Anda di halaman 1dari 28

Hukum Humaniter Internasional

Dr. Rizkan Zulyadi,SH.,MH


Medan
2018
SILABUS
 Pengertian, Istilah dan Definisi HHI
 Perkembangan Hukum Humaniter
Internasional
 Kedudukan HHI dalam Hukum Internasional
 Asas-Asas HHI
 Hubungan Prinsip Hukum Jenewa dengan
Prinsip Palang Merah
 Ketentuan Yang Bersamaan Dengan
Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol
Tambahannya 1977
 Perlindungan Korban Perang
 Kejahatan Perang
 Palang Merah Internasional
Pengertian, Istilah dan Definisi Hukum
Humaniter
hukum humaniter merupakan istilah yang dianggap
relatif baru. Istilah ini baru lahir sekitar tahun 1970-
an, ditandai dengan diadakannya Conference of
Government Expert on the Reaffirmation and
Development in Armed Conflict pada tahun 1971.
Selanjutnya, pada tahun 1974, 1975, 1976, dan
1977 diadakan Diplomatic Conference on the
Reaffirmation and Development of International
Humanitarian Law Applicable in Armed Conflict.
Definisi Hukum Humaniter menurut Para Ahli,
diantaranya:
a. Jean Pictet:
“International humanitarian law in
the wide sense is constitutional legal
promosion, whether written and
customary, ensuring respect for
individual and his well being”
b. Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan
bahwa hukum humaniter adalah:
“Bagian dari hukum yang mengatur
ketentuan-ketentuan perlindungan
korban perang, berlainan dengan
hukum perang yang mengatur perang
itu sendiri dan segala sesuatu yang
menyangkut cara melakukan perang
itu sendiri”
Esbjorn Rosenbland, merumuskan hukum humaniter
internasional dengan mengadakan pembedaan antara:
The Law of Armed Conflict, berhubungan dengan:
a. Permulaan dan berakhirnya pertikaian;
b. Pendudukan wilayah lawan;
c. Hubungan pihak bertikai dengan negara netral;

Sedangkan Law of Warfare, ini antara lain mencakup:


a. Metoda dan sarana berperang;
b. Status kombatan;
c. Perlindungan yang sakit, tawanan perang, dan orang
sipil.
Panitia Tetap (Pantap) Hukum Humaniter,
Departemen Hukum dan Perundang-undangan
merumuskan sebagai berikut:
“Hukum humaniter sebagai keseluruhan
asas, kaidah dan ketentuan internasional
baik tertulis maupun tidak tertulis yang
mencakup hukum perang dan hak asasi
manusia, bertujuan untuk menjamin
penghormatan terhadap harkat dan
martabat seseorang”.
Perkembangan Hukum Humaniter
• Sejarah Hukum Humaniter
Perkembangan hukum perang, dimulai tahun
1864 dengan berdirinya ICRC ( Hunry dunant)
yang diformulasikan dengan konvensi jenewa
Konvensi jenewa tahun 1864 membicarakan
tentang perwatan terhadap orang-orang
angkatan bersenjata yang terluka dan sakit
dimedan perang
• Hukum perang modern ( humaniter) memuat aspek-aspek
dan pertimbangan kemanusian dalam norma dan sistem
hukumnya.
• Sedangkan Hukum perang tradisional masih lebih
didedikasikan kepada kepentingan militer dan kehormatan
kesatria ( prajurit).
Contoh Norma Hukum perang tradisional adalah tidak
meracuni sumur didaerah taklukan. Norma yang dianut oleh
tentara pada suku di afrika. Dan norma tersebut tidak
berbeda jauh dengan ketentuan perjanjian internasional.
Akan tetapi ketentuan tersebut sebenarnya ditujukan sebagai
pembenaran eksploitasi sumberdaya didaerah taklukan,
bukan semata-mata untuk melindungi penduduk didaerah
taklukan.
• Perbedaan lain antara hukum perang modern
dengan hukum perang tradisional yakni terletak
kepada pemberlakukan hukum perang tradisional
yang belum universal jika dibandingkan dengan
pemberlakuan hukum perang modern.
artinya setiap sistem hukum perang tradisional
suatu masyarakat hanya berlaku bagi masyarakat
atau negara yang bersangkutan. Misalnya hukum
perang tertulis yang dibuat menjelang lahirnya HHI
modern, adalah lieber code 1863. instrumen hukum
tersebut dirancang lieber merupakan instruksi bagi
tentara pemerintah amerika serikat pada waktu itu
Sejarah pembentukan konvensi HHI

• Pembentukan konvensi Jenewa 1864, dalam


sejarahnya berkaitan dengan pembentukan
komite internasional palang merah atau
international committee of the red cross
(ICRC).
• Pembentukan ICRC dipengaruhi oleh ide yang
terpublikasi pada buku “ a memory of
solferino) yang ditulis oleh Henry Dunant
• Didalam bukunya tersebut, Henry Dunant
menceritakan mengenai pengalamannya
menyaksikan penderitaan para tentara yang
menjadi korban dan tidak memperoleh pertolongan
di medan bekas pertempuran di solferino. Dan juga
mengenai pertolongan terhadap wanita dan warga
sipil.
• Pada tahun 1864 dibentuklah perjanjian
internasional untuk melindungi korban peragn dan
pihak yang bertugas menolong korban perang.
• Perjanjian internasional 1864 tersebut diadakan di
swiss.
• Dalam perjalannya, pembentukan perjanjian HHI dan
norma-norma hukum yang disepakati didalamnya
banyak dipengaruhi oleh kebutuhan yang dirasakan
karena peristiwa peperangan yang terjadi. Selain itu,
juga dipengaruhi oleh kenyataan perkembangan
teknologi dan sistem persenjataan atau metode
peperangan yang digunakan.
• Perang dunia I dan II merupakan salah satu peristiwa
penting yang mempengaruhi pemberlakukan HHI
• Misalnya di Amerika Latin, yang melibatkan upaya
dekolonisasi dan teknik Gerilya sampai pembersihan
etnis di former Yugoslavia, dan Genosida di Rwanda
Sebelum masa perang dunia I telah terbentuk
berbagai perjanjian internasional HHI berkenaan
larangan dan pembatasan penggunaan senjata dan
metode perang tertentu. Yakni:
1. Deklarasi St. Petersburg tahun 1868 yang melarang
proyektil eksplosif tertentu pada masa perang
2. Konvensi Den Haag 1899-1907 berkenaan dengan
peperangan di darat, dan laut serta larangan
penggunaan racun, gas mencekik, peluru
mengembang, pembatasan pengiriman proyektil
tertentu melalui balon udara.
• Setelah masa perang dunia II yaitu tahun 1945-1948, terbentuk
peradilan internasional terhadap penjahat perang yaitu di Tokyo
dan Nurmberg atas prakarsa pemenang perang.
• Konvensi Jenewa tahun 1864 mengalami perbaikan pada tahun
1949 yang berkenaan dengan perlindungan korban perang.
• Tahun 1977 dibentuk dua perjanjian internasional yang
merupakan tambahan atas konvensi jenewa tahun 1949 yakni:
a. Protokol tambahan I/1977 tentang perlindungan Korban
perang pada situasi sengketa bersenjata Internasional;
b. Protokol Tambahan II/1977 Tentang Perlindungan Korban
Perang pada situasi sengketa non internasional
• 4 Hal yang menandai evolusi perkembangan
HHI yaitu:
1. Perluasan kategori korban perang yang
dilindungi oleh HHI tidak hanya terbatas pada
tentara yang terluka saja ( konvensi Jenewa
I/1949 Tentang Perbaikan Kondisi Angkatan
bersenjata yang luka dan sakit dilapangan),
tetapi juga mencakup korban kapal karam
( Konvensi Jenewa II Tahun 1949 tentang
perbaikan kondisi anggota angkatan bersenjata
yang luka, sakit dan korban kapal karam dilaut)
Kapal karam ( Konvensi Jenewa III/1949 Tentang Perlakuan
tawanan perang), Orang-orang sipil diwilayah pendudukan
asing berikut seluruh penduduk sipil ( Konvensi Jenenwa IV
Tentang Perlindungan orang-orang sipil di waktu perang.)
2. Situasi berlaku HHI tidak hanya terbatas pada situasi
sengketa bersenjata internasional, tetapi juga telah ada
ketentuan HHI untuk situasi sengketa bersenjata yang tidak
bersifat internasional atau konflik bersenjata non-
internasional
3. Pembaruan dan modernisasi perjanjian internasional
dilakukan secara teratur, mengingat realistis konflik-konflik
yang terus terjadi. Misalnya aturan-aturan untuk
melindungi orang luka yang diadobsi pada tahun 1864 yang
diperbaiki 1906, 1929, 1949,1977
4. Adanya dua macam ketentuan HHI yang
terpisah, yakni Hukum Jenewa yang berkaitan
dengan perlindungan korban konflik
bersenjata dan Hukum Deen Haag yang
berkaitan dengan cara dan alat perang.
Namun kedua hukum tersebut disatukan
dengan dibentuknya dua protokol tambahan
tahun 1977
SUMBER-SUMBER HHI
• Sumber HHI yakni:
a. Perjanjian internasioanal;
b. Kebiasaan Hukum Internasional
c. Prinsip-prinsip Hukum umum yang diakui
oleh bangsa-bangsa didunia.
d. Keputusan peradilan
e. Keputusan organisasi internasional
Perjanjian internasional di Bidang HHI
• Konvensi Jenewa 1864
• Deklarasi St. Petersburg 1868 tentang penolakan penggunaan
proyektil eksposif tertentu yang beratnya dibawah 400 gram
• Protokol IV Konvensi PBB 1980 Tentang senjata Laser yang
membutakan
Kelebihan adanya Perjanjian Internasional, dapat memberikan
rumusan aturan yang jelas, dan mudah diterapkan.
Kelemahan Perjanjian sebagai Sumber HHI, sebagaimana
hukum yang berlaku terhadap setiap perjanjian internasional
dibidang apapun, secara teknis perjanjian tidak dapat mengikat
negara yang tidak meratifikasinya.
Hukum Kebiasaan Internasional
• Menurut statuta Mahkamah Internasional,
suatu aturan hanya dapat dikategorikan
hukum kebiasaan internasional apabila telah
memenuhi syarat tertentu yaitu telah
dipraktikan secara umum oleh negara-negara
dan telah memperoleh pendapat hukum yang
mengakui ketentuan tersebut sebagai suatu
keharusan.
• Walaupun perjanjian internasional HHI cukup
banyak, tetapi keberadaan hukum kebiasaan
internasional sangat dibutuhkan, khususnya
untuk memberikan perlindungan kepada
korban perang jika suatu hal tidak ditemukan
kaidahnya dalam perjanjian. Paling tidak,
hukum kebiasaan internasional dapat
membantu apabila suatu aturan dalam
perjanjian internasional masih belum
memperoleh pengesahan dari negara-negara.
• Beberapa aturan ditingkat internasional untuk
menyusun aturan HHI dari kebiasaan hukum
internasional, yakni:
a. San Remo Manual 1994 tentang Hukum Sengketa
bersenjata yang dapat diberlakukan dalam
peperangan laut adalah salahsatu contohnya.
Penyusunan san remo manual dilaksanakan karena
draff perjanjian internasional mengenai hal serupa
yakni Oxford Manual Tentang HHI untuk
peperangan dilaut, tidak sempat menjadi perjanjian
multilateral untuk mengikat negara secara umum.
• Tahun 2005, internasional committee of the
red cross (ICRC) menerbitkan kumpulan
international customary law yang disusun oleh
para ahli dari lima puluh negara setelah
melaui penelitian selama 10 tahun.
Prinsip-Prinsip Hukum Umum
• prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh
masyarakat bangsa-bangsa adalah prinsip-prinsip
hukum domestik yang ada dalam segala bidang
hukum, maka hanya sedikit prinsip-prinsip
tersebut yang dapat dijadikan sebagai sumber HHI.
• Misalnya prinsip itikad baik dan prinsip
proposionalitas telah menjadi hukum kebiasaan
internasional dan telah dikodifikasikan dalam
perjanjian internasional.
• Ada juga beberapa prinsip HHI yang dijadikan
dasar logika untuk melahirkan prinsip lainnya.
Contohnya, prinsip tentang larangan
menyerang penduduk sipil. Larangan tersebut,
berdasarkan logika telah menjadi sumber bagi
aturan HHI lainnya yaitu aturan bahwa suatu
serangan yang diarahkan ke suaut sasaran
militer harus dihentikan apabila kemudian
diketahui bahwa sasaran tersbeut adalah
orang sipil.
PRINSIP-PRINSIP HHI
• Kemanusian
• Kepentingan ( necessity)
• Proposional (proposionality)
• Distinction (pembedaan)
• Prinsip HHI tentang larangan menyebabkan
penderitaan yang tidak seharusnya
• Pemisahan antara ius ad bellum dan ius in
bello

Anda mungkin juga menyukai