INCOME TRAP
DI INDONESIA
Relevansi Terkait Peran Stabilisasi Pemerintah dalam Pengelolaan Keuangan
Negara
Vicky Indra Pratiyono1, Siti Aminah Nur Cahyani2, Alda Nurhaliza3, Aurora Latita Aulia
R.4, Maria Tika Saraswati5.
1
Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro, Jalan Prof. Soedarto, Semarang
14030117120002 – 02
indravicki@gmail.com
2
Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro, Jalan Prof. Soedarto, Semarang
14030117130066 - 13
sitiaminahnurcahyani@gmail.com
3
Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro, Jalan Prof. Soedarto, Semarang
14030117140084 – 26
nurhalizaalda@gmail.com
4
Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro, Jalan Prof. Soedarto, Semarang
14030117140087 – 28
Auroralatitaar98@gmail.com
5
Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro, Jalan Prof. Soedarto, Semarang
14030117140107 – 39
ABSTRACT
The success of the government in managing state finances can be seen from the success of carrying out
this role or through various policies made and the size of the influence on economic conditions in Indonesia. The
Indonesian economy, which has been relatively stagnant in recent years, has made the government make alternative
1
policies. To be able to get away from MIT, four keys are needed including improving the quality of human resources,
infrastructure development, efficient and competent government bureaucracy, and the right policies to have
resilience to the turmoil of the world economy. By implementing fiscal reforms and appropriate strategies, Indonesia
can get out of the middle income trap.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keuangan negara sering diistilahkan dengan public finance, atau government finance,
yaitu bagaimana pemerintah mencari sumber dana kemudian bagaimana melakukan
pembelanjaan untuk mencapai tujuan pemerintah. dalam arti luas, kegiatan pemerintah sendiri
berada dalam sector publik yaitu merupakan kegiatan pemerintah dalam menyediakan barang
public untuk memenuhi kebutuhan hidup orang banyak. Sedangkan maksud dari Keuangan
Negara berdasar pada UU No. 17 tahun 2003 adalah semua hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Dari pengertian dan definisi keuangan Negara tersebut, maka yang menjadi lingkup
Keuangan Negara adalah:
1. Pengeluaran negara, yaitu bagaimana pemerintah melakukan pengeluarannya.
2. Penerimaan negara, meliputi sumber-sumber pendapatan negara.
3. Administrasi negara, yaitu menyangkut pelaksanaan keuangan negara.
4. Stabilisasi dan pertumbuhan adalah pengaruh penerimaan dan pengeluaran negara
terhadap perekonomian. Dalam hal ini, anggaran negara yang meliputi penerimaan
dan pengeluaran negara sebagai instrument kebijakan fiskal.
2
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pemerintah memiliki beberapa peranan penting
terkait dengan pengelolaan keuangan negara, antara lain :
1.3. Tujuan
3
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan artikel ini adalah untuk
mengetahui Middle Income Trap yang terjadi di Indonesia, faktor yang memengaruhi, serta
menjelaskan peranan pemerintah dalam reformasi fiskal dan strategi apa saja yang digunakan
untuk mengatasi permasalahan MIT.
2. PEMBAHASAN
2.1. Middle Income Trap
Secara konseptual, MIT merupakan fenomena yang relatif baru dan pertama kali
disebutkan pada tahun 2007 dalam laporan Bank Dunia yang berjudul An East Asian
Renaissance: Ideas for Economic Growth (Gill dan Kharas, 2007:17-18). Penelitian lain
mendefiniskan MIT sebagai kondisi dimana negara-negara berpenghasilan menengah tidak
mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil untuk mencapai
kelompok income yang baru sebagai negara berpenghasilan tinggi sehingga terjebak dalam
kelompok middle-income1. Eichengreen et al. (2013) mendefinisikan MIT sebagai
perlambatan pertumbuhan di ekonomi pasar pada negara berkembang. MIT terbagi dalam dua
kelompok yaitu definisi teoritis dan definisi empiris (Glawe dan Helmut, 2016). Secara
teoritis, MIT adalah hasil dari kehilangan reformasi struktural dan institusional (semacam
kegagalan politik). Menurut Kharas dan Kohli (2011:282) dalam Glawe dan Helmut (2016),
negara terjebak dalam MIT jika tidak dapat bertransisi dalam waktu yang tepat dari
pertumbuhan sumber daya dengan tenaga kerja dan modal yang murah. Kelemahannya,
definisi teoritis masih ambigu dalam menggolongkan suatu negara memasuki MIT atau tidak.
Penyebab terjebaknya Indonesia sebagai negara yang termasuk dalam MIT dikarenakan
beberapa faktor seperti:
Berbagai macam faktor yang dapat menjadi penyebab Indonesia terjebak dalam MIT
tersebut, mendorong pemerintah untuk melakukan perubahan-perubahan di bidang fiskal agar
ambisi pemerintah Indonesia untuk menjadi negara maju di tahun 2045 dan menjadi negara
yang berada di tingkat pendapatan upper middle income di tahun 2020 dapat terealisasikan.
Reformasi fiskal memiliki peranan penting untuk meningkatkan level pendapatan Indonesia.
karena dengan melakukan reformasi fiskal dapat meningktakan PDB dan pertumbuhan
5
ekonomi secara maksimal yang berpengaruh besar terhadap pemasukan negara, yang meliputi
bea dan cukai, pajak, devisa. Memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran
sehingga tingkat pendapatan masyarakat bertambah. Dan menstabilkan harga-harga barang
untuk mengatasi inflasi.
2.3. Reformasi Fiskal dan Strategi Sebagai Peran Stabilisasi Pemerintah dalam
Mengatasi MIT
Setiap negara memiliki sebuah parameter untuk mengukur seberapa besar pendapatan
nasional yang dimiliki dalam kurun waktu tertentu. Metode yang digunakan juga beragam,
namun yang paling banyak digunakan dan dinilai efektif adalah mengukur berdasarkan
Produk Domestik Bruto (PDB). Secara garis besar PDB adalah nilai keseluruhan semua
barang dan jasa yang diproduksi oleh negara itu sendiri dalam jangka waktu tertentu. Dengan
menghitung besaran PDB maka negara dapat menentukan besarnya PDB per kapita atau yang
lebih dikenal dengan istilah pendapatan per kapita.
Pendapatan per kapita merupakan pendapatan rata-rata dari penduduk dalam sebuah
negara yang didapatkan dengan cara membagi besaran PDB dengan jumlah penduduknya.
Tujuan dihitungnya pendapatan per kapita adalah untuk mengukur tingkat kemakmuran,
tingkat kesejahteraan, dan tingkat pembangunan sebuah negara. Semakin besar pendapatan
per kapita penduduk dari sebuah negara maka hal tersebut juga merefleksikan semakin tinggi
tingkat kesejahteraan penduduknya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat pertumbuhan PDB Indonesia 3
tahun terakhir mengalami kenaikan namun secara keseluruhan bisa dikatakan stagnan di
angka 5%. Dimulai dari tahun 2016 sebesar 5,03%, tahun 2017 sebesar 5,07%, dan tahun
2018 sebesar 5,17%. Diketahui juga bahwa PDB 2018 mencapai Rp 14.837,4 Triliun atau
sebesar US $ 3.927 PDB per kapita atau jika dirupiahkan sebesar 56 juta per kapita dengan
total kontribusi tertinggi di wilayah Pulau Jawa yaitu mencapai 58,48%. Hal tersebut
menunujukkan bahwa kontribusi perekonomian Indonesia masih tersentral di Pulau Jawa.
Akhir-akhir ini dunia perekonomian global sedang diterpa isu terkait middle income trap.
Indonesia menjadi salah satu negara yang termasuk didalamnya. Negara dalam kategori ini
akan kehilangan keunggulan kompetitif dalam hal ekspor barang jadi karena upah pekerja di
6
negara tersebut meningkat. Selain itu, negara tersebut juga akan kehilangan daya saing secara
ekonomi dengan negara maju di pasar global yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.
Efeknya negara tersebut akan stagnan di pendapatan menengah serta menghadapi
permasalahan pertumbuhan industri sekunder yang lambat dikarenakan investasi yang rendah
dan kondisi lapangan pekerjaan yang kurang baik.
Hal yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Hal
tersebut adalah kemampuan pemerintah Indonesia untuk menjaga momentum kenaikan
pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi. Dengan begitu maka Indonesia perlahan
mampu mengantisipasi jebakan kategori negara berpenghasilan menengah (middle
income trap). Disinilah peran pemerintah Indonesia secara dominan, karena pada
7
dasarnya mempertahankan laju perekonomian justru lebih sulit dibandingkan dengan
meningkatkan perekonomian yang telah tercapai.
3. Meningkatkan Ekspor
4. Bonus Demografi
Seperti yang telah diketahui bahwa Indonesia sedang mengalami pelonjakan jumlah
penduduk usia produktif atau yang dikenal dengan bonus demografi. Hal ini berdampak
pada meningkatnya angkatan kerja di Indonesia. Pemerintah Indonesia diharapkan
mampu merespon positif terkait hal ini serta mampu memanfaatkan momen ini. Hal
tersebut karena dengan meningkatnya jumlah angkatan kerja, potensi meningkatnya
kualitas sumber daya manusia usia produktif yang dimiliki sekarang akan meningkat.
Dengan kata lain semakin banyak generasi muda yang memiliki skill dan kreativitas serta
ide atau gagasan untuk memacu peningkatan produktivitas. Selaras dengan sebuah teori
yang diungkapkan oleh seorang ekonom (Kremer, 1993) yang menyatakan bahwa
meningkatnya populasi di suatu negara akan menimbulkan semakin banyak para ilmuwan
yang menemukan teknologi baru guna membantu pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
8
5. Padat Karya
Padat karya merupakan sebuah kegiatan dengan memanfaatkan tenaga manusia
dengan sebanyak-banyaknya. Hal ini akan mendorong semakin luasnya lapangan
pekerjaan. Dengan begitu kualitas serta keahlian dari tenaga kerja dapat tersalurkan.
Disisi lain juga berimbas pada meningkatkan kualitas dan relevansi lulusan sekolah
kejuruan yang notabene dipersiapkan untuk langsung terjun ke dunia kerja ataupun
lulusan universitas lainnya dengan keahlian akademiknya. Semakin gencar padat karya
diterapkan, semakin banyak tenaga kerja terserap. Imbasnya semakin merata pendapatan
penduduk dan semakin meningkat kesejahteraan yang dirasakan oleh penduduk.
6. Urbanisasi
Perpindahan penduduk dari desa ke kota memang sangat signifikan. Terbukti dengan
semakin padatnya perkotaan yang ada di Indonesia. Tercatat pertumbuhan perkotaan di
Indonesia merupakan yang tercepat di dunia dengan presentase 4% per tahun. Hal
tersebut sangat mungkin bertambah bahkan dalam kurun waktu 6 tahun mendatang dapat
diprediksi 68% penduduk Indonesia akan menghuni wilayah perkotaan. Dampak dari hal
tersebut adalah meningkatnya permintaan perumahan dan konsumsi rumah tangga. Solusi
yang tepat adalah meningkatkan infrastruktur di perkotaan secara tepat dan merata tanpa
menghilangkan faktor efektif dan efisiensi sumber daya. Disisi lain, perlu adanya
koordinasi antar lembaga pemerintahan melalui program tertentu untuk mengatur arus
urbanisasi dengan menyesuaikan kondisi infrastruktur yang ada di kota yang akan dituju
oleh para urban.
Dari hal tersebut di atas, ada hal paling mendasar yang harus dimiliki oleh
pemerintah Indonesia. Hal tersebut adalah kemampuan pemerintah Indonesia untuk
menjaga momentum kenaikan pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi. Dengan begitu
maka Indonesia perlahan mampu mengantisipasi jebakan kategori negara berpenghasilan
menengah (middle income trap). Disinilah peran pemerintah Indonesia secara dominan,
karena pada dasarnya mempertahankan laju perekonomian justru lebih sulit dibandingkan
dengan meningkatkan perekonomian yang telah tercapai.
3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
9
Middle Income Trap adalah perlambatan pertumbuhan di ekonomi pasar pada negara
berkembang. Penyebab terjebaknya Indonesia sebagai negara yang termasuk dalam MIT
dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang tidak begitu signifikan. sejak 2014 – 2017
pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar 5%, investasi rendah, lemahnya pertumbuhan
dari sisi manufaktur, kurangnya diversifikasi investasi, lemahnya Sumber Daya Manusia.
Dalam kaitannya dengan peran pemerintah dalam mengelola keuangan negara, pemerintah
memiliki fungsi stabilisasi. Dimana seharusnya terdapat keterkaitan erat untuk menyelaraskan
kebijakan-kebijakan yang ada. Salah satunya melakukan reformasi fiskal serta strategi
pemerintah untuk mengatasi middle income trap yang terjadi di Indonesia. Reformasi Fiskal
dan strategi bentuknya adalah dengan cararealisasi investasi, regulasi terkait harga komoditas
global, meningkatkan ekspor, bonus demografi, padat karya, dan urbanisasi.
3.2. Saran
Perekonomian di Indonesia memerlukan adanya terobosan kebijakan reformasi struktural
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Indonesia masih perlu waspada agar
tidak terjebak dalam negara Middle Income Trap. Selain itu, lapangan pekerjaan di Indonesia
harus lebih besar dari tenaga kerjanya serta harus meningkatkan produktifitas tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Aviliani, dkk. 2014. “Addressing the Middle Income Trap: Experience of Indonesia.” Asian
Social Science, Vol. 10, No. 10. n.p.
Aris, Ahmad. 2018. “Indonesia Rancang Strategi Keluar dari Middle Income Trap,” diakses dari
https://finansial.bisnis.com/read/20181206/9/866901/indonesia-rancang-strategi-keluar-
dari-middle-income-trap
pada 27 Agustus 2019 pukul 13.06 WIB
Eichengreen, B., Donghyun, P., & Kwanho, S. 2013. “Growth Slowdowns Redux: New
Evidence on the Middle-Income Trap,” NBER Working Paper, 18673. Diakses pada 24
Agustus 2019 pukul 2.00 WIB dari https://www.nber.org/papers/w18673.pdf
Gill, Indermit and Homi, K. 2007. An East Asian Renaissance: Ideas for Economic Growth.
Washington DC: World Bank. Diakses dari
10
http://siteresources.worldbank.org/INTEASTASIAPACIFIC/Resources/226262-
1158536715202/EA_Renaissance_full.pdf pada 24 Agustus 2019 pukul 2.07 WIB
Rini, Ariska Nurfajar. 2015. “Peluang Negara Berpendapatan Menengah Terjebak Middle
Income Trap Tahun 2012,” Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro.
Septiadi, Anggar. 2018. “Indef: Indonesia Sudah Masuk ‘Middle Income Trap,” diakses dari
https://nasional.kontan.co.id/news/indef-indonesia-sudah-masuk-middle-income-trap
pada 27 Agustus 2019 pukul 13.54 WIB
11
12