Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

KEBIJAKAN DALAM KEBIDANAN


SDGs (Sustainable Development Goals)

DOSEN PENGAMPU : Nurannisa Fitria Apriani, M.K.M. S.Tr. Keb.

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Kelas Kabupaten Lombok Utara
1. Baiq Herdina Herlyana
2. Nurul Huda
3. Lailatul Magfiroh
4. Ika Damayanti
5. Eka Noviana
6. Sabrina Junita Utami
7. Teti Run Karyawati

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR (STIKes)
LOMBOK TIMUR NTB
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-
Nya saya dapat menyelesaikan tugas Kebijakan Dalam Kebidanan yang berjudul
“SDGs (Sustainable Development Goals)”, guna memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Kebijakan Dalam Kebidanan.
Dalam hal ini, saya banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu saya menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Eka Faizaturrahmi, S.ST.M.Kes, selaku Ketua Program Studi S1
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hamzar Lombok Timur,
2. Ibu Nurannisa Fitria Apriani, M.K.M. S.Tr. Keb., selaku Dosen Pengampu
Mata Kuliah Kebijakan Dalam Kebidanan,
3. Teman – teman saya di S1 Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hamzar Lombok Timur, yang telah memberi banyak dukungan sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari dalam penyusunan tugas ini, masih jauh dari sempurna,
untuk itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga analisis jurnal
ini, dapat dapat bermanfaat bagi kita semua.

Lombok Utara, 17 Deember 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................2
C. Tujuan .........................................................................................................2
D. Manfaat .......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Pengertian SDGs (Sustainable Development Goals)...................................4
B. Target SDGs (Sustainable Development Goals)..........................................5
C. Perbedaannya dengan MGDs (Milenium Development Goals)...................5
D. Perkembangan MDGs Menjadi SDGs.........................................................6
E. Pencapaian MDGs dalam Bidang Kesehatan..............................................8
F. Alasan Terbentuknya SDGs.......................................................................11
G. Tujuan SDGs (Sustainable Development Goals).......................................13
H. Goals SDGs Bidang Kesehatan.................................................................15
I. Program Pemerintah Untuk Meningkatkan Kesehatan Dalam SDGs........30
BAB III PENUTUP..............................................................................................40
A. Kesimpulan................................................................................................40
B. Saran..........................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................41BAB I
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Pembangunan masa kini adalah pembangunan yang bersifat

sementara dan perkembangan masyarakat yang serba instan dan bersifat asal

jadi menyebabkan budaya konsumtif semakin mendarah daging pada

sebagian besar masyarakat (United Nations, 2014). Hingga akhirnya pada


tahun 2000, untuk pertama kalinya PBB memfasilitasi terbentuknya

kesepakatan pembangunan multilateral yang melibatkan seluruh Negara

yang tergabung ke dalam PBB.

Kesepakatan ini bernama Millenium Development Goals yang

berisi berbagai indikator dan tujuan pembangunan internasional selama 15

tahun ke depan. Isu-isu pinggiran seperti kesehatan reproduksi dan

kesetaraan gender yang tadinya kurang mendapat porsi lebih dalam

pembangunan mulai mendapatkan perhatian. Berbagai Negara menyadari

pentingnya isu ini untuk mendukung pembangunan dan perdamaian dunia

(Prapti, 2015).

Di tahun 2015, MDGs berakhir. Banyak target yang terpenuhi

dan banyak juga yang masih jauh dari target. Dunia pun berubah. MDGs

dari yang awalnya berisi 8 tujuan dirasakan perlu disesuaikan dengan

kondisi dunia terkini. Berbagai actor pembangunan internasional pun

merumuskan pengganti MDGs sehingga terbentuk skema pembangunan

multilateral terbaru yakni yang dikenal sebagai Sustainable Development

Goals/SDGs . Agenda SDGs atau disebut juga dengan AGENDA 2030 akan

menjadi kerangka kerja pembangunan global baru dalam melaksanakan

pembangunan berkelanjutan (Prapti, 2015).

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu SDGs (Sustainable Development Goals)?

2. Seperti apa target SDGs (Sustainable Development Goals)?

3. Apa perbedaannya dengan MGDs (Milenium Development Goals)?


4. Bagaimana Perkembangan MDGs Menjadi SDGs?

5. Berapa Pencapaian MDGs dalam Bidang Kesehatan?

6. Bagaimana Alasan Terbentuknya SDGs?

7. Seperti apa tujuan SDGs (Sustainable Development Goals)?

8. Apa saja Goals SDGS Bidang Kesehatan?

9. Bagaimana Program Pemerintah Untuk Meningkatkan Kesehatan Dalam

SDGs?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswi mampu memahami konsep SDGs (Sustainable Development

Goals).

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apa itu SDGs (Sustainable Development Goals).

b. Untuk mengetahui seperti apa target SDGs (Sustainable

Development Goals).

c. Untuk mengetahui perbedaannya dengan MGDs (Milenium

Development Goals).

d. Untuk mengetahui Perkembangan MDGs Menjadi SDGs.

e. Untuk mengetahui Pencapaian MDGs dalam Bidang Kesehatan.

f. Untuk mengetahui Alasan Terbentuknya SDGs.

g. Untuk mengetahui seperti apa tujuan SDGs (Sustainable

Development Goals).

h. Untuk mengetahui Goals SDGS Bidang Kesehatan.


i. Untuk mengetahui Program Pemerintah Untuk Meningkatkan

Kesehatan Dalam SDGs.

D. Manfaat

Dapat Menambah pengetahuan wawasan mahasiswa mengenai SDGs

(Sustainable Development Goals) dan dapat dijadikan sebuah acuan dalam

kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di dunia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian SDGs (Sustainable Development Goals)

SDGs (Sustainable Development Goals) adalah sebuah dokumen

yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan

perundingan negara-negara di dunia. Konsep SDGs melanjutkan konsep

pembangunan Milenium Development Goals “MDGs” yang dimana konsep


itu sudah berakhir pada tahun 2015. Jadi kerangka pembangunan yang

berkaitan dengan perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep

MGDs sekarang diganti dengan SDGs.

Sustainable Development Goals atau SDGs adalah seperangkat

program dan target yang ditujukan untuk pembangunan global di masa

mendatang. SDGs menggantikan program MDGs (Millennium Development

Goals), sebuah program yang memiliki maksud dan tujuan yang sama yang

akan kadaluarsa pada akhir tahun 2015 ini. SDGs dibahas secara formal

pada United Nations Conference on Sustainable Development yang

dilangsungkan di Rio De Janiero, Juni 2012 (WHO, 2015).

SDGs adalah sebuah kesepakatan pembangunan baru pengganti

MDGs. Masa berlakunya 2015–2030 yang disepakati oleh lebih dari 190

negara berisikan 17 goals dan 169 sasaran pembangunan. Tujuh belas tujuan

dengan 169 sasaran diharapkan dapat menjawab ketertinggalan

pembangunan negara–negara di seluruh dunia, baik di negara maju

(konsumsi dan produksi yang berlebihan, serta ketimpangan) dan negara–

negara berkembang (kemiskinan, kesehatan, pendidikan, perlindungan

ekosistem laut dan hutan, perkotaan, sanitasi dan ketersediaan air minum)

(Santono,2015).

Konsep SDGs ini diperlukan sebagai kerangka pembangunan

baru yang mengakomodasi semua perubahan yang terjadi pasca 2015-

MDGs. Terutama berkaitan dengan perubahan situasi dunia sejak tahun

2000 mengenai isu deflation sumber daya alam, kerusakan lingkungan,

perubahan iklim semakin krusial, perlindungan sosial, food and energy


security, dan pembangunan yang lebih berpihak pada kaum miskin (UNDP,

2015).

B. Target SDGs (Sustainable Development Goals)

Target utamanya mengentaskan kemiskinan, tapi Indonesia akan

menggunakan tiga indikator terkait dengan dokumen SDGs yakni:

1. Pembangunan manusia atau human development yang meliputi

pendidikan dan kesehatan.

2. Lingkungan dalam skala kecil atau social economic development

3. lingkungan yang besar atau environmental development berupa

ketersediaan kualitas lingkungan dan sumber daya alam yang baik.

C. Perbedaan Dengan MGDs (Milenium Development Goals)

Pada dasarnya MGDs dan SDGs punya persamaan dan kesamaan

tujuan yang sama, yakni SDGs melanjutkan cita-cita mulia MGDs yang

ingin konsen menganggulangi kelaparan dan kemiskinan di dunia. Namun

dokumen yang disepakati pimpinan dunia pada tahun 2000 tersebut hanis

pada tahun 2015, para pemimpin dunia merasa agenda Milenium

Development Goals perlu dilanjutkan, sehingga muncul sebuah dokumen

usulan bernama sustainable development goals.

D. Perkembangan MDGs Menjadi SDGs

Pada bulan September tahun 2000, saat berlangsungnya

pertemuan Persatuan Bangsa-Bangsa di New York, Kepala Negara dan


perwakilan dari 189 negara menyepakati Deklarasi Milenium yang

menegaskan kepedulian utama secara global terhadap kesejahteraan

masyarakat dunia. Tujuan Deklarasi yang disebut Tujuan Pembangunan

Milenium (Millennium Development Goals -MDGs) menempatkan manusia

sebagai fokus utama pembangunan dan mengartikulasi satu gugus tujuan

yang berkaitan satu sama lain ke dalam agenda pembangunan dan kemitraan

global.

Setiap tujuan dijabarkan ke dalam satu sasaran atau lebih dengan

indikator yang terukur yaitu: terkait pengurangan kemiskinan, pencapaian

pendidikan dasar, kesetaraan gender, perbaikan kesehatan ibu dan anak,

pengurangan prevalensi penyakit menular, pelestarian lingkungan hidup, dan

kerjasama global. MDGs yang didasarkan pada konsensus dan kemitraan

global ini, juga menekankan kewajiban negara maju untuk mendukung

penuh upaya tersebut (Bappenas, 2011).

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam pencapaian target-target

MDGs, dengan mengintegrasikan prioritas MDGs dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2005-2025), Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2005-2009 dan 2010-

2014), Rencana Pembangunan Tahunan Nasional (RKP), serta dokumen

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sebagai realisasinya,

maka melalui Instruksi Presiden No.3 Tahun 2010 telah ditetapkan tujuan

prioritas pembangunan yang berkeadilan yang berpihak pada pencapaian

MDGs.
Sebagai salah satu bentuk implementasi dari Inpres No.3 Tahun

2010, maka Kementerian PPN/Bappenas telah menyusun Peta Jalan (Road

Map) pencapaian tujuan pembangunan MDGs yang diikuti dengan

penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) untuk percepatan pencapaian

MDGs yang difasilitasi langsung oleh Bappenas dan Bappeda. Selanjutnya

masing-masing Kepala Daerah akan mengesahkan Rencana Aksi Daerah

(RAD) MDGs tersebut (Bappenas, 2011).

Di Indonesia, pelaksanaan MDGs telah memberikan perubahan

yang positif. Walaupun masih ada beberapa target MDGs yang masih

diperlukan kerja keras untuk mencapainya, tetapi sudah banyak target yang

telah menunjukan kemajuan yang signifikan bahkan telah tercapai.

Penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan internasional, yaitu $1,25

per hari, sudah berkurang setengah miliar. Laju kematian anak turun lebih

dari 30 persen, dengan sekitar tiga juta jiwa anak terselamatkan setiap

tahunnya dibandingkan tahun 2000.

Kematian akibat malaria juga turun hingga seperempatnya.

Indonesia berhasil menurunkan proporsi penduduk dengan pendapatan

kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dari 20,60 persen pada tahun

1990 menjadi 5,90 persen pada tahun 2008. Pemerintah juga telah berhasil

menurunkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan lanjutan. Hal ini

dapat dilihat dari penurunan yang signifikan pada indikator rasio Angka

Partisipasi Murni (APM) perempuan terhadap laki-laki SMA/MA/ Paket C

dari 93,67 persen ada tahun 1993 menjadi 101,40 persen pada tahun 2011.

Selain itu, angka kejadian tuberkulosis di Indonesia sudah berhasil mencapai


target MDGs yaitu dari 343 pada tahun 1990 menjadi 189 kasus per 100.000

penduduk pada tahun 2011 (BPS, 2015).

Di tahun 2015, MDGs berakhir. Banyak target yang terpenuhi

dan banyak juga yang masih jauh dari target. Dunia pun berubah. MDGs

dari yang awalnya berisi 8 tujuan dirasakan perlu disesuaikan dengan

kondisi dunia terkini. Berbagai actor pembangunan internasional pun

merumuskan pengganti MDGs sehingga terbentuk skema pembangunan

multilateral terbaru yakni yang dikenal sebagai Sustainable Development

Goals/SDGs . Agenda SDGs atau disebut juga dengan AGENDA 2030 akan

menjadi kerangka kerja pembangunan global baru dalam melaksanakan

pembangunan berkelanjutan (Prapti, 2015).

E. Pencapaian MDGs dalam Bidang Kesehatan

Kematian ibu di Indonesia masih tetap tinggi, dan ada lima

penyebab kematian ibu seperti perdarahan, hipertensi pada kehamilan,

infeksi, persalinan macet, macet dan aborsi. Dan dari penyebab ini,

perdarahan, hipertensi pada kehamilan, dan infeksi dominan dalam kematian

ibu. Proporsi dari tiga penyebab kematian ibu sebenarnya telah berubah,

yang pendarahan dan infeksi cenderung menurunkan sementara

meningkatkan proporsi hipertensi pada kehamilan.

Hal ini lebih dari 30% dari kematian ibu di Indonesia di 2010

disebabkan oleh hipertensi pada kehamilan. Ada tiga jenis daerah intervensi

untuk mengurangi angka kematian dan maternal dan morbiditas neonatal,

yaitu melalui: kenaikan pertama dalam perawatan antenatal mampu


mendeteksi 21 dan menangani kasus 22 dari berisiko tinggi memadai;

Bantuan kedua persalinan bersih 18 dan aman dengan kesehatan yang

terampil personel, 20 pasca-persalinan perawatan dan kelahiran; 23

kebidanan ketiga dan perawatan neonatal dan dasar yang komprehensif yang

dapat dicapai (Tosepu, 2016).

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014, 24

ditargetkan pada akhir 2014 di masing-masing kabupaten / kota ada di

Setidaknya empat pusat kesehatan mampu Neonatal dasar rawat inap dan

Kabupaten Rumah Sakit mampu menerapkan komprehensif. 25 Melalui

pengelolaan dasar dan perawatan neonatal komprehensif, kesehatan pusat

dan rumah sakit diharapkan menjadi institusi terkemuka di mana komplikasi

dan rujukan kasus dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat.

Nutrisi Anak 4 Di antara 33 provinsi di Indonesia, ada 19

provinsi memiliki prevalensi balita gizi di atas nasional Tingkat prevalensi,

mulai dari 19,7% sampai dengan 33,1%. Atas dasar target MDG pada 2015,

itu tiga provinsi yang memiliki mencapai sasaran, yaitu 13,2% di Bali,

14,0% di Jakarta, dan 15,1% di Bangka Belitung. Kondisi ini masih tetap

masalah serius, terutama bagi mereka provinsi memiliki prevalensi

malnutrisi pada anak balita antara 20,0-29,0%, dan dianggap sangat tinggi

ketika prevalensi lebih dari 30% (Tosepu, 2016).

Daerah ini terkena malaria terutama di Timur Indonesia, 30

terutama Papua provinsi yang terletak sebagai endemik malaria, 31

morbiditas peringkat pertama dari 10 penyakit utama. Malaria di Papua

masih sulit untuk memberantas karena tidak memadai peraturan lingkungan,


rendah status ekonomi yang mengarah ke malnutrisi, 32 pelayanan

kesehatan terbatas dan kurangnya tenaga medis, resistensi obat disebabkan

oleh orang-orang yang tidak mematuhi di minum obat dan perilaku kurang

mendukung gaya hidup sehat. Dalam hal ini, mobilitas orang ke daerah ini

33 memiliki risiko besar tertular malaria.

Di samping itu, Perubahan iklim, 34 kebakaran hutan 35 dan

Proses perkembangan pesat menyebabkan penyebaran penyakit. Oleh karena

itu, Malaria membutuhkan penanganan multidimensi, baik masyarakat dan

pemerintah harus aktif dalam mengatasi masalah ini. Publik tenaga

kesehatan sebagai bagian dari tenaga kesehatan di Indonesia memiliki

berbagai metode dalam memecahkan kasus malaria. metode-metode

termasuk upaya pencegahan dengan melakukan Pendekatan masyarakat. 36

Pendekatan ini sangat penting karena akan menyebabkan kepercayaan

publik terhadap pelayanan kesehatan pekerja. Tahap berikutnya dari petugas

kesehatan akan dengan mudah memberikan masukan dan kesehatan pesan

pesan mereka. Sehingga pembentukan kepercayaan antara masyarakat dan

petugas kesehatan adalah kunci keberhasilan program kesehatan, seperti

pendidikan kesehatan program (Tosepu, 2016).

F. Alasan Terbentuknya SDGs

Menurut T Brundtland Commission of the United Nations pada

tahun 1987, yang dikatakan sebagai Sustainable Development atau

pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat mencakup


kebutuhan orang banyak di masa depan tanpa menyepelekan kemampuan

generasi mendatang untuk menggapai segala kebutuhannya (UNDP, 2015).

SDGs, Sustainable Development Goals atau yang dikenal

sebagai Global Goals, dibuat berdasarkan 8 tujuan MDGs yang

dilaksanakan pada tahun 1990-2015. MDGs mencakup isu memberantas

kemiskinan, kelaparan, penyakit, ketidaksetaraan gender, dan akses terhadap

sanitasi. Dibalik kesuksesan MDGs, ternyata secara global kemiskinan

belum terhapuskan secara menyeluruh (UNDP, 2015).

Global Goals hadir untuk melangkah lebih maju dibandingkan

dengan MDGs, mengacu kepada akar dari masalah kemiskinan dan

kebutuhan yang universal untuk berkembang yang berguna dan dibutuhkan

oleh seluruh warga dunia. Global Goals bertujuan untuk menyelesaikan

MDGs yang tertinggal, dan menjamin bahwa tidak ada hal lain yang

tertinggal dibelakang. SDGs atau Global Goals menjadi suatu program yang

lebih menyeluruh dan mendetail karena merupakan gabungan dari Global

Sustainability Objects / GSO dan MDGs (The Global Goals, 2015).

SDGs diadakan untuk mencakup kebutuhan seluruh warga dunia

yang lebih mendetail dan menyeluruh, dibandingkan dengan MDGs. SDGs

juga tidak memandang kondisi suatu negara, pada lingkungan maupun

ekonominya, untuk dibantu dengan program Development Goals secara

menyeluruh. Di dalam SDGs juga terdapat beberapa tujuan yang

dikembangkan dari indikator tujuan MDGs, contohnya antara lain (UNDP,

2015):
1. Tujuan pertama MDGs (Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Ekstrim) mencakup kedua fokus yang berbeda yaitu kemiskinan dan

kelaparan, sedangkan pada SDGs kedua fokus itu dijadikan dua tujuan

yang berbeda yaitu pada tujuan pertama SDGs (No Poverty) dan tujuan

kedua SDGs (Zero Hunger)

2. Tujuan keempat, kelima, dan keenam MDGs terkait kesehatan

(Menurunkan Angka kematian Anak, Meningkatkan Kesehatan Ibu, dan

Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Lain) tdak terdapat di

SDGs dan digantikan dengan Good Health and Well Being yang

mencakup kesehatan secara keseluruhan (mencakup kesehatan ibu,

penyakit-penyakit, kematian anak, dll) pada tujuan ketiga SDGs

3. Tujuan ketujuh MDGs (Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup)

memiliki beberapa indikator yang penting seperti proporsi rumah tangga

yang mendapat air minum layak kini menjadi tujuan keenam SDGs,

indikator terkait rumah tangga kumuh perkotaan kini menjadi tujuan

kesebelas SDGs.

G. 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development

Goals)

Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga tujuan utama, yaitu

berkelanjutan ekologis (jaminan eksistensi sumber daya alam), berkelanjutan

ekonomi (efisiensi ekonomi), dan berkelanjutan sosial (keanekaragaman

budaya). Target yang hendak dicapai dituangkan dalam istilah Sustainable

Development Goals (SDGs).


SDGs sendiri merupakan lanjutan dari program Millenium

Development Goals (MDGs). Program MDGs sendiri diupayakan berhasil

pada tahun 2000-2015 yang kemudian dilanjutkan oleh program SDGs

hingga tahun 2030. Pembahasan mengenai program SDGs dilakukan pada

tahun 2015 dengan usulan adanya 17 tujuan yang harus tercapai.

Adapun tujuan beserta targetnya adalah sebagai berikut:

No. Tujuan Target


Peningkatan pendapatan bagi penduduk miskin,
1. Tanpa kemiskinan kemudahan akses pelayanan, dan perlindungan
penduduk dari bencana
Jaminan akan konsumsi pangan aman dan
2. Tanpa kelaparan
bernutrisi
Berkurangnya kematian ibu dan bayi,
Kehidupan sehat
3. mengakhiri penyakit menular, kemudahan akses
dan sejahtera
layanan kesehatan, dan berkurangnya polusi
Jaminan pendidikan dasar dan menengah secara
Pendidikan
4. gratis, serta adanya program peningkatan
berkualitas
keahlian
Tidak adanya segala bentuk diskriminasi dan
5. Kesetaraan gender
kekerasan terhadap perempuan
Air bersih dan Adanya pengelolaan sumber daya air yang
6.
sanitasi layak terintegerasi
Energi bersih dan
7. Terwujudnya program energi terbarukan
terjangkau
Pekerjaan layak Banyaknya lapangan pekerjaan, berkurangnya
8. dan pertumbuhan pengangguran, dan kesetaraan upah untuk
ekonomi pekerjaan yang dinilai setara
Industri, inovasi, Kemudahan akses untuk teknologi informasi dan
9.
dan infrastruktur komunikasi
10. Berkurangnya Penyetaraan dari sosial, ekonomi, dan politik
kesenjangan
Kota dan
Terciptanya tata ruang yang strategis dan
11. permukiman yang
peremajaan permukiman
berkelanjutan
Konsumsi dan
produksi yang
12. Terwujudnya manajemen limbah yang baik
bertanggung
jawab
Meningkatknya kesadaran akan mitigasi
13. Perubahan iklim
perubahan iklim
Jumlah konservasi meningkat, pencemaran laut
14. Ekosistem laut
berkurang, dan kemudahan akses bagi nelayan
Berkurangnya degradasi habitat bagi
15. Ekosistem darat
keanekaragaman hayati
Perdamaian,
Berakhirnya tindak korupsi dan jaminan
keadilan, dan
16. pengambilan keputusan yang representative dan
kelembagaan
responsif
yang tangguh
Kemitraan untuk Meningkatnya kerjasama antar badan politik dan
17.
mencapai tujuan masyarakat

H. SDGS Di Bidang Kesehatan

Goals Kesehatan dalam SDGs terdiri dari:

1. Goals 2 Tanpa keIaparan


KeIaparan didefinisikan sebagai kondisi hasiI dari

kurangnya konsumsi pangan kronik. DaIam jangka panjang,

keIaparan kronis berakibat buruk pada derajat kesehatan

masyarakat dan menyebabkan tingginya pengeIuaran

masyarakat untuk kesehatan.

Tidak semua orang mempunyai kemudahan untuk

memperoIeh pangan yang dibutuhkan, dan haI ini mengarah

pada keIaparan dan kekurangan gizi daIam skaIa besar di dunia.

Sebagian penduduk dunia sekarang ini kekurangan pangan

secara kronis dan tidak mampu mendapatkan pangan yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan energi minimum mereka.

Jutaan anak‘anak berusia di bawah Iima tahun (baIita)

menderita kekurangan gizi kronis atau akut pada saat musim

kekurangan pangan, musim keIaparan dan kerusuhan sosiaI,

angka ini terus meningkat.

Banyak faktor penyebab tejadinya keIaparan seperti

kemiskinan, ketidakstabiIan sistem pemerintahan, penggunaan

Iingkungan yang meIebihi kapasitas, diskriminasi dan

ketidakberdayaan seperti pada anak-anak, wanita, dan Iansia.

Demikian juga terbatasnya subsidi pangan, meningkatnya

harga-harga pangan, menurunnya pendapatan ril dan

tingginya tingkat pengangguran merupakan faktor utama


penyebab terjadinya keIaparan Tujuan SDGs nomor 2 yaitu

untuk mengakhiri keIaparan, mencapai ketahanan pangan,

memperbaiki nutrisi dan mempromosikan pertanian yang

berkeIanjutan. Tujuan ini sejaIan dengan prioritas

pembangunan Indonesia yang termaktub ke daIam prioritas

ketahanan pangan dan penciptaan Iapangan kerja.

Target

a. Pada tahun 2030, menghiIangkan keIaparan dan menjamin

akses bagi semua orang, khususnya orang miskin dan mereka

yang berada daIam kondisi rentan, termasuk bayi, terhadap

makanan yang aman, bergizi, dan cukup sepanjang tahun.

b. Pada tahun 2030, menghiIangkan segaIa bentuk kekurangan

gizi, termasuk pada tahun 2025 mencapai target yang

disepakati secara internasionaI untuk anak pendek dan kurus di

bawah usia 5 tahun, dan memenuhi kebutuhan gizi remaja

perempuan, ibu hamiI dan menyusui, serta manuIa.

c. Pada tahun 2030, menggandakan produktivitas pertanian dan

pendapatan produsen makanan skaIa keciI, khususnya

perempuan, masyarakat penduduk asIi, keIuarga petani,

penggembala dan neIayan, termasuk meIaIui akses yang aman

dan sama terhadap lahan, sumber daya produktif, dan input

Iainnya, pengetahuan, jasa keuangan, pasar, dan peIuang niIai

tambah, dan pekerjaan nonpertanian.

d. Pada tahun 2030, menjamin sistem produksi pangan yang


berkeIanjutan dan menerapkan praktek pertanian tangguh yang

meningkatkan produksi dan produktivitas, membantu menjaga

ekosistem, memperkuat kapasitas adaptasi terhadap perubahan

ikIim, cuaca ekstrim, kekeringan, banjir, dan

bencana Iainnya, serta secara progresif memperbaiki

kuaIitas tanah dan Iahan.

e. Pada tahun 2020, mengeIoIa keragaman genetik benih,

tanaman budidaya dan hewan ternak dan peIiharaan dan spesies

Iiar terkait, termasuk meIaIui bank benih dan tanaman yang

dikeIoIa dan dianekaragamkan dengan baik di tingkat nasionaI,

regionaI dan internasionaI, serta meningkatkan akses terhadap

pembagian keuntungan yang adiI dan merata, hasiI dari

pemanfaatan sumber daya genetik dan pengetahuan tradisionaI

terkait, sebagaimana yang disepakati secara internasionaI.

f. Meningkatkan investasi, termasuk meIaIui kerjasama

internasionaI yang kuat, daIam infrastruktur perdesaan, Iayanan

kajian dan perIuasan pertanian, pengembangan teknoIogi dan

bank gen untuk tanaman dan ternak, untuk meningkatkan

kapasitas produktif pertanian di negara berkembang, khususnya

negara kurang berkembang.

g. Memperbaiki dan mencegah pembatasan dan distorsi daIam

pasar pertanian dunia, termasuk meIaIui penghapusan secara

bersamaan segaIa bentuk subsidi ekspor pertanian dan semua


tindakan ekspor dengan efek setara, sesuai dengan amanat tbj

Oeb` Ojvjiepkjmt Veumo.

h. Mengadopsi Iangkah-Iangkah untuk menjamin berfungsinya

pasar komoditas pangan serta turunannya dengan tepat, dan

memfasiIitasi pada waktu yang tepat akses terhadap informasi

pasar, termasuk informasi cadangan pangan, untuk membantu

membatasi voIatiIitas harga pangan yang ekstrim.

2. Goals 3 Kehidupan sehat dan sejahtera

SeIuruh isu kesehatan daIam SDGs diintegrasikan

daIam satu tujuan yakni tujuan nomor 3, yaitu menjamin

kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi

semua orang di segaIa usia. Terdapat 38 target SDGs di

sektor kesehatan yang perIu diwujudkan. SeIain permasaIahan

yang beIum tuntas ditangani diantaranya yaitu upaya penurunan

angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB),

pengendaIian penyakit HIV/AIDS, TB, MaIaria serta

peningkatan akses kesehatan reproduksi (termasuk KB), terdapat

haI-haI baru yang menjadi perhatian, yaitu:

a . Kematian akibat penyakit tidak menuIar (PTM);

b . PenyaIahgunaan narkotika dan aIkohoI;

c . Kematian dan cedera akibat keceIakaan IaIu Iintas;


d . UniversaI HeaIth Coverage;

e . Kontaminasi dan poIusi air, udara dan tanah; serta

penanganan krisis dan kegawatdaruratan.

Fokus dari seIuruh target tersebut antara Iain gizi

masyarakat, sistem kesehatan nasionaI, akses kesehatan dan

reproduksi, KeIuarga Berencana (KB), serta sanitasi dan air

bersih.

Pembangunan sektor kesehatan untuk SDGs sangat

tergantung kepada peran aktif seIuruh pemangku kepentingan

baik pemerintah pusat dan daerah, parIemen, dunia usaha,

media massa, Iembaga sosiaI kemasyarakatan, organisasi profesi

dan akademisi, mitra pembangunan serta Perserikatan Bangsa

Bangsa (PBB). Tantangan terbesar daIam peIaksanaan agenda

pembangunan berkeIanjutan di Indonesia adaIah reformuIasi

konsep pembangunan yang terintegrasi dan penempatan kesehatan

sebagai satu rangkaian proses manajemen pembangunan yang

meIiputi input, process, output, outcome dan impact pembangunan

serta memahamkan bersama akan substansi pembangunan

kesehatan yang harus diIaksanakan bersama di era

desentraIisasi dan demokratisasi saat ini.

Program yang diusung untuk mewujudkan SDGs

daIam bidang kesehatan adaIah Program Indonesia Sehat

dengan 3 piIar yakni paradigma sehat, peIayanan kesehatan


dan jaminan kesehatan nasionaI.

a. Paradigma sehat merupakan sebuah pendekatan yang

mengedepankan konsep promotif dan preventif dalam

pelayanan kesehatan dan menempatkan kesehatan sebagai input

dari sebuah proses pembangunan.

b. Pelayanan kesehatan yang dilakukan dan diarahkan untuk

peningkatan Akses dan mutu pelayanan. Dalam hal pelayanan

kesehatan primer diarahkan untuk upaya pelayanan promotif dan

preventif, melalui pendekatan continuum of care dan intervensi

berbasis risiko kesehatan baik dalam tatanan tata kelola klinis,

tata kelola manajemen dan tata kelola program.

c. Jaminan Kesehatan Nasional, negara bertekad untuk menjamin

seluruh penduduk dan warga negara asing yang tinggal di

Indonesia dalam pelayanan kesehatannya.

Target

a. Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu hingga

kurang dari 70 per 100.000 keIahiran hidup.

b. Pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi baru Iahir dan

baIita yang dapat dicegah, dengan seIuruh negara berusaha

menurunkan Angka Kematian NeonataI setidaknya hingga 12

per 1000 KH (KeIahiran Hidup) dan Angka Kematian BaIita 25

per 1000.

c. Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkuIosis,

maIaria, dan penyakit tropis yang terabaikan, dan memerangi


hepatitis, penyakit bersumber air, serta penyakit menuIar

Iainnya.

d. Pada tahun 2030, mengurangi hingga sepertiga angka kematian

dini akibat penyakit tidak menuIar, meIaIui pencegahan dan

pengobatan, serta meningkatkan kesehatan mentaI dan

kesejahteraan.

e. Memperkuat pencegahan dan pengobatan penyaIahgunaan zat,

termasuk penyaIahgunaan narkotika dan penggunaan aIkohoI

yang membahayakan.

f. Pada tahun 2020, mengurangi hingga setengah jumIah kematian

gIobaI dan cedera dari keceIakaan IaIu Iintas.

g. Pada tahun 2030, menjamin akses universaI terhadap Iayanan

kesehatan seksuaI dan reproduksi, termasuk keIuarga

berencana, informasi dan pendidikan, dan integrasi kesehatan

reproduksi ke daIam strategi dan program nasionaI.

h. Mencapai cakupan kesehatan universaI, termasuk perIindungan

risiko keuangan, akses terhadap peIayanan kesehatan dasar yang

baik, dan akses terhadap obat- obatan dan vaksin dasar yang

aman, efektif, berkuaIitas, dan terjangkau bagi semua orang.

i. Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi jumIah

kematian dan kesakitan akibat bahan kimia berbahaya, serta

poIusi dan kontaminasi udara, air, dan tanah.

j. Memperkuat peIaksanaan the Framework Conνention on

Tobacco Control WHO di seIuruh negara sebagai Iangkah


yang tepat.

k. Mendukung peneIitian dan pengembangan vaksin dan obat

penyakit menuIar dan tidak menuIar yang terutama

berpengaruh terhadap negara berkembang, menyediakan akses

terhadap obat dan vaksin dasar yang terjangkau, sesuai the

Doha Declaration tentang the TRIPS Agreement and Public

Health, yang menegaskan hak negara berkembang untuk

menggunakan secara penuh ketentuan daIam Kesepakatan atas

Aspek-Aspek Perdagangan dari Hak Kekayaan InteIektuaI

terkait keIeIuasaan untuk meIindungi kesehatan masyarakat,

dan khususnya, menyediakan akses obat bagi semua.

l. Meningkatkan secara signifikan pembiayaan kesehatan dan

rekrutmen, pengembangan, peIatihan, dan retensi tenaga

kesehatan di negara berkembang, khususnya negara kurang

berkembang, dan negara berkembang puIau keciI.

m. Memperkuat kapasitas semua negara, khususnya negara

berkembang tentang peringatan dini, pengurangan risiko dan

manajemen risiko kesehatan nasionaI dan gIobaI

3. Goals 5 Kesetaraan Gender


Gender adaIah pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan

periIaku yang tumbuh dan berkembang daIam masyarakat. Dan

peran gender terbagi menjadi peran produktif, peran

reproduksi serta peran sosiaI kemasyarakatan.

Kata gender dapat diartikan sebagai peran yang dibentuk

oIeh masyarakat serta periIaku yang tertanam Iewat proses

sosiaIisasi yang berhubungan dengan jenis keIamin perempuan

dan Iaki-Iaki. Ada perbedaan secara bioIogis antara perempuan

dan Iaki-Iaki- namun kebudayaan menafsirkan perbedaan

bioIogis ini menjadi seperangkat tuntutan sosiaI tentang

kepantasan daIam berperiIaku, dan pada giIirannya hak-hak,

sumber daya, dan kuasa. Kendati tuntutan ini bervariasi di setiap

masyarakat, tapi terdapat beberapa kemiripan yang mencoIok.

MisaInya, hampir semua keIompok masyarakat menyerahkan

tanggung jawab perawatan anak pada perempuan, sedangkan

tugas kemiIiteran diberikan pada Iaki-Iaki. Sebagaimana

haInya ras, etnik, dan keIas, gender adaIah sebuah kategori

sosiaI yang sangat menentukan jaIan hidup seseorang dan

partisipasinya daIam masyarakat dan ekonomi.

Tidak semua masyarakat mengaIami diskriminasi


berdasarkan ras atau etnis, namun semua masyarakat

mengaIami diskriminasi berdasarkan gender-daIam bentuk

kesenjangan dan perbedaan-daIam tingkatan yang berbeda-beda.

SeringkaIi dibutuhkan waktu cukup Iama untuk mengubah

ketidakadiIan ini. Suasana ketidakadiIan ini terkadang bisa

berubah secara drastis karena kebijakan dan perubahan sosiaI-

ekonomi.

Pengertian kesetaraan gender merujuk kepada suatu

keadaan setara antara Iaki-Iaki dan perempuan daIam pemenuhan

hak dan kewajiban. Diskriminasi berdasarkan gender masih

terjadi pada seIuruh aspek kehidupan, di seIuruh dunia. Ini

adaIah fakta meskipun ada kemajuan yang cukup pesat daIam

kesetaraan gender dewasa ini. Sifat dan tingkat diskriminasi

sangat bervariasi di berbagai negara atau wiIayah. Tidak ada

satu wiIayah pun di negara dunia ketiga di mana perempuan

teIah menikmati kesetaraan daIam hak-hak hukum, sosiaI dan

ekonomi. Kesenjangan gender daIam kesempatan dan kendaIi

atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan, dan partisipasi poIitik

terjadi di mana-mana. Perempuan dan anak perempuan

menanggung beban paIing berat akibat ketidaksetaraan yang

terjadi, namun pada dasarnya ketidaksetaraan itu merugikan

semua orang. OIeh sebab itu, kesetaraan gender merupakan

persoaIan pokok suatu tujuan pembangunan yang memiIiki

niIai tersendiri.
Kesetaraan gender akan memperkuat kemampuan

negara untuk berkembang, mengurangi kemiskinan, dan

memerintah secara efektif. Dengan demikian mempromosikan

kesetaraan gender adaIah bagian utama dari strategi

pembangunan daIam rangka untuk memberdayakan masyarakat

(semua orang)-perempuan dan Iaki- Iaki-untuk mengentaskan

diri dari kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup mereka.

Pembangunan ekonomi membuka banyak jaIan untuk

meningkatkan kesetaraan gender daIam jangka panjang. Agenda

Tujuan Pembangunan BerkeIanjutan memiIiki makna yang

penting karena seteIah diadopsi maka akan dijadikan acuan

secara gIobaI dan nasionaI sehingga agenda pembangunan

menjadi Iebih fokus. Setiap butir tujuan tersebut menjunjung

tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) dan untuk mencapai kesetaraan

gender dan pemberdayaan perempuan, baik tua mau-pun muda.

Target

a. Mengakhiri segaIa bentuk diskriminasi terhadap kaum

perempuan dimanapun.

b. Menghapuskan segaIa bentuk kekerasan terhadap kaum

perempuan di ruang pubIik dan pribadi, termasuk perdagangan

orang dan ekspIoitasi seksuaI, serta berbagai jenis ekspIoitasi

Iainnya.

c. Menghapuskan semua praktik berbahaya, seperti perkawinan


usia anak, perkawinan dini dan paksa, serta sunat perempuan.

d. MengenaIi dan menghargai pekerjaan mengasuh dan

pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar meIaIui penyediaan

peIayanan pubIik, infrastruktur dan kebijakan perIindungan

sosiaI, dan peningkatan tanggung jawab bersama daIam rumah

tangga dan keIuarga yang tepat secara nasionaI.

e. Menjamin partisipasi penuh dan efektif, dan kesempatan yang

sama bagi perempuan untuk memimpin di semua tingkat

pengambiIan keputusan daIam kehidupan poIitik, ekonomi,

dan masyarakat.

f. Menjamin akses universaI terhadap kesehatan seksuaI dan

reproduksi, dan hak reproduksi seperti yang teIah disepakati

sesuai dengan Programme of Action of the International

Conference on Population andDeνelopment and the Beijing

Platform serta dokumen-dokumen hasiI reviu dari konferensi-

konferensi tersebut.

g. MeIakukan reformasi untuk memberi hak yang sama kepada

perempuan terhadap sumber daya ekonomi, serta akses terhadap

kepemiIikan dan kontroI atas tanah dan bentuk kepemiIikan

Iain, jasa keuangan, warisan dan sumber daya aIam, sesuai

dengan hukum nasionaI.

h. Meningkatkan penggunaan teknoIogi yang memampukan,

khususnya teknoIogi informasi dan komunikasi untuk

meningkatkan pemberdayaan perempuan.


i. Mengadopsi dan memperkuat kebijakan yang baik dan

perundang-undangan yang berIaku untuk peningkatan

kesetaraan gender dan pemberdayaan kaum perempuan di

semua tingkatan.

4. Goals 6 Air Bersih dan Sanitasi Layak

Air bersih dan sanitasi Iayak ada Iah kebutuhan dasar

manusia. SaIah satu poin daIam tujuan pembangunan

berkeIanjutan (sustainabIe deveIopment goaIs/SDGs) pada sektor

Iingkungan hidup adaIah memastikan masyarakat mencapai

akses universaI air bersih dan sanitasi.

Sekjen PBB menetapkan 27 PaneI Tingkat Tinggi pada

buIan JuIi 2012. PaneI Tingkat Tinggi merupakan kemitraan

gIobaI yang bertujuan untuk memberantas kemiskinan dan

mengubah perekonomian meIaIui pembangunan berkeIanjutan.

Fokus utama ada pada ketersediaan pangan, air bersih,

dan energi yang merupakan dasar dari kehidupan. Perubahan yang

paIing penting daIam konsumsi berkeIanjutan dan produksi akan

didorong oIeh teknoIogi, inovasi, desain produk , pedoman

kebijakan yang terperinci, pendidikan, dan perubahan periIaku.

PaneI mengusuIkan dua beIas UniversaI GoaIs dan NasionaI


Target. Target tersebut menyerukan pada negara-negara untuk

“Mencapai universaI akses daIam sektor air minum dan sanitasi”

yang diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030.

Bank Dunia pada 2014 mengingatkan 780 juta orang

tidak memiIiki akses air bersih dan Iebih dari 2 miIiar

penduduk bumi tidak memiIiki akses terhadap sanitasi.

Akibatnya ribuan nyawa meIayang tiap hari dan kerugian

materi hingga 7 persen dari PDB dunia.

Sanitasi, begitu juga air bersih, secara khusus dibahas

pada tujuan enam SDGs, waIaupun tetap perIu menjadi catatan

bahwa tujuan-tujuan yang ada ini sesungguhnya merupakan suatu

kesatuan.

Target

a. Pada tahun 2030, mencapai akses universaI dan merata

terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi semua.

b. Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan

kebersihan yang memadai dan merata bagi semua, dan

menghentikan praktik buang air besar di tempat terbuka,

memberikan perhatian khusus pada kebutuhan kaum

perempuan, serta keIompok masyarakat rentan.

c. Pada tahun 2030, meningkatkan kuaIitas air dengan mengurangi

poIusi, menghiIangkan pembuangan, dan meminimaIkan

peIepasan materiaI dan bahan kimia berbahaya, mengurangi

setengah proporsi air Iimbah yang tidak dioIah, dan secara


signifikan meningkatkan daur uIang, serta penggunaan kembaIi

barang daur uIang yang aman secara gIobaI.

d. Pada tahun 2030, secara signifikan meningkatkan efisiensi

penggunaan air di semua sektor, dan menjamin penggunaan dan

pasokan air tawar yang berkeIanjutan untuk mengatasi

keIangkaan air, dan secara signifikan mengurangi jumIah orang

yang menderita akibat keIangkaan air.

e. Pada tahun 2030, menerapkan pengeIoIaan sumber daya air

terpadu di semua tingkatan, termasuk meIaIui kerjasama Iintas

batas yang tepat.

f. Pada tahun 2020, meIindungi dan merestorasi ekosistem terkait

sumber daya air, termasuk pegunungan, hutan, Iahan basah,

sungai, air tanah, dan danau.

g. Pada tahun 2030, memperIuas kerjasama dan

dukungan internasionaI daIam haI pembangunan kapasitas

bagi negara-negara berkembang, daIam program dan kegiatan

terkait air dan sanitasi, termasuk pemanenan air, desaIinasi,

efisiensi air, pengoIahan air Iimbah, daur uIang dan teknoIogi

daur uIang.

h. Mendukung dan memperkuat partisipasi masyarakat IokaI

daIam meningkatkan pengeIoIaan air dan sanitasi.


I. Program Pemerintah Untuk Meningkatkan Kesehatan Dalam SDGs

1. Goals 2 Tanpa keIaparan

a. Tujuan 2 TPB adalah menghilangkan kelaparan, mencapai

ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian

berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tanpa kelaparan pada tahun

2030, ditetapkan target yang diukur melalui indikator. Target

tersebut adalah menghilangkan kelaparan dan kekurangan gizi,

menggandakan produktivitas pertanian, menjamin pertanian pangan

berkelanjutan, mengelola keragaman genetik, dan meningkatkan

kapasitas produktif pertanian. Upaya-upaya yang dilakukan untuk

mencapai target-target tersebut dijabarkan pada kebijakan, program

dan kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah maupun

organisasi nonpemerintah.

b. Upaya perbaikan gizi masyarakat diantaranya adalah:

1) sosialisasi tentang manfaat pola konsumsi pangan perorangan

dan masyarakat yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman

(B2SA) untuk hidup sehat, aktif, dan produktif,

2) peningkatan promosi perilaku masyarakat tentang kesehatan,

gizi, sanitasi, kebersihan, dan pengasuhan,

3) pemberdayaan masyarakat, terutama ibu rumah tangga, untuk

percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis

pangan lokal (termasuk sosialisasi manfaat dan menciptakan

minat atau preferensi pada konsumsi pangan ikan, hasil

peternakan, sayuran, dan buah-buahan lokal),


4) perbaikan atau pengayaan gizi pangan tertentu dan penetapan

persyaratan khusus mengenai komposisi pangan untuk

meningkatkan kandungan gizi pangan olahan tertentu yang

diperdagangkan,

5) penguatan pelaksanaan dan pengawasan regulasi dan standar

gizi dan keamanan pangan,

6) penguatan integrasi intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif

dengan dengan fokus utama pada 1000 hari pertama

kehidupan, remaja, calon pengantin dan ibu hamil,

7) perbaikan gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, balita, remaja

perempuan, dan kelompok rawan gizi lainnya,

8) penguatan sistem surveilans pangan dan gizi termasuk

pemantauan pertumbuhan,

9) pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS),

10) peningkatan jangkauan dan kualitas layanan kesehatan

masyarakat,

11) penyaluran bantuan pangan bagi masyarakat rawan pangan

kronis (berpendapatan rendah) dan transien (darurat bencana).

2. Goals 3 Kehidupan sehat dan sejahtera

a. Tujuan 3 TPB adalah menjamin kehidupan yang sehat dan

meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia. Untuk

mencapai kehidupan sehat dan sejahtera pada tahun 2030,

ditetapkan 13 target yang diukur melalui 50 indikator. Target-target

tersebut terdiri dari penurunan kematian ibu dan bayi, mengurangi


kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak menular,

pencegahan penyalahgunaan zat, menjamin akses layanan

kesehatan seksual dan reproduksi, meningkatkan cakupan

kesehatan universal, penguatan pelaksanaan pengendalian

tembakau (tobacco control), pengembangan dan penelitian vaksin

dan obat, serta peningkatan pembiayaan kesehatan. Upaya-upaya

yang dilakukan untuk mencapai target-target tersebut dijabarkan

pada kebijakan, program dan kegiatan yang akan dilakukan oleh

pemerintah maupun organisasi nonpemerintah.

b. Kebijakan Tujuan 3

Untuk mewujudkan Tujuan 3 Kehidupan Sehat dan

Sejahtera didasarkan pada strategi meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dengan arah kebijakan:

1) Peningkatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS),

2) Peningkatan penganekaragaman dan keamanan pangan

(termasuk olahan),

3) Peningkatan pelayanan Medis, rehab medis, rehab sosial dan

dukungan dari masyarakat bagi penderita gangguan jiwa,

4) Peningkatan aksebilitas dan pelayanan kesehatan yang

berkualitas.
c. Program Tujuan 3

Memperhatikan tujuan dan target serta arah kebijakan

TPB tujuan 3, program dan kegiatan yang akan dilaksanakan,

mencakup:

1) Pelayanan kesehatan yang bermutu dan peningkatan gizi yang

berkualitas bagi ibu dan anak;

2) Penguatan sarana, prasarana dan sistem rujukan pelayanan

kesehatan, baik pelayanan dasar dan rujukan;

3) Penyehatan lingkungan;

4) Peningkatan ketersediaan farmasi dan alat kesehatan;

5) Pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak

menular;

6) Rehabilitasi penyalahgunaan NAPZA;

7) Pelayanan KB bagi perempuan usia reproduksi;

8) Pelayanan kesehatan reproduksi bagi perempuan usia

reproduksi, termasuk remaja; dan

9) Peningkatan ketersediaan SDM kesehatan.

3. Goals 5 Kesetaraan Gender

a. Isu kesetaraan gender perlu dipertimbangankan dalam penyusunan

program kegiatan. Sebab isu gender masih cukup mengemuka.

Contohnya aktivitas perempuan dalam kegiatan ekonomi yang

masih tertinggal dengan laki-laki. Demikian juga dengan posisi

perempuan dalam lembaga politik yang masih rendah dibanding

laki-laki. Di sektor domestik, perempuan masih memikul beban


ganda: mengurus kebutuhan domestik dan harus bekerja untuk

memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu, masih terjadi kekerasan

dalam rumah tangga dengan perempuan dan anak-anak sebagai

korbannya.

b. Kebijakan Tujuan 5

Kebijakan dalam RPJMD diarahkan untuk meningkatkan

kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan, serta

perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan.

Kebijakan-kebijakan tersebut adalah:

1) Pembentukan Desa Prima Sejahtera baru di daerah

tertinggal/miskin untuk membuka dan meningkatkan akses

perempuan pada potensi pemberdayaan ekonomi,

2) Peningkatan perempuan pengambil keputusan di ranah publik

dengan prioritas penguatan kapasitas perempuan dan advokasi

lembaga,

3) Percepatan penurunan prevalensi perempuan dan anak,

diprioritaskan pada kegiatan pencegahan dengan memperkuat

jejaring antar lembaga,

4) Peningkatan level capaian KLA di DIY melalui peningkatan

kapasitas gugus tugas KLA, terutama di Kab. Bantul yang

belum mencapai level terendah KLA (pratama).

5) Peningkatan kualitas pelayanan dan penanganan korban

terutama di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan

Perempuan dan Anak (P2TP2A),


6) Penyusunan kebijakan daerah untuk pengendalian penduduk

pada usia kawin perempuan,

7) Pembentukan sistem konseling keluarga yang holistik dan

integratif sesuai rancangan Grand Design Ketahanan Keluarga,

8) Pengembangan model kelembagaan ketahanan dan

kesejahteraan keluarga.

c. Program Tujuan 5

Program dan kegiatan Rencana Aksi mendukung Tujuan 5

antara lain adalah:

1) Program perlindungan perempuan dan anak yang didukung

dengan kegiatan

a) Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan korban

kekerasan terhadap perempuan dan anak

b) Pengembangan data gender dan perlindungan perempuan

dan anak

c) Advokasi Pemenuhan Hak-Hak Anak.

2) Program kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

yang didukung dengan kegiatan

a) Penguatan dan Pengembangan Kelembagaan Perempuan

dan anak

b) Pemberdayaan Peranan Perempuan di Bidang Ekonomi.

3) Program Pengendalian Pertumbuhan Penduduk yang didukung

dengan kegiatan

a) Pembinaan Keluarga Berencana


b) Peningkatan kesehatan reproduksi.

4) Program peningkatan kualitas keluarga yang didukung dengan

kegiatan

a) Peningkatan Ketahanan keluarga

b) Pengembangan Bina Keluarga.

Selain program di atas, masih ada program-program lain

yang memberikan kontribusi pada upaya pencapaian target TPB.

Kegiatan-kegiatan yang mendukung pelaksanaan TPB dicantumkan

dalam martiks-matriks terlampir. Selain Program dan kegiatan-

kegiatan yang berasal dari pemerintah, juga didukung oleh program

dan kegiatan yang berasal dari organisasi nonpemerintah

(organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha).

4. Goals 6 Air Bersih dan Sanitasi Layak

a. Tujuan 6 TPB adalah menjamin ketersediaan serta pengelolaan air

bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua. Dalam rangka

mencapai tujuan air bersih dan sanitasi layak pada tahun 2030,

ditetapkan 8 target yang diukur melalui 40 indikator. Target-target

tersebut terdiri dari akses terhadap air minum layak, akses terhadap

sanitasi layak, kualitas air dan limbah, serta pemanfaatan,

pengelolaan dan pelestarian sumber daya air. Upaya-upaya yang

dilakukan untuk mencapai target-target tersebut dijabarkan pada

kebijakan, program dan kegiatan yang akan dilakukan oleh

pemerintah maupun organisasi nonpemerintah


b. Untuk mewujudkan Tujuan 6 Air Bersih dan Sanitasi Layak,

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta menetapkan

Strategi:

1) Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan,

perubahan sikap dan perilaku dalam pemanfaatan air minum

dan pengelolaan sanitasi,

2) Penyediaan infrastruktur produktif dan manajemen layanan

melalui penerapan manajemen aset baik di perencanaan,

penganggaran, dan investasi,

3) Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang

dilakukan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan

masyarakat,

4) Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur

air minum dan sanitasi,

5) Meningkatkan peran rencana tata ruang sebagai pedoman

dalam pemanfaatan ruang provinsi,

6) Meningkatkan penyediaan dan kualitas layanan infrastruktur

strategis.

c. Kebijakan Tujuan 6

Arah kebijakan untuk mencapai target Menjamin

ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang

berkelanjutan untuk semua adalah:

1) Percepatan Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang

Kabupaten/Kota untuk dievaluasi oleh gubernur,


2) Penyusunan petunjuk pelaksanaan pemanfaatan ruang dan

fasilitasi upaya ketaatan terhadap rencana rata ruang,

3) Percepatan pembangunan infrastruktur sumber air, melalui

penyelesaian hambatan perijinan, pembiayaan, penyediaan

lahan dan penanggulangan masalah sosial,

4) Perbaikan sistem monitoring hidrologis dan kualitas air serta

sistem informasi sumber daya air,

5) Peningkatan pengelolaan infrastruktur sumber air, melalui

operasional dan pemeliharaan infrastruktur sumber air guna

mengembalikan fungsi & kapasitas tampungannya,

6) Pengembangan metode pengelolaan sumber daya air

berdasarkan prinsip zonasi pemanfaatan dan konservasi secara

adaptif dengan menyeimbangkan pertimbangan ekonomi dan

ekologis secara berkelanjutan,

7) Peningkatan layanan jaringan irigasi untuk mendukung

ketahanan pangan melalui Pengembangan dan Pengelolaan

Sistem Irigasi Partisipatif (PPSIP),

8) Percepatan pembangunan & rehabilitasi infrastruktur

pengendalian banjir untuk melindungi prasarana umum dan

kawasan produktif.
d. Berdasarkan target dan arah kebijakan yang disusun dalam rangka

pencapaian Tujuan 6 TPB, program yang akan dilaksanakan DIY

mencakup

1) Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan

Lingkungan Hidup

2) Peningkatan Penduduk Berakses Air Bersih Layak

3) Penyediaan Tempat Tinggal yang Layak dengan prioritas

masyarakat berpenghasilan rendah.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
SDGs (Sustainable Development Goals) adalah sebuah dokumen
yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan
perundingan negara-negara di dunia. Konsep SDGs melanjutkan konsep
pembangunan Milenium Development Goals “MDGs” yang dimana konsep
itu sudah berakhir pada tahun 2015. Jadi kerangka pembangunan yang
berkaitan dengan perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep
MGDs sekarang diganti dengan SDGs.

B. Saran
Pemerintah harus segera berperan aktif dalam implementasi
prinsip SDGs (Sustainable Development Goals) merupakan sebuah acuan
guna menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat, khususnya di Indonesia
agar manfaatnya bukan hanya dirasakan di masa sekarang melainkan juga
untuk generasi yang akan datang.
Masyarakat juga elemen yang paling berpengaruh dalam hal
pembangunan berkelanjutan karena masyarakat yang berperan secara sadar
bagaimana sekiranya memenuhi kebutuhan dengan memperhatikan aspek
lingkungan serta ikut berpartisipasi dalam SDGs (Sustainable Development
Goals).
DAFTAR PUSTAKA

Dosen Pendidikan. “Sustainable Development Goals”, (online),


(https://www.dosenpendidikan.co.id/sustainable-development-goals/,
diakses pada 23 Februari 2020).

Anda mungkin juga menyukai