Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya dalam mewujudkan perdamaian dunia telah sering kali dilakukan

oleh berbagai pihak. Namun dari semua upaya yang telah dilakukan, perang

atau sengketa bersenjata masih tetap saja menjadi salah satu ciri dalam

kebudayaan dari peradaban manusia. Penggunaan senjata menjadi salah satu

alternatif dalam menyelesaikan konflik atau perbedaan pendapat yang timbul

dari kehidupan bersosialisasi antar negara.

Peperangan dan konflik bersenjata dari masa ke masa sudah merupakan

suatu hal yang biasa bagi peradaban umat manusia, karena selama masih

adanya perbedaan-perbedaan diantara manusia maka perang dan konflik

bersenjata tersebut akan tetap ada.Hal ini dapat kita telusuri dari sejarah yang

telah terjadi sejak zaman yunani kuno.

Jadi perang adalah salah satu bentuk peristiwa yang akan selalu

mewarnai kehidupan manusia dalam sejarah kehidupan dan peradaban manusia

dan perang merupakan sesuatu hal yang sulit dihindari dan dihilangkan.

Sengketa bersenjata atau perang adalah suatu kegiatan yang mempunyai

dampak yang sangat luas. Karena tidak hanya berdampak pada bagi negara

yang melakukannya tapi juga negara lain yang juga mempunyai perhatian

khusus terhadap dampak yang ditimbulkan oleh peperangan. Tidak ada hal

positif atau keuntungan yang didapatkan dari peperangan melainkan hanya

1
kerugian besar dan penderitaan yang sangat besar bagi umat manusia seperti

pembunuhan yang membabi buta, penghancuran sarana dan prasarana publik

maupun milik pribadi, perampasan harta benda dan sebagainya.

Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi manusia berusaha

untuk menciptkan dan mengembangkan alat-alat pembunuh. Bermula dari yang

berupa kayu dan batu sampai dengan menggunakan senjata api. Manusia pun

juga berusaha menciptakan senjata-senjata yang mampu membunuh secara

massal contoh pembuatan trebuchet atau yang lebih dikenal dengan altileri

kuno abad pertengahan yang digunakan untuk menghantam kota-kota Negara

yang berperang bahkan negara Turki pada masa perang salib mampu membuat

senjata penyembur api. Di lain pihak penggunaan senjata-senjata tersebut juga

digunakan untuk menjatuhkan moral tentara musuh. Hal tersebut terus

berkembang sampai saat ini, dimana perlombaan senjata digunakan untuk

menjatuhkan moral musuh.1

Hal ini dapat kita lihat dalam invasi Sekutu ke Irak tahun 2003 dengan

kode Operasi Pembebasan Irak (Operation Iraqi Freedom) merupakan

serangan sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) untuk mencari dan

menghancurkan Irak yang dituduh mempunyai senjata pemusnah massal.

Invansi ini secara resmi dimulai tanggal 19 maret 2003. Tujuan resmi yang

ditetapkan amerika serikat dalam penyerangan ini adalah untuk melucuti

1 F.Sugeng Istanto, Penerapan Hukum Humaniter Internasional pada orang sipil dan

perlindungannya dalam pertikaian bersenjata. Makalah Seminar Nasional tentang Palang Merah
Internasional dalam Pertikaian Bersenjata Non-internasional, Ujung Pandang, 1979, hal 11.

2
senjata pemusnah massal Irak, mengakhiri dukungan Saddam Hussein kepada

terorisme, dan memerdekan rakyat Irak dari kekuasaan otoriter Saddam.2

Pengertian invansi itu sendiri adalah aksi militer di mana angkatan

bersenjata suatu negara memasuki daerah yang dikuasai oleh suatu negara lain,

dengan tujuan menguasai daerah tersebut atau mengubah pemerintahan yang

berkuasa. Invasi bisa menjadi penyebab perang, bisa digunakan sebagai strategi

untuk menyelesaikan perang, atau bisa menjadi inti dari perang itu sendiri.3

Amerika Serikat memimpin invasi Irak dengan didukung oleh berbagai

negara, antara lain Inggris. Amerika Serikat menyediakan mayoritas pasukan

untuk invasi ini, dengan dukungan dari pasukan koalisi yang terdiri dari lebih

dari 20 negara dan suku Kurdi di utara Irak.4 Invasi Irak 2003 inilah yang

menjadi pembuka Perang Irak. Koalisi adalah persekutuan, gabungan atau

aliansi beberapa unsur, dimana dalam kerjasamanya, masing-masing memiliki

kepentingan sendiri-sendiri. Aliansi seperti ini mungkin bersifat sementara atau

berasas manfaat.5

Pasukan AS dalam melaksanakan serangan ke Irak dibantu oleh pasukan

tempur dari Inggris dan Australia dengan melibatkan satuan darat, laut dan

udara, serta satuan administrasi dari Spanyol dan Polandia, dengan satuan-

satuan tempur utama. Ketika Irak sudah jatuh ketangan Koalisi, masih terus

2
http://sejarah-kotaku.blogspot.co.id/2015/06/perang-teluk-iii-amerika-serikat-vs.ht ml,
diakses pada tanggal 26 juli 2017, Pukul 17:56 Wib.
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Invasi, diakses pada tanggal 4 april 2017, Pukul 19:08 Wib.
4
https://id.wikipedia.org/wiki/Koalisi , diakses pada tangga 4 september 2017, Pukul 22:17
Wib.
5
Ibid.

3
terjadi peperangan yang digelorakan pemberontak melawan tentara koalisi

Amerika Serikat hingga 2011.

Invansi ke Irak oleh Amerika Serikat dan koalisinya ini karena tuduhan

yang sifatnya tidak benar. Sebab, setelah perang selesai, tidak terbukti adanya

tuduhan tersebut dan justru pihak Amerika Serikat dan koalisinyalah yang

menginginkan politik minyak disana. Dengan menuduh Saddam Husein

memiliki senjata pemusnah massal yang apabila tidak dicegah dapat

mengancam kehidupan seluruh umat dibumi ini, Amerika Serikat melancarkan

serangan besar-besaran ke Irak. Selain tuduhan tersebut, Amerika Serikat juga

menuduh Irak telah melanggar resosuli PBB, kebijakan yang menindas rakyak

irak, dan percobaan pembunuhan terhadap george H.W.Bush.

Seperti sejarah tahun 2003 silam sekutu ikut campur tangan urusan

politik irak, yaitu atas kediktatoran Saddam Husein. Pada peristiwa-peristiwa

tersebut, juga tidak sedikit korban jiwa yang berjatuhan dari warga sipil.

Bahkan, sejumlah jurnalis internasional tewas dan hilang. Dengan kata lain,

invansi Amerika Serikat dan koalisinya ini bertujuan ingin menumbangakan

kekuasaan Saddam Husein dan menyeretnya ke mahkamah internasional.

Akhirnya melalui pertempuran yang sengit, rezim Saddam berhasil

digulingkan. Warga Irak pun menyambut tumbangnya kekuasaan otoriter

Sadaam dengan suka cita. Akan tetapi, usai tumbanganya sang diktaktor di

Irak, ternyata masih juga banyak terjadi perang saudara antar kelompok yang

saling berebut kekuatan dan kekuasaan untuk memegang pemerintahan.

Dimana-mana terjadi teror dan bom bunuh diri. Ini semua terjadi karena ulah

4
dan skenario sekutu untuk menguasai Irak dan menjadikannya sebagai boneka

Amerika Serikat.6

Sekutu akhirnya ingin menguasai minyak dan uranium nuklir yang

dimuliki bangsa Irak. Sungguh sebuah serangan yang sebenarnya bertujuan

ingin memiliki perminyakan, namun dengan dalih membebaskan rakyat Irak

dari pemimpin diktaktor.

Dalam hal ini dengan pendapat Karl Van Clausewitz yang menyebutkan

“bahwa perang bukanlah semata-mata merupakan suatu tindakan politik

melainkan merupakan suatu instrumen politik untuk pencapaian tujuan-tujuan

tertentu”.7 Seperti halnya akan kepentingan politik bahwa maksud tertentu dan

agenda tertentu dapat kita lihat pada invansi Amerika Serikat pada tanggal 20

Maret 2003 dimana terdapat agenda-agenda tersembunyi di dalam perang

tersebut. Dimana dengan tanpa mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Amerika menginvansi Irak yang merupakan Pelanggaran piagam Nuremberg

dengan dalih pengembangan senjata pemusnah massal (Weapon of Mass

Destruction (WMD) ) yang tidak dapat dibuktikan oleh AS. Ironis dengan apa

yang dilakukan AS terhadap sekutu dekatnya di daerah Timur Tengah yaitu

Israel yang terbukti memiliki ratusan bahkan ribuan senjata-senjata yang

berbahaya bagi kemanusiaan dan lingkungan.8

Seperti yang kita ketahui warisan dari perang dingin ialah munculnya

senjata baru yang lebih mematikan dan sangat berbahaya bagi kelansungan

6
https://myrepro.wordpress.com/2016/06/11/perang-iraq-invasi-usa-ke-iraq/, diakses pada
tanggal 4 september 2017, Pukul 19:20 Wib.
7
Starke, J.G, Hukum Internasional 2, Sinar Grafika, Jakarta, 1977, hal 35.
8
https://fersyhana.wordpress.com/2011/12/22/invasi-amerika-serikat-ke-irak-tahun-2003/ ,
diakses pada tanggal 4 September 2017, Pukul 19:32 Wib.

5
hidup manusia dimana pembuatan akan senjata-senjata tersebut dibuat tanpa

adanya pengawasan yang tegas oleh PBB seperti halnya bom-bom gas,

bakteorologi dan nuklir serta senjat-senjata konvensional lainnya yang

menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan. Walau pun telah ada

peraturan-peraturan tentang tentang penggunaan senjata tersebut seperti yang

tercantum dalam konvensi-konvensi dan traktat-traktat yang telah ada.

Agresi AS ke Irak memang serta merta melanggar kaedah-kaedah dan

peraturan-peraturan hukum internasional dan mencoreng kredibilitas PBB

karena perang tersebut bukanlah merupakan untuk membela diri hal ini

bertentangan dengan prinsip keputusan pengadilan Nuremberg dan Tokyo di

mana bahwa tindakan-tindakan perencanaan persiapan prakarsa dan

penyuhutan perang ataupun agresi yang melanggar traktat-traktat internasional

dan penyulutan suatu kejahatan internasional dan melibatkan individu-individu

yang menggerakkan peperangan itu sesuai yang tercantum di dalam Briand

kellog Pact atau paris Pact tahun 1928. Dan yang lebih parahnya lagi AS dalam

invasinya ke Irak menggelar seluruh armada perangnya baik dari darat, laut dan

udara untuk menjadikan Irak tempat uji coba senjata-senjata canggihnya. Tak

tanggung-tanggung total biaya milyaran dollar di curahkan untuk menggelar

“Operation Iraqi Freedom” yang nota bane hanyalah sebagai sarana ladang

pembantaian AS setelah Vietnam.9

9
Santoni, Roni, Perang irak gelar senjata pemusanah massal AS, Angkasa no.7, April
2003 th XIII, hal 18. Dalam Jurnal Hukum, Nofan Herawan, Penggunaan Bom Cluster Dan
Kaitannya. Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, Fakultas Hukum Sumatra
Utara, 2008, hal 14.

6
Dalam operasi militer ini Amarika mengerahkan seluruh alat-alat perang

mereka termasuk senjata pemusnah masal konvensional seperti bom pintar

JDAM (joint direct attack munition), BLU-828 Daisy Cutter, BGM 109

Tomahawk, MOAB (massive ordinance air blast), dan BLU-97/B Cluster

Bomb.10 Semua arsenal tadi merupakan ancaman yang sangat serius apabila

terjadi salah sasaran dan menegnai rakyat sipil yang tak berdosa dan hal yang

di takutkan tersebut terjadi sampai saat detik ini di negeri 1001 malam tersebut.

Seperti yang kita ketehui dalam Protokol Tambahan dalam Konvensi

Jenewa 1949 yaitu :

1. Protokol I tentang kepingan logam yang tidak dapat terdeteksi (non-

detectable fragments).

2. Protokol II tentang larangan dan pembatasan penggunaan ranjau darat,

booby trap dan alat-alat lain (prohibition or restriction on use of mines

bobby trap and other device).

3. Protokol III tentang larangan dan pembatasan penggunaan senjata-senjata

pembakar (prohibition or restriction on the use of incendiary weapons).

Protokol ini menyatakan secara tegas menentang penggunaan senjata-

senjata yang termasuk di dalam kategori protokol tersebut dan pada point III

juga menambahkan bahwa penggunaan senjata dan metode peperangna atau

armed conflict yang menyebabkan kerusakan hebat dan yang tidak selayaknya

dan menambahkan suatu larangan tersebut penggunaan metode-metode atau

10
Aviantara, Dodi, , Sang Penebar Maut, Angkasa no.7, April 2003 th XIII, hal 20-21.
Dalam Jurnal Hukum, Nofan Herawan, Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya. Dengan
Pelanggaran Hukum Humanite Di Timur Tengah, Fakultas Hukum Sumatra Utara, 2008, hal 14.

7
cara-cara yang dimaksudkan atau diharapkan akan menimbulkan kerusakan

luas berjangka waktu lama dan dahsyat terhadap lingkungan alam (Pasal 35).

Diantara jenis bom yang digunakan oleh AS yang paling berbahaya

BLU-97/B cluster minition karena merupakn salah satu bom yang paling

berbahaya bagi kemanusiaan. Mengapa bom tersebut dikategorikan sebagai

ancaman bagi kemanusiaan karena bom tersebut bersifat multi fungsi dan

bentuknya yang tersamar-samar sehingga sulit dibedakan.11

Bom cluster ini apabila di jatuhkan pada keetinggian tertentu antara 300

sampai dengan 3000 kaki maka ia akan pecah menjadi beberapa bagian-bagian

bom yang ukurannya sangat kecil namum mematikan. Secara teorinya bom

tersebut akan meledak apabila mencapai tanah namun, dalam kenyataannya

hanya lima persen saja yang meledak apabila menyentuh tanah dan bom-bom

kecil yang tidak meledak tadi akan beralih fungsi menjadi ranjau. Hal tersebut

merupakan menjadi ancaman yang sangat serius bagi rakyat sipil. Ini terbukti

dengan laporan bahwa kematian sipil dalam perang Irak tahun 2003 salah

satunya berasal dari bom ini. Apalagi AS dan sekutunya menggunakan bom ini

untuk menghantam sasaran militer yang terletak di kota seperti Baghdad yang

padat penduduk.

Komisi pengawas hak asasi internasional atau Human Rights Watch

(HRW) telah memperingatkan adanya penggunaan bom curah yang digunakan

oleh militer agresor Amerika selama invasinya di Irak tahun 2003 dan perang

Teluk tahun 1991. Lembaga ini mengatakan bahwa terdapat lebih dari 61.000

11
http://en.wikipedia.org/wiki/cluster bomb, diakses pada tanggal 28 juli 2017, pukul 16:37
wib.

8
bom curah/cluster bombs yang dapat membunuh ribuan orang yang telah

digunakan di Irak dalam dua masa perang tersebut. Rakyat sipil bahkan anak-

anak adalah korban dari persenjataan curah/cluster, dimana hari ini terus

membunuh dan mengambil hidup orang-orang yang tak berdosa di sepanjang

konflik Timur Timur tengah yang belum berakhir," ujar Sarah Leah Whitson12

dari HWR untuk daerah Timur Tengah.

Lebih lanjut menurut HRW, dalam perang teluk yang melibatkan Inggris,

Prancis dan Amerika, telah dijatuhkan 61.000 bom curah yang mengandung 20

juta sub bom di Irak dan Kuwait. Dan hampir 13.000 bom curah yang

mengandung sekitar 1,8- 2 juta sub bom yang dijatuhkan di tanah Irak pada

invasi militer AS tahun 2003.13 Atas dasar inilah perlu adanya diadakan suatu

regulasi baru yang mengikat untuk melindungi rakyat sipil dari ancaman

penggunaan senjata berbahaya seperti bom ini, dengan dibentuknya lembaga

Arms control. Arms control merujuk pada suatu tindakan pengaturan yang

diakui hanya dalam hal arahan khusus mengenai penyebaran, penghapusan,

pengurangan atau pembatasan dan larangan pembuatan beberapa jenis senjata

tertentu berkaitan dengan hal tersebut. Tujuan dari arms control ini adalah

untuk memulihkan keseimbangan atau untuk mengurangi resiko-resiko

jatuhnya korban sipil dalam perang dengan jumlah yang sangat banyak. Ini

juga di perkuat dengan instrumen Hukum Humaniter yaitu tiga Protokol

tambahan dalam Konvensi Jenewa 1949 yakni Protokol I, II, dan III yang

12
http://walidrahmanto.blogspot.co.id/2009/12/as-gunakan-ribuan-bom-curah-di-irak.html,
diakses pada tanggal 4 Agustus 2017, pukul 20:02.
13
Ibid.

9
melarang penggunaan senjata-senjata yang akibatnya mencelakai dengan

pecahan-pecahan, ujung yang tidak dapat di deteksi dan juga masalah

penggunaan ranjau dalam perang.

Namun di dalam konflik bersenjata hanya sebahagian saja yang efektif

dari peraturan ini. Seorang pakar bernama W.J fenrick14 dalam tulisannya “new

developments in the concerting the use of conventional weapons in armed

conflict” menyebutkan bahwa konvensi dan protokol tmbahan tersebut

memiliki sedikit dampak terhadap penggunaan efektif senjata-senjata

konvensional modern. Seperti halnya penggunaan bom cluster oleh AS dan

negara lainnya yang masih menggunakan bom tersebut dapat membahayakan

rakyat sipil.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada paparan latar belakang masalah di atas, maka penulis

membuat rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimanakah pengaturan hukum terhadap pelarangan penggunaan bom

tandan (bomb cluster) menurut hukum humaniter internasional ?

2. Bagaimana hambatan dalam penegakan hukum terhadap larangan

penggunaan bom tandan (bomb cluster) dalam hukum humaniter

internasional ?

3. Sanksi apa yang dapat diberikan kepada Amerika Serikat yang

menggunakan bom cluster dalam perangnya di Irak ?

14
GPH Haryomataram, Pengantar Hukum Humaniter, Rajawali Press, Jakarta, 2005, hal 4.

10
C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan hukum terhadap

pelarangan penggunaan bom tandan (bomb cluster) menurut hukum

humaniter internasional

2. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan dalam penegakan hukum

terhadap larangan penggunaan bom tandan (bomb cluster) dalam hukum

humaniter internasional

3. Untuk mengetahui dan menganlisis sanksi yang dapat diberikan kepada

Amerika Serikat yang telah menggunakan bom cluster.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penulisan skripsi ini dapat berguna bagi penulis sendiri yaitu sebagai

ilmu pengetahuan dan wawasan, serta penulisan skripsi ini dapat berguna

bagi penulis yaitu sebagai modal yang baik untuk penulisan karya tulis

kedepannya.

2. Manfaat Praktis

Skripsi ini mudah-mudahan dapat menambah bahan kepustakaan

khususnya fakultas dan jurusan agar kelak tulisan bisa menjadi rujukan bagi

teman-teman mahasiswa lainnya.

11
E. Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan terencana dilakukan

dengan metode ilmiah bertujuan untuk mendapatkan data baru

guna membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu gejala atau

hipotesa yang ada.15 Adapun metode ilmiah yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan

cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Jenis penelitian hukum

normatif yang digunakan adalah inventarisasi hukum positif yakni

mengumpulkan data dan menelaah berbagai aturan-aturan hukum yang

ada.16

2. Jenis data

Penelitian yang penulis buat merupakan penelitian hukum normatif

yang bersumber pada data sekunder. Data dalam penelitian ini penulis

dapatkan melalui penelitian perpustakaan (Library Research), yaitu penulis

memperoleh data dengan cara membaca buku-buku, dokumen-dokumen dan

15
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1991 hal. 2.
16
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:PT. Raja
Grafindo, 2006, hal. 123.

12
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan hukum humaniter

internasional.17

Sedangkan jenis data yang digunakan dari aspek data skunder terdiri

dari :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai

otoritas (autoritatif).18 Dalam hal ini berupa peraturan-peraturan yang

berhubungan dengan pengaturan dan larangan penggunaan bom Cluster.

Bahan hukum primer ini mencakup :

1. Konvensi jenewa 1949 dan Protocol tambahan I sampai dengan IV

1977.

2. Convention on Cluster Munition 2008

3. Convention of certain conventional weapons 1980

4. Hague convention 1899-1907

5. Statuta roma 1998.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu, bahan hukum yang memberi

penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku, karya

ilmiah, tesis, artikel media masa atau jurnal hukum serta penelusuran

informasi melalui internet.19

17
Ibid.
18
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:Sinar Grafika, 2009, hal 47.
19 Ibid, hal 23.

13
c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberi petunjuk dan

penjelasan tentang bahan hukum primer bahan hukum sekunder seperti

kamus hukum, ensiklopedia dan seterusnya.20

3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh melalui penelitian pustaka yang bersumber dari

peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi, publikasi, dan

hasil penelitian.

Mengenai teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam

penulisan ini adalah Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu

dengan cara mengumpulkan data dengan meneliti literatur yang

berhubungan dengan penulisan ini. Dalam usaha menghimpun data, penulis

melakukan langkah-langkah dengan berkunjung ke perpustakaan

Universitas Andalas dan perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Andalas, dan Perpustakaan Korem 032 Wirabraja serta mengunjungi situs-

situs resmi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti penulis.

4. Teknik Pengolahan data

Pengolahan data umumnya dilakukan melalui tahap-tahap berikut ini :

a. Pengolahan data (editing)

20 Ibid, hal 24.

14
Data yang diperoleh akan diedit terlebih dahulu guna mengetahui apakah

data-data yang di peroleh tersebut sudah cukup baik dan lengkap untuk

mendukung proses pemecahan masalah yang pada dasarnya sudah

dirumuskan. Data yang diperoleh diolah dalam proses editing.

Pengolahan data dilakukan dengan cara editing yaitu pengolahan data

dengan cara menyusun kembali, meneliti dan memeriksa data – data yang

telah diperoleh agar dapat tersusun secara sistematis.

b. Penandaan data (coding)

Yaitu pemberian tanda pada data yang diperoleh, baik berupa penomoran

ataupun penggunaan tanda/symbol atau kata tertentu yang menunjukkan

golongan/kelompok/klasifikasi data menurut jenis dan sumbernya dengan

tujuan untuk menyajikan data secara sempurna, untuk mempermudah

rekonstruksi dan analisis data.

5. Analisis data

Analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitatif, yaitu dimana hasil

penelitian baik data primer maupun data skunder akan dipelajari

kemudian dijabarkan dalam bentuk kalimat yang disusun secara

sistematis.21 Analisis data bersifat deskriptif, dalam hal ini hanya

menggambarkan yang berhubungan dengan rumusan masalah yang telah

di ungkap sebelumnya.

21
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2008, hal 52.

15
F. Sistematika Penulisan

Dalam hal untuk lebih memudahkan pemahaman dalam tulisan ini, maka

akan diuraikan secara garis besar dan sistematis mengenai hal-hal akan

diuraikan lebih lanjut :

ABTRAK

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

Memaparkan mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat dari penelitian, metode

penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menguraikan tentang tinjauan umum tentang bom

cluster, tinjauan umum tentang sejarah mulainya sengketa

Amerika-Irak, tinjauan umum keterlibatan agresor miiter

Amerika di Irak, dan tinjauan umum tentang hukum humaniter

internasional.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan

mengenai pengaturan hukum terhadap pelarangan penggunaan

bom tandan (bomb cluster) menurut hukum humaniter

internasional, hambatan dalam penegakan hukum terhadap

larangan penggunaan bom tandan (bomb cluster) dalam hukum

16
humaniter internasional, dan sanksi yang dapat diberikan

kepada Amerika Serikat yang telah menggunakan bom cluster.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini akan memuat kesimpulan dari seluruh pembahasan

pada bab-bab sebelumnya. Selain itu juga memuat saran saran

dari penulis yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

17

Anda mungkin juga menyukai