DISUSUN OLEH:
TINGKAT 3 REGULER 1
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2023
KATA PENGATAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Kebijakan Kesehatan
Nasional Dengan Judul Makalah MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) .
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada yang
telah membimbing kami dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
COVER............................................................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................................
1.2 TUJUAN ............................................................................................................
1.3 MANFAAT .........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
2.1 SEJARAH MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs).........................
2.2 DEFINISI MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs)........................
2.3 TUJUAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs)..........................
2.4 PERKEMBENGAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs)
DI INDONESIA ..................................................................................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................................
1.1 KESIMPULAN..................................................................................................
1.2 SARAN .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
MDGs dideklarasikan pada bulan september tahun 2000, disepakati oleh 189 negara
dan ditandatangi oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara dalam Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat.
Dalam KTT tersebut seluruh perwakilan negara yang hadir sepakat untuk menurunkan
proporsi penduduk yang pendapatannya kurang dari US$ 1 per hari menjadi setengahnya
antara periode 1990-2015, menemukan solusi untuk: mengatasi kelaparan, masalah gizi buruk
dan penyakit, mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menjamin
pendidikan dasar bagi setiap orang dan mendukung prinsip-prinsip Agenda 21 mengenai
pembangunan berkelanjutan serta dukungan langsung dari negara-negara maju kepada
negara-negara berkembang dalam bentuk bantuan, perdagangan, pembebasan utang dan
investasi.
Fokus utama dalam MDGs adalah pembangunan manusia, dengan meletakkan dasar
pada konsensus dan kemitraan global untuk pembangunan. Diharapkan, negara-negara yang
lebih kaya dapat mendukung negara-negara miskin dan berkembang dalam melaksanakan
tugas pembangunan mereka.
Sekretariat dan beberapa agen pembangunan PBB bersama perwakilan berbagai
lembaga internasional seperti IMF, Bank Dunia dan OECD serta ahli pembangunan
internasional lainnya menetapkan delapan tujuan pembangunan milenium dengan satu atau
beberapa target untuk setiap tujuan (seluruhnya ada 18 target), serta 48 indikator untuk
memonitor dan mengukur kemajuan target-target dan tujuan-tujuan yang ditetapkan, antara
periode 1990 – 2015.
Dengan menetapkan berbagai target serta indikator, diharapkan setiap negara yang
berkomitmen untuk mencapai MDGs dapat lebih mudah memberikan gambaran pencapaian
pembangunan manusia di negaranya. Meskipun merupakan kesepakatan global, MDGs tetap
diarahkan untuk mengakomodasi nilai-nilai lokal sesuai dengan karakteristik masing-masing
negara, agar setiap negara lebih mudah melaksanakan usaha-usaha pembangunan dalam
mencapai MDGs.
Untuk beberapa tujuan, diantaranya kemiskinan, pendidikan, kesehatan dan
perlindungan terhadap lingkungan, Indonesia bersama negara-negara lainnya, menetapkan
target-target yang ambisius namun sangat mungkin untuk dicapai. Kebanyakan dari target
tersebut mesti dicapai pada 2015. Oleh karena itu, tahun 2008 menjadi penting, karena tahun
ini adalah pertengahan dari target 2015. Melihat pencapaian sampai saat ini, Indonesia
sepatutnya berbangga hati.
Kita telah secara nyata mengurangi kemiskinan, dan hampir semua anak laki-laki dan
perempuan dapat masuk ke sekolah dasar. Tetapi masih menuntut kerja keras dalam bidang
yang lan. Tingginya angka kematian ibu melahirkan dan belum cukup usaha kita untuk
melindungi lingkungan merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan secara sungguh-
sungguh. Walaupun kita sudah mencapai banyak kemajuan, tetapi masih diperlukan kerja
keras untuk mencapai semua sasaran MDGs.
Indikator pertama adalah prevalensi anak usia di bawah lima tahun (balita)
dengan berat badan kurang. Angka saat ini adalah 28% dan nampaknya akan
meningkat. Dengan angka ini, jelas kita tidak (akan) mencapai target. Indikator
kedua adalah proporsi penduduk yang mengkonsumsi kebutuhan minimum per-
harinya. Dengan menggunakan perhitungan FAO, tampaknya Indonesia masih
berada di jalur yang benar untuk mencapai target MDGs ini.
Tindak Lanjut
Pencapaian tujuan MDG yang pertama tahun 2015 hanya akan dapat
dilakukan dengan keikutsertaan dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan di
setiap kabupaten dan kota. Masyarakat miskin di Indonesia memerkukan akses
yang lebih baik untuk mendapatkan makanan, air bersih, pelayanan kesehatan
dasar dan pendidikan. Masyarakat miskin juga membutuhkan jalan dan
infrastruktur lain untuk mendukung aktivitas ekonomi, dan membuka akses pasar
untuk menjual produksi mereka. Tingkat pendapatan masyarakat miskin di
Indonesia akan meningkat dengan peningkatan kesempatan kerja dan
pengembangan usaha. Perubahan mendasar perlu dilakukan pada tingkat
pembuatan kebijakan. Kebijakan yang pro-kemiskinan harus mulai
dikembangkan. Dalam era desentralisasi, tanggungjawab pembuatan kebijakan
dan penganggaran dibuat di tingkat lokal oleh pemerintahan daerah. Masyarakat
sipil dan kalangan swasta, media dan akademisi dapat pula membantu pemerintah
dengan menyampaikan kebutuhan kaum miskin melalui advokasi dan keterlibatan
langsung dengan pembuat kebijakan.
Keluarga dan kelompok masyarakat di seluruh Indonesia juga harus
diberdayakan untuk lebih berperan aktif dalam menentukan dan meraih yang
mereka perlukan. Pembangunan berkelanjutan harus dimulai dari akar rumput,
dan kemudian bergerak ke tingkat yang lebih tinggi. Untuk membantu kaum
miskin agar lebih sejahtera, mereka harus diberi sumber daya yang cukup untuk
membantu mereka tumbuh dan menjadi sejahtera.
Target 5: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara 1990
dan 2015
Karena itu, indikator utama tujuan ini adalah angka kematian anak di bawah lima
tahun (balita). Target MDGs adalah untuk mengurangi dua pertiga angka tahun
1990. Saat itu, jumlahnya 97 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Target saat ini
adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Dengan demikian, Indonesia cukup
berhasil. Indikator kedua adalah proporsi anak usia satu tahun yang mendapat
imunisasi campak. Angka ini telah meningkat,menjadi 71,6% untuk bayi dan
82,2% untuk anak dibawah 23 bulan pada 2006, namun perlu lebih ditingkatkan
lagi.
Bayi adalah anak berusia di bawah satu tahun. Ketika melihat pada angka
kematian anak, kita biasanya merujuk pada anak di bawah usia lima tahun (balita).
Ini merupakan pembedaan yang bermanfaat, seperti yang bisa dilihat pada
Gambar 4.1. Gambar tersebut menunjukkan proporsi anak yang meninggal, baik
ketika masih bayi ataupun sebelum mencapai usia lima tahun. Jelas bahwa kita
mencapai kemajuan karena proporsi balita yang meninggal kurang dari separuh
angka tahun 1990. Pada 2005, angkanya sekitar 40 per 1.000 kelahiran hidup.
MDGs menargetkan pengurangan angka tahun 1990 menjadi duapertiganya.
Artinya, kita harus menurunkannya dari 97 kematian menjadi 32.
Tindak Lanjut
Program Nasional Anak Indonesia menjadikan issu kematian bayi dan balita
sebagai salah satu bagian terpenting. Program tersebut merupakan bagian dari Visi
Anak Indonesia 2015, sebuah gerakan yang melibatkan seluruh komponen
masyarakat, dari mulai pemerintah, sektor swasta hingga akademisi dan
masyarakat sipil. Bersama-sama, kelompok ini berusaha meningkatkan kualitas
kesehatan dan kesejaheraan Bayi dan Balita. Selain mempromosikan hidup sehat
untuk anak dan peningkatan akses dan kualitas terhadap pelayanan kesehatan yang
komprehensif, bagian dari Target keempat MDG adalah untuk meningkatkan
proporsi kelahiran yang dibantu tenaga terlatih, sehingga diharapkan terjadi
perubahan perilaku di masyarakat untuk lebih aktif mencari pelayanan kesehatan,
terutama untuk anak dan balita.
Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990
dan 2015.
Data tersedia yang terdekat dengan tahun 1990 berasal dari tahun 1995.
Berdasarkan data-data tersebut, target yang harus dicapai adalah 110. Melihat
kecenderungan saat ini, Indonesia tidak akan mencapai target. Indikator kedua
yaitu proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, saat ini
menunjukkan angka 72,4%.
Tindak Lanjut
Yang sangat diperlukan oleh Ibu adalah peningkatan akses terhadap pelayana
kesehatan berualitas untuk ibu dan anak, terutama selama dan segera setelah
kelahiran. Selain peningkatan pelayanan kesehatan, perlu juga diadakan
perubahan perilaku masyarakat yang paling rentan terhadap kematian ibu. Hal ini
termasuk peningkatan pengetahuan keluarga mengenai status kesehatan dan
nurtisi, serta pemberitahuan mengenai jangkauan dan macam pelayanan yang
dapat mereka pergunakan. Pemerintah juga perlu untuk meningkatkan sistem
pemantauan untuk mencapai tujuan MDG ke 5. Peningkatan sistem pendataan
terutama aspek manajemen dan aliran informasi terutama data dasar infrastruktur
kesehatan, serta koordinasi antara instansi terkait dengan masyarakat donor juga
perlu ditingkatkan untuk untuk menghindari overlap dan kegiatan yang tidak tepat
sasaran, sehingga peningkatan kesehatan ibu dapat dicapai secara lebih efektif dan
efisien.
Malaria – Tingkat kejadian hingga 18.6 juta kasus per tahun. Jumlah ini
mungkin sudah turun. Tuberkulosis (TBC) – Prevalensi: 262 per 100.000 atau
setara dengan 582.000 kasus setiap tahunnya. Deteksi kasus: 68%. Angka
keberhasilan pengobatan DOTS: lebih dari 91%.
Tindak Lanjut
Indikator pertama adalah proporsi lahan berupa tutupan hutan. Berdasar citra
satelit, jumlahnya sekitar 49,9%, atau bahkan mungkin sudah lebih rendah dari
angka tersebut. Namun citra Landsat merupakan citra satelit dengan resolusi
rendah dan mungkin tidak terlalu sesuai untuk melacak perubahan. Indikator lain
adalah rasio kawasan lindung untuk mempertahankan keragaman hayati. Pada
2006 rasio tersebut adalah 29,5% meskipun sebagian dari jumlah tersebut telah
dirambah.
Sejauh ini, angka terkini tentang emisi karbon dioksida per kapita adalah 1,34
sedangkan konsumsi bahanbahan perusak lapisan ozon masih pada tingkat 6.544
metrik-ton. Proporsi rumah tangga yang menggunakan bahan bakar padat pada
2004 adalah 47,5%.
Target 10: Menurunkan separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses
yang berkelanjutan terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar pada 2015
Pada tahun 2006, 52,1% penduduk memiliki akses terhadap air minum yang
aman dan kita hampir berhasil untuk mencapai target 67%. Untuk sanitasi kita
nampaknya telah melampaui target 65%, karena telah mencapai cakupan sebesar
69.3%, meskipun banyak dari pencapaian ini berkualitas rendah.
Target 11: Pada 2020 telah mencapai perbaikan signifikan dalam kehidupan
(setidaknya) 100 juta penghuni kawasan kumuh
Meskipun 84% rumah tangga telah memiliki hak penguasaan yang aman, baik
dengan memiliki ataupun menyewa, namun jumlah komunitas kumuh yang
memiliki akses terbatas pada layanan dan keamanan semakin meningkat.
Tindak Lanjut
B. Saran
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi
kesempurnaan makalah yang penulis susun ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dyah Ratih Sulistyastuti. 2007. Pembangunan Pendidikan Dan MDGS Di
Indonesia.Yogyakarta
Peter Stalker. 2007. Kita Suarakan Millenium Development Goals (MDGs)Demi
Pencapaiannya di Indonesia. Jakarta; BAPPENAS dan UNDP
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/mediakom/20110624/431226/mdgs-dan-
kesehatan/