Anda di halaman 1dari 5

Masalah Anak Jalanan [1]

April 9, 2007 pada 9:19 am Disimpan dalam Pendidikan, Riset


1.1 Latar Belakang Masalah
Sore itu, saya dan seorang sobat baru saja keluar dari sebuah toko swalayan di wilayah
Jalan Sudirman, Jakarta. Karena sudah lama tidak lagi sempat curhat dan ngobrol ngalor-ngidul
karena kesibukan masing-masing, kami sepakat untuk menyeberang dan melewati sore itu di
teras depan gedung kembar Danamon Aetna, yang setiap sore dijadikan tempat duduk-duduk
atau rende!-"ous bagi sebagian orang.
Kami duduk dan mengobrol sambil makan coklat. #enyadari begitu banyak orang yang
menikmati sore yang indah itu di situ, kami melemparkan pandangan ke sekeliling. Kami tertegun,
tidak jauh dari tempat kami duduk, duduklah tiga orang anak kecil$usia sekolah$dari pakaian
mereka, tampang mereka yang kurus, kucel dan dekil, mereka adalah anak-anak jalanan, yang
kapan saja mungkin kita temui mengamen di perempatan-perempatan lampu merah, atau di
dalam bis-bis kota.
Ada satu pemandangan yang membuat kami tertegun. #ereka makan mie ayam, satu
mangkuk bertiga.. Satu mangkuk, untuk tiga perut.. #ungkin karena recehan yang mereka
kumpulkan hasil dari mengamen ternyata setelah dihitung-hitung hanya cukup untuk beli satu
mangkuk mie ayam. %etapi mereka tetap ceria, makan bergantian, $benar-benar berbagi$dan
sabar menunggu giliran masing-masing, menyendok mie ayam. &ang satu menunggu yang lain
menyendok, sebelum tiba giliran dirinya menyendok. 'egitu terus, sampai mie ayam benar-benar
habis dan bersih, bahkan airnyapun mereka seruput dari mangkok secara bergantian. #ereka
tampak sangat menikmatinya.
Kami begitu tertegun, sampai-sampai kami sama-sama menunggu dengan penasaran
adegan seperti apa lagi yang akan terjadi selanjutnya. Kemudian, mereka menghitung uang
recehan itu, dan membeli air a(ua ukuran gelas, dan lagi-lagi untuk dibagi bertiga. )enuh haru
kami menyaksikannya.
Sahabat saya berkomentar, suatu hari nanti, jika %uhan membuat kehidupan salah satu, atau
ketiganya berhasil, ketika mereka memakai kemeja Arrow dan berdasi, berpenampilan seperti
kebanyakan para manager,*who knows*dan berkantor di salah satu gedung yang ada di sekitar
kami melihat pemandangan itu, mereka akan melihat ke bawah, mengenang puluhan tahun yang
telah lewat, ketika suatu sore, di suatu masa, mereka makan mie ayam satu mangkuk bertiga..
Kami tergerak untuk menawari mereka makan mie ayam sekali lagi, satu mangkuk, untuk
satu orang, tapi ketika kami akan mendekati mereka, mereka sudah beranjak pergi dan akan
mulai mengamen lagi di bis-bis yang akan mereka tumpangi.
#ereka adalah anak-anak yang terpinggirkan, tetapi justru dari merekalah kami mendapatkan
sesuatu yang bermakna untuk kami bawa pulang.
+Diceritakan oleh ,inny, -elawan di .A-/S, sebuah rumah singgah untuk
anak-anak jalanan di 'andung0
Kisah di atas merupakan realitas sosial yang kerap kita dapati di berbagai jalanan di kota-kota
besar di /ndonesia. Kenyataan yang membuat kita sering bertanya-tanya1 Kenapa semua hal itu terjadi2
Kenapa anak-anak yang seharusnya bermain dan belajar tetapi malah turun di jalan untuk mencari
makan2 Apakah tidak ada lagi yang peduli2 #enyedihkan memang.
3enomena merebaknya anak jalanan di /ndonesia merupakan persoalan sosial yang komplek.
4idup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka
berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi
masalah bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. 5amun, perhatian terhadap nasib anak
jalanan tampaknya belum begitu besar dan soluti6. )adahal mereka adalah saudara kita. #ereka adalah
amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia
dewasa yang berman6aat, beradab dan bermasa depan cerah.
#enurut 77D 89:;, anak terlantar itu dipelihara oleh negara. Artinya pemerintah
mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk
anak jalanan. 4ak-hak asasi anak terlantar dan anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-
hak asasi manusia pada umumnya, seperti halnya tercantum dalam 77 5o. <9 tahun 8999 tentang
4ak Asasi #anusia, dan Keputusan )residen -/ 5o. <= %ahun 899> tentang )engesahan Convention
on the Right of the Child +Kon"ensi tentang hak-hak Anak0. #ereka perlu mendapatkan hak-haknya
secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan +civil righ and
freedoms0, lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan +family envionment and alternative care0,
kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic health and welfare0, pendidikan, rekreasi dan budaya
+education, laisure and culture activites0, dan perlindungan khusus +special protection).
4asil Sur"ei Sosial ?konomi 5asional +S7S?5AS0 'adan )usat Statistik -epublik /ndonesia
tahun 899@ memperlihatkan bahwa anak jalanan secara nasional berjumlah sekitar A,@ juta anak. Dua
tahun kemudian, tahun A>>>, angka tersebut mengalami kenaikan sekitar ;,:B, sehingga jumlahnya
menjadi <,8 juta anak. )ada tahun yang sama, anak yang tergolong rawan menjadi anak jalanan
berjumlah 8>,< juta anak atau 8C, =B dari populasi anak di /ndonesia, yaitu ;@,C juta anak
+Soewignyo, A>>A0. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa kualitas hidup dan masa depan anak-
anak sangat memperihatinkan, padahal mereka adalah aset, in"estasi SD# dan sekaligus tumpuan
masa depan bangsa. Jika kondisi dan kualitas hidup anak kita memprihatinkan, berarti masa depan
bangsa dan negara juga kurang menggembirakan. 'ahkan, tidak tertutup kemungkinan, sebagian
dari anak bangsa kita mengalami lost generation +generasi yang hilang0.
S7S?5AS tahun A>>> juga menunjukkan bahwa salah satu 6aktor ketidakberhasilan
pembangunan nasional dalam berbagai bidang itu, antara lain, disebabkan oleh minimnya perhatian
pemerintah dan semua pihak terhadap eksistensi keluarga. )erhatian dan treatment yang ter6okus
pada keluarga sebagai basis dan sistem pemberdayaan yang menjadi pilar utama kehidupan
berbangsa dan bernegara relati6 belum menjadi komitmen bersama dan usaha yang serius dari
banyak pihak. )adahal, masyarakat dan negara yang sehat, kuat, cerdas, dan berkualitas dipastikan
karena tumbuh dan berkembang dari dan dalam lingkungan keluarga yang sehat, kuat, cerdas dan
berkualitas. Dengan demikian, masalah anak termasuk anak jalanan perlu adanya penanganan yang
berbasis keluarga, karena keluarga adalah penanggung jawab pertama dan utama masa depan anak-
anak mereka.
Anak jalanan di DK/ Jakarta, sebagai salah satu kasus, berjumlah <8.<>: anak, sedangkan
)anti )emerintah yang memberikan pelayanan sosial terhadap mereka hanya berjumlah 9 panti, yaitu
1 : )anti 'alita %erlantar, : )anti Anak Jalanan dan 8 )anti -emaja )utus Sekolah. Daya tampung
keseluruhannya adalah A.<C> anak. Sementara itu, )anti Sosial Asuhan Anak yang diselenggarakan
masyarakat berjumlah ;@ )anti dengan daya tampung <.<<@ anak dan pelayanan sosial kepada anak
di luar panti sebanyak <.A>> anak. Secara akumulati6 jumlah yang yang mendapat pelayanan )anti
dan non-)anti adalah @.9>@ anak dan yang belum tersentuh pelayanan pemerintah maupun
organisasi sosial atau DS# adalah AA.<9= anak +)ro6il Dinas 'ina #ental Spiritual dan Kesejahteraan
Sosial )emerintah )ropinsi DK/ Jakarta, A>>A0.
)ersebaran anak jalanan di DK/ Jakarta juga cukup merata. Data yang diterbitkan oleh Dinas
'ina #ental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial DK/ Jakarta menyebutkan bahwa setidaknya ada
8@.CCC orang anak jalanan di DK/ pada tahun A>>< ini.
Data tersebut cukup memperihatinkan kita semua, karena idealnya sebagai kota
percontohan DK/ dapat bebas dari masalah anak jalanan, atau setidak-tidaknya jumlah anak jalanan
tergolong rendah di seluruh propinsi di /ndonesia. Selama ini, penanganan anak jalanan melalui panti-
panti asuhan dan rumah singgah dinilai tidak e6ekti6. 4al ini antara lain terlihat dari pola asuh yang
cenderung konsumti6, tidak produkti6 karena yang ditangani adalah anak-anak, sementara keluarga
mereka tidak diberdayakan.
1.2 Pembatasan Masalah
)embahasan mengenai masalah anak jalanan dan alternati6 model penanganannya, akan dibatasi pada
hal-hal berikut1
8. Apa saja latar belakang yang menyebabkan munculnya anak jalanan2
8. 'agaimana model alternati6 penanganan anak jalanan2
1.3 Tujuan Penelitian
)enelitian ini secara umum bertujuan untuk1
8. #engetahui latar belakang munculnya anak jalanan.
A. #engetahui 6aktor-6aktor apa saja yang menyebabkan 6enomena munculnya anak jalanan.
<. #engetahui alternati6 model penanganannya, khususnya di wilayah JA'ED?%A'?K yang
berbasis Keluarga.
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsep Anak
Konsep anak dide6inisikan dan dipahami secara ber"ariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang
dan kepentingan yang beragam. #enurut 77 5o. : %ahun 89C9 tentang Kesejahteraan Anak,
anak adalah seseorang yang berusia di bawah A8 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut
77 5o. A< %ahun A>>A tentang )erlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia
8@ tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan
7ntuk kebutuhan penelitian ini, anak dide6inisikan sebagai seorang manusia yang masih kecil
yang berkisar usianya antara =*8= tahun yang mempunyai ciri-ciri 6isik yang masih berkembang dan
masih memerlukan dukungan dari lingkungannya.
Seperti manusia pada umumnya, anak juga mempunyai berbagai kebutuhan1 jasmani, rohani
dan sosial. #enurut #aslow, kebutuhan manusia itu mencakup 1 kebutuhan 6isik +udara, air, makan0,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi, kebutuhan untuk penghargaan,
kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan bertumbuh.
Sebagai manusia yang tengah tumbuh-kembang, anak memiliki keterbatasan untuk
mendapatkan sejumlah kebutuhan tersebut yang merupakan hak anak. Erang dewasa termasuk
orang tuanya, masyarakat dan pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak anak tersebut.
)ermasalahannya adalah orang yang berada di sekitarnya termasuk keluarganya seringkali tidak
mampu memberikan hak-hak tersebut. Seperti misalnya pada keluarga miskin, keluarga yang
pendidikan orang tua rendah, perlakuan salah pada anak, persepsi orang tua akan keberadaan anak,
dan sebagainya. )ada anak jalanan, kebutuhan dan hak-hak anak tersebut tidak dapat terpenuhi
dengan baik. 7ntuk itulah menjadi kewajiban orang tua, masyarakat dan manusia dewasa lainnya
untuk mengupayakan upaya perlindungannya agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi secara
optimal.
'erbagai upaya telah dilakukan dalam merumuskan hak-hak anak. -espon ini telah menjadi
komitmen dunia international dalam melihat hak-hak anak. /ni terbukti dari lahirnya kon"ensi
internasional hak-hak anak. /ndonesiapun sebagai bagian dunia telah merati6ikasi kon"ensi tersebut.
Keseriusan /ndonesia melihat persoalan hak anak juga telah dibuktikan dengan lahirnya 7ndang-
undang -/ 5omor A< %ahun A>>A tentang perlindungan anak. %anpa terkecuali, siapapun yang
termasuk dalam kategori anak /ndonesia berhak mendapatkan hak-haknya sebagai anak.
2.1.2 Konsep Anak Jalanan
Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan atau di tempat-
tempat umum. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut 1 berusia antara ; sampai dengan 8@
tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan
pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi
2.1.3 Konsep Keluarga
Keluarga adalah sejumlah orang yang bertempat tinggal dalam satu atap rumah dan diikat
oleh tali pernikahan yang satu dengan lainnya memiliki saling ketergantungan. Secara umum
keluarga memiliki 6ungsi +a0 reproduksi, +b0 sosialisasi, +c0 edukasi, +d0 rekreasi, +e0 a6eksi, dan +60
proteksi.
)emberdayaan +empowerment0 adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari
perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayan 'arat utamanya ?ropa. Secara umum
pemberdayaan keluarga dipahami sebagai usaha menciptakan gabungan dari aspek kekuasaan
distributi6 maupun generati6 sehingga keluarga memiliki kemampuan untuk melaksanakan 6ungsi-
6ungsinya.
2.2 Landasan Bepikir
Kajian ini menganggap penting untuk menemukan beberapa alternati6 model yang mungkin
dapat digunakan untuk menangani permasalahan anak jalanan dan perlu diuji coba, tentunya dengan
tidak lupa mengkaji ulang berbagai model yang telah pernah ada dalam permasalahan anak jalanan,
seperti rumah singgah misalnya. #engacu kepada kondisi yang demikian, ternyata upaya yang patut
dikembangkan terus. Adapun alternati6 model yang mungkin dapat di gunakan adalah sebagai berikut
1 yang berlandaskan keluarga, yang berlandaskan institusi (lembaga), gabungan antara keduanya.
'erdasarkan pembahasan yang telah diungkapkan pada bagian sebelumnya dapat
dikemukakan pembahasan sebagai berikut.
Pertama, dilihat dari pro6il anak jalanan terdapat beberapa kecenderungan, yaitu +a0 sebagian
besar anak jalanan melakukan akti6itas berjualan di jalan, +b0 tempat tinggal mereka di rumah, +c0
memperoleh makanan dengan cara membeli sendiri, +d0 lama tinggal di jalan dalam satu hari di atas
8A jam, +e0 memperoleh uang dari hasil berjualan dan mengamen, +60 uang yang diperoleh digunakan
untuk membantu keluarga, +g0 jarang bertemu orang tua, +h0 sering mendapat kesulitan di rumah, +i0
kurang betah tinggal di rumah, +y0 meminta tolong pada saudaranya ketika mengalami kesulitan
sebagai pihak yang dianggap paling dekat.
Kedua dilihat dari pro6il keluarga anak jalanan, terdapat beberapa kecenderungan, yaitu +a0
sebagian besar keluarga anak jalanan orang tuanya menikah, +b0 jumlah anaknya <-: orang, +c0
bersikap mendukung anaknya bekerja di jalan, +d0 bersikap mendukung bila anaknya sekolah, +e0
pernah mendapat penyuluhan tentang usaha bersama tetapi tidak pernah mengikuti kegiatan tersebut
karena berpandangan bahwa kegiatan tersebut tidak membantu perekonomian keluarga, +60 bekerja di
sektor non-6ormal dengan pendapatan tidak tetap, dan +g0 menempati rumah dengan status sewa
atau tanah 5egara.
Ketiga, )eta permasalahan anak jalanan di Jabodetabek dapat dikategorikan menjadi enam,
yaitu +80 anak jalanan turun ke jalan karena adanya desakan ekonomi keluarga sehingga justru orang
tua menyuruh anaknya untuk turun ke jalan guna mencari tambahan ekonomi keluarga, +A0 rumah
tinggal yang kumuh membuat ketidakbetahan anak berada di rumah sehingga perumahan kumuh
menjadi salah satu 6aktor pendorong untuk anak turun ke jalan, +<0 rendahnya pendidikan orang tua
menyebabkan mereka tidak mengetahui 6ungsi dan peran sebagai orang tua dan juga tidak
mengetahui hak-hak anak, +:0 belum adanya payung kebijakan mengenai anak yang turun ke jalan
baik dari kepolisian, )emda maupun Departemen Sosial menyebabkan penanganan anak jalanan
tidak terkoordinasi dengan baik, +;0 peran masyarakat dalam memberikan kontrol sosial masih sangat
rendah, dan +=0 lembaga-lembaga organisasi sosial belum berperan dalam mendorong partisipasi
masyarakat menangani masalah anak jalanan.
Keempat, Secara umum masyarakat memandang bahwa masalah anak jalanan merupakan
masalah yang sangat kompleks bahkan ia membentuk sebuah lingkaran yang berujung yang sulit
dilihat ujung pangkalnya. Kalangan aparat hukum, polisi misalnya, memandang bahwa payung
kebijakan yang dapat digunakan untuk menangani anak jalanan belum ada. #ereka sulit untuk
melakukan tindakan hukum berhubung tidak adanya undang-undang khusus mengenai anak jalanan
seperti misalnya )erda, )erpu atau yang lainnya sehingga dirasa sulit untuk mengadakan
pencegahan agar anak-anak tidak berada di jalan. Selanjutnya tokoh agama berpandangan bahwa
munculnya masalah anak jalanan merupakan wujud dari tidak optimalnya pengelolaan !akat baik
!akat mal, !akat 6itrah, dan lainnya. #ereka mengharapkan agar dana !akat dapat dikelola sebaik
mungkin agar disalurkan kepada mustahik dan dapat diman6aatkan sebaik-sebaiknya oleh mereka.
Disamping itu, kalangan akademisi memandang bahwa masalah anak jalanan merupakan masalah
yang berkaitan dengan bagaimana hubungan antara pemerintah kota dengan daerah penyangga.
#enurut mereka, penanganan masalah anak jalanan harus melibatkan juga aparat pemerintah pada
daerah penyangga. )emda DK/, misalnya, juga harus mengalokasikan dana pembangunan untuk
kesejahteraan masyarakat di %angerang, 'ekasi, dan daerah penyangga lainnya. %erakhir, akti6is
Dembaga Swadaya #asyarakat +DS#0 memandang bahwa penanganan anak jalanan harus dilakukan
dengan melibatkan institusi sekolah, rumah singgah, dan pemberdayaan keluarga dengan
memberikan modal usaha keluarga.
Kelima, alternati6 model penangannan anak jalanan mengarah kepada < jenis model yaitu
family base, institutional base dan multisystem base. !amily base, adalah model dengan
memberdayaan keluarga anak jalanan melalui beberapa metode yaitu melalui pemberian modal
usaha, memberikan tambahan makanan, dan memberikan penyuluhan berupa penyuluhan tentang
keber6ungsian keluarga. Dalam model ini diupayakan peran akti6 keluarga dalam membina dan
menumbuh kembangkan anak jalanan.
"nstitutional base, adalah model pemberdayaan melalui pemberdayaan lembaga-lembaga
sosial di masyarakat dengan menjalin networking melalui berbagai institusi baik lembaga
pemerintahan maupun lembaga sosial masyarakat.
#ultisystem base, adalah model pemberdayaan melalui jaringan sistem yang ada mulai
dari anak jalanan itu sendiri, keluarga anak jalanan, masyarakat, para pemerhati anak ,akademisi,
aparat penegak hukum serta instansi terkait lainnya.

Anda mungkin juga menyukai