DISUSUN OLEH:
RISTA AGUSTINA
1906384794
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM SARJANA ILMU HUKUM
DEPOK
JULI 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
karunia dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Menilik Perkembangan Pelaksanaan Sustainable Development Goals:
Melalui Kacamata Hukum”. Makalah ini dibuat oleh penulis dalam rangka
memenuhi rangkaian kegiatan yang dilaksanakan Direktorat Kemahasiswaan
(Ditmawa) UI bersama KJMU untuk menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-75
pada tanggal 17 Agustus 2020 mendatang.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak tentu sangatlah
sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada
1. Universitas Indonesia, terkhususnya Direktorat Kemahasiswaan
(Ditmawa) Universitas Indonesia selaku Pelaksana Beasiswa KJMU.
2. Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta selaku Pemberik
Beasiswa KJMU.
3. Orang tua dari penulis yang turut pula memberikan dukungan material
dan moral dari dulu hingga kini bagi penulis.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan yang
telah dicurahkan oleh para pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun
makalah ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun sekiranya terdapat kekeliruan dari makalah ini. Kritik dan saran
tersebut akan menjadi pendongkrak bagi penulis untuk terus-menerus belajar dan
berkembang. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi semua pihak.
Rista Agustina
DAFTAR ISI
1
COVER MAKALA
H
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................3
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sustainable Development Goals atau dikenal juga dengan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan merupakan salah satu agenda kerja negara-negara di
dunia. Pembahasan Sustainable Development Goals pun sangatlah krusial dan
mendalam mencakup permasalahan-permasalahan yang terjadi di setiap negara.
Sustainable Development Goals sendiri ialah agenda pembangunan berkelanjutan
yang berisi 17 tujuan dan 169 capaian yang harus terpenuhi dalam jangka waktu
tertentu.
Diterbitkan tanggal 21 Oktober 2015 oleh PBB, Sustainable Development
Goals diharapkan dilaksanakan dengan maksimal oleh negara-negara PBB selama
lima belas tahun kedepan (sampai 2030). Apabila masalah-masalah yang diangkat
dalam Sustainable Development terselesaikan, maka berdampak pada kehidupan
dunia secara global. Oleh karena itu, perkembangan dalam pelaksanaannya sangat
penting untuk diawasi. Bukan hanya mengawasi pelaksanaannya, kita sebagai
warga dunia harus ikut serta dalam aksi nyata pelaksanaan Sustainable
Development Goals.
Sustainable Development Goals terdiri dari 17 tujuan yaitu: Tanpa
kemiskinan, Tanpa kelaparan, Kehidupan sehat dan sejahtera, Pendidikan
berkualitas, Kesetaraan gender, Air bersih dan sanitasi layak, Energi bersih dan
terjangkau, Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, Industri, inovasi dan
infrastruktur, Berkurangnya kesenjangan, Kota dan komunitas berkelanjutan,
Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, Penanganan perubahan iklim,
Ekosistem laut, Ekosistem daratan, Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang
tangguh, Kemitraan untuk mencapai tujuan.
Aspek penting dalam pelaksanaan Sustainable Development Goals ialah
sumber daya manusia. Sebab, kualitas maupun kuantitas sumber daya manusia
inilah yang nantinya menentukan arah dari Sustainable Development di tiap
negara. Oleh karena itu, sangat tepat rasanya untuk mengikutsertakan pula
pembahasan mengenai Millenium Development Goals sebagai generasi pelaksana
Sustainable Development Goals.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Sustainable Development Goals?
2. Apa pengertian dari Millenium Development Goals?
3. Apa hubungan Sustainable Development Goals dengan Millenium
Development Goals?
4. Apa saja tujuan dari Sustainable Development Goals?
5. Bagaimana progress Sustainable Development Goals di Uni Emirat Arab?
6. Bagaimana progress Sustainable Development Goals di Indonesia?
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sustainable Development Goals dan Millennium Development Goals
Sustainable Development Goals (SDGs) atau biasa dikenal dengan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan dianggap Tujuan Global sebagai panggilan
universal untuk bertindak mengakhiri kemiskinan, melindungi bumi dan
memastikan semua orang menikmati perdamaian dan kemakmuran di tahun
2030.
Dalam agenda Sustainable Development Goals, terdapat 17 tujuan yang
saling terintegrasi. Tujuan- tujuan atau goals inilah yang membuat negara-
negara di dunia mengakui bahwa keberhasilan dalam satu bidang akan
memengaruhi hasil bidang lainnya serta pembangunan harus seimbang dalam
keberlanjutan sosial, ekonomi dan lingkungan.
Negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa pun telah
berkomitmen untuk mempercepat kemajuan bagi mereka yang jauh di belakang
tanpa meninggalkan satu negara pun. Sebab inilah yang membuat Sustainable
Development Goals dirancang untuk membawa dunia mengubah kehidupan,
termasuk nol kemiskinan, kelaparan, AIDS dan diskriminasi terhadap
perempuan dan anak perempuan. Setiap orang diperlukan untuk mencapai
target ambisius ini. Kreativitas, pengetahuan, teknologi, dan sumber daya
keuangan dari semua masyarakat diperlukan untuk mencapai Sustainable
Development Goals dalam setiap konteks.
Sejarah singkat, Sustainable Development Goals dimulai pada tahun 2015.
Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ketujuh belas di New York,
Amerika Serikat menjadi titik sejarah baru dalam pembangunan dunia. Sebanyak
193 kepala negara dan pemerintahan dunia hadir untuk menyepakati agenda
Sustainable Development Goals.
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan kelanjutan Millennium
Development Goals (MDGs) yang disepakati oleh negara anggota PBB pada
tahun 2000 dan berakhir pada akhir tahun 2015. Namun keduanya memiliki
perbedaan prinsip yang mendasar, baik dari segi substansi maupun proses
penyusunannya. MDGs yang disepakati lebih dari lima belas tahun lalu hanya
5
berisi 8 Tujuan, 21 Sasaran, dan 60 Indikator. Sasarannya hanya bertujuan
mengurangi separuh tiap-tiap masalah pembangunan yang tertuang dalam tujuan
dan sasaran.
MDGs memberikan tanggung jawab besar pada target capaian pembangunan
bagi negara berkembang dan kurang berkembang, tanpa memberikan peran
seimbang terhadap negara maju. Secara proses MDGs juga memiliki kelemahan
karena penyusunan hingga implementasinya eksklusif dan sangat birokratis tanpa
melibatkan peran netral non-pemerintah, seperti Civil Society Organization,
Universitas/Akademisi, sektor bisnis dan swasta, serta kelompok lainnya.
Berbeda dengan pendahulunya, SDGs mengakomodasi masalah-masalah
pembangunan secara lebih komprehensif baik kualitatif (dengan mengakomodasi
isu pembangunan yang tidak ada dalam MDGs) maupun kuantitatif menargetkan
penyelesaian tuntas terhadap setiap tujuan dan sasaranya. SDGs berkembang
seimbang kepada seluruh negara—baik negara maju, negara berkembang, dan
negara keempat juga bersifat universal memberikan peran yang kurang
berkembang—untuk berkontribusi penuh terhadap pembangunan, sehingga
masing-masing negara memiliki peran dan tanggung jawab yang sama antara satu
dengan yang lain dalam mencapai SDGs. Sekarang, Forum Politik Tingkat Tinggi
Tahunan tentang Pembangunan Berkelanjutan berfungsi sebagai platform yaitu
PBB memberikan dukungan substantif dan pengembangan kapasitas untuk SDGs
dan masalah tematik termasuk air, energi, iklim, lautan, urbanisasi, transportasi,
ilmu pengetahuan dan teknologi.
6
9. Industri, inovasi dan infrastruktur,
10. Berkurangnya kesenjangan,
11. Kota dan komunitas berkelanjutan,
12. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab,
13. Penanganan perubahan iklim,
14. Ekosistem laut,
15. Ekosistem daratan,
16. Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh,
17. Kemitraan untuk mencapai tujuan.
7
kerangka kerja berbasis modal, kerangka kerja berbasis masalah atau tema,
kerangka kerja akuntansi, agro indeks gated, dan pendekatan lain untuk
indikator pengelompokan (misalnya, indikator judul).
Fokus upaya pemantauan SDGs adalah di tingkat nasional. Namun, tidak
dianjurkan bagi negara untuk memantau semua 230 indikator dari aturan yang
diusulkan. Setiap negara perlu melakukan proses prioritas di mana indikator
dipilih prioritas pembangunan nasional strategi. Observasi nasional akan
dilengkapi dengan kemampuan dan pelaporan rule berskala regional
dan internasional, di mana harmonisasi SDIs akan diperlukan untuk
mendukung agregasi dan perbandingan. Pelaporan wilayah dapat
menyediakan platform untuk mendorong berbagi pengetahuan, penelaahan
sejawat, dan pembelajaran timbal balik di seluruh kelompok negara dengan
perkembangan serupa prioritas dan lintasan. Upaya telah dimulai di tingkat
nasional, regional dan internasional untuk melakukan penilaian dasar awal
kemajuan pada SDGs pada skala berbeda.
C. Metode Studi Kasus
Sebelum memilih set indikator yang akan digunakan dalam penilaian,
pertimbangan cermat diberikan tidak hanya untuk isu tematik prioritas
kepentingan, tetapi juga interaksi dalam sistem sehingga paket terpadu
indikator-indikator dipilih bekerja dalam harmoni dengan satu sama lain.
Untuk tujuan ini, kerangka konseptual dikembangkan untuk organisasi
koheren dan konsisten indicator sebagai sistem SDIs. Kerangka konseptual
terdiri dari kerangka referensi; model konseptual dan struktur sistemik untuk
kerangka kerja; dan pemilihan kriteria untuk memilih indikator.
Mengidentifikasi kerangka acuan
Kerangka acuan memberikan inti dari kerangka konseptual membantu
dengan pemilihan indikator yang relevan dan menyediakan dasar untuk
mendefinisikan tren yang diinginkan dalam evolusi indikator. Untuk tujuan
penilaian ini, tujuh belas gols dari SDGs menyediakan kerangka acuan
tematik yang sederhana dan logis untuk kumpulan SDIs, sedangkan target
indikatif memberikan sarana tambahan untuk menentukan tren yang
diinginkan.
8
Mendefinisikan struktur sistemik dan model konseptual
Kerangka acuan ini kemudian digabungkan dengan model konseptual dari
interaksi di antara dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan dari pembangunan
berkelanjutan berbagai SDGs dan target. Hal ini bertujuan untuk menyediakan
struktur sistematis untuk penilaian. Kemudian, memastikan juga bahwa semua
aspek penting akan dinilai secara seimbang, juga membantu untuk
menghindari pilihan indikator sewenang-wenang atau bias yang tidak
disengaja. Mengingat kurangnya model konseptual yang disepakati dari
interaksi antara dimensi ekonomi, lingkungan dan sosial dari sdg dan target
mereka, sebuah model con-ceptual untuk penilaian ini adalah devkawin lari
melalui review dari literatur akademis dan ahli, dengan mempertimbangkan
konteks regional Arab.
Menentukan kriteria untuk pemilihan indikator
a. Selaras dengan kerangka konseptual dan luasnya masalah dan
intertematik SDGs
b. Kesamaan antar set yang ada dari SDIs (wilayah global dan Arab) dan
MDGs;
c. Ketersediaan data seri waktu selama dua dekade terakhir;
d. Data kualitas dan keandalan (official data sources).
9
Pun demikian, untuk mencapai 17 Tujuan dan 169 Sasaran SDGs pada tahun
2030 masih banyak hal lagi yang perlu dilakukan. Seperti misalnya
mengarusutamakan SDGs dalam agenda pembangunan nasional; membuat
pelaksanaan SDGs yang inklusif dan partisipatif baik di tingkat pusat maupun
daerah; memastikan SDGs dilakukan dengan semangat transformatif dan tidak
satupun yang tertinggal
Di Indonesia, SDGs dipopulerkan dengan nama Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan atau disingkat dengan TPB Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan merupakan dokumen rencana kerja lima tahunan
untuk pelaksanaan kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung mendukung
pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang sesuai dengan sasaran
pembangunan daerah, berlaku selama dua belas bulan sejak penetapan Perpres.
Berkaitan dengan hal ini, presiden sekaligus mengatur pembentukan untuk
pelaksanaan SDGs yang disebut Tim Koordinasi Nasional, terdiri dari Tim
Pengarah, Tim Pelaksana, Kelompok-kelompok Kerja dan Dewan Pakar.
Penyusunan indikator nasional untuk SDGs dilakukan dalam koordinasi terpusat
oleh Bappenas bersama Badan Pusat Statistik sebagai penyedia data nasional.
Hingga saat ini, proses penyusunan indikator nasional SDGs masih terus berjalan
sehingga dapat diupayakan menjadi dokumen pendukung dalam Peraturan
Presiden untuk Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Nasional.
10
BAB III
PENUTUP
Sustainable Development Goals atau dikenal juga dengan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan merupakan salah satu agenda kerja negara-negara di dunia.
Pembahasan Sustainable Development Goals pun sangatlah krusial dan mendalam
mencakup permasalahan-permasalahan yang terjadi di setiap negara. Diterbitkan
tanggal 21 Oktober 2015 oleh PBB, Sustainable Development Goals diharapkan
dilaksanakan dengan maksimal oleh negara-negara PBB selama lima belas tahun
kedepan (sampai 2030). Apabila masalah-masalah yang diangkat dalam
Sustainable Development terselesaikan, maka berdampak pada kehidupan dunia
secara global. Aspek penting dalam pelaksanaan Sustainable Development Goals
ialah sumber daya manusia. Dalam agenda Sustainable Development Goals,
terdapat 17 tujuan yang saling terintegrasi. Setiap orang diperlukan untuk
mencapai target ambisius ini. Kreativitas, pengetahuan, teknologi, dan sumber
daya keuangan dari semua masyarakat diperlukan untuk mencapai Sustainable
Development Goals dalam setiap konteks. Sejarah singkat, Sustainable
Development Goals dimulai pada tahun 2015. Sebanyak 193 kepala negara dan
pemerintahan dunia hadir untuk menyepakati agenda Sustainable Development
Goals. Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan kelanjutan Millennium
Development Goals (MDGs) yang disepakati oleh negara anggota PBB pada
tahun 2000 dan berakhir pada akhir tahun 2015. Namun keduanya memiliki
perbedaan prinsip yang mendasar, baik dari segi substansi maupun proses
penyusunannya. MDGs memberikan tanggung jawab besar pada target capaian
pembangunan bagi negara berkembang dan kurang berkembang, tanpa
memberikan peran seimbang terhadap negara maju. Berbeda dengan
pendahulunya, SDGs mengakomodasi masalah-masalah pembangunan secara
lebih komprehensif baik kualitatif (dengan mengakomodasi isu pembangunan
yang tidak ada dalam MDGs) maupun kuantitatif menargetkan penyelesaian
tuntas terhadap setiap tujuan dan sasaranya. Sustainable Development Goals baru-
baru ini menegaskan sekali lagi pentingnya indikator dalam konteks 'pengambilan
keputusan berbasis kenyataan'. Dalam Dua dekade terakhir Arab telah melihat
proliferasi besar metode dan indikator untuk mengukur pengembangan
11
berkelanjutan. Fokus upaya pemantauan SDGs adalah di tingkat nasional. Namun,
tidak dianjurkan bagi negara untuk memantau semua 230 indikator dari aturan
yang diusulkan. Sebelum memilih set indikator yang akan digunakan dalam
penilaian, pertimbangan cermat diberikan tidak hanya untuk isu tematik prioritas
kepentingan, tetapi juga interaksi dalam sistem sehingga paket terpadu indikator-
indikator dipilih bekerja dalam harmoni dengan satu sama lain. Untuk tujuan ini,
kerangka konseptual dikembangkan untuk organisasi koheren dan konsisten
indicator sebagai sistem SDIs. Kerangka acuan memberikan inti dari kerangka
konseptual membantu dengan pemilihan indikator yang relevan dan menyediakan
dasar untuk mendefinisikan tren yang diinginkan dalam evolusi indikator.
Kerangka acuan ini kemudian digabungkan dengan model konseptual dari
interaksi di antara dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan dari pembangunan
berkelanjutan berbagai SDGs dan target. Hal ini bertujuan untuk menyediakan
struktur sistematis untuk penilaian. Belajar dari pengalaman MDGs sebelumnya,
Indonesia kini berusaha menghindari keterlambatan pengimplementasian SDGs.
Sebelumnya pelaksanaan MDGs di Inonesia mengalami keterlambatan sepuluh
tahun pengesahannya di tahun 2000. Pun demikian, untuk mencapai 17 Tujuan
dan 169 Sasaran SDGs pada tahun 2030 masih banyak hal lagi yang perlu
dilakukan. Berkaitan dengan hal ini, presiden sekaligus mengatur pembentukan
untuk pelaksanaan SDGs yang disebut Tim Koordinasi Nasional, terdiri dari Tim
Pengarah, Tim Pelaksana, Kelompok-kelompok Kerja dan Dewan Pakar.
Penyusunan indikator nasional untuk SDGs dilakukan dalam koordinasi terpusat
oleh Bappenas bersama Badan Pusat Statistik sebagai penyedia data nasional.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
David Simon, dkk. “Developing and Testing the Urban Sustainable Development
Goal’s Targets and Indicators – a five-city study” chrome-
extension://ohfgljdgelakfkefopgklcohadegdpjf/https://remote-
lib.ui.ac.id:2158/doi/pdf/10.1177/0956247815619865. Diakses 24 Juli.
14