Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di penghujung abad lalu, Indonesia mengalami perubahan besar yaitu
proses reformasi ekonomi dan demokratisasi dalam bidang politik. Tidak
begitu lama kemudian, tepatnya pada tahun 2000, para pimpinan dunia
bertemu di New York dan menandatangani “Deklarasi Milennium” yang
berisi komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan
pemberantasan kemiskinan.
Komitmen tersebut, diterjemahkan menjadi beberapa tujuan dan target
yang dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). Pencapaian
sasaran MDGs menjadi salah satu prioritas utama bangsa Indonesia.
Pencapaian tujuan dan target tersebut bukanlah semata-mata tugas pemerintah
tetapi merupakan tugas seluruh komponen bangsa. Sehingga pencapaian
tujuan dan target MDGs harus menjadi pembahasan seluruh masyarakat.
Untuk membantu terlaksananya proses ini, laporan pencapaian MDG
dalam versi pendek ini, ditulis dengan gaya bahasa informal yang dapat
dipahami secara lebih mudah. Meskipun pendek dan hanya menyentuh secara
singkat tujuan dan target MDGs, diharapkan pembaca akan mendapatkan
gambaran mengenai tantangan yang dihadapi Indonesia dalam sasaran MDGs.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan-permasalahan yang kemudian dijadikan sebagai rumusan
masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah dari Millenium Development Goals (MDGs)?
2. Apakah yang dimaksud dengan Millenium Development Goals (MDGs)?
3. Apakah tujuan Millenium Development Goals (MDGs)?
4. Bagaimana perkembangan Millenium Development Goals (MDGs) di
Indonesia?
C. Tujuan
Dalam menentukan tujuan, tentu mengacu pada rumusan masalah dengan
harapan makalah ini lebih tersistematis dalam penyajiannya. Adapun tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut;
1. Mengetahui sejarah Millenium Development Goals (MDGs)
2. Memahami yang dimaksud dengan Millenium Development Goals
(MDGs)
3. Memahami tujuan Millenium Development Goals (MDGs)
4. Mengetahui perkembangan Millenium Development Goals (MDGs) di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah dari Millenium Development Goals (MDGs)


Sejarah singkat Millennium Development Goals (MDGs)
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-
bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB
yang sebagian besar diwakili oleh kepala pemerintahan sepakat untuk
mengadopsi Deklarasi Milenium (Millenium Declaration). Deklarasi itu
berdasarkan pendekatan yang inklusif, dan berpijak pada perhatian bagi
pemenuhan hak-hak dasar manusia (basic human need). Dalam konteks inilah
negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi Tujuan Pembangunan
Milenium atau Millennium Development Goals (MDG). Setiap tujuan (goal)
memiliki satu atau beberapa target. Target yang tercakup dalam MDG sangat
beragam, mulai dari mengurangi kemiskinan dan kelaparan, menuntaskan
tingkat pendidikan dasar, mempromosikan kesamaan gender, mengurangi
kematian anak dan ibu, mengatasi HIV/AIDS dan berbagai penyakit lainnya,
serta memastikan kelestarian lingkungan hidup dan membentuk kemitraan
dalam pelaksanaan pembangunan. Bab selanjutnya akan membahas setiap
tujuan itu secara terinci.
Beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan
MDG adalah sebagai berikut: Pertama, MDG bukan tujuan PBB, sekalipun
PBB merupakan lembaga yang aktif terlibat dalam promosi global untuk
merealisasikannya. MDG adalah tujuan dan tanggung jawab dari semua
negara yang berpartisipasi dalam KTT Milenium, baik pada rakyatnya
maupun secara bersama antar pemerintahan. Kedua, tujuh dari delapan tujuan
telah dikuantitatifkan sebagai target dengan waktu pencapaian yang jelas,
hingga memungkinkan pengukuran dan pelaporan kemajuan secara obyektif
dengan indikator yang sebagian besar secara internasional dapat
diperbandingkan. Ketiga, tujuan-tujuan dalam MDG saling terkait satu
dengan yang lain.
B. Definisi Millenium Development Goals (MDGs)
Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah
paradigma pembangunan global, dideklarasikan Konperensi Tingkat Tinggi
Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di
New York pada bulan September 2000. Dasar hukum dikeluarkannya
deklarasi MDGs adalah Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa
Nomor 55/2 Tangga 18 September 2000, (A/Ris/55/2 United Nations
Millennium Development Goals).
Semua negara yang hadir dalam pertemuan tersebut berkomitment untuk
mengintegrasikan MDGs sebagai bagian dari program pembangunan nasional
dalam upaya menangani  penyelesaian terkait dengan  isu-isu yang  sangat
mendasar   tentang pemenuhan  hak  asasi dan kebebasan.

C. Tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs)


1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
Pendapatan populasi dunia satu hari $10000. Menurunkan angka
kemiskinan.
2. Mencapai pendidikan dasar bagi semua
Setiap penduduk negara mendapatkan pendidikan dasar.
3. Menarik kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
Target 2005 serta 2015: Mengurangi perbedaan kemudian diskriminasi
gender dalam kemampuan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005
lalu untuk semua tingkatan di tahun 2015.
4. Menurunkan angka kematian putra
Target utk 2015 adalah mengurangi 2 per tiga tingkat kematian anak-
anak usia di bawah 5 tahun.
5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
Target untuk 2015 adalah Mengurangi dua every tiga rasio kematian
ibu dalam proses melahirkan.
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular sebagainya
Target bagi 2015 adalah menghentikan kemudian memulai pencegahan
penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya.
7. Memastikan kelestarian kawasan hidup
Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan
dalam kebijakan setiap negara dan program serta mengurangi hilangnya
sumber daya lingkungan. Pada tahun 2015 mendatang diharapkan
memangkas setengah dari jumlah jamaah yang tidak memiliki jaringan air
minum yang sehat. Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat
mencapai pengembangan yang signifikan dalam kehidupan untuk
sedikitnya 100 juta orang yang tinggal pada daerah kumuh.
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Menciptakan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem moneter
yang berdasarkan aturan, meraih diterka dan tidak muncul diskriminasi.
Termasuk komitmen kepada pemerintahan yang baik, pembangungan dan
pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan internasional.
Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang
berkembang, dan kepentingan khusus dari negara-negara terpencil dan
kepulauan-kepulauan kecil. Di sini. termasuk pembebasan-tarif dan -kuota
untuk ekspor mereka; menaikkan pembebasan hutang untuk negeri miskin
yang berhutang luas; pembatalan hutang bilateral sah; dan menambah
bantuan pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen untuk
mengurangi kemiskinan.
Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah
utang negara-negara berkembang. Menghadapi secara komprehensif
dengan negara berkembang dengan masalah hutang melalui perkiraan
nasional dan internasional bagi membuat hutang lebih meraih ditanggung
dalam jangka panjang. Mengembangkan usaha produktif yang layak
dijalankan untuk keine muda.
Dalam kerja persis dengan pihak “pharmaceutical”, memfasilitasi
akses obat penting yang terjangkau dalam negara meningkat. Dalam
kerjasama dengan kelompok swasta, membangun adanya penyerapan
keuntungan dari teknologi-teknologi anyar, terutama teknologi informasi
kemudian komunikasi.

D. Perkembangan Millenium Development Goals (MDGs) di Indonesia


1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan (eradicate extreme
proverty and hunger)
Menurunkan proporsi penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan menjadi setengahnya antara 1990-2015 Menggunakan garis
kemiskinan nasional, angka kemiskinan Indonesia pada 1990 adalah
15,1%. Dasar penghitungan berubah pada 1996, sehingga sebenarnya data
setelah itu tidak bisa begitu saja dibandingkan dengan data-data dari
tahun-tahun sebelumnya.
Seandainya kita menggunakan dasar penghitungan saat ini, angka
pada 1990 akan sedikit lebih tinggi dari 15,1%. Namun, karena belum ada
perhitungan ulang, laporan ini menggunakan angka 15,1%. Pada 2006,
terjadi peningkatan kemiskinan yang kemudian sedikit menurun pada 2007
menjadi 16,6%. Mencermati berbagai kecenderungan akhir-akhir ini,
seharusnya masih mungkin untuk mengurangi kemiskinan menjadi 7,5%
pada 2015. Sementara, menggunakan garis kemiskinan 1 dollar per hari,
situasi sepenuhnya berbeda. Berbasiskan ukuran tersebut, Indonesia telah
mencapai target karena berhasil mengurangi tingkat kemiskinan dari 21%
(1990) menjadi 7,5% pada 2006.
Dua indikator lain memberikan informasi pelengkap. Indikator yang
lebih rumit adalah ”rasio kesenjangan kemiskinan (poverty gap ratio)”
yang mengukur perbedaan antara penghasilan rata-rata penduduk miskin
dengan garis kemiskinan. Pada 1990 rasio-nya adalah 2,7% dan 2,9% pada
2007, menunjukkan bahwa situasi penduduk miskin belum banyak
mengalami perubahan. Indikator yang lebih sederhana adalah indicator
penyebaran penghasilan: total jumlah konsumsi penduduk termiskin secara
nasional adalah 20%. Ini pun belum banyak berubah.
Antara tahun 1990 dan 2006, angkanya berada pada sekitar 9%.
Untuk mengetahuinya, BPS melakukan survei sosial ekonomi nasional
(Susenas) terhadap sampel rumah tangga. Pada 2007, sekitar 37,2 juta
penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Namun itu
merupakan jumlah nasional. Situasinya berbedabeda, dari satu daerah ke
daerah lain. Hidup di perkotaan, misalnya, umumnya membutuhkan biaya
yang lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Berikut perbandingan jumlah
penduduk miskin antara kota dan desa:

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Juta) Persentase Penduduk Miskin :


Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
1996 9,42 24,59 34,01 13,39 19,78 17,47
1998 17,60 31,90 49,50 21,92 25,72 24,23
1999 15,64 32,33 47,97 19,41 26,03 23,43
2000 12,30 26,40 38,70 14,60 22,38 19,14
2001 8,60 29,30 37,90 9,76 24,84 18,41
2002 13,30 25,10 38,40 14,46 21,10 18,20
2003 12,20 25,10 37,30 13,57 20,23 17,42
2004 11,40 24,80 36,10 12,13 20,11 16,66
2005 12,40 22,70 35,10 11,37 19,51 15,97

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).


Data di atas adalah perbandingan jumlah penduduk miskin antara kota dan
desa.
Sedangkan proporsi masyarakat miskin berdasarkan propinsi tahun
2007 adalah sebagai berikut: Pada 2007, angka kemiskinan nasional
adalah 16,6%, atau terdapat sekitar 37,2 juta penduduk miskin.
Berdasarkan angka tersebut, artinya pencapaian MDGs kita tidak
mengalami kemajuan berarti. Untuk kemiskinan, target yang dipatok
adalah 7,5% berdasarkan separuh angka kemiskinan tahun 1990 yang
berjumlah 15,1%. Sebenarnya, kondisi saat ini bahkan lebih parah.
2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua (achieves universal primary
education)
Memastikan bahwa pada 2015 semua anak di manapun, laki-laki
maupun perempuan, akan bisa menyelesaikan pendidikan dasar secara
penuh. Terdapat dua indikator yang relevan. Pertama, untuk tingkat
partisipasi di sekolah dasar, Indonesia telah mencapai angka 94,7%.
Berdasarkan kondisi ini, kita dapat mencapai target 100% pada 2015.
Indikator kedua berkaitan dengan kelulusan, yaitu proporsi anak yang
memulai kelas 1 dan berhasil mencapai kelas 5 sekolah dasar. Untuk
Indonesia, proporsi tahun 2004/2005 adalah 82%. Namun, sekolah dasar
berjenjang hingga kelas enam. Karena itu, untuk Indonesia lebih pas
melihat pencapaian hingga kelas enam. Jumlahnya adalah 77% dengan
kecenderungan terus meningkat. Artinya, kita bisa mencapai target yang
ditetapkan.
Data kelulusan yang digunakan dalam laporan ini berasal dari
Departemen Pendidikan Nasional berdasarkan data pendaftaran sekolah.
Berbeda dengan Susenas (2004), yang menghitung angka yang jauh lebih
besar, yaitu Indikator ketiga untuk tujuan ini adalah angka melek huruf
penduduk usia 15-24 tahun. Dalam hal ini, nampaknya kita cukup berhasil
dengan pencapaian 99,4%. Meskipun demikian, kualitas melek huruf yang
sesungguhnya mungkin tidak setinggi itu karena tes baca tulis yang
diterapkan oleh.
3. Mendorong kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan
(promote gender equality and empower women)
Indonesia telah mencapai banyak kemajuan dalam mengatasi
persoalan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Program Wajib
belajar 9 tahun telah membawa dampak positif dalam pengurangan
kesenjagan dalam dunia pendidikan. Rasio antara partisipasi murid laki-
laki dan perempuan, baik partisipasi bersih amupun kotor, sudah hampir
mencapai 100% di seluruh tingkat pendidikan. Akan tetapi, keberhasilan
ini masi perlu ditingkatkan, terutama untuk kelompok usia yang lebih tua.
Masih terdapat cukup banyak kesenjangan dan anggapan yang salah dalam
konteks peranan dan gender di masyarakat. Persepsi yang salah ini hampir
terjadi di semua aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan (kesempatan dan
kesetaraan imbalan) hingga keterwakilan di bidang politik. Proporsi
perempuan dalam pekerjaan non-pertanian relative stagnan, begitu pula
debngan keterwakilan perempuan di parlemen, yang masing-masing masih
berkisar pada 33% dan 11%.
4. Menurunkan angka kematian anak(reduce child mortality)
Di Indonesia, dari setiap 1.000 kelahiran, 40 diantaranya akan
mennggal sebelum mereka berusia 5tahun. Statistik ini dikenal dengan
Angka kematian Balita (AKB). AKB Indonesia saat ini adalah yang
tertinggi diantara Negara ASEAN lain. Meskipun demikian, Indonesia
sebenarnya telah mencapai tujuan keempat MDG.
Hal yang menjadi pekerjaan kita sekarang adalah memastikan bahwa
anak-anak Indonesia mendapatkan hak konstitusional mereka. UU no 23
tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap anak memiliki hak
untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan keamanan sosial menurut
kebutuhan fisik, psikis dan sosial mereka. Sepertiga kematian bayi di
Indonesia terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran, 80% diantaranya
terjadi pada minggu pertama. Penyebab utama kematian adalah infeksi
pernafasan akut, komplikasi kelahiran dan diare. Selain penyebab utama,
beberapa penyakit menular seperti infeksi radang selaput otak
(meningitis), typhus dan encephalitis juga cukup sering menjadi penyebab
kematian bayi.
5. Meningkatkan kesehatan ibu(improve maternal health)
Resiko kematian ibu karena propses melahirkan di Indonesia adalah
1 kematian dalam setiap 65 kelahiran. Setiap tahun diperkirakan terjadi
20.000 kematian ibu karena komplikasi sewaktu melahirkan dan selama
kehamilan. Tingkat Kematian Ibu dihitung berdasarkan jumlah kematian
setiap 100.000 kelahiran.
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah haemorrhage,
eclampsia yang menyebabkan tekanan darah tinggi sewaktu kehamilan,
komplikasi karena aborsi, infeksi dan komplikasi sewaktu melahirkan.
Meskipun Indonesia belum memiliki sistem pendataan yang baik untuk
mendapatkan infromasi mengenai AKI, para ahli memperkirakan bahwa
AKI pada tahun 1992 di Indonesia adalah 425 Lebih dari satu dekade
kemudian, angkanya berubah menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan laju ini, diperlukan usaha yang jauh lebih besar untuk
mecapai Target MDG ke 5. Selain itu, perhatian khusus harus diberikan
kepada daerah miskin, terutama di bagian timur Indonesia, dimana banyak
daerah masih memiliki tingkat kematian ibu tertinggi di Indonesia, dan
juga karena daerah tersebut memiliki infrastruktur yang sangat terbatas.
6. Memerangi hiv/aids, malaria dan penyakit menular lainnya, (combat
hiv/aids, malaria and other diseases)
Tujuan keenam dalam MDGs menangani berbagai penyakit menular
paling berbahaya. Pada urutan teratas adalah Human Immunodeficiency
Virus (HIV), yaitu virus penyebab Acquired Immuno Deficiency
Syndrome (AIDS) – terutama karena penyakit ini dapat membawa dampak
yang menghancurkan, bukan hanya terhadap kesehatan masyarakat namun
juga terhadap negara secara keseluruhan. Indonesia beruntung bahwa HIV
belum mencapai kondisi seperti yang terjadi di Afrika dan beberapa negara
Asia Tenggara. Jumlah penduduk Indonesia yang hidup dengan virus HIV
diperkirakan antara 172.000 dan 219.000, sebagian besar adalah laki-laki.
Jumlah itu merupakan 0,1% dari jumlah penduduk. Menurut Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional (KPA), sejak 1987 sampai Maret 2007,
tercatat 8.988 kasus AIDS – 1.994 di antaranya telah meninggal.
7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup(ensure environmental
sustainability)
Pembangunan di Indonesia telah banyak mengorbankan lingkungan
alam. Kita menebang pohon, merusak lahan, membanjiri sungai-sungai
dan jalur air serta atmosfer dengan lebih banyak polutan. Tujuan MDGs
ketujuh adalah untuk menghalangi kerusakan ini. Pertama, tujuan ini
menelaah seberapa besar wilayah kita yang tertutup oleh pohon. Ini
penting bagi Indonesia karena kita memiliki sejumlah hutan yang paling
kaya dan paling beragam di dunia. Namun tidak untuk jangka waktu yang
terlalu lama lagi. Selama periode 1997 hingga 2000, kita kehilangan 3,5
juta hektar hutan per tahun25, atau seluas propinsi Kalimantan Selatan.
Antara tahun 1985 dan 1997, laju deforestasi di Kalimantan,
Maluku, Papua, ulawesi dan Sumatra adalah 1.8 juta hektar per tahun.
Ancaman utama tehadap hutan hujan Indonesia adalah pembalakan liar di
kawasan hutan lindung. Di era desentralisasi dan otonomi daerah, lebih
banyak hutan yang dikeploitasi, pembalakan liar semakin menjadi-jadi dan
batas kawasan lindung sudah tidak diperdulikan lagi. Panyebab utamanya
adalah lemahnya supresmasi hukum dan kurangnya pengertian dan
pengetahuan mengenai ptujuan pembangunan jangka panjang dan
perlindungna biosphere.
Kualitas air yang sampai ke masyarakat dan didistribusikan oleh
PDAM ternyata tidak memenuhi persyarat air minum aman yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Hal ini utamanya disebabkan
oleh kualitas jaringan disribusi dan perawatan yang kemudian
menyebabkan terjadinya kontaminasi.
8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan(develop a global
partnership for development)
Tujuan MDGs terakhir ini, terkait dengan kerjasama internasional,
yaitu menelaah isu-isu seperti perdagangan, bantuan dan utang
internasional. Namun, dalam kenyataan, sebagian besar target dan
indikator ditujukan untuk negara-negara maju agar membantu negara-
negara termiskin dalam mencapai tujuan-tujuan MDGs lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-
bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB
yang sebagian besar diwakili oleh kepala pemerintahan sepakat untuk
mengadopsi Deklarasi Milenium (Millenium Declaration).
Dalam konteks inilah negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi
Tujuan Pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals
(MDG).
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku. 2008. Sistem Kesehatan. Jakarta; PT Rajagrafindo Persada

Dyah Ratih Sulistyastuti. 2007. Pembangunan Pendidikan Dan MDGS Di


Indonesia. Yogyakarta:

Peter Stalker. 2007, Kita Suarakan Millenium Development Goals (MDGs) Demi
di Indonesia. Jakarta; BAPPENAS dan UNDP

World Bank, 2006. Making the New Indonesia Work for the Poor, Jakarta, World
Bank.

Anda mungkin juga menyukai