Dosen Pengampu:
Yurika Witazora M.Pd
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karna telah
memberikan karunia-Nya dan telah memberikan kelancaran dalam proses
pembuatan Makalah ini, sehingga makalah yang berjudul “Sustainable
Development Goal’s (SDGs) Point Ke-1 Tanpa Kemiskinan & Point Ke-2
Tanpa Kelaparan” ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Adapun selanjutnya, penulis ingin berterima-kasih kepada berbagai pihak
yang telah banyak memberikan bantuan dan sumbangsih yang sangat berguna
dalam proses pembuatan makalah ini. Oleh karna itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Yurika Witazora M.Pd selaku dosen pengampu.
2. Teman teman saya kelas Sistem Informasi 4 (F) yang setiap hari
berjuang bersama, saling mendukung dalam segala hal positif.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata
bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan
hati, penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca
untuk penulisan berikutnya.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah khazanah
bagi pembaca sekalian dan tentunya juga bagi penulis sendiri.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR……………………….…………………………………..I
DAFTAR ISI…………………………………………….……………………...II
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...…..1
A. Latar Belakang…………………………………………………….…....1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………...2
C. Tujuan…………………………………………………………….….….3
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Munculnya Tujuan SDGs Point 1 dan 2.........................4
a. SDGs Point 1 (Tanpa Kemiskinan)......................................................4
b. SDGs Point 2 (Tanpa Kelaparan)........................................................6
B. Tujuan SDGs Point 1 dan 2.........................................................................8
a. SDGs Point 1 (Tanpa Kemiskinan).....................................................8
b. SDGs Point 2 (Tanpa Kelaparan)........................................................9
C. Target Tujuan SDGs Point 1 dan 2...........................................................10
a. SDGs Point 1 (Tanpa Kemiskinan)....................................................10
b. SDGs Point 2 (Tanpa Kelaparan).......................................................11
D. Program Pemerintah Tujuan SDGs Point 1 & 2......................................13
a. SDGs Point 1 (Tanpa Kemiskinan).....................................................13
b. SDGs Point 2 (Tanpa Kelaparan).......................................................14
E. Indikator Keberhasilan SDGs Point 1 dan 2............................................15
a. SDGs Point 1 (Tanpa Kemiskinan)....................................................15
b. SDGs Point 2 (Tanpa Kelaparan).......................................................17
F. Tantangan SDGs Point 1 dan 2..................................................................18
a. SDGs Point 1 (Tanpa Kemiskinan)....................................................18
b. SDGs Point 2 (Tanpa Kelaparan).......................................................19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………..22
B. Saran…………………………………………………………………….23
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
SDGs yang memiliki kepanjangan Sustainable Development Goals
atau dapat disebut juga sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
merupakan seperangkat tujuan, target, dan indikator yang disepakati negara-
engara dunia di mana diharapkan dapat digunakan secara universal atau
menyeluruh oleh negara-negara yang tergabung dalam PBB. Program SDGs
telah menjadi acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan
negara-negara di dunia sebagai program pengganti pembangunan global
Millenium Development Goals (MDGs) yang telah berakhir pada tahun
2015 (UNDP & World Bank Group, 2016; Woodbridge, 2015). Sustainable
Development Goals bertumpu pada tiga pilar: (1) pilar Sosial, pembangunan
manusia dalam ruang lingkup sosial; (2) pilar Ekonomi, pembangunan
ekonomi; (3) pilar Lingkungan, termasuk Keanekaragaman hayati. Dan
ketiga-tiga pilar ditopang oleh landasan institusi tata-kelola. Ketiga-tiga
pilar dan landasan institusi ini bertumpu pada 17 tujuan Sustainable
Development Goals yang diurai dalam 169 target-sasaran dan 241 indikator
yang saling pengaruh serta mempengaruhi.
Adapun tujuan SDGs diantaranya yaitu: (1) Tanpa Kemiskinan; (2)
Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan
Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7)
Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan
Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya
Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12)
Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan
Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16)
Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan
untuk Mencapai Tujuan. Sustainable Development Goals (SDGS)
dirancang sebagai kelanjutan dari Millinium Development Goals (MDGs),
yang belum tercapai tujuannya sampai pada akhir tahun 2015. SDGs dapat
1
diharapkan berkontribusi terhadap umat manusia dan yang terpenting
adalah memperkuat pedamaian bagi semua masyarakat internasional dalam
kebebasan yang luas dan dapat diharapkan dapat mengatasi kemiskinan
dalam tantangan global saat ini dan merupakan prasyarat yang tidak dapat
dilanjutkan untuk pembangunan berkelanjutan (Jokowi, 2020; Setiawan et
al., 2021).
Ada dua point tujuan dari SDGs yang memiliki sifat prioritas atau
sangat penting sehingga menjadi point paling teratas yang selalu akan
menjadi sebuah problem besar bagi setiap negara yang tergabung dalam
PBB dan musti segera dientaskan atau setidaknya dikurangi dampaknya,
dua point tersebut yaitu “(1) Tanpa Kemiskinan & (2) Tanpa
Kelaparan”. Dua point yang cukup crucial untuk dibahas ini memang
berkaitan langsung dengan aspek sosial dan aspek ekonomi. Problematika
kemiskinan dan kelaparan tidak akan habisnya menjadi sebuah masalah
yang rumit serta amat sulit untuk diselesaikan bahkan bagi negara-negara
yang telah maju. Maka dari itu penting bagi kita sebagai seorang mahasiswa
perlu menyoroti dan menelaah apa saja solusi yang ada guna menghadapi
dua point penting tersebut. Kedua point SDGs ini memiliki dampak yang
cukup luas terhadap pembangunan berkelanjutan secara keseluruhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang terbentuknya SDGs point 1 dan 2, yaitu "Tanpa
Kemiskinan dan Tanpa Kelaparan”?
2. Apa penjelasan berkaitan dengan 2 point Tujuan SDGs Point 1 dan 2, yaitu
"Tanpa Kemiskinan dan Tanpa Kelaparan”?
3. Apa saja target yang ingin dicapai PBB pada Tujuan SDGs Point 1 dan 2,
yaitu "Tanpa Kemiskinan dan Tanpa Kelaparan”?
4. Apa saja bentuk usaha atau program yang dilakukan pihak pemerintah guna
mewujudkan SDGs Point 1 dan 2, yaitu "Tanpa Kemiskinan dan Tanpa
Kelaparan”?
2
5. Apa saja indikator yang digunakan untuk menetapkan keberhasilan program
pemerintah untuk SDGs Point 1 & 2 yaitu "Tanpa Kemiskinan dan Tanpa
Kelaparan”?
6. Apa saja tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan program
untuk mencapai Tujuan SDGs Point 1 dan 2, yaitu "Tanpa Kemiskinan
dan Tanpa Kelaparan”?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang pentingnya pendidikan serta edukasi dalam mengatasi kemiskinan
dan kelaparan. Hal ini termasuk akses pendidikan yang merata, pelatihan
keterampilan, dan peningkatan literasi serta untuk mendorong
pembangunan berkelanjutan di seluruh dunia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
kesejahteraan di Indonesia menjadi penyebab utama kemiskinan. Kemiskinan
menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan
suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu
wilayah digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan di wilayah tersebut
(Todaro & Smith, 2014). Kemiskinan adalah keadaan dimana ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan dan kesehatan. Permasalahan standar hidup yang
rendah berhubungan dengan pendapatan yang rendah, perumahan yang kurang
layak, kesehatan dan pelayanan kesehatan yang buruk, dan tingkat pendidikan
masyarakat yang rendah sehingga berakibat pada rendahnya sumber daya
manusia dan banyaknya pengangguran. Adanya keterbelakangan dan
ketertinggalan sumber daya manusia, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya
modal menyebabkan rendahnya produktivitas (Clarke & Erreygers, 2020;
Ravallion, 2020; Wang et al., 2020).
Latar belakang munculnya SDGs Point 1, "Tanpa Kemiskinan",
terutama dipengaruhi oleh kegagalan dalam mencapai tujuan pengentasan
kemiskinan yang direncanakan sebelumnya, yaitu Millennium Development
Goals (MDGs). MDGs, yang diperkenalkan pada tahun 2000, bertujuan untuk
mengatasi sejumlah masalah pembangunan global, termasuk kemiskinan
ekstrem. Meskipun MDGs telah memberikan dorongan besar dalam upaya
mengurangi kemiskinan, mereka masih gagal mengatasi akar masalah
kemiskinan secara menyeluruh. Ketika masa berlalu, menjadi jelas bahwa
upaya untuk mengatasi kemiskinan memerlukan pendekatan yang lebih
komprehensif dan berkelanjutan. Beberapa faktor yang menjadi latar belakang
munculnya SDGs Point 1, "Tanpa Kemiskinan", adalah:
1. Kesadaran akan Kesenjangan Ekonomi yang Meningkat: Perhatian
terhadap kesenjangan ekonomi yang semakin membesar di antara negara-
negara dan di dalam negeri menjadi semakin terasa. Meskipun ada kemajuan
ekonomi yang signifikan di beberapa negara, kemiskinan ekstrem masih
menjadi masalah serius, bahkan di negara-negara maju.
5
2. Krisis Ekonomi Global: Krisis ekonomi global, seperti krisis keuangan
tahun 2008, telah memperburuk kondisi kemiskinan di banyak negara.
Krisis semacam itu menyoroti kerentanan sistem ekonomi global terhadap
guncangan dan mendesak perlunya strategi yang lebih tangguh untuk
melindungi mereka yang paling rentan.
3. Kesadaran akan Ketimpangan dalam Pembangunan: Kesadaran akan
ketidakseimbangan dalam proses pembangunan, di mana sebagian
masyarakat dapat mengakses sumber daya dan kesempatan dengan lebih
baik daripada yang lain, menjadi semakin jelas. Ini menunjukkan perlunya
kebijakan yang lebih inklusif untuk memastikan bahwa manfaat
pembangunan dapat dinikmati oleh semua orang, termasuk mereka yang
berada di garis kemiskinan.
4. Komitmen Global untuk Pembangunan Berkelanjutan: Munculnya
kesadaran akan perlunya upaya kolaboratif global dalam mengatasi
tantangan pembangunan berkelanjutan, termasuk penanggulangan
kemiskinan, menjadi pendorong utama bagi pembentukan SDGs. Berbagai
negara dan organisasi internasional menyadari bahwa kemiskinan adalah
masalah lintas batas yang memerlukan solusi global.
Dengan memperhatikan latar belakang ini, para pemangku kepentingan
secara luas setuju bahwa perlu ada pendekatan baru yang lebih holistik,
terintegrasi, dan berkelanjutan dalam upaya mengatasi kemiskinan. Hal ini
mendorong lahirnya SDGs Point 1, "Tanpa Kemiskinan", yang menjadi
fokus utama dalam agenda pembangunan global menuju tahun 2030.
6
dunia. Tanpa pola pengamanan ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi melalui
pertanian berkelanjutan, maka dikhawatirkan jumlah lahan yang semakin
menyempit untuk pertanian akan menghambat pencapaian Goal ini. Perbaikan
nutrisi juga sangat penting apabila dikaitkan dengan Goal kesehatan, khususnya
untuk mencapai target maternal mortality dan stunting serta child mortality.
Ketiga hal ini sangat penting tidak hanya untuk tujuan kesehatan, namun juga
untuk membangun sumber daya manusia yang sehat dan cerdas, sehingga
menjadi modal pembangunan untuk mengisi pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan. Latar belakang munculnya SDGs Point 2, "Tanpa Kelaparan",
didorong oleh beberapa faktor yang menggambarkan kompleksitas dan urgensi
masalah kelaparan global. Berikut adalah latar belakang tersebut:
1. Krisis Kelaparan Global: Meskipun telah ada beberapa kemajuan dalam
mengurangi tingkat kelaparan di dunia, namun masih terdapat jutaan orang
yang menderita kelaparan dan kekurangan gizi setiap hari. Krisis kelaparan
global menjadi perhatian utama karena berdampak langsung pada
kesehatan, pendidikan, dan produktivitas manusia.
2. Keterkaitan Kelaparan dengan Kemiskinan: Kelaparan sering kali
menjadi akibat langsung dari kemiskinan, keterbatasan akses terhadap
sumber daya, dan ketidakstabilan ekonomi. Kondisi ini menunjukkan
perlunya pendekatan yang terintegrasi dalam menangani masalah
kemiskinan dan kelaparan secara bersama-sama.
3. Perubahan Iklim dan Ketidakpastian Pangan: Perubahan iklim telah
meningkatkan ketidakpastian pangan di banyak wilayah, mempengaruhi
produktivitas pertanian dan ketersediaan sumber daya alam. Bencana alam
seperti banjir, kekeringan, dan badai sering kali merusak hasil panen dan
menyebabkan kelaparan di komunitas yang rentan.
4. Krisis Kemanusiaan dan Konflik: Krisis kemanusiaan dan konflik
bersenjata sering kali menjadi pemicu utama kelaparan di berbagai wilayah.
Konflik bersenjata dapat mengganggu distribusi makanan dan akses
terhadap sumber daya, meningkatkan risiko kelaparan di kalangan populasi
yang terkena dampak.
7
5. Komitmen untuk Kesejahteraan Masyarakat: Komitmen global untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjamin hak-hak dasar
setiap individu, termasuk hak atas pangan yang cukup, sehat, dan bergizi,
menjadi pendorong utama dalam munculnya SDGs Point 2.
SDGs Point 2, "Tanpa Kelaparan", mencerminkan kesadaran akan
pentingnya menciptakan sistem pangan yang berkelanjutan, mengurangi
kerawanan pangan, meningkatkan akses terhadap pangan yang bergizi, dan
memastikan bahwa setiap orang memiliki hak untuk hidup bebas dari kelaparan.
Ini mencerminkan komitmen global untuk mengakhiri kelaparan dalam semua
bentuk dan dimensi.
8
memiliki akses yang setara terhadap sumber daya ekonomi, seperti tanah,
teknologi, dan keuangan, sehingga mereka dapat memperbaiki kualitas hidup
mereka secara signifikan.
Dengan menargetkan pengentasan kemiskinan, Tujuan point 1 SDGs
memperjuangkan akses universal terhadap makanan yang bergizi, air bersih,
sanitasi yang layak, layanan kesehatan dasar, pendidikan yang berkualitas,
serta pekerjaan yang layak. Dengan memastikan bahwa orang-orang memiliki
akses yang setara terhadap sumber daya dan kesempatan, Tujuan 1 juga
berupaya mengurangi ketimpangan ekonomi yang meluas dan
mempromosikan inklusi sosial yang lebih besar.
Melalui langkah-langkah kebijakan dan program yang diselaraskan dengan
Tujuan point 1 SDGs, komunitas internasional berharap untuk memajukan
kesejahteraan manusia secara menyeluruh, mengangkat jutaan orang dari
kemiskinan ekstrem, dan memastikan bahwa mereka memiliki kesempatan
yang sama untuk meraih impian dan potensi mereka. Dengan demikian, Tujuan
point 1 SDGs adalah tonggak penting dalam membangun dunia yang lebih adil,
berkelanjutan, dan inklusif bagi semua orang.
9
mendapatkan akses yang lebih baik ke pasar.
Tujuannya point 2 untuk menjamin setiap orang di manapun ia berada,
memiliki ketahanan pangan yang baik untuk menuju kehidupan sehatnya.
Pencapaian tujuan ini membutuhkan akses yang lebih baik terhadap pangan
dan ajakan budidaya pertanian secara luas berkelanjutan. Hal tersebut
mencakup pengembangan produktivitas dan pemasukan petani kecil dengan
mendorong kesamaan luas lahan, teknologi dan penjualan, sistem produksi
pangan yang berkelanjutan, dan budidaya yang terus menerus. Hal ini
membutuhkan peningkatan investasi melalui kerjasama internasional untuk
mendukung kapasitas produksi pertanian negara berkembang. Penghapusan
kelaparan dan peningkatan ketahanan pangan merupakan langkah kunci dalam
menciptakan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan.
Tujuan 2 SDGs juga berupaya untuk mengurangi ketidaksetaraan akses
terhadap pangan dan mengatasi masalah kelaparan kronis yang dialami oleh
jutaan orang di seluruh dunia, khususnya di wilayah yang rentan terhadap
bencana alam dan perubahan iklim. Melalui upaya kolaboratif antara
pemerintah, organisasi internasional, sektor swasta, dan masyarakat sipil,
Tujuan 2 SDGs bertujuan untuk menciptakan sistem pangan yang lebih
inklusif, efisien, dan berkelanjutan. Dengan demikian, pencapaian Tujuan 2
tidak hanya akan mengurangi angka kelaparan dan malnutrisi, tetapi juga akan
memberdayakan masyarakat untuk membangun masa depan yang lebih cerah
dan berkelanjutan bagi semua orang.
10
perempuan dan anak-anak dari semua usia, yang hidup dalam kemiskinan
di semua dimensi, sesuai dengan definisi nasional,
iii. Menerapkan secara nasional sistem dan upaya perlindungan sosial yang
tepat bagi semua, termasuk kelompok yang paling miskin, dan pada tahun
2030 mencapai cakupan substansial bagi kelompok miskin dan rentan,
iv. Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua laki-laki dan perempuan,
khususnya masyarakat miskin dan rentan, memiliki hak yang sama
terhadap sumber daya ekonomi, serta akses terhadap pelayanan dasar,
kepemilikan dan kontrol atas tanah dan bentuk kepemilikan lain, warisan,
sumber daya alam, teknologi baru, dan jasa keuangan yang tepat, termasuk
keuangan mikro
v. Pada tahun 2030, membangun ketahanan masyarakat miskin dan mereka
yang berada dalam kondisi rentan, dan mengurangi kerentanan mereka
terhadap kejadian ekstrim terkait iklim dan guncangan ekonomi, sosial,
lingkungan, dan bencana,
vi. Menjamin mobilisasi yang signifikan terkait sumber daya dari berbagai
sumber, termasuk melalui kerjasama pembangunan yang lebih baik, untuk
menyediakan sarana yang memadai dan terjangkau bagi negara
berkembang, khususnya negara kurang berkembang untuk melaksanakan
program dan kebijakan mengakhiri kemiskinan di semua dimensi.
vii. Membuat kerangka kebijakan yang kuat di tingkat nasional, regional dan
internasional, berdasarkan strategi pembangunan yang memihak pada
kelompok miskin dan peka terhadap isu gender untuk mendukung
investasi yang cepat dalam tindakan pemberantasan kemiskinan
11
cukup sepanjang tahun.
ii. Pada tahun 2030, menghilangkan segala bentuk kekurangan gizi, termasuk
pada tahun 2025 mencapai target yang disepakati secara internasional
untuk anak pendek dan kurus di bawah usia 5 tahun, dan memenuhi
kebutuhan gizi remaja perempuan, ibu hamil dan menyusui, serta manula,
iii. Pada tahun 2030, menggandakan produktivitas pertanian dan pendapatan
produsen makanan skala kecil, khususnya perempuan, masyarakat
penduduk asli, keluarga petani, penggembala dan nelayan, termasuk
melalui akses yang aman dan sama terhadap lahan, sumber daya produktif,
dan input lainnya, pengetahuan, jasa keuangan, pasar, dan peluang nilai
tambah, dan pekerjaan non-pertanian,
iv. Pada tahun 2030, menjamin sistem produksi pangan yang berkelanjutan
dan menerapkan praktek pertanian tangguh yang meningkatkan produksi
dan produktivitas, membantu menjaga ekosistem, memperkuat kapasitas
adaptasi terhadap perubahan iklim, cuaca ekstrim, kekeringan, banjir, dan
bencana lainnya, serta secara progresif memperbaiki kualitas tanah dan
lahan,
v. Pada tahun 2020, mengelola keragaman genetik benih, tanaman budidaya
dan hewan ternak dan peliharaan dan spesies liar terkait serta
meningkatkan akses terhadap pembagian keuntungan yang adil dan
merata, hasil dari pemanfaatan sumber daya genetik dan pengetahuan
tradisional terkait, sebagaimana yang disepakati secara internasional,
vi. Memperbaiki dan mencegah pembatasan dan distorsi dalam pasar petanian
dunia, termasuk melalui penghapusan secara bersama bersamaan segala
bentuk subsidi ekspor dengan efek setara,
vii. Mengadopsi langkah-langkah untuk menjamin berfungsinya pasar
komoditas pangan serta turunannya dengan tepat, dan memfasilitasi pada
waktu yang tepat akses terhadap informasi pasar untuk membantu
membatasi volatilitas harga pangan yang ekstrim.
12
D. Program Pemerintah Mengimplementasikan Tujuan SDGs Point 1 dan 2
(Tanpa Kemiskinan dan Tanpa Kelaparan)
a. SDGs Point 1 (Tanpa Kemiskinan)
Ada beragam program pemerintah di seluruh dunia yang bertujuan untuk
mewujudkan Tujuan 1 dari Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu
mengakhiri kemiskinan dalam semua bentuk dan dimensi. Berikut adalah
beberapa contoh program pemerintah dunia dalam rangka mencapai Tujuan 1
SDGs:
1. Program Bantuan Sosial dan Subsidi Pangan: Banyak negara
mengimplementasikan program bantuan sosial dan subsidi pangan untuk
membantu kelompok masyarakat yang berada dalam kemiskinan ekstrem.
Contohnya adalah Program Keluarga Harapan (PKH) di Indonesia yang
memberikan bantuan tunai kepada keluarga miskin agar mereka bisa
memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan dan pendidikan.
2. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin: Banyak
pemerintah mengimplementasikan program pemberdayaan ekonomi untuk
membantu masyarakat miskin keluar dari lingkaran kemiskinan. Contoh
nyata adalah Program Grameen Bank di Bangladesh yang memberikan
pinjaman kecil kepada kelompok masyarakat miskin, terutama perempuan,
untuk memulai usaha kecil dan menengah.
3. Program Pendidikan Gratis atau Subsidi Pendidikan: Pendidikan
dapat menjadi kunci untuk keluar dari kemiskinan. Banyak negara
mengimplementasikan program pendidikan gratis atau subsidi pendidikan
untuk memastikan bahwa anak-anak dari keluarga miskin dapat
mengakses pendidikan yang berkualitas tanpa terkendala biaya. Contoh
nyata adalah Program Sekolah Gratis di negara-negara seperti Brasil dan
Kenya.
4. Program Akses Kesehatan Universal: Pemerintah di beberapa negara
telah meluncurkan program akses kesehatan universal untuk memastikan
bahwa semua warganya memiliki akses yang setara terhadap layanan
kesehatan yang berkualitas tanpa harus menderita kemiskinan akibat biaya
13
perawatan medis. Contohnya adalah National Health Service (NHS) di
Britania Raya.
5. Program Pemberdayaan Tanah dan Akses Lahan untuk Petani:
Banyak negara yang memiliki mayoritas populasi yang bergantung pada
pertanian mengimplementasikan program pemberdayaan tanah dan akses
lahan untuk petani kecil. Program ini bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas pertanian dan pendapatan petani sehingga mereka dapat
keluar dari kemiskinan. Contoh nyata adalah Program Land Redistribution
di Afrika Selatan.
Program-program ini mencerminkan upaya konkret pemerintah dalam
mencapai Tujuan 1 SDGs dengan cara yang beragam dan terintegrasi dengan
kebutuhan masyarakat setempat.
14
setempat memberikan pelatihan dan dukungan kepada petani untuk beralih
ke pertanian organik.
3. Program Subsidi Pupuk dan Benih: Beberapa pemerintah menyediakan
subsidi untuk pupuk dan benih kepada petani agar mereka dapat
meningkatkan produktivitas pertanian mereka. Contoh nyata adalah
Program Subsidi Pupuk di Indonesia, di mana pemerintah memberikan
subsidi kepada petani untuk membeli pupuk agar hasil panen dapat
ditingkatkan.
4. Program Pengembangan Infrastruktur Pertanian: Pemerintah
menginvestasikan dalam pembangunan infrastruktur pertanian, seperti
irigasi, jalan, dan gudang penyimpanan, untuk meningkatkan akses petani
terhadap pasar dan meningkatkan nilai tambah produk pertanian. Contoh
nyata adalah Program Pengembangan Infrastruktur Pertanian di Ethiopia,
yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan
mengurangi ketidaksetaraan akses terhadap pasar.
5. Program Pangan Sekolah: Banyak negara memiliki program pangan
sekolah di mana makanan bergizi disediakan kepada anak-anak di sekolah
untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan asupan gizi yang cukup
untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Contoh nyata adalah
Program Pangan Sekolah di Brasil, di mana makanan disediakan kepada
anak-anak sekolah dari keluarga miskin.
Program-program ini mencerminkan berbagai upaya pemerintah di seluruh
dunia untuk mewujudkan Tujuan 2 SDGs dengan tujuan utama mengakhiri
kelaparan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memastikan
ketahanan pangan yang berkelanjutan.
15
Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu mengakhiri kemiskinan dalam
semua bentuk dan dimensi, dapat mencakup beberapa poin sebagai berikut:
1. Pengurangan Angka Kemiskinan Ekstrem: Indikator ini mencerminkan
pengurangan jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem di suatu
negara atau wilayah. Contoh nyata dari indikator ini adalah penurunan
angka kemiskinan ekstrem di negara-negara seperti Indonesia, yang
dicapai melalui berbagai program pemerintah seperti Program Keluarga
Harapan (PKH) dan program pemberdayaan ekonomi.
2. Peningkatan Akses Terhadap Layanan Dasar: Indikator ini mencakup
peningkatan akses masyarakat terhadap layanan dasar seperti pendidikan,
kesehatan, air bersih, dan sanitasi. Contoh nyata dari indikator ini adalah
peningkatan tingkat partisipasi sekolah dan penurunan angka kematian
bayi di negara-negara yang mengimplementasikan program akses layanan
dasar yang lebih baik.
3. Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga: Indikator ini mencerminkan
peningkatan pendapatan rumah tangga di tingkat nasional, regional, atau
lokal. Contoh nyata dari indikator ini adalah peningkatan pendapatan
rumah tangga di wilayah yang menerapkan program pemberdayaan
ekonomi seperti program pinjaman mikro atau pelatihan keterampilan.
4. Pengurangan Ketimpangan Ekonomi: Indikator ini mengukur
pengurangan ketimpangan ekonomi antara kelompok masyarakat yang
kaya dan miskin. Contoh nyata dari indikator ini adalah pengurangan
tingkat ketimpangan ekonomi yang terjadi di beberapa negara karena
adanya program redistribusi atau pemberdayaan ekonomi yang lebih
inklusif.
5. Peningkatan Kesejahteraan Sosial: Indikator ini mencakup peningkatan
kesejahteraan sosial masyarakat, seperti peningkatan akses terhadap
perumahan layak, transportasi, dan infrastruktur sosial. Contoh nyata dari
indikator ini adalah peningkatan akses masyarakat terhadap perumahan
layak dan infrastruktur sosial di wilayah yang menerapkan program
pembangunan infrastruktur yang inklusif.
16
Program-program seperti PKH di Indonesia, Program Grameen Bank di
Bangladesh, dan Program Sekolah Gratis di berbagai negara merupakan contoh
nyata dari program pemerintah yang berkontribusi secara signifikan terhadap
pencapaian indikator-indikator tersebut dalam rangka mewujudkan Tujuan 1
SDGs.
17
pertanian yang meningkatkan akses petani ke pasar.
5. Pengurangan Kerentanan Pangan: Indikator ini mencerminkan
pengurangan kerentanan masyarakat terhadap krisis pangan dan bencana
alam yang dapat mengganggu produksi dan distribusi pangan. Contoh
nyata adalah pengurangan kerentanan pangan melalui program-program
ketahanan pangan yang membangun infrastruktur adaptasi perubahan
iklim dan mitigasi risiko bencana.
Program-program tersebut mencerminkan upaya pemerintah dalam mencapai
indikator keberhasilan Tujuan 2 SDGs yang bertujuan untuk mencapai
ketahanan pangan yang berkelanjutan dan meningkatkan gizi masyarakat.
18
5. Keterbatasan Infrastruktur dan Akses Terhadap Sumber Daya: Di
beberapa daerah, terutama di pedalaman dan pulau-pulau terpencil,
infrastruktur seperti jalan, air bersih, dan listrik masih kurang, sehingga
menghambat akses terhadap sumber daya dan peluang ekonomi.
6. Masalah Pertanian dan Ketahanan Pangan: Sektor pertanian, yang
merupakan mata pencaharian utama bagi sebagian besar masyarakat
pedesaan, sering menghadapi tantangan seperti akses terhadap teknologi
pertanian yang modern, perubahan iklim, dan akses pasar yang terbatas.
7. Krisis Lingkungan: Degradasi lingkungan, termasuk deforestasi,
pencemaran air dan udara, serta kerusakan ekosistem, mengancam sumber
daya alam dan mata pencaharian tradisional masyarakat, terutama yang
hidup di sekitar hutan dan perairan.
8. Krisis Ekonomi dan Sosial Akibat Pandemi: Pandemi COVID-19 telah
meningkatkan tingkat pengangguran, kemiskinan, dan ketidaksetaraan
ekonomi di Indonesia, memperparah kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat.
9. Korupsi dan Ketidakadilan Sosial: Praktik korupsi di berbagai tingkatan
pemerintahan dapat menghalangi distribusi sumber daya secara adil dan
menyebabkan ketidaksetaraan yang lebih besar dalam masyarakat.
10. Kurangnya Kesadaran dan Pendidikan Masyarakat: Kurangnya
kesadaran akan hak-hak dan peluang ekonomi serta kurangnya akses
terhadap pendidikan formal dan non-formal menjadi tantangan dalam
upaya mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
Mengatasi tantangan-tantangan ini membutuhkan upaya kolaboratif dari
pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan lembaga internasional untuk
mengimplementasikan kebijakan dan program-program yang berkelanjutan
serta inklusif.
19
1. Ketahanan Pangan yang Rentan: Meskipun Indonesia memiliki
produksi pangan yang cukup besar, ketahanan pangan masih rentan
terhadap perubahan iklim, bencana alam, dan fluktuasi harga.
2. Keterbatasan Akses Terhadap Pangan Bergizi: Terdapat kesenjangan
antara akses terhadap pangan bergizi di antara wilayah perkotaan dan
pedesaan, serta antara kelompok ekonomi yang berbeda di dalam
masyarakat.
3. Ketimpangan Distribusi Pangan: Distribusi pangan yang tidak merata,
terutama di wilayah terpencil dan kepulauan, sering mengakibatkan
ketidaksetaraan akses terhadap pangan yang berkualitas.
4. Ketidakpastian Iklim: Perubahan iklim telah mengancam produktivitas
pertanian, baik melalui pola hujan yang tidak teratur, peningkatan suhu,
atau bencana alam seperti banjir dan kekeringan.
5. Ketergantungan pada Sektor Pertanian Tradisional: Meskipun
sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada
sektor pertanian, teknologi dan praktik pertanian yang tradisional sering
kali tidak cukup efisien dalam menghadapi tantangan modern.
6. Kurangnya Infrastruktur dan Akses Pasar: Kurangnya infrastruktur,
termasuk jalan dan transportasi, sering membuat sulitnya akses petani ke
pasar, menghambat perdagangan pangan yang efisien.
7. Korupsi dan Praktik Bisnis yang Tidak Adil: Praktik korupsi dan
ketidakadilan dalam rantai pasok pangan dapat menghambat distribusi
pangan yang merata dan harga yang wajar bagi petani dan konsumen.
8. Krisis Lingkungan dan Degradasi Lahan: Degradasi lingkungan,
termasuk deforestasi dan degradasi lahan pertanian, mengancam produksi
pangan dan mata pencaharian masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.
9. Keterbatasan Edukasi Gizi dan Kesehatan: Kurangnya kesadaran akan
pentingnya gizi yang seimbang dan gaya hidup sehat sering kali menjadi
hambatan dalam memerangi kelaparan dan kekurangan gizi.
10. Krisis Ekonomi dan Sosial Akibat Pandemi: Pandemi COVID-19 telah
memperburuk kondisi ketahanan pangan dengan meningkatkan tingkat
20
pengangguran, menurunnya daya beli masyarakat, dan meningkatnya
angka kemiskinan.
Mengatasi tantangan-tantangan tersebut memerlukan upaya yang
komprehensif dari pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan lembaga
internasional untuk meningkatkan ketahanan pangan, memperkuat
infrastruktur, memperbaiki kebijakan pertanian, serta meningkatkan kesadaran
gizi dan kesehatan di seluruh Indonesia.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan SDGs Point 1 "Tanpa Kemiskinan" dan Point 2 "Tanpa
Kelaparan" merupakan pilar utama dari Agenda Pembangunan
Berkelanjutan PBB yang bertujuan untuk menciptakan dunia yang lebih
adil, berkelanjutan, dan inklusif bagi semua orang.
SDGs Point 1 - Tanpa Kemiskinan: Tujuan SDGs Point 1 adalah
mengakhiri kemiskinan dalam semua bentuk dan dimensi di seluruh dunia.
Ini mencakup pengentasan kemiskinan ekstrem dan upaya untuk
meningkatkan akses terhadap sumber daya, layanan dasar, dan peluang
ekonomi yang adil bagi semua orang. Program-program yang mendukung
tujuan ini termasuk program bantuan sosial, pemberdayaan ekonomi, akses
pendidikan dan layanan kesehatan, serta upaya untuk mengurangi
ketimpangan ekonomi.
SDGs Point 2 - Tanpa Kelaparan: Tujuan SDGs Point 2 adalah
mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, meningkatkan gizi
yang baik, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan. Fokus utamanya
adalah untuk memastikan akses yang aman, andal, dan berkelanjutan
terhadap sistem pangan yang bergizi bagi semua orang, serta meningkatkan
produktivitas pertanian secara berkelanjutan. Program-program yang
mendukung tujuan ini termasuk program subsidi pangan, penyuluhan
pertanian, infrastruktur pertanian, pangan sekolah, dan adaptasi perubahan
iklim di sektor pertanian.
Mencapai tujuan SDGs Point 1 dan 2 adalah langkah krusial dalam
menciptakan dunia yang lebih adil, sejahtera, dan berkelanjutan. Dengan
mengakhiri kemiskinan dan kelaparan, masyarakat dapat memiliki akses
yang setara terhadap kesempatan dan sumber daya yang diperlukan untuk
hidup yang layak. Namun, tantangan seperti ketimpangan ekonomi,
perubahan iklim, dan ketidakpastian global memerlukan upaya bersama dari
22
pemerintah, masyarakat sipil, sektor swasta, dan lembaga internasional
untuk mencapai tujuan ini. Dengan kerja sama dan komitmen yang kuat,
kita dapat memastikan bahwa tidak ada lagi orang yang hidup dalam
kemiskinan dan kelaparan di dunia ini, menuju masa depan yang lebih cerah
bagi semua orang.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini. Tentunya makalah ini masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini.
23
DAFTAR PUSTAKA