Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion

Edisi 2, Volume 4, Tahun 2016


EKSISTENSI PRINSIP-PRINSIP HUKUM ISLAM TERHADAP PENGATURAN
PERANG DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

MUHAMMAD RIZAL/ D 101 10 029

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui Untuk mengetahui Konsp prinsip-prinsip hukum
Islam yang berlaku dan Hukum Humaniter Internasional berkenaan Perang; Untuk mengetahui
implementasi prinsip-prinsip hukum Islam yang berlaku dan Hukum Humaniter Internasional
berkenaan Perang;. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah prinsip-prinsip Hukum Islam
tentang pengaturan perang dalam Hukum Humaniter Internasional berkenaan metode perang,
Obyek-obyek yang dilindungi, alat perang, perlindungan tawanan perang, perlindungan
penduduk sipil dan perlindungan korban tewas; Metode penelitian, menggunakan pendekatan
yuridis normatif yakni metode penelitian yang berorientasi kepada hukum yang yang mengatur
peprinsip-prinsip Hukum Islam mengenai perang dalam Hukum Humaniter Internasional,
Obyek-obyek yang dilindungi, alat perang, perlindungan tawanan perang, perlindungan
penduduk sipil dan perlindungan korban tewas. Hal dimaksud, mengumpulkan data primer dan
data sekunder, dan tertir berdasarkan obyek penelirtian. Data dimaksud, diolah secara
deskriptip. Hasil penelitian ditemukan bahwa: (a) Kalau ditinjau dari segi yuridisnya, Sistim
Hukum Islam dan hukum humaniter mempersoalkan terhadap perlindungan hak dan kewajiban
terhadap penduduk sipil terhadap aturan-aturan mengenai cara menyelesaikan konflik dan
akibat dari pada konflik itu sendiri, perlindungan tawanan perang dengan maksud bahwa
seorang tawanan tidak boleh diperlakukan secara semena-mena, sedangkan kepada penduduk
sipil ditetapkan larangan menjadikan mereka sebagai sasaran serangan; (b) Implementasi
sistim Hukum Islam dan hukum humaniter dalam mengatur perlindungan hukum terhadap
manusia akibat konflik bersenjata, yaitu adanya perlakuan yang wajar terhadap sesama
manusia serta memberi hormat dan perlindungan (respect and protection) dalam artian bahwa
unsur kemanusiaan harus diutamakan, sehingga mencegah kepada tindakan-tindakan yang
berlebihan sebagai mana yang tertuang pada Konvensi Jenewa 1949 serta Protokol
Tambahannya dengan Hukum Islam yang berasal dari Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Hal dimaksud,
secara garis besar menetapkan larangan membunuh warga sipil yang tidak ikut peperangan,
membunuh anak-anak, wanita serta larangan menghancurkan benda-benda budaya, tempat
ibadah dan tempat kemakslahatan lainnya.

Kata Kunci : Hukum Islam, Humaniter Internsional, Konflik, Kemanusiaan

I. PENDAHULUAN tersebut tidaklah mudah dalam penerapan di


A. Latar belakang kehidupan nyata.
Dalam kehidupan manusia selalu Sebagaimana telah diketahui pada
berinteraksi dengan lingkungan dibidang umumnya bahwa manusia adalah mahluk
sosial,politik,ekonomi dan segala keinginan sosial dan tentu saja diantara mereka memiliki
untuk memenuhi hidup ,mengharuskan kepentingan yang berbeda satu sama
manusia mengadakan kerja sama dan hal ini lain.Karena kepentingan yang berbeda itu
akan terwujud jika diantara mereka memiliki sering terjadi suatu bentuk usaha untuk
pilihan dan tujuan yang sama dengan harapan menutupi kekurangan pihak lain dalam hal
bahwa nantinya dapat tercapai. pemenuhan kebutuhan.
Pada dasarnya setiap diri pribadi Namun di samping hal-hal yang
manusia menginginkan suatu kehidupan yang demikian disisi lain tidak jarang perbedaan
tentram tanpa ada gangguan yang ditimbulkan kepentingan dapat menimbulkan
nantinya tetapi untuk mencegah terjadinya hal ketidaksepahaman (sengketa) sehingga dalam

1
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 4, Tahun 2016
penyelesaiannya membutuhkan kesepakatan Dalam rentang abad kedua puluh,
oleh pihak yang bersengketa.Hal tersebut juga masyarakat internasional telah menyaksikan
sangat di inginkan oleh negara-negara didunia berbagai peperangan yang ganas akibat
saling membantu dalam segala aspek dengan digunakannya berbagai persenjataan modern
menghormati kedaulatan dari masing-masing yang menjadi produk kejeniusan manusia
negara,tidak bisa dipungkiri fakta saat ini dalam menghancurkan, memusnahkan dan
tidaklah demikian masih banyak negara- meluluhlantakan apa saja yang ada. Hukum
negara yang masih bersengketa dalam ruang Internasional kontemporer sesungguhnya telah
lingkup hukum internasional hal tersebut menetapkan larangan meneror dan
dinamakan hukum sengketa bersenjata (Laws mengancam dengan penggunaan kekuatan,
of armed Conflict)1 . atau menggunakan kekuatan yang dapat
Sebelum dinamakan sengketa mengancam keamanan suatu wilayah,
bersenjata yang digunakan adalah istilah kedaulatan politik suatu negara, atau bentuk-
hukum perang tetapi karena perang tidak bentuk lain yang tidak sesuai dengan
disukai,yang terutama disebabkan oleh trauma ketentuan Perserikatan Bangsa-Bangsa
Paerang Dunia II yang menelan banyak (PBB)3. Selain dalam kondisi darurat yang
korban,maka dilakukan upaya-upaya untuk memperbolehkan penggunaan kekuatan
menghindarkan dan bahkan meniadakan bersenjata, prinsip dasar larangan penggunaan
perang. kekuatan bersenjata tersebut sebenarnya telah
Istilah sengketa bersenjata ( law of menjadi prinsip yang tidak boleh dilanggar,
armed conflict ) sebagai pengganti hukum dan kesepakatan apapun yang bertentangan
perang ( law of war ) banyak dipakai dalam dengan prinsip tersebut adalah dilarang.
konvensi-konvensi Jenewa 1949 dan kedua Jika demikian halnya dengan
Protokol2.Dalam perkembangan Hukum Internasional kontemporer, hal yang
selanjutnya,yaitu pada permulaan abad ke- sama juga kita temukan dalam Hukum Islam
20,diusahakan untuk mengatur cara yang melarang peng- gunaan kekuatan
berperang,yang konsepsi-konsepsinya banyak bersenjata kecuali dalam kondisi darurat untuk
dipengaruhi oleh asas kemanusian ( Humanity menolak serangan, melawan kezaliman,
Prinsiple ). membela kebenaran, dan melindungi dakwah
Dengan adanya pekembangan baru Islam dari setiap ancaman namun dengan tetap
ini,maka istilah hukum sengketa bersenjata memperhatikan bahwa Islam tidak boleh
mengalami baru ini,maka istilah hukum disebarkan melalui kekuatan senjata.
sengketa bersenjata mengalami perubahan Peperangan dibenarkan hanya terhadap
lagi,yaitu diganti dengan istilah Hukum mereka yang mengancam dan menghalang-
Humaniter Internasional yang berlaku dalam halangi dakwah Islam, memusuhi Islam atau
sengketa bersenjata ( Internasional menolak perjanjian damai. Oleh karena itu,
Humanitarian Law Applicable in Armed Islam melarang memerangi mereka yang tidak
Conflict ) atau biasa disebut Hukum memeluk Islam dan tetap mengikuti
Humaniter Internasional ( Interntional agamanya, selama mereka menyepakati
Humanitarian Law ).Walaupun istilah yang perjanjian damai dengan kaum muslim dan
digunakan berbeda-beda,yaitu Hukum menghormati perjanjian tersebut.
Perang,Hukum Sengketa Bersenjata dan Meskipun peperangan yang
Hukum Humaniter,namun istilah –istilah bersifat ofensif tidak dilegalkan dalam Islam
tersebut memilki arti yang sama. sesuai dengan pendapat yang lebih kuat di
kalangan pakar Hukum Islam demikian pula
halnya dalam Hukum Internasional modern.
1
Sefriani.Hukum Internasional Suatu Namun demikian, tidak dapat dipungkiri
Pengantar.(PT.Raja Grafindo Persada Jakarta 2011),
hlm 354.hlm 6-7
2 3
Lihat Pasal 2 Konvensi Jenewa 1949 dan dalam Sebagaimana dijelaskan dalam Piagam
Protokol Tambahan I dan II tahun 1997. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

2
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 4, Tahun 2016
bahwa peperangan telah dan masih akan Publik Internasional (al-Qânûn al-Duwalî al-
terjadi, kezaliman masih merajalela, dan „Âm)4. Dan kaedah-kaedah Hukum Publik
pelanggaran terhadap prinsip- prinsip hukum Internasional yang menjamin perlindungan
dan ajaran-ajaran luhur Islam masih kerap hak-hak asasi manusia pada saat konflik
dilakukan oleh para tiran, para pelanggar bersenjata berkecamuk dikenal dengan istilah
hukum, dan mereka yang mengabaikan ajaran- Hukum Humaniter Internasional (al-Qânûn al-
ajaran luhur agama dan nilai-nilai moralitas Duwalî al- Insânî). Kata “humaniter” dalam
dan kemanusiaan. Oleh karenanya, kajian istilah ini sengaja digunakan untuk
tentang perlindungan yang dibutuhkan bagi menekankan pentingnya nilai-nilai
para korban peperangan seperti korban tewas, kemanusiaan dalam kaedah-kaedah hukum
cedera, sakit, tawanan perang, korban kapal konflik bersenjata. Penggunaan istilah ini tak
karam, hilang, serta penduduk sipil dan obyek- lepas dari jasa Komite Internasional Palang
obyek sipil menjadi penting dan mendesak Merah, suatu peristilahan yang kini telah
untuk dilakukan. disepakati oleh semua pihak untuk
Oleh karena dampak dari berbagai mengingatkan pentingnya menghormati hak-
peperangan modern baik konflik bersenjata hak asasi manusia pada saat terjadinya konflik
antar negara maupun perang saudara telah bersenjata.5
mengakibatkan berbagai malapetaka, Menurut Jean Pictet yang dikuitip
ketakutan dan tragedi yang menimpa umat Haryomataram dalam buku yang ditulis
manusia, maka para cendikiawan, pakar Insarullah menyatakan”Interntional
hukum, politisi, badan-badan internasional dan humanitarian law in the wide sense in sense is
nasional dan sejumlah negara telah berusaha contitusional legal provision,whether writen
untuk mewujudkan upaya- upaya pencegahan and customary,ensuring resepect for
6
atas berbagai dampak negatif dari konflik individual and his well being”
bersenjata. Konflik bersenjata jika pun Selanjutnya menurut Sefriani
mendesak untuk dilakukan sejatinya tidak istilah hukum humaniter internasional atau
boleh melanggar batasan-batasan yang ada lengkapnya disebut international law
dalam suatu operasi militer. Sasaran agresi, applicable in armed conflict berawal dari
misalnya, seharusnya dibatasi hanya pada istilah hukum perang (laws war),yang
obyek-obyek militer, dan peperangan kemudian berkembang menjadi hukum
semestinya diatur agar sesuai dengan tujuan sengketa bersenjata (laws of armed
dan target peperangan di satu sisi dan sesuai conflict),yang pada akhirnya pada saat ini
dengan prinsip-prinsip kemanusiaan di sisi biasa dikenal dengan istilah hukum
lain. Berbagai upaya yang telah dikerahkan humaniter.7
untuk “memanusiakan” perang ini pada a. Lebih lanjut Haryomataram yang
akhirnya bermuara dengan dikukuhkannya dikutip oleh Insarullah
sejumlah kaedah- kaedah yang bersumber dari mengemukakan bahwa hukum
kesepakatan-kesepakatan dan kebiasaan- internasional yang membahas ajaran
kebiasaan internasional untuk melindungi para „Just War‟,ajaran tersebut membagi
korban konflik bersenjata, harta benda dan hak hukum humaniter dalam dua
milik yang menjadi kebutuhan asasi mereka.
Menurut Jan Baktih sebagaimana 4
Abdul Ghani A.Hamid Mahmud, Perlindungan
dikutib oleh Abdul Ghani A.Hamid Mahmud Korban Konflik Bersenjata dalan Perspektif Hukum
dalam bukunya “Perlindungan Korban Konflik Humaniter Internasional dan Hukum Islam ( Komite
Bersenjata dalam Perspektif Hukum Internasioal Palang Merah dan ICRC Delegasi Regional
Humaniter Internasional dan Hukum Islam” Indonesia, 2008).hlm 2.
5
Ibid.hlm 3.
tentang kaedah-kaedah yang sarat dengan 6
Insarullah,Pemahaman Dasar Hukum
gagasan-gagasan serta nilai-nilai moral dan Humaniter Internasional, Tadulako University
kemanusiaan ini kemudian ditransformasikan Press,Palu 2011.hlm.6.
7
ke dalam salah satu spektrum dari Hukum Arlina Permanasari dkk, Pengantar Hukum
Humaniter Internasional, ICRC, Jakarta 1999.hlm 5.

3
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 4, Tahun 2016
bagian,yaitu : Ius ad bellum,yaitu Jenewa ini kemudian disempurnakan lagi
hukum tentang perang.Mengatur dengan dua Protokol Tambahan yang juga
dalam hal bagaimana negara ditetapkan di Jenewa pada tahun 1977.
dibenarkan menggunakan kekerasan Hukum humaniter internasional
bersenjata. adalah salah satu cabang dari hukum
b. Ius ad bello,yaitu hukum yang internasional yang mengatur khusus tentang
berlaku dalam perang.Hukum ini perang,dalam perkembangannya hukum
dibagi lagi,yaitu; yang mengatur cara humaniter internasional banyak dipengaruhi
dilakukannya perang (conduct of oleh beberapa faktor salah satunya adalah
war),biasanya disebut “Haque Laws” “agama” setidaknya ada 3 agama yang sangat
sedangkan yang mengatur mempengaruhi perkembangan HHI,yaitu :
perlindungan orang-orang yang 1. Agama Romawi yang mungkin disebut
menjadi korban perang,yang lazim peran para pendeta yang dinamakan
disebut “Geneva Laws” 8 “Fetiali” dalam mengembangkan
Hukum Humaniter Internasional sebagian kaidah-kaidah yang berkaitan
(HHI) sebenarnya memiliki dua cabang: dengan hukum perang ; mengatur
Hukum Den Haag dan Hukum Jenewa. antara panglima dan pasukan Romawi
Hukum Den Haag mencakup sekumpulan dan kaidah yang melarang penyerangan
kaedah-kaedah hukum yang ditetapkan oleh kepada bangsa lain sebelum
Konvensi Den Haag pada tahuan 1899 dan diperingatkan.Ini adalah model
1907, yang mengatur hak dan kewajiban ( peringatan terakhir ) yang wajib
pihak-pihak yang berperang tentang perilaku diperhatikan sebelum memulai proses
pada waktu operasi militer. Tujuan dari peperangan dalam hukum modern.
Konvensi Den Haag tersebut adalah 2. Dalam agama Kristen kita temukan
membatasi pengaruh-pengaruh kekerasan dan bahwa orang yang pertama kali
tipu muslihat sehingga tidak melanggar batas- menyerukan pembedaan antara “Perang
batas yang diperlukan dalam suatu operasi yang Adil” dan “perang yang Tidak
militer. Jika Hukum Den Haag lebih Adil” adalah seorang rahib asal tunisia
menitikberatkan pada pengukuhan kaedah- yaitu “Agistinus yang menulis dalam
kaedah internasional berkaitan dengan bukunya Dalam kota Tuhan : “Hukum
penggunaan kekuatan militer, maka Hukum bukan hanya berlaku bagi pribadi-
Jenewa lebih menekankan pada perlindungan, pribadi saja,tapi juga harus diterapkan
penghormatan dan perlakuan manusiawi bagi para raja.” Sebagaimana menuntut
terhadap personel militer yang tidak lagi untuk menghormati perjanjian dan
terlibat dalam pertempuran, demikian pula kebiasaan-kebiasaan perang.Beberapa
orang-orang sipil yang tidak terlibat secara abad setelah Agustinus datang Thomas
aktif dalam pertempuran. Hukum Jenewa Aquinas ,yang tidak menyatakan bahwa
memuat empat konvensi pada tahun 1949 hukum alam dan hukum humaniter
yang secara khusus memberikan perlindungan tidak saling bertentangan dengan
bagi para korban perang. 9Empat Konvensi hukum Tuhan dan mengembangkan

8
Insarullah,Pemahaman Dasar Hukum bersenjata di laut yang cedera, sakit dan korban
Humaniter Internasional,Tadulako University karam (Geneve Convention for the Amelioration of
Press,Palu 2011.hlm.12. the Condition of the Wounded, Sick and
9
Empat Konvensi Jenewa tahun 1948 itu Shipwercked Members of Armed Forces at Sea); (3)
terdiri dari: (1) Konvensi I berkaitan dengan Konvensi III berkaitan dengan perlakuan yang
perbaikan kondisi korban cedera dan sakit dalam diberikan bagi tawanan perang (Geneve Convention
angkatan bersenjata di medan pertempuran darat relatife to the Treatment of Prisoners of War); dan
(Geneve Convention for the Amelioration of the (4) Konvensi IV berkaitan dengan perlindungan
Condition of the Wounded and Sick in Armed orang sipil di waktu perang (Geneve Convention
Forces in the Field); (2) Konvensi II berkaitan relatife to the Protection of Civilian Persons in Time
dengan perbaikan kondisi anggota angkatan of War).

4
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 4, Tahun 2016
penelitian St.Agustinus tentang definisi Nilai-nilai agung yang terdapat
“Perang yang Adil” dan “Perang yang dalam Hukum Humaniter Internasional sejalan
Tidak Adil” . dengan nilai-nilai yang dibawa agama Samawi
3. Islam dan HHI.Syariat Islam mencakup sebelumnya yang diturunkan sebagai rahmat
semua aspek kehidupan termasuk bagi umat manusia dan untuk memuliakan
hubungan dengan bangsa-bangsa manusia, perbaikan moral diri dan terciptanya
lain,baik dalam masa damai maupun perdamaian yang adil bagi semua pihak.
masa perang.Seperti diketahui bahwa Islam sebagai salah satu agama
terdapat tiga sumber utama syariat yang sangat mempengaruhi HHI dan telah
Islam yaitu Al-Qur‟an ,Sunnah dan diakui oleh dunia internasional,sehingga
Ijtihad.Ketiga Sumber ini juga menjadi menjadi sumber hukum dalam HHI banyak
dasar bagi hukum perang dalam islam memberikan konsep tentang perang pada saat
yang kemudian memiliki perang dalam ini.
yang disebut HHI.Dalam Al- B. Rumusan Masalah
Qur‟an,banyak teks yang menjelaskan Berdasarkan latar masalah di atas, penulis
kaidah-kaidah yang berhubungan merumuskan permasalahan sebagai
dengan perlakuan terhadap penduduk berikut.
bangsa-bangsa yang lain baik saat 1. Bagaimanakah Konsp prinsip-prinsip
damai maupun perang.Kemudian hukum Islam yang berlaku dan Hukum
datang hadis Nabi Muhammad Humaniter Internasional berkenaan
Saw,sebagai penjelasan terhadap isi Al- Perang?
Qur‟an yang kemudian dianggap 2. Bagaimanakah implementasi prinsip-
sebagai “Kaidah-kaidah prinsip hukum Islam yang berlaku dan
Hukum”.Kemudian Itihad fiqih,di Hukum Humaniter Internasional
antaranya adalah pesan para Khulafaur berkenaan Perang?
Rasyidin yang membentuk apa yang
dinamakan “Adap Perang bagi Arab II. PELAKSANAAN PRINSIP-
Muslim” PRINSIP HUKUM ISLAM
Hukum Humaniter Internasional TERHADAP PENGATURAN
mempunyai perjalanan panjang yang dimulai PERANG DALAM HUKUM
dari Konvensi Jenewa pertama tahun 1864 HUMANITER
tentang perbaikan kondisi korban luka-luka INTERNASIONAL
dari personil tentara di medan perang.
Perjalanan itu telah berlangsung kurang lebih A. Kedudukan Prinsip-Prinsip Hukum
130 tahun sejak terbitnya sejumlah Islam Yang Berlaku Saat Perang
kesepakatan yang melahirkan kaidah-kaidah Dalam Hukum Humaniter
untuk melindungi korban konflik bersenjata Internasional
dan membatasi metode dan alat perang sampai Jika berbicara mengenai
berdirinya Mahkamah Kejahatan Internasional kedudukan berarti kita berbicara tentang
yang permanen sesuai dengan kesepakatan sumber dari suatu peraturan yang telah dibuat.
Roma tahun 1998. Sumber hukum dapat diartikan melalui dua
Semua kesepakatan tersebut cara yaitu, formal dan material. Secara formal
bertujuan untuk mengurangi dampak perang sumber hukum mengandung pengertian
atas individu dan objek. Meskipun dengan sebagai sumber yang memuat ketentuan-
Hukum Internasional Hak-hak Asasi Manusia ketentuan hukum yang diterapkan sebagai
mempunyai tujuan yang sama, yaitu sumber yang memuat ketentutan hukum yang
melindungi kehormatan manusia, namun diterapkan sebagai kaidah dalam suatu
Hukum Humaniter Internasional hanya perkara konkret atau sumber yang
diterapkan pada kondisi konflik bersenjata memberikan jawaban atas pertanyaan dimana
tingkat internasional dan non internasional. kita menemukan atau mendapatkan

5
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 4, Tahun 2016
ketentuan-ketentuan hukum yang dapat sumber hukum utama atau primer yang
diterapkan sebgai kaidah didalam suatu tersebut terdahulu, dan sumber tambahan atau
persoalan yang konkret/ aktual.10 subsidier yaitu keputusan-keputusan
Pada perspektif lain, sumber pengadilan dan ajaran sarjana hukum yang
hukum dapat diartikan sebagai kekuatan- paling terkemuka dari berbagai negara.
kekuatan atau faktor-faktor yang membantu Sebenarnya pertanyaan yang
pembentykan hukum sebagai suatu bentuk mana diantara ketiga sumber hukum ini
perwujudan atau fenomena sosial dalam merupakan sumber hukum yang terpenting,
kehidupan kemasayarakatan umat manusia. merupakan pertanyaan yang tidak dapat
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dijawab begitu saja karena eratnya hubungan
sumber hukum dalam arti material dan antara ketiga sumber hukum ini dan
sumber hukum dalam arti formal merupakan kenyataan bahwa satu dengan lainnya saling
kajian yang terletak dalam bidang ilmu mengisi.
hukum (intra-yuridis). Untuk mengetahui Dalam penelitian ini penulis fokus
sumber-sumber hukum internasional,kita terhadap prinsip hukum umum dan kebiasaan
dapat mengacu pada pasal 38 ayat (1) Statuta internasional,yang menjelaskan bahwa
Mahkamah Internasional yang menyebut prinsip-prinsip hukum islam ada dalam
mengenai sumber hukum yang dapat hukum humaniter internasional. Sumber
diterapkan,yaitu : hukum yang ketiga menurut Pasal 38 ayat 1
a. International convention, Piagam Mahkamah Internesional ialah asas
whether general of hukum umum yang diakui oleh bangsa-
particular, establishing rules bangsa yang beradap (general principles of
expressly reconized by the law reconized by civilized nation). Dalam
contesting states; perkembangan Hukum Humaniter
b. International custom, as internasional yaitu pada abad pertengahan
evidence of a general banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran agama
practice accepted as law; salah satunya adalah ajaran agama Islam yang
c. The general principles of law banyak memberi sumbangan aturan perang
reconized by civilized baik sebelum, saat perang terjadi dan setelah
nations; perang ajaran Syariat Islam telah dimulai
d. Subject to the provisions of sejak 14 abad silam sementara asas-asas
article 59, juducial decisions kodifikasi Hukum Humaniter Internasional
and the teaching of the most modern baru terjadi pada abad ke-
highly qualified publicist of 19.Berdasarkan fakta-fakta yang telah
the various nations, as diuraikan diatas penulis berpendapat bahwa
subsidiary means for the sumber Hukum Humaniter Internasional
determinations of rules of selain Konvensi Jenewa dan Konvensi Den
law. Haag, prinsip-prinsip dalam hukum Islam
Urutan penyebutan sumber dalam yang terkait tentang pengaturan perang dapat
pasal 38 ayat 1 diatas tidak menggambarkan dijadikan sebagai salah satu sumber sepanjang
urutan pentingnya masing-masing sumber aturan tersebut sesuai dan disepakati oleh
hukum itu sebagai sumber hukum pihak-pihak yang akan menetapkan aturan
formal,karena soal ini sama sekali tidak diatur tersebut kedalam Hukum Humaniter
oleh pasal 38.Satu-satunya klasifikasi yang Internasional.Serta tidak dapat dipungkiri
dapat kita adakan ialah bahwa sumber hukum bahwa aturan-aturan perang dalam Islam
formal itu dibagi atas 2 golongan yaitu dapat memberi sumbangsi pemikiran dalam
terbentuknya Konvensi Jenewa dan Konvensi
10
Muhammad Ashri & Rapung samuddin, Den Haag.
Hukum Internasional dan Hukum Islam Tentang Dari segi sumber yang lain yaitu
Sengketa dan Perdamaian,. PT Gramedia Pustaka kebiasaan internasional,dalam Pasal 38 ayat 1
Utama, Jakarta 2013, hlm 18.

6
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 4, Tahun 2016
sub b yang mengatakan: International custom, kebiasaan perang yang berperikemanusiaan
as evidence of general practice accepted as dalam sejarahnya sangat sulit untuk dibantah.
law. Artinya, hukum kebiasaan internasional Demikian puala perintah Islam untuk selalu
adalah kebiasaan internasional yang bercermin kepada nurani kemanusiaan
merupakan kebiasaan umum yang diterima merupakan satu prinsip yang tak bisa
sebagai hukum. Jelas kiranya, dari perumusan dipisahkan dari ajaran Islam.
diatas bahwa tidak setiap kebiasaan B. Implementasi Prinsip-Prinsip Hukum
internasional merupakan sumber hukum. Islam Yang Berlaku Saat Perang
Untuk dapat dikatakan bahwa kebiasaan Dalam Hukum Humaniter
internasional itu merupakan sumber hukum Internasional
perlu terdapat unsur-unsur sebagai berikut: Islam mempunyai aturan yang
1) Harus terdapat kebiasaan yang sangat universal namun pada penelitian
bersifat umum; ini,penulis fokus pada pengaturan pada saat
2) Kebiasaan itu harus diterima perang terjadi, sumber hukum islam terbagi
sebagai hukum. 11 yaitu :
Kebiasaan internasional yang - Al-Qur‟an
merupakan satu kebiasaan umum dapat - As-sunnah/Al-Hadits
dikategorikan jika: Pertama, perlu adanya - Ijma‟
satu kebiasaan, yaitu suatu pola tindak yang - Mazhab sahabat
berlangsung lama, yang merupakan - Syariat terdahulu
serangkaian tindakan yang serupa mengenai - „Urf / adat13
hal dan keadaan yang serupa pula. Kedua, Masing-masing dari sumber
kebiasaan atau pola tindak yang merupakan tersebut saling berkaitan satu sama lain
serangkaian tindakan yang serupa mengenai sehingga tidak memiliki celah/kelemahan
hal dan keadaan yang serupa diatas harus untuk manusia dalam memperoleh suatu
bersifat umum dan bertalian dengan hubungan kebenaran atau informasi dalam peperangan.
internasional. Hanya apabila unsur-unsur Lebih dari lima puluh tahun yang
tersebut diatas dipenuhi dapat dikatakan telah lalu, terbentuknya Konvensi-konvensi Jenewa
ada kebiasaan internasional yang bersifat dan Den Haag untuk diratifikasi menandakan
umum. Unsur selanjutnya adalah piskologis adanya suatu langkah maju dalam melindungi
menghendaki bahwa kebiasaan internasional kombatan dan para korban dalam suatu
dirasakan memenuhi kaidah atau kewajiban konflik bersenjata, pengalaman dilapangan
hukum atau seperti dikatakan dalam bahasa telah menunjukan bahwa pentaatan terhadap
latin ”opinio juris sive necessitatis”. 12 aturan-aturan Hukum Humaniter Internasional
Berdasarkan dari penjelasan yang dapat membantu mencegah terjadinya
telah diuraikan diatas,penulis berpendapat penderitaan yang tdiak terhitung lagi
bahwa kaidah-kaidah Hukum Humaniter banyaknya dalam sengketa-sengketa
Internasional yang belum tertulis dalam bersenjata. Namun jauh sebelum lahirnya
konvensi harus mengacu kepada kebiasaan- Konvensi Jenewa tahun 1949 yang mengatur
kebiasaan perang internasional yang sejalan tentang perlindungan terhadap korban perang
dengan prinsip-prinsip perikemanusiaan dan baik itu yang berasal militer maupun
sesuai dengan nurani kemanusiaan penduduk sipil, hal ini telah dibicarakan
universal.Selain pemikiran perang Yunani- didalam Hukum Islam yang terdapat didalam
Romawi bahwa dalam sejarah Islam juga Al-Qur‟an maupun Hadits. Sejarah Islam
turut mengambil peran dalam memberikan membuktikan bahwa pada masa Rasullullah
landasan aturan-aturan serta kebiasaan- SAW, tepatnya pada tahun 624 Masehi,
diturunkan ke muka bumi kitab seci Al-
11
Mochtar Kusumaatdja dan Etty R.Agoes,
13
Pengantar Hukum Internasional, Penerbit P.T Alumni, Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam
Bandung, 2012, hlm 144. Permasalahan & Fleksibilitas, Sinar Grafika Jakarta
12
Ibid. 2007, hlm 3.

7
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 4, Tahun 2016
Qur‟an yang didalam ayat-ayatnya tersurat Kesamaan Al-Qur‟an dan
tentang etika perang sebagaimana dalam Konvensi Jenewa tidak terbatas pada prinsip
surah Al-Baqarah ayat 190 yang artinya : kehormatan manusia. Al-Qur‟an dan
“ Perangilah di atas jalan Allah Konvensi Jenewa sama-sama menjelaskan
orang-orang yang memerangi kamu dan konsenkuensi logis dari prinsip, yaitu
janganlah melampui batas” Pengertian sejumlah kewajiban yang dapat
melewati batas ada yang menafsirkan, tidak disederhanakan dalam dua hal. Pertama,
boleh menyerang keluar dan ada pula yang kehormatan diri sendiri. Apa yang mesti
berpendapat dengan tidak boleh melewati dilakukan setiap individu untuk menjaga dan
batas-batas kemanusiaan. mempertahankan harga dirinya. Kedua,
Untuk menjawab permasalahan kehormatan orang lai. Apa yang harus
ini penulis akan menguraikan beberapa dilakukan setiap orang untuk mengepresikan
aturan-aturan yang dalam prinsip-prinsip penghormatan terhadap orang lain. Oleh
Hukum Islam yang ditransformasikan karena Konvensi Jenewa merupakan
kedalam aturan Hukum Humaninter perjanjian kolektif yang berkaitan dengan
Internasional. kewajiban individu sebagai ekspresi
Konvensi-konvensi Jenewa penghormatan terhadap orang lain, maka
memiliki relevansi yang kuat dengan prinsip dapat dikatakan bahwa dalam banyak hal Al-
yang menjadi fokus utama agama-agama Qur‟an sejalan dengan ketentuan-ketentuan
Samawi yang disampaikan melalui para Rasul kovensi ini, di mana manusia dapat
untuk ditanamkan kedalam jiwa mengekpresikan penghormatan dam
manusia.Prinsip tersebut adalah Allah apresiasinya terhadap martabat atau
memberi keistimewaan kepada manusia kehormatan orang lain.
dibandingkan mahluk lainnya atas dasar Pengakuan kesataraan terhadap
keistimewaan itulah kita dapat menggunakan kehormatan manusia. Hal demikian
istilah “martabat manusia”. Dalam sejumlah ditegaskan oleh Al-Qur‟an dan Konvensi
ayat, Al-Qur‟an memberi penegasan Jenewa. Dalam pasal 12, Konvensi Jenewa
mengenai martabat manusia. Secara lugas, Al- tentang rehabilitasi Korban Luka dan sakit
Qur‟an menyatakan kehormatan manusia, menyatakan: “Anggota angkatan perang dan
misalnya setelah penyebutan dalam Surah Al- orang lain yang disebut dalam pasal berikut,
Tin, Artinya : yang luka atau sakit, harus dihormati dan
“Demi pohon Tin dan Zaitu. Demi dilindungi dalam segala hal keadaan. Meraka
bukit Tursina. Demi negeri yang (anggota pihak-pihak yang terlibat konflik)
aman ini (Mekkah). Sungguh wajib diperlakukan secara manusiawi dan
Kami telah menciptakan manusia dirawat oleh pihak yang bersengketa dalam
dalam bentuk yang terbaik”.14 kekuasaan siapapun mereka, tnapa
Dalam ayat yang lain, Allah diskriminasi merugikan yang didasarkan atas
Swt,juga berfirman , artinya : jenis kelamin (gender), suku, kebangsaan,
“Kami telah memuliakan umat agama, pendapat-pendapat (ideologi) politik,
manusia,membawa mereka atau kriteria lainnya serupa itu”
didaratan dan lautan. Kami juga Al-Qur‟an menegaskan prinsip
telah memberi mereka rezeki yang kesetaraan tersebut dengan menyatakan,
baik. Dan, kami memberi mereka Artinya :
keunggulan atas mahluk ciptaan “Wahi manusia, bertaqwalah
Kami yang lain.”15 kepada Tuhan yang telah
1.Kesetaraan Sesama Manusia menciptakan kalian dari satu
jiwa. Dari keduanya lahirlah para
pria dan wanita. Bertaqwalah
kepada Allah yang dengan
14
Al-Qur‟an surah At-Tin ayat 1-4. (menggunakan) nama-Nya engkau
15
Al-Quran Surah Al-Isra ayat 70.

8
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 4, Tahun 2016
saling meminta satu sama lain, sendiri atau terhadap musuhnya melawan
dan (peliharalah) hubungan karib kerabatnya seperti orang tua dan sanak
silahturahim Allah selalu menjaga saudaranya. Allah Swt, berfirman .Artinya :
dan mengawasi kalian”.16 “Wahai orang-orang beriman jadilah
Hadis-hadis Nabi Muhammad penegak keadilan senjati,menjadi
yang mutawatir juga menegaskan bahwa pejuang kebenaran karena Allah,
kesetaraan itu berlaku untuk semua. Dalam meskipun terhadap diri sendiri, kedua
khutbah Haji Wada‟ Nabi Saw, menyatakan, orang tua, atau kaum kerabat.
“Wahai umat manusia, Tuhan kalian itu Esa. Kendatipun kaya atau miskin, Allah
Kalian semaua adalah anak-cucu Adam. lebih berharga dari kedua hal itu.Jika
Adam diciptkan dari tanah. Tidak ada kalian memutarbalikkan (kata-kata) atau
keistimewaan dan diskriminasi antara orang berpaling, maka Allah Maha
Arab dan non-orang ; antara orang yang mengerahui apapun kalian perbuat”.17
berkulit putih dan yang berkulit merah, Dari sini terbukti, bahwa prinsip-
kecuali faktor ketakwaan.” (HR Al-Bukhari prinsip Islam sesuai dengan Konvensi
dan Muslim) Jenewa, Karena keadilan menuntut agar
Karena itu, penulis tersangka wajib diberika hak untuk membela
berpendapat,Al-Qur‟an maupun Konvensi diri dengan berbagai cara.Pasal 84 Konvensi
Jenewa menegaskan pentingnya kesetaraan Jenewa Ketiga menyatakan : “Seorang
dalam pergaulan manusia,terutama dengan tawanan perang sekali-kali tidak boleh diadili
orang-orang terisolir karena peperangan. Hal oleh pengadilan dari jenis apapun yang tidak
ini tercantum dalam Konvensi Jenewa Pasal 3 memberikan jaminan pokok mengenai
dan dinyatakan bahwa : “Dalam hal sengketa jaminan pokok mengenai kebebasan serta
bersenjata yang tidak bersifat internasional sifat tidak memihak, sebagaimana secara
yang berlangsung dalam satu sengketa itu umum diakui dan terutama prosedur yang
akan diwajibkan untuk melaksanakan tidak memberikan kepada terdakwa hak-hak
sekurang-kurangnya ketentuan-ketentuan dan cara pembelaan diatur dalam pasal 105”.
berikut: Orang-orang yang tidak turut serta Pasal 105 menyatakan “ Tawanan
dalam sengketa itu, termasuk angkatan perang berhak memperoleh bantuan seorang
perang yang telah meletakan senjata mereka, kawan tawanannya, pembelaan seorang
serta mereka yang tidak lagi turut serta pembela atau pegacara profesional pilihannya,
karena sakit, luka-luka, penahanan atau menghadirkan saksi, dan apabila dianggap
sebab lain apa pun, dalam keadaan perlu, jasa seorang penerjemah yang cakap. Ia
bagaimanapun harus diperlakukan secara harus diberitahukan tentang hak-haknya itu
manusiawi, tanpa perbedaan merugikan oleh Negara Penahan pada waktunya sebelum
apapun juga yang didasarkan atas peradilan dimulai”.
suku,warna agama atau kepercayaan, 3. Melihara kekayaan
kelamin, keturunan atau kekayaan, atau Dalam sebuah buku Tarikh al-
kriteria lainnya serupa itu.” umum wa al-Muluk karya Al-Thabari yang
2. Keadilan ditulis dalam buku Islam dan Hukum
Agar orang memahami bahwa Humaniter Internasional18, dijumpai sebuah
berlaku adil terhadap musuh itu tebatas pad teks perjanjian yang ia nyatakan diberlakukan
keadilan hukum yang ditetapkan untuk oleh Khalifah Umar Bin Khattab terhadap
memberi keputusan, misalnya, di antara dua dirinya dan penduduk Eliya (Baitul Maqdis,
musuh yang berselisih. Al-Qur‟an Palestina). Dalam teks perjanjian itu, Umar
menegaskan berlaku adil itu wajib, walaupun menyatakan, “ Berikan mereka rasa
implikasinya seorang Mukmin harus
menegakkan keadilan hukum terhadap dirinya 17
Al-Qur‟an Surah Al-Nisa ayat 135.
18
Ameur Zemmali, Islam dan Hukum
Humaniter Internasional, MIZAN bekerjasama dengan
16
Al-Qur‟an Surah Al-nisa ayat 1 ICRC,Jakrta 2012,hlm 12.

9
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 4, Tahun 2016
aman.Lindungi harta benda, gereja, dan salib (untuk menwan dan membunuh)
mereka. Jaga penduduk yang miskin dan mereka”.19
kaya. Hormati keyakinan mereka, jangan c. Masih berkaitan dengan kaidah poin (a dan
kuasai gereja mereka, jangan rusak bahkan b) di atas, kaidah terpenting lainnya
„sentuh‟ apa yang ada didalam tempat ibadah menyangkut perlakuan terhadap personel
termasuk salin. Jangan ambil harta mereka. pihak musuh adalah larangan untuk
Jangan paksa keagaaman mereka. Jangan melakukan pengelabuan dan kecurangan
sampai mereka menderita.” sebagai cara untuk membunuh, melukai
Perjanjian ini secara tidak langsung atau menangkap musuh. Kaidah ini
sesuai dengan Konvensi Jenewa Pasal 53 tertuang dalam Pasal 23 dan 24 Konvensi
dalam Konvensi Keempat yang menyatakan : Den Haag tahun 1907 yang dijabarkan
“Setiap perusakan benda-benda bergerak atau Pasal 37 Protokol Tambahan I. Disini
tetap, milik orang perorangan atau kolektif, Kaidah Hukum Humaniter Internasional
milik negara atau penguasa-penguasa umum membedakan anatara pengelabuan atau
lainnya, organisasi-organisasi sosial maupun siasat perang (khadi‟ah) yang dibolehkan
komperatif oleh kekuasaan penduduk adalah dan perbuatan curang atau khianat (ghadr)
dilarang, kecuali apabila perusakan tersebut yang dilarang. Kata ghadr disini,
sangat diperlukan oleh operasi-operasi sebagaimana dfinisi Protokol Tambahan I,
militer”. memiliki arti “tindakan yang mengundang
4. Perlakuan Terhadap Personel Pihak keyakinan lawan sehingga pihak lawan
Musuh tersebut percaya bahwa ia mempunyai hak
Perosnel pihak musuh berarti personel atau wajib mendapat perlindungan dengan
militer dan bisa pula orang-orang sipil yang maksud untuk menghianati”.
berada diwilayah musuh. Kami akan memulai
membahas perlakuan terhadap personel III. PENUTUP
militer (kombatan). A. Kesimpulan
a. Dalam Hukum Humaniter Internasional 1. Kalau ditinjau dari segi yuridisnya,
aturan utama yang berkaitan dengan hal Sistim Hukum Islam dan hukum
ini adalah larangan menyakiti kombatan humaniter mempersoalkan terhadap
dari pihak musuh dengan pembunuhan, perlindungan hak dan kewajiban
pencedaraan, penyiksaan, dan perlakuan terhadap penduduk sipil terhadap
yang buruk bila kombatan tersebut tidak aturan-aturan mengenai cara
mampu lagi berperang, baik dengan cara menyelesaikan konflik dan akibat dari
melemparkan senjata, tidak adanya senjata pada konflik itu sendiri, perlindungan
yang dapat digunakan untuk membela diri tawanan perang dengan maksud
ataupun menyerah. Inilah kaidah umum bahwa seorang tawanan tidak boleh
HHI yang tertuang dalam pasal 23 (c) diperlakukan secara semena-mena,
Lampiran Konvensi Den Haag tahun 1907, sedangkan kepada penduduk sipil
yang kemudian dipertegas oleh pasal 41 ditetapkan larangan menjadikan
Protokol Tambahan I dan Pasal 4 Protokol mereka sebagai sasaran serangan.
Tambahan II. 2. Implementasi sistim Hukum Islam
b. Konvensi sejalan dengan Al-Qur‟an yang dan hukum humaniter dalam
melarang prajurit Muslim untuk mengatur perlindungan hukum
membunuh prajurit musuh yang sudah terhadap manusia akibat konflik
menyerah dan berhenti beperang. Artinya: bersenjata, yaitu adanya perlakuan
“Tapi jika mereka membiarkan yang wajar terhadap sesama manusia
kalian, tidak memerangi kalian dan serta memberi hormat dan
mengemukakan perdamaian maka perlindungan (respect and protection)
Allah tidak memberi jalan bagi kalian
19
Al-Qur‟an Surah Al-Anfal ayat 90.

10
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 4, Tahun 2016
dalam artian bahwa unsur
kemanusiaan harus diutamakan,
sehingga mencegah kepada tindakan-
tindakan yang berlebihan sebagai
mana yang tertuang pada Konvensi
Jenewa 1949 serta Protokol
Tambahannya dengan Hukum Islam
yang berasal dari Al-Qur‟an dan Al-
Hadits. Hal dimaksud, secara garis
besar menetapkan larangan
membunuh warga sipil yang tidak
ikut peperangan, membunuh anak-
anak, wanita serta larangan
menghancurkan benda-benda budaya,
tempat ibadah dan tempat
kemakslahatan lainnya.
B. Saran
1. Hukum Islam dan Hukum
Humaniter Internasional berkenaan
perang masih sedikit orang-orang
yang mengkajinya karena
kekeurangan literatur dan buku-buku
yang berbahasa Indonesia. Karena
itu, diharapkan munculnya
perkembangan bagi semua pihak
untuk mulai mempelajari dan
mengakaji peraturan perang dalam
konteks Hukum Islam dan Hukum
Humaniter Internasional.
2. Hubungan Hukum Humaniter
Internasional dan Hukum Islam
mempunyai kesamaan obyek kajian
dalam bidang perang, sehingga perlu
diadakan pengenalan meagalui
sosialisasi agar dapat diketahui, baik
dikalangan dosen maupun
mahasiswa.
3. Kepada pihak Universitas pada
umunya dan pihak Fakultas Hukum
pada khususnya diharapkan
memasukkan literatur ke
Perpustakaan berkenaan Hukum
Islam dalam berbagai aspeknya dan
buku-buku dibidang Hukum
Humaniter Internasional.

11
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 4, Tahun 2016

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Abdullah Sulaiman, Sumber Hukum Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2007.
Abdul Ghani A. Hamid M Ashari Muhammad & Rapung Samuddin, Hukum Internsional
dan Hukum Islam Tentang Sengketa Perdamaian, PT Gramedia, Jakarta, 2013.
Abdul Ghani Abdul Hamid Mahmud & Dkk.Perlindungan korban bersenjata dalam
perspektif hukum humaniter internasional dan hukum islam,Penerbit Internaional of
the Red Cross Komite Internasional Palang Merah (ICRC) 2008
Departemen Agama RI. Alqur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Proyek Pengadaan
Kitab suci Al-Qur’an, 1980
Insarullah, Pemahaman Dasar Hukum Humaniter Internasional, Tadulako University
Press, Palu, 2011.
Kusumaatmadja,Mochtar.Pengantar Hukum Humaniter Internasional,Penerbit
PT.Alumni.Bandung 2012
Sefriani.Hukum Internasional Suatu Pengantar,Penerbit PT.Raja Grafindo
Persada.Jakarta 2011
Zemmali Ameur, Islam dan hukum Humaniter Internasional,Penerbit Mizan dan
Internaional of the Red Cross Komite Internasional Palang Merah (ICRC).Jakarta
2012
B. Peraturan
Konvensi Jenewa tahun 1949 dan Protokol Tambahan I dan II tahun 1997
Konvensi Den Haag Tahun 1907

12
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 2, Volume 4, Tahun 2016
BIODATA PENULIS

NAMA : Muhammad Rizal


TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Palu, 9 Juni 1991
AGAMA : Islam
PEKERJAAN : Mahasiswa
STATUS : Belum Menikah

13

Anda mungkin juga menyukai