Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan sampai sekarang menjadi persoalan yang tidak pernah

hilang di dunia. Dunia menanggapinya dengan menyepakati suatu

pertemuan pada September 2000 yang diikuti oleh 189 Negara dengan

melahirkan deklarasi yang dikenal dengan The Millenium Development

Goals (MDGs). Salah satu targetnya adalah mengurangi jumlah penduduk

miskin hingga 50% pada tahun 2015 1. Deklarasi ini membuktikan bahwa

kemiskinan masih menjadi masalah besar yang harus ditanggulangi bersama.

Dengan berakhirnya MDGs yang berhasil mengurangi penduduk

miskin dunia hampir setengahnya, selanjutnya lahirlah Sustainable

Development Goals (SDGs) . SDGs merupakan penyempurnaan dari agenda

pembangunan global sebelumnya, karena komitmen pembangunan tidak

hanya berfokus pada pembangunan manusia, namun juga pembangunan

ekonomi ramah lingkungan serta pembangunan lingkungan hidup. SDGs

menempatkan manusia sebagai pelaku sentral dan penikmat hasil

pembangunan yang bertujuan untuk kesejahteraan manusia atau human

wellbeing. Apakah pembangunan akan menghasilkan kesejahteraan yang

diinginkan manusia tergantung dari perilaku manusia itu sendiri terhadap

1
Ishartono dan Santoso Tri Raharjo.2016. Sustainable Development Goals
(SDGs) dan Pengentasan Kemiskinan. Social Work Jurnal. 6(2): 154-
272.
2

alam dan pemanfaatannya untuk tujuan kesejahteraan saat ini dan untuk

generasi mendatang 2.

Berbeda dari pendahulunya Millenium Development Goals (MDGs),

SDGs dirancang dengan melibatkan seluruh aktor pembangunan, baik itu

pemerintah, Civil Society, sektor swasta, akademisi, dan sebagainya. Oleh

karena itu konsep besar di bentuknya paradigma pembangunan berkelanjutan

ini adalah mengikutsertakan seluruh elemen yang ada dalam suatu negara itu

demi tercapainya sebuah pembangunan yang berkelanjutan dan bisa

memberikan keterbermanfaatan di seluruh lini sektor kehidupan bernegara.

Di Indonesia sendiri, SDGs sangat relevan dengan pembangunan


nasional dan juga tujuan pembangunan untuk Indonesia garis
kemiskinan masih disekitar 11%, dan sudah yang ada di daerah karena
masih banyak tantangan-tantangan di bawah pelaksanaan SDGs
yang merupakan lanjutan dari MDGs. Berdasarkan catatan yang ada,
mencapai penurunan angka kemiskinan dari angka sekitar 15% di
20-30 tahun lalu dan menjadi 11,7% saat ini. Dengan rekam
jejak yang baik dalam pelaksanaan MDGs, dengan kebijakan
publik yang baik serta pendanaan dan fokus pada SDGs di bidang
kesehatan dan pendidikan, maka Indonesia dapat memobilisasi
kerjasama dengan mitra-mitranya dan memberikan hasil positif di
semua wilayah Indonesia pada tahun 2030 mendatang. 3

Target dan tujuan SDGs dimaksudkan untuk mencapai hasil-hasil

pembangunan yang menggambarkan adanya kemajuan dalam hal

pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, mengurangi ketimpangan

dalam dan antar Negara, memperbaiki manajemen air dan strategi, dan

mengambil langkah penting untuk mengatasi perubahan iklim. Hal ini

tergambar dalam 4 pilar SDGs yaitu pilar ekonomi, pilar sosial, pilar

2
Alisjahbana Armida Salsiah, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Di Indonesia:
Konsep Target Dan Strategi Implementasi, (Bandung, Unpad Press, 2018), Hal. VI
3
Ahmad, Dodi Kurtubi. 2018. “Sustanaible Goals (SDGs) dan Pembangunan
Kesejahteraan Sosial” https://www.riau.go.id , diakses pada 16 Oktober 2019 pukul 20.04.
3

hukum, pilar lingkungan. Secara umum target, tujuan dan pilar SDGs

juga relevan dengan tujuan pembangunan nasional dan juga tujuan

pembangunan di daerah.

Di Indonesia sendiri konsep pembangunan berkelanjutan yang bertajuk

pembangunan nasional telah lama di canangkan sejak era orde baru melalui

beberapa program hingga saat ini masih terus di galangkan oleh pemerintah

demi mencapai suatu pembangunan yang dapat menunjang kesejahteraan

rakyat. Namun demikian, masih banyak agenda pembangunan di bidang

ekonomi, sosial, lingkungan dan tata kelola yang masih tertinggal.

Kemiskinan dan ketimpangan, mutu modal manusia, penghidupan ekonomi

yang layak, pembangunan perkotaan berkelanjutan, pengelolaan sumber daya

alam dan lingkungan merupakan contoh dari agenda pembangunan yang

belum terselesaikan4.

Dalam negara berkembang seperti Indonesia, kemiskinan menjadi

persoalan sosial yang terus muncul dan menjadi beban berat bagi

Negara. Kemiskinan masih menjadi permasalahan yang kompleks dan

menjadi sebuah permasalahan besar yang harus segera ditanggulangi.

Tingginya kesenjangan sosial yang disebabkan karena tidak meratanya

kesejahteraan di Indonesia menjadi penyebab utama kemiskinan. Tidak

hanya itu tingkat pendidikan yang rendah, produktivitas tenaga kerja rendah,

tingkat upah yang rendah, distribusi pendapatan yang timpang, kesempatan

4
Ibid. Hlm 200
4

kerja yang kurang, hingga politik yang belum stabil juga menjadi faktor lain

yang menyebabkan kemiskinan.

Salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan di Indonesia

adalah berkurangnya jumlah penduduk miskin, pembangunan di

Indonesia saat ini sedang dihadapkan terhadap masalah kemiskinan. Pada

umumnya di Negara berkembang seperti Indonesia permasalahan

pendapatan yang rendah dengan masalah kemiskinan merupakan

permasalahan utama dalam pembangunan ekonomi. Tujuan

dilaksanakannya pembangunan ekonomi untuk mewujudkan kemakmuran

masyarakat melalui pengembangan perekonomian mengatasi berbagai

permasalahan pembangunan dan sosial kemasyarakatan seperti pengangguran

dan kemiskinan.

Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang

tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap

sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup. Penyebab kemiskinan

juga mengenai fenomena pendapatan rendah, pendidikan rendah, gizi

rendah, pertumbuhan yang tidak jalan, cara berpikir menjadi kurang

kreatif dan tidak produktif sehingga tingkat pengangguran meningkat dan

pendapatan rendah. Dapat dilihat persoalan kemiskinan berputar-putar disitu

terus, hingga akhirnya terjadi juga pada keturunan mereka dan semakin sulit

untuk keluar dari kemiskinan.

Pada poin pertama 17 tujuan SDGs adalah tanpa kemiskinan (No

Poverty), sedangkan kemiskinan sudah menjadi fenomena sepanjang


5

sejarah kemanusiaan. Indonesia sebagai salah satu Negara yang kaya

sumber daya alamnya namun tidak terlepas dari persoalan kemiskinan, akibat

adanya salah memahami dan mengurus kemiskinan. Akibatnya telah

membuat jutaan anak-anak Indonesia tidak bisa mengenyam pendidikan yang

berkualitas, membiayai kesehatan, ketiadaan tabungan, tidak ada akses

pelayanan ke publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan

sosial, kurangnya perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus

urbanisasi . Lebih jauh lagi kemiskinan telah membuat jutaan rakyat

tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Pemerintah

Indonesia secara berkesinambungan terus melaksanakan berbagai program

untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui serangkaian penanganan

permasalahan fakir miskin dalam rangka memberdayakan keluarga miskin,

karena fakir miskin dan anak-anak terlantar harus dipelihara oleh Negara

(UUD RI 1945 pasal 34).

Penanggulangan kemiskinan menjadi sasaran utama program

pembangunan sesuai dengan pengarusutamaan agenda MDGs dan SDGs

dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2005-2025).

Program penanggulangan kemiskinan yang digulirkan pemerintah berhasil

menurunkan persentase angka kemiskinan, meskipun secara nominal jumlah

penduduk miskin masih cukup tinggi. Upaya penanggulangan kemiskinan

yang pernah dan sedang dijalankan masih menghadapi berbagai tantangan

dalam nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia. Pada satu sisi pembangunan

selama ini belum bisa “membebaskan” si miskin karena faktor budaya yang
6

membelenggu. Pada sisi lain budaya kemiskinan menjadi pelampiasan

masyarakat miskin yang tidak berdaya menghadapi cengkraman kapitalisme.

Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang sering dihubungkan

dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup.

Upaya menyelesaikan permasalahan kemiskinan tersebut tidak bisa

dilakukan dengan dalam waktu yang cepat, sehingga hal ini dapat

mengakibatkan munculnya permasalahan lainnya. Seperti rendahnya

kualitas hidup penduduk miskin maka hal ini akan berdampak pada

rendahnya tingkat kesehatan dan pendidikan masyarakat, maka hal ini

akan mempengaruhi produktifitasnya seseorang dan mengakibatkan

ketimpangan sosial ditengah masyarakat.

Meskipun banyak strategi-strategi yang telah dilakukan oleh

pemerintah dalam mengurangi angka kemiskinan yang ada di Indonesia

yaitu dengan membuat kebijakan-kebijakan dengan tujuan untuk

mengurangi kemiskinan yang ada yaitu dengan cara memberikan peluang

bagi masyarakat miskin untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya,

namun hingga saat ini angka kemiskinan yang ada di Indonesia masih tetap

ada.

Kabupaten Kerinci menjadi salah satu daerah di Provinsi Jambi

yang berkutat dalam hal penanganan kemiskinan. Dengan fakta bahwa

Kabupaten Kerinci memiliki sumber daya alam yang melimpah,

namun dibalik itu kondisi masyarakat Kabupaten Kerinci juga tidak

terlepas dari permasalahan kemiskinan karena minimnya lapangan


7

pekerjaan dan sumber daya manusia yang kurang produktif. Hal tersebut

diakibatkan karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang ada di

Kabupaten Kerinci, sehingga mengharuskan masyarakat tersebut untuk

bekerja di kebun dan di sawah yang didominasi oleh kaum ibu rumah

tangga.

Terkait dengan tujuan SDGs dan disandingkan dengan Rencana


Strategis (Renstra) Dinas Sosial Kabupaten Kerinci di bidang
Kesejahteraan Sosial dan Pembangunan daerah mempunyai fokus pada
5 (lima) permasalahan yaitu kemiskinan, ketelantaran, kecacatan,
ketunaan sosial dan kebencanaan, keterpencilan, dan kesejahteraan
sosial. Hal ini mempertegas posisi dan peranan sektor
kesejahteraan sosial dalam konsistensi pembangunan nasional yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menurunkan
angka kemiskinan5.

Prioritas program Pemerintah Kabupaten Kerinci menjadi

perhatian semua orang dengan prinsip kerja sama dan gotong royong

dan komitmen jelas dengan sinergitas program dalam penanggulangan

kemiskinan. Program paling bersinergi dari dinas sosial dalam

menanggulangi kemiskinan adalah Program Indonesia Pintar, Program

Indonesia Sehat, Program Keluarga Harapan, Bantuan Pangan Non Tunai

(BPNT) yang juga termasuk dari Program Pembangunan Berkelanjutan

(SDGs).

Dalam rangka mengantisipasi dan menjawab tantangan kedepan yang


makin berat dengan permasalahan yang semakin berkembang
khususnya di Kabupaten Kerinci, maka Dinas Sosial Kabupaten
Kerinci Sebagai Satuan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
Kerinci yang menangani penyandang Masalah kemiskinan berupaya
menyusun perencanaan kerja pembangunan Kesejahteraan Sosial yang
lebih terencana, terkoordinas, sinergis, terpadu dan berkesinambungan

5
Rencana strategis Dinas Sosial Kabupaten Kerinci 2017-2019
8

sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)


Daerah Kabupaten Kerinci Tahun 2017 -2019 .6

Untuk meminimalkan tingkat kemiskinan di Kabupaten Kerinci perlu

diketahui sebenarnya faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi tinggi

rendahnya tingkat kemiskinan (jumlah penduduk miskin). Hal hal seperti

pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan indeks pembangunan manusia

menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Kabupaten

Kerinci. Sehingga kedepannya dapat diformulasikan sebuah kebijakan

publik yang efektif untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan tidak hanya

sekedar penurunan angka-angka saja melainkan secara kualitatif.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik mengkaji lebih lanjut

mengenai bagaimana Pelaksanaan Program pembangunan berkelanjutan (

SDGs ) dalam mengurangi kemiskinan di Kabupaten Kerinci.

Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Miskin Dan Keluarga Miskin di Kabupaten Kerinci
Tahun 2021

PENDUDUK
NO KECAMATAN MISKIN KELUARGA MISKIN
1 Gunung Raya 4.457 1.311
2 Bukit Kerman 4.281 1.259
3 Batang Merangin 4.230 1.244
4 Keliling Danau 6.576 1.934
5 Danau Kerinci 3.043 895
6 Sitinjau Laut 4.903 1.442
7 Air Hangat 2.186 643
8 Air Hangat Timur 7.483 2.201
9 Depati VII 2.567 755
10 Air Hangat Barat 2.278 670
11 Gunung Kerinci 3.920 1.153

6
Ibid hal 2
9

12 Siulak 6.834 2.010


13 Siulak Mukai 3.760 1.106
14 Kayu Aro 3.087 908
15 Gunung Tujuh 2.774 816
16 Kayu Aro Barat 3.499 1.029
Jumlah 65.878 19.376
Sumber: Kabupaten Kerinci Dalam Angka 2021

Dapat dilihat berdasarkan table di atas penduduk miskin di Kabupaten

kerinci masih cukup tinggi. Jumlah penduduk miskin terbanyak berada di

Kecamatan Air Hangat Timur yang berjumlah 7.483. Apabila dilihat

secara keseluruhan, perubahan jumlah penduduk miskin di Kabupaten

Kerinci bersifat fluktuatif. Dengan melihat jumlah penduduk miskin dan juga

persentase penduduk miskin yang cukup tinggi, dapat dinilai bahwa

pengentasan kemiskinan di Kabupaten Kerinci masih dinilai belum baik.

Kasus kemiskinan pada Kabupaten Kerinci bukan merupakan kasus

yang baru lagi, persoalan ini sudah menjadi persoalan yang mendasar yang di

bahas oleh Pemerintah Daerah setempat. Angka kemiskinan di Kabupaten

Kerinci lebih banyak di Kecamatan Air Hangat Timur. Disinilah peran

dari Dinas Sosial Kabupaten Kerinci untuk membahas persoalan kemiskinan

tersebut.

Adapun penelitian terdahulu yang penulis gunakan terkait Analisis

Pembangunan berkelanjutan sebelumnya sudah pernah diteliti. Peneliti

mencantumkan penelitian terdahulu sebagai referensi agar dapat menyajikan

sudut pandang baru yang belum tersentuh oleh peneliti sebelumnya. Peneliti

mencantumkan penelitian terdahulu sebagai referensi agar dapat menyajikan

sudut pandang baru yang belum tersentuh oleh peneliti sebelumnya. Pertama,
10

Penelitian yang dilakukan oleh. DWI ANGGUN PANGESTU. “Analisis

Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Kemiskinan dalam

Mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) di Sumatera Selatan”.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif yang disesuaikan dengan variabel penelitian untuk

memusatkan pada masalah-masalah yang terjadi dengan bentuk hasil berupa

angka, tabel, grafik, dan diagram. Faktor-faktor sosial ekonomi yang

berpengaruh nyata terhadap kemiskinan adalah pengangguran dan rata-rata

lama sekolah. Strategi yang digunakan untuk menurunkan tingkat kemiskinan

di Sumatera Selatan yaitu dengan penanggulangan kemiskinan secara

berkelanjutan, program pemberdayaan di sektor ekonomi, Memperkuat

pemerintah provinsi dalam pengendalian dan evaluasi pelaksanaan

perencanaan pembangunan, meningkatkan keterampilan SDM di bidang

perencanaan daerah, memberikan pelatihan kewirausahaan, mengelola lahan

yang ada agar lebih produktif, membuka lapangan pekerjaan dan memberikan

bantuan berupa pelatihan, permodalan serta sarana/prasarana 7.

Kedua penelitian yang juga sama mengangkat tentang Pembangunan

Berkelanjutan “Sustainable Development Goals(SDGs) dan Pengentasan

Kemiskinan Di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Oleh Nanda Bhayu Pratama

dkk. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif

deskriptif. Menurut Rahmawati Dian Eka (2014:13) penelitian kualitatif

deskriptif merupakan sebuah penelitian yang bisa menghasilkan data yang


7
DWI ANGGUN PANGESTU,Skripsi:” Analisis Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang
Mempengaruhi Kemiskinan dalam Mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) di
Sumatera Selatan” (Sumatra Selatan:Universitas Sriwijaya,2020),
11

bersifat deskriptif bisa berupa kata-kata ataupun tulisan dari seseorang

terhadap suatu yang sedang diamati di lapangan.Sumber data yang digunakan

berupa sumber data sekunder. Sumber data sekunder sendiri merupakandata

yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yang bersumber dari buku,

jurnal, dan dokumen lain yang relevan dengan penelitian yang

dilakukan..Pada penenitian yang di tulis oleh Nanda Bhayu Pratama dkk ini

menjelaskan tentang tujuan mengurangi proporsi kemiskian di semua dimensi

setidaknya setengah dari semua masyarakat yang terdampak dalam

kemiskinan sesuai dengan definisi nasional,menerapkan sistem perlindungan

serta upaya perlindungan sosial bagi semua kalangan yang terdampak

kemiskinan, membangun ketahanan terhadap bencana, kejadian ekonomi dan

sosial bagi masyarakat yang berkategori miskin dan rentan miskin dan yang

terakhir adalah menjamin adanya hak yang sama terhadap sumber daya

ekonomi serta kemudahan akses terhadap pelayanan dasar, kepemilikan, dan

kontrol terhadap tanah bagi masyarakat yang masih berkategori miskin atau

rentan8.

Oleh karena itu peneliti mencoba menghadirkan sudut pandang yang

berbeda di tengah beberapa penelitian terdahulu yang sudah ada, dimana

menempatkan Program Pembangunan Berkelanjutan sebagai ujung tombak

keberhasilan dari upaya pengentasan kemiskinan. Karena program

pembangunan berkelanjutan dapat mendorong kemajuan perekonomian

8
Nanda Bhayu Pratama, Eko Priyo Purnomo, Agustiyara.” Sustainable Development
Goals(SDGs) dan Pengentasan Kemiskinan Di Daerah Istimewa Yogyakarta” Jurnal Ilmiah Ilmu
Sosial dan Humaniora. Vol.6. 2020
12

masyarakat dengan di dukung oleh program SDGs lainnya. Untuk mencapai

target tersebut tentu banyak kebijakan yang harus diambil dalam rangka

pencapaian tujuan daerah tanpa kemiskinan yang dilakukan baik oleh

pemerintah pusat,pemerintah daerah maupun pemerintah desa seperti

meningkatan pendapatan penduduk miskin serta melindungi seluruh

masyarakat dari segala bentuk bencana. Berdasarkan latar belakang

permasalahan tersebut Peneliti merasa perlu untuk meneliti lebih dalam

dengan mengusung judul penelitian sebagai berikut, “Analisis Pembangunan

Berkelanjutan Oleh Dinas Sosial Kabupaten Kerici Dalam Mengurangi

Kemiskinan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana pelaksanaan program Pembangunan Berkelanjutan oleh

Dinas Sosial Kabupaten Kerinci dalam mengurangi kemiskinan?

1.2.2 Bagaimana Efektivitas penerapan program Pembangunan

Berkelanjutan oleh Dinas Sosial Kabupaten Kerinci dalam

mengurangi kemiskinan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :


13

1.3.1 Untuk mengetahui pelaksanaan program Pembangunan Berkelanjutan

oleh Dinas Sosial Kabupaten Kerinci dalam mengurangi kemiskinan ?

2.3.1 Untuk mengetahui seberapa efektif penerapa program Pembangunan

Berkelanjutan oleh Dinas Sosial Kabupaten Kerinci dalam

mengurangi kemiskinan ?

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis bagi pihak yang memerlukan diantaranya :

1.4.1 Manfaat teoritis, Penelitian ini diharapkan mampu memberikan

manfaat dan menambah wawasan referensi bagi penulis dan juga

sebagai bahan kajian dan penelitian khususnya untuk mengurangi

kemiskinan dalam program SDGs yang dijalankan Kota Pekanbaru.

1.4.2 Manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat

menjadi pertimbangan atau masukan bagi penelitian selanjutnya serta

direkomendasikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya

bagi lembaga atau instansi pemerintahan.

1.5 Landasan Teori

Dalam suatu penelitian, teori merupakan unsur penelitian yang sangat

penting sebagai landasan berfikir dalam setiap langkah yang akan dilakukan.

Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi-propsisi yang

berhubungan satu sama lain, yang menunjukkan fenomena secara sistematis

dan bertujuan untuk menjelaskan serta meramalkan suatu fenomena yang

dibangun atas jalinan fakta-fakta.


14

Unsur penelitian penting lainnya yaitu konsep. Konsep merupakan

abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi

dari sejumlah kerakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu

tertentu. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti telah menjabarkan beberapa

teori dan konsep yang relevan dengan judul penelitian.

1.5.1 Implementasi Kebijakan.

Implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu

keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan

juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat

memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut

bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat

apalagi sampai merugikan masyarakat. Adapun implementasi kebijakan

menurut George C. Edward Iii mengemukakan bahwa ada beberapa hal

yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi, yaitu 9:

1. Comunication (Komunikasi)

Komunikasi implementasi mensyaratkan agar implementor

mengetahui apa yang harus dilakukan. Komunikasi diartikan sebagai

proses penyampaian informasi komunikator kepada komunikan.

Selain itu juga dalam komunikasi implementasi kebijakan terdapat

tujuan dan sasaran kebijakan yang harus disampaikan kepada

kelompok sasaran, hal tersebut dilakukan agar mengurangi kesalahan


9
Akib, Haedar dan Antonius Tarigan. “Artikulasi Konsep Implementasi Kebijakan:
Perspektif, Model dan Kriteria Pengukurannya,” Jurnal Baca, Volume 1 Agustus 2008, Universitas
Pepabari Makassar, 2008, hlm 1
15

dalam pelaksanaan kebijakan. Komunikasi kebijakan memiliki

beberapa macam dimensi, antara lain dimensi transformasi

(transmission), kejelasan (clarity) dan konsistensi (consistency).

2. Resources (Sumber Daya)

Sumber daya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

terlaksananya keberhasilan terhadap suatu implementasi, walaupun isi

kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, akan

tetapi apabila implementator kekurangan sumber daya untuk

melaksanakan kebijakan maka tidak akan berjalan dengan efektif.

Sumber daya yang dapat mendukung pelaksanaan kebijakan dapat

berwujud, seperti sumber daya manusia, dan sumber daya anggaran,

sumber daya peralatan, sumber daya informasi dan kewenangan.

3. Disposition (Disposisi).

Disposisi adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh pelaksana

kebijakan. Disposisi itu seperti komitmen, kejujuran, dan sifat

demokratik. Apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik

atau watak, menurut Van Meter dan Van Horn terdapat tiga macam

elemen yang mempengaruhi disposisi yaitu pengetahuan (cognition),

pemahaman dan pendalaman (comprehension and understanding)

terhadap kebijakan, arah respon mereka apakah menerima, netral atau

menolak (acceptance, neutrality, and rejection), intensitas terhadap

kebijakan” elemen yang dapat mempengaruhi disposisi adalah

pengetahuan.
16

4. Bureaucratic Structure (Struktur Birokrasi).

Struktur birokrasi merupakan suatu badan yang paling sering terlibat

dalam implementasi kebijakan secara keseluruhan. Struktur organisasi

yang bertugas melaksanakan kebijakan memiliki pengaruh besar

terhadap pelaksanaan kebijakan. Dalam struktur birokrasi terdapat dua

hal penting yang mempengaruhinya salah satunya yaitu aspek struktur

birokrasi yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur

operasi yang standar (standard operating procedures /SOP). Selain itu

menurut Ripley dan Franklin implementasi kebijakan diperlukan

untuk melihat kepatuhan kelompok sasaran kebijakan. Oleh karena

itu, dilihat dari perspektif perilaku, kepatuhan kelompok sasaran

merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan

implementasi kebijakan. Pemahaman ini sejalan dengan pandangan

Ripley dan Franklin bahwa untuk mendukung keberhasilan

implementasi kebijakan perlu didasarkan pada tiga aspek, yaitu:

a. Tingkat kepatuhan pada ketentuan yang berlaku. Memahami

keberhasilan implementasi dalam arti sempit yaitu sebagai

kepatuhan para implementor dalam melaksanakan kebijakan yang

tertuang dalam dokumen kebijakan (dalam bentuk undang-

undang, peraturan pemerintah, atau program).

b. Lancarnya pelaksanaan rutinitas fungsi Bahwa keberhasilan

implementasi ditandai dengan lancarnya rutinitas fungsi dan tidak

adanya masalahmasalah yang dihadapi.


17

c. Terwujudnya kinerja dan dampak yang dikehendaki. Bahwa

keberhasilan suatu implementasi mengacu dan mengarah pada

implementasi/pelaksanaan dan dampaknya (manfaat) yang

dikehendaki dari semua program-program yang dikehendaki.

Pendapat Ripley dan Franklin diatas menunjukkan bahwa

keberhasilan suatu implementasi akan ditentukan bagaimana

tingkat kepatuhan, lancarnya rutinitas fungsi lembaga, dan hasil

kebijakan yang sesuai dengan rencana dari kebijakan.

1.5.2 Konsep Efektivitas

Untuk menilai apakah sebuah organisasi itu efektif atau tidak,

terdapat banyak cara atau pendapat, antara lain yang mengatakan bahwa

suatu organisasi efektif atau tidak, secara keseluruhan ditentukan oleh

apakah tujuan organisasi itu tercapai dengan baik atau tidak. Teori yang

paling sederhana ialah teori yang berpendapat bahwa efektivitas organisasi

sama dengan prestasi organisasi secara keseluruhan, pandangan yang juga

penting adalah teori yang menghubungkan tingkat kepuasan para

anggotanya. Menurut teori ini sesuatu organisasi dikatakan efektif bila

para anggotanya merasa puas. Akhir-akhir ini berkembang suatu teori atau

pandangan yang lebih komprehensif dan paling umum dipergunakan

dalam membahas persoalan efektivitas organisasi adalah kriteria flexbility,

productivity dan satisfaction.

Pandangan beberapa ahli mengenai pendekatan yang dapat

digunakan dalam mengukur keefektifan organisasi antara:


18

1. Gibson, Donnely dan Ivancevich mengemukakan bahwa pendekatan

untuk mengukur efektivitas adalah pendekatan tujuan dan

pendekatan sistem. 10

2. Robbins membagi kedalam empat pendekatan dalam mengukur

efektivitas organisasi, yaitu: pendekatan pencapaian tujuan,

pendekatan sistem, pendekatan konstituensi-strategis, dan

pendekatan nilai-nilai bersaing. 11

Penilaian terhadap tingkat kesesuaian program merupakan salah

satu cara untuk mengukur efektivitas program. Efektivitas program dapat

diketahui dengan membandingkan tujuan program dengan output program.

Sementara itu pendapat peserta program dapat dijadikan sebagai ukuran

untuk menentukan efektivitas program. Hal tersebut dinyatakan oleh

Kerkpatrick yang dikutip oleh Cascio bahwa evaluasi terhadap efektivitas

program pelatihan dapat dilakukan, diantaranya melalui reaksi peserta

terhadap program yang diikuti.12

Budiani menyatakan bahwa untuk mengukur efektivitas suatu

program dapat dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel sebagai

berikut 13:

10
Gibson,. Organisasi dan Manajemen Perilaku Struktur Proses. (Terjemahan : Djoerban
Wahid). Jakarta : Penerbit Erlangga dkk.1984
11
Robbins dalam Rizcah Amelia Skripsi: Efektifitas Pelaksanaa Program Penanganan
Anak Jalanan Di Dinas Sosial Kota Makassar, Universitas Hasanudin Makassar 2015 Hal:13
12
Ibid
13
Budiani, Ni Wayan.. Efektivitas Program Penanggulangan Pengangguran 2007
19

1. Ketepatan sasaran program

Yaitu sejauhmana peserta program tepat dengan sasaran yang sudah

ditentukan sebelumnya.

2. Sosialisasi program

Yaitu kemampuan penyelenggara program dalam melakukan

sosialisasi program sehingga informasi mengenai pelaksanaan

program dapat tersampaikan kepada masyarakat pada umumnya dan

sasaran peserta program pada khususnya.

3. Pencapaian Tujuan program

Yaitu sejauhmana kesesuaian antara hasil pelaksanaan program

dengan tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Pemantuan program

Yaitu kegiatan yang dilakukan setelah dilaksanakannya program

sebagai bentuk perhatian kepada peserta program.

1.5.3 Kemisknan

Kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau

sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk

mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok orang

meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,

perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan

hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman dari tindak kekerasan, dan

hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan


20

politik. Kemiskinan menjadi isu sentral bagi setiap negara didunia,

khususnya bagi negara berkembang, pengentasan kemiskinan dan

menciptakan kesejahteraaan bagi rakyat merupakan tujuan akhir suatu

negara. 14

Isu-isu mengenai kemiskinan merupakan fokus pembangunan di

setiap negara didunia. Perhatian terhadap kemiskinan bahkan menjadi isu

global yang terungkap secara tegas dalam sasaran-sasaran

Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals, MDGs).


MDGs menetapkan sebagai sasaran utamanya adalah penghapusan
kemiskinan ekstrim(exteme poverty) dan kelaparan pada tahun
2015. Target ini menjadi acuan kemajuan suatu negara. Sekalipun
sudah merupakan komitmen global, upaya penanggulangan
kemiskinan disadari bukan merupakan hal sederhana, karena
kemiskinan bersifatkompleks. 15

Kemiskinan sering juga di artikan sebagai taraf hidup yang rendah

atau suatu kondisi ketidak mampuan secara ekonomi untuk memenuhi

standar hidup rata-rata masyarakatdi suatu daerah. Kondisi

ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan

untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupapangan, sandang, maupun

papan. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak

berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar

hidup rata-rata seperti standar kesehatan masyarakat dan standar

pendidikan. Dimensi kemiskinan menurut Effendi

“kemiskinan ini dapat diukur secara langsung dengan menetapkan


persediaan sumber daya alam yang tersedia pada kelompok itu
dan membandingkannya dengan ukuran-ukuran baku. Menurut
14
Yoghi Citra Pratama, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di
Indonesia. Jurnal bisnis dan Manajemen vol.4.No2,2014, Hal 210
15
Ibid Hal:212
21

pengertian ini kemiskinan sekelompok orang dikaitkan dengan


pendapatan dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan hanya mengacu
pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum untuk
hidup layak”16.

Sifat kompleks masalah kemiskinan menuntut kebijakan dan

strategi penanggulangan yang terintegrasi, misalnya melalui program-

program perluasan kesempatan kerja produktif, pemberdayaan manusia

dan kemudahan untuk mengakses berbagai peluang sosial ekonomi yang

ada. Karena berbagai keterbatasan pemerintah, program pengentasan

kemiskinan ataupun kebijakan yang berorientasi pada masalah kemiskinan

membutuhkan skala proritas. Kemiskinan telah diungkapkan dan menjadi

bahan perdebatan. Kemiskinan telah didefinisikan berbeda-beda dan

merefleksikan suatu spektrum orientasi ideologi. Bahkan pendekatan

kuantitatif untuk mendefinisikan kemiskinan telah diperdebatkan secara

luas oleh beberapa peneliti yang mempunyai minat dalam masalah ini .17

Pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud

dengan kemiskinan adalah suatu keadaan yang dilukiskan sebagai

kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok,

sehingga mengalami keresahan, kesengsaraan atau kemelaratan dalam

setiap langkah hidupnya. Kebutuhan pokok dapat diterjemahkan

dalam suatu paket barang dan jasa yang diperlukan oleh setiap orang

untuk bisa hidup secara manusiawi.

16
Effendi, Onong Uchjana, 2003. “Ilmu Komunikasi dan Praktek Cetkan
Kesembilan Belas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
17
Panji Indra. 2001. An Analysis Towards Urban Poverty Alleviation Program in
Indonesia. Philosophy Doctor Dissertation. Faculty of the School Policy, Planning, and
Development. University of Southern California, California.
22

1.5.4 Sustainable Development Goals

SDGs merupakan penyempurnaan dari agenda pembangunan

global sebelumnya, karena komitmen pembangunan tidak hanya berfokus

pada pembangunan manusia, namun juga pembangunan ekonomi ramah

lingkungan serta pembangunan lingkungan hidup. SDGs menempatkan

manusia sebagai pelaku sentral dan penikmat hasil pembangunan yang

bertujuan untuk kesejahteraan manusia atau human wellbeing.

Konsep pembangunan berkelanjutan menjadi populer setelah


dikumandangkan oleh Komisi Bruntland di bawah pimpinan
Perdana Menteri Norwegia Gro Harlem Brundtland yang bekerja
sejak Oktober 1984 sampai dengan Maret 1987 dan melahirkan
buku “Our Common Future” yang diterbitkan oleh World
Commission on Environment and Development (WECD) pada
tahun 1987 (Ismid Hadad, 2010)18

Sasarannya hanya bertujuan mengurangi separuh dari tiap-tiap

masalah pembangunan yang tertuang dalam tujuan dan sasaran. MDGs

memberikan tanggung jawab yang besar pada target capaian

pembangunan bagi negara berkembang dan kurang berkembang, tanpa

memberikan peran yang seimbang terhadap negara maju. Secara proses

MDGs juga memiliki kelemahan karena penyusunan hingga

implementasinya eksklusif dan sangat birokratis tanpa melibatkan peran

stakeholder non- pemerintah, seperti Civil Society Organization,

Universitas/Akademisi, sektor bisnis dan swasta, serta kelompok lainnya.

Berbeda dengan MDGs, SDGs mengakomodasi masalah-masalah

18
Muhammad Suparmoko,” Konsep Pembangunan Berkelanjutan Dalam Perencanaan
Pembangunan Nasional Dan Regional”. Jurnal Ekonomika dan Manajemen Vol. 9 No. 1 April
2020 . hlm. 39
23

pembangunan secara lebih komprehensif baik kualitatif (dengan

mengakomodir isu pembangunan yang tidak ada dalam MDGs) maupun

kuantitatif menargetkan penyelesaian tuntas terhadap setiap tujuan dan

sasaranya. SDGs juga bersifat universal memberikan peran yang

seimbang kepada seluruh negara, baik negara maju, negara

berkembang, dan negara kurang berkembang untuk berkontribusi penuh

terhadap pembangunan, sehingga masing-masing negara memiliki peran

dan tanggung jawab yang sama antara satu dengan yang lain dalam

mencapai SDGs.
24

1.6 Kerangka Pikir

Pelaksanaan Program Sustainable Development Goals (SDGs)


Oleh Dinas Sosial Kabupaten Kerinci dalam Mengurangi
Kemiskinan

Program Keluarga Harapan (PKH)

Teori Implementasi Kebijakan Konsep Efektivitas (Budiani)


(George C. Edward)
a. Ketepatan sasaran program
a. Comunication (Komunikasi) b. Sosialisasi program
b. Resources (Sumber Daya) c. Pencapaian tujuan program
c. Disposition (Disposisi) d. Pemantauan program
d. Bureaucratic Structure
(Struktur Birokrasi)

Mampu mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Kerinci sesuai


dengan tujuan SDGs serta kebijakan yang mumpuni

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal

tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah,

data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
25

didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk

akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara

yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain

dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis

artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-

langkah tertentu yang bersifat logis 19.

Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam mendapatkan data

guna untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan Program Pembangunan

Berkelanjutan (SDGs) sebagai strategi keberhasilan mengurangi kemiskinan

di Kabupaten Kerinci adalah metode penelitian kualiatif karena memerlukan

survey dan wawancara langsung di lapangan kepada objek penelitian terkait

agar permasalahan yang dinamis dapat terpecahkan

1.7.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek

dan fenomena yang ingin di teliti. Termasuk di dalamnya bagaimana

unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu

sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung. Penelitian

deskriptif bersifat menggambarkan dan melukiskan sesuatu hal yang di

dapat dari lapangan dan kemudian menjelaskannya dengan kata-kata.

19
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2017), hlm. 2.
26

Melalui penelitian deskriptif, penulis ingin membuat gambaran secara

menyeluruh tentang Pelaksanaan Program Sustainable Development

Goals (SDGs) Oleh Dinas Sosial Kota Kabupaten Kerinci dalam

Mengurangi Kemiskinan.

1.7.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Kerinci .

Penulis mengambil instansi tersebut dikarenakan ketertarikan penulis

melihat bagaimana Pelaksanaan Program Sustainable Development Goals

(SDGs) Oleh Dinas Sosial Kabupaten Kerinci dalam Mengurangi

Kemiskinan. Waktu penelitian dilakukan sejak bulan Agustus 2021

hingga sekarang.

1.7.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian sangat diperlukan dalam sebuah penelitian karena

dapat memberikan batasan dalam studi dan pengumpulan data, sehingga

dapat lebih fokus memahami masalah yang menjadi tujuan penelitian dan

data yang diperoleh akan lebih spesifik. Adapun fokus penelitian ini

adalah bagimana penerapan program pembangunan berkelanjutan oleh

Dinas Sosial Kabupaten Kerinci dalam mengurangi kemiskinan

1.7.4 Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua jenis sumber data

yang akan dibutuhkan yaitu :


27

1. Data Primer

Data Primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang

diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh

subjek yang dapat dipercaya, dengan diberikan secara langsung

kepada peneliti20. Informasi-informasi yang diperoleh secara langsung

tentunya dilakukan dengan observasi dan wawancara. Adapun yang

dijadikan data primer adalah data yang sifatnya berkaitan dengan

objek penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperlukan dalam penelitian

untuk melengkapi informasi dari data primer. Data sekunder

merupakan sumber data tidak langsung memberikan data kepada

peneliti atau misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen-

dokumen21. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan

memanfaatkan literatur seperti buku, jurnal, penelitian terdahulu,

media online, dokumen-dokumen, foto-foto, rekaman video ataupun

benda-benda lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian

1.7.5 Teknik Penentuan Informan

Informan adalah orang yang bisa memberi informasi tentang situasi

dan kondisi untuk dijadikan latar penelitian. Adapun teknik penentuan

informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling,

20
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif, (yogyakarta: graha ilmu,
2013), Hal. 209.
21 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2017), hlm. 210.
28

yaitu teknik pengambilan sample didasarkan atas tujuan tertentu (orang

yang dipilih betul-betul memiliki kriteria sebagai sampel). Artinya

menentukan informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan

masalah penelitian. Namun tidak menutup kemungkinan dalam proses

penelitian, peneliti juga menggunakan teknik snowball sampling yaitu

teknik pengambilan sampel dari yang awal jumlahnya sedikit, lama-lama

bisa menjadi banyak sesuai dengan kebutuhan peneliti 22.

Hal tersebut peneliti lakukan ketika informasi yang didapatkan dari

informan yang sudah peneliti tentukan belum cukup memberikan

informasi yang memuaskan. Berdasarkan uraian yang dijelaskan

sebelumnya, mengenai sampel informasi atau informan tersebut, maka

peneliti menentukan informan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Dinas Sosial Kabupaten Kerinci

2. Camat Kayu Aro

3. Camat Kayu Aro Barat

4. Camat Gunung Tujuh

5. Masyarakat

1.7.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka

peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

22
Ibid, hlm. 218-219.
29

ditetapkan. Dalam menentukan data peneliti akan melakukan wawancara,

observasi, dan dokumen untuk memudahkan menggali informasi dan

mendapatkan data sebagai bukti dalam penelitian.

1. Teknik Observasi

Observasi adalah metode yang melibatkan seluruh indra guna

memperoleh data. Artinya observasi merupakan pengamatan secara

langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman,

pendengaran, perabaan, bahkan jika memungkinkan dengan

pengecapan23. Pengamatan langsung pada lokasi penelitian untuk

melihat dan mengetahui secara pasti serta nyata bagaimana

penerapan program Pembangunan Berkelanjutan oleh Dinas Sosial

Kabupaten Kerinci dalam mengurangi kemiskinan.

2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang digunakan sebagai

pengumpulan data untuk mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam. Percakapan itu dilakukan antara dua pihak atau

lebih, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan

dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu24. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data

ini adalah dengan menggunakan wawancara semiterstruktur dalam

kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih

23
John W. Cresswell, Penelitan Kualitatif Dan Riset Memilih Di Anatara Lima Pendekatan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 231.
24
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017), hlm. 186.
30

bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari

wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara

lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta

pendapat, dan ide-idenya. Dalam rnelakukan wawancara, peneliti

perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang

dikemukakan oleh informan.25

3. Teknik Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi,

peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya,

foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk

misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan

lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif 26.

1.7.7 Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan Analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difaharni,

dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data

25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (bandung: alfabeta, 2013),
hlm. 231.
26
Ibid, hlm. 240.
31

dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang

dapat diceriterakan kepada orang lain. 27 Terdapat komponen dalam

analisis data kualitatif :

1. Reduksi data

Merupakan aktivitas merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang tereduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan dari sekumpulan informasi yang telah disusun. Penyajian

data dapat dilakukan dengan membuat uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya, yang mana

dengan kegiatan tersebut dapat mempermudah untuk memahami apa

yang terjadi dan apa yang harus dilakukan

3. Verifikasi atau penyimpulan Data

Penarikan kesimpulan yaitu dengan melakukan verifikasi secara

terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu sejak

awal penelitian dan selama proses pengumpulan data yang didukung

27
Ibid, hlm. 246.
32

oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

1.7.8 Keabsahan Data

Triangulasi diartikan sebagai teuknik pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data yang telah ada. Peneliti mengumpulkan data yang sekaligus

menguji kredibilitas data yaitu, mengecek kredibilitas data, yaitu

mengecek kredibilitas pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Terdapat empat tipe triangulasi, yaitu 28:

1. Triangulasi Data, yaitu penggunaan beragam sumber data dalam

suatu penelitian.

2. Triangulasi Peneliti, yaitu penggunaan beberapa peneliti yang

berbeda disiplin ilmunya dalam dalam suatu penelitian.

3. Triangulasi Teori, yaitu penggunaan sejumlah perspektif dalam

menafsir satu set data.

4. Triangulasi Teknik Metodologis, yaitu penggunaan sejumlah

perspektif dalam menafsir satu set data.

28
Ibid, hlm. 241.

Anda mungkin juga menyukai