Anda di halaman 1dari 27

Suistainable Development Goals (SGDs)

Dosen Pengampu :
Gufron Amirullah, M. Pd.

Di susun oleh :
Afiah Ramdhaniati (1801105053)
Kelas :
Observasi dan Konservasi Sumber Daya Alam (5A)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
Jl. Tanah Merdeka No.20, RT.11/RW.2, Rambutan, Ciracas, Kota Jakarta
Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13830
Kata Pengantar
Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Suistainable Development Goals
(SDGs)”.
Pertimbangan penyusunan makalah ini, karena untuk menyelesaikan tugas
Observasi dan Konservasi Sumber Daya Alam dan ingin mengantarkan pembaca
agar lebih mengenal tentang Suistainable Development Goals (SDGs). Melalui
makalah ini saya harap dapat membantu meningkatkan kemampuan pembaca
sesuai dengan potensinya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih ada
kekurangan sehingga penulis berharap saran dan kritik dari pembaca sekalian agar
penulis dapat meningkatkan dan memperbaiki penyajian makalah yang lebih baik
dari sebelumnya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Sukabumi,17 Desember 2020


Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini, kita hidup dalam suatu abad yang dikenal sebagai zaman
pembangunan (the age of development). Zaman di saat suatu gagasan
mampu mendominasi dan mempengaruhi pemikiran bangsa-bangsa secara
global, menyangkut masalah kemiskinan dan keterbelakangan bagi
berjuta-juta rakyat di dunia ketiga. Istilah pembangunan (development)
kini telah menyebar dan digunakan sebagai visi, teori, dan proses yang
diyakini oleh rakyat di hampir semua Negara, khususnya Dunia
Ketiga[ CITATION Man96 \l 1057 ] Bahkan dewasa ini aneka ragam
pendekatan pembangunan banyak dimunculkan sebagai pemikiran untuk
mencapai dan mewujudkan tujuan pembangunan itu sendiri, yaitu upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Konsep Pembangunan Berkelanjutan (SD) secara historis
diciptakan oleh Komisi PBB untuk Lingkungan dan Pembangunan
(Brundtland Commission, 1987), dalam dokumen berjudul Our Common
Future. Konsep ini pendukung bahwa pembangunan harus direncanakan
untuk “memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa merusak kapasitas
generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri"
(Accepted Manuscript, 2018)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Suistainable Development Goals (SGDs)?
2. Apa tujuan dari Suistainable Development Goals (SGDs)?
3. Bagaimana sumber dari Suistainable Development Goals (SGDs)?
4. Bagaimana upaya pemerintah untuk meningkatkan Suistainable
Development Goals (SGDs) di bidang pendidikan di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari Suistainable Developmen Goals
(SGDs)
2. Untuk mengetahui tujuan dari Suistainable Development Goals
(SGDs)
3. Untuk memahami sumber dari Suistainable Development Goals
(SGDs)
4. Untuk mengetahui upaya pemerintah untuk meningkatkan Suistainable
Development Goals (SGDs) di bidang pendidikan di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Suistainable Development Goals (SGDs)


Sustanaible Development Goals atau biasa disebut dengan SDGs
merupakan agenda yang disepakati pada Sidang Umum Perserikatan
BangsaBangsa (PBB) ke 70 pada bulan September 2015 di New York,
Amerika Serikat [ CITATION The18 \l 1057 ]. Kesepakatan tersebut menjadi
titik sejarah baru dalam pembangunan global. Sebanyak 193 kepala negara
dan pemerintahan dunia hadir untuk menyepakati agenda pembangunan
universal baru yang tertuang dalam dokumen berjudul Transforming Our
World: the 2030 Agenda for Sustainable Development— berisi 17 Tujuan
dan 169 Sasaran yang berlaku mulai tahun 2016 hingga tahun 2030.
Dokumen ini dikenal dengan istilah Sustainable Development Goals atau
SDGs.
SDGs adalah sebuah proposal pembangunan bangsa-bangsa yang
merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari proposal pembangunan
terdahulu yang terkenal dengan nama Millenium Development Goals
(MDGs) atau Tujuan Pembangunan Milenium. Proposal itu berisi tujuan-
tujuan pembangunan dan target-target yang hendak dicapai, dalam mana
tujuan-tujuan dan target-target itu merupakan tanggapan terhadap isu-isu
krusial atau persoalan-persoalan yang dihadapi oleh bangsa-bangsa di
dunia.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah kesepakatan
internasional dari banyak negara di bawah inisiasi PBB yang memiliki
tujuan dan target tertentu. (Utama et al., 2018). Sustainable Development
Goals (SDGs) yang saat ini menjadi salah satu isu internasional adalah
tindak lanjut dari Millennium Development Goals (MDGs) dengan konsep
yang baru dan lebih komprehensif namun tetap berfokus pada
mengakomodasi pembangunan suatu negara (Hasanuddin, 2020).
Kesepakatan yang ada adalah 17 tujuan, masing-masing memuat beberapa
target yang ingin dicapai pada tahun 2030. Total ada 169 target yang
mengangkat isu yang diharapkan dapat mengakomodasi masalah-masalah
pembangunan secara lebih komprehensif dan berfokus pada penyelesaian
tuntas terhadap setiap tujuan dan sasaranya. Mulai dari kemiskinan,
lingkungan, kesehatan, sanitasi hingga pendidikan. Pemerintah Indonesia
melalui Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Pembangunan Berkelanjutan Tujuan (Perpres SDGs)
dikeluarkan pada 4 Juli 2017, sebagai pedoman untuk pembangunan
berkelanjutan (Utama et al., 2018)
MDGs memberikan tanggung jawab yang besar pada target
capaian pembangunan bagi negara berkembang dan kurang berkembang,
tanpa memberikan peran yang seimbang terhadap negara maju. Secara
proses MDGs juga memiliki kelemahan karena penyusunan hingga
implementasinya eksklusif dan sangat birokratis tanpa melibatkan peran
stakeholder nonpemerintah, seperti Civil Society Organization,
Universitas/Akademisi, sektor bisnis dan swasta, serta kelompok lainnya
[ CITATION SYo15 \l 1057 ].
Karenanya, SDGs disepakati dengan harapan dapat
mengakomodasi masalah-masalah pembangunan secara lebih
komprehensif. Baik secara kualitatif, maupun kuantitatif menargetkan
penyelesaian tuntas terhadap setiap tujuan dan sasaranya. SDGs juga
bersifat universal dan memberikan peran yang seimbang kepada seluruh
negara— baik negara maju, negara berkembang, dan negara kurang
berkembang—untuk berkontribusi penuh terhadap pembangunan,
sehingga masing-masing negara memiliki peran dan tanggung jawab yang
sama antara satu dengan yang lain dalam mencapai SDGs [ CITATION The18
\l 1057 ].
Berdasarkan hal tersebut, SDGs pun diharapkan mampu
disinergikan oleh pihak-pihak yang berperan dalam proses pembangunan
untuk tahun 2016 – 2030 di mana pada saat yang bersamaan, Indonesia
juga memperoleh bonus demografi [ CITATION Umm17 \l 1057 ]. Hal
tersebut semakin menegaskan bahwa dalam mewujudkan pembangunan
berkelanjutan bagi Indonesia, pihak yang paling diharapkan dalam
mengemban harapan itu adalah mereka yang berada di usia produktif (15 –
64 tahun) [ CITATION Sri15 \l 1057 ].
Sehingga, sebagai pihak yang berada pada awal masa-masa usia
produktifnya, mahasiswa seyogyanya menjadi pihak yang turut serta aktif
dalam menumbuhkan semangat pembangunan yang berkelanjutan.
Mengingat beberapa negara seperti Korea, Tiongkok, serta Jepang berhasil
memaksimalkan potensi bonus demografi yang mereka peroleh sebelum
memasuki milenium baru. Dalam mendorong kesadaran akan pentingnya
pembangunan yang berkelanjutan, mahasiswa pun sudah sepatutnya
menjadi pihak yang memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap
SDGs 2030. Terkhususnya dalam upaya untuk menyongsong bonus
demografi yang sedang dialami oleh Indonesia (Hasanuddin, 2020)

B. Tujuan Suistainable Development Goals (SGDs)


Jeffrrey D Sachs, memberikan empat (4) alasan utama mengenai
pentingnya memiliki Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Pertama,
Tujuan Penting untuk Mobilisasi Sosial. Dalam dunia yang hiruk pikuk
dewasa ini, kesepakatan mengenai suatu tujuan global bersama akan
membantu individu, lembaga dan pemerintah di seluruh dunia untuk
menyepakati arah pembangunan pada intinya, berfokus pada halhal yang
betul-betul bermanfaat bagi masa depan kita. Adanya tujuan bersama
membantu mengarahkan semua pihak untuk fokus pada hal yang sama,
memobilisasi semua daya dan menjadikan lebih mudah diatur dan
diterapkan sehingga semua pihak dapat melangkah bersama menuju
pencapaian yang mereka harapkan.
Kedua, Tujuan bersama memberikan kekuatan menekan yang
bersahabat. Dengan memiliki tujuan bersama setiap kebijakan dan
langkah-langkah pembangunan yang diambil oleh setiap kebijakan dan
langkah-langkah pembangunan yang diambil oleh setiap pemimpin bangsa
akan selalu diuji oleh publik, baik dengan mempertanyakannya di ruang-
ruang pertemuan tertutup. Artinya, tujuan bersama 3 memberikan
kesempatan bersama kepada semua elemen masyarakat untuk mengontrol
seluruh proses pembangunan, agar tetap setia pada jalan menuju
pencapaian bersama.
Ketiga, tujuan bersama memacu kekuatan komunitas epistemik
atau komunitas ilmu pengetahuan. Artinya tujuan bersama mendorong
pengerahan semua jaringan keahlian, pengetahuan dan praktek untuk
mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan pembangunan
berkelanjutan.
Keempat, tujuan bersama memobilisasi semua jaringan pemangku
kepentingan.Pemimpin masyarakat, politisi, kementrian, komunitas ilmiah,
lembaga swadaya masyarakat yang terkemuka, kelompok agama, lembaga
internasional, lembaga donor, dan yayasan. Semuanya akan terdorong
untuk bergabung ke dalam tujuan bersama. Proses multi-stakeholder ini
sangat penting untuk mengatasi tantangan-tantangan kompleks dalam
pembangunan berkelanjutan dan upaya melawan kemiskinan, kelaparan,
dan penyakit.
Adapun Tujuan dan Target SDGs setelah menyelesaikan 15 tahun
pembangunan global dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan dalam “Tujuan
Pembangunan Milenium (MDGs)”. Bangsa-bangsa di dunia yang
bergabung dalam PBB, menyadari bahwa banyak hal yang telah dicapai
selama 15 tahun, namum masih banyak hal yang belum dicapai karena
berbagai kesulitan dan tantangan. Karena itu para pemimpin bangsa
sepakat untuk melanjutkan pembangunan global yang sedang dilaksanakan
untuk mempertahankan hasil-hasil yang sudah dicapai dan
menyempurnakan serta melengkapi tujuan-tujuan pembangunan global
yang harus dicapai.
Kesepakatan mengenai hal itu terulang dalam dokumen SDGs. Jika
dalam MDGs hanya 8 tujuan pembangunan global, maka dalam SDGs
terdapat 17 tujuan dan 16 target pembangunan global yang perlu dicapai
selama 15 tahun kedepan, terhitung dari tahun 2016 sampai tahun 2030.
Ke-17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang dimaksud adalah :
1. Mengakhiri kemiskinan dalam bentuk; Tujuan ini memiliki 7 target
yang harus dicapai sampai dengan tahun 2030. Isu pokok dalam tujuan
ini adalah kemisksinan dan penolakan terhadapan kehidupan yang
bermartabat.
2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan
gizi serta memajukan pertanian berkelanjutan; Tujuan ini juga
memiliki 8 target yang harus dicapai, yang semuanya merupakan
tanggapan terhadap isu kelaparan dan ketahanan pangan.
3. Memastikan hidup sehat dan memajukan kesejahteraan bagi semua
pada segala usia; ada 13 target yang harus dicapai untuk menjawabi
masalah kesehatan dan hidup yang lebih baik bagi semua usia.
4. Memastikan pendidikan inklusif dan kualitas yang sederajat dan
mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua;
pendidikan dan kesempatan belajar yang sama bagi semua individu
merupakan isu utama, yang dapat diatasi dengan merealisasikan 10
target yang harus dicapai.
5. Menghasilkan kesetaraan gender dan memberdayakan semua
perempuan dan anak-anak gadis; dengan mengusung kesetaraan
gender, perempuan dan anak sebagai isu pokok, SDGs mau
mereaslisasikan 9 target pembangunan yang harus dicapai.
6. Memastikan ketersediaan dan pengelolaan berkelanjutan dari air dan
sanitasi (kebersihan dan kesehatan) bagi semua; 8 target.
7. Memastikan akses terhadap energi modern yang terjangkau,
berkecukupan dan berkelanjutan bagi semua; Tujuan ini akan dicapai
melalui pemenuhan terhadap 5 target pemenuhan utama.
8. Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan dengan menciptakan lapangan kerja dan pekerjaan yang
layak semua; Tujuan ini memiliki 10 target yang harus dicapai selama
12 tahun ke depan.
9. Membangun infrastruktur yang berdaya tahan, memajukan
industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan dan mengupayakan
inovasi; memiliki 8 target yang harus dicapai.
10. Mengurangi kesenjangan dalam antar Negara; ada 10 target yang harus
dicapai.
11. Membangun kota dan pemukiman yang inklusif, aman, berdaya tahan
dan berkelanjutan; memiliki 10 target yang harus dicapai.
12. Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan;
mempunyai 11 target.
13. Mengambil tindakan penting dan mendesak untuk mengatasi
perubahan iklim dan dampak-dampaknya; hanya 5 target yang harus
dicapai.
14. Melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya,
sumber daya samudra, laut dan perairan untuk pembangunan
berkelanjutan; memiliki 10 target yang harus dicapai.
15. Melindungi, memulihkan dan memajukan penggunaan ekosistem
bumi, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi desertifikasi
dan menghentikan kepunahan keanekaragaman hayati; mempunyai 12
target yang harus dicapai.
16. Memajukan masyarakat yang damai dan inklusif bagi pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses bagi keadilal dan membangun
institusi yang efektif, akuntabel dan iklusi pada semua tingkatan;
memiliki 12 target yang harus dicapai.
17. Memperkuat sarana implementasi dan revitalisasi kemitraan global
bagi pembangunan berkelanjutan; memiliki 19 target yang harus
dicapai.

Tujuan dan target pembangunan berkelanjutan tersebut merupakan


hasil kesepakatan para pemimpin bangsa-bangsa dunia, termasuk
Indonesia. Artinya, Tujuan dan target pembangunan tersebut memiliki
relevansi dengan pembangunan di Indonesia. Artinya, persoalan-persoalan
yang dihadapi oleh bangsa-bangsa di dunia juga sedang dihadapi oleh
bangsa Indonesia.

C. Sumber Suistainable Development Goals (SGDs)


Hasil dari perumusan SDGs dari tiga sumber yaitu High-Level Panel
of Eminent Persons (HLPEP), Open Working Group (OWG) dan
Sustainable Development Solutions Network (SDSN) (Indikator & Sektor,
n.d.).

a. SDGs dari High Level Panel For Eminent Person (HLPEP)


Untuk melakukan pembahasan khusus tentang agenda
pembangunan berkelanjutan, Sekjen PBB membentuk High-Level
Panel ff Eminent Persons On Post-2015 Development Agenda
(HLPEP). HLPEP dibentuk sebagai wujud inisiasi upaya persiapan
agenda pembangunan pasca-2015 dan pada tanggal 24-27 Maret 2013
telah melaksanakan Pertemuan Tingkat Tinggi di Bali untuk
mempersiapkan laporan yang akan diserahkan kepada Sekjen PBB
pada akhir Mei 2013. Panel ini diketuai bersama (co-chair) oleh
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, Perdana Menteri Inggris,
David Cameron dan Presiden Liberia, Ellen Johnson-Sirleaf. Panel ini
mencakup 26 tokoh terkemuka dari pemerintah, sektor swasta,
akademisi, masyarakat sipil dan pemuda, serta berdasarkan
keseimbangan geografis dan gender.
Tujuan HLPEP ini adalah memberikan saran serta rekomendasi
kepada Sekjen PBB mengenai visi dalam mengatasi tantangan
pembangunan global. Selain itu, HLPEP juga ditugaskan untuk
menyusun laporan kepada sekjen PBB yang memuat rekomendasi
terkait visi dan bentuk agenda pembangunan pasca-2015 yang tegas
dan lantang namun mudah dicapai. Dalam laporannya yang berjudul A
New Global Partnership: Erdicte Poverty And Transform Economies
Through Sustainable Development, HLPEP mengusulkan 12 tujuan
dengan 54 target pembangunan pasca-2015. Namun, HLPEP belum
menentukan indikator-indiktor dari tujuan dan target tersebut.
Adapun tujuan dan target yang diusulkan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Mengakhiri kemiskinan
 Menurunkan jumlah orang yang hidup kurang dari $1,25 per
hari ke angka nol dan mengurangi sebanyak x% orang-orang
yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional negara mereka
di tahun 2015
 Menaikkan sebanyak x% perempuan dan laki-laki, masyarakat,
dan dunia usaha dengan menjamin hak atas lahan, properti, dan
aset lainnya
 Melindungi sebanyak x% orang yang miskin dan rentan dengan
sistem perlindungan
 Membangun daya tahan dan menurunkan angka kematian
akibat bencana alam sebanyak x%
2. Pemberdayaan perempuan dan anak perempuan serta kesetaraan
gender
 Mencegah dan mengeliminasi segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan dan anak perempuan
 Mengakhiri pernikahan anak-anak
 Menjamin hak setara perempuan untuk memiliki dan mewarisi
properti, menandatangani kontrak, mendaftarkan usaha dan
membuka rekening bank
 Mengeliminasi diskriminasi terhadap perempuan dalam
kehidupan politik, ekonomi, dan publik
3. Menyediakan Pendidikan yang berkualitas dan pembelajaran seumur
hidup
 Menaikkan sebanyak x% proporsi anak-anak yang dapat
mengakses dan menyelesaikan pendidikan pra dasar
 Memastikan setiap anak, apapun situasinya, menyelesaikan
pendidikan dasar mampu baca, menulis, dan berhitung cukup
baik untuk memenuhi standar pembelajaran minimum
 Memastikan setiap anak, apapun situasinya, memiliki akses
terhadap pendidikan menengah dan menaikkan proporsi remaja
yang mencapai hasil pembelajaran yang diakui dan terukur
hingga x%
 Menaikkan jumlah anak muda serta perempuan dan laki-laki
dewasa yang memiliki keahlian, termasuk keahlian teknis dan
keahlian kejuruan, yang dibutuhkan di dunia kerja sebanyak x
%
4. Menjamin kehidupan yang sehat.
 Mengakhiri kematian bayi dan balita yang sebenarnya dapat
dicegah
 Menaikkan sebanyak x% anak, remaja, usia dewasa yang
beresiko dan orang-orang yang berusia lanjut, untuk
sepenuhnya divaksinasi
 Menurunkan rasio angka kematian ibu menjadi tidak lebih dari
x per 100.000 kelahiran hidup
 Menjamin secara universal, hak kesehatan seksual dan
reproduksi
 Mengurangi beban penyakit dari HIV/AIDS, tuberkulosis,
malaria, penyakit tropis terabaikan dan penyakit-penyakit tidak
menular yang menjadi prioritas
5. Memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik
 Mengakhiri kelaparan dan melindungi hak semua orang untuk
memiliki akses terhadap makanan dalam jumlah yang cukup,
aman, terjangkau harganya, dan bergizi
 Mengurangi stunting (tumbuh pendek karena kurang gizi)
sebanyak x%, wasting (tubuh kurus karena kurang gizi)
sebanyak y%, dan anemia sebanyak z% bagi semua balita
 Meningkatkan produktivitas pertanian sebanyak x%, yang
berfokus pada meningkatkan secara berkelanjutan hasil
pertanian kecil dan akses terhadap irigasi
 Mengadopsi praktik-praktik pertanian, perikanan laut dan
perikanan air tawar yang berkelanjutan dan membangun
kembali ketersediaan ikan-ikan tertentu hingga ke tingkat yang
berkelanjutan
 Mengurangi kerugian pasca panen dan makanan yang terbuang
sebanyak x%
6. Mencapai akses universal terhadap air dan sanitasi
 Menyediakan akses universal terhadap air minum yang aman di
rumah, dan di sekolah, puskesmas, dan kamp pengungsi
 Mengakhiri buang air besar di tempat terbuka dan memastikan
akses universal ke sanitasi di sekolah dan di tempat kerja, dan
meningkatkan akses terhadap sanitasi di rumah sebanyak x%
 Menyesuaikan kuantitas air bersih yang diambil (freshwater
withdrawals) dengan pasokan air, serta meningkatkan efisiensi
air dalam pertanian sebanyak x%, industri sebanyak y% dan
daerah-daerah perkotaan sebanyak z%
 Mendaur ulang atau mengolah semua limbah cair dari daerah
perkotaan dan dari industri sebelum dilepaskan
7. Menjamin energi yang berkelanjutan.
 Melipatgandakan bagian energi terbarukan dalam bauran energi
dunia
 Memastikan akses universal terhadap pelayanan energi modern
 Melipatgandakan laju peningkatan efisiensi energi di
bangunan, dalam industri, pertanian dan transportasi di tingkat
global
 Menghentikan secara bertahap subsidi bahan bakar fosil yang
tidak efisien yang mendorong konsumsi berlebihan
8. Menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian berkelanjutan, dan
pertumbuhan berkeadilan
 Menaikkan jumlah lapangan pekerjaan dan mata pencaharian
yang baik dan layak sebanyak x%
 Mengurangi jumlah kaum muda yang tidak bersekolah,
menganggur atau tidak mengikuti pelatihan sebanyak x%
 Memperkuat kapasitas produksi dengan memberikan akses
universal terhadap pelayanan keuangan dan infrastruktur
seperti transportasi dan ICT
 Menaikkan jumlah usaha baru yang dibuka sebanyak x dan
nilai tambah dari produkproduk baru sebanyak y dengan
menciptakan lingkungan usaha yang mendukung dan
mendorong kewirausahaan
9. Mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan
 Mempublikasikan dan menggunakan neraca ekonomi, sosial
dan lingkungan milik pemerintah dan perusahaan besar
 Meningkatkan pertimbangan keberlanjutan di x% pengadaan
yang dilakukan oleh pemerintah
 Menjaga ekosistem, keragaman spesies dan genetik
 Mengurangi deforestasi sebanyak x% dan meningkatkan
reforestasi sebanyak y%
 Meningkatkan kualitas tanah dan mengurangi erosi tanah
sebanyak x ton dan memerangi penggurunan
10. Memastikan tata kelola yang baik dan kelembagaan yang efektif
 Memberikan identitas hukum bebas biaya dan universal, seperti
akta kelahiran
 Memastikan masyarakat menikmati kebebabasan berbicara,
berasosiasi, melakukan protes damai dan akses terhadap media
dan informasi independen
 Meningkatkan partisipasi publik dalam proses politik dan
keterlibatan warga di semua tingkat
 Menjamin hak masyarakat atas informasi dan akses terhadap
data pemerintah
 Mengurangi suap dan korupsi dan memastikan pejabat dapat
diminta pertanggungjawabannya.
11. Memastikan masyarakat yang stabil dan damai
 Menurunkan angka kematian akibat kekerasan per 100.000
sebanyak x dan mengaliminasi segala bentuk kekerasan
terhadap anak-anak
 Memastikan lembaga peradilan dapat diakses, independen,
memiliki sumber daya yang baik dan menghormati hak atas
proses hukum
 Membendung faktor eksternal yang mengakibatkan konflik,
termasuk faktor-faktor yang terkait dengan kejahatan
terorganisir
 Meningkatkan kapasitas, perofesionalitas dan akuntabilitas
angkatan-angkatan keamanan, kepolisian dan badan peradilan
12. Menciptakan lingkungan hidup dan katalisator pembiayaan jangka
panjang secara global.
 Mendukung sistem perdagangan yang terbuka, adil dan ramah
pembangunan, secara substansial mengurangi aturan-aturan
perdagangan yang merusak, termasuk subsidi pertanian,
sembari meningkatkan akses pasar produk-produk negara
berkembang
 Melaksanakan reformasi untuk memastikan stabilitas sistem
keuangan dunia dan mendorong investasi swasta asing jangka
panjang
 Menahan kenaikan rata-rata suhu global di bawah 2⁰ C di atas
tingkat pra industri, sesuai dengan perjanjian-perjanjian
internasional
 Negara-negara maju yang belum membuat upaya konkret
menuju target 0,7% produk nasional bruto (PNB) sebagai
bantuan pembangunan resmi bagi negara-negara berkembang
dan 0,15 hingga 0,20% PDB negara maju sampai negara-
negara yang paling terbelakang; negara-negara lainnya harus
bergerak menuju target sukarela untuk bantuan keuangan
pelengkap
 Mengurangi aliran ilegal dan penghindaran pajak serta
meningkatkan pengembalian aset curian sebesar $x
 Mempromosikan kolaborasi dan akses terhadap ilmu
pengetahuan, teknologi, inovasi, dan data pembangunan

b. SDGs dari Open Working Group (OWG)


Salah satu hasil utama dari Konferensi Rio+20, yang
diselenggarakan di Rio de Janeiro pada bulan Juni 2012 adalah
kesepakatan negara-negara anggota untuk memulai proses untuk
mengembangkan satu set tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Hasil dari konferensi Rio+20 mengamanatkan 30 anggota Open
Working Group (OWG) dari Majelis Umum PBB bertugas untuk
mempersiapkan proposal SDGs. OWG sendiri didirikan pada tanggal
22 Januari 2013. Dalam perjalanannya negara-negara anggota OWG
menyampaikan serangkaian usulan terkait SDGs. Pada pertemuan
ketiga belas dan terakhir di New York pada tanggal 19 Juli 2014,
OWG mengusulkan 17 tujuan yang mencakup isu-isu pembangunan
berkelanjutan, termasuk mengakhiri kemiskinan dan kelaparan,
meningkatkan kesehatan dan pendidikan, membuat kota yang lebih
berkelanjutan, memerangi perubahan iklim, dan melindungi hutan.
Adapun 17 tujuan yang diusulkan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan
2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan
peningkatan gizi, dan mencanangkan pertanian berkelanjutan
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan
penduduk di segala usia
4. Menjamin kualitas pendidikan yang adil dan inklusif serta
meningkatkan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan dan
anak perempuan
6. Menjamin ketersediaan dan manajemen air dan sanitasi secara
berkelanjutan
7. Menjamin akses terhadap energi yang terjangkau, dapat
diandalkan, berkelanjutan, dan modern
8. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang merata dan
berkelanjutan, kesempatan kerja penuh dan produktif, serta
pekerjaan yang layak untuk semua
9. Membangun infrastruktur tangguh, mempromosikan industrialisasi
inklusif dan berkelanjutan dan mendorong inovasi
10. Mengurangi ketimpangan dalam dan antar negara
11. Membuat kota dan pemukiman manusia yang adil, merata, aman,
tangguh dan berkelanjutan
12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan
13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya
14. Melestarikan samudera, laut dan sumber daya kelautan secara
berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan
15. Melindungi, memulihkan dan meningkatkan pemanfaatan secara
berkelanjutan ekosistem darat, mengelola hutan, memerangi
desertifikasi, dan menghentikan dan memulihkan degradasi lahan
dan menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati
16. Meningkatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk
pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan
bagi semua dan membangun institusi yang efektif, akuntabel dan
inklusif di semua tingkatan
17. Memperkuat sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan
global untuk pembangunan berkelanjutan

c. SDGs dari Sustainable Development Solution Network (SDSN)


Dalam rangka perumusan SDGs, Sekretaris Jendral PBB juga
membentuk Sustainable Development Solutions Network (SDSN).
SDSN ini merupakan jaringan independen yang terdiri dari berbagai
pemangku kepentingan, akademisi, sektor swasta, lembaga swadaya
masyarakat yang ditugaskan untuk mencari solusi praktis untuk tujuan
pembangunan dibawah pimpinan Jefrey Sach. Dalam
perkembangannya, SDSN mengusulkan 10 tujuan dengan 30 target
dan 100 indikator.
Adapun tujuan yang diusulkan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengakhiri kemiskinan ekstrim termasuk kelaparan
2. Mendorong pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak
3. Memastikan pembelajaran yang efektif untuk semua anak-anak dan
remaja bagi kehidupan dan lingkungannya
4. Mencapai kesetaraan gender, inklusi sosial dan hak asasi manusia
untuk semua
5. Mencapai kesehatan dan kesejahteraan di semua usia
6. Meningkatkan sistem pertanian dan mencapai kemakmuran
pedesaan
7. Memberdayakan kota yang inklusif, produktif dan tangguh
8. Mengurangi perubahan iklim dan memastikan energi berkelanjutan
9. Menjaga keanekaragaman hayati dan memastikan pengelolaan air,
lautan, hutan dan sumber daya alam dengan baik
10. Mentransformasikan tata kelola dan teknologi untuk pembangunan
berkelanjutan

Setelah mengusulkan 10 tujuan ini, SDSN pada tanggal 25 Juli


2014 mengeluarkan publikasi yang berjudul Indicators and A
Monitoring Framework For Sustainable Development Goals,
Launching A Data Revolution For The SDGs. Dalam publikasi ini
SDSN memadukan SDGs usulan OWG dan SDSN. Oleh karena itu,
dari publikasi ini diusulkan 17 tujuan SDGs dengan 109 indikator
utama dan 111 indikator tambahan. Dalam kajian ini, indikator-
indikator yang diusulkan dalam publikasi ini yang dijadikan dasar
rujukan.

D. Upaya Pemerintah Untuk Meningkatkan Suistainable Development Goals


(SGDs) di Bidang Pendidikan di Indonesia
Berakhirnya Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun
2015 masih menyisakan beberapa pekerjaan rumah yang harus dibenahi
terutama di sektor pendidikan. Adapun program yang dibuat sebagai
penyempurnaan dari MDGs adalah Sustainable Development Goals
(SDGs) yang melibatkan lebih banyak negara baik itu negara maju
maupun berkembang dan mempunyai lebih banyak isu yang harus
diselesaikan bersama demi pembangunan berkelanjutan untuk menjamin
hak asasi manusia, menjaga kualitas lingkungan untuk kualitas hidup yang
lebih baik dari generasi ke generasi. Singkatnya, SDGs adalah
pembangunan yang dijadikan komitmen global sekaligus nasional
(Sudagung et al., 2019).
Sebagai salah satu negara yang menerapkan SDGs, Indonesia
berkomitmen untuk menyukseskan SDGs melalui beberapa langkah-
langkah strategis. Keterlibatan negara dalam pembangunan bidang
pendidikan menunjukkan implementasi pendekatan statist yang sudah
dipaparkan sebelumnya. Keterlibatan pemerintah diawali dengan
menempatkan SDGs sebagai arah tujuan pembangunan nasional. Sejumlah
langkah yang telah ditempuh Indonesia sampai dengan akhir 2016 antara
lain (i) melakukan pemetaan antara tujuan dan target SDGs dengan
prioritas pembangunan nasional, (ii) melakukan pemetaan ketersediaan
data dan indikator SDGs pada setiap target dan tujuan termasuk indikator
proksi, (iii) melakukan penyusunan definisi operasional untuk setiap
indikator SDGs, (iv) menyusun peraturan presiden terkait dengan
pelaksanaan tujuan pembangunan berkelanjutan, dan (v) mempersiapkan
rencana aksi nasional dan rencana aksi daerah terkait dengan implementasi
SDGs di Indonesia [CITATION Bad19 \l 1057 ].
Dari ketujuh belas poin SDGs, salah satu yang menjadi concern
adalah poin 4, yaitu pembangunan yang bertujuan untuk memastikan
pendidikan berkualitas yang layak dan inklusif serta mendorong
kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang [CITATION Kom17 \l
1057 ]. Pendidikan menjadi aspek yang patut untuk diprioritaskan karena
kualitas sebuah bangsa dapat terlihat dari seberapa baik kualitas
pendidikan dari bangsa itu sendiri. Kualitas pendidikan yang baik akan
menciptakan masyarakat yang terpelajar dan terdidik. Hal ini akan
berpengaruh pula pada keberlangsungan pembangunan di suatu negara.
Pentingnya aspek pendidikan menjadi perhatian utama bagi
Pemerintah Republik Indoensia. Berdasarkan Peraturan Presiden
(PERPRES) Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 Tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sudagung
et al., 2019).
Sebagai bentuk kordinasi yang bertujuan menyamakan persepsi
akan pencapaian SDGs, pemerintah pusat melakukan sosialisasi kepada
instansi pusat dan pemerintah provinsi pada tahun 2017. Untuk di
Kabupaten Sanggau sendiri kegiatan sosialisasi juga dimaksudkan untuk
mendorong diterbitkannya dokumen Rencana Aksi Daerah dalam waktu
satu tahun setelah diterbitkannya Perpres No. 59 Tahun 2017. Tantangan
yang dihadapi oleh pemerintah daerah pada umumnya adalah
penyempurnaan dan sinkronisasi data [ CITATION Bap17 \l 1057 ]
Selain itu, Pemerintah juga membentuk Sekretariat Nasional SDGs
yang bertugas untuk mengkoordinasikan berbagai kegiatan mengenai
SDGs di Indonesia dan menjamin implementasi SDGs berjalan dengan
baik. Pihak-pihak yang dilibatkan untuk proses persiapan pelaksanaan
SDGs di Indonesia terdiri dari kementerian, BPS, akademisi, pakar,
organisasi masyarakat sipil dan filantropi & bisnis [CITATION Bad19 \l
1057 ].
Dalam upaya meningkatkan tingkat partisipasi pendidikan
penduduknya, salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah adalah
dengan membangun sarana dan fasilitas pendidikan di setiap jenjang.
Salah satu program Dinas Pendidikan dan Kebudayaan adalah tersedianya
dan terjangkaunya pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, hingga
pada tahapan pendidikan menengah. Program wajib belajar mengharuskan
penduduk pada tahapan usia 6-17 tahun untuk mengikuti pendidikan
formal SD hingga SMP/SLTP/sederajat. Bahkan dalam rangka mendorong
keberhasilan program tersebut, Pemerintah telah mengalokasikan dana
sebesar 20% dari total seluruh APBN negara untuk pencapaian tingkat
kemajuan pengembangan dan pembangunan bidang pendidikan.
Pencapaian tingkat kemajuannya sendiri salah satunya dapat dilihat dari
Angka Partisipasi Sekolah (APS).
Setelah melihat Angka Partisipasi Sekolah (APS) dari SD hingga
jenjang SMP/sederajat, implementasi program dari Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan telah mengalami progres yang positif hingga ke tingkat
daerah. Ini merupakan capaian yang bagus dan perlu untuk lebih
ditingkatkan lagi kinerjanya. Dalam mewujudkan tercapainya SDGs
(Suistanable Develovement Goals) poin 4 yang bertujuan untuk
memastikan pendidikan berkualitas yang layak dan inklusif serta
mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.
Adapun beberapa kebijakan lainnya dari Pemerintah demi
mewujudkan strategi tersebut dilakukan dengan bentuk kebijakan antara
lain (Badan Pembangunan Daerah Kab. Sanggau, 2014) :
1. Percepatan pencapaian wajib belajar 9 tahun dan perintisan wajib
belajar 12 tahun;
2. Peningkatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
3. Peningkatan pemberantasan Buta Aksara;
4. Pencegahan siswa putus sekolah dan peningkatan angka keberlanjutan
siswa;
5. Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau
masyarakat;
6. Percepatan ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan
di semua jenjang pendidikan;
7. Peningkatan dan pemerataan tenaga pendidik dan kependidikan;
8. Pemfasilitasian pendidikan tinggi

Pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan pendekatan


statist dalam orientasi pembangunan. Keterlibatan pemerintah yang sangat
masif baik di tingkat pusat dan daerah menjadi salah satu bukti
diterapkannya pendekatan tersebut. Khusus untuk poin ke-4 SDGs ini,
fokus pembangunan nasional Indonesia juga mengarahkan pada konsep
human development.

Meskipun demikian, patut juga dicatat bahwa kualitas pendidikan


di Indonesia belum merata. Disparitas angka IPM, sebaran fasilitas dan
guru di sekolah-sekolah, dan perhatian pemerintah atas pendidikan antar
daerah masih menjadi hambatan. Pada kasus di beberapa daerah terpencil,
kondisi sekolah masih banyak yang memerlukan perhatian.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meskipun SDGs secara langsung relevan dengan apa yang disebut
United Agenda Pembangunan Nations 2030 (Wu et al., n.d.), SDGs
sebenarnya masih akan menjadi isu yang menantang dalam sejarah
panjang umat manusia, yang mana harus jauh-jauh melampaui 2030.
Meskipun PBB hanya terdaftar 17 SDGs pada tahun 2015, jumlah masalah
keberlanjutan global akan jauh-jauh lebih dari 17. SDG dan target tersebut
akan menjadi panduan yang kuat menuju perkembangan yang sehat
ekonomi global, masyarakat, dan lingkungan.
Pencapaian SDGs sementara di bidang pendidikan pada poin
keempat memang sudah cukup baik secara nasional. Didukung dengan
baseline capaian MDGs sampai tahun 2015 yang sudah tercapai semua
indikatornya. Namun, masalah pemerataan kualitas masih menjadi
masalah bagi Indonesia. Fasilitas pendidikan dan sarana penunjang
pendidikan belum benar-benar memadai di seluruh kawasan Indonesia.
Pemerintah Indonesia era Jokowi-JK memang sudah menempatkan peran
negara sangat besar di bidang pembangunan manusia pada sektor
pendidikan, tetapi belum maksimal.
Pembangunan suatu negara dapat terlaksana dengan baik salah satu
faktor pendukungnya yaitu sumber daya manusia yang memadai dan
berkompeten. Agar Indonesia memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas tersebut, tentunya semua berawal dari pendidikan yang baik.
Maka dari itu, pendidikan yang baik akan melahirkan generasi Indonesia
yang berkualitas yang akan membangun negeri ini menjadi Indonesia yang
makmur dan sejahtera sesuai dengan tujuan SGDs.

B. Saran
Pembenahan masih perlu dilakukan agar manusia Indonesia
mampu merasa aman dalam hal pemenuhan kebutuhannya termasuk di
bidang pendidikan. Khusus di kawasan perbatasan, keberadaan negara
harus benar-benar mampu dirasakan jika tidak ingin manusianya
berpindah secara sukarela karena kebutuhan dasarnya belum terpenuhi.
Saran lainnya yang dapat kami sampaikan adalah perlu dilakukan
evaluasi berjenjang dalam pembangunan pendidikan. Mulai dari
memastikan fasilitas pendidikan dan kualitas guru merata, termasuk dana
pendidikan yang disalurkan untuk membayar gaji guru honorer dengan
layak. Penelitian lanjutan juga dapat dilakukan dengan meneliti aspek
bantuan internasional dalam pencapaian SDGs Indonesia. Kajian tersebut
dapat dilakukan dengan teori diplomasi untuk melihat kemampuan
Indonesia dalam merangkul mitra internasional dalam mencapai
kepentingan nasionalnya.

Daftar Pustaka

Accepted Manuscript. (2018). https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2018.07.102

Hasanuddin, U. (2020). Jurnal abdi. 2(1), 40–47.

Indikator, K., & Sektor, L. (n.d.). Kajian Indikator Sustainable Development


Goals ( SDGs ).

Sudagung, A. D., Putri, V., Evan, J., Sasiva, I., & Olifiani, L. P. (2019). Jurnal
Polinter Prodi Ilmu Politik FISIP UTA’45 Jakarta Vol. 5 No. 1 (Maret-
Agustus 2019). 5(1).
Utama, Y. J., Ambariyanto, A., & Zainuri, M. (2018). Sustainable development
goals as the basis of university management towards global competitiveness
Sustainable development goals as the basis of university. 0–5.

Wu, J., Member, S., Guo, S., & Member, S. (n.d.). Information and
Communications Technologies for Sustainable Development Goals : State-
of-the-Art , Needs and Perspectives.

Accepted Manuscript. (2018). https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2018.07.102

Hasanuddin, U. (2020). Jurnal abdi. 2(1), 40–47.

Indikator, K., & Sektor, L. (n.d.). Kajian Indikator Sustainable Development


Goals ( SDGs ).

Sudagung, A. D., Putri, V., Evan, J., Sasiva, I., & Olifiani, L. P. (2019). Jurnal
Polinter Prodi Ilmu Politik FISIP UTA’45 Jakarta Vol. 5 No. 1 (Maret-
Agustus 2019). 5(1).

Utama, Y. J., Ambariyanto, A., & Zainuri, M. (2018). Sustainable development


goals as the basis of university management towards global competitiveness
Sustainable development goals as the basis of university. 0–5.

Wu, J., Member, S., Guo, S., & Member, S. (n.d.). Information and
Communications Technologies for Sustainable Development Goals : State-
of-the-Art , Needs and Perspectives.

Anda mungkin juga menyukai