Anda di halaman 1dari 21

Materi Hukum

Kemanusiaan
Internasional

Tolong disimak yaa 


01
Hukum kemanusiaan internasional,
hukum humaniter internasional
Hukum kemanusiaan internasional, hukum humaniter internasional

• Hukum kemanusiaan internasional, hukum humaniter internasional (HHI), yang sering kali juga disebut
hukum konflik bersenjata merupakan batang tubuh hukum yang mencakup Konvensi Jenewa dan
Konvensi Den Haag beserta perjanjian-perjanjian, yurisprudensi, dan hukum norma budaya internasional
yang mengikutinya.

• HHI menetapkan perilaku dan tanggung jawab negara-negara yang berperang, negara-negara netral, dan
individu-individu yang terlibat peperangan, yaitu terhadap satu sama lain dan terhadap orang-orang yang
dilindungi, biasanya faedahnya orang sipil. HHI merupakan mesti untuk negara yang terikat oleh
perjanjian-perjanjian yang relevan dalam hukum tersebut.

• Sejumlah aturan perang tak tertulis yang merupakan norma budaya, yang banyak di dieksplorasi dalam
Pengadilan Perang Nuremberg, aturan-aturan tak tertulis ini juga menetapkan sejumlah hak permisif serta
sejumlah larangan perilaku untuk negara-negara yang berperang bila mereka berurusan dengan pasukan
yang tidak reguler. Dalam hukum kemanusaan internasional, terdapat pemisahan konflik bersenjata
internasional dan konflik bersenjata non-internasional.
02
DUA SALURAN SEJARAH :
Hukum Jenewa dan Hukum Den Haag
Hukum Den Haag, atau Hukum Perang yang utama, “menetapkan hak dan
kewajiban pihak yang berperang menyangkut pelaksanaan operasi serta membatasi
pilihan sarana mencelakai yang boleh dipakai".

Hukum Humaniter Internasional moderen terdiri dari dua saluran sejarah:


1) Hukum Den Haag,yang dulu disebut sebagai Hukum Perang yang utama (the law of war
proper), dan Hukum Jenewa atau Hukum Humaniter.

2) saluran ini dinamai sesuai tempat diselenggarakannya konferensi internasional yang


merancang perjanjian-perjanjian mengenai perang dan konflik, terutama Konvensi-konvensi
Den Haag 1899 dan 1907 dan Konvensi Jenewa, yang untuk pertama kalinya dirancang pada
tahun 1863.

Hukum Den Haag maupun Hukum Jenewa merupakan cabang dari jus in bello, yaitu hukum
internasional mengenai praktik-praktik yang bisa diterima dalam pelaksanaan perang dan konflik
bersenjata. Upaya sistematis untuk membatasi kebiadaban perang baru mulai berkembang pada
zaman ke-19.Sasaran perang ialah untuk mengatasi musuh, dan sasaran tersebut bisa dicapai
dengan melumpuhkan kombatan musuh.

Dengan demikian, “pembedaan selang kombatan dan orang sipil, ketentuan bahwa kombatan musuh yang
terluka dan tertangkap mesti diperlakukan secara manusiawi, dan pengampunan mesti diberikan –yang
merupakan beberapa dari pilar-pilar Hukum Humaniter moderen– mengikuti prinsip tersebut.”
03
HUKUM JENEWA
Hukum Jenewa

• Pembantaian penduduk sipil di tengah berlanjutnya konflik bersenjata merupakan hal yang
mempunyai sejarah yang panjang dan gelap. Sejumlah contohnya antara lain:pembantaian
kaum Kalinga oleh Ashoka di India; pembantaian sekitar 100.000 orang Hindu oleh pasukan
Muslim Tamerlane; atau pembantaian kaum Yahudi dan Muslim oleh Tentara Salib dalam
Pengepungan Yerusalem (1099).

• Pada zaman ke-17, Hugo Grotius, seorang pakar hukum Belanda, menulis, “Tak bisa
disangkal bahwa perang, demi mencapai sasarannya, pasti memakai daya dan teror sebagai
cara paling utama."
NORMA NORMA HUMANITER DALAM SEJARAH

• di tengah berlanjutnya kekejaman perang dalam sejarah, aci sejumlah ungkapan berupa norma
kemanusiaan untuk melindungi korban konflik bersenjata –yaitu korban luka, korban sakit, dan
korban karam– yang bersumber dari zaman kuno. Aci juga perintah supaya tidak menyerang
orang kasim ataupun musuh

• Di India zaman kuno, terdapat sejumlah catatan, misalnya Hukum Manu, yang menguraikan
jenis-jenis senjata yang tidak boleh dipakai. “Bila orang berperang dengan musuh dalam
pertempuran, ia tidak boleh menyerang dengan senjata yang tersembunyi (dalam pepohonan),
ataupun dengan senjata yang berduri atau beracun atau yang ujung-ujungnya menyala dengan
api.

• Hukum Islam menyatakan bahwa “non-kombatan yang tidak ambil bidang dalam pertempuran
seperti perempuan, anak-anak, rahib dan pertapa, orang lanjut usia, orang buta, dan orang gila”
tidak boleh dilecehkan.
KODIFIKASI NORMA HUMANITER
• Di Amerika Serikat, seorang imigran Jerman bernama Francis Lieber pada tahun 1863 menyusun sebuah
kode perilaku untuk pasukan Utara, yang di dinamai Kode Lieber (''Lieber Code'').Kode Lieber
mengharuskan perlakuan manusiawi untuk penduduk sipil di daerah konflik dan juga melarang eksekusi
tawanan perang.seorang pengusaha Jenewa menciptakan usaha-usaha mencegah penderitaan korban
perang Solferino dijadikan makin sistematis.

• Dunant menulis buku yang diberi judul Kenangan Solferino.Tulisan Dunant dalam buku ini
menimbulkan keguncangan banyak pihak sehingga akhirnya dibentuklah Komite Internasional
Palang Merah (ICRC) pada tahun 1863 dan, pada tahun 1864 diselenggarakanlah konferensi di
Jenewa yang menyusun Konvensi Jenewa mengenai Perbaikan Kondisi Anggota Tingkatan
Bersenjata yang Terluka di Darat.

• Hukum Jenewa terinspirasi langsung oleh prinsip kemanusiaan. Hukum tersebut dijadikan landasan
hukum untuk aktivitas yang dipekerjakan perlindungan dan bantuan kemanusiaan yang
dilaksanakan oleh organisasi kemanusiaan yang tidak sewenang-wenang seperti ICRC.
04
KONVENSI” JENEWA
KONVENSI” JENEWA

Konvensi - konvensi Jenewa merupakan hasil dari bagianyang


berkembang pada kurun waktu 1864-1949 yang berfokus melindungi
orang sipil dan orang yang tidak bisa berperang lagi dalam konflik
bersenjata. Sebagai dampak Perang Dunia II keempat konvensi direvisi
seperti sebelumnya dan sesuai dengan ketentuan dari konvensi -
konvensi Den Haag 1907 dan kesudahan diadopsi ulang oleh
pennduduk internasional pada 1949.
Keempat Konvensi Jenewa adalah:

01 02

• Konvensi Jenewa Kedua “mengenai


• Konvensi Jenewa Pertama “mengenai
perbaikan kondisi anggota tingkatan
perbaikan kondisi anggota tingkatan bersenjata yang terluka, sakit, dan karam di
bersenjata yang terluka dan sakit di Laut” (diadopsi tahun 1949, dan pengganti
darat” (diadopsi tahun 1864 dan revisi Konvensi
terakhir tahun 1949). Den Haag X 1907)
03 04

• Konvensi Jenewa Ketiga “mengenai •Konvensi Jenewa keempat “mengenai


perlakuan tawanan perang” (diadopsi perlindungan orang sipil di masa perang”
tahun 1929 dan revisi terakhir tahun (diadopsi tahun 1949, sesuai bagian bagian
tertentu KOnvensi Den Haag IV 1907)
1949)
Selain itu, aci tiga protocol amandemen tambahan untuk Konvensi konvensi Jenewa
12 Agustus 1949:

• Protokol Tambahan (1977): mengenai perlindungan korban konflik bersenjata


internasional. Hingga 12 Januari 2007, Protokol ini diratifikasi 167 negara.Protokol
Tambahan
• Protokol Tambahan II 1977): mengenai perlindungan korban konflik bersenjata non-
internasional. Hingga 12 Januari 2007, Protokol ini diratifikasi 163 negara.
• Protokol Tambahan III (2005): mengenai adopsi lambang pembeda tambahan Hingga Juni
2007 protokol ini diratifikasi 17 negara dan ditandatangani tapi belum diratifikasi 68 negara
lagi.
05
Konvergensi Sejarah selang HHI
dan Hukum Perang
Konvergensi Sejarah selang HHI dan Hukum Perang

• Dengan diadopsinya Protokol-protokol Tambahan 1977 untuk Konvensi-konvensi


Jenewa (1977 Additional Protocols to the Geneva Conventions), kedua saluran
hukum tersebut mulai bertemu, meskipun ketentuan-ketentuan yang berfokus pada
kemanusiaan sudah terdapat dalam Hukum Den Haag (yaitu perlindungan
tawanan perang dan orang sipil tertentu di wilayah pendudukan).

• Namun, Protokol-protokol Tambahan 1977 mengenai perlindungan korban dalam


konflik bersenjata internasional maupun internal bukan hanya memasukkan ke
dalamnya aspek-aspek dari Hukum Den Haag dan Hukum Jenewa, tetapi juga
memasukkan ketentuan-ketentuan HAM yang penting.
06
Aturan – aturan HHI
Aturan – aturan HHI
1) Orang yang hors de combat dan orang yang tidak ambil bidang dalam permusuhan dilindungi dan
diperlakukan secara manusiawi.
2) Membunuh atau mencederai musuh yang menyerah atau yang hors de combat merupakan dilarang.
3) Korban luka dan korban sakit dirawat dan dilindungi oleh peserta konflik yang menguasai mereka.
Lambang “Palang Merah” atau “Bulan Sabit Merah” mesti dihormati sebagai tanda perlindungan.
4) Kombatan dan orang sipil yang tertangkap mesti dilindungi terhadap tingkah laku yang dibuat
kekerasan dan pembalasan. Mereka berhak untuk berkorespondensi dengan keluarga dan menerima
bantuan kemanusiaan.
5) Tak seorang pun boleh dikenai penyiksaan, hukuman badan, ataupun perlakuan yang kejam atau
merendahkan martabat.
6) Pihak peserta konflik dan anggota tingkatan bersenjatanya tidak mempunyai pilihan yang tidak terbatas
menyangkut cara dan sarana berperang.
7) Pihak peserta konflik membedakan setiap masa selang penduduk sipil dan kombatan. Penyerangan
diarahkan hanya terhadap sasaran militer.
CONTOH
CONTOH
Contoh diantaranya adalah larangan untuk menyerang dokter
ataupun ambulans yang mengenakan lambang Palang Merah. serta
dilarangan pula menembak orang dan kendaraan yang mengenakan
bendera putih alasannya karena bendera tersebut, yang memiliki arti
sebagai bendera gencatan senjata, menyatakan niat untuk menyerah
atau harapan untuk mengadakan komunikasi. orang yang dilindungi
oleh Palang Merah atau bendera putih bisa menjaga netralitas, dan
mereka tidak boleh melakukan warlike acts. karena itu merupakan
pelanggaran atas Hukum Perang.
TERIMA
KASIH
Apakah ada pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai