Anda di halaman 1dari 4

Nama : Singgih Abiyuwono

Npm : 183112350750016

Prodi : Hubungan Internasional

Mata Kuliah : SDGs

Kelas : R.02

Dosen : Fadlan Muzzaki

JAWABAN UAS

1. Sustainable Development Goals adalah pembangunan yang bertujuan meningkatkan


kualitas hidup orang di seluruh dunia, baik dari generasi sekarang maupun yang akan
datang, tanpa mengeksploitasi penggunaan sumberdaya alam yang melebihi kapasitas dan
daya dukung bumi. Tujuan tersebut bisa dicapai melalui empat elemen tujuan
pembangunan berkelanjutan: (1) Pertumbuhan dan keadilan ekonomi; (2) Pembangunan
sosial; (3) Konservasi sumberdaya alam (perlindungan lingkungan); (4) Pemerintahan
yang baik (good governance). Keempat elemen tersebut saling mendukung satu dengan
lainnya, menciptakan tujuan pembangunan yang berkaitan dan berkelanjutan. 25
September 2015 bertempat di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), para
pemimpin dunia secara resmi mengesahkan Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals) sebagai kesepakatan pembangunan global. Kurang lebih
193 kepala negara hadir, termasuk Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla turut
mengesahkan Agenda SDGs. SDGs yang berisi 17 Tujuan dan 169 Target merupakan
rencana aksi global untuk 15 tahun ke depan (berlaku sejak 2016 hingga 2030), guna
mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs
berlaku bagi seluruh negara (universal), sehingga seluruh negara tanpa kecuali negara maju
memiliki kewajiban moral untuk mencapai Tujuan dan Target SDGs. Berbeda dari
pendahulunya Millenium Development Goals (MDGs), SDGs dirancang dengan
melibatkan seluruh aktor pembangunan, baik itu Pemerintah, Civil Society Organization
(CSO), sektor swasta, akademisi, dan sebagainya. Kurang lebih 8,5 juta suara warga di
seluruh dunia juga berkontribusi terhadap Tujuan dan Target SDGs. Dengan adanya
pandemi covid 19 yang mulai dirasakan masyarakat global pada akhir tahun 2019, maka
tentunya tidak dapat dihindari lagi akan mempengaruhi berbagai skema pembangunan
global dan nasional. Sumber daya yang ada sekarang ini akan labih banyak diprioritaskan
pada penanganan pandemi covid 19, dan juga mendukung ekonomi masyarakat yang
banyak terdampak. Pandemi Covid 19 tentunya juga akan mempengaruhi target
pencapaian SDGs secara keseluruhan, khususnya SDGs 14, serta kondisi saat ini di
Indonesia masih berjuang untuk menciptakan strategi komunikasi yang efektif tentang
SDGs terutama kepada masyarakat di daerah terpencil, menambahkan bahwa pihak
berwenang berusaha untuk bekerja lebih erat dengan organisasi media sehingga mereka
dapat menyampaikan informasi tentang inisiatif SDG secara cepat, efektif, tepat dan tepat
waktu. tata krama. Pandemi yang sedang berlangsung telah berdampak pada kesehatan
masyarakat, ekonomi, pendidikan, pengentasan kemiskinan, kesetaraan gender,
lingkungan, perubahan iklim dan isu-isu lain yang harus ditangani di bawah agenda SDG,
menghambat upaya Indonesia untuk memenuhi target. Tahun lalu, Indonesia menegaskan
kembali komitmennya untuk menyelaraskan rencana pemulihan sosial dan ekonomi pasca-
COVID-19 dengan SDG sebelum menjadi anggota Dewan Ekonomi dan Sosial
Perserikatan Bangsa-Bangsa (ECOSOC).

2. Dengan adanya pandemi covid 19 yang mulai dirasakan masyarakat global pada akhir
tahun 2019, maka tentunya tidak dapat dihindari lagi akan mempengaruhi berbagai skema
pembangunan global dan nasional. Sumber daya yang ada sekarang ini akan labih banyak
diprioritaskan pada penanganan pandemi covid 19, dan juga mendukung ekonomi
masyarakat yang banyak terdampak. Pandemi Covid 19 tentunya juga akan mempengaruhi
target pencapaian SDGs secara keseluruhan, menurut saya untuk Kenaikan GDP menjadi
faktor penting yang diperhatikan oleh negara karena GDP dianggap menjadi salah satu
indikator pengukuran kesejahteraan suatu negara. GDP yang meningkat, maka
kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan social juga akan meningkat. Negara maju dengan
GDP per individu yang cenderung tinggi akan memiliki tingkat konsumsi yang tinggi,
umur yang lebih panjang, kesehatan yang terjamin, dan keamanan pangan. Tetapi, aktivitas
ekonomi yang diusahakan untuk meningkatkan GDP memiliki dampak baik positif
maupun negative bagi masyarakat sosial dan lingkungan.

3. Menurut saya agar Indonesia dapat mempercepat pencapaian tujuan pembangunan


berkelanjutan di bidang/pilar pembangunan lingkungan dan pilar pembangunan hukum dan
tata kelola adalah untuk dibidang pembangunan lingkungannya Memperbaiki sistem
pertanian dan meningkatkan produktivitas pedesaan. Tujuan ini menyerukan kepada semua
negara untuk meningkatkan praktik pertanian, infrastruktur pedesaan, dan akses ke sumber
daya untuk produksi pangan guna meningkatkan produktivitas pertanian, peternakan, dan
perikanan; meningkatkan pendapatan petani kecil; mengurangi dampak lingkungan;
mempromosikan kemakmuran pedesaan; dan memastikan ketahanan terhadap perubahan
iklim. Petani kecil menghadapi banyak tantangan. Ada masalah penipisan air tawar,
dampak perubahan iklim, dan kebutuhan untuk menciptakan sistem berbasis teknologi dan
informasi baru yang membantu mengangkat keluarga yang paling miskin dari kemiskinan
dan memastikan bahwa sistem pertanian lebih produktif dan tangguh. Pada saat yang sama,
praktik pertanian yang ada menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, penipisan air
tanah, aliran nitrogen dan fosfor yang berlebihan, polusi bahan kimia, dan bahaya lainnya.
Lalu Transformasi tata kelola untuk pembangunan berkelanjutan. Sektor publik, bisnis, dan
pemangku kepentingan lainnya harus berkomitmen pada tata kelola yang baik. Tata kelola
yang baik untuk pembangunan berkelanjutan mencakup transparansi, akuntabilitas, akses
informasi, partisipasi, penghentian tax havens, dan upaya pemberantasan korupsi. Aturan
internasional yang mengatur keuangan internasional, perdagangan, pelaporan perusahaan,
teknologi, dan kekayaan intelektual harus dibuat konsisten dengan pencapaian SDGs.

4. Kaitan SGDs dengan urgensi ilmu Hubungan Internasional adalah Hubungan Internasional
yang awalnya hanya berfokus pada kajian tentang Diplomasi, Keamanan Internasional
yang masih berfokus kepada keamanan tradisional, Hukum Internasional, Konflik –
konflik regional, kepentingan nasional Namun dengan adanya Globalisasi membuat dunia
dengan cepat berubah dan isu dalam kajian Hubungan Internasional telah bergeser fokus
bukan hanya berfokus kepada isu tradisional saja namun pada saat ini merujuk pada isu –
isu baru seperti Keamanan Manusia, Lingkungan Hidup, Masalah Gender, Global
Governance, masalah yang berkaitan dengan kemiskinan, masalah kesehatan yang
berkaitan dengan penyakit – penyakit menular. Sebagai contoh masalah gender yang mana
pada saat ini semua dunia internasional menyerukan gender equality lalu untuk teori yang
relevan dengan contoh adalah Feminisme, Pada dasarnya pemikiran Feminisme ada di
setiap ilmu sosial. Dalam Hubungan Internasional sendiri Feminisme hadir secara meluas
pada akhir 1980an. Berakhirnya Perang Dingin dan adanya reevaluasi dari teori tradisional
Hubungan Internasional sepanjang tahun 1990an memunculkan issu baru mengenai
gender. Konsep gender muncul dikarenakan kaum Feminis yang tertarik terhadap
karakteristik tertentu yang dikaitkan dengan laki-laki atau perempuan, seperti sifat agresif
dan kompetitif yang sering dikaitkan dengan sifat laki-laki, sedangkan sifat emosional dan
patuh yang sering dikaitkan dengan sifat perempuan. Pemikiran Feminisme juga memiliki
konstribusi terhadap Hubungan Internasional. Konstribusi besarnya adalah menjadikan
agenda marjinal sebagai agenda utama dalam Hubungan Internasional. Feminisme
menawarkan studi Hubungan Internasioal dengan berbagai perspektif dengan issu yang
baru dalam ranah feminis bahwa gender tidak hanya tentang perempuan namun juga
tentang cara politik internasional dibentuk, dipelajari, dan diimplementasikan

Anda mungkin juga menyukai