Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS

ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROME

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas KMB II


Dosen Pembimbing :
Nina Gartika. S.Kp., M.Kep.

Disusun oleh :

Cut Afnon Zulfa R (032016061)


Agia Permata Sari (032016058)
Badriatun Naimah (032016062)
Anisa Resti Oktaviani (032016064)
Alfin Nugraha (032016034)
Fakhri Agustyosa (032016054)
Rico Nuralim (032016 )
Findi Putra Abdi (032016065)
Rai Rendra Mahardika (03201652)
Wika Puspita (032016071)

Program Studi Sarjana Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan‘Aisyiyah Bandung
Jalan KH Ahmad Dahlan (Banteng Dalam) No. 6 Bandung
Tahun Ajaran 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tuga smakalah ini. Juga tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Keberhasilan dalam menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah
ini sehingga dapat bermanfaat bagi yang membacanya

Bandung, 06 april 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I ........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
TINJAUAN TEORI ...................................................................................................... 3
A. Definisi ............................................................................................................... 3
B. Etiologi ............................................................................................................... 3
C. Patofisiologi ....................................................................................................... 5
D. Faktor Resiko ...................................................... Error! Bookmark not defined.
E. Prosedur Diagnostik ............................................ Error! Bookmark not defined.
BAB III ....................................................................... Error! Bookmark not defined.
Analisa Kasus .............................................................. Error! Bookmark not defined.
A. IDENTITAS ....................................................... Error! Bookmark not defined.
B. RIWAYAT KESEHATAN ................................ Error! Bookmark not defined.
C. RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL Error! Bookmark not defined.
D. PEMERIKSAAN FISIK .................................... Error! Bookmark not defined.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG........................ Error! Bookmark not defined.
F. TERAPI ............................................................... Error! Bookmark not defined.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN ........................ Error! Bookmark not defined.
H. INTERVENSI KEPERAWATAN ..................................................................... 31
I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ................................................................ 33
J. EVALUASI ......................................................... Error! Bookmark not defined.
K. TELAAH JURNAL (EBP) ................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 38

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV/AIDS merupakan penyait yang tidak adapat disembuhkan dan
belum ditenukan obat yang dapat memulihkannya HIV, menyerang sistem
kekebalan tubuh penderitanya jika ditambah dengan stress psikososial-spiritual
yang berkepanjangan pada pasien terinfeksi HIV, maka akan mempercepat
terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan angka kematian. Menurut rosse pada
tahun 1997 jika stress mencapai tahap kelelahan (Exhausted Stage) maka dapat
ditimbulkan kegagalan fungsi imun yang memperparah keadaan pasien serta
mempercepat terjadinya AIDS. HIV/AIDS akan menurun secara signifikan
seperti aktivitas APC(makrofag) ; Thl (CD4) ; IFN; IL-2 ; immunoglobulin
A,G,E dan anti-HIV.

Penanganan pasien HIV memerlukan waktu yang hampir sama namun


berdasarkan fakta klinis saat pasien control ke RS menunjukan adanya
perbedaan respon imunitas (CD4) hal tersebut menunjukan terdapat faktor lain
yang berpengaruh dan faktor yang diduga sangat berpengaruh adalah stress
yang dialami pasien HIV menurut konsep spikoneuroimnologis, stimulusnya
akan melalui sel astropit pada cortical dan amigdala pada sistem limbic berefek
pada hipotalamus, sedangkan hipofisis aka menghasilkan CRF (kortikotropin
relasing faktor) CRF memacu pengeluaran ACTH (adrenal cortico tropic
hormon) untuk mempengaruhi kelenjar kortek adrenal agar dapat menghasilkan
kortisol. Kortisol ini bersifat immunosupressiv tertama pada sel zona fasikulata.
Apabila stress dialami sangat tinggi, maka kelenjar adrenal akan menghasilkan
kortisol dalam jumblah besar shingga dapat menekan sistem imun

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan definisi penyakit ?
2. Menjelaskan etiologi dan faktor resiko ?
3. Menjelaskan dan membuat pathway patofisiologi (WOC) dari berbagai sumber
4. Menjelaskan tanda dan gejala ?
5. Menjelaskan prosedur diagnostic ?
6. Menejlaskan farmakoterapik dan rasional pemilihan obat ?
7. Mengindenitifikasi data yang normal dan abnormal dari kasus HIV/AIDS ?
8. Mendokumentasikan hasil pengkajian secara tepat ?
9. Membuat diagnose keperawatan prioritas NANDA ?
10. Membuat rancangan intervensi dan rasionalnya (Berdasarkan teori,konsep
patofisiologi dan EBP)
11. Membuat rancangan implementasi
12. Membuat rancangan evaluasi (SOAP)
13. Melakukan telaah jurnal (EBP) yang berkaitan dengan intervensi keperawatan

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi penyakit
2. Mengetahui etiologi dan faktor risiko
3. Mengetahui pathway patofisiologi ( WOC ) dari berbagai sumber relevan
4. Mengetahui tanda dan gejala
5. Mengetahui prosedur diagnostic
6. Mengetahui farmakoterapik dan rasional pemilihan obat
7. Mengindenitifikasi data yang normal dan abnormal dari kasus HIV/AIDS
8. Mendokumentasikan hasil pengkajian secara tepat
9. Membuat diagnose keperawatan prioritas NANDA
10. Membuat rancangan intervensi dan rasionalnya ( berdasarkan teori,konsep
patofisiologi dan EBP)
11. Membuat rancangan implementasi
12. Melakukan rancangan evaluasi (SOAP)
13. Melakukan telaah jurnal (EBP) yang berkaitan dengan intevensi
3

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Infeksi HIV (Human immunodeficiency virus) dapat menyebabkan penyakit
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome). Walaupun ditandai oleh kerusakan
yang terjadi secara berangsur-angsur pada imunitas yang diantara sel (sel T),
namun penyakit ini juga memengaruhi imunitas humoral dan bahkan autimunitas
karena peranan sentral limfosit dan bahkan autoimunitas karena peranan sentral
limfosit T (helper) CD4+dalam reaksi imun. Imunodefisiensi yang diakibatkan
membuat pasien rentan terhadap infeksi oportunis, kanker, dan abnormalitas yang
menandai AIDS. (Jennifer P. Kowalak, William welsh. 2017. Dalam Buku Ajar
Patofisiologi).

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AAIDS)adalah kumpulan gejala yang


timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh
infeksi human immunodeficiency virus (HIV).(Murtiastutik. Dwi 2008. Dalam
Buku ajar infeksi menular seksual).

B. Etiologi
Retrovirus HIV-1 merupakan agens etiologi yang primer. Penularan terjadi
melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh dan berkaitan dengan perilaku
risiko-tinggi yang bisa dikenal. Keadaan ini secara kurang proporsional tergambar
pada :
1. Laki-laki homoseksual dan biseksual.
2. Para pemakai obat IV.
3. Neonatus dari ibu yang terinveksi.
4. Resipien darah atau produk darah yang terkontaminasi.
5. Pasangan heteroseksual pada individu yang masuk dalam kelompok
sebelumnya. (Jennifer P. Kowalak, William welsh. 2017. Dalam Buku Ajar
Patofisiologi ).
AIDS adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi human
immunodeficiency(HIV), virus ini menyerang sel limfosit T,CD4+ sehingga
kekebalan penderita rusak dan rentan terhadap berbagai infeksi AIDS ini bukan
satu penyakit saja, tetapi merupakan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh
infeksi berbagai jenis mikroorganisme seperti infeksi bakteri, virus, jamur, bahkan
timbulnya keganasan akibat menurunnya daya tahan tubuh penderita.(Dwi
Murtiastutik.2008: Buku ajar infeksi menular seksual).
C. Faktor Risiko
Menurut (Nasronudin. 2007. Dalam Buku HIV & AIDS Pendekatan Biologis
Molekuler, Klinis, dan Sosial).

Faktor risiko epidemilogis infeksi HIV adalah :

1. Perilaku berisiko tinggi :


a. Hubungan seksual dengan pasangan berisiko tinggi tanpa menggunakan
kondom.
b. Pengguna narkotika intravena, terutama bila pemakai jrum secara
bersamaan tanpa strilisasi memadai.
c. Hubungan seksual yang tidak aman : multipartner, pasangan seks individu
yang diketahui terinfeksi HIV, kontak seks peroral.
2. Mempunyai riwayat infeksi menular seksual.
3. Riwayat menerima transfuse darah berulang tanpa tes penapisan.
4. Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik, atau sirkumsisi dengan alat yang tidak
disterilisasi.

4
5

D. Tanda dan Gejala


Menurut (Jennifer P. Kowalak, William welsh. 2017. Dalam Buku Ajar
Patofisiologi).

Infeksi HIV bermanifstasi melalui banyak cara :


1. Lymphadenopati persisten diseluruh tubuh (persistent generalized
lymphadenopati) yang terjadi sekunder karena fungsi sel-sel
CD4+mengalami kerusakan.
2. Gejala non spesifik, termasuk penurunan berat badan, rasa mudah lelah,
keringat malam, demam yan berhubungan dengan perubahan fungsi sel-sel
CD4+, immunodefisiensi, dan infeksi pada sel-se lain yang membawa
antigen CD4+.
3. Gejala neurologi yang terjadi karena ensevalopati HIV dan infeksi pada sel-
sel neuroglia.
4. Infeksi ofortunitis atau penyakit kanker yang berhubungan dengan
immunodefisiensi
Menurut .(Dwi Murtiastutik.2008: Buku ajar infeksi menular seksual).
1. Gejala konstitusi :
a. Demam terus menerus lebih dari 370C
b. Kehilangan berat badan 10% atau lebih
c. Radang kelenjar getah bening yang meliputi 2 atau lebih kelenjar getah
bening diluar daerah inguinal
d. Diare yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
e. Berkeringat banyak pada malam hari yang terus menerus.

2. Gejala neurologis
Stadium ini memberikan gejala neurologi yang beraneka ragam seperi
kelemahan otot, kesulitan berbicara, gangguan keseimbangan, disorientasi,
halusinasi, mudah lupa, psikosis dan dapat sampai,(gejala radang otak).
3. Gejala infeksi
Infeksi ofortunistik merupakan kondisi dimana daya tahan tubuh penderita
sudah sangat lemah sehingga tidak ada kemampuan melawan infeksi sama
sekali bahkan terhadap patogen yang normal ada di tubuh manusia
Infeksi yang sering ditemukan antara lain:
6

a. Pnemocystic carinii pneumonia(PCP)


b. Tuberculosis
c. Toksoplasmosis
d. Infeksi mukokutan
4. Gejala tumor
Tumor yang sering menyertai penderita AIDS adalah sarcoma Kaposi dan
limfoma maligna non-hodkin.
E. Patofisiologi
Menurut (Jennifer P. Kowalak, William welsh. 2017. Dalam Buku Ajar
Patofisiologi).

HIV menyerang sel T helper yang membawa antigen CD4+. Pada keadaan
terinfeksi HIV, antigen yang dalam keadaan normal merupakan reseptor untuk
molekul MHC(major histocom patibillity complex) akan menjadi reseptor untuk
retrovirus dan memungkinkan virus tersebut masuk ke dalam sel. Pengikatan virus
juga memerlukan keberadaan kreseptor(yang diyakini berupa reseptor kemokin
CCR5) pada permukaan sel. Virus tersebut juga dapat menginveksi sel-sel yang
membawa antigen CD4+ pada traktus GI, servik uteri, dan neuroglia.

Seperti halnya retrovirus lain, HIV akan mengopi materi genetiknya secara
terbalik (reverse manner) bila dibandingkan dengan virus dan sel-sel lain. Melalui
kerja enzim reverse transcriptase, HIV memprosuksi DNA dari RNA virusnya.
Transkripsi ini sering berlangsung sangat buruk sehingga terjadi mutasi yang
sebagian diantaranya membuat virus tersebut resisten terhadapa obat-obat antivirus.
DNA virus memasuki nucleus sel dan kemudian menyatu dengan DNA sel hospes.
Disini, DNA tersebut akan di transkripsi menjadi lebih banyak RNA virus. Jika sel
hospes mengadakan reproduksi, maka reproduksi ini melipatgandakan DNA virus
bersama DNA sel itu sendiri dan kemudian mewariskannya kepada sel-sel
turunannya.

Replikasi HIV dapat menyebabkan kematian sel atau membuat infeksi virus
tersebut menjadi laten. Infeksi HIV menimbulkan perubahan patologi yang bisa
7

tejadi langsung melalui destruksi sel-sel CD4+ , sel-sel imun lain dan sel-sel
neuroglia, atau secara tidak langsung melalui efek sekunder

F. Manifestasi klinis
Menurut .(Dwi Murtiastutik.2008: Buku ajar infeksi menular seksual).

Stadium klinis HIV/AIDS untuk remaja dan dewasa dengan infeksi HIV
terkonfirmasi menurut WHO:
1. Stadium I (asimtomastis)
a. Asimtomatis
b. PGL (performance scale 1: asimtomatis, aktivitas normal)
2. Stadium II (ringan)
a. Penurunan berat badan < 10%
b. Manifestasi mukokuteneun minor : dermatitis seboroik, prurigo
onikomikosis, ulkus oral rekurens, keilitis angularis, erupsi papular
pruritik.
c. Infeksi herpes zoster dalam 5 tahun terakhir.
d. Infeksi saluran nafas atas berulang : sinusitis, tonsilitis, paringitis, otitis
media.
3. Stadium III (lanjut, advanced)
a. Penurunan berat badan >10% tanpa sebab jelas.
b. Diare tanpa sebab jelas > 1 bulan
c. Demam berkepanjangan (suhu > 36,7oC, itermiten / konstan) > 1 bulan
d. Kandidiasis oral persisten
e. Oral hairy leukoplakia
f. Tuberkulosis paru
g. Infeksi bakteri berat : pneumonia, piomiositis, empiema, infeksi tulang
/ sendi, meningitis, bakteremia, dana tau performance scale 3 : tidak
banun dari tempat tidur <50% sehari dalam satu bulan terakhir.
4. Stadium IV (berat, severe)
a. HIV wasting syndrome
8

b. Pneumonia akibat pneumocystis carinii


c. Toksoklasmosis serebral
d. Kriptosporodiosis dengan diare > 1 bulan
e. Sitomegalovirus (cytomegalovirus, CMV) pada orang selain hati, limpa,
atau kelenjar getah bening
f. Infeks herpes simpleks mukokutan (>1 bulan) atau viseral
g. Leukonsefalopati multifokal progresif
h. Kandidiasis esofagus, trakea, atau bronkus
i. Mikrobakteriosis atipik, diseminata, atau paru
j. Septikemia salmonella non-thifoid yang bersifat rekuren
k. Tuberkulosis ekstrapulmonal
l. Limfoma atau tumor padat terkait HIV :
-Sarkoma Kaposi;
-Ensefalopati HIV;
-Kriptokokosis ekstrapulmoner termasuk meningitis
-Isosproriasis kronik
-Karsinomaserviks invasif
-Leismaniasis atipik diseminata.
G. Prosedur Diagnostik

Menurut .(Dwi Murtiastutik.2008: Buku ajar infeksi menular seksual).

Pemeriksaan awal

1. Riwayat
a. Faktor resiko
b. Riwayat infeksi menular seksual.
c. Riwayat infeksi ofortunistik dan penyakit yang berkaitan dengan HIV,
termasuk TBC.
d. Riwayat penyakit lain.
e. Riwayat pengobatan (prokfilasis dan terapi infeksi ofortunistik, anti
retrofiral[ARV]).
9

f. Riwayat alergi.
g. Tanda dan keluhan penyakit saat ini
2. Pemeriksaan klinis
a. Lakukan pemeriksaan fisik secara lengkap, termasuk berat badan, cari
limfadenopati perifer, kelainan organ dan system organ.
b. Nilai stadium klinis infeksi HIV
c. Cari infeksi oportunistik, dan penyakit yang terkait HIV
d. Saring kemungkinan TBC
e. Nilai kemungkinan adanya kehamilan
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap : haemoglobin/hemotokrit, total lymphocyte
count (TLC). Bila alat untuk pemeriksaan TLC tidak tersedia , perkirakan
jumlahnya dengan rumus : TLC= jumlah sel darah putih x % limfosit.
b. Jumlah sel T CD4, jika fasilitas tersedia
c. X-ray dada.
d. Pemeriksaan BTA sputum
e. Jika kemungkinan hepatitis: Periksa enzim, fungsi hati ALT
(SGOT,SGPT).
f. HbsAg jika memungkinkan dan anti HCV jika ada riwayat pengguanaan
narkoba suntik pada penderita.
g. Pap smear pada wanita.
h. Tes kehamilan jika diperlukan.
i. Tes laboratorium lain yang diperlukan untuk mendeteksi infeksi
oportunistik.
10

4. Pemeriksan laboratorium infeksi HIV. Salah satu cara pemeriksaan serologi


dengan menggunakan metode ELISA (Enzym-linked immunosorbent assay)
Untuk mengidentifikasi antibody terhadap HIV, tes ELISA sangat sensitive.
5. Test Western Blot (WB), indirect immunofluoresence assay (IFA) ataupun
radio-immuno precipitation assay (RIPA).
6. PCR (polymerase chain reaction) untuk DNA dan RNA virus HIV, tes ini
sering digunakan apabila hasil lain tidak akurat.
No Nama obat Indikasi Kontra indikasi Efek samping

1. KSR 1. Mengatasi kekurangan Tidak boleh digunakan/dikonsumsi jika 1. Sakit perut/pembengkakan.


penurunan kadar kalsium darah kondisi pasien 2. Mual
Terutama pada pengguna : 3. Mati rasa/kesemutn
a. Gangguan ginjal
a. Digoksin/obat-obat 4. Muntah
b. Blok AV
arithymia = kekurangan 5. Kaki lemah/berat
c. Hipersensivitas
kalium menginduksi aritmia.
d. Konsentrasi plasma kalium
b. Hiperaldosteronis sekunder
seperti serosis artri ginjal,
serosis hati, ggal jantung
berat.
c. Pada pasien banyak
kehilangan kalium.
d. Untuk mengatasi
kekurangan kalium pada
lanjut usia.

2. CaCo3 1. Antasid 1. Penyakit pembuluh 1. Buang air kecil sedikit/tidak


2. Suplemen kalsium darah/jantung sama sekali

11
12

3. Pengobatan & pencegahan 2. Batu ginjal 2. Pembengkakan, kenaikan


defisiensi kalsium dan 3. Penyakit ginjal bb meningkat
hiperfosfatemia (osteoporosis, 4. Kelainan system kekebalan 3. Mual, muntah, sakit perut
ostomalasi, gangguan fungsi tertentu (sarcoidosis) 4. Kehilangan nafsu makan
ginjal ringan/sedang 5. Penyakit hati 5. Sembelit, ras haus brlebih
4. Hiperfosfatemia pada gagal 6. Penyakit usus 6. Nyeri otot/kelemahan, nyeri
ginjal/hiperpartiroid sekunder 7. Sedikit/rendahnya asam sendi
lambung 7. Kebingungan, merasa
8. Rendahnya tingkat empedu gelisah, mudah lelah
9. Ketidakseimbangan fosfat

3. Cotrimoxazole Pada pasien : 1. Penderita yang mempunyai 1. Leukopenia


gangguan fungsi ginjal berat 2. Agranulositosis
1. Infeksi saluran kemih yang
2. Bagi wanita hamil dan 3. Trombositopenia
disebabkan oleh E.coli.
menyusui 4. Anemia aplastic
Klebsiella sp, Enterobacther sp,
3. Penderit anemia megalobastik 5. Diskrasia darah, hingga
Proteur mirabilis, Proteour
karena kekurangan folat reaksi hipersensivitas parah
vulgaris, dan morganella
4. Penderita hpersnsivitas/alergi menimbulkan kematian
2. Infeksi saluran pencernaan
terhadap cotrimoxazole
disebabkan shigella sonnei
13

termasuk diare akibat E.coli


digunakan sebagai obat disentri
3. Infeksi saluran pernapasan atas
dan bronchitis kronis
4. Infeksi saluran telinga bagian
tengah yang disebabkan
streptococcus penumoniae,
haemophilus influenza
5. Infeksi saluran pernapasan
bawah/pneumonia oleh
pneumocystis carinii
4. Omeprazole 1. Pengobatan jangka pendek pada Untuk pasien yang diketahui memiliki Pada dewasa sakit kepala, sakit
penderita tukak duodenal : hipersensivitas terhadap obat ini perut, mual, muntah, kembung,
tukak/luka pada usus 12 jari pada anak-anak diambah demam
terletak di dekat lambung
2. Penderita tukak lambung
3. Pengobatan jangka panjang pada
sindrom zollingen Ellison
14

dimana salah satu gejalanya


kadar asam lambung
4. Infeksi lambung oleh bakteri
helicbacter pylori

5. B6 1. Mencegah & mengatas Pasien hipersensivitas terhadap obat B6 1. Sakit kepala


defisiensi vitamin b6 2. Mengantuk
2. Mengatasi anemia 3. Mual
3. Mengatasi mual, muntah 4. Kesemutan/mati rasa pada
4. Suplemen makanan lengan
5. Mengatasi kejang pada anak

6. FDC TDF berisi


Tenofofir + lami
vudine + efavirenz
(TDF+3TC+EVZ)

7. FDC OAT
15

8. Koreksi
hipokalemi KCL
25 mg RL 200 cc

9. IVFD NaCL 0,9


% 1500 cc/hari
16
Mengidentifikasi data Normal dan Abnormal dalam kasus sistem respirasi
dan kardiovaskuler

Hemoglobin Hematocrit Trombosit Leukosit Eritrosit


Normal Wanita 12- Anak 33- 200.000 – Bayi baru Pria
16gr/dl 38 % 400.000 rb lahir 9000-
4,6-5,2
ul. 30.000/mm3
Pria 14-18 Pria jt/mm3
gr/dl dewasa 40- Bayi/anak
Wanita
48 %
Anak 10- 9000-
4,2-5,4
16gr/dl Wanita 12.000/mmh3
jt/mmh3
dewasa 37-
Bayi baru Dewasa
43 %
lahir 12-
4000-
24gr/dl
10.000/mmh3
Abnormal 10,6 gr/dl 29 % 236.000/mm3 2.300 3,96

MCV MCH MCHC


Normal Dewasa 80 – 100 Dewasa 26 – 34 Dewasa 32 -36
fl. pg. g/dl.
Anak usia 1 – 3 Anak usia 1 – 5 Anak usia 1,5 – 3
tahun 73 – 101 fl. tahun 23 – 31 pg. tahun 26 -34 g/dl.
Anak usia 4 -5 Anak usia 6 – 10 Anak usia 5 – 10
tahun 72 – 88 fl. tahun 22 – 34 pg. tahun 32 – 36 g/dl.
Anak usia 6 – 10 BBL 33 – 41 pg. BBL 31 – 35 g/dl.
tahun 69 – 93 fl.
BBL 98 – 122 fl.
Abnormal 72,5 26,8 -

Tekanan darah Respirasi Suhu Nadi

17
18

Normal Dewasa tua Lansia 14 -16 36,5 -37,5 C Lansia 60 -70


130 – 150 / 80 x/menit. x/menit.
– 90 mmHg.
Dewasa 16 – Dewasa 70 –
Dewasa muda 20 x/menit. 80 x/menit.
110 – 125 /60
Anak 20 -30 Anak 80 – 90
– 70 mmHg.
x/menit. x/menit.
Remaja 90 -
Bayi 30 -40 Bayi 120 – 130
110 /66
x/menit. x/menit.
mmHg.
Anak 80 -100
/60 mmHg.
Bayi 70 -50
mmHg.
Abnormal 120/70 mmHg 21x/menit - 106x/menit
(normal)
(normal )
BAB III

ANALISA KASUS

A. PEMBAHASAN KASUS

Tn. BM, usia 21 tahun diantar oleh ibunya datang ke poli penyakit dalam dengan
keluhan lemas. Pasien mengalami BAB encer sejak ± 6 bulan SMRS, pasien
mengalami BAB cair 2-3x/hari berwarna kuning kecoklatan, bau amis, tidak berlendir,
tidak ada darah. Keluhan ini juga disertai dengan mual dan muntah, berisi cairan.
Pasien mengalami keluhan penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan, sejak
± 6 bulan SMRS. Terdapat keluhan nyeri menelan dan terdapat lapisan putih di rongga
mulut. Tidak ada gangguan nyeri buang air kecil.
Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluhkan batuk berdarah. Ada keluhan keringat di
malam hari, tidak ada keluhan panas badan. Tidak ada riwayat minum obat paru selama
6 bulan. Riwayat pasien sejak 4 tahun sebelum masuk rumah sakit pernah melakukan
hubungan sexual sesama jenis.
Pada satu minggu SMRS pasien telah minum obat ARV, setelah didiagnosis
penyakit HIV AIDS oleh dokter di RSHS. Hasil pemeriksaan CD4 30. Pasien rutin dan
tepat waktu dalam minum obat ARV tersebut.
Penampilan umum klien tampak lemah, BB: 42 Kg TB: 156 cm (BMI:17, 28) RR
20x/menit, pada saat di inspeksi bentuk hidung simetris, hidung klien terlihat bersih,
mukosa hidung lembab, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
retraksi sternal, tidak tampak adanya kelainan bentuk dada, pengembangan dada
simetris, suara paru kanan dan paru kiri terdengar resonan, saat di auskultasi terdapat
suara napas vesikuler, wheezing (-), ronchi (-)
TD: 120/70 mmHg, nadi: 106x/menit, konjungtiva berwarna pucat, mukosa bibir
kering dan pucat. JVP 5+2 cmH2O, akral teraba hangat tidak ada cyanosis pada ujung-
ujung ekstremitas, CRT < 3 detik, bunyi jantung S1 dan S2 sama, S3 (-), S4 (-), tidak
terdapat kardiomegali.

19
20

Bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering, lidah tampak sedikit bercak putih, gigi
tidak ada caries, sebagian besar gigi masih utuh, tidak ada perdarahan gusi, Tn. BN
mampu mengunyah dan namun masih sulit menelan makanan, tidak terdapat nyeri pada
saat menelan, tidak ada peradangan pada tonsil, bentuk abdomen datar, lembut, bising
usus 21x/menit, nyeri tekan (-), saat diperkusi terdengar suara timpani di abdomen,
hepatomegaly (-).
Pemeriksaan Mikrobiologi:
 Preparat BTA
 Jenis sample: Sputum
 Prosedur: Pewarnaan ZN
 BTA SKALA IUATLD (++)/POSITIF2
 Leukosit: <25/LpB
 Epitel: >10/LpB

Hasil Lab
No Pemeriksaan Hasil
1. Hematologi 14 parameter
Hemoglobin 10,6 gr/Dl
Hematokrit 29%
Eritrosit 3,96
Trombosit 236.000/mm3
Leukosit 2.300
Indeks eritrosit
MCV 72,5
MCH 26,8
Hitung jenis Leukosit
Basofil 0
Eusinofil 2
21

Batang 1
Segmen 52
Limfosit 37
Monosit 8

2 Kimia klinik
Na 132
K 2,6
Calsium 4.40
Magnesium 1.74
Bilirubin total 0,65
Bilirubin direk 0,45
AST (SGOT) 23
ALT (SGPT) 64
Fosfatase AlkalilFCC 87
Gamma GT 135
22

Terapi
Nama obat Dosis
KSR 1x1200 mg PO
CaCO3 3x500 mg PO
FDC TDF berisi Tenofofi+ 1x1 tab PO
lamivudine+ Efavirenz
(Tdf+3TC+EVZ)
FDC OAT 1x2 tab PO
Cotrimoxazole 1x960 mgPO
Omeprazole 2x20 mg PO
B6 1x1 PO
Koreksi hipokalemi KCL 25 mg RL IV
200cc
IVFD Nacl 0,9%: 1500cc perhari IV
B. Pengkajian
Pengumpulan data
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn. BM
Umur : 21 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku bangsa : sunda
Status Martital : belum menikah
Alamat : Kp Ciodeng RT 05 RW 02 Desa Bojong
Malaka kec. Andir kabupaten Bandung
Tanggal masuk RS : 30 Maret 2018
Tanggal pengkajian : 31 Maret 2018
Nomor Medrec : 103457
Diagnosa Medis : HIV AIDS

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. S
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan Dengan Pasien : Ibu
Alamat : Kp Ciodeng RT 05 RW 02 Desa
Bojong Malaka kec. Andir kabupaten Bandung

23
24

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh lemas.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 minggu SMRS pasien telah minum obat ARV, setelah di diagnosis
penyakit HIV AIDS oleh dkter di RSHS. Hasil pemeriksaan CD4 30.
Pada saat dikaji pasien mengeluh lemas dikarenakan BAB encer 2-3 kali/hari.
Sejak ± 6 bulan SMRS, pasien mengalami BAB cair 2-3xhari berwarna kuning
kecoklatan, bau amis, tidak berlendir, tidak ada darah keluhan ini juga disertai
dengan mual muntah, berisi cairan. Pasien mengalami penurunan nafsu makan
dan penurunan bera badan, sejak ± 6 bulan SMRS. Terdapat keluhan nyeri
menelan dan terdapat lapisan putih di rongga mulut. Tidak ada gangguan nyeri
buang air kecil. Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluhkan batuk berdarah. Ada
keluhan keringat di malam hari, tidak ada keluhan badan panas. Tidak ada
riwayat minum obat paru selama 6 bulan. Riwayat pasien sejak 4 tahun sebelum
masuk rumah sakit pernah melakukan hubungan seksual sesame jenis.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak diketahui adanya riwayat keluarga yang mempunyai penyakit seperti
klien.
e. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak diketahui adanya riwayat kesehatan keluarga yang mempunyai penyakit


seperti klien

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Penampilan tampak lemah.
b. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis Nilai GCS : 15
c. TB : 156 cm
25

d. BB sekarang : 42 kg
e. Tanda – Tanda Vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 106 x/mnt
Respirasi : 20 x/mnt
Suhu : tidak terkaji
BMI : 17,28 (under weight)
4. Pemeriksaan fisik persistem
a. Sistem Percernaan
Bab cair 2-3x/hari berwrna kuning kecoklatan, bau amis, tidak berlendir, tidak
ada darah dengan disertai mual muntah, berisi cairan, bising usus 21x/mnt.
Bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering, lidah tampak sedikit bercak putih,
gigi tidak ada caries, sebagian gigi masih utuh, tidak ada pendarahan gusi,
tidak terdapat nyeri pada saat menelan, tidak ada peradangan pada tonsil,
bentuk abdomen datar, lembut.
b. Sistem pernapasan
RR 20x/mnt, pada saat di inspeksi bentuk hidung simetris, hidung klien
tampak bersih, mukosa hidung lembab, tidak ada polip, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada retraksi sternal, tidak tampak adanya kelainan bentuk
dada, pengembangan dada simetris, suara paru kanan dan paru kiri terdengar
resonan, saat di auskultasi terdapat suara nafas vesikuler, wheezing (-), ronchi
(-), bentuk abdomen datar.
c. Sistem kardiovaskuler
TD 120/70 mmHg, nadi 106 x/mnt, konjungtiva berwarna pucat, mukosa bibir
kering, dan pucat, JVP 5+2 cmH20, akral teraba hangat tidk ada cyanosis pada
ujung-ujung eksremitas, CRT < 3 detik, bunyi jantung S1 dan S2 sama,
S3(-), S4 (-), tidak terdapat kardiomegali.
d. Sistem integumen
Akral teraba hangat, tidak ada cyanosis pada ujung-ujung eksremitas
e. Sistem perkemihan
26

Tidak ada gangguan nyeri buang air kecil.


5. Data penunjang
Hasil Lab

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi

Hemoglobin 10,6 gr/dL 14-18 gr/dL


Kurang
Hematokrit 29% 37-47%
Kurang
Eritrosit 3,96 4,0-5.5sel/mm3
Kurang
Trombosit 236.000/mm3 150.000-400.000 sel/mm3
Normal
Leukosit 2.300 4.500-10.000 sel/mm3
Kurang
Indeks eritrosit
MCV 72,5 80-100
Kurang
MCH 26,8 28-34
Kurang
Hitung jenis Leukosit
Basofil 0 0%-2%
Normal
Eusinofil 2 0%-6%
normal
Batang 1 3-5%
kurang
Segmen 52 50-70%
normal
Limfosit 37 20-35%
kelebihan
Monosit 8 2-8%
normal

Kimia klinik
Na 132 135-144 mEq/L Kurang
K 2,6 3,6- 4,8 mEq/L Kurang
Calsium 4.40 8,8-10,4 mg/dL Kurang
Magnesium 1.74 1,7-2,3 mg/dL Normal
Bilirubin total 0,65 0,3- 1,0 mg/dL normal
Bilirubin direk 0,45 0-0,4 mg/Dl kelebihan
AST (SGOT) 23 8 – 33 IU/L normal
ALT (SGPT) 64 7-35 IU/L kelebihan
27

Fosfatase AlkalilFCC 87 45-190 IU/L normal


Gamma GT 135 6-28 IU/L kelebihan

6. Terapi

Nama Obat Route Indikasi


KSR 1x1200 mg Untuk mengatasi penurunan kalium
PO dalam darah
CaCO3 3x500 mg PO Untuk mengatatasi penurunan kalsium
dalam darah
FDC TDF berisi 1x1 tab PO Untuk mengubah RNA yang terkena
Tenofofi+ HIV yang akan di ubah menjadi DNA
lamivudine+
Efavirenz
(Tdf+3TC+EVZ)
FDC OAT 1x2 tab PO Obat anti tuberkulosis
cotrimoxazole 1x960 mgPO Untuk mengatasi diare (infeksi)
omeprazole 2x20 mg PO Untuk menurunkan kadar asam
lambung
B6 1x1 PO Obat untuk meningkatkan eritrosit
Koreksi IV Untuk keseimbangan cairan
hipokalemi KCL
25 mg RL 200cc
IVFD Nacl IV Untuk keseimbangan cairan
0,9%: 1500cc
perhari
28

C. Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


Ds : BAB encer sejak ± 6 bulan Bakteri mudah masuk Diare b.d inflamasi
SMRS, BAB cair 2-3x/hari , gastrointetinal
berwarna kuning kecoklatan, bau
amis, tidak berlendir tidak ada darah Peristaltik
Do :
- Bentuk abdomen datar, lembut Absorsi air
- Bising usus 21x/mnt
- Nyeri tekan (-), saat diperkusi Absorbsi nutrisi
terdengar suara timpani di
abdomen Diare
- Hepatomegaly (-)
Resiko keseimbangan
elektolit

Ds : Pasien mengeluh penurunan Saluran pencernaan Ketidak seimbangan nutrisi


nafsu makan, penurunan berat badan kurang dari kebutuhan b.d
sejak ± 6 bulan SMRS terdapat Infeksi jamur penurunan nafsu makan
keluhan nyeri menelan, dan terdapat
lapisan putih di rongga mulut Peradangan mulut
Do :
- Bentuk bibir simetris Pelepasan asam amino
- Mukosa bibir kering
- Lidah tampak sedikit bercak putih Metabolisme protein berkurang
29

Nutrisi ketidak seimbangan


kurang dari kebutuhan

Ds : Pembuluh darah Keletihan


- Pasien mengeluh lemas
Do : Menempel pada leukosit
HB : 10,6 gr/dl
HT : 29 % Leukosit yang terkontaminasi
Eritrosit : 3,96 masuk ke eritrosit

Kerusakan eritrosit

Eritrosit menurun

Suplai 02

Metabolisme anaerob

Atp menurun

Keletihan
30

Diagnosa Prioritas
1) Resiko keseimbangan elektrolit b.d diare
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan nafsu
makan
3) Keletihan behubungan dengan suplai oksigen menurun
31

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Ketidakseimbangan Dalam waktu 3 x 24 - Lakukan atau bantu 1. Dengan dilakukan
nutrisi kurang dari jam setelah diberikan pasien terkait dengan perawatan mulut,
kebutuhan b.d tindakan perawatan mulut sehingga mulut jadi lebih
penurunan nafsu Kompen-komponen sebelum makan bersih
makan cairan tubuh dan - beri obat-obatan 2. Dengan dilakukan
indeks kimia status sebelum makan pemberian obat sehingga
kimia status nutrisi ( misal, penghilang dapat meredakan infeksi
dapat teratasi dengan rasa sakit) pada lidah untuk
kriteria hasil : - tentukan jumlah kalori mengembalikan nafsu
Hematokrit dari dan jenis nutrisi yang makan
rendah menjadi dibutuhkan untuk 3. Untuk mengembalikan
normal. memenuhi persyaratan jumlah nutrisi di dalam
Haemoglobin dari gizi tubuh pasien
rendah menjadi
normal.
32

2 Resiko keseimbangan Setelah dilakukan 1. Berikan cairan Mengontrol adanya


elektrolit b.d diare tindakan 3x24 jam dengan tepat penurunan/peningkatan hasil
konsentrasi ion-ion 2. Monitor hasil lab yang relevan
serum yang penting lab yang relevan Mempercepat proses masukan
untuk dengan retensi obat dalam tubuh
mempertahankan cairan ( misal :
keseimbangan peningkatan
elektrolit dengan berat jenis,
kriteria hasil : peningkatan
Penurunan serum BUN,
magnesium menjadi penurunan
normal. hematokrit,
Penurunan serum haemoglobin,
kalsium menjadi kadar osmotic
normal. 3. Berikan terapi
IV yang tepat

3 Keletihan b.d suplai Setelah diaukan 1. Kaji status fisiologi 1. Untuk mempercepat
oksigen menurun tindakan3 x 24 jam pasien yang proses masuknya obat
Keparahan efek menyebabkan dalam tubuh
gangguan yang kelelahan 2. Mengetahui penyebab
diamati atau 2. Pilih intervensi kelelahan pasien
dilaporkan dengan untuk mengurangi 3. Mempercepat proses
kriteria hasil : kelelahan penyembuhan/
Kelelahan : malaise 3. Monitor intake/ mengurangi kelelahan
Penurunan energi asupan nutrisi 4. Mempersiapkan asupan
4. Konsul dengan ahli nutrisi untuk
gizi untuk meningkatkan nutrisi
meningkatkan
33

asupan energy
adekuat

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


1 Ketidakseimbangan Melakukan atau bantu pasien S: pasien mengatakan sudah
nutrisi kurang dari terkait dengan perawatan bisa menelan pada saat makan
kebutuhan b.d penurunan mulut sebelum makan O: pasien melakukan
nafsu makan Memberi obat-obatan perawatan mulut
sebelum makan A: Nutrisi pasien mulai
( misal, penghilang rasa terpenuhi
sakit) P: Intervensi perawatan mulut
Menentukan jumlah kalori tercapai
dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi
34

2 Resiko keseimbangan Memberikan cairan dengan S: Pasien mengatakan diare


elektrolit b.d diare tepat semakin berkurang
Memonitor hasil lab yang O: Pasien melakukan terapi
relevan dengan retensi cairan IV
( misal : peningkatan berat
A: Diare pasien berkurang
jenis, peningkatan BUN,
P: intervensi pemberian terapi
penurunan hematokrit,
tercapai
hemoglobin, kadar osmotic)
Memberikan terapi IV yang
tepat

3 Keletihan Kaji status fisiologi pasien S : Pasien mengatakan


yang menyebabkan kelelahan kelelahan semakin berkurang
Pilih intervensi untuk O : Pasien mulai terbuka
mengurangi kelelahan penyebab kelelahan
Monitor intake/ asupan nutrisi A : Kelelahan pasien
Konsul dengan ahli gizi untuk berkurang
meningkatkan asupan energy P : intervensi tercapai
adekuat
35

TELAAH JURNAL (EBP)

Judul : Efektivitas Pemberian Edukasi Berbasis Audiovisual dan Tutorial


Tentang Antiretroviral (ARV) Terhadap Kepatuhan Pengobatan pada Pasien
HIV/AIDS di Klinik Teratai Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Tahun 2016

Penulis : Sinta Fresia

Tahun : 2016
Penelaah : Kelompok 6
Tanggal telaah jurnal : 11 april 2018
Telaah Jurnal :
1. Metode IMRAD
I Terjadinya peningkatan jumlah pasien HIV/AIDS dan rendahnya
kualitas hidup pasien HIV/AIDS menimbulkan masalah yang cukup
luas pada individu yang terinfeksi yakni masalah fisik, social dan
emosional.Untuk meningkatkan kualitas dan harapan hidup pasien
HIV/AIDS harus mendapatkan terapi Antiretrovirus (ARV) seumur
hidup dan dibutuhkan pengawasan terhadap kepatuhan minum
obat.Oleh karena itu pasien HIV/AIDS membutuhkan edukasi untuk
meningkatkan kepatuhan minum obat dengan metode terbaru yaitu
tutorial dan audiovisual.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisa perbedaan efektivitas
pemberian edukasi berbasis audiovisual dan tutorial tentang ARV
terhadap kepatuhan pengobatan pasien HIV/ AIDS.

M Penelitian ini menggunakan desain Quasy eksperimental dengan


rancangan pretest-posttes design without control group.Jumlah sampel
27 responden dibagi 3 kelompok dengan 3 perlakuan berbeda.Masing-
36

masing 9 responden diberikan edukasi dengan metode audiovisual,


tutorial, audiovisual dan tutorial.

R Ada perbedaan rata-rata mean kepatuhan edukasi dengan audiovisual


2,444, (Pvalue=0,003, 95% CI=1,107-3,782), edukasi dengan metode
tutorial perbedaan mean 1,556 (Pvalue=0,023, 95% CI=1,274- 2,837),
edukasi dengan audiovisual dan tutorial didapatkan perbedaan mean
3,667 (Pvalue=0,003, 95% CI=1,670-5,664).

A Hasil penelitian didapatkan ada perbedaan yang significan mengenai


pengaruh edukasi dengan menggunakan media audiovisual dan tutorial
maupun gabungan terhadap kepatuhan pengobatan ARV. Hal ini
disebabkan oleh adanya penggunaan media sebagai alat bantu.

D Terdapat perbedaan yang significant rata-rata kepatuhan pada masing-


masing kelompok intervensi edukasi.Kombinasi edukasi berbasis
audiovisual dan tutorial memberikan hasil yang paling baik.
37

2. Metode PICOT
P Populasi : seluruh pasien HIV/AIDS
Sampel : 27 responden dibagi 3 kelompok dengan 3 perlakuan
berbeda.Masing-masing 9 responden diberikan edukasi dengan metode
audiovisual, tutorial, audiovisual dan tutorial.Penelitian dilakukan di
Klinik Teratai Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

I Penelitian ini merupakan jenis penelitian Quasy eksperimental dengan


rancangan pretest-posttes design without control group. Penelitian
tentang ARV Pretest dan Posttest).
Teknik pengambilan sampel dengan metode kuisioner

C Pembanding dalam jurnal ini dalam bentuk kelompok intervensi, dan


dalam bentuk intervensi gabungan

O Terdapat perbedaan kepatuhan terapi ARV sebelum dan sesudah


intervensi edukasi berbasis audiovisual, metode tutorial dan metode
gabungan. Metode edukasi berbasis audiovisual dan tutorial (gabungan)
tentang ARV lebih efektif dalam meningkatkan kepatuhan minum obat
ARV pada pasien HIV/AIDS.

T Penelitian dilakukan di Klinik Teratai Rumah Sakit Hasan Sadikin


Bandung pada bulan Mei - Juni 2016
38

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Sudath . 2016 : Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah., Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kowalak, dkk,. 2017 : Buku Ajar PATOFISIOLOGI., Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran
Dwi Murtiastutik.2008: Buku ajar infeksi menular seksual
Nasronudin. 2007 : Buku HIV & AIDS Pendekatan Biologis Molekuler, Klinis,
dan Sosial
39

Anda mungkin juga menyukai