Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KASUS

“MOTIVASI KERJA”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Industri & Organisasi

Disusun Oleh:

RIZKI PRAHMANA

Dosen Pengampu:

JASMADI, S.Psi., M.A., Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2019
A. Latar Belakang
Subjek mengalami penurunan motivasi kerja dan performa kerja, hal ini terlihat
dari subjek sering terlambat untuk masuk kantor, dan memiliki sifat kurang produktif
dalam pekerjaan, seperti tidak ada semangat kerja, sering tidak masuk, dan sering
menunda-menunda pekerjaan sehingga mengakibatkan pada beberapa kali terjadi mutasi
pada subjek. Hal tersebut salah satunya dapat disebabkan karena subjek merupakan
pemakai obat-obatan terlarang, kemudian adanya pengaruh kondisi keluarga yang tidak
harmonis terhadap subjek sehingga menyebabkan menurunnya motivasi dan performa
kerja subjek.
Permasalahan yang menjadi hambatan bagi subjek dalam meningkatkan performa
kerja dan mengatasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan sehingga menyebabkan mutasi
kerja yang diberlakukan kepada subjek beberapa kali, diantaranya yaitu karena kurang
perhatian, ketidakmampuan, keterlambatan atau kemalasan sehingga agar dapat
melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan motivasi dan performa kerja pada subjek.

B. Landasan Teori
1. Teori Dua Faktor Hezberg

Frederick Herzberg (Hasibuan, 1990 : 177) mengemukakan teori motivasi


berdasar teori dua faktor yaitu faktor higiene dan motivator. Herzberg menyatakan
bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang
merupakan kebutuhan, yaitu :
a) Maintenance Factors
Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat
manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini
merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini
akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi.
b) Motivation Factors
Adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang
yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Faktor motivasi ini
berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung
dengan pekerjaan.
2. Penerapan Teori Dua Faktor Herzberg Dalam Organisasi
Dalam kehidupan organisasi, pemahaman terhadap motivasi bagi setiap pemimpin
sangat penting artinya, namun motivasi juga dirasakan sebagai sesuatu yang sulit. Hal
ini dikemukakan oleh Wahjosumidjo (1994 : 173) sebagai berikut :
a) Motivasi sebagai suatu yang penting (important subject) karena peran pemimpin itu
sendiri kaitannya dengan bawahan. Setiap pemimpin tidak boleh tidak harus
bekerja bersama-sama dan melalui orang lain atau bawahan, untuk itu diperlukan
kemampuan memberikan motivasi kepada bawahan.
b) Motivasi sebagai suatu yang sulit (puzzling subject), karena motivasi sendiri tidak
bisa diamati dan diukur secara pasti. Dan untuk mengamati dan mengukur motivasi
berarti harus mengkaji lebih jauh perilaku bawahan. Disamping itu juga disebabkan
adanya teori motivasi yang berbeda satu sama lain.

Kedua, teori Herzberg lebih eksplisit dari teori hirarki kebutuhan Maslow,
khususnya mengenai hubungan antara kebutuhan dengan performa pekerjaan. Teori ini
dikemukakan oleh Frederick Herzberg tahun 1966 yang merupakan pengembangan
dari teori hirarki kebutuhan menurut Maslow.
Teori Herzberg memberikan dua kontribusi penting bagi pimpinan organisasi
dalam memotivasi karyawan. Pertama, teori ini lebih eksplisit dari teori hirarki
kebutuhan Maslow, khususnya mengenai hubungan antara kebutuhan dalam performa
pekerjaan. Kedua, kerangka ini membangkitkan model aplikasi, pemerkayaan
pekerjaan (Leidecker and Hall dalam Timpe, 1999 : 13).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap akuntan dan ahli teknik Amerika Serikat
dari berbagai Industri, Herzberg mengembangkan teori motivasi dua faktor (Cushway
and Lodge, 1995 : 138. Menurut teori ini ada dua faktor yang mempengaruhi kondisi
pekerjaan seseorang, yaitu faktor pemuas (motivation factor) yang disebut juga dengan
satisfier atau intrinsic motivation dan faktor kesehatan (hygienes) yang juga disebut
disatisfier atau ekstrinsic motivation.
Teori Herzberg ini melihat ada dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi
yaitu faktor intrinsik yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing
orang, dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang,
terutama dari organisasi tempatnya bekerja.
Jadi karyawan yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi pekerjaan yang
memungkinnya menggunakan kreaktivitas dan inovasinya, bekerja dengan tingkat
otonomi yang tinggi dan tidak perlu diawasi dengan ketat. Kepuasan disini tidak
terutama dikaitkan dengan perolehan hal-hal yang bersifat materi. Sebaliknya, mereka
yang lebih terdorong oleh faktor-faktor ekstrinsik cenderung melihat kepada apa yang
diberikan oleh organisasi kepada mereka dan kinerjanya diarahkan kepada perolehan
hal-hal yang diinginkannya dari organisasi (dalam Sondang, 2002 : 107).
Adapun yang merupakan faktor motivasi menurut Herzberg adalah: pekerjaan itu
sendiri (the work it self), prestasi yang diraih (achievement), peluang untuk maju
(advancement), pengakuan orang lain (ricognition), tanggung jawab (responsible).
Menurut Herzberg faktor hygienis/extrinsic factor tidak akan mendorong minat
para pegawai untuk berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak
dapat memuaskan dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak
menyenangkan, faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial
(Cushway & Lodge, 1995 : 139).
Sedangkan faktor motivation/intrinsic factor merupakan faktor yang mendorong
semangat guna mencapai kinerja yang lebih tinggi. Jadi pemuasan terhadap kebutuhan
tingkat tinggi (faktor motivasi) lebih memungkinkan seseorang untuk berforma tinggi
daripada pemuasan kebutuhan lebih rendah (hygienis) (Leidecker & Hall dalam
Timpe, 1999 : 13).
Dari teori Herzberg tersebut, uang/gaji tidak dimasukkan sebagai faktor motivasi
dan ini mendapat kritikan oleh para ahli. Pekerjaan kerah biru sering kali dilakukan
oleh mereka bukan karena faktor intrinsik yang mereka peroleh dari pekerjaan itu,
tetapi kerena pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka (Cushway &
Lodge, 1995 : 139).Phyrman.
C. Analisa Kasus
Teori motivasi kerja Herzberg sangat cocok apabila dianalisa dalam kasus ini,
karena subjek mempunyai permasalahan terhadap penurunan motivasi yang
mengakibatkan menurunnya performa kerja, motivasi kerja sangat berdampak terhadap
performa kerja jika motivasinya tinggi maka performanya akan baik begitu pula
sebaliknya, berdasarkan uraian di atas subjek memiliki permasalahan motivasi kerja yang
berujung pada penurunan performa kerja, dapat disimpulkan anggapan subjek mengenai
kondisinya sekarang dipengaruhi oleh dua hal, yaitu diri sendiri, dan lingkungan sekitar
(keluarga) hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Herzberg bahwasanya
motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik (dari diri sendiri) dan motivasi
ekstrinsik (dari lingkungan sekitar).
Motivasi kerja erat kaitannya dengan performa kerja, dimana pada kasus ini subjek
yang mengalami ketidakharmonisan keluarga dan faktor pengaruh dari masa lalu subjek
yang berkebutuhan pada obat-obatan menjadi penyebab utama dalam ke-efektifan dan
performa kerja subjek. Hal ini sangat berpengaruh terhadap keorganisasian atau
kelembagaan karena dapat memberikan dampak negative baik terhadap instansi/lembaga
atau bahkan terhadap iklim dan budaya organisasi yang memungkinkan berpengaruh
terhadap lingkungan sekitar (anggota/karyawan), oleh sebab itu instansi harus menyadari
dan dapat menyikapi secara langsung terhadap anggota yang mengalami masalah serius
baik motivasi kerja, menurunnya performa kerja, ataupun permasalahan lainnya melalui
penanggulangan yang diaplikasikan dalam kebijakan instansi.

D. Saran Penanganan
Berdasarkan hasil wawancara subjek untuk meningkat motivasi dan performa
kerja dapat dilakukan dengan teori dua faktor dari Herzberg yang menyebutkan bahwa
adanya maintenance factor dan motivation factor yang seharusnya dapat diidentifikasi
dan melakukan peningkatan adapun langkah yang dapat dilakukan berdasarkan teori dua
faktor, yaitu :
1. Kesesuaian Pekerjaan dengan Passion
2. Memberikan Penghargaan terhadap prestasi yang diraih
3. Memberikan Kesempatan yang dapat berpeluang untuk maju
4. Memberikan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan
5. Berlakukan reward dan punishment sesuai aturan yang berlaku

E. Kesimpulan
Motivasi kerja sangat erat kaitannya dengan performa kerja, dimana pada kasus
ini subjek yang mengalami ketidakharmonisan keluarga dan faktor pengaruh dari masa
lalu subjek yang berkebutuhan pada obat-obatan menjadi penyebab utama dalam ke-
efektifan dan performa kerja subjek. Hal ini sangat berpengaruh terhadap keorganisasian
atau kelembagaan karena dapat memberikan dampak negative terhadap instansi/lembaga
atau bahkan terhadap iklim dan budaya organisasi yang memungkinkan berpengaruh
terhadap lingkungan sekitar (anggota/karyawan).
Jadi, adapun yang menjadi hal utama dalam membangkitkan motivasi kerja
seseorang adalah memberikan kesesuaian pekerjaan dengan Passion pekerja.
Memberikan penghargaan terhadap prestasi yang diraih oleh pekerja. Memberikan
kesempatan kepada pekerja yang dapat berpeluang untuk maju Memberikan tanggung
jawab sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh pekerja. Berlakukan reward dan
punishment sesuai aturan yang berlaku pada perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Cushway & Lodge (2013). Teori Motivasi Dua Faktor Herzberg.


http://globallivebook.blogspot.com/2013/07/teori-motivasi-dua-faktor-herzberg-
1966.html, di akses pada tanggal 20 Juni 2019

Hasibuan, M., S., P. (2005). Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta :
PT. Bumi Aksara Kutipan Siagian dalam Buku Manullang (2000 :193)

Maulana, A. (2011). Teori Motivasi Frederick Herzberg.


http://fuhrend.blogspot.com/2011/11/sekilas-tentang-teori-dua-faktor.html, diakses
pada tanggal 20 Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai