Anda di halaman 1dari 12

SUMBER-SUMBER HUKUM

HUMANITER INTERNASIONAL,
HUBUNGAN HHI DAN HAM.
OLEH: KELOMPOK 2

Mata Kuliah Hukum Humaniter Internasional – RA.2/Kelompok 2


1. HUKUM DEN HAAG
Merupakan ketentuan hukum humaniter yang mengatur mengenai cara dan alat berperang.
Yang terdiri dari:

1). Konvensi Den Haag 1899


Menghasilkan 3 Konvensi:
- Konvensi I, Penyelesaian Damai Persengketaan
Internasional.
- Konvensi II, Hukum dan Kebiasaan Perang di Laut.
- Konvensi III, Adaptasi Azaz-azaz konvensi Jenewa tgl 22
Agustus tgl 22 Agustus 1864 tentang Hukum Perang di laut.

Mata Kuliah Hukum Humaniter Internasional – RA.2/Kelompok 2


2). Konvensi Den Haag 1907

Menghasilkan 13 Konvensi:
- Konvensi I, Penyelesaian Damai Persengketaan Internasional.
- Konvensi II, Pembatasan kekerasan senjata dalam menuntut pembayaran hutang.
- Konvensi III, Cara memulai peperangan.
- Konvensi IV, Hukum dan kebiasaan perang di darat.
- Konvensi V, Hak-hak dan kewajiban negara dan warga negara.
- Konvensi VI, Status kapal dagang musuh pada saat permulaan peperangan.
- Konvensi VII, Status kapal dagang menjadi kapal perang.
- Konvensi VIII, Penempatan ranjau laut otomatis di dalam laut.
- Konvensi IX, Pemboman oleh Angkatan laut pada waktu perang.
- Konvensi X, Adaptasi Asas-asas konvensi Jenewa tentang perang di laut.
- Konvensi XI, Pembatasan tertentu terhadap penggunaan hak penangkapan dalam perang Angkatan laut.
- Konvensi XII, Mahkamah barang-barang sitaan.
- Konvensi XIII, Hak-hak dan kewajiban negara netral dalam perang di laut.

Mata Kuliah Hukum Humaniter Internasional – RA.2/Kelompok 2


2. HUKUM JENEWA

1. Konvensi Jenewa 1864


Merupakan perjanjian Hukum Humaniter Internasional (HHI) pertama yang
menetapkan perlindungan bagi korban dan warga sipil beserta
peralatannya.

2. Konvensi Jenewa 1949


Terdiri dari 4 Konvensi yaitu:
- Konvensi Jenewa I, untuk Perbaikan keadaan yang luka dan sakit dalam
Angkatan perang di medan pertempuran darat.
- Konvensi Jenewa II, untuk Perbaikan keadaan anggota angkatan perang
di laut, yang luka sakit dan korban karam.
- Konvensi Jenewa III, mengenai Perlakuan tawanan perang.
- Konvensi Jenewa IV, mengenai Perlindungan orang sipil di waktu perang.

Mata Kuliah Hukum Humaniter Internasional – RA.2/Kelompok 2


Keempat konvensi Jenewa tahun 1949 ditambahkan lagi dengan
Protocol Tambahan I dan II tahun 1977, yaitu:
1. Protocol Tambahan I, tentang Perlindungan Korban perang
dalam konflik bersenjata internasional.
2. Protocol Tambahan II, tentang Perlindungan Korban perang
dalam konflik bersenjata non internasional.

Mata Kuliah Hukum Humaniter Internasional – RA.2/Kelompok 2


3. SUMBER HUKUM HUMANITER LAINNYA

Selain Hukum Den Haag dan Hukum Jenewa terdapat pula sumber Hukum
Humaniter lainnya, yaitu:
1. Deklarasi Paris (16 April 1856),
Mengatur tentang perang di laut yang dirumuskan berdasarkan pengalaman
perang krim (1864), Dimana 2 negara yang bersekutu yaitu inggris dan prancis
menerapkan prinsip-prinsip hukum perang dilaut yang berbeda.

2. Deklarasi ST. Peters Burg (29 November – 11 Desember 1868)


Yaitu deklarasi yang melarang penggunaan peluru-peluru yang memiliki benda
keras dipermukaannya sehingga tutupnya dapat meledak.

Mata Kuliah Hukum Humaniter Internasional – RA.2/Kelompok 2


3. Rancangan Peraturan Den Haag tentang Perang di Udara (1923)
Mengatur tentang pengguanaan peswat udara dengan segala peralatan
yang dimiliki didalam pertempuran.
4. Protocol Jenawa (17 Juni 1925) tentang Pelarangan Penggunaan
Gas Cekik dan macam-macam gas lain dalam peperangan.
Larangan ini mencakup larangan pemakaian gas air mata dalam perang
dan pemakaian herbisida untuk kepentingan perang.
5. Protocol London (16 November 1936) tentang Peraturan
Penggunaan Kapal Selam dalam Pertempuran.

6. Konvensi Den Haag 1954 tentang Perlindungan Benda-benda


Budaya pada waktu pertikaian bersenjata.

7. Konvensi Senjata Konvensional tertentu (10 Oktober 1980) tentang


Larangan atau pembatasan penggunaan senjata konvensional tertentu
yang mengakibatkan penderitaan yang berlebihan.

Mata Kuliah Hukum Humaniter Internasional – RA.2/Kelompok 2


Hubungan Hukum Humaniter Internasional (HHI) dan
Hak Asasi Manusia (HAM)

Tidak selamanya saat perang atau konflik terjadi akan memikirkan tentang HAM, namun antara
Hukum Humaniter dengan HAM tentu memiliki kaitan dan saling berhubungan.
Konvensi Eropa tahun 1950, misalnya dalam Pasal 15, menentukan bahwa bila terjadi
perang atau bahaya umum lainnya yang mengancam stabilitas nasional, hak-hak yang dijamin
dalam konvensi ini tidak boleh dilanggar. Setidaknya terdapat 7 (tujuh) hak yang harus tetap
dihormati, karena merupakan intisari dari Konvensi ini, yaitu: hak atas kehidupan, hak
kebebasan, integritas fisik, status sebagai subyek hukum, kepribadian, perlakuan tanpa
diskriminasi dan hak atas keamanan.

Mata Kuliah Hukum Humaniter Internasional – RA.2/Kelompok 2


Ketentuan ini terdapat juga dalam Pasal 4 Kovenan PBB mengenai hak-hak sipil
dan politik dan Pasal 27 Konvensi HAM Amerika.
Selain itu, terdapat pula hak-hak yang tak boleh dikurangi (non derogable rights), baik dalam keadaan
damai maupun dalam keadaan sengketa bersenjata. Hak-hak yang tak boleh dikurangi tersebut
meliputi hak hidup, prinsip (perlakuan) nondiskriminasi, larangan penyiksaan (torture), larangan
berlaku surutnya hukum pidana seperti yang ditetapkan dalam konvensi sipil dan politik, hak untuk
tidak dipenjarakan karena ketidakmampuan melaksanakan ketentuan perjanjian (kontrak),
perbudakan (slavery), perhambaan (servitude), larangan penyimpangan berkaitan dengan dengan
penawanan, pengakuan seseorang sebagai subyek hukum, kebebasan berpendapat, keyakinan dan
agama, larangan Penjatuhan hukum tanpa putusan yang diumumkan lebih dahulu oleh pengadilan
yang lazim, larangan menjatuhkan hukuman mati dan melaksanakan eksekusi dalam keadaan yang
ditetapkan dalam Pasal 3 ayat (1) huruf (d) yang bersamaan pada keempat Konvensi Jenewa.

Mata Kuliah Hukum Humaniter Internasional – RA.2/Kelompok 2


ALIRAN-ALIRAN YANG BERKAITAN DENGAN HUBUNGAN HUKUM
HUMANITER INTERNASIONAL

1. Aliran Integrationis
Aliran integrationis berpendapat bahwa sistem hukum yang satu berasal
dari hukum yang lain.
Dalam hal ini, maka ada 2 (dua) kemungkinan, yaitu:
- Hak asasi manusia menjadi dasar bagi hukum humaniter internasional.
- Hukum Humaniter Internasional merupakan dasar dari Hak Asasi
Manusia.

2. Aliran Separatis
Aliran separatis melihat Hak Asasi Manusia dan Hukum Humaniter Internasional sebagai sistem hukum yang sama
sekali tidak berkaitan, karena keduanya berbeda. Perbedaan kedua sistem tersebut terletak pada:
- Objek Hukum Humaniter Internasional mengatur sengketa bersenjata antara negara dengan kesatuan (entity) lainnya;
sebaliknya hak asasi manusia mengatur hubungan antara pemerintah dengan warga negaranya di dalam negara
tersebut.
- Sifat Hukum Humaniter Internasional bersifat mandatory a political serta peremptory.
- Saat berlakunya Hukum Humaniter Internasional berlaku pada saat perang atau masa sengketa bersenjata,
sedangkan hak asasi manusia berlaku pada saat damai.

Mata Kuliah Hukum Humaniter Internasional – RA.2/Kelompok 2


3. Aliran Komplementaris
Aliran ini mengakui adanya perbedaan seperti yang dikemukakan oleh
aliran separatis, dan menambahkan beberapa perbedaan lain, yaitu:
- Dalam pelaksanaan dan penegakan Hukum humaniter
menggantungkan diri atau menerapkan sistem negara pelindung
(protecting power). Sebaliknya hukum hak asasi manusia sudah
mempunyai aparat mekanisme yang tetap, tetapi ini hanya berlaku di
negara-negara Eropa saja, yaitu diatur dalam Konvensi Hak Asasi
Manusia Eropa.
- Dalam hal sifat pencegahan Hukum humaniter internasional dalam hal
kaitannya dengan pencegahan menggunakan pendekatan preventif dan
korektif, sedangkan hukum hak asasi manusia secara fundamental
menggunakan pendekatan korektif, yang diharapkan akan mempunyai
efek preventif.
Mata Kuliah Hukum Humaniter Internasional – RA.2/Kelompok 2
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai