Disusun oleh :
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV/AIDS merupakan penyait yang tidak adapat disembuhkan dan
belum ditenukan obat yang dapat memulihkannya HIV, menyerang sistem
kekebalan tubuh penderitanya jika ditambah dengan stress psikososial-spiritual
yang berkepanjangan pada pasien terinfeksi HIV, maka akan mempercepat
terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan angka kematian. Menurut rosse pada
tahun 1997 jika stress mencapai tahap kelelahan (Exhausted Stage) maka dapat
ditimbulkan kegagalan fungsi imun yang memperparah keadaan pasien serta
mempercepat terjadinya AIDS. HIV/AIDS akan menurun secara signifikan
seperti aktivitas APC(makrofag) ; Thl (CD4) ; IFN; IL-2 ; immunoglobulin
A,G,E dan anti-HIV.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan definisi penyakit ?
2. Menjelaskan etiologi dan faktor resiko ?
3. Menjelaskan dan membuat pathway patofisiologi (WOC) dari berbagai sumber
4. Menjelaskan tanda dan gejala ?
5. Menjelaskan prosedur diagnostic ?
6. Menejlaskan farmakoterapik dan rasional pemilihan obat ?
7. Mengindenitifikasi data yang normal dan abnormal dari kasus HIV/AIDS ?
8. Mendokumentasikan hasil pengkajian secara tepat ?
9. Membuat diagnose keperawatan prioritas NANDA ?
10. Membuat rancangan intervensi dan rasionalnya (Berdasarkan teori,konsep
patofisiologi dan EBP)
11. Membuat rancangan implementasi
12. Membuat rancangan evaluasi (SOAP)
13. Melakukan telaah jurnal (EBP) yang berkaitan dengan intervensi keperawatan
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi penyakit
2. Mengetahui etiologi dan faktor risiko
3. Mengetahui pathway patofisiologi ( WOC ) dari berbagai sumber relevan
4. Mengetahui tanda dan gejala
5. Mengetahui prosedur diagnostic
6. Mengetahui farmakoterapik dan rasional pemilihan obat
7. Mengindenitifikasi data yang normal dan abnormal dari kasus HIV/AIDS
8. Mendokumentasikan hasil pengkajian secara tepat
9. Membuat diagnose keperawatan prioritas NANDA
10. Membuat rancangan intervensi dan rasionalnya ( berdasarkan teori,konsep
patofisiologi dan EBP)
11. Membuat rancangan implementasi
12. Melakukan rancangan evaluasi (SOAP)
13. Melakukan telaah jurnal (EBP) yang berkaitan dengan intevensi
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Infeksi HIV (Human immunodeficiency virus) dapat menyebabkan penyakit
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome). Walaupun ditandai oleh kerusakan
yang terjadi secara berangsur-angsur pada imunitas yang diantara sel (sel T),
namun penyakit ini juga memengaruhi imunitas humoral dan bahkan autimunitas
karena peranan sentral limfosit dan bahkan autoimunitas karena peranan sentral
limfosit T (helper) CD4+dalam reaksi imun. Imunodefisiensi yang diakibatkan
membuat pasien rentan terhadap infeksi oportunis, kanker, dan abnormalitas yang
menandai AIDS. (Jennifer P. Kowalak, William welsh. 2017. Dalam Buku Ajar
Patofisiologi).
B. Etiologi
Retrovirus HIV-1 merupakan agens etiologi yang primer. Penularan terjadi
melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh dan berkaitan dengan perilaku
risiko-tinggi yang bisa dikenal. Keadaan ini secara kurang proporsional tergambar
pada :
1. Laki-laki homoseksual dan biseksual.
2. Para pemakai obat IV.
3. Neonatus dari ibu yang terinveksi.
4. Resipien darah atau produk darah yang terkontaminasi.
5. Pasangan heteroseksual pada individu yang masuk dalam kelompok
sebelumnya. (Jennifer P. Kowalak, William welsh. 2017. Dalam Buku Ajar
Patofisiologi ).
AIDS adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi human
immunodeficiency(HIV), virus ini menyerang sel limfosit T,CD4+ sehingga
kekebalan penderita rusak dan rentan terhadap berbagai infeksi AIDS ini bukan
satu penyakit saja, tetapi merupakan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh
infeksi berbagai jenis mikroorganisme seperti infeksi bakteri, virus, jamur, bahkan
timbulnya keganasan akibat menurunnya daya tahan tubuh penderita.(Dwi
Murtiastutik.2008: Buku ajar infeksi menular seksual).
C. Faktor Risiko
Menurut (Nasronudin. 2007. Dalam Buku HIV & AIDS Pendekatan Biologis
Molekuler, Klinis, dan Sosial).
4
5
2. Gejala neurologis
Stadium ini memberikan gejala neurologi yang beraneka ragam seperi
kelemahan otot, kesulitan berbicara, gangguan keseimbangan, disorientasi,
halusinasi, mudah lupa, psikosis dan dapat sampai,(gejala radang otak).
3. Gejala infeksi
Infeksi ofortunistik merupakan kondisi dimana daya tahan tubuh penderita
sudah sangat lemah sehingga tidak ada kemampuan melawan infeksi sama
sekali bahkan terhadap patogen yang normal ada di tubuh manusia
Infeksi yang sering ditemukan antara lain:
6
HIV menyerang sel T helper yang membawa antigen CD4+. Pada keadaan
terinfeksi HIV, antigen yang dalam keadaan normal merupakan reseptor untuk
molekul MHC(major histocom patibillity complex) akan menjadi reseptor untuk
retrovirus dan memungkinkan virus tersebut masuk ke dalam sel. Pengikatan virus
juga memerlukan keberadaan kreseptor(yang diyakini berupa reseptor kemokin
CCR5) pada permukaan sel. Virus tersebut juga dapat menginveksi sel-sel yang
membawa antigen CD4+ pada traktus GI, servik uteri, dan neuroglia.
Seperti halnya retrovirus lain, HIV akan mengopi materi genetiknya secara
terbalik (reverse manner) bila dibandingkan dengan virus dan sel-sel lain. Melalui
kerja enzim reverse transcriptase, HIV memprosuksi DNA dari RNA virusnya.
Transkripsi ini sering berlangsung sangat buruk sehingga terjadi mutasi yang
sebagian diantaranya membuat virus tersebut resisten terhadapa obat-obat antivirus.
DNA virus memasuki nucleus sel dan kemudian menyatu dengan DNA sel hospes.
Disini, DNA tersebut akan di transkripsi menjadi lebih banyak RNA virus. Jika sel
hospes mengadakan reproduksi, maka reproduksi ini melipatgandakan DNA virus
bersama DNA sel itu sendiri dan kemudian mewariskannya kepada sel-sel
turunannya.
Replikasi HIV dapat menyebabkan kematian sel atau membuat infeksi virus
tersebut menjadi laten. Infeksi HIV menimbulkan perubahan patologi yang bisa
7
tejadi langsung melalui destruksi sel-sel CD4+ , sel-sel imun lain dan sel-sel
neuroglia, atau secara tidak langsung melalui efek sekunder
F. Manifestasi klinis
Menurut .(Dwi Murtiastutik.2008: Buku ajar infeksi menular seksual).
Stadium klinis HIV/AIDS untuk remaja dan dewasa dengan infeksi HIV
terkonfirmasi menurut WHO:
1. Stadium I (asimtomastis)
a. Asimtomatis
b. PGL (performance scale 1: asimtomatis, aktivitas normal)
2. Stadium II (ringan)
a. Penurunan berat badan < 10%
b. Manifestasi mukokuteneun minor : dermatitis seboroik, prurigo
onikomikosis, ulkus oral rekurens, keilitis angularis, erupsi papular
pruritik.
c. Infeksi herpes zoster dalam 5 tahun terakhir.
d. Infeksi saluran nafas atas berulang : sinusitis, tonsilitis, paringitis, otitis
media.
3. Stadium III (lanjut, advanced)
a. Penurunan berat badan >10% tanpa sebab jelas.
b. Diare tanpa sebab jelas > 1 bulan
c. Demam berkepanjangan (suhu > 36,7oC, itermiten / konstan) > 1 bulan
d. Kandidiasis oral persisten
e. Oral hairy leukoplakia
f. Tuberkulosis paru
g. Infeksi bakteri berat : pneumonia, piomiositis, empiema, infeksi tulang
/ sendi, meningitis, bakteremia, dana tau performance scale 3 : tidak
banun dari tempat tidur <50% sehari dalam satu bulan terakhir.
4. Stadium IV (berat, severe)
a. HIV wasting syndrome
8
Pemeriksaan awal
1. Riwayat
a. Faktor resiko
b. Riwayat infeksi menular seksual.
c. Riwayat infeksi ofortunistik dan penyakit yang berkaitan dengan HIV,
termasuk TBC.
d. Riwayat penyakit lain.
e. Riwayat pengobatan (prokfilasis dan terapi infeksi ofortunistik, anti
retrofiral[ARV]).
9
f. Riwayat alergi.
g. Tanda dan keluhan penyakit saat ini
2. Pemeriksaan klinis
a. Lakukan pemeriksaan fisik secara lengkap, termasuk berat badan, cari
limfadenopati perifer, kelainan organ dan system organ.
b. Nilai stadium klinis infeksi HIV
c. Cari infeksi oportunistik, dan penyakit yang terkait HIV
d. Saring kemungkinan TBC
e. Nilai kemungkinan adanya kehamilan
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap : haemoglobin/hemotokrit, total lymphocyte
count (TLC). Bila alat untuk pemeriksaan TLC tidak tersedia , perkirakan
jumlahnya dengan rumus : TLC= jumlah sel darah putih x % limfosit.
b. Jumlah sel T CD4, jika fasilitas tersedia
c. X-ray dada.
d. Pemeriksaan BTA sputum
e. Jika kemungkinan hepatitis: Periksa enzim, fungsi hati ALT
(SGOT,SGPT).
f. HbsAg jika memungkinkan dan anti HCV jika ada riwayat pengguanaan
narkoba suntik pada penderita.
g. Pap smear pada wanita.
h. Tes kehamilan jika diperlukan.
i. Tes laboratorium lain yang diperlukan untuk mendeteksi infeksi
oportunistik.
10
11
12
7. FDC OAT
15
8. Koreksi
hipokalemi KCL
25 mg RL 200 cc
17
18
ANALISA KASUS
A. PEMBAHASAN KASUS
Tn. BM, usia 21 tahun diantar oleh ibunya datang ke poli penyakit dalam dengan
keluhan lemas. Pasien mengalami BAB encer sejak ± 6 bulan SMRS, pasien
mengalami BAB cair 2-3x/hari berwarna kuning kecoklatan, bau amis, tidak berlendir,
tidak ada darah. Keluhan ini juga disertai dengan mual dan muntah, berisi cairan.
Pasien mengalami keluhan penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan, sejak
± 6 bulan SMRS. Terdapat keluhan nyeri menelan dan terdapat lapisan putih di rongga
mulut. Tidak ada gangguan nyeri buang air kecil.
Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluhkan batuk berdarah. Ada keluhan keringat di
malam hari, tidak ada keluhan panas badan. Tidak ada riwayat minum obat paru selama
6 bulan. Riwayat pasien sejak 4 tahun sebelum masuk rumah sakit pernah melakukan
hubungan sexual sesama jenis.
Pada satu minggu SMRS pasien telah minum obat ARV, setelah didiagnosis
penyakit HIV AIDS oleh dokter di RSHS. Hasil pemeriksaan CD4 30. Pasien rutin dan
tepat waktu dalam minum obat ARV tersebut.
Penampilan umum klien tampak lemah, BB: 42 Kg TB: 156 cm (BMI:17, 28) RR
20x/menit, pada saat di inspeksi bentuk hidung simetris, hidung klien terlihat bersih,
mukosa hidung lembab, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
retraksi sternal, tidak tampak adanya kelainan bentuk dada, pengembangan dada
simetris, suara paru kanan dan paru kiri terdengar resonan, saat di auskultasi terdapat
suara napas vesikuler, wheezing (-), ronchi (-)
TD: 120/70 mmHg, nadi: 106x/menit, konjungtiva berwarna pucat, mukosa bibir
kering dan pucat. JVP 5+2 cmH2O, akral teraba hangat tidak ada cyanosis pada ujung-
ujung ekstremitas, CRT < 3 detik, bunyi jantung S1 dan S2 sama, S3 (-), S4 (-), tidak
terdapat kardiomegali.
19
20
Bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering, lidah tampak sedikit bercak putih, gigi
tidak ada caries, sebagian besar gigi masih utuh, tidak ada perdarahan gusi, Tn. BN
mampu mengunyah dan namun masih sulit menelan makanan, tidak terdapat nyeri pada
saat menelan, tidak ada peradangan pada tonsil, bentuk abdomen datar, lembut, bising
usus 21x/menit, nyeri tekan (-), saat diperkusi terdengar suara timpani di abdomen,
hepatomegaly (-).
Pemeriksaan Mikrobiologi:
Preparat BTA
Jenis sample: Sputum
Prosedur: Pewarnaan ZN
BTA SKALA IUATLD (++)/POSITIF2
Leukosit: <25/LpB
Epitel: >10/LpB
Hasil Lab
No Pemeriksaan Hasil
1. Hematologi 14 parameter
Hemoglobin 10,6 gr/Dl
Hematokrit 29%
Eritrosit 3,96
Trombosit 236.000/mm3
Leukosit 2.300
Indeks eritrosit
MCV 72,5
MCH 26,8
Hitung jenis Leukosit
Basofil 0
Eusinofil 2
21
Batang 1
Segmen 52
Limfosit 37
Monosit 8
2 Kimia klinik
Na 132
K 2,6
Calsium 4.40
Magnesium 1.74
Bilirubin total 0,65
Bilirubin direk 0,45
AST (SGOT) 23
ALT (SGPT) 64
Fosfatase AlkalilFCC 87
Gamma GT 135
22
Terapi
Nama obat Dosis
KSR 1x1200 mg PO
CaCO3 3x500 mg PO
FDC TDF berisi Tenofofi+ 1x1 tab PO
lamivudine+ Efavirenz
(Tdf+3TC+EVZ)
FDC OAT 1x2 tab PO
Cotrimoxazole 1x960 mgPO
Omeprazole 2x20 mg PO
B6 1x1 PO
Koreksi hipokalemi KCL 25 mg RL IV
200cc
IVFD Nacl 0,9%: 1500cc perhari IV
B. Pengkajian
Pengumpulan data
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn. BM
Umur : 21 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku bangsa : sunda
Status Martital : belum menikah
Alamat : Kp Ciodeng RT 05 RW 02 Desa Bojong
Malaka kec. Andir kabupaten Bandung
Tanggal masuk RS : 30 Maret 2018
Tanggal pengkajian : 31 Maret 2018
Nomor Medrec : 103457
Diagnosa Medis : HIV AIDS
23
24
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh lemas.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 minggu SMRS pasien telah minum obat ARV, setelah di diagnosis
penyakit HIV AIDS oleh dkter di RSHS. Hasil pemeriksaan CD4 30.
Pada saat dikaji pasien mengeluh lemas dikarenakan BAB encer 2-3 kali/hari.
Sejak ± 6 bulan SMRS, pasien mengalami BAB cair 2-3xhari berwarna kuning
kecoklatan, bau amis, tidak berlendir, tidak ada darah keluhan ini juga disertai
dengan mual muntah, berisi cairan. Pasien mengalami penurunan nafsu makan
dan penurunan bera badan, sejak ± 6 bulan SMRS. Terdapat keluhan nyeri
menelan dan terdapat lapisan putih di rongga mulut. Tidak ada gangguan nyeri
buang air kecil. Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluhkan batuk berdarah. Ada
keluhan keringat di malam hari, tidak ada keluhan badan panas. Tidak ada
riwayat minum obat paru selama 6 bulan. Riwayat pasien sejak 4 tahun sebelum
masuk rumah sakit pernah melakukan hubungan seksual sesame jenis.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Penampilan tampak lemah.
b. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis Nilai GCS : 15
c. TB : 156 cm
25
d. BB sekarang : 42 kg
e. Tanda – Tanda Vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 106 x/mnt
Respirasi : 20 x/mnt
Suhu : tidak terkaji
BMI : 17,28 (under weight)
4. Pemeriksaan fisik persistem
a. Sistem Percernaan
Bab cair 2-3x/hari berwrna kuning kecoklatan, bau amis, tidak berlendir, tidak
ada darah dengan disertai mual muntah, berisi cairan, bising usus 21x/mnt.
Bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering, lidah tampak sedikit bercak putih,
gigi tidak ada caries, sebagian gigi masih utuh, tidak ada pendarahan gusi,
tidak terdapat nyeri pada saat menelan, tidak ada peradangan pada tonsil,
bentuk abdomen datar, lembut.
b. Sistem pernapasan
RR 20x/mnt, pada saat di inspeksi bentuk hidung simetris, hidung klien
tampak bersih, mukosa hidung lembab, tidak ada polip, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada retraksi sternal, tidak tampak adanya kelainan bentuk
dada, pengembangan dada simetris, suara paru kanan dan paru kiri terdengar
resonan, saat di auskultasi terdapat suara nafas vesikuler, wheezing (-), ronchi
(-), bentuk abdomen datar.
c. Sistem kardiovaskuler
TD 120/70 mmHg, nadi 106 x/mnt, konjungtiva berwarna pucat, mukosa bibir
kering, dan pucat, JVP 5+2 cmH20, akral teraba hangat tidk ada cyanosis pada
ujung-ujung eksremitas, CRT < 3 detik, bunyi jantung S1 dan S2 sama,
S3(-), S4 (-), tidak terdapat kardiomegali.
d. Sistem integumen
Akral teraba hangat, tidak ada cyanosis pada ujung-ujung eksremitas
e. Sistem perkemihan
26
Kimia klinik
Na 132 135-144 mEq/L Kurang
K 2,6 3,6- 4,8 mEq/L Kurang
Calsium 4.40 8,8-10,4 mg/dL Kurang
Magnesium 1.74 1,7-2,3 mg/dL Normal
Bilirubin total 0,65 0,3- 1,0 mg/dL normal
Bilirubin direk 0,45 0-0,4 mg/Dl kelebihan
AST (SGOT) 23 8 – 33 IU/L normal
ALT (SGPT) 64 7-35 IU/L kelebihan
27
6. Terapi
C. Analisa Data
Kerusakan eritrosit
Eritrosit menurun
Suplai 02
Metabolisme anaerob
Atp menurun
Keletihan
30
Diagnosa Prioritas
1) Resiko keseimbangan elektrolit b.d diare
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan nafsu
makan
3) Keletihan behubungan dengan suplai oksigen menurun
31
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Ketidakseimbangan Dalam waktu 3 x 24 - Lakukan atau bantu 1. Dengan dilakukan
nutrisi kurang dari jam setelah diberikan pasien terkait dengan perawatan mulut,
kebutuhan b.d tindakan perawatan mulut sehingga mulut jadi lebih
penurunan nafsu Kompen-komponen sebelum makan bersih
makan cairan tubuh dan - beri obat-obatan 2. Dengan dilakukan
indeks kimia status sebelum makan pemberian obat sehingga
kimia status nutrisi ( misal, penghilang dapat meredakan infeksi
dapat teratasi dengan rasa sakit) pada lidah untuk
kriteria hasil : - tentukan jumlah kalori mengembalikan nafsu
Hematokrit dari dan jenis nutrisi yang makan
rendah menjadi dibutuhkan untuk 3. Untuk mengembalikan
normal. memenuhi persyaratan jumlah nutrisi di dalam
Haemoglobin dari gizi tubuh pasien
rendah menjadi
normal.
32
3 Keletihan b.d suplai Setelah diaukan 1. Kaji status fisiologi 1. Untuk mempercepat
oksigen menurun tindakan3 x 24 jam pasien yang proses masuknya obat
Keparahan efek menyebabkan dalam tubuh
gangguan yang kelelahan 2. Mengetahui penyebab
diamati atau 2. Pilih intervensi kelelahan pasien
dilaporkan dengan untuk mengurangi 3. Mempercepat proses
kriteria hasil : kelelahan penyembuhan/
Kelelahan : malaise 3. Monitor intake/ mengurangi kelelahan
Penurunan energi asupan nutrisi 4. Mempersiapkan asupan
4. Konsul dengan ahli nutrisi untuk
gizi untuk meningkatkan nutrisi
meningkatkan
33
asupan energy
adekuat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tahun : 2016
Penelaah : Kelompok 6
Tanggal telaah jurnal : 11 april 2018
Telaah Jurnal :
1. Metode IMRAD
I Terjadinya peningkatan jumlah pasien HIV/AIDS dan rendahnya
kualitas hidup pasien HIV/AIDS menimbulkan masalah yang cukup
luas pada individu yang terinfeksi yakni masalah fisik, social dan
emosional.Untuk meningkatkan kualitas dan harapan hidup pasien
HIV/AIDS harus mendapatkan terapi Antiretrovirus (ARV) seumur
hidup dan dibutuhkan pengawasan terhadap kepatuhan minum
obat.Oleh karena itu pasien HIV/AIDS membutuhkan edukasi untuk
meningkatkan kepatuhan minum obat dengan metode terbaru yaitu
tutorial dan audiovisual.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisa perbedaan efektivitas
pemberian edukasi berbasis audiovisual dan tutorial tentang ARV
terhadap kepatuhan pengobatan pasien HIV/ AIDS.
2. Metode PICOT
P Populasi : seluruh pasien HIV/AIDS
Sampel : 27 responden dibagi 3 kelompok dengan 3 perlakuan
berbeda.Masing-masing 9 responden diberikan edukasi dengan metode
audiovisual, tutorial, audiovisual dan tutorial.Penelitian dilakukan di
Klinik Teratai Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sudath . 2016 : Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah., Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kowalak, dkk,. 2017 : Buku Ajar PATOFISIOLOGI., Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran
Dwi Murtiastutik.2008: Buku ajar infeksi menular seksual
Nasronudin. 2007 : Buku HIV & AIDS Pendekatan Biologis Molekuler, Klinis,
dan Sosial
39