Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH CURRENT ISSUE KESEHATAN LINGKUNGAN

Perbedaan antara Millennium Development Goals (MDGs) dengan


Sustainable Development Goals (SDGs)

Disusun Oleh :
Cyntia Rahmi

(171110043)

Kelas 3B

Dosen Pembimbing
Evino Sugriarta SKM, M.Kes

PROGRAM STUDI D3 SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan saya rahmat serta hidayah-Nya, sehingga berkat karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah current issue tentang “Perbedaan antara Millennium Development
Goals (MDGs) dengan Sustainable Development Goals (SDGs)”.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. saya mengharapkan kritik dan
saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat saya perbaiki. Karena saya sadar, makalah
yang saya buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Padang, 16 Agustus 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


MDGs merupakan singkatan dari Millenium Development
Goals. MDGsdicetuskan pada bulan september tahun 2000 oleh para pemimpin dunia di
New York. Pertemuan para pemimpin dunia tersebut dinamai dengan “Deklarasi
Millennium”. Deklarasi Millennium ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi pembangunan sumber daya manusia dan pengentasan kemiskinan. Dalam
rangka mewujudkan tujuan itu, maka dirumuskan delapan tujuan Pembangunan
Millennium yang disebut Millennium Delevepment Goals.
MDGs mempunyai delapan tujuan dan antara tujuan saling keterkaitan. Selain itu,
setiap tujuan terkandung beberapa target-target yang spesifik dan terukur. Setiap target
mempunyai beberapa indikator yang dapat mengukur seberapa besar keberhasilan dari
beberapa tujuan tersebut. Dari delapan tujuan dariMDGs, target yang telah ditentukan harus
tercapai/terpenuhi pada tahun 2015 dengan patokan data tahun 1990.
Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan global sebelumnya yaitu MDGs atau
Milennium Development Goals, Peserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada Bulan September
2015 meluncurkan SDGs atau Suistanable Development Goals yang merupakan agenda
global yang melanjutkan upaya dan capaian agenda global sebelumnya yaitu MDGs yang
sudah banyak merubah wajah dunia 15 tahun kearah yang lebih baik.
SDGs adalah kesepakatan pembangunan baru yang mendorong perubahan-
perubahan kearah pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan
kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. SDGs
diberlakukan dengan prinsip-prinsip universal, integrasi dan inklusif untuk meyakinkan
bahwa tidak akan ada seorang pun yang terlewatkan. Jika sebelumnya MDGs memiliki 8
tujuan yang ingin dicapai masyarakat global. SDGs memiliki 17 tujuan yang ingin dicapai
oleh masyarakat dunia.
Oleh karena itu, didalam makalah ini akan dibahas mengenai Millenium
Development Goals (MDGs), Sustainable Development Goals (SDGs) dan perbedaan
antara kedua kesepakatan tersebut, agar para pembaca dapat memahami MDGs dan SDGs
secara jelas.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan Millenium Development Goals (MDGs) dengan
Sustainable Development Goals (SDGs).

1.2.2 Tujuan khusus


1. Untuk mengetahui Millenium Development Goals (MDGs)
2. Untuk mengetahui Sustainable Development Goals (SDGs)
3. Untuk mengetahui apa saja Perbedaan MDGs dengan SDGs
4. Untuk mengetahui apa saja Pencapaian MDGs di Indonesia
5. Untuk mengetahui apa saja Kegagalan MDGs dan upaya penyelesaian dalam
program SDGs

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa itu Millenium Development Goals (MDGs)?
2. Apa itu Sustainable Development Goals (SDGs) ?
3. Apa saja Perbedaan MDGs dengan SDGs?
4. Apa saja Pencapaian MDGs di Indonesia?
5. Apa saja Kegagalan MDGs dan upaya penyelesaian dalam program SDGs?
BAB II
ISI

2.1 Millenium Development Goals (MDGs)


a. Sejarah dari Millenium Development Goals (MDGs)
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB yang sebagian besar
diwakili oleh kepala pemerintahan sepakat untuk mengadopsi Deklarasi Milenium
(Millenium Declaration). Deklarasi itu berdasarkan pendekatan yang inklusif, dan
berpijak pada perhatian bagi pemenuhan hak-hak dasar manusia (basic human need).
Dalam konteks inilah negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi Tujuan
Pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals (MDG). Setiap tujuan
(goal) memiliki satu atau beberapa target. Target yang tercakup dalam MDG sangat
beragam, mulai dari mengurangi kemiskinan dan kelaparan, menuntaskan tingkat
pendidikan dasar, mempromosikan kesamaan gender, mengurangi kematian anak dan
ibu, mengatasi HIV/AIDS dan berbagai penyakit lainnya, serta memastikan kelestarian
lingkungan hidup dan membentuk kemitraan dalam pelaksanaan pembangunan. Bab
selanjutnya akan membahas setiap tujuan itu secara terinci.
Beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan MDG
adalah sebagai berikut: Pertama, MDG bukan tujuan PBB, sekalipun PBB merupakan
lembaga yang aktif terlibat dalam promosi global untuk merealisasikannya. MDG
adalah tujuan dan tanggung jawab dari semua negara yang berpartisipasi dalam KTT
Milenium, baik pada rakyatnya maupun secara bersama antar pemerintahan. Kedua,
tujuh dari delapan tujuan telah dikuantitatifkan sebagai target dengan waktu pencapaian
yang jelas, hingga memungkinkan pengukuran dan pelaporan kemajuan secara obyektif
dengan indikator yang sebagian besar secara internasional dapat diperbandingkan.
Ketiga, tujuan-tujuan dalam MDG saling terkait satu dengan yang lain.

b. Definisi Millenium Development Goals (MDGs)


Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah paradigma
pembangunan global, dideklarasikan Konperensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189
negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan September
2000. Dasar hukum dikeluarkannya deklarasi MDGs adalah Resolusi Majelis Umum
Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 55/2 Tangga 18 September 2000, (A/Ris/55/2
United Nations Millennium Development Goals).
Semua negara yang hadir dalam pertemuan tersebut berkomitment untuk
mengintegrasikan MDGs sebagai bagian dari program pembangunan nasional dalam
upaya menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu yang sangat mendasar tentang
pemenuhan hak asasi dan kebebasan

c. Tujuan Millenium Development Goals (MDGs)

1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan.


Tujuan pertama ini memiliki dua target besar. Pertama, menurunkan proporsi penduduk
yang tingkat pendapatannya di bawah $1 (PPP) per hari. Kedua, menurunkan proporsi
penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara 1990-2015.

2. Menciptakan pendidikan dasar untuk semua.


Pendidikan yang merata merupakan suatu hal yang mendasar. Dalam tujuan ini
memastikan pada 2015 semua anak-anak di manapun, baik laki-laki maupun
perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar.
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Masalah gender merupakan suatu hal yang sering menjadi perdebatan. Maka dari itu,
tujuan ketiga yakni menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar
dan lanjutan pada 2005 dan di semua jenjang pendidikan.

4. Menurunkan angka kematian anak.


Jumlah kematian anak semakin mengkhawatirkan. Menurunkan angka kematian balita
sebesar dua pertiganya, antara 1990-2015, dengan cara pemberian imunisasi dan
penyuluhan tentang kesehatan yang mendasar.

5. Meningkatkan kesehatan ibu.


Bukan hanya mengurangi kematian pada usia balita, namun MDGs juga meningkatkan
kesehatan ibu hamil. Diketahui, tujuan ini memusatkan dalam menurunkan angka
kematian ibu hamil sebesar tiga perempatnya antara 1990 hingga 2015.

6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit menular lainnya.


Penyakit menular merupakan ancaman. Dengan tujuan ke-enam ini, disepakati untuk
mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada
2015.

7. Memastikan kelestarian hidup.


Bukan hanya dari segi kesehatan perorangan, namun tujuan dari MDGs ini juga
menjaga kelestarian hidup. Target dalam tujuan ini adalah memadukan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional, serta
mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang.

8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan.


Dalam hal pembangunan di setiap negara, maka disepakati beberapa target, seperti,
mengembangkan lebih lanjut mengenai sistem perdagangan, menanggapi kebutuhan
khusua negara-negara yang belum berkembang, menanggapi kebutuhan khusus negara-
negara yang hanya berbatasan dengan daratan dan negara-negara kepulauan kecil yang
sedang berkembang melalui program aksi untuk pembangunan berkelanjutan, dan
menyelesaikan secara menyeluruh masalah utang negara-negara berkembang.
2.2 Sustainable Development Goals (SDGs)
a. Pengertian (Sustainable Development Goals) SDGs
Suistainable development goals atau SDGs yaitu sebuah dokumen yang akan
menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara
di dunia. Sustainabale Development Goals (SDGs) didefinisikan sebagai kerangka
kerja untuk 15 tahun ke depan hingga tahun 2030. Berbeda dengan MDGs yang lebih
bersifat birokratis dan teknokratis, penyusunan butir-butir SDGs lebih inklusif
melibatkan banyak pihak termasuk organisasi masyarakat sipil atau Civil Society
Organization (CSO). Penyusunan SDGs sendiri memiliki beberapa tantangan karena
masih terdapat beberapa butir-butir target MDGs yang belum bisa dicapai dan harus
diteruskan di dalam SDGs. Seluruh tujuan, target dan indikator dalam dokumen
SDGs juga perlu mempertimbangkan perubahan situasi global saat ini. (yohanna, 2015)
Sustainable Development Goals (SDGs) adalah kelanjutan dari global
goals Melenium Development Goals (MDGs) yang akan berakhir tahun 2015. Secara
formal, SDGs didiskusikan pertama kali pada United Nations Conference on
Sustainable Development yang diadakan di Rio de Janeiro bulan Juni 2012.
Dokumen SDGs disahkan pada KTT Pembangunan berkelanjutan PBB yang
berlangsung di New York tanggal 25-27 September 2015. Dalam KTT tersebut
ditetapkan bahwa SDGs akan mulai diberlakukan pasca tahun 2015 sampai tahun 2030.
SDGs tidak hanya berlaku untuk negara berkembang, tapi juga untuk negara-negara
maju.

b. Konsep (Sustainable Development Goals) SDGs


Konsep SDGs melanjutkan konsep pembangunan Millenium Development
Goals (MDGs) di mana konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015. Jadi, kerangka
pembangunan yang berkaitan dengan perubahan situasi dunia yang semula
menggunakan konsep MGDs sekarang diganti SDGs.
Adapun tiga pilar yang menjadi indikator dalam konsep pengembangan SDGs
yaitu, pertama indikator yang melekat pembangunan manusia (Human Development),
di antaranya pendidikan, kesehatan. Indikator kedua yang melekat pada lingkungan
kecilnya (Social Economic Development), seperti ketersediaan sarana dan prasarana
lingkungan, serta pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, indikator ketiga melekat pada
lingkungan yang lebih besar (Environmental Development), berupa ketersediaan
sumber daya alam dan kualitas lingkungan yang baik.
Konsep SDGs ini diperlukan sebagai kerangka pembangunan baru yang
mengakomodasi semua perubahan yang terjadi pasca 2015-MDGs. Terutama berkaitan
dengan perubahan situasi dunia sejak tahun 2000 mengenai isu deplation sumber daya
alam, kerusakan lingkungan, perubahan iklim semakin krusial, perlindungan sosial,
food and energy security, dan pembangunan yang lebih berpihak pada kaum miskin.

c. Indikator (Sustainable Development Goals) SDGs


Adapun tiga pilar yang menjadi indikator dalam konsep pengembangan SDGs, yaitu:
1. Indikator yang melekat pada pembangunan manusia (Human Development), seperti
pendidikan dan kesehatan.
2. Indikator yang melekat pada lingkungan kecil (Social Economic Development),
seperti ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan serta pertumbuhan ekonomi.
3. Indikator yang melekat pada lingkungan yang lebih besar (Environmental
Development), seperti ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan yang
baik.

d. Prinsip (Sustainable Development Goals) SDGs


Prinsip-prinsip SDGs berdasarkan Outcome Document Rio, yaitu:
1. Tidak melemahkan komitmen internasional terhadap pencapaian MDGs pada tahun
2015.
2. Mempertimbangkan perbedaan kondisi, kapasitas dan prioritas nasional.
3. Fokus pada pencapaian ketiga dimensi pembangunan berkelanjutan secara berimbang
ekonomi, sosial dan lingkungan.
4. Koheren dan terintegrasi dengan agenda pembangunan pasca 2015.

e. Tujuan (Sustainable Development Goals) SDGs

Tujuan pembangunan berkelanjutan Sustainable Development Goals (SDGs) untuk


2015-2030 yakni:
1. Tanpa Kemiskinan
Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuknya dimana-mana
2. Tanpa kelaparan
Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi, dan
mempromosika pertanian berkelanjutan
3. Kehidupan Sehat Dan Sejahtera
Pastikan hidup sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua segala usia
4. Pendidikan Berkualitas
Menjamin kualitas pendidikan inklusif, adil dan mempromosikan kesempatan belajar
seumur hidup untuk semua
5. Kesetaraan Gender
Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak
perempuan.
6. Air Bersih Dan Sanitasi Layak
Memastikan ketersediaan dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk
semua
7. Energi Bersih Dan Terjangkau
Menjamin akses keenergi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan, dan
modern untuk semua
8. Pekerjaan Layak Dan Pertumbuhan Ekonomi
Mempromosikan pertumbuhan yang berkelanjutan, inklusif dan berkelanjutan
ekonomi, kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk
semua
9. Industri, Inovasi Dan Infrastruktur
Membangun infrastruktur tangguh, mempromosikan industrialisasi insklusif dan
berkelanjutan dan mendorong inovasi
10. Berkurangnya Kesenjangan
Mengurangi kesenjangan didalam dan antar nagara
11. Kota Dan Komunitas Berkelanjutan
Membuat kota-kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, tangguh dan
berkelanjutan
12. Konsumsi Dan Produksi Yang Bertanggung Jawab
Pastikan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan
13. Penanganan Perubahan Iklim
Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya
14. Ekosistem laut
Melestarikan dan berkelanjutan menggunakan samudra, laut dan sumber daya kelautan
untuk pembangunan berkelanjutan
15. Ekosistem Darat
Melindungi, memulihkan dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem
darat, berkelanjutan mengelola hutan, memerangi desertifikasi, dan menghantikan dan
membalikkan degradasi lahan dan menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati
16. Perdamaian, Keadilan Dan Kelembagaan Yang Tangguh
Mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua dan membangun
institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif disemua tingkatan
17. Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan
Memperkuat sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk
pembangunan berkelanjutan.

2.3 Perbedaan MDGs dengan SDGs


Tabel 1. Perbandingan Tujuan MDGs dengan SDGs
No. Tujuan MDGs Tujuan SDGs
1. Hapus kemiskinan ekstrem dan Tanpa kemiskinan
kelaparan
2. Capai pendidikan untuk semua Tanpa kelaparan
3. Dorong kesetaraan gender dan Kehidupan sehat dan sejahtera
berdayakan perempuan
4. Kurangi angka kematian anak Pendidikan berkualitas
5. Tingkatkan kesehatan ibu Kesetaraan gender
6. Perangi HIV/AIDS, Malaria dan Air bersih dan sanitasi layak
penyakit lain
7. Jamin kelestarian lingkungan Energi bersih dan terjangkau
8. Kembangkan kemitraan global untuk Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi
pembangunan
9. Industri, inovasi dan infrastruktur
10. Berkurangnya kesenjangan
11. Kota dan komunitas berkelanjutan
12. Konsumsi dan produksi yang bertanggung
jawab
13. Penanganan perubahan iklim
14. Ekosistem laut
15. Ekosistem daratan
16. Perdamaian, keadilan dan kelembagaan
yang tangguh
17. Kemitraan untuk mencapai tujuan
2.4 Pencapaian MDGs di Indonesia
Indonesia sendiri menyadari arti penting dari MDG. Indonesia telah menjadikan
pencapaian MDG sebagai salah acuan penting terhadap penyusunan Dokumen Perencanaan
Pembangunan Nasional. Oleh karena itu, komitmen Indonesia untuk mencapai target-target
yang terdapat dalam MDG, sudah sesuai dengan komitmen negara ini untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya serta memberikan kontribusi kepada peningkatan kesejahteraan
masyarakat dunia.

Komitmen Indonesia tersebut secara nyata terealisasi dengan keberhasilan Indonesia


mencapai beberapa target dalam tujuan MDGs yakni:

1. Tujuan ke-2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua.


Upaya pencapaian pendidikan dasar untuk semua di Indonesia telah berjalan sesuai
dengan target ke-2 MDGs. Terbukti dengan telah diterapkannya pendidikan dasar 9 tahun
di Indonesia. Pada tahun 2011, angka partisipasi murni SD telah mencapai 95,55 persen
sedangkan target MDG tahun 2015 sebesar 100 persen. Sementara proporsi murid kelas I
yang berhasil mencapai kelas VI adalah sebesar 96,58 persen, dan angka melek huruf
penduduk yang berusia 15-24 tahun yaitu perempuan sudah mencapai 98,75 persen dan
laki-laki mencapai 98,80 persen.4

2. Tujuan ke-3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan.


Sama halnya dengan tujuan ke-2 dari MDG, Indonesia pun sudah berjalan sesuai
dengan target ke-3. Pada tahun 2009, Rasio Angka Partisipasi Murni (APM)5 perempuan
terhadap laki-laki di SD/MI/Paket A dan SMA/ MTs/Paket B berturut-turut adalah sebesar
99,73 persen dan 101,99 persen. Dengan demikian maka target 2015 sebesar 100
diperkirakan akan tercapai. Sementara Rasio APM perempuan terhadap laki-laki di
SM/MA/PAket C dan pendidikan tinggi adalah 96,16 persen dan 102,95 persen pada tahun
2009.
Jumlah ini mengalami penurunan pada tahun 2011. Pada tahun 2011, rasio APM
perempuan terhadap laki-laki di tingkat SD/MI/Paket A adalah 98.80 persen, di tingkat
SMP adalah 103,45, di SMA/MTs/Paket B telah mencapai 101,40 persen dan di tingkat
pendidikan tinggi adalah 97,82 persen. Namun, meskipun mengalami penurunan,
Indonesia masih optimis untuk mencapai target sebesar 100 persen.
Di bidang ketenagakerjaan, pada tahun 2009 kontribusi perempuan dalam pekerjaan
upahan di sektor nonpertanian, yaitu sebesar 33,45 persen. Jumlah ini mengalami
peningkatan pada tahun 2011, yaitu mencapai 36,67 persen. Di samping itu, proporsi kursi
yang diduduki perempuan di DPR juga mengalami peningkatan, dari 17,9 persen pada
tahun 2009 menjadi 18,4 persen pada tahun 2011.7 Dengan adanya peningkatan ini,
semakin membuktikan bahwa Indonesia telah berupaya maksimal dalam menghilangkan
ketimpangan antara laki-laki dan perempuan mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga
tingkat lanjut serta pada bidang ketenagakerjaan.

3. Tujuan ke-4: Menurunkan Angka Kematian Anak.


Indonesia pun optimis dapat mencapai target ke-4 dalam tujuan yang terdapat dalam
MDG untuk menurunkan angka kematian anak. Angka kematian balita di Indonesia telah
mengalami penurunan yang signifikan dari 97 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1991
menjadi 44 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Dengan semakin menurunnya
angka ini, Indonesia diperkirakan akan dapat mencapai target sebesar 32 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2015.8 Pencapaian lainnya pada tujuan ini terdapat dalam
penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 68 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
1991 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Serta penurunan angka
kematian neonatal sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 19 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007.

Tidak hanya itu, peningkatan juga terdapat pada jumlah persentase anak usia 1 tahun
yang diimunisasi campak. Pada tahun 1991, persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi
campak sebanyak 44,5 persen. Jumlah ini semakin meningkat tiap tahunnya yakni sebesar
67 persen pada tahun 2007, 74,5 persen pada tahun 2010 dan 87,3 persen pada tahun
2011.10 Dari data-data tersebut dapat diketahui bahwa Indonesia telah bersungguh-
sungguh menjalankan komitmennya dalam menurunkan angka kematian anak.

2.5 Kegagalan MDGs dan Upaya penyelesaian dalam program SDGs


Sekalipun belum mampu mencapai tujuan MDG secara keseluruhan, ini tidak berarti
Indonesia tidak sungguh-sungguh dalam memenuhi komitmennya untuk mengentaskan
kemiskinan dan mencapai seluruh tujuan-tujuan yang terdapat di dalam MDG.
Ketidakmampuan ini lebih dilatarbelakangi oleh kendala-kendala yang dihadapi Indonesia
dalam memenuhi komitmennya sekalipun pemerintah telah berupaya untuk mencapainya.
Beberapa tujuan MDG yang belum dicapai Indonesia adalah:

1. Tujuan ke-1: Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan.


Indonesia telah melakukan segala upaya untuk menanggulangi kemiskinan dan
kelaparan penduduknya. Upaya-upaya ini pun telah membuahkan hasil karena Indonesia
telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan ekstrem, yaitu proporsi penduduk yang
hidup dengan pendapatan per kapita kurang dari 1 dolar AS per hari, yakni dari 20,6 persen
pada tahun 1990 menjadi 5,9 persen pada tahun 2008.21 Pada periode 1999-2004, jumlah
penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan yakni sebanyak 11,9
juta penduduk, dari 48 juta penduduk menjadi 36,1 juta penduduk. Penurunan pun kembali
terjadi pada periode 2004-2009 meskipun jumlahnya tidak sebesar periode sebelumnya,
yakni sebanyak 3,6 juta penduduk. Pada periode 2009-2011, jumlah penduduk miskin di
Indonesia pun kembali mengalami penurunan walaupun jumlahnya semakin lama semakin
sedikit yaitu sebanyak 2,6 juta penduduk. Pada September 2012 Jumlah penduduk miskin
di Indonesia pun mengalami penurunan sebanyak 0,54 juta penduduk (0,3 persen) dari
Maret 2012 yang jumlahnya telah mencapai 29,13 juta penduduk (11,96 persen) menjadi
28,59 juta penduduk (11,66 persen).22 Selain itu, Indonesia juga telah menaikkan ukuran
untuk target pengurangan kemiskinan dan akan memberikan perhatian khusus untuk
mengurangi tingkat kemiskinan yang diukur terhadap garis kemiskinan nasional dari 13,33
persen pada tahun 2010 menjadi 8-10 persen pada tahun 2014.23 Dengan penjelasan
tersebut, sebelum tahun 1996 Indonesia dapat dikatakan telah berhasil memenuhi target
tujuan ke-1 yakni menurunkan tingkat kemiskinan sampai ke 10,30 persen pada tahun
2015.24 Oleh karena itu adalah hal yang wajar jika pemerintah Indonesia menetapkan
tujuan ini ke dalam kategori tujuan yang sudah dicapai.
Meskipun demikian, mengapa tujuan ini masih dimasukkan ke dalam kategori tujuan
yang belum dapat dicapai oleh Indonesia. Pada akhir tahun 2012, Indonesia masih belum
berhasil mencapai target yang dicanangkan oleh pemerintah yakni menurunkan jumlah
orang miskin sebanyak 10,50-11,55 persen.25 Menurut Sekretaris Komite Ekonomi
Nasional (KEN) Aviliani, pada tahun 2012 setidaknya terdapat 29 juta penduduk Indonesia
yang hidup di garis kemiskinan. Sedangkan terdapat 70 juta penduduknya masih berada di
garis rentan.
Selain itu Indonesia pun dikatakan tidak berhasil dalam pengentasan kemiskinan dan
kelaparan karena Indonesia masih mengalami peningkatan pada indeks kedalaman
kemiskinan (P1)27 dan indeks keparahan kemiskinan (P2)28. Pada Maret 2012, Indeks
kedalaman kemiskinan meningkat dari 1,88 menjadi 1,90 pada September 2012. Sementara
indeks keparahan kemiskinan juga meningkat dari 0,47 menjadi 0,48 pada September
2012.29 Hal ini menandakan bahwa jumlah penduduk yang pada awalnya sudah miskin,
justru menjadi semakin miskin karena rata-rata pengeluaran penduduk telah kian menjauh
dari garis kemiskinan dan semakin memperluas ketimpangan pengeluaran di antara
penduduk miskin.
Adapun kendala yang dihadapi pemerintah Indonesia di dalam mencapai tujuan ini
adalah kurang meratanya fokus wilayah pembangunan. Pembangunan selama ini terfokus
di wilayah kota sehingga masyarakat desa menjadi kaum yang termarjinalkan. Tidak hanya
itu saja, masyarakat desa juga memiliki akses terbatas terhadap pemanfaatan program
pembangunan yang dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun daerah terlebih lagi
dengan buruknya infrastruktur, sarana dan prasarana yang ada di desa. Akses pemanfaatan
program pembangunan ini justru lebih banyak dinikmati oleh masyarakat kota yang
notabene lebih siap menerima pembangunan. Dengan demikian, masyarakat desa kurang
dapat merasakan manfaat dari informasi teknologi, sumber modal dan informasi pasar.

Tabel perkembangan tingkat kemiskinan sepuluh tahun terakhir

(sumber: BPS, Thn 2011-2017 Angka September)


Upaya penyelesaian dalam program SDGs

Tujuan-1 SDGs : Tanpa kemiskinan

Untuk mencapai tujuan 1 dalam SDGs yaitu menghapuskan segala bentuk


kemiskinan pemerintah indonesia melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyiapkan
lima strategi untuk mempercepat pengentasan kemiskinan.

1. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Yang Inklusif.


Di tataran makro, pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif,
menjaga stablilitas makro ekonomi, stablilsasi harga, menciptakan lapangan kerja
produktif, menjaga iklim investasi, menjaga regulasi perdagangan, meningkatkan
produktivitas sektor pertanian, dan mengembangkan infrastruktur wilayah
tertinggal, Dalam tataran mikro, masyarakat di bawah garis kemiskinan nasional
(GKN) diberikan bantuan pangan (rastra) dan bantuan pangan non tunai (BPNT),
program keluarga harapan (PKH), serta bantuan iuran jaminan kesehatan Kartu
Indonesia Sehat (KIS). Selain itu, pemerintah berupaya meningkatkan pendapatan
masyarakat miskin dan rentan dengan akses permodalan, meningkatkan kualitas
produk dan akses pemasaran, mengembangkan keterampilan layanan usaha, serta
mengembangkan kewirausahaan, kemitraan, dan keperantaraan.
2. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
Hal ini dilakukan terutama di luar Pulau Jawa untuk memperkuat infrastruktur,
konekivitas yang menghubungkan antara pusat ekonomi dan wilayah penunjang,
sekaligus memperkuat pengembangan produk lokal.
3. Reformasi Anggaran Subsidi.
Alokasi untuk subsidi BBM dialihkan menjadi transfer ke daerah dan dana desa
(TKDD) guna mengurangi ketimpangan.
4. Peningkatan Anggaran Perlindungan Sosial.
Penurunan subsidi yang signifikan, dari 3,4% menjadi 0,8% PDB pada periode
2015 dan 2018 dialokasikan untuk perlindungan sosial melalui premi asuransi
kesehatan masyarakat miskin serta perluasan program bantuan sosial.
5. Perkuatan Ekonomi Domestik Dan Tata Kelola Impor.
Penguatan ekonomi domestik diwujudkan melalui peningkatan kemudahan
berusaha di daerah yang dipantau dengan ketat dan kemudahan izin berusaha
melalui Online Single Submission (OSS). Selain itu, pemerintah mengurangi
tekanan impor melalui penerapan kewajiban penyedia lapak online menjual barang
lokal dengan komposisi minimal tertentu serta kemudahan investasi sektor industri
untuk menyediakan bahan baku yang selama ini diimpor.

2. Tujuan ke-5: Meningkatkan Kesehatan Ibu


Selain pengentasan kemiskinan, Indonesia juga belum berhasil mencapai tujuan MDG
yang ke-5, yakni meningkatkan kesehatan ibu. Pada tahun 1991, jumlah angka kematian
ibu mencapai 390 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah ini mengalami penurunan menjadi
228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Namun masih diperlukan upaya keras
untuk mencapai target sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Untuk mengatasinya, pemerintah (dalam hal ini Kementerian Kesehatan) telah


mengupayakan program jaminan persalinan (jampersal) kepada masyarakat. Akan tetapi
angka kematian ibu melahirkan masih saja tinggi. Pemerintah Indonesia kesulitan di dalam
pencapaian tujuan ini karena tiap daerah memiliki persepsi sendiri di dalam menerapkan
program jampersal sehingga menyulitkan masyarakat daerah tersebut.

Selain itu, pemerintah juga kesulitan dalam pencapaian tujuan ini karena kurang
meratanya pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil. Di Indonesia, setiap tahunnya
terdapat hampir 20,000 ibu meninggal dunia akibat komplikasi pada waktu hamil maupun
melahirkan. Angka ini termasuk yang tertinggi di Asia. Meskipun sudah lebih dari 70
persen kelahiran di Indonesia yang telah didampingi oleh tenaga medis, akan tetapi masih
terdapat ketimpangan pelayanan kesehatan di antara propinsi-propinsi terutama di daerah
tertinggal. Sebagai contoh, jika di Jakarta, pelayanan kesehatan oleh tenaga medis pada
saat melahirkan sudah sampai 97 persen, namun di kepulauan Maluku, hanya 33 persen
saja. Hal ini pun dipersulit dengan adanya dukun beranak.
Upaya penyelesaian dalam program SDGs

Tujuan-3 SDGs : Kehidupan Sehat dan Sejahtera

Untuk mencapai tujuan yang ke-3 SDGs yaitu menggalakkan hidup sehat dan
mendukung kesejahteraan untuk semua usia, terutama untuk meningkatkan kesehatan
ibu oleh karena itu, pemerintah melakukan sejumlah langkah seperti tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : HK.02.02/Menkes/52/2015 ditetapkan Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang mengacu pada Visi, Misi,
dan Nawacita Presiden tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2015-2019.

Pembangunan kesehatan Indonesia pada periode 2015-2019 adalah meningkatkan


derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 antara lain :

1. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu dan anak


2. Meningkatkan pengendalian penyakit
3. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di
daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan
4. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia
Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan
5. Memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin
6. Meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.

Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada 2025 adalah


meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya
Umur Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi, menurunnya Angka
Kematian Ibu, menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Tujuan Renstra
Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu :

1. Meningkatkan status kesehatan masyarakat


2. Meningkatkan daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat
terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.
Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua siklus
kehidupan, mulai dari bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja,
maternal, dan kelompok lansia. Dalam peningkatan status kesehatan masyarakat,
indikator yang akan dicapai adalah:

1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010),
346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012)
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.
3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.
4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.
5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.

3. Tujuan ke-6: Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya.


Pada tujuan ke-6 Indonesia pun belum sejalan dengan target MDG. Prevelansi
tuberkolosis memang mengalami penurunan pada tahun 1990, dari 443 kasus per
100.000 penduduk menjadi 244 kasus per 100.000 penduduk pada tahun 2009.34
Namun angka tersebut masih saja tinggi.
Bahkan, berdasarkan perkiraan data nasional pada tahun 2009, terdapat 186.257
orang yang telah terinfkesi HIV di Indonesia. Apabila tidak dilakukan percepatan dalam
upaya pencegahan, maka pada tahun 2014 diprediksikan sekitar 541.700 orang
Indonesia akan terkena HIV positif. Selain itu, jumlah penderita HIV/AIDS di
Indonesia pun meningkat, khususnya diantara kelompok risiko tinggi yang
menggunakan narkoba suntik dan pekerja seks. Tingkat kenaikan juga sangat tinggi di
beberapa daerah di mana kesadaran tentang penyakit ini rendah.
Kendala yang dihadapi pemerintah dalam pencapaian tujuan ini adalah masih
kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap bahaya HIV/AIDS serta besarnya
ketakutan masyarakat jika benar-benar dinyatakan positif mengidap HIV-AIDS.
Bahkan, masih banyak terdapat masyarakat berisiko tinggi terhadap HIV/AIDS yang
belum memeriksakan dirinya ke dokter untuk memastikan apakah dirinya positif
terinfeksi atau tidak. Kondisi ini pun semakin dipersulit dengan minimnya obat anti
retroviral.
Upaya penyelesaian dalam program SDGs

Tujuan-3 SDGs : Kehidupan Sehat dan Sejahtera

Untuk mencapai tujuan yang ke-3 SDGs yaitu menggalakkan hidup sehat dan
mendukung kesejahteraan untuk semua usia, terutama untuk mengendalikan
HIV/AIDS di indonesia, pemerintah terus melalukan kebijakan seperti :

1. Meningkatkan penemuan kasus HIV secara dini


a. Daerah dengan epidemi meluas seperti Papua dan Papua Barat, penawaran
tes HIV perlu dilakukan kepada semua pasien yang datang ke layanan
kesehatan baik rawat jalan atau rawat inap serta semua populasi kunci
setiap 6 bulan sekali.
b. Daerah dengan epidemi terkonsentrasi maka penawaran tes HIV rutin
dilakukan pada ibu hamil, pasien TB, pasien hepatitis, warga binaan
pemasyarakatan (WBP), pasien IMS, pasangan tetap ataupun tidak tetap
ODHA dan populasi kunci seperti WPS, waria, LSL dan penasun. .
c. Kabupaten/kota dapat menetapkan situasi epidemi di daerahnya dan
melakukan intervensi sesuai penetapan tersebut, melakukan monitoring &
evaluasi serta surveilans berkala.
d. Memperluas akses layanan KTHIV dengan cara menjadikan tes HIV
sebagai standar pelayanan di seluruh fasilitas kesehatan (FASKES)
pemerintah sesuai status epidemi dari tiap kabupaten/kota
e. Dalam hal tidak ada tenaga medis dan/atau teknisi laboratorium yang
terlatih, maka bidan atau perawat terlatih dapat melakukan tes HIV
f. Memperluas dan melakukan layanan KTHIV sampai ke tingkat puskemas
g. Bekerja sama dengan populasi kunci, komunitas dan masyarakat umum
untuk meningkatkan kegiatan penjangkauan dan memberikan edukasi
tentang manfaat tes HIV dan terapi ARV.
h. Bekerja sama dengan komunitas untuk meningkatkan upaya pencegahan
melalui layanan IMS dan PTRM

2. Meningkatkan cakupan pemberian dan retensi terapi ARV, serta perawatan


kronis
a. Menggunakan rejimen pengobatan ARV kombinasi dosis tetap (KDT-
Fixed Dose Combination-FDC), di dalam satu tablet mengandung tiga
obat. Satu tablet setiap hari pada jam yang sama, hal ini mempermudah
pasien supaya patuh dan tidak lupa menelan obat.
b. Inisiasi ARV pada fasyankes seperti puskesmas
c. Memulai pengobatan ARV sesegera mungkin berapapun jumlah CD4 dan
apapun stadium klinisnya pada:
 kelompok populasi kunci, yaitu: pekerja seks, lelaki seks lelaki,
pengguna napza suntik, dan waria, dengan atau tanpa IMS lain
 populasi khusus, seperti: wanita hamil dengan HIV, pasien ko-infeksi
TB-HIV, pasien ko-infeksi Hepatitis-HIV (Hepatitis B dan C),
ODHA yang pasangannya HIV negatif (pasangan sero-diskordan),
bayi/anak dengan HIV (usia<5tahun).
 semua orang yang terinfeksi HIV di daerah dengan epidemi meluas
d. Mempertahankan kepatuhan pengobatan ARV dan pemakaian kondom
konsisten melalui kondom sebagai bagian dari paket pengobatan.
e. Memberikan konseling kepatuhan minum obat ARV

3. Memperluas akses pemeriksaan CD4 dan viral load (VL) termasuk early infant
diagnosis (EID), hingga ke layanan sekunder terdekat untuk meningkatkan
jumlah ODHA yang masuk dan tetap dalam perawatan dan pengobatan ARV
sesegera mungkin, melalui sistem rujukan pasien ataupun rujukan spesimen
pemeriksaan.

4. Peningkatan kualitas layanan fasyankes dengan melakukan mentoring klinis


yang dilakukan oleh rumah sakit atau FKTP.

5. Mengadvokasi pemerintah lokal untuk mengurangi beban biaya terkait


layanan tes dan pengobatan HIV-AIDS.

4. Tujuan ke-7: Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup.


Pada tujuan pelestarian lingkungan hidup, Indonesia tetap berkomitmen untuk
meningkatkan luas tutupan hutan, pemberantasan pembalakan liar, dan melaksanakan
kebijakan penurunan emisi karbon dioksida paling sedikit 26 persen selama 20 tahun ke
depan. Kendati demikian, tingkat emisi gas rumah kaca di Indonesia masih termasuk
tinggi. Jumlah emisi karbon di Indonesia telah mengalami peningkatan dari 1,416,074
GgCO2e pada tahun 2000 menjadi 1,711,626 GgCO2e pada tahun 2008. Peningkatan ini
memerlukan perhatian khusus dari pemerintah apabila pemerintah menginginkan
tercapainya target sebesar 26 persen pada tahun 2020. Terlebih lagi dengan adanya
peningkatan jumlah konsumsi energi primer (per kapita) yakni sebesar 2.64 SBM pada
tahun 1991 menjadi 4.3 SBM pada tahun 2008.38 Apabila jumlah konsumsi energi ini
meningkat secara terus menerus maka Indonesia tidak akan dapat mencapai pembangunan
yang berkelanjutan. Untuk itu, Indonesia memerlukan pengembangan teknologi yang
ramah lingkungan.

Pengembangan teknologi yang ramah lingkungan ini, membutuhkan dana besar


ketimbang pembangkit energi dengan menggunakan bahan bakar dari fosil. Sampai saat
ini, pengembangan teknologi yang ramah lingkungan masih dikuasai oleh negara-negara
maju. Sementara Indonesia sendiri pun masih tergantung pada bahan bakar fosil karena
biayanya yang masih lebih murah. Selain itu, Indonesia masih belum mempunyai dana
khusus untuk pengembangan teknologi yang ramah lingkungan sebagaimana yang dimiliki
oleh negara maju untuk dapat mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Jadi, adalah
wajar apabila Indonesia masih membutuhkan bantuan dari negara maju untuk dana
pengembangan teknologi ramah lingkungan.

Upaya pelestarian lingkungan hidup di Indonesia pun memiliki kendala dalam


mengakses air bersih. Indonesia khususnya di bagian timur juga masih mengalami
kesulitan akses terhadap air bersih. Hanya 47,73 persen rumah tangga di Indonesia yang
memiliki akses berkelanjutan terhadap air bersih.39 Padahal Indonesia memiliki sekitar 6
persen persediaan air di dunia yakni sebesar 16.800 m3/kapita/tahun (Indeks Ketersediaan
Air/IKA). Bahkan diperkirakan terdapat 119 juta penduduk belum memiliki akses terhadap
air bersih.

Potensi ketersediaan air bersih kian lama kian berkurang karena pemerintah (pusat dan
daerah) lebih mengutamakan lahan resapan air untuk pembangunan ekonomi ketimbang
pelestarian lingkungan. Hal ini pun semakin diperparah dengan maraknya pencemaran
lingkungan. Sekitar 80 persen pencemaran lingkungan ke sungai terutama yang melalui
wilayah perkotaan berasal dari air limbah domestik. Limbah ini pula yang mengakibatkan
penurunan kualitas air sungai. Sementara sisanya berasal dari usaha skala kecil (peternakan
dan pertanian) serta kegiatan industri. Di samping itu, banyaknya jumlah sampah yang
dibuang masyarakat ke sungai juga menambah penurunan kualitas air sungai.

Selain terkendala dengan ketersediaan air bersih, Indonesia juga mengalami kendala
terhadap sanitasi. Kepala Sub Direktorat Air Minum dan Air Limbah Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Nugroho Tri Utomo menyatakan bahwa sebanyak 70 juta
penduduk Indonesia masih membuang air sembarangan karena tidak bisa mengakses
fasilitas sanitasi yang memadai. Menurutnya, kondisi sanitasi di Indonesia sebenarnya bisa
diperbaiki selama lima tahun dengan dana Rp56 triliun saja. Namun pemerintah pusat
hanya mampu menganggarkan Rp14,7 triliun dalam lima tahun mendatang. Indonesia pun
membutuhkan kenaikan akses sebesar 11 persen dalam lima tahun karena pertumbuhan
akses layanan sanitasi hanya 0,5 persen per tahun, harus dipacu lagi menjadi 2 persen per
tahun. Sementara target MDG menetapkan bahwa sebanyak 62 persen keluarga Indonesia
harus memiliki akses sanitasi pada tahun 2015.
Upaya penyelesaian dalam program SDGs

Tujuan-14 SDGs :Ekosistem Laut

Tujuan-15 SDGs :Ekosistem Darat

Untuk mencapai tujuan yang ke-14 dan 15 SDGs yaitu melakukan perlindungan
dan penggunaan samudra, laut, sumber daya kelautan secara berkelanjutan serta
mengelola hutan secara berkelanjutan , melawan perubahan lahan menjad gurun,
menghentikan dan merehabilitasi kerusakan lahan dan menghentikan kepunahan
keanekaragaman hayati, oleh sebab itu pemerintah terus melalukan kebijakan seperti :

1. Mencanangkan program pembangunan berkelanjutan

Pemerintah dalam upayanya untuk mewujudkan kehidupan negara yang adil dan
makmur mencanangkan program pembangunan berwawasan lingkungan, atau juga
dikenal sebagai pembangunan berkelanjutan. Program ini merupakan upaya
peningkatan kualitas hidup dengan tetap memperhatikan faktor lingkungan. Gagasan
penting dalam konsep pembangunan berkelanjutan yaitu:

 Gagasan kebutuhan – kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan makhluk


hidup
 Gagasan keterbatasan – keterbatasan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan
dimasa sekarang dan masa depan.

2. Mengeluarkan UU tentang lingkungan hidup

Upaya pemerintah dalam pelestarian lingkungan dapat dilihat dengan


dikeluarkannya UU yang berkaitan dengan lingkungan hidup, diantaranya:

 UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber alam hayati dan ekosistemnya

 UU No. 5 tahun 1994 tentang Konvensi PBB mengenai keanekaragaman hayati

 UU No. 6 tahun 1994 tentang Konvensi PBB mengenai perubahan iklim

 UU No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah

 UU No. 19 tahun 2009 tentang pengesahan konvensi Stockholm tentang bahan


pencemar organik yang persistan
 UU No 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

3. Membentuk Badan Pengendalian Lingkungan

pemerintah membentuk suatu badan khusus untuk melakukan pengendalian dan


pelestarian lingkungan hidup. Tugas pokok dari Badan Pengendalian Lingkungan,
adalah (1) Menanggulangi kasus pencemaran, baik pencemaran udara, pencemaran
tanah, maupun pencemaran air, (2) mengawasi bahan berbahaya dan beracun, (3)
melakukan analisis mengenai dampak lingkungan.

4. Oleh Masyarakat dan Pemerintah


 Menjalankan progam penanaman seribu pohon.

 Tidak membuang limbah ke sungai atau laut

 Mengurangi pencemaran udara

 Tidak melakukan perburuan liar dan perusakan alam

 Melakukan sosialisasi lingkungan hidup

5. Tujuan ke-8: Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan


Kendati sudah terdapat kerjasama internasional antara Indonesia dengan negara-negara
lain untuk mencapai tujuan-tujuan MDG namun kerjasama internasional ini dirasakan
masih belum optimal. Tanggung jawab yang semestinya juga diemban oleh negara maju
sebagaimana yang ditargetkan dalam tujuan ke-8 masih sulit tercapai. Padahal apabila
Indonesia tidak dapat mencapai target-target tersebut maka suatu saat target-target tersebut
akan menjadi bom waktu bagi pemerintah.
Kendala Indonesia dalam mencapai tujuan ini adalah Indonesia lebih memprioritaskan
kerjasama internasional dengan negara maju yang notabene masih belum secara optimal
mengalokasikan bantuan internasionalnya kepada negara-negara berkembang guna
pencapaian tujuan-tujuan MDG sebagaimana yang menjadi kesepakatan bersama ketika
pembentukan MDG. Indonesia lebih mengarah kepada pemenuhan target pengalokasian
sebesar 0,7 persen Gross National Product (GNP) yang masih belum tercapai sampai
sekarang.

Seluruh negara-negara anggota yang tergabung dalam G-8 serta mayoritas negara
anggota Development Assistance Committee of The Organisation for Economic Co-
operation and Development’s (DAC OECD) yang dianggap sebagai representasi dari
negara-negara maju pun belum memberikan bantuan yang memadai. Hanya negara-negara
Skandinavia saja yang telah mematuhi komitmen sebagaimana tercantum dalam tujuan ke-
8.

Upaya penyelesaian dalam program SDGs

1. Wujud tertinggi Indonesia dalam pelaksanaan SDGs adalah terbitnya Perpres No.
59/2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Berkelanjutan.
2. Melakukan pembinaan relasi antar pemangku kepentingan, termasuk pemerintahan,
sektor swasta, LSM dan individu. Menjalin kemitraan ini perlu dibina agar para
pemangku kepentingan dapat bersama-sama membantu Indonesia mencapai
pembangunan yang berkelanjutan.
3. Mengadakan seminar serupa di kota-kota besar Indonesia, agar semua pemangku
kepentingan dapat saling membantu untuk mencapai SDGs.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan


menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah paradigma pembangunan global, yang
dideklarasikan oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York
Semua negara yang hadir dalam pertemuan tersebut berkomitment untuk mengintegrasikan
MDGs sebagai bagian dari program pembangunan nasional dalam upaya
menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu yang sangat mendasar tentang
pemenuhan hak asasi dan kebebasan.
Suistainable development goals (SDG’S) adalah singkatan atau kepanjangan dari
sustainable development goals, yaitu sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam
kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di dunia. Penyusunan SDGs sendiri
memiliki beberapa tantangan karena masih terdapat beberapa butir-butir target MDGs yang
belum bisa dicapai dan harus diteruskan di dalam SDGs. Seluruh tujuan, target dan indikator
dalam dokumen SDGs juga perlu mempertimbangkan perubahan situasi global saat ini.
Perbedaan MDGs dengan SDGs yaitu target sasarannya dimana MDGs hanya 50%
sedangkan SDGs 100%, pemberlakuannya dimana MDGs berasal dari negara maju untuk
negara berkembang dan SDGs bersifat universal, perumusuan dokumen dimana MDGs disusun
oleh para elite PBB tanpa melalui proses konsultasi dan survei warga sedangakan SDGs
dirumuskan secara bersama-sama serta terdapat perbedaan solusinya dimana MDGs solusinya
bersifat parsial sedangkan SDGs bersifat menyeluruh.
Adapun pencapaian MDGs di Indonesia dalam mencapai beberapa target yakni; Tujuan
ke-2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua, Tujuan ke-3: Mendorong Kesetaraan Gender
dan Pemberdayaan Perempuan, Tujuan ke-4: Menurunkan Angka Kematian Anak.
Meskipun indonesia terus berjuangan dalam mencapai target MDGs tapi masih ada saja
permasalahan yang ditemui, hal ini tidak berarti bahwa Indonesia tidak sungguh-sungguh
dalam memenuhi komitmennya. Adapun beberapa tujuan MDG yang belum dicapai Indonesia
adalah, Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, Meningkatkan Kesehatan Ibu, Memerangi
HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya, Memastikan Kelestarian Lingkungan
Hidup, Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan.
3.2 Saran

Mengingat masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh pemerintah dalam
mencapai tujuan-tujuan tersebut, sebaiknya pemerintah Indonesia perlu meningkatkan
koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah daerah mulai dari perencanaan, pengambilan
kebijakan, implementasi, pengawasan, pelaporan, hingga evaluasi. Pemerintah juga tidak
boleh menafikan keterlibatan semua pihak yang terkait termasuk pihak swasta dan juga
masyarakat. Dengan demikian, Pemerintah Indonesia dapat melakukan mobilisasi dan
mensinergikan semua sumberdaya yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA

http://smile-newspaper.blogspot.com/2012/12/8-tujuan-millenium-development-goals.html

https://pdf2doc.com/id/download/uaf6rdusr1c7yzw9/o_1divcdcn41qbs14g01cb21ti1gt4b/331
-642-1-SM.doc?rnd=0.1230348097565499

http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/1

https://www.sdg2030indonesia.org/page/5-perpres

https://id.wikipedia.org/wiki/Tujuan_Pembangunan_Berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai