Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

“KEBIJAKAN MEA 2015, GHSA, DAN SDGs”

DOSEN PEMBIMBING :
H. Supriadi., S.Kp., M.Kes

DISUSUN OLEH
Eka Sutriani P07220219005
Farida Agustina P07220219006
Hermin Sulistyoningsih P07220219008
Khairita Silvana Sofyan P07220219013
Noer Octaviani P07220219021
Sunawar P07220219036

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas segala taufik, hidayah serta
inayahNya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Konsep Dasar Keperawatan ini tanpa adanya halangan dan hambatan
yang berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada
junjungan kita Nabi MuhammadSAW.

Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
menjadi gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang
berkaitan dengan MEA, GHSA, dan SDGs.

Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui hambatan


dan juga kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak
pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanpa
melampaui batas waktu yang telah di tentukan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah inimasih jauh dari


sempurna. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi lebih sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis hanya
dapat berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta
menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan Makalah ........................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4
A. Sejarah Terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) .... 4
B. Masyarakat Ekonomi ASEAN ..................................................... 4
C. Kesiapan Indonesia terhadap Masyarakat Ekonomi ASEAN ...... 6
D. Potensi-potensi Masyarakat Ekonomi ASEAN bagi Indonesia ... 9
E. Landasa Teori Global Health Security Agenda (GHSA) ............. 11
F. Area Kerjasama GHSA ................................................................ 12
G. Perkembangan dan Kontribusi GHSA ......................................... 13
H. Peran Indonesia dalam GHSA ..................................................... 13
I. Pengertian Sustainable Development Goals (SDGs) ................... 14
J. Konsep Sustainable Development Goals (SDGs) ........................ 16
K. Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) ......................... 17
L. Prinsip Sustainable Development Goals (SDGs) ......................... 19
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 20
A. Kesimpulan .................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah era baru dalam integrasi ekonomi regional negara-negara anggota


ASEAN akan kita songsong dalam waktu dekat. Indonesia bersama sembilan
negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian ASEAN
Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Kesembilan negara tersebut diantaranya adalah Malaysia, Singapura,
Thailand, Brunei Darussalam, Kamboja, Myanmar, Laos, Filipina, dan
Vietnam. MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dimana
diadakannya sistem perdagangan bebas antar negara-negara ASEAN.
Perdagangan bebas yang dimaksud adalah tidak adanya hambatan tarif (bea
masuk 0-5%) maupun hambatan non-tarif bagi negara-negara anggota
ASEAN. Ini dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat dan menarik
investasi asing serta bisa menyaingi India dan Cina. MEA dibentuk agar
memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke
negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga dapat memunculkan
kompetisi yang ketat.

Isu keamanan non-tradisional menjadi salah satu agenda politik luar


negeri Indonesia sejak dulu. Apalagi setelah berakhirnya Perang Dingin dan
semakin banyaknya ancaman keamanan non-tradisional yang bersifat lintas
negara yang dapat membahayakan kehidupan warga negara dunia,
menjadikan Indonesia menjadi was-was akan keamanan nasionalnya.
Ancaman keamanan nontradisional yang menjadi ancaman bagi setiap negara
di dunia antara lain isu mengenai perubahan iklim, keamanan energi,
kerusakan lingkungan, terorisme internasional, dan juga munculnya pandemik
atau isu keamanan kesehatan. Adanya perubahan iklim dan peningkatan
resistensi anti-mikroba mendorong kemunculan new-emerging disease dan re-
emerging disease yang berpotensi wabah penyakit (pandemik) dengan

1
risiko kematian tinggi dan penyebaran pandemik yang sangat cepat.
Globalisasi mengakibatkan peningkatan mobilitas manusia dan hewan lintas
negara, serta mempengaruhi perubahan gaya hidup manusia juga
berkontribusi dalam mempercepat proses penyebaran wabah menjadi
ancaman keamanan kesehatan global.

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan upaya pembangunan


berkelanjutan yang menjadi acuan dalam kerangka pembanggunan dan
perundingan negara-negara di dunia sebagai pengganti pembangunan global
Millenium Development Goals (MDGs) yang telah berakhir di tahun 2015.
SDGs memiliki beberapa tujuan, diantaranya menjamin kehidupan yang sehat
dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia, dengan salah
satu outputnya mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) hingga 70 per
100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2030. Output ini tentunya semakin
turun jika dibandingkan target MDGs tahun 2015 yaitu menurunkan AKI
menjadi 102 per 100.000 KH dalam kurun waktu 1990-2015.(1) Kematian
maternal merupakan masalah kesehatan global yang menjadi indikator
penting dalam keberhasilan program kesehatan ibu sekaligus salah satu
indikator dalam menggambarkan derajat kesehatan masyarakat.(2) World
Health Organization (WHO) memperkirakan setiap harinya 800 perempuan
meninggal akibat komplikasi kehamilan dan proses melahirkan. Laporan
WHO tahun 2014 menunjukkan AKI di dunia sebesar 289.000 jiwa, di mana
terbagi atas beberapa negara, antara lain Amerika Serikat mencapai 9.300
jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka
Kematian Ibu di negara maju sebesar 16 per 100.000 KH, sedangkan di
negara berkembang mencapai angka 230 per 100.000 KH, artinya negara
berkembang menyumbang 99% kematian maternal di dunia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah terbentuknya MEA ?

2. Apa yang dimaksud dengan MEA ?

2
3. Bagaimana Kesiapan Indonesia terhadap MEA?

4. Apa saja Potensi MEA bagi Indonesia?

5. Apa yang dimaksud dengan GHSA?

6. Apa saja Area Kerjasama GHSA?

7. Apa saja Perkembangan dan Kontribusi GHSA?

8. Apa saja peran GHSA bagi Indonesia?

9. Apa yang dimaksud dengan SDGs?

10. Bagaimana Konsep dari SDGs?

11. Apa tujuan dari SGDs?

12. Apa prinsip dari SGDs?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Dari rumusan masalah di atas tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui:
1. Sejarah Terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
2. Masyarakat Ekonomi ASEAN
3. Kesiapan Indonesia terhadap Masyarakat Ekonomi ASEAN
4. Potensi-potensi Masyarakat Ekonomi ASEAN bagi Indonesia
5. Landasa Teori Global Health Security Agenda (GHSA)
6. Area Kerjasama GHSA
7. Perkembangan dan Kontribusi GHSA
8. Peran Indonesia dalam GHSA
9. Pengertian Sustainable Development Goals (SDGs)
10. Konsep Sustainable Development Goals (SDGs)
11. Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs)
12. Prinsip Sustainable Development Goals (SDGs)

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Gagasan mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) melalui proses


yang panjang. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Kuala Lumpur tahun
1997, para pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi
distrik yang stabil, makmur, sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi
yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi.
Dibuatlah tiga pilar untuk mewujudkan hal-hal tersebut, yaitu Masyarakat Politik-
Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan Masyarakat Sosial-
Budaya ASEAN.

Lalu pada KTT di Bali tahun 2003, para pemimpin ASEAN menyatakan
bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan dari integrasi
ekonomi regional pada tahun 2020. Namun pada pertemuan seluruh Menteri
Ekonomi dari negara-negara ASEAN di Kuala Lumpur tahun 2006, disepakati
bahwa memajukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan target yang jelas
dan jadwal untuk pelaksanaannya. Pada KTT ASEAN ke-12 tahun 2007, para
pemimpin negara ASEAN berkomitmen untuk memajukan pembentukan
komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di ASEAN visi 2020 dan
ASEAN Concord II melalui penandatanganan Deklarasi Cebu.

B. Masyarakat Ekonomi ASEAN

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan tujuan dari integrasi


ekonomi regional kawasan Asia Tenggara yang diberlakukan pada tahun 2015.
Menurut website resmi ASEAN, MEA merupakan komunitas ekonomi dengan
peluang yang tinggi, dimana di dalamnya terdapat US$ 2,6 triliun dan 622 juta
jiwa. Pada tahun 2014, MEA dinyatakan sebagai ekonomi terbesar ketiga di Asia,
dan ketujuh di dunia.

4
Tahun 2015 adalah tahun penting bagi agenda integritas ASEAN. Secara
ekonomi, ASEAN menjadi wilayah dengan pencapaian yang signifikan. Di Asia
Tenggara rata-rata GDP meningkat dua kali lipat hingga sekarang.

Pada periode yang sama ASEAN juga menjadi wilayah yang sangat
berpengaruh dalam perluasan pasar baik secara regional maupun global. Dengan
total populasi lebih dari 622 juta jiwa, ASEAN menjadi basis konsumen yang
besar selain China dan India.

Masayarakat Ekonomi ASEAN sendiri memiliki empat pilar utama yang


meliputi :

(1) Terbentuknya pasar dan basis produksi tunggal,


(2) Kawasan berdaya-saing tinggi,
(3) Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, dan;
(4) Integrasi dengan perekonomian dunia.

Secara luas, pada karakteristik pertama akan adanya bebasnya arus barang,
jasa, investasi, tenaga kerja, dan arus permodalan, priority integration sector
(PIS), dan pengembangan sektor food-agriculture-forestry antar negara ASEAN.
Adapun sektor-sektor yang diprioritaskan dalam integrasi MEA adalah :

1. Produk-produk pertanian

2. Otomotif

3. Elektronik

4. Perikanan

5. Produk-produk turunan dari karet

6. Tekstil dan pakaian

7. Produk-produk turunan dari kayu

8. Transportasi udara

9. E-ASEAN (ITC)

10. Kesehatan

5
11. Pariwisata

12. Jasa logistik

Pada karakteristik kedua, negara-negara ASEAN akan saling bahu-


membahu dalam membuat kebijakan persaingan, melakukan perlindungan
konsumen, pembangunan infrastruktur, kerjasama energi, perpajakan, dan e-
commerce. Pada karakteristik ketiga, akan saling membantu dalam
mengembangkan usaha kecil menengah dan mempersempit kesenjangan
pembangunan antar negara ASEAN. Sedangkan pada karakteristik keempat, para
negara ASEAN akan melakukan pendekatan koheren terhadap hubungan ekonomi
eksternal dan berpartisipasi untuk meningkatkan jaringan suplai global.

Tujuan utama dari MEA ini sendiri berada pada pilar keempat yaitu
Integrasi dengan perekonomian dunia. Setelah keempat pilar mencapai kestabilan,
maka kemudian dibuatlah cetak biru (blueprint) atau rancangan rencana untuk
periode MEA 2016-2025.

C. Kesiapan Indonesia terhadap Masyarakat Ekonomi ASEAN

Dalam menghadapi MEA seluruh anggota ASEAN diharuskan memiliki


kesiapan yang matang agar tidak terjadi ketimpangan dalam pelaksanaannya.
Selain itu, kesiapan yang matang akan mewujudkan kestabilan integrasi dalam
MEA itu sendiri.

Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN memiliki beberapa persiapan.


Kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA per tahun 2014 terdapat lima poin,
diantaranya :

1. Produk industri yang berdaya saing lebih tinggi daripada negara ASEAN
lainnya.
2. Kategori produk yang berdaya saing setara dengan negara ASEAN lainnya.
3. Kelompok produk yang mempunyai daya saing sedang.
4. Kategori produk yang memiliki daya saing lemah.
5. Kelompok produk yang berdaya saing sangat lemah.

6
Selain kesiapan-kesiapan di atas, Indonesia memiliki beberapa strategi
dalam menghadapi MEA, diantaranya adalah :

1. Penyesuaian, persiapan dan perbaikan regulasi baik secara kolektif maupun


individual (reformasi regulasi);
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia baik dalam birokrasi maupun
dunia usaha ataupun profesional;
3. Penguatan posisi usaha skala menegah, kecil, dan usaha pada umumnya;
4. Penguatan kemitraan antara sektor publik dan swasta;
5. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mengurangi ekonomi biaya
tinggi, yang juga merupakan tujuan utama pemerintah dalam program
reformasi komprehensif di berbagai bidang seperti perpajakan, kepabeanan,
dan birokrasi;
6. Pengembangan sektor-sektor prioritas yang berdampak luas dan komoditi
unggulan;
7. Peningkatan partisipasi institusi pemerintah maupun swasta untuk
mengimplementasikan cetak biru (blueprint) MEA;
8. Reformasi kelembagaan dan kepemerintahan. Pada hakikatnya cetak biru
(blueprint) MEA juga merupakan program reformasi bersama yang dapat
dijadikan referensi bagi reformasi di Negara Anggota ASEAN termasuk
Indonesia;
9. Penyediaan kelembagaan dan permodalan yang mudah diakses oleh pelaku
usaha dari berbagai skala;
10. Perbaikan infrastruktur fisik melalui pembangunan atau perbaikan
infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, jalan tol, pelabuhan,
revitalisasi, dan restrukturisasi industri.

Faktor pembangunan dan siknkronisasi hukum di Indonesia dalam


menghadapi MEA pun harus diperhatikan sebagai salah satu kesiapan terhadap
MEA. Jika dikaji dalam hal pembentukan peraturan perundang-undangan di
Indonesia yang mendukung terhadap terlaksananya MEA ini, pembentukan
produk hukum tersebut harus sejalan dengan arah pembangunan hukum nasional

7
sebagai dasar dalam menciptakan dan membentuk peraturan perundang-undangan
yang di maksud.

Menurut Prof. Romli Atmasasmita, pembangunan hukum nasional secara


implisit mencerminkan bahwa sampai saat ini di Indonesia masih terjadi proses
perubahan sosial menuju ke arah modernisasi yang dikemas dalam proses legislasi
yang teratur dan berkesinambungan dengan memasukkan aspek sosiokultural
yang mendukung arah perubahan tersebut, Hal ini menunjukkan bahwa
pembangunan hukum nasional kita terus mengalami perubahan ke arah
modernisasi dengan catatan tetapmemasukkan aspek sosiokulturalnya.

Walapun dilihat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional


(RPJPN) 2005-2025 sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2007, belum terlihat secara konkret dukungan pembangunan hukum
nasional dalam menghadapi perubahan perdagangan internasional yang salah
satunya dalam bentuk MEA.

Namun memang kaitannya dengan akan berlakunya Masyarakat Ekonomi


ASEAN 2015. Sudah seharusnya Arah Pembangunan Hukum Nasional, yang
secara tersirat sebelumnya dalam RPJPN, diarahkan untuk mendukung
dimulainya MEA tersebut. Hal ini menjadi penting agar pelaksanaan forum MEA
ini khususnya bagi Indonesia dapat implementasikan bagi setiap pemangku
kepentingan yang terlibat. Namun demikian arah pembangunan hukum tersebut
tetap harus dengan berpedoman kepada koridor arah Pembangunan Nasional
secara umum dengan memasukkan aspek sosial-budaya yang mendukung arah
perubahan tersebut.

Jika melihat pilar MEA 2015, terdapat beberapa pengaturan di bidang


hukum yang perlu untuk segera ada penyesuaian (adjustment). Setidaknya
terdapat 14 (empat belas) bidang pengaturan peraturan perundang-undangan yang
perlu untuk disesuaikan dengan akan berlakunya AEC tersebut yaitu :

1. Perdagangan
2. Perindustrian

8
3. Investasi
4. Tenaga Kerja
5. Ketahanan Pangan
6. Pertanian
7. Kehutanan
8. Perpajakan
9. Perlindungan Konsumen
10. Hak Kekayaan Intelektual
11. Transportasi Udara
12. Pariwisata
13. Kesehatan
14. Usaha Kecil & Menengah

Sehingga terdapat dua hal yang perlu dilakukan dalam menyesuaikan arah
pembangunan hukum nasional dengan akan diselenggarakannya Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015. Pertama, perlunya membuat tema guna menetukan arah
pembangunan hukum nasional yang mengadopsi nilai dan tujuan MEA yang dapat
mempengaruhi pembangunan hukum nasional Indonesia. Kedua, menyesuaikan
substansi atau muatan yang terdapat dalam 14 (empat belas) bidang peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan MEA. Dalam membuat
tema pun arah pembangunan hukum nasional serta penyesuaian peraturan
perundang-undangan dimaksud harus sejalan dengan semangat dan tujuan yang
terdapat dalam AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan tetap
mengedepankan koridor dalam RPJPN dan kondisi sosial-budaya masyarakat
Indonesia.

D. Potensi-potensi Masyarakat Ekonomi ASEAN bagi Indonesia

Potensi-potensi yang memungkinkan untuk Indonesia memiliki peluang yang


lebih dibandingkan negara ASEAN lainnya diantaranya adalah :

1. Indonesia merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan jumlah
penduduk yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk ASEAN). Hal
ini dapat menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi yang produktif dan

9
dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan dengan
kesempatan penguasaan pasar dan investasi.
2. Indonesia merupakan negara tujuan investor ASEAN. Proporsi investasi
negara ASEAN di Indonesia mencapai 43% atau hampir tiga kali lebih
tinggi dari rata-rata proporsi investasi negara-negara ASEAN yang hanya
sebesar 15%.
3. Indonesia berpeluang menjadi negara pengekspor, dimana nilai ekspor
Indonesia ke intra-ASEAN hanya 18-19% sedangkan ke luar ASEAN
berkisar 80-82% dari total ekspornya, Hal ini berarti peluang untuk
meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN masih harus ditingkatkan agar laju
peningkatan ekspor ke intra-ASEAN berimbang dengan laju peningkatan
impor dari intra-ASEAN.
4. Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus
barang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN
karena hambatan tarif dan non-tarif sudah tidak ada lagi. Kondisi pasar yang
sudah bebas di kawasan dengan sendirinya akan mendorong pihak produsen
dan pelaku usaha lainnya untuk memproduksi dan mendistribusikan barang
yang berkualitas secara efisien sehingga mampu bersaing dengan produk-
produk dari negara lain. Di sisi lain, para konsumen juga mempunyai
alternatif pilihan yang beragam yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan, dari yang paling murah sampai yang paling mahal.
Indonesia sebagai salah satu negara besar yang juga memiliki tingkat
integrasi tinggi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada sektor
berbasis sumber daya alam, berpeluang besar untuk mengembangkan
industri di sektor-sektor tersebut di dalam negeri
5. Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar akan memperoleh
keunggulan tersendiri, yang disebut dengan bonus demografi. Perbandingan
jumlah penduduk produktif Indonesia dengan negara-negara ASEAN lain
adalah 38:100, yang artinya bahwa setiap 100 penduduk ASEAN, 38 adalah
warga negara Indonesia. Bonus ini diperkirakan masih bisa dinikmati
setidaknya sampai dengan 2035, yang diharapkan dengan jumlah penduduk

10
yang produktif akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia.

E. Landasan Teori GHSA (Global Health Security Agenda).

Global Health Security Agenda (GHSA) merupakan inisiatif global yang


diluncurkan pada bulan Februari 2014. Inisiatif tersebut muncul sebagai
bentuk respon terhadap meningkatnya kerentanan masyarakat global terhadap
kemungkinan munculnya berbagai jenis penyakit baru dan pandemi yang
diakibatkan oleh dampak negatif perubahan iklim, meningkatnya lalu lintas
barang, jasa, manusia dan hewan lintas negara serta praktek-praktek
pertanian, peternakan dan industri yang dinilai tidak lagi alamiah dan ramah
lingkungan.

GHSA bertujuan untuk mencegah, mendeteksi dan merespon cepat


berbagai ancaman penyakit infeksi di tingkat global, baik yang terjadi secara
alamiah maupun karena adanya unsur kesengajaan ataupun musibah. GHSA
melibatkan multi-stakeholders, bersifat multi-sektoral serta di dukung badan-
badan dunia di bawah PBB, antara lain: World Health
Organisation (WHO), Food and Agriculture Organisation (FAO), dan World
Organisation for Animal Health (OIE).

Melalui kemitraan dengan 53 negara (Daftar Negara Anggota GHSA),


dengan organisasi internasional, dan para pemangku kepentingan non-
pemerintah, GHSA memfasilitasi upaya kolaborasi dan peningkatan kapasitas
negara, yang dilakukan sejalan dengan International Health
Regulation (IHR) WHO, Performance of Veterinary Services (PVS) OIE,
dan framework keamanan kesehatan global terkait lainnya

Motor penggerak kegiatan GHSA adalah Steering Group yang


beranggotakan sepuluh negara yaitu Amerika Serikat, Chile, Finlandia, India,
Indonesia, Italia, Kanada, Kenya, Korea Selatan, dan Saudi Arabia.
Keketuaan Steering Group dilaksanakan melalui mekanisme Troika (3 negara

11
secara bergantian). Troika pertama terdiri dari Amerika Serikat (memimpin
pada 2014), Finlandia (2015), dan Indonesia (2016)

Selain menjadi Ketua Troika GHSA pada tahun 2016, Indonesia juga
menjadi lead country untuk Action Package Zoonotic Disease (Prevent-2)
dan menjadi contributing country untuk Action Package Anti Microbial
Resistance (Prevent-1), Real-Time Surveillance (Detect-2), dan Linking
Public Health with Law and Multisectoral Rapid Response (Respond-2).

Di tingkat nasional, penanganan GHSA dilakukan oleh 25


Kementerian/Lembaga (Daftar 25 Kementerian atau Lembaga) di bawah
koordinasi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan, serta Menteri Kesehatan sebagai Ketua Umum.

F. Area Kerja Sama GHSA

Strategi kerjasama dalam GHSA difokuskan pada upaya penguatan


kapasitas nasional setiap negara, khususnya dalam melakukan pencegahan,
deteksi dan penanggulangan penyebaran penyakit. Secara teknis, terdapat 11
paket aksi yang menjadi prioritas yaitu:
1) Penanggulangan Anti Microbial Resistance (AMR);
2) Pengendalian penyakit Zoonotik;
3) Biosafety dan Biosecurity;
4) Imunisasi;
5) Penguatan Sistem Laboratorium Nasional;
6) Surveilans;
7) Pelaporan;
8) Penguatan SDM;
9) Penguatan pusat penanganan kegawatdaruratan;
10) kerangka hukum dan respons cepat multisektoral; dan
11) mobilisasi bantuan dan tenaga medis.

12
G. Perkembangan dan Kontribusi GHSA

Beberapa perkembangan yang telah dicapai dan kontribusi yang diberikan


GHSA antara lain adalah
a. Keanggotaan
Negara anggota GHSA telah berkembang, dari 29 negara pada saat
peluncuran di tahun 2014 menjadi 65 negara saat ini.
b. Kontribusi :
Joint External Evaluation (JEE)
Sebagaimana diketahui, penilaian IHR sampai tahun 2015 hanya
menggunakan self-assessment, yang memungkinkan adanya penilaian
yang tidak obyektif. Dalam hal ini, GHSA pada tahun 2015
menyusun Country Assessment Tool yang merupakan penilaian terhadap
kapasitas dalam 11 paket aksi, dimana selain menggunakan internal
assessor, untuk pertama kalinya, penilaian kapasitas dalam ketahanan
kesehatan juga melibatkan external assessor. Assessment tool dimaksud
kemudian diadopsi oleh WHO menjadi JEE pada tahun 2016, yang
merupakan gabungan dari 8 kapasitas inti IHR dan 11 Action
Package GHSA.

Peningkatan komitmen politis dalam penanganan global health security.


Berbagi praktik terbaik dalam kenaggotaan Paket Aksi Peningkatan
kolaborasi dan kerja sama lintas sektor, yaitu keterlibatan sektor lain di luar
kesehatan, serta keterlibatan sektor non-pemerintah, swasta, filantropi,
generasi muda, dan donor dalam mencapai ketahanan kesehatan global. Hal
ini menjadi penting mengingat ketahanan kesehatan tidak dapat dicapai
sendiri oleh sektor kesehatan dan oleh pemerintah saja.

H. Peran Indonesia dalam GHSA

Dalam kerja sama GHSA, Indonesia termasuk salah satu negara yang
aktif berkontribusi, diantaranya menjadi anggota Tim Pengarah (Steering

13
Group) bersama 9 negara lainnya, anggota Troika pada tahun 2014-2018,
serta menjadi Ketua Tim Pengarah pada tahun 2016 yang mendapat apresiasi
positif dari berbagai negara anggota dan mitra.

Dalam fase ke-2 GHSA (GHSA 2024), Indonesia akan tetap mengambil
peran aktif dengan menjadi anggota tetap Tim Pengarah (Steering Group),
menjadi leading country untuk zoonotic disease action package dan
contributing country untuk action package antimicrobial resistance, biosafety
and biosecurity, serta real-time surveillance. Indonesia juga menawarkan
untuk menjadi host country Sekretariat GHSA yang akan membantu
administrasi dan komunikasi dalam GHSA 2024 yang saat ini sedang dalam
pembahasan untuk menentukan lokasi dan komposisinya.

I. Pengertian Sustainable Development Goals (SDGs)


Singkatan atau kepanjangan dari sustainable development goals, yaitu
sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka
pembangunan dan perundingan negara-negara di dunia.SDG’smerupakan
kelanjutan dari apa yang sudah dibangun pada MDGs (Millenium
Development Goals), Tujuan Pembangunan Millenium, yang mulai
dijalankan pada September 2000 dan berakhir di tahun 2015. Adapun target
MDGs adalah tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat
pada 2015 yang merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh
dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium. Deklarasi ini diadopsi oleh 189
negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara
pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada
bulan September 2000 tersebut.Deklarasi Millenium berisi komitmen negara
masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah Tujuan
Pembangunan Milenium sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk
pembangunan dan pengentasan kemiskinan.
Tujuan Pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) :
1. Menanggulangi Kemiskinan Dan Kelaparan

14
Pendapatan populasi dunia sehari $10.000 dan menurunkan angka
kemiskinan.
2. Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua
Setiap penduduk dunia mendapatkan pendidikan dasar
3. Mendorong Kesetaraan Gender Dan Pemberdayaan Perempuan
Mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender dalam pendidikan dasar
dan menengah.
4. Menurunkan Angka Kematian Anak
Mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5
tahun.
5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses melahirkan.
6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria, Dan Penyakit Menular Lainnya
Menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran HIV/AIDS,
malaria dan penyakit berat lainnya.
7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan
dalam kebijakan setiap negara dan program serta mengurangi hilangnya
sumber daya lingkungan, mengurangi setengah dari jumlah orang yang

tidak memiliki akses air minum yang sehat, dan mencapaiKonsep

Sustainable Development Goals 4pengembangan yang signifikan dalam


kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang yang tinggal di daerah
kumuh.
8. Mengembangkan Kemitraan Global Untuk Pembangunan
Mengembangkan perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang
berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi, membantu
kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang berkembang dan
negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan kecil, mengusahakan
persetujuan mengenai masalah utang negara-negara berkembang dan
membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang,

15
mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum
muda, menyediakan akses obat penting yang terjangkau dalam negara
berkembang, dan dalam kerjasama dengan pihak swasta membangun
adanya penyerapan keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama
teknologi informasi dan komunikasi.
J. Konsep Sustainable Development Goals (SDGs)

Tujuan pembangunan dalam Millennium Development Goals (MDGs)


sebagai nomenklaturtidak akan berhenti pada tahun 2015. Agenda ke depan
untuk melanjutkan MDGs, dikembangkan suatu konsepsi dalam konteks
kerangka/agenda pembangunan pasca 2015, yang disebut Sustainable
Development Goals (SDGs). Konsep SDGs ini diperlukan sebagai
kerangka pembangunan baru yang mengakomodasi semua perubahan yang
terjadi pasca 2015-MDGs. Terutama berkaitan dengan perubahan situasi
dunia sejak tahun2000 mengenai isu deplation sumber daya alam,
kerusakan lingkungan, perubahan iklim semakin krusial,
perlindungansosial,food and energy security, dan pembangunan yang lebih
berpihak pada kaum miskin. Adapun tiga pilar yang menjadi indikator
dalam konsep pengembangan SDGs yaitu, pertama indikator yang melekat
pembangunan manusia (Human Development), di antaranya pendidikan,
kesehatan. Indikator kedua yang melekat pada lingkungan kecilnya (
Social Economic Development), seperti ketersediaan sarana dan
prasaranalingkungan, serta pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, indikator
ketiga melekat pada lingkungan yang lebih besar (Environmental
Development), berupa
ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan yang baik.
Dalam penyusunan indikator dalam konsep SDGs pasca MDGs 2015,
selain memikirkan standar global dalam mengedepankan suatu konsep
pembangunan yang berkelanjutan, tetapi ada beberapa hal yang juga harus
diperhatikan. Di antaranya, segala sesuatu itu harus terukur, tidak terlepas
dari prinsipEnvironmental Sustainability, Economic Sustainabilitydan

16
Social Sustainability. Serta juga ditentukan apakah ini difokuskan pada
negara berkembang atau negara maju. Terkait dengan pengembangan
konsep awal SDGs tersebut, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
pasca MDGs 2015 semestinya dapat menjamin kelanjutan dari lingkungan
hidup dan sumber daya alam. Terutama yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi oleh dunia internasional kedepannya, yaitu ketahanan
pangan, ketahanan energidan ketahanan air. Ketiga masalah tersebut sangat
penting diperhatikan dalam pengembangan konsep SDGs 2015. Meski
dalam pengembangan indikator dalam pembangungan berkelanjutan harus
mempertimbangkan dimensi lingkungan hidup.

K. Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs)


SDGs memiliki 5 pondasi yaitu manusia, planet, kesejahteraan,
perdamaian, dan kemitraan yang ingin mencapai tiga tujuan mulia di tahun
2030 berupa mengakhiri kemiskinan, mencapai kesetaraan dan mengatasi
perubahan iklim. Untuk mencapai tiga tujuan mulia tersebut, disusunlah 17
Tujuan Global berikut ini:
1. Tanpa Kemiskinan
Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru
dunia.
2. Tanpa Kelaparan
Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan
nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
3. Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan
Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan
hidup untukseluruh masyarakat di segala umur.
4. Pendidikan Berkualitas
Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan
meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang, menjamin
pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan
belajar seumur hidup bagi semua orang.

17
5. Kesetaraan Gender
Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan
perempuan.
6.Air Bersih dan Sanitasi
Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan
untuk semua orang.
7.Energi Bersih dan Terjangkau
Menjamin akses terhadap sumber energi yang terjangkau, terpercaya,
berkelanjutan dan modern untuk semua orang.
8.Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak
Mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dan
inklusif, lapangan kerja yang penuh dan produktif, sertapekerjaan yang
layak untuk semua orang.
9.Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Membangun infrastruktur yang berkualitas, mendorong peningkatan
industri yang inklusif dan berkelanjutan serta mendorong inovasi.
10.Mengurangi Kesenjangan
Mengurangi ketidaksetaraanbaik di dalam sebuah negara maupun di
antara negara-negara di dunia.
11.Keberlanjutan Kota dan Komunitas
Membangun kota-kota serta pemukiman yang inklusif, berkualitas,
aman, berketahanan dan bekelanjutan.
12.Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab
Menjamin keberlangsungan konsumsi dan pola produksi.
13.Aksi Terhadap Iklim
Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.
14. Kehidupan Bawah Laut
Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan
sumber daya laut untuk perkembangan pembangunan yang berkelanjutan.

18
15.Kehidupan di Darat
Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan keberlangsungan
pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan,
mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi
penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta
menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.
16. Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian
Meningkatkan perdamaian termasuk masyarakat untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan bagi semua orang
termasuk lembaga dan bertanggung jawab untuk seluruh kalangan, serta
membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh
tingkatan.
17.Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
Memperkuat implementasi dan menghidupkan kembali kemitraan
global untuk pembangunan yang berkelanjutan.

L. Prinsip-Prinsip Sustainable Development Goals (SDGs)


Prinsip-prinsip SDGs berdasarkan Outcome Document Rio+20, yaitu:
1. Tidak melemahkan komitmen internasional terhadap pencapaian MDGs
pada tahun 2015.
2. Mempertimbangkan perbedaan kondisi, kapasitas dan prioritas nasional.
3.Fokus pada pencapaian ketiga dimensi pembangunan berkelanjutan secara
berimbang ekonomi, sosial dan lingkungan.
4. Koheren dan terintegrasi dengan agenda pembangunan pasca 2015.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) terbentuk dari hasil Konferensi
Tingkat Tinggi ASEAN secara bertahap dan ditetapkan pada KTT di Bali
pada tahun 2003.
Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan tujuan dari integrasi ekonomi
regional kawasan Asia Tenggara yang diberlakukan pada tahun 2015. Arah
pembangunan hukum berkaitan dengan MEA tetap harus dengan berpedoman
kepada koridor arah Pembangunan Nasional secara umum dengan
memasukkan aspek sosial-budaya yang mendukung arah perubahan tersebut.

Global Health Security Agenda (GHSA) merupakan inisiatif global yang


diluncurkan pada bulan Februari 2014. Inisiatif tersebut muncul sebagai
bentuk respon terhadap meningkatnya kerentanan masyarakat global terhadap
kemungkinan munculnya berbagai jenis penyakit baru dan pandemi yang
diakibatkan oleh dampak negatif perubahan iklim, meningkatnya lalu lintas
barang, jasa, manusia dan hewan lintas negara serta praktek-praktek
pertanian, peternakan dan industri yang dinilai tidak lagi alamiah dan ramah
lingkungan.

GHSA bertujuan untuk mencegah, mendeteksi dan merespon cepat


berbagai ancaman penyakit infeksi di tingkat global, baik yang terjadi secara
alamiah maupun karena adanya unsur kesengajaan ataupun musibah. GHSA
melibatkan multi-stakeholders, bersifat multi-sektoral serta di dukung badan-
badan dunia di bawah PBB, antara lain: World Health
Organisation (WHO), Food and Agriculture Organisation (FAO), dan World
Organisation for Animal Health (OIE).

Singkatan atau kepanjangan dari sustainable development goals, yaitu


sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka
pembangunan dan perundingan negara-negara di dunia.SDG’smerupakan

20
kelanjutan dari apa yang sudah dibangun pada MDGs (Millenium
Development Goals), Tujuan Pembangunan Millenium, yang mulai
dijalankan pada September 2000 dan berakhir di tahun 2015. Adapun target
MDGs adalah tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat
pada 2015 yang merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh
dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium. Deklarasi ini diadopsi oleh 189
negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara
pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada
bulan September 2000 tersebut.Deklarasi Millenium berisi komitmen negara
masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah Tujuan
Pembangunan Milenium sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk
pembangunan dan pengentasan kemiskinan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Ridho. 2014. Tantangan dan Keuntungan AFTA 2015 untuk Indonesia.
http://himamanuny.wordpress.com/2014/03/22/tantangan-dan-
keuntungan-afta-untuk-indonesia/. Diakses pada tanggal 06 Oktober 2019
pukul 22:00.

ASEAN Integration Monitoring Office (AIMO) and Public Outreach and Civil
Society Division (POCS) 2015 : A Blueprint for GrowthASEAN Economic
Community 2015:Progress and Key AchievementsASEAN. Jakarta. The
ASEAN Secretariat.

Putra, Sony Surya Manggala (2015) : ENAM PERAN MAHASISWA S1


INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
2015.

http://www.asean.org/asean-economic-community/

http://binaswadaya.org/bs3/tantangan-mea-2015-kita-harus-menyerang-bukan-
bertahan/

http://pengertian.website/pengertian-mea-dan-ciri-ciri-masyarakat-ekonomi-asean/
http://citicope.org/story/2014/comparing-mdgs-and-sdgs
http://www.4muda.com/mengenal-17-tujuan-global-global-goal-sebagai-kelanjuta
n-dari-tujuan-pembangunan-millenium-millenium-development-goals/
http://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/berita-harian-
bappenas/konsp-sdgs-kerangka-pembangunan-pasca-2015/

Anda mungkin juga menyukai