Kemanusiaan
Internasional
• Hukum kemanusiaan internasional, hukum humaniter internasional (HHI), yang sering kali juga disebut
hukum konflik bersenjata merupakan batang tubuh hukum yang mencakup Konvensi Jenewa dan
Konvensi Den Haag beserta perjanjian-perjanjian, yurisprudensi, dan hukum norma budaya internasional
yang mengikutinya.
• HHI menetapkan perilaku dan tanggung jawab negara-negara yang berperang, negara-negara netral, dan
individu-individu yang terlibat peperangan, yaitu terhadap satu sama lain dan terhadap orang-orang yang
dilindungi, biasanya faedahnya orang sipil. HHI merupakan mesti untuk negara yang terikat oleh
perjanjian-perjanjian yang relevan dalam hukum tersebut.
• Sejumlah aturan perang tak tertulis yang merupakan norma budaya, yang banyak di dieksplorasi dalam
Pengadilan Perang Nuremberg, aturan-aturan tak tertulis ini juga menetapkan sejumlah hak permisif serta
sejumlah larangan perilaku untuk negara-negara yang berperang bila mereka berurusan dengan pasukan
yang tidak reguler. Dalam hukum kemanusaan internasional, terdapat pemisahan konflik bersenjata
internasional dan konflik bersenjata non-internasional.
02
DUA SALURAN SEJARAH :
Hukum Jenewa dan Hukum Den Haag
Hukum Den Haag, atau Hukum Perang yang utama, “menetapkan hak dan
kewajiban pihak yang berperang menyangkut pelaksanaan operasi serta membatasi
pilihan sarana mencelakai yang boleh dipakai".
Hukum Den Haag maupun Hukum Jenewa merupakan cabang dari jus in bello, yaitu hukum
internasional mengenai praktik-praktik yang bisa diterima dalam pelaksanaan perang dan konflik
bersenjata. Upaya sistematis untuk membatasi kebiadaban perang baru mulai berkembang pada
zaman ke-19.Sasaran perang ialah untuk mengatasi musuh, dan sasaran tersebut bisa dicapai
dengan melumpuhkan kombatan musuh.
Dengan demikian, “pembedaan selang kombatan dan orang sipil, ketentuan bahwa kombatan musuh yang
terluka dan tertangkap mesti diperlakukan secara manusiawi, dan pengampunan mesti diberikan –yang
merupakan beberapa dari pilar-pilar Hukum Humaniter moderen– mengikuti prinsip tersebut.”
03
HUKUM JENEWA
Hukum Jenewa
• Pembantaian penduduk sipil di tengah berlanjutnya konflik bersenjata merupakan hal yang
mempunyai sejarah yang panjang dan gelap. Sejumlah contohnya antara lain:pembantaian
kaum Kalinga oleh Ashoka di India; pembantaian sekitar 100.000 orang Hindu oleh pasukan
Muslim Tamerlane; atau pembantaian kaum Yahudi dan Muslim oleh Tentara Salib dalam
Pengepungan Yerusalem (1099).
• Pada zaman ke-17, Hugo Grotius, seorang pakar hukum Belanda, menulis, “Tak bisa
disangkal bahwa perang, demi mencapai sasarannya, pasti memakai daya dan teror sebagai
cara paling utama."
NORMA NORMA HUMANITER DALAM SEJARAH
• di tengah berlanjutnya kekejaman perang dalam sejarah, aci sejumlah ungkapan berupa norma
kemanusiaan untuk melindungi korban konflik bersenjata –yaitu korban luka, korban sakit, dan
korban karam– yang bersumber dari zaman kuno. Aci juga perintah supaya tidak menyerang
orang kasim ataupun musuh
• Di India zaman kuno, terdapat sejumlah catatan, misalnya Hukum Manu, yang menguraikan
jenis-jenis senjata yang tidak boleh dipakai. “Bila orang berperang dengan musuh dalam
pertempuran, ia tidak boleh menyerang dengan senjata yang tersembunyi (dalam pepohonan),
ataupun dengan senjata yang berduri atau beracun atau yang ujung-ujungnya menyala dengan
api.
• Hukum Islam menyatakan bahwa “non-kombatan yang tidak ambil bidang dalam pertempuran
seperti perempuan, anak-anak, rahib dan pertapa, orang lanjut usia, orang buta, dan orang gila”
tidak boleh dilecehkan.
KODIFIKASI NORMA HUMANITER
• Di Amerika Serikat, seorang imigran Jerman bernama Francis Lieber pada tahun 1863 menyusun sebuah
kode perilaku untuk pasukan Utara, yang di dinamai Kode Lieber (''Lieber Code'').Kode Lieber
mengharuskan perlakuan manusiawi untuk penduduk sipil di daerah konflik dan juga melarang eksekusi
tawanan perang.seorang pengusaha Jenewa menciptakan usaha-usaha mencegah penderitaan korban
perang Solferino dijadikan makin sistematis.
• Dunant menulis buku yang diberi judul Kenangan Solferino.Tulisan Dunant dalam buku ini
menimbulkan keguncangan banyak pihak sehingga akhirnya dibentuklah Komite Internasional
Palang Merah (ICRC) pada tahun 1863 dan, pada tahun 1864 diselenggarakanlah konferensi di
Jenewa yang menyusun Konvensi Jenewa mengenai Perbaikan Kondisi Anggota Tingkatan
Bersenjata yang Terluka di Darat.
• Hukum Jenewa terinspirasi langsung oleh prinsip kemanusiaan. Hukum tersebut dijadikan landasan
hukum untuk aktivitas yang dipekerjakan perlindungan dan bantuan kemanusiaan yang
dilaksanakan oleh organisasi kemanusiaan yang tidak sewenang-wenang seperti ICRC.
04
KONVENSI” JENEWA
KONVENSI” JENEWA
01 02