KELOMPOK 1:
DEWI FEBRIANTI
KRISTINA MADESAN
IRMA SARI
RISMA
MEGANANDA REZKIEL
MUJAHIIDAH FEBRIANTI
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya
di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah ADMINISTRASI KEBIJAKAN
RUMAH SAKIT.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
kami yang telah membimbing kami dalam perkuliahan selama ini.Demikian, semoga makalah
ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….............
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………….....…………........................
BAB 2 ISI.....................……………………………………………….........................
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………….…....................
3.1 Kesimpulan………………………………………………………..….......................
3.2 Saran…………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………......................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
BAB 2
PEMBAHASAN
Isi dari Millenium Development Goals meliputi 8 hal pokok tujuan pembangunan yang
ingin dicapai pada tahun 2015 antara lain:
Pada 2008, angka kemiskinan nasional adalah 15,4 % atau terdapat hampir 35 juta
penduduk miskin. Diperlukan suatu usaha yang besar dalam mencapai target MDG’s dengan
target kemiskinan sebesar 7,5 %. Menurunkan angka kemiskinan menjadi target atau tujuan
utama dari MDG’s dengan alasan bahwa ketika seseorang memiliki uang yang cukup, maka
ia akan memiliki daya beli untuk memenuhi kebutuhan baik makanan, pendidikan, kesehatan,
dan akses penting lain yang mampu menunjang kehidupan sehingga tercapai suatu
kesejahteraan. Menurut survey yang dilakukan BPS pada tahun 2008, ukuran seseorang
dikatakan berada dibawah garis kemiskinan jika pengeluaran seseorang kurang dari Rp
182.636 per bulan. Namun kemiskinan ini tidak hanya diukur berdasarkan pendapatan
(income poverty), melainkan memiliki banyak dimensi. Seseorang juga dapat merasa dirinya
miskin ketika ia hanya memiliki rumah yang kumuh, kekurangan air bersih, pendidikan, atau
informasi. Mengentaskan masalah kemiskinan bukanlah hal yang mudah. Diperlukan
beberapa upaya yang kompleks misalnya memperbaiki akses pendidikan bagi warga yang
kurang mampu, menyediakan lapangan pekerjaan dan memberikan penghasilan yang cukup,
memberikan subsidi bidang kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat.
Target kedua MDG’s adalah mengurangi jumlah anak-anak yang kekurangan gizi
hingga separuhnya. Pada tahun 1990 angka kekurangan gizi pada anak-anak sekitar 35,5 %
jadi harus ditekan menjadi sekitar 17,8 %. Di Indonesia, masalah kurang gizi pada anak
bukan hanyak disebabkan oleh minimnya penghasilan. Lebih banyak anak kekurangan gizi
meski angka kemiskinan menurun dikarenakan banyak bayi yang tidak mendapatkan
makanan tepat dalam jumlah yang cukup. Selain itu juga disebabkan kurangnya perhatian
ibu, kurangnya informasi dan informasi dalam perawatan anak.
Tujuan kedua MDG’s ini bukanlah sekedar semua anak bisa sekolah, tetapi memberikan
pendidikan dasar yang utuh. Karena meskipun angka partisipasi di sekolah cukup meningkat,
banyak yang tidak dapat belajar dengan lancar di sekolah. Ada yang tidak naik kelas atau
bahkan terpaksa berhenti. Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua dapat dicapai dengan
beberapa aktivitas yang terkait antara lain pemerataan pertumbuhan ekonomi, pemerataan
jumlah tenaga pendidik berkualitas, serta memperbaiki aspek transportasi, makanan, buku,
sarana pensisikan, serta perlengkapan tambahan lainnya.
Kesetaraan gender yang menjadi tujuan ketiga dari MDG’s ini menyangkut tiga target
yaitu perbedaan dan diskriminasi gender dalam hal pendidikan, lapangan pekerjaan, dan
keterwakilan dalam parlemen.
Usia harapan hidup di negeri ini rata-rata meningkat sekitar 15 tahun. Anak-anak yang
lahir di Indonesia saat ini memiliki usia harapan hidup hingga 68 tahun. Namun ada satu
ukuran lainnya yang sangat penting yaitu jumlah anak-anak yang meninggal. Anak-anak
terutama bayi memiliki kerentanan terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat.
Sehingga tujuan keempat dari MDG’s adalah mengurangi jumlah kematian anak. Salah satu
upaya untuk menurunkan angka kematian bayi sampai balita adalah dengan menurunkan
tingkat kemiskinan. Diperlukan dana yang banyak bukan hanya untuk penyembuhan tetapi
juga untuk pencegahan penyakit melalui berbagai upaya seperti vaksinasi atau peningkatan
nilai gizi yang dikonsumsi.
Target untuk 2015 adalah mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses
melahirkan. Pada dasarnya, penyebab terbesar kematian ibu adalah komplikasi ketika
persalinan. Sejumlah komplikasi sewaktu persalinan bisa dicegah misalnya komplikasi akibat
aborsi yang tidak aman. Cara untuk mencegah komplikasi juga melalui terpenuhinya akses
yang baik bagi perempuan dalam kontrasepsi yang efektif. Kemudian juga tingkat
perekonomian keluarga yang baik akan mendukung tingkat ketercukupan gizi pada ibu hamil,
serta diperlukan adanya ketersediaan dan pemerataan tenaga medis yang berkualitas dalam
menolong proses persalinan.
Tujuan keenam dalam MDG’s adalah menangani berbagai penyakit menular paling
berbahaya. Penyakit pertama yang menjadi prioritas penanganan dalam tujuan MDG’s adalah
HIV-AIDS yang dianggap tidak hanya menimbulkan kerugian bagi masyarakat tetapi juga
kerugian di level Negara.
HIV-AIDS merupakan jenis penyakit yang memiliki kemu nan untuk ngki
menimbulkan generalized epidemy. Hal ini karena penyebarannya yang cepat diantara dua
kelompok beresiko tinggi yaitu para pengguna NAPZA dan pekerja seks. Selain itu HIV-
AIDS mungkin juga menular melalui ibu ke bayinya, atau dari suami kepada istrinya.
HIV-AIDS merupakan penyakit menular yang penanganannya sangat kompleks. Jumlah
penderita HIV-AIDS seringkali tidak terdeteksi secara pasti karena adanya stigma negatif di
masyarakat. HIV-AIDS adalah penyakit yang dapat menyerang semua kalangan masyarakat
dan dari berbagai kelompok umur. Penyakit ini penyebarannya diperparah dengan tingkat
pengetahuan akan definisi penyakit yang masih rendah baik dari masyarakat atau tenaga
kesehatan.
Penyakit menular lain yang menjadi tujuan penanganan dalam MDG’s adalah TBC
dan Malaria. Dua jenis penyakit ini menjadi prioritas diantara banyaknya penyakit menular
lain karena menyebabkan penderitanya rentan terhadap penyakit lain. Selain itu dua penyakit
ini memiliki karakteristik yang sama dengan kasus HIV-AIDS yaitu susah menemukan kasus
secara pasti. Banyak penderita HIV-AIDS yang malu untuk memeriksakan diri karena adanya
stigma di masyarakat, sedangkan untuk penyakit TBC dan malaria penyebab utama tidak
terdeteksinya kasus dikarenakan faktor pengetahuan yang kurang sehingga memperparah
dampak dan penyebaran penyakit secara meluas.
Kelestarian lingkungan menjadi tujuan ketujuh dalam MDG’s dengan alasan kelestarian
lingkungan yang terjaga merupakan aspek yang mendukung tercapainya derajat kesehatan
dan kesejahteraan manusia. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya seringkali
memanfaatkan sumber daya alam dengan maksimal tanpa memperhatikan dampak dari
penggunaan sumber daya tersebut. Salah satu dampak penggunaan sumber daya alam oleh
manusia adalah timbulnya polusi baik di udara, air, maupun tanah. Kelestarian alam yang
tidak terjaga tidak hanya akan menimbulkan kerugian di kawasan suatu Negara namun juga
dapat mengancam kelestarian lingkungan Negara lainnya. Kebanyakan orang tidak
menyadari arti penting dari kelestarian lingkungan. Kelestarian lingkungan tidak hanya
mendorong tercapainya derajat kesehatan tetapi juga kesejahteraan dan kestabilan ekonomi
suatu masyarakat. Suatu wilayah yang memiliki kelestarian lingkungan, akan dapat
menyediakan lingkungan yang sehat, ketersediaan sumber daya alam berkualitas dan
kontinyu serta terhindar dari beberapa bencana yang merugikan seperti banjir dan tanah
longsor. Selain itu alasan penting untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan adalah sulitnya
pemulihan kembali terhadap lingkungan yang kondisinya rusak.
Salah satu target yang menjadi bagian tujuan ke-8 MDGs adalah ”lebih jauh
mengembangkan sistem perdagangan dan keuangan yang terbuka, berbasis peraturan, mudah
diperkirakan, dan tidak diskriminatif.” Hal ini bertujuan untuk pemerataan kesejahteraan
antarnegara di dunia saat diterapkannya sistem perekonomian terbuka atau pasar bebas.
Selain itu, tujuan MDG’s yang terakhir ini diharapkan dapat meningkatkan persatuan dan
sikap saling tolong antarnegara di dunia untuk dapat menyelesaikan setiap permasalahan di
negaranya baik dari masalah kesehatan, perekonomian, pendidikan, serta keamanan.
Lima langkah pengelolaan program perbaikan gizi di Puskesmas pada dasarnya sama
dengan langkah-langkah pada pedoman pengelolaan gizi yang dilakukan di Tingkat
Kabupaten yang dikeluarkan Direktorat Bina Gizi Depkes RI, yaitu : Langkah pertama yaitu
Identifikasi Masalah, kemudian Langkah Kedua Analisis masalah. Langkah pertama dan
kedua biasa dikenal dengan perencanaan (planing).
Langkah Ketiga adalah Menentukan kegiatan perbaikan gizi, langkah ini biasa juga
dikenal atau disebut juga dengan pengorganisasian (organising). Langkah Keempat adalah
melaksanakan program perbaikan gizi, langkah ini disebut juga dengan Pelaksanaan
(actuating). Dan yang terakhir adalah Langkah Kelima yaitu pantauan dan evaluasi, langkah
ini disebut juga dengan (controlling anda evaluation).
Kegiatan pemantauan yang baik selalu dimulai sejak langkah awal perencanaan dibuat
sampai dengan suatu kegiatan telah selesai dilaksanakan, sedangkan evaluasi hanya melihat
bagian-bagian tertentu dari kegiatan yang dilaksanakan.
Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2150 menyetujui agar
semua negeri :
Target 2005 serta 2015: Mengurangi perbedaan kemudian diskriminasi gender dalam
kemampuan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005 lalu untuk semua tingkatan di
tahun 2015.
Target utk 2015 adalah mengurangi 2 per tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5
tahun.
Menciptakan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem moneter yang berdasarkan
aturan, meraih diterka dan tidak muncul diskriminasi. Termasuk komitmen kepada
pemerintahan yang baik, pembangungan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional
dan internasional. Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang
berkembang, dan kepentingan khusus dari negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan
kecil. Di sini. termasuk pembebasan-tarif dan -kuota untuk ekspor mereka; menaikkan
pembebasan hutang untuk negeri miskin yang berhutang luas; pembatalan hutang bilateral
sah; dan menambah bantuan pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen untuk
mengurangi kemiskinan
Dengan tujuan utama memangkas jumlah orang dengan pendapatan dibawah upah
minimum local antara tahun 1990 kemudian 2015, Laporan ini membuktikan bahwa
Indonesia berada di dalam jalur untuk mencapai manfaat tersebut. Namun, pencapaiannya
lintas provinsi tidak seimbang.
Sekarang MDGs telah menjadi kenalan penting pembangunan di Philippines, mulai
dari tahap perencanaan seperti yang tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) hingga pelaksanaannya. Meskipun mengalamai kendala, namun
pemerintah memiliki komitmen untuk menggapai tujuan-tujuan ini dan diinginkan kerja keras
serta kerjasama dengan seluruh pihak, termasuk masyarakat madani, pihak swasta, dan
lembaga donor. Pencapaian MDGs di Indonesia tetao dijadikan dasar untuk perjanjian
kerjasama dan implementasinya di dalam masa depan. Hal indonesia termasuk kampanye
untuk perjanjian tukar guling hutang utk negara berkembang sejalan dengan Deklarasi Jakarta
mengenai MDGs di daerah Asia kemudian Pasifik.
Pertama, SDGs menganut model keberlanjutan mutakhir, bukan lagi pilar (yang
melihat ekonomi, sosial dan lingkungan secara terpisah) atau triple bottom line (yang melihat
adanya peririsan di antara ketiganya), melainkan model nested (yang melihat hubungan
ketiganya secara komprehensif: ekonomi bagian dari sosial, dan sosial bagian dari
lingkungan). Ini berarti SDGs melihat bahwa tak ada tujuan yang terpisah apalagi
bertentangan di antara ketiganya. Secara tegas, ini juga berarti hanya bentuk-bentuk ekonomi
yang tunduk pada kepentingan sosial dan kelestarian lingkungan yang diperkenankan untuk
dibangun dalam periode 2016-2030.
Khusus terkait dengan lingkungan, ekonomi yang boleh dikembangkan adalah
ekonomi restoratif—yaitu yang memperbaiki kondisi lingkungan yang rusak—serta ekonomi
konservatif—yaitu yang memelihara kondisi lingkungan yang masih baik—yang
diperkenankan untuk eksis. Inilah yang kerap dilabel sebagai ekonomi hijau. Di luar itu,
harus dianggap sektor ekonomi yang sunset atau transformasi.
Ketiga, bentuk konseptual tersebut diuraikan lebih lanjut ke dalam 17 Tujuan dan 169
Target. Lingkungan terutama diuraikan dalam Tujuan 12 (produksi dan konsumsi), Tujuan 13
(perubahan iklim), Tujuan 14 (lautan) dan Tujuan 15 (daratan). Namun juga sangat jelas
terkait dengan Tujuan 6 (air dan sanitasi, terutama bagian pengelolaan sumberdaya air),
Tujuan 7 (energi), Tujuan 9 (infrastruktur, industrialisasi dan inovasi) dan Tujuan 11 (kota
dan pemukiman). Lebih jauh, dengan logika nested, sebetulnya seluruh Tujuan itu terkait
dengan (daya dukung) lingkungan. Ambil contoh Tujuan 1 (kemiskinan) maupun Tujuan 2
(kelaparan) yang sangat terang memiliki kaitan erat dengan lingkungan. Kondisi lingkungan
yang buruk tentu saja sangat menyulitkan masyarakat untuk bisa keluar dari kemiskinan dan
kelaparan, terutama bila mereka menggantungkan diri pada sektor pertanian. Kondisi
lingkungan yang sehat adalah prasyarat pertanian yang produktif. Ketika lingkungan
memburuk, maka tak ada pertanian produktif yang bisa dibuat di atasnya. Itu juga
menegaskan logika bahwa bentuk ekonomi pertanian yang harus dibangun adalah pertanian
berkelanjutan, yang ramah lingkungan (dan sosial).
Keempat, masing-masing Tujuan dan Target tersebut telah ditelaah oleh sekelompok
ilmuwan dari International Council for Science (ICSU) dan International Social Science
Council (ISSC), dan hasilnya dituangkan ke dalam dokumen Review of Targets for the
Sustainable Goals: The Science Perspective yang bisa diunduh melalui www.icsu.org Hasil
telaah tersebut mengungkapkan bahwa baru 49 Target atau 29% yang bisa terukur dengan
jelas (indikatornya kuat), 91 Target atau 54% perlu dibuat lebih spesifik, dan 29 Target atau
17% membutuhkan kerja keras perbaikan. Secara lebih spesifik, bila dilihat yang terkait
langsung dengan lingkungan, Target 11 dinyatakan masih perlu dibuat lebih spesifik, karena
tak ada indikator yang dianggap telah memadai. Target 12 dianggap hanya punya 2 (dari 11)
indikator kuat. Target 13 punya 3 dari 5 indikator yang dianggap baik. Target 14 hanya 4 dari
10 indikator yang telah dianggap baik. Sementara Target 15 punya 3 dari 12 indikator yang
dianggap baik.
Kincir angin menyuplai energi untuk kebutuhan energi listrik di daerah pesisir Pantai Baru.
Foto: Tommy Apriando
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih terlalu tinggi. Mengingat penyebabnya
yang kompleks, diperlukan upaya bersama untuk menekan angka ini.
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1990, ada 450
ibu meninggal pada setiap 100 ribu kelahiran di Indonesia. Angka tersebut turun perlahan
hingga 228 pada 2007, meningkat signifikan menjadi 359 pada 2012, dan kembali menurun
sampai 305 kematian pada 2015.
Menukil Kompas, Dinas Kesehatan di sana berinovasi menekan angka kematian. Dua
di antaranya yaitu program Madu Bulin (Masyarakat Peduli Ibu Hamil dan Bersalin), dan
kemitraan antara bidan dan dukun setempat. Dalam program Madu Bulin, Dinkes membentuk
tim rujukan di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten yang mempermudah proses rujukan
dan administrasi pasien. Ada pula tim pendonor darah, dan keterlambatan pelayanan pasien
diminimalkan dengan meningkatkan kesiagaan tim rujukan di tingkat kabupaten.
Kemitraan bidan dan dukun adalah solusi Dinkes. Padahal, ada Perda yang melarang dukun
membantu persalinan. Namun, banyak ibu lebih memilih bersalin dengan bantuan dukun
ketimbang bidan. Sebab, dukun juga memijat dan membantu mencuci pakaian. "Jadi kalau
ada ibu-ibu yang melakukan pemeriksaan dengan dukun, mereka akan kasih tahu ke bidan
kita agar datang ke rumah dan melakukan pemeriksaan kehamilan," ujar Harisson, Kepala
Dinkes Kapuas Hulu. Kemitraan serupa juga telah digalakkan di Kabupaten
Bekasi setidaknya sejak 2004. Agar lebih aman Dinkes setempat kini telah melarang adanya
penambahan jumlah dukun beranak yang sampai saat ini berjumlah 208 orang. Harisson
menambahkan tantangan lain di Kapuas adalah adanya kepercayaan lokal bahwa perdarahan
seusai melahirkan itu baik. Masyarakat sengaja memanaskan uterus menggunakan batu panas
agar terjadi perdarahan. Meski begitu, Dinkes telah berhasil mengurangi hal ini lewat
sosialisasi melalui camat atau tokoh-tokoh masyarakat.
MDGs memang mencatat tingginya angka kematian ibu lantaran sekitar 60 persen
persalinan di Indonesia berlangsung di rumah. Bidan desa yang membantu pun kebanyakan
kurang terlatih, bukan kurang secara jumlah. Masalah lain, lebih banyak keluarga memilih
bantuan tenaga tradisional macam paraji atau dukun lantaran lebih nyaman karena sudah
dikenal atau percaya, dan lebih murah.
Ini cukup lazim mengingat kemiskinan masih terdapat di seluruh pulau Indonesia. Per
semester I 2018, penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan paling tinggi berada di
Maluku dan Papua, disusul Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, Sumatra, Jawa, dan
Kalimantan. Dari sisi jumlah, penduduk miskin tertinggi berada di Jawa (13,3 juta orang).
Sementara, berdasarkan studi Evidence Summit yang diinisiasi AIPI (Akademi Ilmu
Pengetahuan Indonesia), ada setidaknya enam faktor pemicu kematian ibu. Yakni kualitas
pelayanan kesehatan, sistem rujukan kesehatan, implementasi Jaminan Kesehatan Nasional,
kebijakan pemerintah daerah terkait kesehatan, juga faktor budaya dan pernikahan dini yang
dinilai masih sarat ketimpangan gender. "Ini yang soal culture, satu
satunya evidence yang high (validitasnya). Faktor budaya ini banyak daerah yang
perempuannya enggak bisa memutuskan apakah dia mau ke rumah sakit rujukan atau tidak.
Kadang keputusan di suami. Kalau suami enggak bisa, lalu keluarga besar," jelas ketua tim
peneliti, Akmal Taher
Lalu, terkait implementasi jaminan kesehatan, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi
telah berupaya agar ibu melahirkan berisiko tinggi pemilik BPJS mendapatkan kemudahan
pelayanan dengan dirawat dulu tanpa perlu menghadapi regulasi dan administrasi.
Sayangnya, meski hasil survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik
tahun 2015-2018 menunjukkan peningkatan persentase kepemilikan jaminan kesehatan pada
ibu, sebanyak 33,48 persen ibu tidak memiliki jaminan kesehatan apapun pada 2018.
Padahal, persalinan bagaimanapun harus dianggap sebagai kondisi darurat. Karena
kita tidak pernah tahu kapan kondisi normal bisa berubah fatal.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan adanya makalah tentang Millenium development goals ini, penulis berharap
supaya pembaca dapat mengambil hal-hal yang bermanfaat khususnya di dalam memahami
dan mengembangkan usaha kecil agar dapat bersaing secara sehat dengan usaha-usaha yang
lainnya. Sehingga mereka para pelaku usaha kecil dapat ikut serta mengembangkan
kesejhteraan masyarakat, khususnya mmereka sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/296/296
https://www.dosenpendidikan.co.id/mdgs-adalah/
https://www.ilmu-ekonomi-id.com/2017/04/pengertian-dan-tujuan-mdgs-millennium-
development-goals.html
https://koinworks.com/blog/millenium-development-goals/