Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS PENERAPAN SDGs CONCEPT di INDONESIA

Disusun Oleh :

Maharani Indira Ravi Mierdhani

(193404516057)

Mata Kuliah :

Perencanaan dan Pengelolaan Destinasi Pariwisata R01

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Pariwisata

Universitas Nasional Jakarta


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Paper Analisis SDGs Concept di Indonesia ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Rizki Nurul Nugraha, Sst.Par., MM.Par pada Mata Kuliah Perencanaan dan Pengelolaan
Destinasi Pariwisata (RP01). Selain itu, paper analisis ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rizki Nurul Nugraha, Sst.Par., MM.Par
.selaku Dosen Mata Perencanaan dan Pengelolaan Destinasi Pariwisata (RP01) telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Jakarta, 4 Juli 2021

Maharani Indira Ravi .M.

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ……………………………………………………………………….. …I

Daftar Isi ………………………………………………………………………………… II

Bagian Pertama :

Seputar SDGs & Perkembangannya ……………………….………………………….… 1

Bagian Kedua :

Pengaruh SDGs pada Industri Pariwisata & Metodenya…………...…………………….. 4

Bagian Ketiga :

Perkembangan pelaksanaan SDGs di Luar Negeri &Indonesia……………….………... 13

Bagian Keempat :

Penutup………………………………………………………..……………….………….20

Daftar Pustaka

ii
Bagian Pertama
“Seputar SDGs dan Perkembangannya”

Pada bulan September 2015, Perserikatan Bangsa-Bangsa melakukan Sidang Umum


ke 70 di New York, Amerika Serikat. Dalam sidang ini kepala negara serta para
pemerintahan dunia hadir untuk menyetujui proyek pembangunan universal dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan ekonomi, lingkungan serta masyarakat melalui dokumen yang
berjudul Transforming Our World: the 2030 Agenda for Sustainable Development yang
berisikan 17 tujuan dan 169 Sasaran dan dikenal dengan istilah Susitanable Development
Goals atau SDGs.

SDGs sendiri diterbitkan untuk menggantikan program sebelumnya MDGs


(Millennium Development Goals) sebagai tujuan pembangunan bersama sampai tahun 2030
yang disepakati oleh banyak negara dalam forum resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). MDGs memiliki tanggung jawab yang besar pada target capaian pembangunan bagi
negara berkembang dan kurang berkembang, tanpa memberikan peran yang seimbang
terhadap negara maju.

Secara proses MDGs juga memiliki kelemahan karena penyusunan hingga


implementasinya eksklusif dan sangat birokratis tanpa melibatkan peran stakeholder non-
pemerintah, seperti Civil Society Organization, Universitas/Akademisi, sektor bisnis dan
swasta, serta kelompok lainnya. Namun pada proyek SDGs ini, SDGs mengakomodasi
masalah-masalah pembangunan secara lebih komprehensif baik kualitatif (dengan
mengakomodir isu pembangunan yang tidak ada dalam MDGs) maupun kuantitatif
menargetkan penyelesaian tuntas terhadap setiap tujuan dan sasaran.

SDGs juga bersifat universal memberikan peran yang seimbang kepada seluruh
negara-baik negara maju, negara berkembang, dan negara kurang berkembang untuk
berkontribusi penuh terhadap pembangunan, sehingga masing-masing negara memiliki peran
dan tanggung jawab yang sama antara satu dengan yang lain dalam mencapai SDGs.

Mengacu dengan situasi serta kondisi yang dialami bumi sekarang, menjadikan SDGs
solusi yang tepat agar segala kegiatan yang bertujuan untuk melakukan pembangunan tetap
bisa berjalan tanpa merusak ekosistem serta lingkungan yang ada. Indonesia juga menerapkan
proyek SDGs ini. Khususnya untuk pembangunan pariwisata agar terus dapat berjalan dengan
sistem yang kini dikenal sebagai Sustainable Tourism Development atau pembangunan
pariwisata berkelanjutan.

1
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) / Sustainable Development Goals (SDGs)
adalah pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara
berkesinambungan, pembangunan yang menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat,
pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin
keadilan dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari
satu generasi ke generasi berikutnya.

Proses perumusan SDGs juga mengedepankan proses yang partisipatif. Terbukti sejak
tahun 2013 Sekretaris Jenderal PBB memberikan ruang yang lebih luas kepada stakeholder
non-pemerintah untuk terlibat dalam proses penyusunan Agenda Pembangunan Pasca-2015.
Yakni melalui diadakannya forum konsultasi antar-stakeholder dan my world survey, yang
merupakan survei yang dilaksanakan oleh PBB sebagai bahan masukan untuk penyusunan
SDGs. Hasil survei ini yang kemudian dijadikan salah satu pertimbangan untuk menentukan
ke 17 tujuan yang ada di SDGs.

SDGs juga mengusung 5 prinsip-prinsip mendasar yang menyeimbangkan dimensi


ekonomi, sosial, dan lingkungan, yaitu 1) People (manusia), 2) Planet (bumi), 3) Prosperity
(kemakmuran), 4) Peace (perdamaian), dan 5) Partnership (kerjasama). Kelima prinsip dasar
ini dikenal dengan istilah 5 P dan menaungi 17 Tujuan dan 169 Sasaran yang tidak dapat
dipisahkan, saling terhubung, dan terintegrasi satu sama lain guna mencapai kehidupan
manusia yang lebih baik.

5 prinsip dari SDGs berkaitan dengan prinsip pariwisata yang pembangunannya


mengedepankan Lingkungan, Sosial dan Ekonomi. Maka SDGs pun menjadi bagian dalam
penerapan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Indonesia. SDGs (Sustainable
Development Goals) mempunyai tujuan dan target seperti yang dimaksud d, dimana tujuan
dan target-target dari SDGs ini bersifat global serta dapat diaplikasikan secara universal yang
dipertimbangkan dengan berbagai realitas nasional, kapasitas serta tingkat pembangunan
yang berbeda dan menghormati kebijakan serta prioritas nasional. Tujuan dan target SDGs
tidaklah berdiri sendiri, perlu adanya implementasi yang dilakukan secara terpadu.

Dalam penerapannya di Indonesia SDGs menjadi prioritas pembangunan nasional,


yang memerlukan sinergi kebijakan perencanaan di tingkat nasional dan di tingkat provinsi
maupun kabupaten/kota. Target-target SDGs di tingkat nasional telah sejalan dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015- 2019 dalam bentuk
program, kegiatan dan indikator yang terukur serta indikasi dukungan pembiayaannya.

2
Saat MDGs (Millennium Development Goals) masih berjalan Indonesia sendiri telah
berhasil mencapai sebagian besar target MDGs yaitu 49 dari 67 indikator MDGs, namun
demikian masih terdapat beberapa indikator yang harus dilanjutkan dalam pelaksanaan
SDGs. Beberapa indikator yang harus dilanjutkan tersebut antara lain penurunan angka
kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan nasional, peningkatan konsumsi minimum di
bawah 1.400 kkal/kapita/hari, penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), penanggulangan
HIV/AIDS, penyediaan air bersih dan sanitasi di daerah pedesaan serta disparitas capaian
target antar provinsi yang masih lebar.

Pada peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 tentang


Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Berkelanjutan bahwa SDGs atau dalam peraturan ini disebut
sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) menyatakan bahwa RAN (Rencana Aksi
Nasional) SDGs/ TPB harus sudah ditetapkan 6 bulan setelah Perpres berlaku (10 Januari
2018) sedangkan untuk Pemerintah Provinsi harus sudah menerapkan RAD (Rencana Aksi
Daerah) SDGs/TPB paling lambat 12 bulan setelah Perpres berlaku (10 Juli 2018).

Setelah penetapan dari Presiden , Pemerintah Daerah diharapkan dapat bertanggung


jawab secara maksimal. Dan juga melakukan pemetaan dan integrasi target serta indikator
TPB/SDGs ke dalam agenda pembangunan RPJMD. Peran bagi daerah yang sedang
melaksanakan RPJMD adalah membuat pemetaan target dan indikator TPB/SDGs yang telah
ada dalam RPJMD dan melakukan pemutakhiran target dan indikator TPB/SDGs ke dalam
RKPD. Sedangkan bagi daerah yang sedang dan akan menyusun RPJMD berperan dengan
mengintegrasikan tujuan, target dan indikator TPB/SDGs ke dalam RPJMD.Pembuatan
anggaran pun juga diharapkan segera dibuat selaras dengan pembangunan proyek SDGs.

Proyek SDGs memiliki jangka waktu berlaku mulai tahun 2016 hingga tahun 2030.
Pemerintah memiliki banyak waktu untuk melakukan pembangunan berkelanjutan . Salah
satu dari provinsi di Indonesia Mojokerto juga telah menerapkan kebijakan SDGs.
Pemerintah Kabupaten Mojokerto yang dalam masa menjalankan RPJMD tahun 2016-2021
dan tengah merancang review RPJMD tersebut pada tahun 2019 ini, perlu untuk melakukan
pemetaan target dan indikator TPB/SDGs yang telah ada dalam RPJMD awal (tahun 2016-
2021) dan melakukan pemutakhiran target dan indikator TPB/SDGs serta mengintegrasikan
target dan indikator TPB/SDGs ke dalam Perubahan RPJMD tahun 2016-2021. Selanjutnya
identifikasi/pemetaan dan integrasi tersebut diwujudkan dalam kegiatan penyusunan RAD
TPB/SDGs Kabupaten Mojokerto Tahun 2019-2021.

3
Bagian Kedua

“Pengaruh SDGs pada Industri Pariwisata dan Metodenya”

Dampak pariwisata terhadap ekonomi, masyarakat dan lingkungan telah menjadi


perhatian kebijakan publik, baik di tingkat nasional maupun internasional, selama bertahun-
tahun bahkan sebelum munculnya SDGs. UNWTO, sebagai badan utama PBB di bidang
pariwisata, telah bekerja sama erat dengan lembaga mitranya dalam sistem PBB, sektor
swasta dan pemangku kepentingan lainnya untuk mempromosikan pariwisata yang
berkelanjutan dan bertanggung jawab melalui instrumen seperti Kode Etik Global untuk
Pariwisata.

Upaya bersama UNWTO, UNDP dan mitra lainnya, Pariwisata dan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan – Perjalanan ke 2030 bertujuan untuk membangun pengetahuan,
dan memberdayakan serta menginspirasi pemangku kepentingan pariwisata untuk mengambil
tindakan yang diperlukan untuk mempercepat pergeseran menuju sektor pariwisata yang
lebih berkelanjutan dengan menyelaraskan kebijakan, operasi bisnis dan investasi dengan
SDGs.

Publikasi ini bermaksud untuk mengurai hubungan antara pariwisata dan SDGs dan
memberikan rekomendasi tentang bagaimana mengarahkan jalan menuju 2030, berdasarkan
analisis dari 64 Tinjauan Nasional Sukarela (VNR) negara-negara pada SDGs – yang
diserahkan ke United Nations High-level Forum Politik Pembangunan Berkelanjutan 2016
dan 2017 –, serta delapan Pengarusutamaan, Percepatan dan Dukungan Kebijakan (MAPS).

Dalam penerapan pariwisata dan proyek SDGs terdapat 17 kebijakan publik beserta
langkah yang dilakukan oleh perusahaan dan CSR :

1. SDG 1- End poverty in all its forms everywhere/Mengakhiri kemiskinan


dalam segala bentuknya di mana-mana.
Pariwisata memberikan pendapatan melalui penciptaan lapangan kerja di
tingkat lokal dan masyarakat. Hal ini dapat dikaitkan dengan strategi
pengentasan kemiskinan nasional dan kewirausahaan. Persyaratan
keterampilan yang rendah dan perekrutan lokal dan dapat memberdayakan
kelompok yang kurang disukai, terutama pemuda dan perempuan.

Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :


Pelatihan staf berkelanjutan; Kemitraan untuk pendidikan; Manajemen

4
keanekaragaman; manfaat pelengkap; sumbangan dalam bentuk barang untuk
pendidikan, kemiskinan dan hak asasi manusia; Investasi yang bertanggung
jawab dan rekrutmen lokal; Pembelian lokal dan perdagangan yang adil

2. SDG 2- End hunger achieve food security and nutrition, promote


sustainable agriculture/Mengakhiri kelaparan mencapai ketahanan
pangan dan gizi, mempromosikan pertanian berkelanjutan.
Pariwisata dapat memacu pertanian berkelanjutan dengan mempromosikan
produksi dan pasokan ke hotel dan sales produk lokal kepada wisatawan.
Agrowisata dapat menghasilkan pendapatan tambahan sekaligus
meningkatkan nilai pengalaman wisata.

Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :

Pembelian lokal dan hijau (pangan/pertanian); pasokan lokal dan perdagangan


yang adil; Keterlibatan masyarakat tuan rumah; Perlindungan satwa liar dan
ekosistem; Tindakan Offset.

3. SDG 3- Ensure healthy lives and promote well being for all at all ages/
Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan
bagi semua orang di segala usia.

Pendapatan pajak yang dihasilkan dari pariwisata dapat diinvestasikan kembali


dalam perawatan dan pelayanan kesehatan yang meningkatkan kesehatan ibu,
mengurangi kematian anak dan mencegah penyakit. Biaya pengunjung yang
dikumpulkan di kawasan lindung juga dapat berkontribusi pada layanan
kesehatan

Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :

Program pencegahan kesehatan; Memerangi ketidaksenonohan, dan kesadaran


bencana dan sumbangan; Fasilitas keselamatan dan pencegahan dan kesehatan
pelanggan

4. Ensure inclusive and equitable quality education and promote lifelong


learning for all/ Memastikan pendidikan berkualitas yang inklusif dan
adil serta mempromosikan pembelajaran sepanjang hayat untuk semua.
Pariwisata memiliki potensi untuk mempromosikan inklusivitas. Tenaga kerja

5
yang terampil sangat penting bagi pariwisata untuk berkembang. Sektor
pariwisata memberikan kesempatan kerja langsung dan tidak langsung bagi
kaum muda, perempuan, dan mereka yang berkebutuhan khusus, yang
seharusnya mendapat manfaat melalui sarana pendidikan.

Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :

Pengembangan dan pelatihan profesional; Kemitraan untuk pendidikan;


Manajemen keanekaragaman; Pendidikan budaya dan warisan; Sumbangan
dalam bentuk barang untuk pendidikan; Pelatihan staf yang berkelanjutan,
informasi, fasilitas; Keterlibatan komunitas tuan rumah.

5. Ensure inclusive and equitable quality education and promote lifelong


learning for all/ Memastikan pendidikan berkualitas yang inklusif dan
adil serta mempromosikan pembelajaran sepanjang hayat untuk semua.
Pariwisata memiliki potensi untuk potensi inklusivitas. Tenaga kerja yang
terampil sangat penting bagi pariwisata untuk berkembang. Sektor pariwisata
memberikan peluang pekerjaan langsung dan tidak langsung bagi kaum muda,
perempuan, dan mereka yang berkebutuhan khusus, yang seharusnya
mendapat manfaat melalui sarana pendidikan.

Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :

Manajemen keanekaragaman; Kampanye kesadaran dan donasi dalam bentuk


barang untuk memerangi hak asasi manusia; Nilai non diskriminasi dalam
perekrutan dan pelatihan staf.

6. Achieve gender equality and empower all women and girls/Mencapai


kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak
perempuan.
Pariwisata dapat memberdayakan perempuan khususnya melalui penyediaan
pekerjaan langsung dan peningkatan pendapatan dari MME di perusahaan
yang terkait dengan pariwisata dan perhotelan. Pariwisata dapat menjadi alat
bagi perempuan untuk terlibat secara penuh dan memimpin dalam setiap aspek
masyarakat.

Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :

6
Peralatan dan teknologi baru; program pencegahan keamanan dan kesehatan;
Standar dan sertifikasi; Keterlibatan komunitas.

7. Ensure availability and sustainable management of water and sanitation


for All/Memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua.

Kebutuhan investasi pariwisata untuk penyediaan utilitas dapat memainkan


peran orisinal dalam mencapai akses dan keamanan air serta kebersihan dan
sanitasi untuk semua. Penggunaan air secara efisien dalam pariwisata,
pengendalian polusi, dan efisiensi teknologi dapat menjadi kunci untuk
mengamankan sumber daya kita yang paling berharga.

Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :

Peralatan dan teknologi baru; program pencegahan keamanan dan kesehatan;


Keterlibatan masyarakat standar dan sertifikasi.

8. Ensure access to affordable, reliable, sustainable and modern energy for


all/ Memastikan akses ke energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan,
dan modern untuk semua.

Sebagai sektor yang padat energi, pariwisata dapat mempercepat pergeseran


menuju peningkatan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi global.
Dengan mempromosikan investasi dalam sumber energi bersih, pariwisata
dapat membantu mengurangi gas rumah kaca, mengurangi perubahan iklim
dan berkontribusi pada akses energi untuk semua.

Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :

Pelatihan untuk pengembangan profesional; Manajemen keragaman dan


rekrutmen lokal; Insentif kinerja, manfaat pelengkap; Investasi yang
bertanggung jawab dan pembelian lokal; Keterlibatan komunitas.

9. Build resilient infrastructure, promote inclusive and sustainable


industrialization and foster innovation/Membangun infrastruktur yang
tangguh, mempromosikan industrialisasi yang inklusif dan
berkelanjutan, serta mendorong inovasi.

7
Pengembangan pariwisata bergantung pada infrastruktur publik dan swasta
yang baik. Sektor ini dapat mempengaruhi kebijakan publik untuk peningkatan
dan perkuatan infrastruktur, menjadikannya lebih berkelanjutan, inovatif dan
hemat sumber daya dan bergerak menuju pertumbuhan rendah karbon,
sehingga menarik wisatawan dan sumber investasi asing lainnya.

Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :

Desain Ramah Lingkungan; Peralatan dan teknologi baru di bidang energi dan
sumber daya air; Energi terbarukan: Peralatan dan bahan untuk daur ulang dan
limbah; Pelatihan staf yang berkelanjutan.

10. Reduce inequality within and among countries/Mengurangi


ketidaksetaraan di dalam dan antar negara.
Pariwisata dapat menjadi alat yang ampuh untuk mengurangi ketidaksetaraan
jika melibatkan penduduk lokal dan semua pemangku kepentingan utama
dalam pengembangannya. Pariwisata dapat berkontribusi pada pembaruan
perkotaan dan pembangunan pedesaan dengan memberi orang kesempatan
untuk makmur di tempat asalnya. Pariwisata adalah sarana yang efektif untuk
integrasi dan diversifikasi ekonomi.

Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :

Manajemen keanekaragaman; investasi perusahaan lokal; Pembelian yang


bertanggung jawab; Nilai-nilai non diskriminasi dalam perekrutan dan
pelatihan staf; Keterlibatan komunitas.

11. Make cities and human settlements inclusive, safe, resilient and
sustainable/ Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman,
tangguh, dan berkelanjutan.

Pariwisata dapat memajukan infrastruktur dan aksesibilitas perkotaan,


mempromosikan regenerasi dan melestarikan warisan budaya dan alam, aset
yang menjadi sandaran pariwisata. Investasi dalam infrastruktur hijau
(transportasi yang lebih efisien, pengurangan polusi udara) harus
menghasilkan kota yang lebih cerdas dan lebih hijau untuk, tidak hanya
penduduk tetapi juga wisatawan.

8
Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :

Sertifikasi; Kemitraan; Kampanye kesadaran, sumbangan barang untuk


budaya dan situs warisan; Keterlibatan masyarakat tuan rumah; Energi bersih;
Efisiensi sumber daya; Inisiatif konservasi keanekaragaman hayati.

12. Ensure sustainable consumption and production patterns/Memastikan


pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
Sektor pariwisata perlu mengadopsi mode konsumsi dan produksi (SCP)
berkelanjutan, mempercepat pergeseran menuju keberlanjutan Alat untuk
memantau dampak pembangunan berkelanjutan untuk pariwisata termasuk
untuk energi, air, limbah, keanekaragaman hayati dan penciptaan lapangan
kerja akan menghasilkan peningkatan hasil ekonomi, sosial dan lingkungan.

Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :

Teknologi efisiensi energi dan air; Energi terbarukan; Pengolahan limbah daur
ulang; pengurangan polusi; Pembelian Lokal dan perusahaan; Pemasok lokal;
Keterlibatan komunitas; Investasi yang bertanggung jawab; Keterlibatan tamu.

13. Take urgent action to combat climate change and its impacts/Mengambil
tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya
Pariwisata berkontribusi dan dipengaruhi oleh perubahan iklim. Pemangku
kepentingan pariwisata harus memainkan peran utama dalam respons global
terhadap perubahan iklim. Dengan mengurangi jejak karbonnya, di sektor
transportasi dan akomodasi, pariwisata dapat memperoleh manfaat dari
pertumbuhan rendah karbon dan membantu mengatasi salah satu tantangan
paling mendesak saat ini.

Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :

Desain ramah lingkungan; Peralatan dan teknologi baru; Energi terbarukan;


Daur ulang dan limbah; Perlindungan lanskap satwa liar dan ekosistem;
Pengurangan polusi; Tindakan penyeimbang; Kampanye kesadaran dan donasi
barang untuk bencana

9
14. Conserve and sustainably use the oceans, seas and marine resources for
sustainable development/Melestarikan dan menggunakan samudera, laut,
dan sumber daya kelautan secara berkelanjutan untuk pembangunan
berkelanjutan.
Wisata pesisir dan bahari mengandalkan ekosistem marien yang sehat.
Pengembangan pariwisata harus menjadi bagian dari pengelolaan wilayah
pesisir terpadu untuk membantu melestarikan dan melestarikan ekosistem laut
yang rapuh dan berfungsi sebagai kendaraan untuk mempromosikan ekonomi
biru, berkontribusi pada pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan.

Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :

Perlindungan satwa liar dan ekosistemnya; pengurangan polusi; Pengolahan


limbah; Tindakan penyeimbang; pembelian hijau; Informasi untuk pelanggan
dan staf; Keterlibatan komunitas.

15. Protect, restore and promote sustainable use of terrestrial ecosystems and
halt biodiversity loss/Melindungi, memulihkan, dan mempromosikan
pemanfaatan berkelanjutan ekosistem darat dan menghentikan hilangnya
keanekaragaman hayati.

Keanekaragaman hayati yang kaya dan warisan alam seringkali menjadi


alasan utama mengapa wisatawan mengunjungi suatu destinasi. Pariwisata
dapat memainkan peran utama jika dikelola secara berkelanjutan di zona
rapuh, tidak hanya dalam melestarikan dan melestarikan keanekaragaman
hayati, tetapi juga dalam menghasilkan pendapatan sebagai mata pencaharian
alternatif bagi masyarakat lokal.

Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :

Perlindungan satwa liar dan ekosistemnya; pengurangan polusi; Pengolahan


limbah; Tindakan penyeimbang; pembelian hijau; Informasi untuk dan staf;
Keterlibatan komunitas.

16. Promote peaceful and inclusive societies, provide access to justice for all
and build inclusive institutions/Mempromosikan masyarakat yang damai
dan inklusif, menyediakan akses keadilan bagi semua dan membangun
institusi inklusif.

10
Karena pariwisata berputar di sekitar miliaran pertemuan antara orang-orang
dari latar belakang budaya yang beragam, sektor ini dapat mendorong
toleransi dan pemahaman multikultural dan antaragama, meletakkan dasar
bagi masyarakat yang lebih damai. Pariwisata, yang menguntungkan dan
menarik komunitas lokal, juga dapat mengkonsolidasikan perdamaian di
masyarakat pasca konflik.

Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :

Kesadaran HAM; dalam bentuk sumbangan; investasi yang bertanggung


jawab perusahaan lokal; Rekrutmen dan pembelian lokal; Keberagaman dan
menghormati kebijakan; Pencucian uang anti korupsi; hubungan klien;
Keterlibatan masyarakat tuan rumah.

17. Strengthen the means of implementation and revitalize the global


partnership for sustainable development/Memperkuat sarana
implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan
berkelanjutan.
Karena sifatnya yang lintas sektoral, pariwisata memiliki kemampuan untuk
memperkuat kemitraan swasta/publik dan melibatkan berbagai pemangku
kepentingan internasional, nasional, regional dan lokal untuk bekerja sama
mencapai SDGs dan tujuan bersama lainnya. Kebijakan publik dan
pembiayaan inovatif adalah inti untuk mencapai agenda 2030.

Langkah yang dilakukan perusahaan dan CSR :

Pengembangan profesional; Kemitraan untuk pendidikan; Perlindungan satwa


liar dan ekosistemnya; Tindakan penyeimbang; Keterlibatan Pemasok dan
Pelanggan: Hubungan dengan klien; Keterlibatan dan hubungan staf;
Keterlibatan komunitas.

Namun seperti dalam pembahasan sebelumnya bahwa SDGs memerlukan banyak


pihak yang berintegrasi dalam pelaksanaannya. Khususnya dalam memajukan kontribusi
pariwisata terhadap SDGs tidak hanya membutuhkan kemauan politik dan komitmen sektor
swasta, tetapi juga kerangka pembiayaan baru dan lebih baik. meningkat jumlah bank
pembangunan multilateral dan donor negara mengakui peran pariwisata dalam pembangunan
berkelanjutan dan mendukung negara berkembang dalam mencapai SDGs dengan

11
berinvestasi dalam pariwisata berkelanjutan atau menyediakan yang terkait dengan
perdagangan bantuan teknis.

Upaya mobilisasi sumber daya dan keuangan publik internasional untuk pariwisata,
termasuk Official Development Assistance (ODA) dan Aid for Trade (AfT), harus
ditingkatkan untuk menghasilkan dampak positif dan tahan lama. Sebelum memasuki dalam
perkembangan SDGs yang telah dicapai oleh Indonesia terdapat pembahasan mengenai
bagaimana upaya yang tepat dalam pembiayaan pariwisata berkelanjutan,

Pembiayaan pariwisata berdasarkan analisis VNR dan lainnya sumber yang relevan,
dan menguraikan berbagai pendekatan untuk menarik lebih banyak sumber daya ke sektor
pariwisata untuk memanfaatkan dampaknya pada SDGs. Contoh sumber daya domestik dan
internasional mobilisasi, termasuk kerjasama pembangunan tradisional, serta mekanisme
pembiayaan yang inovatif, harus menginspirasi pembuat kebijakan pariwisata negara dan
negara maju, dan pemangku kepentingan pariwisata lainnya, untuk mengidentifikasi dan
mengembangkan sarana pembiayaan pariwisata untuk menggembleng dukungan lebih lanjut
dan menyalurkan lebih banyak dana ke sektor pariwisata.

Dikutip dalam jurnal Tourism and the Sustainable Development Goals – Journey to
2030 mengenai Metodologi Pariwisata dan Berkelanjutan Tujuan Pembangunan – Perjalanan
ke 2030 meliputi:

A. Tinjauan literatur, termasuk publikasi terbaru, studi dan laporan yang


membahas tema SDGs dan/atau dampak dan kontribusi beberapa sektor
ekonomi, termasuk pariwisata, untuk pencapaian Tujuan;
B. Review laporan negara, termasuk 64 Voluntary National Ulasan (VNR)13 dan
delapan Pengarusutamaan, Percepatan dan Dukungan Kebijakan (MAPS)
Country Roadmap 14, untuk mengidentifikasi sejauh mana pariwisata
disajikan di dalamnya, dan konteksnya dimana disebutkan.
C. Analisis laporan CSR, catatan bisnis, dan lainnya informasi yang relevan dari
60 perusahaan pariwisata global. Analisis isi laporan tahunan publik
perusahaan digunakan sebagai sumber data utama, yang membatasi analisis
hanya untuk perusahaan yang melaporkan CSR mereka kegiatan (lihat
lampiran 2 untuk daftar lengkap); dan
D. Konsultasi dan peer-review oleh mitra PBB dan lainnya entitas yang relevan,
serta pakar individu.

12
Bagian Ketiga

“Perkembangan pelaksanaan SDGs di Luar Negeri dan Indonesia”

Semenjak pengesahan kegiatan SDGs, dua tahun pertama pelaksanaan Agenda 2030
telah menunjukkan bahwa negara-negara membuat kemajuan dalam menyelaraskan strategi
nasional, mengadaptasi kerangka kelembagaan dan menyesuaikan kebijakan untuk
mewujudkan SDGs. Upaya negara-negara tersebut telah dilaporkan dalam Voluntary
National Review (VNR), yang dipresentasikan oleh Negara-negara Anggota PBB selama
Forum High-level Political Forum on Sustainable Development atau Politik Tingkat Tinggi
untuk Pembangunan Berkelanjutan (HLPF) pada tahun 2016 dan 2017.

Penyusunan kerangka kelembagaan dan mekanisme implementasi SDG, yang


bervariasi dari satu negara ke negara lain, relevan untuk pembentukan kebijakan nasional,
termasuk untuk pariwisata. VNR menunjukkan bahwa 24 negara telah mengambil langkah
untuk memperkuat kerangka kelembagaan yang ada, sementara 33 negara telah menciptakan
mekanisme koordinasi baru yang didedikasikan untuk SDGs.18

Selain itu, 33 VNR menyatakan bahwa koordinasi untuk mengimplementasikan


Agenda 2030 berlangsung di tingkat tertinggi pemerintahan, di mana kantor Perdana Menteri
atau Presiden memberikan kepemimpinan secara keseluruhan. Dukungan tingkat tinggi
tersebut dapat menandakan pentingnya dan prioritas sambil memfasilitasi mobilisasi dan
koordinasi lembaga dan kebijakan publik. 7 negara dilaporkan memiliki komisi, dewan, atau
komite nasional untuk mengawasi dan mengkoordinasikan implementasi SDG nasional

Perkembangan yang baik ini menjadi dasar untuk tinjauan tahunan oleh HLPF, VNR
bertujuan untuk memfasilitasi berbagi pengalaman – termasuk keberhasilan, tantangan dan
pembelajaran – dan memperkuat kebijakan dan institusi pemerintah sambil memobilisasi
dukungan dan kemitraan multi-stakeholder untuk pelaksanaan SDGs. Akan tetapi, perlu
dicatat bahwa meskipun VNR dapat memberikan indikasi yang baik tentang maksud negara-
negara tersebut, tingkat implementasi yang sebenarnya masih harus dilihat. Tindak lanjut dan
tinjauan menyeluruh, idealnya dalam siklus 4-5 tahun, akan memberi sinyal apakah tujuan
telah secara efektif diubah menjadi tindakan kebijakan, termasuk dalam Kebijakan Sektoral
Nasional (TN) untuk Pariwisata.

13
14
Dalam perkembangan pariwisata di luar negeri sendiri dikabarkan VNR bahwa 'sektor
pariwisata Kolombia telah tumbuh lebih dari ekonomi nasional. Evolusi positif keamanan dan
pemanfaatan potensi ekowisata daerah telah berkontribusi untuk menjadikan pariwisata
sebagai alternatif ekonomi yang layak untuk penduduk daerah, memberikan kontribusi bagi
pembangunan ekonomi berkelanjutan baru yang berkontribusi pada perdamaian di era pasca-
konflik’.

Meskipun tidak ada solusi satu ukuran untuk semua, pendekatan seluruh pemerintah –
yang melibatkan berbagai entitas sektoral, otoritas lokal dan sub-nasional, serta sektor swasta
dan masyarakat sipil – sering ditekankan sebagai kunci untuk pencapaian SDGs di tingkat
negara. Hal ini mengharuskan semua pemangku kepentingan berkolaborasi secara efektif
ketika mengintegrasikan tujuan dan sasaran ke dalam bidang kebijakan masing-masing untuk
memastikan koherensi kebijakan di semua tingkatan.

Agar pembuat kebijakan pariwisata memposisikan diri mereka secara kuat dalam
struktur pemerintah nasional, oleh karena itu, mereka harus terlibat dalam dialog dengan
kementerian dan pemangku kepentingan lainnya dan secara aktif berpartisipasi dalam struktur
pemerintah nasional untuk SDGs. Meskipun 41 negara menyebutkan pariwisata, hanya 13
yang menyebutkan bahwa Kementerian Pariwisata mereka memiliki peran dalam mekanisme
kelembagaan, menyisakan banyak ruang untuk keterlibatan yang lebih aktif.

Prancis menyebutkan bahwa pariwisata berkelanjutan, bersama dengan penciptaan


bisnis dan ekonomi sirkular, adalah, salah satu penggerak prioritas pertumbuhan di negara
ini. Maladewa, negara berkembang pulau kecil (SIDS), juga mempertimbangkan pariwisata
sebagai salah satu penggerak ekonomi utamanya sejak lebih dari seperlima tenaga kerja yang
bekerja di sektor tersebut.

Di Montenegro, lapangan kerja di bidang pariwisata diperkirakan akan tumbuh jauh


lebih cepat dari keseluruhan lapangan kerja – dari 10,3% saat ini struktur pekerjaan menjadi
13,8% pada tahun 2026, dan menjadi 15% di lapangan kerja secara keseluruhan pada tahun
2030. Terdapat pula kesempatan yang didapatkan dari penerapan tujuan SDGs yaitu sebagai
berikut:

15
Peluang/Kesempatan :

1. SDG 8 – Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif


dan berkelanjutan, lapangan kerja penuh dan produktif serta pekerjaan yang
layak untuk semua
2. SDG 9 – Membangun infrastruktur yang tangguh, mempromosikan
industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi
3. SDG 11 – Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, tangguh,
dan berkelanjutan
4. SDG 12 – Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
5. SDG 14 – Melestarikan dan memanfaatkan samudera, laut, dan sumber daya
kelautan secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan

Penerapan Sustainable Development Goals (SDGs) dalam pembangunan


ketenagakerjaan di Indonesia, termasuk dalam agenda SDGs yang ke 8, yakni mendukung
pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif dan
pekerjaan yang layak bagi semua, target tujuan SDGs ini ada 10 target yang harus dicapai.
Untuk mengetahui penerapan SDGs dalam pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia,
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah agenda SDGs
yang ke 8 sudah diterapkan di Indonesia serta seberapa jauh penerapan untuk mencapai target
yang telah ditetapkan.

Khusus yang mengukur keberhasilan SDGs pemerintah menetapkan 12 indikator


yang harus dicapai. Pencapaian penerapan SDGs ketenagakerjaan selama dua tahun terakhir,
yakni tahun 2017 dan 2018, bahwa agenda SDGs yang ke 8 sudah diterapkan di Indonesia,
adapun hasilnya rata-rata sudah mengarah pencapaian target SDGs dengan sangat positif
dan ada beberapa indikator yang masih negatif.

Hal ini dapat dimaklumi, karena target SDGs ada yang tahun 2020, tahun 2025 dan
tahun 2030, sehingga masih banyak waktu untuk membenahi dan menyempurnakan tool
untuk mencapai target tersebut. Saran kebijakan di sumbangkan kepada pemerintah kedepan,
adalah perlunya dorongan terus menerus kepada pemerintah daerah dalam penerapan SDGs
bidang ketenagakerjaan.

Dalam perkembangan di Indonesia sendiri tercatat bahwa pada tahun 2019 Indonesia
memaparkan laporan Voluntary National Review (VNR) Indonesia pada pertemuan High-
Level Political Forum (HLPF) yang diadakan di Kantor Pusat PBB di New York Pemaparan

16
dilakukan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, pemaparan VNR
kedua Indonesia dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Tercatat, hanya 7 dari 193 negara
anggota PBB yang telah menyampaikan VNR untuk kedua kalinya.

Menteri PPN/Kepala Bappenas berbagi pengalaman terkait kemajuan, tantangan, dan


lessons learned Indonesia dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs).
“Indonesia telah berhasil mengurangi kesenjangan melalui pertumbuhan ekonomi yang
inklusif, perluasan lapangan pekerjaan dan akses terhadap pendidikan, dan penguatan
langkah-langkah pencegahan, tanggap darurat dan ketahanan terhadap bencana," ujar Menteri
PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro. Implementasi target SDGs juga akan
tercermin dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024
yang akan datang. Selain itu, saat ini juga terdapat 9 pusat kajian SDGs yang tersebar di
berbagai universitas di Indonesia.

Selain memaparkan VNR Indonesia, Menteri PPN/Kepala Bappenas juga menjadi


pembicara kunci pada berbagai pertemuan yang diadakan selama HLPF, termasuk pada acara
yang diselenggarakan oleh Pemri bekerja sama dengan Pemerintah Vietnam dan Ghana
dengan tema “Leave No Child Behind: Achieving the SDGs through investing in the Rights of
the Child".

Perkembangan di Indonesia pun semakin terlihat pada tahun 2020 peringkat


Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia meningkat satu tingkat. Dari 166 negara,
Indonesia berada di urutan 101 dari sebelumnya ada di urutan 102. Posisinya di atas
Myanmar dan Kamboja. Meskipun perkembangan ini masih belum terbilang signifikan,
namun hal ini menjadi awal yang baik untuk terus melakukan pembangunan dan pelaksanaan
SDGs.

Beberapa upaya telah dilakukan melalui serangkaian kebijakan. Pemerintah juga


mengeluarkan sejumlah peraturan yang fokus pada pengawasan dan pencapaian SDGs.
Pelibatan seluruh lapisan masyarakat di Indonesia pun dibilang cukup tinggi. Perwakilan
United Nations Development Programme (UNDP) untuk Indonesia, Christophe Bahuet
mengapresiasi pencapaian ini. Skor indeks Indonesia mengalami kemajuan dari tahun
sebelumnya. Pada 2019, skor index 64,2, sedangkan pada 2020 menjadi 65,3.

17
Salah satu daerah yang sukses menjadi contoh implementasi SDGs adalah Provinsi
Jawa Tengah dimana Pemerintah Daerahnya menyusun rencana aksi daerah yang
menurunkan angka kematian ibu (CNN Indonesia, 2018). Turunnya angka kematian ibu di
Jawa Tengah yang menjadi salah satu tolak ukur SDGs menurun menjadi 88,58 per 100 ribu
kelahiran di tahun 2017 dari 118,62 per 100 ribu kelahiran di tahun 2013 sehingga berada
dibawah target SDGs pada target 90 per 100 ribu kelahiran hidup (CNN Indonesia, 2018).
SDGs yang fokus terhadap kemiskinan, kesenjangan, dan lingkungan di Indonesia harus
dihiasi dengan program-program sosialisasi bahwa hal-hal ini menjadi tanggung jawab
bersama.

Namun terkait dengan kondisi dunia yang tertimpa pandemi covid 19. Dan Indonesia
menjadi salah satu negara yang terkena dampak tentunya hal ini memengaruhi jalannya
kegiatan SDGs. Hal ini ditandai oleh Christophe Bahuet yang juga melihat masih ada
beberapa persoalan yang menghambat pencapaian pembangunan di Indonesia, terutama
dampak COVID-19. Virus corona menyebabkan kekerasan berbasis gender melonjak selama
lockdown. Selain itu, pencemaran lingkungan kerap terjadi akibat pembuangan sampah
COVID-19. Masyarakat juga banyak kehilangan pekerjaan. Permasalahan tersebut sangat
memengaruhi SDGs.

UNDP mengimbau adanya proses akselerasi menuju pencapaian SDGs. Pertama,


komitmen politik dan aksi konkret sangat diperlukan untuk membawa SDG ke jalur semula
dan mempercepat kemajuan. Kedua, membutuhkan penguatan kerjasama dan solidaritas
internasional. Ketiga, harus terdapat inovasi dalam pengadaan data berupa real time data dan
new sources data (big data).

Staf Ahli Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Bappenas, Amalia Adininggar
Widyasanti mengatakan, Bappenas telah memastikan tujuan pembangunan melalui tujuh
agenda pembangunan. Dari ketujuh agenda tersebut, empat target SDGs telah diutamakan
dalam RPJMN 2020-2024. Pemerintah tidak hanya berfokus pada lingkup nasional, tetapi
juga memperhatikan pembangunan dalam skala daerah dan lokal. UNDP SDGs Advisor dan
Director SDG Academy Indonesia, Julianty Ansye Sopacua menuturkan, rencana institusi
perlu ditandai dari adanya rencana kegiatan di daerah. Untuk mempercepat pencapaian di
tahun 2020 hingga 2030, perlu adanya proses budgeting yang baik.

18
Langkah antisipatif terus dilakukan sebagai mitigasi atas terdampaknya sejumlah
target TPB/SDGs akibat pandemi Covid-19, seperti

- Tujuan 1: Tanpa Kemiskinan karena pandemi ini menurunkan pendapatan


kelompok rentan dan miskin. Lebih jauh, Arifin mengatakan kelompok
menengah juga memerlukan bantuan agar tidak turun menjadi kelompok
miskin.
- Tujuan 2: Tanpa Kelaparan juga terdampak karena logistik pangan terganggu
akibat PSBB serta akses terhadap pangan menurun akibat PHK.
- Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera yang menyasar sektor kesehatan
juga perlu pembenahan baik dari segi akses, pelayanan, dan alat kesehatan.
- Tujuan 4: Pendidikan Berkualitas terutama terkait kesiapan guru mengajar
secara daring, infrastruktur TIK yang perlu dioptimalkan, dan perluasan
teknologi internet bagi keluarga miskin dan rentan
- Tujuan 5: Kesetaraan Gender pun mengalami perubahan. Layanan kesehatan
produksi terganggu dan beban kerja perempuan di rumah tangga menjadi
meningkat.
- Tujuan 6: Energi Bersih dan Terjangkau menghadapi tantangan akibat
penurunan harga komoditas energi fosil.
- Tujuan 7 dan laju pertumbuhan Indonesia diperkirakan akan turun akibat
turunnya pertumbuhan sektor industri. Dibandingkan tahun lalu, pertumbuhan
ekonomi diproyeksikan akan turun menjadi 2,3 persen.

Namun dilihat dari sisi positifnya pasca Covid-19 nanti akan memudahkan
pemerintah untuk mencapai beberapa target TPB/SDGs. Kualitas udara dan air terlihat
membaik, emisi karbon berkurang, potensi meningkatnya keanekaragaman hayati,
perdagangan satwa liar semakin berkurang. Akan tetapi, pengolahan sampah perlu
diperhatikan, terlebih sampah medis yang menyumbang banyaknya sampah plastik.

Menghadapi perubahan ini, Kementerian PPN/Bappenas sedang mempersiapkan draf


Rencana Aksi Nasional (RAN) 2020–2024 yang mencakup aksi untuk mencapai tujuan
TPB/SDGs pasca pandemi Covid-19. Tidak hanya itu, Kementerian PPN/Bappenas sudah
mempersiapkan solusi sebagai skenario dalam jangka pendek, menengah, dan panjang untuk
implementasi TPB/SDGs.

19
Bagian Keempat

Penutup

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa program SDGs merupakan proyek yang disetujui saat
sidang PBB oleh banyak negara. Terdapat 17 tujuan dan 169 sasaran. SDGs sendiri
diterbitkan untuk menggantikan program sebelumnya MDGs (Millennium
Development Goals) sebagai tujuan pembangunan bersama sampai tahun 2030 yang
disepakati oleh banyak negara dalam forum resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB).

Mengacu dengan situasi serta kondisi yang dialami bumi sekarang, menjadikan
SDGs solusi yang tepat agar segala kegiatan yang bertujuan untuk melakukan
pembangunan tetap bisa berjalan tanpa merusak ekosistem serta lingkungan yang ada.
Termasuk dalam industri pariwisata.

Perkembangan SDGs di Indonesia sendiri perkembangannya mengalami


peningkatan meski tidak signifikan. Hal ini ditandai tahun 2020 peringkat Sustainable
Development Goals (SDGs) Indonesia meningkat satu tingkat. Dari 166 negara,
Indonesia berada di urutan 101 dari sebelumnya ada di urutan 102. Posisinya di atas
Myanmar dan Kamboja.

Namun terkait dengan kondisi dunia yang tertimpa pandemi covid 19. Dan
Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena dampak tentunya hal ini
memengaruhi jalannya kegiatan SDGs.Pemerintah juga telah melakukan banyak
tindakan preventif untuk rencana yang mengalami perubahan kedepannya .

B. Saran

Semoga proyek SDGs ini dapat terlaksana di Indonesia dan memperbaiki segala
tatanan di Indonesia. Dari aspek ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, dan khususnya
di bidang pariwisata. Meski kini tengah terjadi pandemi, semoga tindakan yang telah
dibuat pemerintah dapat terlaksana. Sekian dari analisis saya. Semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf bila ada salah kata dan kekurangan.

20
Daftar Pustaka

Sekar, P. & Meila Riskia,F. (2016). Perkembangan Pelaksanaan Sustainable


Development (SDGs) di Indonesia, 4-5.
Markus, P. (2016). Analisis Permasalahan, Isu Strategis dan Kebijakan Pembangunan
SDGs Kabupaten Mojokerto, 19(1), 34-36.
Gatra.com (2020). Peringkat Indeks SDGs 2020 di Indonesia Meningkat. Diakses pada 2
Juli 2021,dari
https://www.gatra.com/detail/news/485592/ekonomi/peringkat-indeks-sdgs-2020-di-
indonesia-meningkat
bappenas.go.id. (2020). SDGs: Solusi Bersama Pulihkan Indonesia Pasca Pandemi Covid
-19.Diaksespada 3 Juli 2021, dari
https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/sdgs-solusi-bersama-pulihkan-
indonesia-pascapandemi-covid-19/
ipb.ac.id (2020). IPB University Bahas Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Pasca
Pandemi COVID-19. Diakses 3 Juli 2021, dari
https://ipb.ac.id/news/index/2020/05/ipb-university-bahas-pembangunan-pariwisata-
berkelanjutan-pasca-pandemi-covid-19/00ec6135d60e6dca2f55069550a737f1
UNDP. (2017). Tourism and the Sustainable Development Goals – Journey to 2030, 8-
26.
kemlu.go.id (2019). Indonesia Sampaikan Keberhasilan Pencapaian SDGs di Markas
PBB. Diakses 3 Juli 2021, dari
https://kemlu.go.id/portal/id/read/466/berita/indonesia-sampaikan-keberhasilan-
pencapaian-sdgs-di-markas-pbb
Bambang W.(2020). Penerapan Sustainable Development Goals (SDGs) Dalam
Pembangunan Ketenagakerjaan di Indonesia, 1(1), 1
Kim, L. (2019). Indonesia Menuju SDGs Bagaimana Indonesia Mencapai Target
Ambisius dalam Skala Global. diakses 3 Juli 2021, dari
https://medium.com/hipotesa-indonesia/indonesia-menuju-sdgs-35f0dcbdda5c

Anda mungkin juga menyukai