Anda di halaman 1dari 16

TUJUAN PEMBANGUNAN MILLENIUM DALAM

MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

OLEH:
1. A. DINI HARDINA ILHAM 0124.02.52.2020
2. MUH ABIZAR QIFFARI 0112.02.52.2020
3. ANDI MUHAMMAD ALIFFAR AFFAN
0114.02.52.2020

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat

menyelesaikan makalah Hukum dan Kependudukan yang berjudul

“Tujuan Pembangunan Millenium dalam Memastikan Kelestarian

Lingkungan Hidup”. Dan juga penulis berterima kasih kepada Dosen mata

kuliah Hukum dan Kependudukan yang telah memberikan tugas ini

kepada penulis.

Dalam pembuatan ini, penulis juga mengucapkan rasa hormat dan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah

membantu selama proses penyusunan ini.

Penulis menyadari bahwa ini masih jauh dari kesempurnaan baik

materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan

masukan, kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak guna

penyempurnaan ini. Penulis berharap semoga ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 4

A. Kendala Indonesia dalam pencapaian Millenium Development

Goals mengenai memastikan kelestarian lingkungan hidup....................... 4

B. Upaya Indonesia dalam mencapai Millenium Development Goals

mengenai memastikan kelestarian lingkungan hidup.................................. 8

BAB III PENUTUP ......................................................................................

10

A. Kesimpulan ......................................................................................

10

B. Saran ...............................................................................................

10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

12

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang

berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial,

ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk kesejahteraan

masyarakat. Pembangunan yang dilaksanakan selama ini cenderung

memanfaatkan sumber daya alam dengan semena-mena, tanpa

memperhatikan aspek lingkungan yang ada. Akibatnya kerusakan dan

pencemaran lingkungan semakin sering terjadi (Isbandi, 2005).

Dampak-dampak tersebut dapat merugikan atau mengganggu

kehidupan manusia. Perhatian dunia terhadap masalah lingkungan yang

terjadi sudah lama dilakukan. Dimulai dari dilaksanakannya Konferensi

Tingkat Tinggi (KTT) di Stockholm, Swedia tahun 1972. Dalam konferensi

tersebut dicapai kesepakatan tentang hubungan antara masalah

lingkungan yang terkait dengan pembagunan berkelanjutan. Sejak saat itu

konsep pembangunan yang ramah lingkungan mulai diimplementasikan

dalam pelaksanaan pembangunan oleh berbagai negara. Pada tahun

2000, para pemimpin dunia menyepakati tentang 8 tujuan pembagunan

global yang spesifik dan terukur yang disebut Millenium Development

Goals (MDGs).
Masyarakat sejahtera adalah masyarakat yang dapat menikmati

kemakmuran secara utuh, tidak miskin, tidak menderita kelaparan,

menikmati pelayanan pendidikan secara layak, mampu

mengimplementasikan kesetaraan gender, dan merasakan fasilitas

kesehatan secara merata. Kehidupan sejahtera ditandai pula dengan

berkurangnya penyakit berbahaya dan menular, masyarakat hidup dalam

kawasan lingkungan yang lebih ramah dan hijau, memiliki fasilitas

lingkungan dan perumahan yang sehat, dan senantiasa mempunyai mitra

dalam menjaga keberlanjutannya.

Selanjutnya, ada beberapa hal yang menjadi indikator

pembangunan untuk mencapai target MDGs pada tahun 2015, yakni : (1)

adanya pengurangan kemiskinan dan kelaparan; (2) pencapaian

pendidikan dasar untuk semua; (3) mendorong kesetaraan gender dan

pemberdayaan perempuan; (4) menurunkan angka kematian anak; (5)

meningkatkan kesehatan ibu; (6) memerangi HIV/ AIDS, malaria, dan

penyakit menular lainnya; (7) memastikan kelestarian lingkungan hidup;

dan (8) membangun kemitraan global untuk pembangunan. (Bappenas,

2010, hal : 5-7).

Perlu dicatat bahwa saat ini Indonesia berkomitmen dalam

pencapaian hal tersebut demi menciptakan kesejahteraan masyarakatnya.

Tentu pencapaian tersebut tidak akan terealisasi secara maksimal jika

tidak ditunjang oleh pembangunan manusia di tingkat lokal. Oleh karena

itu, pembangunan manusia di tingkat lokal akan berkontribusi terhadap

2
pembangunan manusia di tingkat nasional, atau pencapaian MDGs di

tingkat lokal akan berkontribusi pada pencapaian MDGs nasional.

Pembangunan di Indonesia telah banyak mengorbankan

lingkungan alam. Kita menebang pohon, merusak lahan, membanjiri

sungai-sungai dan jalur air serta atmosfer dengan lebih banyak polutan.

Tujuan MDGs ketujuh adalah untuk menghalangi kerusakan ini. Pertama,

tujuan ini menelaah seberapa besar wilayah kita yang tertutup oleh pohon.

Ini penting bagi Indonesia karena kita memiliki sejumlah hutan yang paling

kaya dan paling beragam di dunia. Namun tidak untuk jangka waktu yang

terlalu lama lagi. Selama periode 1997 hingga 2000, kita kehilangan 3,5

juta hektar hutan per tahun25, atau seluas propinsi Kalimantan Selatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi kendala dalam pencapaian Millenium

Development Goals yang mengenai memastikan kelestarian

lingkungan hidup?

2. Bagaimana upaya indonesia dalam mencapai Millenium

Development Goals yang mengenai memastikan kelestarian

lingkungan hidup?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kendala Indonesia dalam pencapaian Millenium Development

Goals mengenai memastikan kelestarian lingkungan hidup

Para kepala negara dan pemerintahan telah sepakat bahwa tujuan-

tujuan di dalam MDG telah berhasil membuat banyak negara keluar dari

kemiskinan. Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak

pula negara-negara terutama negara berkembang yang masih mengalami

kesulitan dalam mencapai tujuan-tujuan yang terdapat dalam MDG.

Sebanyak 1,5 miliar penduduk dunia masih berada dibawah standar garis

kemiskinan yang ditetapkan oleh PBB yakni 1 dollar AS per hari.

Sementara di beberapa negara di Asia sebanyak 824 juta penduduk

mengalami kelangkaan pangan serta 500 juta penduduk terancam

kelaparan dan kurang gizi dan 170 juta diantaranya adalah anak balita.

Angka kematian balita pun telah mencapai 26.000 anak setiap harinya,

sedangkan kematian ibu melahirkan telah mencapai 500.000 orang per

tahun. Sementara 100 juta anak lainnya tidak menikmati pendidikan

dasar. Kondisi seperti inilah yang perlu diatasi oleh semua negara. Sebab,

meskipun MDG merupakan hasil kesepakatan dari semua kepala negara

maupun pemerintahan di seluruh dunia, namun pada waktu

pengimplementasiannya MDG lebih diarahkan kepada pencapaian di

masing-masing negara. Hal ini pada dasarnya sesuai dengan Resolusi

PBB nomor 55/2 yang mencantumkan bahwa MDG menempatkan

4
pembangunan manusia sebagai fokus, terutama pada masyarakat yang

rentan terhadap kemiskinan serta terhadap anak-anak, selaku generasi

mendatang.

Sama halnya dengan negara berkembang lainnya, Indonesia pun

masih memiliki beberapa target lainnya yang masih memerlukan usaha

keras dalam pencapaiannya. Sekalipun belum mampu mencapai tujuan

MDG secara keseluruhan, ini tidak berarti Indonesia tidak sungguh-

sungguh dalam memenuhi komitmennya untuk mengentaskan kemiskinan

dan mencapai seluruh tujuantujuan yang terdapat di dalam MDG.

Ketidakmampuan ini lebih dilatarbelakangi oleh kendala-kendala yang

dihadapi Indonesia dalam memenuhi komitmennya sekalipun pemerintah

telah berupaya untuk mencapainya.

Tujuan ke-7: Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup. Pada

tujuan pelestarian lingkungan hidup, Indonesia tetap berkomitmen untuk

meningkatkan luas tutupan hutan, pemberantasan pembalakan liar, dan

melaksanakan kebijakan penurunan emisi karbon dioksida paling sedikit

26 persen selama 20 tahun ke depan. Kendati demikian, tingkat emisi gas

rumah kaca di Indonesia masih termasuk tinggi. Jumlah emisi karbon di

Indonesia telah mengalami peningkatan dari 1,416,074 GgCO2 e pada

tahun 2000 menjadi 1,711,626 GgCO2 e pada tahun 2008. Peningkatan

ini memerlukan perhatian khusus dari pemerintah apabila pemerintah

menginginkan tercapainya target sebesar 26 persen pada tahun 2020.

Terlebih lagi dengan adanya peningkatan jumlah konsumsi energi primer

5
(per kapita) yakni sebesar 2.64 SBM pada tahun 1991 menjadi 4.3 SBM

pada tahun 2008. Apabila jumlah konsumsi energi ini meningkat secara

terus menerus maka Indonesia tidak akan dapat mencapai pembangunan

yang berkelanjutan. Untuk itu, Indonesia memerlukan pengembangan

teknologi yang ramah lingkungan.

Pengembangan teknologi yang ramah lingkungan ini,

membutuhkan dana besar ketimbang pembangkit energi dengan

menggunakan bahan bakar dari fosil. Sampai saat ini, pengembangan

teknologi yang ramah lingkungan masih dikuasai oleh negara-negara

maju. Sementara Indonesia sendiri pun masih tergantung pada bahan

bakar fosil karena biayanya yang masih lebih murah. Selain itu, Indonesia

masih belum mempunyai dana khusus untuk pengembangan teknologi

yang ramah lingkungan sebagaimana yang dimiliki oleh negara maju

untuk dapat mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Jadi, adalah

wajar apabila Indonesia masih membutuhkan bantuan dari negara maju

untuk dana pengembangan teknologi ramah lingkungan.

Upaya pelestarian lingkungan hidup di Indonesia pun memiliki

kendala dalam mengakses air bersih. Indonesia khususnya di bagian

timur juga masih mengalami kesulitan akses terhadap air bersih. Hanya

47,73 persen rumah tangga di Indonesia yang memiliki akses

berkelanjutan terhadap air bersih. Padahal Indonesia memiliki sekitar 6

persen persediaan air di dunia yakni sebesar 16.800 m3 /kapita/tahun

6
(Indeks Ketersediaan Air/IKA). Bahkan diperkirakan terdapat 119 juta

penduduk belum memiliki akses terhadap air bersih.

Potensi ketersediaan air bersih kian lama kian berkurang karena

pemerintah (pusat dan daerah) lebih mengutamakan lahan resapan air

untuk pembangunan ekonomi ketimbang pelestarian lingkungan. Hal ini

pun semakin diperparah dengan maraknya pencemaran lingkungan.

Sekitar 80 persen pencemaran lingkungan ke sungai terutama yang

melalui wilayah perkotaan berasal dari air limbah domestik. Limbah ini

pula yang mengakibatkan penurunan kualitas air sungai. Sementara

sisanya berasal dari usaha skala kecil (peternakan dan pertanian) serta

kegiatan industri. Di samping itu, banyaknya jumlah sampah yang dibuang

masyarakat ke sungai juga menambah penurunan kualitas air sungai.

Selain terkendala dengan ketersediaan air bersih, Indonesia juga

mengalami kendala terhadap sanitasi. Kepala Sub Direktorat Air Minum

dan Air Limbah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nugroho Tri

Utomo menyatakan bahwa sebanyak 70 juta penduduk Indonesia masih

membuang air sembarangan karena tidak bisa mengakses fasilitas

sanitasi yang memadai. Menurutnya, kondisi sanitasi di Indonesia

sebenarnya bisa diperbaiki selama lima tahun dengan dana Rp56 triliun

saja. Namun pemerintah pusat hanya mampu menganggarkan Rp14,7

triliun dalam lima tahun mendatang. Indonesia pun membutuhkan

kenaikan akses sebesar 11 persen dalam lima tahun karena pertumbuhan

akses layanan sanitasi hanya 0,5 persen per tahun, harus dipacu lagi

7
menjadi 2 persen per tahun. Sementara target MDG menetapkan bahwa

sebanyak 62 persen keluarga Indonesia harus memiliki akses sanitasi

pada tahun 2015.

B. Upaya Indonesia dalam mencapai Millenium Development

Goals mengenai memastikan kelestarian lingkungan hidup

Upaya pencapaian MDGs merupakan sebuah rangkaian proses

jangka panjang berkesinambungan. Hal ini bukan merupakan hal yang

mudah, terutama pada saat Indonesia masih berada pada masa transisi

memulihkan diri dari krisis multidimensional yang diawali dengan krisis

ekonomi-moneter pada tahun 1997, menuju pemerintahan yang lebih

demokratis dan melaksanakan reformasi dihampir seluruh bidang

kehidupan. Hal ini membutuhkan kerjasama dari semua lapisan

masyarakat mulai dari pemerintah masyarakat, dunia usaha, dunia politik,

dan institusi akademis. Hal inilah yang akan di kaji dalam tulisan ini,

bagaimana strategi yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia dengan

menjalankan program-program pembangunan masyarakat untuk

mewujudkan tujuan pembangunan millennium.

Terkait dengan tujuan ke-7 yakni memastikan kelestarian

lingkungan hidup, Indonesia telah mengadakan upaya kerjasama bilateral

dengan Australia melalui penandatanganan Indonesia-Australia Forest

Carbon Partnership dan pengembangan Roadmap for Access to

International Carbon Markets. Kerjasama ini akan dilakukan melalui

8
berbagai program dan kegiatan pengurangan emisi karbon dari gas rumah

kaca, penebangan hutan, serta untuk mempromosikan konservasi

keanekaragaman hayati (biodiversity conservation). Sementara dengan

adanya akses ke pasar karbon internasional, diharapkan dapat

menyediakan investasi yang dibutuhkan untuk mengurangi emisi karbon

dalam jangka panjang.52 Sementara upaya yang perlu dilakukan

pemerintah dalam ketersediaan air bersih adalah melakukan tindakan

tegas terhadap para pelaku industri yang masih membuang air limbahnya

ke sungai, terutama limbah kosmetik. Selain itu perlu juga dilakukan

upaya penertiban terhadap warga yang bermukim di wilayah bantaran kali

agar wilayah tersebut dapat steril dari pemukiman penduduk serta

perubahan pola perilaku penduduk agar tidak membuang sampah ke kali.

Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi

masalah sanitasi adalah Gerakan Indonesia Bersih. Gerakan ini akan

melibatkan 15 Kementerian dan Lembaga. Keterlibatan kementerian dan

lembaga ini diperlukan karena untuk menanggulangi persoalan sanitasi

diperlukan adanya pendekatan yang terintegrasi. Pendekatan ini tidak

hanya terkait pada penyediaan prasarana dan sarana fisik, namun juga

terhadap dukungan tata aturan (hukum), beroperasinya kelembagaan

pengelola, adanya ketersediaan dana yang memadai terutama pada

dukungan sosio-kultural, seperti perhatian dan kepedulian (awareness)

masyarakat serta pimpinan pemerintah, provinsi maupun kabupaten/kota.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adanya perubahan yang signifikan di negara-negara yang berhasil

dalam mencapai Tujuan Pembangunan Millenium/Millenium Development

Goals (MDG) semakin membuktikan bahwa setiap negara memiliki

kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya

sebagaimana yang menjadi cita-cita MDG. Demikian pula dengan

Indonesia. Negara ini memiliki kesempatan yang sama dengan negara

lainnya untuk dapat mencapai kedelapan tujuan MDG. Dalam

implementasinya, Indonesia menemukan kendala-kendala dalam

mencapai tujuan tersebut. Kendala Indonesia dalam mencapai tujuan-

tujuan MDG lebih banyak dikarenakan kurangnya kerjasama dengan

pemerintah daerah serta kurangnya keterlibatan pihak swasta maupun

masyarakat di dalam negeri. Oleh karena itu, Indonesia telah melakukan

upaya untuk mencapai tujuan-tujuan yang belum berhasil dalam MDG.

B. Saran

Sementara untuk dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut,

pemerintah Indonesia perlu meningkatkan koordinasi dan kerjasama

dengan pemerintah daerah mulai dari perencanaan, pengambilan

kebijakan, implementasi, pengawasan, pelaporan, hingga evaluasi.

Pemerintah juga tidak boleh menafikan keterlibatan semua pihak yang

terkait termasuk pihak swasta dan juga masyarakat. Dengan demikian,

10
Pemerintah Indonesia dapat melakukan mobilisasi dan mensinergikan

semua sumberdaya yang dimilikinya.

Indonesia seharusnya dapat mengoptimalkan kerjasama dengan

negara berkembang lainnya. Kerjasama tersebut memang tidak akan

banyak menghasilkan bantuan dana berupa hibah atau alih teknologi.

Kerjasama yang terjadi akan lebih kepada sharing ilmu pengetahuan

(knowledgment) dan pengalaman serta program-program.

11
DAFTAR PUSTAKA

I.Wiliam Zartman dan Saadia Touval, “The International Cooperation; The

Extents and Limits of Multilateralism”, (New York: Cambridge

University Press, 2010).

Michael Edwards, “Future Positive, International Cooperation in the 21st

Century”, (London: Earthscan, 2004).

Lisbet. 2013. Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) di

Indonesia melalui kerjasama internasional. Politica. Vol.4, No.1.

Tersedia Pada: file:///C:/Users/FAK%20HUKUM/Downloads/331-

642-1-SM.pdf.

Wahyuningsih. 2017. Millenium Development Goals (MDGS) dan

Sustainable Development Goals (SDGS) dalam Kesejahteraan

Sosial. Jurnal Bisnins dan Manajemen. Vol 11, Hal 390-399.

Tersedia pada : file:///C:/Users/FAK%20HUKUM/Downloads/6479-

73-13182-1-10-20180103.pdf.

Syamsuddin. 2014. Evaluasi Peningkatan Pencapaian MDG’S pada tahun

2015 di Kota Serang. Jurnal Administrasi Negara. Vol 3 No. 1, Hal

34-35. Tersedia Pada: file:///C:/Users/FAK

%20HUKUM/Downloads/514-Article%20Text-1446-1-10-

20180112.pdf.

12

Anda mungkin juga menyukai