A. Pendahuluan
MDGs adalah tujuan dan tanggung jawab dari semua negara yang berpartisipasi dalam KTT
Milenium, baik pada rakyatnya maupun secara bersama antar pemerintahan. Target yang
tercakup dalam MDG sangat beragam, mulai dari mengurangi kemiskinan dan kelaparan,
menuntaskan tingkat pendidikan dasar, mempromosikan kesamaan gender, mengurangi
kematian anak dan ibu, mengatasi HIV/AIDS dan berbagai penyakit lainnya, serta
memastikan kelestarian lingkungan hidup dan membentuk kemitraan dalam pelaksanaan
pembangunan. Pencapaian tujuan dalam MDGs memiliki target waktu hingga 2015. Agenda
ke depan untuk melanjutkan MDGs, dikembangkan suatu konsepsi dalam konteks
kerangka/agenda pembangunan pasca 2015, yang disebut Sustainable Development Goals
(SDGs).
MDGs ditujukan hanya pada negara-negara berkembang, SDGs memiliki sasaran yang lebih
universal. SDGs dihadirkan untuk menggantikan MDGs dengan tujuan yang lebih memenuhi
tantangan masa depan dunia. Terutama berkaitan dengan perubahan situasi dunia sejak tahun
2000 mengenai isu deflation sumber daya alam, kerusakan lingkungan, perubahan iklim
semakin krusial, perlindungan sosial, food and energy security, dan pembangunan yang lebih
berpihak pada kaum miskin.
B. Pembahasan MDGs
Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi
Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah paradigma pembangunan global,
dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan September 2000. Program MDGs yang
terdiri dari 8 Goals, 18 Target dan 67 Indikator ini menitikberatkan pada upaya pengentasan
kemiskinan, kelaparan, perhatian terhadap masalah kesehatan, pendidikan, ketidaksetaraan
gender dan kelestarian lingkungan.
Dasar hukum dikeluarkannya deklarasi MDGs adalah Resolusi Majelis Umum Perserikatan
Bangsa Bangsa Nomor 55/2 Tangga 18 September 2000, (A/Ris/55/2 United Nations
Millennium Development Goals). Semua negara yang hadir dalam pertemuan tersebut
berkomitmen untuk mengintegrasikan MDGs sebagai bagian dari program pembangunan
nasional dalam upaya menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu yang sangat mendasar
tentang pemenuhan hak asasi dan kebebasan.
Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut
dan menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara masing-
masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah tujuan pembangunan dalam
Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan
pengentasan kemiskinan. Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari
pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita
akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya,
mengentaskan kesenjangan gender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian
anak balita hingga 2/3, dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki
akses air bersih pada tahun 2015
Konsep SDGs ini diperlukan sebagai kerangka pembangunan baru yang mengakomodasi
semua perubahan yang terjadi pasca 2015, Millennium Development Goals (MDGs). Konsep
SDGs melanjutkan konsep pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) di mana
konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015. Jadi, kerangka pembangunan yang berkaitan
dengan perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep MGDs sekarang diganti
SDGs.
D. Tujuan MDGs
Delapan tujuan MDGs yang harus di laksanakan oleh setiap negara yang mendeklarasikannya
yaitu :
Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut dalam mendeglarasikan tujuan MDGs memiliki
kewajiban untuk melaksanakan upaya untuk mencapai target MDGs dan memonitor
perkembangan kemajuan pencapaian.
Delapan Tujuan MDGs telah di jabarkan dalam target-target yang dapat diukur dan
progresnya dapat dipantau dan dilaporkan dengan menggunakan indikator- indikator yang
dapat diverifikasi dan diperbandingkan secara internasional. Kepada setiap negara diberikan
fleksibilitas untuk menyesuaikan dan melakukan lokalisasi terhadap indicator- indikator
tersebut
Dalam sidang umum PBB yang ke-60 pada tanggal 14-16 September 2005, dilakukan
evaluasi 5 tahun pelaksanaan MDGs. Dalam evaluasi tersebut dikatakan bahwa 50 negara
gagal mencapai paling sedikit satu target MDGs. Sedangkan 65 negara lainnya beresiko
untuk sama sekali gagal mencapai paling tidak satu MDGs hingga 2040.
MDG 1, (i) Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional ;
(ii)Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum.
MDG 4, (iii) Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup ; (iv) Angka
Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup.
MDG 6, (vi) Prevalensi HIV dan AIDS (persen) dari total populasi ; (vii) Proporsi
jumlah penduduk usia 15- 24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang
HIV dan AIDS.
MDG 7, (ix) Jumlah emisi karbon dioksida (CO2 ) ; (x) Proporsi rumah tangga
dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak di perdesaan ; (xi) Proporsi
rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak di perdesaan ; (xi)
Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.
MDG 8, (xii) Rasio Ekspor dan Impor terhadap PDB ; (xiii) Proporsi rumah tangga
yang memiliki komputer pribadi; dan (xiv) Proporsi rumah tangga dengan akses
internet.
2. Keuntungan ganda dengan tersedianya air, bahwa dengan penyediaan air bersih
dan akses yang mudah tidak hanya berpengaruh pada pengurangan penyakit dan
kematian, tetapi juga anak-anak yang masih muda tidak perlu menghabiskan
waktu berjam-jam berjalan setiap pagi hanya untuk mengantarkan air ke rumah
mereka.
3. Faktor perubahan iklim yang dapat meruntuhkan atau bahkan membalikkan tujuan
dari MDGs. Perubahan iklim dan kemiskinan perlu untuk dikerjakan secara
simultan karena kedua faktor ini sangat berhubungan. Jika kita ingin mengurangi
kemiskinan global hingga setengahnya pada tahun 2015 maka negara-negara
berkembang perlu dibantu untuk memastikan mereka dapat menerapkan cara
pembangunan yang ramah lingkungan (green development) dan agar negara-
negara itu dapat beradaptasi dengan dampak-dampak perubahan iklim.
4. Apabila sebuah sekolah tidak memiliki fasilitas kebersihan tersendiri, maka anak-
anak perempuan memilih untuk tinggal di rumah. Jika sebuah sekolah memiliki
fasilitas kebersihan dan anak-anak perempuan berminat untuk bersekolah, maka
mereka tidak hanya akan menerima pendidikan tetapi juga akan membawa
pengetahuannya ke rumah dengan memberitahu ibu mereka bahwa jika mereka
mencuci tangan dan memasak air, mereka tidak akan sakit.
5. Air untuk sanitasi (kebersihan dan kesehatan) perlu diperhatikan karena bukan air
saja yang diperlukan, tetapi juga sanitasi itu sendiri. Hampir semua negara di
dunia mengalami hal ini, kecuali di sub-Sahara Afrika. Ketika 87% dari
penduduk dunia kini menggunakan sumber air minum yang lebih baik (77% pada
tahun 1990) masih terdapat 884 juta orang yang belum memperolehnya.
Sementara lebih dari 2,6 miliar orang tetap belum mendapat sanitasi yang layak
di mana 1,8 miliar di antara mereka berada di Asia.
6. Efek sebaran pengaruh dengan adanya peningkatan akses air dan sanitasi mampu
menopang keberhasilan di berbagai MDGs lainnya, khususnya peningkatan
kesehatan dan akses pendidikan.
Isbandi, Adi Rukmianto. 2005. Ilmu Kesejateraan Sosial dan Pekejaan Sosial.Jakarta. FISIP
UI Press
The International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank. MDGs & the
Environment: Selected Findings from the World Bank-IMF, Global Monitoring Report 2008.
Washington DC.