat PHK.
3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera yang menyasar sektor kesehatan juga perlu pembenahan
baik dari segi akses, pelayanan, dan alat kesehatan. “Ke depan, kita mempersiapkan dengan
reformasi kesehatan nasional. Jadi, kita bisa mengantisipasi kalau ada pandemi lagi kita bisa
menanganinya,”. Covid-19 juga menyebabkan pola belajar-mengajar di sekolah berubah.
4: Pendidikan Berkualitas terutama terkait kesiapan guru mengajar secara daring,
infrastruktur TIK yang perlu dioptimalkan, dan perluasan teknologi internet bagi keluarga
24
miskin dan rentan. “Risiko yang akan terjadi sudah harus kita antisipasi, seperti tingkat drop-
out bisa meningkat, kemampuan membaca dan berhitung bisa menurun, dan pendidikan dasar
akan terganggu.
5: Kesetaraan Gender pun mengalami perubahan.
6: Layanan kesehatan produksi terganggu dan beban kerja perempuan di rumah tangga
menjadi meningkat. Sektor ekonomi pun tentu sangat terdampak Covid-19.
7: Energi Bersih dan Terjangkau menghadapi tantangan akibat penurunan harga komoditas
energi fosil. “Tapi kita upayakan jangan sampai pengembangan energi terbarukan ini terhenti.
Untuk itu, perlu kebijakan yang kuat untuk memastikan target energi terbarukan bisa
tercapai,”.
Untuk Tujuan 8 dan 9, laju pertumbuhan Indonesia diperkirakan akan turun akibat turunnya
pertumbuhan sektor industri. Dibandingkan tahun lalu, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan
akan turun menjadi 2,3 persen.
II. Penutup
Demi mendukung SDGs dan memulih kan kondisi Indonesia, kita sebagai masyarakat
berpendidikan harus berusaha ikut andil, setidaknya ikut dalam menjaga kesehatan mengikuti
protokoler kesehatan yang sudah ditetapkan KEMENKES. Selain itu protokol new Normal
bukan berarti Covid sudah tidak ada, namun Pemerintah berusaha agar perekonomian dan
hidup Negara Indonesia bisa terus bangkit dan pulih demi kesejahteraan bersama.
Demikian Tulisan ini saya buat berdasarkan sumber-sumber yang saya cantumkan di Daftar
Pustaka.
Terimakasih.
25
Daftar Pustaka
§ Amalia Adininggar Widyasanti, ST, MSi, M.Eng, Ph.D. Staf Ahli Menteri PPN
Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Selaku Kepala Sekretariat Koordinasi
Nasional SDGs KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL/BAPPENAS: KEBIJAKAN NASIONAL DALAM PENCAPAIAN
SDGs PASCA PANDEMI.
26