Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ANALISIS SDGs CLIMATE ACTION

Mata Kuliah Ekonomi Sumberdaya Manusia

diampu oleh Prof.Dr.Ir.HARSUKO RINIWATI.MP

Disusun oleh:

Dwiyan Maulana Santoso 195080407111003

Salsabila Ramadhani D.M.S 195080407111005

Fatkhur Rozy 195080407111007

Kelas A03

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI
MALANG
2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul Climate Action pada mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Manusia..

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Manusia. Selain itu, makalah ini juga

bertujuan untuk menambah wawasan tentang Climate Action bagi para pembaca

dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah

memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan

sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami

nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tim Penulis

Kelompok 13
3

DAFTAR ISI

MAKALAH ANALISIS SDGs CLIMATE ACTION.......................................1


KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................6
1.3 TUJUAN PENULISAN...............................................................................6
1.4 MANFAAT PENULISAN............................................................................6
BAB II..............................................................................................................7
2.1 DEFINISI CLIMATE ACTION....................................................................7
2.2 DAMPAK CLIMATE ACTION TERHADAP SDGS..................................8
2.3 UPAYA PEMERINTAH MENGHADAPI CLIMATE ACTION..................9
BAB III...........................................................................................................12
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................12
3.2 SARAN......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................14
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kerusakan lingkungan hidup dan konsep pembangunan berkelanjutan


menjadi topik yang banyak diperbincangkan dan menjadi perhatian masyarakat
global. Sejak dipertegasnya pembangunan berkelanjutan pada KTT Bumi di Rio
de Jenairo pada tahun 1992, hampir seluruh negara menggunakan
pembangunan berkelanjutan sebagai jargon pembangunannya. Mendukung hal
tersebut, Perserikatan Bangsa-Banga (PBB) telah melahirkan Sustainable
Development Goals (SDGs) yang bertujuan untuk menyediakan kualitas
kehidupan yang lebih baik untuk generasi saat ini dan yang akan datang. Melalui
lahirnya SDGs yang menggantikan Millenium Development Goals (MDGs)
popularitas konsep pembangunan berkelanjutan semakin terkemuka. Menurut
Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional dalam Agenda 2030 Pembangunan
Berkelanjutan, SDGs merupakan kesepakatan pembangunan baru yang
mendorong perubahan-perubahan yang bergeser ke arah pembangunan
berkelanjutan yang berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk
mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. SDGs telah
meredifinisi konsep pembangunan berkelanjutan sebagai suatu pembangunan
yang secara ekonomi tidak menghasilkan emisi dan polusi lingkungan, hemat
sumber daya dan berkeadilan sosial.
SDGs hadir dengan menyediakan indikator pembangunan berkelanjutan
yang lebih terperinci melalui 17 tujuan, yang mencakup penumpasan kemiskinan,
kelaparan, kesehatan, dan perubahan iklim sehingga frase ‘pembangunan
berkelanjutan’ tidak lagi sebatas jargon kosong belaka namun menjadi realitas
masa depan global. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang memiliki
mimpi untuk mengimplementasi dan mencapai setiap tujuan yang tertuang dalam
SDGs. Berkenaan dengan hal itu, pemerintah Indonesia mengambil peran aktif
dengan meratifikasi SDGs melalui lahirnya Peraturan Presiden No. 59 tahun
2017 tentang SDGs.
Pada tahun 2015, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan
Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development
Goals (SDGs) sebagai sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan dunia.
5

Dalam agenda SDGs, terdapat 17 tujuan dan 169 target rencana aksi global
untuk 15 tahun ke depan, atau hingga tahun 2030. Secara singkat, SDGs
bertujuan untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan
melindungi lingkungan. Untuk mencapai tujuan dan target tersebut, perlu adanya
kolaborasi dari seluruh pihak termasuk pemerintah, masyarakat, dan para pelaku
bisnis.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Antonio Guterries, Sekretaris Jendral
PBB. Kolaborasi dengan berbagai bisnis dan CEO perusahaan menjadi kunci
dalam mengatasi perubahan iklim, memenuhi tujuan pembangunan
berkelanjutan, dan memberantas kemiskinan pada tahun 2030. “99% CEO dari
perusahaan besar yang memiliki annual revenue di atas US$ 1 miliar
percaya sustainability akan menjadi sangat penting untuk kesuksesan bisnis
mereka pada masa depan,” ujar Junardy. Sementara itu, survei yang dilakukan
oleh PwC pada tahun 2015 menyebutkan, 90% masyarakat di seluruh dunia
mengharapkan bahwa perusahaan perlu menanamkan SDGs dalam strategi dan
cara mereka berbisnis. Survei ini juga menunjukkan kesadaran akan SDGs di
kalangan bisnis lebih tinggi 92% dibandingkan dengan masyarakat umum 33%.
Lebih lanjut dalam survei tersebut memperlihatkan, 72% responden dari pelaku
bisnis telah merencanakan tindakan perusahaan dalam menerapkan konsep
SDGs. Sementara 29% responden menetapkan tujuan bisnis berkaitan dengan
SDGs dan 13% responden telah berhasil mengidentifikasikan sarana yang
mereka perlukan untuk melakukan SDGs. Berbagai langkah pun dilakukan oleh
PBB untuk mendukung para pelaku bisnis di seluruh dunia dalam menerapkan
SDGs. Junardy menjelaskan, ke depannya PBB akan menerapkan program
Global Impact Initiatives (GIIs), yaitu sebuah program akselerasi bagi dunia
usaha untuk menerapkan SDGs sebagai core business.
Perubahan iklim merupakan hal yang terpenting dikarenakan dampak dari
perubahan iklim memiliki dampak yang luas, baik secara geografis maupun
secara subtansinya dalam SDGs. Secara geografis, perubahan iklim tidak hanya
berdampak pada satu wilayah melainkan merambah pada wilayah global. Secara
subtantif, perubahan iklim memiliki dampak langsung terhadap meningkatnya
ancaman kelaparan (mengancam keberhasilan goals no.2 “zero hunger”) akibat
penurunan produksi tanaman atau gagal panen sebagai dampak dari evaporasi
yang berlebihan sehingga ketersediaan air terbatas (mengancam keberhasilan
goals no. 6 “clean water and sanitation”). Selain itu, perubahan iklim yang
6

meningkatkan suhu bumi dapat meningkatkan serangan wabah penyakit seperti


malaria, demam berdarah, dan penyakit lainnya, dimana hal ini menghambat
keberhasilan goals no. 3 “good health and well being” (Hairiah, Rahayu,
Suprayogo, Prayogo, 2016). Jika perubahan iklim ini tidak segera ditanggulangi,
maka pada tahun 2050 diproyeksikan risiko kelaparan akan meningkat sebesar
10-20% dan anak malnutrisi akan 20% lebih tinggi dibandingkan tidak adanya
skenario perubahan iklim (WFP dan FAO 2017).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dari
makalah ini sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan climate action ?
2. Apa dampak climate change terhadap sustainable development goals
(SDGs)?
3. Bagaimana upaya pemerintah dalam menangani climate action ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari makalah ini sesuai dengan permasalahan diatas adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan climate action
2. Untuk mengetahui dampak climate action terhadap sdgs
3. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam menangani climate action
1.4 MANFAAT PENULISAN
1. Secara akademik, penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi dunia pendidikan. Penulisan ini juga diharapkan bermanfaat bagi
penulis berikutnya mengingat permasalahan terkait SDGs merupakan
permasalahan yang dinamis.
2. Secara praktik, penulisan ini diharapkan dapat bermafaat sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan masukan bagi pemerintah,
organisasi profesi, dan perguruan tinggi dalam rangka merumuskan
peraturan, standar, maupun kurikulum sehingga melahirkan suatu aksi
yang mendukung Indonesia dalam mencapai SDGs.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI CLIMATE ACTION

Perubahan iklim (climate change) adalah kondisi beberapa unsur iklim


yang magnitude dan atau intensitasnya cenderung berubah atau menyimpang
dari dinamika dan kondisi rata-rata. Penyebab utama perubahan iklim adalah
kegiatan manusia (antropogenik) yang berkaitan dengan meningkatnya emisi
GRK.Perubahan iklim yang terjadi akibat emisi atau pelepasan gas rumah kaca
semakin hari makin mengancam kehidupan umat manusia dan keanekaragaman
hayati di muka bumi. Tanda-tanda fenomena ini semakin dirasakan,
sebagaimana yang dialami Indonesia sebagai negara kepulauan, yang sangat
rentan terhadap perubahan iklim karena telah menyebabkan berbagai bencana,
seperti: banjir, longsor, kemarau panjang, angin kencang dan gelombang air laut
tinggi. Ancaman bencana bahkan dapat terjadi dalam intensitas yang lebih besar
dan secara langsung dirasakan, misalnya pada masyarakat petani dan nelayan
serta pada masyarakat yang tinggal di pesisir, pedesaan, maupun perkotaan.
Dampak lebih luasnya tidak saja merusak lingkungan tetapi juga membahayakan
kesehatan manusia, mengganggu ketersediaan bahan pangan, kegiatan
pembangunan ekonomi, pengelolaan sumberdaya alam, dan infrastruktur. Hal ini
akan dapat menjadi ancaman terhadap keberhasilan pencapaian pembangunan
sosial ekonomi Indonesia.
Komunitas internasional meyakini bahwa saat ini perubahan iklim telah
dan sedang terjadi dan berdampak luas terhadap kehidupan manusia. Salah satu
landasan ilmiah penting yang membahas isu perubahan iklim adalah laporan
penilaian keempat (Fourth Assessment Report, AR4), yang diterbitkan oleh Panel
antar Pemerintah mengenai Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on
Climate Change; IPCC) pada tahun 2007. Laporan tersebut menegaskan peran
kontribusi kegiatan manusia (faktor antropogenik) dalam meningkatkan
konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer yang mempercepat laju kenaikan
temperatur global (global warming) serta diyakini telah mengakibatkan
perubahan iklim di berbagai tempat. Laporan IPCC tahun 2018 kembali
menegaskan peran kegiatan manusia dimasa lalu dan saat ini terhadap
peningkatan gas rumah kaca (GRK) yang menyebabkan kenaikan temperatur
global. Saat ini, laju peningkatan temperatur permukaan rata-rata global telah
8

mencapai 1°C di atas masa praindustri dan diperkirakan akan mencapai 1,5 °C
antara tahun 2030 dan 2052, apabila kondisi laju peningkatan GRK masih sama
seperti masa sekarang (IPCC, 2018).
2.2 DAMPAK CLIMATE ACTION TERHADAP SDGS
Iklim didefinisikan sebagai kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang,
yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang
berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference,
1979). Sedangkan perubahan iklim merupakan berubahnya iklim yang
diakibatkan, langsung atau tidak langsung, oleh aktivitas manusia yang
menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global serta perubahan
variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat
dibandingkan (Undang-Undang nomor 31 tahun 2009). Dampak paling nyata dari
perubahan iklim ialah menyebabkan terjadinya peningkatan transpirasi yang
pada akhirnya menurunkan tanaman pangan, meningkatkan konsumsi air, dan
mendorong berkembangnya penyakit, dimana semua dampak tersebut
menyebabkan ancaman ganda bahwa Indonesia akan gagal mencapai SDGs di
tahun 2030. Serangkaian dampak negatif yang diakibatkan oleh perubahan iklim
merupakan ancaman besar untuk mencapai SDGs secara keseluruhan.
Perubahan iklim menimbulkan risiko substansial terhadap pertanian, kesehatan,
persediaan air, produksi pangan, nutrisi, ekosistem, keamanan energi, dan
infrastruktur. Secara global kita dapat melihat di seluruh wilayah Afrika, Asia dan
Amerika Latin serta Karibia, dimana terjadi perubahan pola cuaca yang
menyebabkan rendahnya hasil pertanian, berdampak negatif terhadap
ketahanan pangan, penghidupan dan pendapatan masyarakat. Berdasarkan hal
tersebut, maka timbul urgensi terkait upaya nasional untuk memastikan adaptasi
dan ketahanan terhadap perubahan iklim, dimana hal tersebut bisa terjadi
apabila terdapat kerjasama dari seluruh sektor untuk menerapkan SDGs
(Ogbonna, 2015). Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh
HR Wallingford dan Metroeconomica (2015) mengungkapkan bahwa perubahan
iklim memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan mencapai SDGs
pada tahun 2030, baik dalam level global maupun dalam level nasional.
Perubahan iklim memiliki dampak yang langsung dan signifikan terhadap
keberhasilan SDG.
9

2.3 UPAYA PEMERINTAH MENGHADAPI CLIMATE ACTION

Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim


mengadakan serangkaian diskusi dan kajian yang membahas tentang perubahan
iklim dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development
Goals (SDG). Diskusi ini penting untuk mengarusutamakan perubahan iklim dan
tujuan pembangunan berkelanjutan di kalangan Kementerian dan Lembaga dan
juga aktor nonpemerintah. Tahun 2015 menghasilkan beberapa kesepakatan
penting di tingkat global yang mengatur kehidupan masyarakat seluruh bumi.
Pada tahun tersebut, sebanyak 193 negara anggota PBB mengadopsi
agenda Sustainable Development Goals (SDGs) yang berisikan 17 Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan. SDGs memiliki target untuk mengakhiri kemiskinan
pada tahun 2030 dan membangun masa depan yang berkelanjutan.
Pada tahun yang sama, sebanyak 196 Negara Pihak Konvensi Kerangka
Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) mengadopsi Kesepakatan Paris
yang bertujuan untuk mencegah kenaikan suhu bumi sebesar 2 derajat celcius,
dan mengupayakannya tidak melampaui 1,5 derajat celcius pada akhir abad ini,
dibandingkan dengan rata-rata suhu bumi sebelum revolusi industri.
Kesepakatan Paris merupakan tonggak sejarah untuk memerangi perubahan
iklim, meningkatkan aksi dan investasi menuju masa depan yang rendah karbon,
berketahanan iklim, dan berkelanjutan.
Salah satu poin dari SDGs memiliki fokus spesifik tentang perubahan
iklim (tujuan no. 13). Di lain pihak, aksi pengendalian perubahan iklim juga
memegang peran penting untuk keberhasilan pelaksanaan sebagian besar poin
tujuan yang lainnya. Dari 17 tujuan SDGs terdapat 12 tujuan yang memiliki target
terkait iklim, yang terkait dengan isu energi, kehutanan, ketahanan pangan,
pendidikan. Semua ini akan mendukung keberhasilan implementasi Kesepatan
Paris.
Tidak ada satu pun negara di dunia yang tidak mengalami dampak
dramatis secara langsung dari perubahan iklim. Buangan gas rumah kaca terus
meningkat, dan saat ini levelnya berada pada 50 persen lebih tinggi
dibandingkan pada tahun 1990. Lebih jauh lagi, pemanasan global
mengakibatkan perubahan berkepanjangan pada sistem iklim kita, dan
konsekuensi yang terjadi tidak akan bisa diubah kecuali kita melakukan tindakan.
Kerugian rata-rata tahunan  akibat  gempa bumi, tsunami, badai tropis
dan banjir terhitung sekitar ratusan miliar dolar, dan ini membutuhkan investasi
10

sebesar US$6 miliar per tahun untuk biaya pengelolaan risiko bencana saja.
Tujuan ini berusaha mengumpulkan US$100 miliar per tahun pada 2020 untuk
memenuhi kebutuhan negara-negara berkembang dan membantu mengurangi
bencana akibat perubahan iklim.
Memperkuat kegigihan dan kapasitas adaptasi wilayah-wilayah yang lebih
rentan, seperti negara-negara di tengah benua dan negara kepulauan, harus
berjalan beriringan dengan  usaha meningkatkan kesadaran dan memasukkan
langkah-langkahnya pada kebijakan dan strategi nasional. Dengan adanya
kehendak politik dan penggunaan langkah teknologi secara luas, masih mungkin
bagi kita untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata secara global pada dua
derajat Celcius di atas level masa pra-industri. Ini membutuhkan tindakan
bersama dengan segera.
Menyadari perubahan iklim adalah satu dari 17 Tujuan Global yang
tersusun dalam Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030. Dan pendekatan
terpadu sangat penting demi kemajuan di seluruh tujuan. Berikut merupakan
target yang direncanakan oleh pemerintah dalam menangangi climate action :
1) Memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi terhadap bahaya terkait
iklim dan bencana alam di semua negara.
2) Mengintegrasikan tindakan antisipasi perubahan iklim ke dalam
kebijakan, strategi dan perencanaan nasional.
3) Meningkatkan pendidikan, penumbuhan kesadaran, serta kapasitas
manusia dan kelembagaan terkait mitigasi, adaptasi, pengurangan
dampak dan peringatan dini perubahan ikim.
4) Melaksanakan komitmen negara maju pada the United Nations
Framework Convention on Climate Change untuk tujuan mobilisasi dana
bersama sebesar 100 miliar dolar Amerika per tahun pada tahun 2020
dari semua sumber untuk mengatasi kebutuhan negara berkembang
dalam konteks aksi mitigasi yang bermanfaat dan transparansi dalam
pelaksanaannya dan mengoperasionalisasi secara penuh the Green
Climate Fund melalui kapitalisasi dana tersebut sesegera mungkin.
5) Menggalakkan mekanisme untuk meningkatkan kapasitas perencanaan
dan pengelolaan yang efektif terkait perubahan iklim di negara kurang
berkembang, negara berkembang pulau kecil, termasuk fokus pada
perempuan, pemuda, serta masyarakat lokal dan marjinal.
11
12

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Perubahan iklim (climate change) adalah kondisi beberapa unsur iklim


yang magnitude dan atau intensitasnya cenderung berubah atau menyimpang
dari dinamika dan kondisi rata-rata. Penyebab utama perubahan iklim adalah
kegiatan manusia (antropogenik) yang berkaitan dengan meningkatnya emisi
GRK.Perubahan iklim yang terjadi akibat emisi atau pelepasan gas rumah kaca
semakin hari makin mengancam kehidupan umat manusia dan keanekaragaman
hayati di muka bumi.
Dampak paling nyata dari perubahan iklim ialah menyebabkan terjadinya
peningkatan transpirasi yang pada akhirnya menurunkan tanaman pangan,
meningkatkan konsumsi air, dan mendorong berkembangnya penyakit, dimana
semua dampak tersebut menyebabkan ancaman ganda bahwa Indonesia akan
gagal mencapai SDGs di tahun 2030. Serangkaian dampak negatif yang
diakibatkan oleh perubahan iklim merupakan ancaman besar untuk mencapai
SDGs secara keseluruhan. Perubahan iklim menimbulkan risiko substansial
terhadap pertanian, kesehatan, persediaan air, produksi pangan, nutrisi,
ekosistem, keamanan energi, dan infrastruktur.
Upaya pemerintah menghadapi climate change: Memperkuat kapasitas
ketahanan dan adaptasi terhadap bahaya terkait iklim dan bencana alam di
semua negara, Mengintegrasikan tindakan antisipasi perubahan iklim ke dalam
kebijakan, strategi dan perencanaan nasional, Meningkatkan pendidikan,
penumbuhan kesadaran, serta kapasitas manusia dan kelembagaan terkait
mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan peringatan dini perubahan ikim,
Melaksanakan komitmen negara maju pada the United Nations Framework
Convention on Climate Change , Menggalakkan mekanisme untuk meningkatkan
kapasitas perencanaan dan pengelolaan yang efektif terkait perubahan iklim.
3.2 SARAN

1. Meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim dan


memperbaiki dampaknya melalui perancangan dan implementasi
langkah-langkah adaptasi perubahan iklim sesuai kerentanan, keadaan
ekonomi, situasi lingkan dan sosial
13

2. Meningkatkan kesadaran dan sosialisasi dampak resiko dari perubahan


iklim tidak hanya di kancah internasional tapi juga melalui diskusi publik
dengan masyarakat lokal, unutk meningkatkan pengetahuan dan
ketahanan lingkungan terhadap dampak jangka panjang adanya
perubahan iklim
3. Sebaiknya negara-negara saling bekerjasama untuk menyelesaikan
permasalaham dari ancaman kehilangan wilayahnya akibat perubahan
iklim. Terlebih lagi masalah perubahan iklim merupakan masalah global
yang berdampak pada seluruh negara-negara di dunia.
4. Ketidakpastian iklim masa depan sangat tinggi, sehingga disarankan
mengimplementasikan strategi adaptasi perubahan iklim yang bersifat no-
regret adaptation.
5. Untuk meningkatkan implementasi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
dapat dilakukan sejalan dengan tujuan pembangunan bidang lainnya (co-
benefit), terutama bagi masyarakat/pengusaha yang memiliki
keterbatasan pemahaman dan kepedulian perubahan iklim dan
dampaknya.
14

DAFTAR PUSTAKA

Antasena. 2017. Implementasi SDGs Dalam Penanganan Isu Perubahan Iklim.


https://issuu.com/antasena/docs/vol.2_no.2_jul-des2017/s/10202689.
Diakses online pada tanggal 14 April 2021.
Elizabeth, S. 2018. Supporting Sustainable Development Goals 2030 in
Indonesia: Is CONNECT the Answer?.
Sudarma, I.M. dan As-syakur, A.R., 2018. Dampak perubahan iklim terhadap
sektor pertanian di Provinsi Bali. SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi
Pertanian:87-98.

Anda mungkin juga menyukai