Disusun Oleh :
Cyntia Rahmi
(171110043)
Kelas 3B
Dosen Pembimbing
Evino Sugriarta SKM, M.Kes
Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan saya rahmat serta hidayah-Nya, sehingga berkat karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah current issue tentang “Perbedaan antara Millennium Development
Goals (MDGs) dengan Sustainable Development Goals (SDGs)”.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. saya mengharapkan kritik dan
saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat saya perbaiki. Karena saya sadar, makalah
yang saya buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Tidak hanya itu, peningkatan juga terdapat pada jumlah persentase anak usia 1 tahun
yang diimunisasi campak. Pada tahun 1991, persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi
campak sebanyak 44,5 persen. Jumlah ini semakin meningkat tiap tahunnya yakni sebesar
67 persen pada tahun 2007, 74,5 persen pada tahun 2010 dan 87,3 persen pada tahun
2011.10 Dari data-data tersebut dapat diketahui bahwa Indonesia telah bersungguh-
sungguh menjalankan komitmennya dalam menurunkan angka kematian anak.
Selain itu, pemerintah juga kesulitan dalam pencapaian tujuan ini karena kurang
meratanya pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil. Di Indonesia, setiap tahunnya
terdapat hampir 20,000 ibu meninggal dunia akibat komplikasi pada waktu hamil maupun
melahirkan. Angka ini termasuk yang tertinggi di Asia. Meskipun sudah lebih dari 70
persen kelahiran di Indonesia yang telah didampingi oleh tenaga medis, akan tetapi masih
terdapat ketimpangan pelayanan kesehatan di antara propinsi-propinsi terutama di daerah
tertinggal. Sebagai contoh, jika di Jakarta, pelayanan kesehatan oleh tenaga medis pada
saat melahirkan sudah sampai 97 persen, namun di kepulauan Maluku, hanya 33 persen
saja. Hal ini pun dipersulit dengan adanya dukun beranak.
Upaya penyelesaian dalam program SDGs
Untuk mencapai tujuan yang ke-3 SDGs yaitu menggalakkan hidup sehat dan
mendukung kesejahteraan untuk semua usia, terutama untuk meningkatkan kesehatan
ibu oleh karena itu, pemerintah melakukan sejumlah langkah seperti tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : HK.02.02/Menkes/52/2015 ditetapkan Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang mengacu pada Visi, Misi,
dan Nawacita Presiden tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2015-2019.
1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010),
346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012)
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.
3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.
4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.
5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.
Untuk mencapai tujuan yang ke-3 SDGs yaitu menggalakkan hidup sehat dan
mendukung kesejahteraan untuk semua usia, terutama untuk mengendalikan
HIV/AIDS di indonesia, pemerintah terus melalukan kebijakan seperti :
3. Memperluas akses pemeriksaan CD4 dan viral load (VL) termasuk early infant
diagnosis (EID), hingga ke layanan sekunder terdekat untuk meningkatkan
jumlah ODHA yang masuk dan tetap dalam perawatan dan pengobatan ARV
sesegera mungkin, melalui sistem rujukan pasien ataupun rujukan spesimen
pemeriksaan.
Potensi ketersediaan air bersih kian lama kian berkurang karena pemerintah (pusat dan
daerah) lebih mengutamakan lahan resapan air untuk pembangunan ekonomi ketimbang
pelestarian lingkungan. Hal ini pun semakin diperparah dengan maraknya pencemaran
lingkungan. Sekitar 80 persen pencemaran lingkungan ke sungai terutama yang melalui
wilayah perkotaan berasal dari air limbah domestik. Limbah ini pula yang mengakibatkan
penurunan kualitas air sungai. Sementara sisanya berasal dari usaha skala kecil (peternakan
dan pertanian) serta kegiatan industri. Di samping itu, banyaknya jumlah sampah yang
dibuang masyarakat ke sungai juga menambah penurunan kualitas air sungai.
Selain terkendala dengan ketersediaan air bersih, Indonesia juga mengalami kendala
terhadap sanitasi. Kepala Sub Direktorat Air Minum dan Air Limbah Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Nugroho Tri Utomo menyatakan bahwa sebanyak 70 juta
penduduk Indonesia masih membuang air sembarangan karena tidak bisa mengakses
fasilitas sanitasi yang memadai. Menurutnya, kondisi sanitasi di Indonesia sebenarnya bisa
diperbaiki selama lima tahun dengan dana Rp56 triliun saja. Namun pemerintah pusat
hanya mampu menganggarkan Rp14,7 triliun dalam lima tahun mendatang. Indonesia pun
membutuhkan kenaikan akses sebesar 11 persen dalam lima tahun karena pertumbuhan
akses layanan sanitasi hanya 0,5 persen per tahun, harus dipacu lagi menjadi 2 persen per
tahun. Sementara target MDG menetapkan bahwa sebanyak 62 persen keluarga Indonesia
harus memiliki akses sanitasi pada tahun 2015.
Upaya penyelesaian dalam program SDGs
Untuk mencapai tujuan yang ke-14 dan 15 SDGs yaitu melakukan perlindungan
dan penggunaan samudra, laut, sumber daya kelautan secara berkelanjutan serta
mengelola hutan secara berkelanjutan , melawan perubahan lahan menjad gurun,
menghentikan dan merehabilitasi kerusakan lahan dan menghentikan kepunahan
keanekaragaman hayati, oleh sebab itu pemerintah terus melalukan kebijakan seperti :
Pemerintah dalam upayanya untuk mewujudkan kehidupan negara yang adil dan
makmur mencanangkan program pembangunan berwawasan lingkungan, atau juga
dikenal sebagai pembangunan berkelanjutan. Program ini merupakan upaya
peningkatan kualitas hidup dengan tetap memperhatikan faktor lingkungan. Gagasan
penting dalam konsep pembangunan berkelanjutan yaitu:
UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber alam hayati dan ekosistemnya
Seluruh negara-negara anggota yang tergabung dalam G-8 serta mayoritas negara
anggota Development Assistance Committee of The Organisation for Economic Co-
operation and Development’s (DAC OECD) yang dianggap sebagai representasi dari
negara-negara maju pun belum memberikan bantuan yang memadai. Hanya negara-negara
Skandinavia saja yang telah mematuhi komitmen sebagaimana tercantum dalam tujuan ke-
8.
1. Wujud tertinggi Indonesia dalam pelaksanaan SDGs adalah terbitnya Perpres No.
59/2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Berkelanjutan.
2. Melakukan pembinaan relasi antar pemangku kepentingan, termasuk pemerintahan,
sektor swasta, LSM dan individu. Menjalin kemitraan ini perlu dibina agar para
pemangku kepentingan dapat bersama-sama membantu Indonesia mencapai
pembangunan yang berkelanjutan.
3. Mengadakan seminar serupa di kota-kota besar Indonesia, agar semua pemangku
kepentingan dapat saling membantu untuk mencapai SDGs.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mengingat masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh pemerintah dalam
mencapai tujuan-tujuan tersebut, sebaiknya pemerintah Indonesia perlu meningkatkan
koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah daerah mulai dari perencanaan, pengambilan
kebijakan, implementasi, pengawasan, pelaporan, hingga evaluasi. Pemerintah juga tidak
boleh menafikan keterlibatan semua pihak yang terkait termasuk pihak swasta dan juga
masyarakat. Dengan demikian, Pemerintah Indonesia dapat melakukan mobilisasi dan
mensinergikan semua sumberdaya yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://smile-newspaper.blogspot.com/2012/12/8-tujuan-millenium-development-goals.html
https://pdf2doc.com/id/download/uaf6rdusr1c7yzw9/o_1divcdcn41qbs14g01cb21ti1gt4b/331
-642-1-SM.doc?rnd=0.1230348097565499
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/1
https://www.sdg2030indonesia.org/page/5-perpres
https://id.wikipedia.org/wiki/Tujuan_Pembangunan_Berkelanjutan