Dosen Pengampu :
Oleh :
UNIVERSITAS NASIONAL
HUBUNGAN INTERNASIONAL
1
KATA PENGANTAR
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas Politik Internasional ini tanpa adanya halangan yang berarti
dan tepat waktu.
Adapun karya tulis ini dapat saya selesaikan dengan baik karena adanya
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan banyak
terima kasih kepada Bapak Hendra Maujana Saragih selaku Bapak Pengampu
mata kuliah Politik Internasional dan kepada semua pihak yang telah membantu
saya dalam pembuatan karya tulis ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, Karena keterbatasan pengetahuan saya
yakin masih banyak kekurangan dalam karya tulis ini, Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
karya tulis ini.
Semoga dari karya tulis saya mengenai Peta Politik Global Pasca 911 ini
dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan yang lebih luas lagi.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................2
Daftar Isi..................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar
Belakang...................................................................................................4
1.2. Rumusan
Masalah..............................................................................................5
1.3. Tujuan
Makalah.................................................................................................5
BAB II Pembahasan
3.1.Kesimpulan......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
3
BAB I
Pendahuluan
Dugaan langsung jatuh kepada al-Qaeda, dan pada 2004, pemimpin kelompok
Osama bin Laden, yang awalnya menolak terlibat, mengklaim bertanggung
jawab atas serangan ini. Al-Qaeda dan bin Laden juga mengatakan dukungan
AS terhadap Israel, keberadaan tentara AS di Arab Saudi, dan sanksi terhadap
Irak sebagai motif serangan ini. Amerika Serikat merespon serangan ini
dengan meluncurkan Perang Melawan Teror dengan menyerang Afghanistan
untuk menggulingkan Taliban yang melindungi anggota-anggota al-Qaeda.
Banyak negara yang memperkuat undang-undang anti-terorisme mereka dan
memperluas kekuatan penegak hukumnya. Pada Mei 2011, setelah diburu
bertahun-tahun, Presiden Barack Obama mengumumkan bahwa bin Laden
ditemukan dan ditembak mati oleh marinir AS, walaupun belum ada bukti
yang dipublikasikan yang menyatakan kematian tersebut dengan gamblang.
Kehancuran ini mengakibatkan dampak serius terhadap ekonomi Lower
Manhattan Pembersihan lahan World Trade Center selesai dilaksanakan pada
Mei 2002. National September 11 Memorial & Museum dijadwalkan dibuka
pada 11 September 2011. Di dekat tugu peringatan ini terdapat One World
Trade Center setinggi 1776 kaki (541 m) yang diperkirakan selesai tahun 2013
Pentagon diperbaiki dalam kurun satu tahun, dan Pentagon Memorial dibuka
4
di sebelah gedung ini pada tahun 2008. Pembebasan tanah untuk Flight 93
National Memorial dilakukan pada November 2009, dan tugu peringatan ini
dibuka secara resmi pada 10 September 20111
1.3 Tujuan
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_11_September_2001
5
BAB II
Pembahasan
6
Homeland Security Strategy juga mengantisipasi masalah-masalah yang
terjadi di dunia internasional, seperti wabah penyakit (pandemic diseases),
senjata nuklir atau senjata pemusnah massal (the proliferation of weapons of
mass destruction), terorisme (terrorism), dan bencana alam (natural disaster)
(National Strategy For Homeland Security 2007). Kebijakan War On
Terrorism yang dikeluarkan AS tersebut tertuang dalam National Security
Strategy (NSS) yang dikeluarkan pada September 2002. Setiap negara pasti
akan berusaha melindungi setiap warganya dan berusaha memenuhi
kepentingan nasionalnya, tidak terkecuali AS. Dalam hal ini, melindungi
keamanan nasional negara merupakan hal yang sangat penting untuk
kelangsungan suatu negara. AS sendiri menempatkan pertahanan dan
keamanan negara sebagai prioritas utama dalam kepentingan nasionalnya. Hal
ini dilakukan untuk mencegah serangan, invasi, penaklukan, pengrusakan
wilayah AS dan ancaman terhadap warga negaranya (Art, 2003 : 48). Oleh
karena itu, pasca serangan 9/11 yang menyerang wilayah AS, presiden AS
George W Bush membuat sebuah strategi keamanan nasional untuk
memenuhi kepentingan nasionalnya, yang dikenal dengan The National
Security Strategy Of The United States Of America. Dengan dikeluarkannya
strategi tersbut, selain untuk mempertahankan negara dan wilayahnya, AS
juga menggunakan untuk melakukan perlawanan terhadap ancaman dari luar.
Kemudian AS mulai merancang langkah-langkah strategis untuk melakukan
pembalasan terhadap mereka yang dianggap AS harus bertanggungjawab, dan
negara yang ditengarai menjadi pendukung aksi teror tersebut. Melalui sektor
finansial, pemerintah AS memblokir serta membekukan asset para teroris
serta orang atau lembaga yang diperkirakan berkaitan dengan kelompok-
kelompok teroris. Pada sisi lain, AS pun terus menggalang koalisi global
dengan mengajak negara-negara dunia bersama-sama untuk memerangi aksi-
aksi terorisme internasional4.
Karena sejalan dengan pidatonya George Bush di West Point, New York
pasca serangan 9/11, mengenai perang terhadap teroris dan menuntut semua
negara di dunia untuk mengutuk terorisme serta mengancam negara-negara
yang tidak bersedia mengikuti ajakannya, yaitu :
4
(NSS 2002 : 6).
5
(Yuliantoro, dalam : rachmat.staff.ugm.ac.id/artikel/119.pdf.diakses Oktober 2009).
7
Sebagai negara Super Power, setiap kebijakan yang diambil pemerintahan
Amerika Serikat akan berdampak langsung secara global, termasuk negara-
negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti negara-negara
di kawasan Timur Tengah dan juga beberapa negara di kawasan Asia
Tenggara seperti Malaysia, Filipina dan Indonesia. Bahkan sejak tragedi 9/11,
perhatian AS terhadap kawasan ASEAN yang selama ini kecil menjadi
berubah secara drastis. Kawasan yang tadinya dianggap aman bagi
kepentingan AS, mulai diwaspadai akan munculnya jaringan terorisme
internasional yang dapat mengancam kepentingannya di kawasan Asia
Tenggara.
Ledakan tersebut terjadi pada beberapa lantai di bawah titik di mana sebuah
pesawat Boeing menabrak masuk ke gedung tersebut oleh pembajak.
Kekuatan ledakan yang terjadi di lantai bawah itu telah menyebabkan salah
satu korban terlempar keluar dari jendela. Para teroris Al Qaeda menabrakkan
pesawat Boeing 767-200 milik United Airlines ke dalam gedung pencakar
langit, Menara Selatan, 18 menit setelah sebuah pesawat lain menubruk
masuk ke Menara Utara (North Tower), pada 11 September, 16 tahun lalu.
Kedua menara runtuh dalam waktu dua jam. Serangan lain terjadi di
Pentagon dan pesawat keempat jatuh di ladang di Pennsylvania.
6
https://internasional.kompas.com/read/2017/09/12/09575401/16-tahun-serangan-911-wtc-
runtuh-bukan-karena-tabrakan-pesawat?page=all
8
Asap muncul dari gedung di lantai di bawah titik serangan pesawat di Menara Selatan (South
Tower) WTC di New York. Satu korban terlempar keluar jendela. Teori konspirasi mengatakan,
itu efek ledakan bom. (Efectomariposa93/Youtube)
9
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Keunikan dari politik dunia adalah bersifat dinamis, dimana tidak ada yang
pasti dalam politik internasional, kawan dapat menjadi lawan dan lawan dapat
menjadi kawan disesuaikan situasi dan kondisi yang terjadi. Ketidakpastian
inilah yang membawa perubahan pola interaksi dunia.
Pembahasan pada tiga hal tersebut dikarenakan aspek utama yang mendasari
AS dalam membina hubungan dan menerapkan politik luar negerinya di Asia
adalah dengan mengacu pada bidang-bidang tersebut. Ekonomi, dalam matriks
diatas terbagi atas 2 isu utama yaitu dalam hal persaingan kompetisi dengan
negara-negara di Asia dalam memperebutkan pasar bagi produk-produk yang
dihasilkan dan dalam persaingan mendapatkan pasokan minyak dan gas bumi.
7
Lihat Robert J. Art (2003). A Grand Strategy for America. Ithaca: Cornell University Press. Hal 45-
47
10
Kompetisi mendapatkan pasar dalam matriks diatas dimasukan kedalam
tingkat Extremely Important dikarenakan: pertama, saat ini perdagangan
merupakan cara utama dalam meningkatkan perekonomian suatu negara.
kedua, negara-negara di asia dapat menyediakan barang yang murah dengan
kualitas yang bagus, hal ini menjadi ancaman bagi barang-barang produksi AS
sehingga persaingan memperebutkan pasar menjadi sangat penting. Ketiga,
defisit perdagangan AS terhadap negara-negara di Asia mengalami
peningkatan, hal ini tentu saja membahayakan perekonomian AS 8. Alasan-
alasan diatas menggambarkan bahwa isu memperebutkan pasar menjadi isu
yang Extremely Important karena apabila hal ini dipandang sebelah mata bagi
AS maka imbasnya akan menggerogoti perekonomian negara tersebut sedikit
demi sedikit hingga dapat terjadi kerapuhan ekonomi yang mengancam
survival AS itu sendiri.
Dalam sektor politik, negara-negara Asia banyak yang belum menerapkan dan
melaksanakan prinsip demokrasi dan hak asasi manusia (China, Myanmar,
Korea Utara dll) hal ini menjadi permasalahan bagi AS karena negara yang
tidak demokrasi tersebut dapat melakukan tindakan langsung sesuai perintah
dari pemimpinnya tanpa persetujuan dari rakyat. Contoh: apabila China
menyerang Taiwan maka Amerika akan terlibat sebab AS telah memiliki
perjanjian keamanan dengan Taiwan.
8
ihat McGrew, Anthony, Brook, Christopher (eds.) (1997). Asia Pacific in the New world Order.
London: Routledge. Hal. 163-166
9
Konsumsi minyak AS dan dunia dapat dilihat Energy Information Administration (EIA). 2004.
World Production of Crude Oil, NGPL, Other Liquids, and Refinery Processing Gain 1980-2002.
Washington, D.C.: U.S. Department of Energy.
11
Oleh karena itu saat ini AS begitu gencarnya menyerukan penerapan
demokrasi di Asia. Hal ini ditujukan agar terdapat kontrol dari masyarakat
terhadap tindakan negara sehingga diharapkan stabilitas kawasan akan
menjadi jauh lebih stabil. Isu ini dimasukan ke dalam tingkat Extremely
Important dikarenakan negara tidak demokratis berpotensi menyebabkan
stabilitas kawasan menjadi tidak kondusif dan stabil bahkan mengancam
United State’s Homeland. Contohnya Korea Utara yang berencana
melaksanakan ujicoba nuklirnya, negara tersebut bergantung pada keputusan
pemimpinnya, hal ini dapat menyebabkan memanasnya hubungan negara-
negara di kawasan.
Jika kita melihat kedalam sektor keamanan atau militer, maka terdapat tiga isu
utama yang kerap menjadi perhatian AS, yaitu: War on terrorism,Weapon of
Mass Destruction (WMD), dan modernisasi peralatan militer China.
War on terrorism dan WMD dalam matriks diatas dikategorikan sebagai isu
vital hal ini dikarenakan pertama, setelah peristiwa 9/11 Amerika menyadari
bahwa terdapat gerakan-gerakan yang bertujuan untuk mengganggu
hegemoninya dan mengancam “homeland”nya10
Setelah itu Amerika begitu gencarnya meburu para terorris yang mereka
anggap terlibat dalam peristiwa tersebut dan kelompok-kelompok atau
gerakan yang mempunyai indikasi kearah penyebaran teror. Kedua, Asia
dianggap sebagai kawasan yang mudah dimasuki oleh jaringan terrorisme dan
sebagai basis perluasan jaringan terorisme dunia karena Kontrol negara
terhadap keluar masuknya penduduk lintas negara serta penegakan hukum
yang rendah. Ketiga, WMD dianggap memberi efek psikologis negatif yang
kuat, perasaan tidak aman dan dibawah bayang-bayang teror. Keempat ,
banyak negara di Asia yang memiliki teknologi nuklir namun tidak diikuti
dengan penerapan sistem demokrasi, sehingga setiap saat dapat menjadi
ancaman bagi “US Homeland” Contoh: Korea Utara yang dikabarkan
memiliki roket pembawa nuklir berdaya jelajah hingga ke seluruh bagian
Amerika Serikat. Hal ini selain menjadi ancaman bagi stabilitas kawasan juga
menjadi ancaman langsung bagi negara superpower tersebut. Berbagai alasan
diatas menjadi dasar pemikiran penempatan isu tersebut kedalam isu vital
karena berdampak langsung terhadap keberadaan Amerika Serikat sebagai
negara yang bebas dan aman.
12
merupakan negara yang memiliki jumlah pasukan militer terbesar di dunia.
Kedua, ketidaktransparanan China dalam melaporkan jumlah anggaran belanja
militernya sehingga ditakutkan akan merusak stabilitas kawasan karena
kecemasan dari negara-negara sekitarnya (Jepang dan Taiwan memiliki
masalah sejarah yang panjang dengan China) 11. Ketiga, China juga merupakan
anggota tetap dewan keamanan(DK) PBB, yang juga memiliki hak veto, dan
apabila kekuatan militernya meningkat dikhawtirkan dapat menggangu
dominasi AS di DK PBB. Keempat, ketakutan AS bahwa China menggunakan
kekuatan militernya tersebut untuk menyerang Taiwan yang mereka anggap
sebagai bagian China yang membangkang. Sedangkan AS sendiri memiliki
perjanjian keamanan dengan Taiwan sehingga bila terjadi perang, Amerika
akan ikut terlibat.
Akan tetapi AS juga tentu menyadari bahwa di China sendiri terjadi banyak
masalah dibalik segala kemajuannya itu, ketimpangan antara bagian barat dan
timur negeri ini dapat memunculkan konflik internal. Ketergantungan China
terhadap AS juga masih tinggi sehingga sulit rasanya apabila China
menyalahgunakan modernisasi peralatan militernya. Selain itu juga teknologi
militer China juga masih jauh dibawah AS, dan China juga mengakui bahwa
modernisasi yang dilakukan hanya untuk memperbaharui persenjataan yang
sudah lama. Bila dibandingkan dengan AS maka pengeluaran belanja militer
kedua negara ini masih sangat jauh. Oleh karena itu isu modernisasi
perlangkapan militer China dimasukan pada tingkat isu importence.
DAFTAR PUSTAKA
11
Lihat juga Connors, Michael K, Davison, Remy, Dosch, Jorn (eds.) (2004). The New Global
Politics of the Asia Pacific. London: Routledge. Hal. 57-63
13
Website :
http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/6041604.stm
https://www.csis.or.id/
https://andriaditya.wordpress.com/2007/06/21/7/#_ftn4
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/455/jbptunikompp-gdl-fuqohanim4-22706-5-
h-babi.pdf
Jurnal :
Lihat Baylis, John & Smith, Steve. 2001. The Globalization of World Politics.
2nd Ed. Oxford hal.393
Lihat P. Hastedt, Glenn. 2003. American Foreign Policy: Past, Present, Future, 5th
ed. New Jersey: Prentice Hall. Hal. 27
Konsep homeland dapat dilihat lebih jauh di: Robert J. Art (2003). A Grand
Strategy for America. Ithaca: Cornell University Press. Hal 47-55.
14